&
METODE DAN STRATEGI KHULAFAURRASYIDIN DAN
WALI SONGO
Disusun Oleh;
Ketua Kelompok;
Anggota;
Ridho (18511005)
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, puji syukur kami
panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan Rahmat, Hidayah, dan Inayah-
Nya sehingga kami dapat membuat makalah Pendidikan Profesi Da’i dengan judul “Metode
dan Strategi Dakwah Rasulullah SAW, Khulafaurrasyidin dan Wali Songo”, tepat pada
waktunya.
Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami
dalam menyusun makalah ini.
Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih terdapat
banyak kekurangan baik dari segi penyusunan, bahasa dan aspek lainnya. Oleh karena itu,
dengan lapang dada kami ingin menerima saran maupun kritik demi memperbaiki makalah
ini.
Kami sebagai pembuat atau penyusun sangat mengharapkan semoga dari makalah sederhana
ini dapat diambil manfaatnya dan besar keinginan kami dapat menginspirasi para pembaca
untuk mengangkat permasalahan lain yang relevan pada makalah-makalah selanjutnya.
Kelompok 4
i
Daftar Isi
KATA PENGANTAR .............................................................................................................................. i
Daftar Isi .................................................................................................................................................. ii
BAB I .......................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN ...................................................................................................................................1
Latar Belakang .....................................................................................................................................1
Rumusan Masalah ................................................................................................................................1
BAB II .....................................................................................................................................................2
A. Dakwah Rasulullah SAW..........................................................................................................2
1) Kode Etik dan Karakteristik Dakwah Rasulullah ........................................................................3
2) Pendekatan Dakwah Rasulullah SAW ....................................................................................9
3) Keistimewaan Dakwah Rasulullah SAW...................................................................................11
4) Keberhasilan Dakwah-Nya .....................................................................................................13
BAB III ....................................................................................................................................................14
METODE DAN STRATEGI DAKWAH KHULAFAURRASYIDIN DAN WALI SONGO ..................................14
A. Metode Dakwah Khulafaurrasyidin ......................................................................................14
B. Strategi Dakwah Khulafaurrasyidin......................................................................................15
C. Pendekatan Dakwah Khulafaurrasyiddin .............................................................................21
A. Metode Dakwah Wali Songo ....................................................................................................22
B. Strategi Dakwah Wali Songo ....................................................................................................22
C. Pendekatan Dakwah Walisongo .............................................................................................27
D. Keistimewaan Dakwah Walisongo .........................................................................................28
E. Keberhasilan Dakwah Walisongo ..........................................................................................28
BAB IV..................................................................................................................................................29
PENUTUP ............................................................................................................................................29
A. Kesimpulan ...............................................................................................................................29
B. Pertanyaan................................................................................................................................29
Daftar Pustaka ...................................................................................................................................30
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Nabi Muhammad adalah manusia yang telah diutus oleh Allah SWT, bukanlah
sembarangan orang. Selain sifatnya yang luar biasa, ia juga mampu menyusun strategi dan
metode dalam menjalankan tugasnya sebagai pembawa pesan dari Allah. Berbagai metode
dan strategi ia lakukan, mulai dari cara sembunyi-sembunyi, terang-terangan bahkan dengan
jalan perang ia lakukan.
Lalu setelah Wafatnya Rasulullah Saw, kepemimpinan Rasul juga berganti kepada
Khulafaurrasyidin, yang dimana Khulafaurrasyidin juga punya strategi untuk melanjutkan
dakwah Sang Rasul yaitu Nabi Muhammad SAW.
Di Nusantara juga ada Walisongo menurut sejarah masuknya Islam ke Nusantara,
Walisongo adalah perintis awal dakwah Islam di Indonesia, khususnya di Jawa, yang
dipelopori Syeikh Maulana Malik Ibrahim. Walisongo adalah pelopor dan pemimpin dakwah
Islam yang berhasil merekrut murid-murid untuk menjalankan dakwah Islam ke seluruh
Nusantara sejak abad ke-14, yang dimana Walisongo juga punya strategi untuk berdakwah di
masa itu.
Rumusan Masalah
1. Dakwah Rasulullah SAW
2. Kode Etik dan karakteristik dakwah Rasulullah SAW
3. Pendekatan Dakwahnya
4. Keistimewaan Dakwahnya
5. Keberhasilan Dakwahnya
6. Metode dakwah Khulafaurrasyiddin dan Wali Songo
7. Strategi dakwah Khulafaurrasyiddin dan Wali Songo
8. Pendekatan Dakwahnya
9. Keistimewaan Dakwahnya
10. Keberhasilan Dakwahnya
1
BAB II
METODE DAN STRATEGI DAKWAH RASULULLAH SAW
Dakwah yang dilakukan oleh Rasulullah terbagi dalam 2 periode, yaitu di Mekkah
dan Madinah. Pada awal periode Mekkah Rasulullah berdakwah secara sembunyi-
sembunyi, mendatangi orang-orang dekat Beliau antara lain istri Beliau Khadijah,
keponakannya Ali, budak Beliau Zaid, untuk diajak masuk Islam. Ketika turun surat al
Muddatstsir : Rasululah mulai melakukan dakwah di tengah masyarakat, setiap bertemu
orang Beliau selalu mengajaknya untuk mengenal dan masuk Islam (masih dalam keadaan
sembunyi-sembunyi).
Ketika Abu Bakar menyatakan masuk Islam, dan menampakkannya kepada orang-
orang yang dia percayai, maka muncullah nama-nama seperti Utsman bin Affan, Zubair
bin Awwam, Abdurrahman bin Auf, Saad bin Abi Waqash dan Thalhah bin
Ubaidillah yang juga masuk Islam. Dan seterusnya diikuti oleh yang lain seperti Abu
‘Ubaidah, Abu Salamah, Arqom bin Abi al Arqom, dll. Beliau menjadikan rumah Arqom
bin Abi al Arqom sebagai pusat pengajaran dan sekaligus pusat kutlah (kelompok) yang
dalam bahasa kita tepatnya disebut sekretariat. Di tempat ini Rasulullah mengajarkan
hukum-hukum Islam, membentuk kepribadian Islam serta membangkitkan aktivitas
berpikir para sahabatnya tersebut. Beliau menjalankan aktivitas ini lebih kurang selama 3
tahun dan menghasilkan 40 orang lebih yang masuk Islam.
Selama 3 tahun membangun kutlah kaum muslim dengan membangun pola pikir yang
islami (‘aqliyah islamiyah) dan jiwa yang islami (nafsiyah islamiyah), maka muncullah
sekelompok orang yang memiliki syakhsiyah islamiyah (kepribadian Islam) yang siap
berdakwah di tengah-tengah masyarakat jahiliyah pada saat itu. Hal ini bertepatan dengan
turunnya surat al Hijr : 94, yang memerintahkan Rasulullah untuk berdakwah secara
terang-terangan dan terbuka. Ini berarti Rasulullah dan para sahabatnya telah berpindah
dari tahapan dakwah secara sembunyi-sembunyi (daur al istikhfa’) kepada tahapan
dakwah secara terang-terangan (daur al i’lan). Dari tahapan kontak secara individu menuju
tahap menyeruh seluruh masyarakat. Sejak saat itu mulai terjadi benturan antara keimanan
dan kekufuran, antara pemikiran yang haq dan pemikiran yang batil. Tahapan ini disebut
marhalah al tafa’ul wa al kifah yaitu tahap interaksi dan perjuangan. Di tahapan ini kaum
2
3
kafir mulai memerangi dan menganiayah Rasulullah dan para sahabatnya. Ini adalah
periode yang paling berat dan menakutkan di antara seluruh tahapan dakwah.
Bahkan sebagian sahabat yang dipimpin oleh Ja’far bi Abi Thalib diperintahkan oleh
rasul untuk melakukan hijrah ke Habsyi. Sementara Rasulullah dan sahabat yang lain terus
melakukan dakwah dan mendatangi para ketua kabilah atau ketua suku baik itu suku yang
ada di Mekkah maupun yang ada di luar Mekkah. Terutama ketika musim haji, dimana
banyak suku dan ketua sukunya datang ke Mekkah untuk melakukan ibadah haji.
Rasulullah mendatangi dan mengajak mereka masuk Islam atau minimal memberikan
dukungan terhadap perjuangan Rasulullah.
Jangan sampai para da’I lebih mendahulukan tawaran untuk mengisi suatu
pengajian di masjid yang para jamaahnya adalah orang kaya daripada mengisi
pengajian yang jamaahnya adalah orang biasa sebab pemberian amplop ceramah yang
jumlahnya lebih besar.
e. Tidak Memungut Imbalan
Dalam hal ini, ada perbedaan pendapat di kalangan ulama. Pertama kalangan
mazhab Hanafi, berpendapat bahwa memungut imbalan dalam menyiarkan ajaran
Islam itu hukumnya haram secara mutlak. Kedua kalangan mazhab Syafi’I,
berpendapat bahwa memungut imbalan dalam menyebarkan ajaran Islam itu boleh
baik sebelumnya ada perjanjian ataupun tidak. Terakhir yaitu pendapat dari Hasan al-
Basri, al-Sya’bi dan Ibnu Sirin bahwa jika ada perjanjian sebelumnya untuk
memungut imbalan maka itu diharamkan, namun jika tidak ada perjanjian sebelumnya
kemudian orang yang mengajarkan agama Islam itu diberi imbalan maka hal itu
hukumnya boleh.
Almarhum kiyai Ali Mustafa Yaqub menekankan dalam hal ini bahwa
perbedaan ulama tersebut dalam hal menyebarkan ajaran Islam atau berdakwah,
misalnya mengajarkan al-Qur’an, Fikih, Hadis. Sedangkan, jika hanya membacakan
al-Quran saja, bukan mengajarkannya maka para ulama sepakat haram hukumnya
memungut imbalan. Alasannya, dalam mengajarkan agama Islam ada unsur jasa
mentransfer ilmu, sedangkan dalam membaca al-Qur’an saja unsur tersebut tidak ada.
Jadi, membaca al-Quran benar-benar merupakan ibadah murni kepada Allah SWT
seperti halnya salat.
f. Tidak berkawan karib dengan Pelaku Maksiat
Etika yang tak kalah penting dalam berdakwah yaitu tidak berkawan karib
pelaku maksiat, atau menjadikannya sahabat. Karena jika pelaku maksiat dijadikan
sahabat atau teman baik maka secara tidak langsung kita sama saja dengan
membolehkan perbuatan maksiat yang mereka lakukan. Lalu, siapa lagi yang akan
memberikan nasihat kepada para pelaku maksiat ini supaya berhenti? Konteks
mengawani dengan mendakwahi itu berbeda. Mereka tetap didakwahi untuk berhenti
dari maksiat namun tidak diperlakukan khusus kecuali setelah mereka bertaubat.
Nabi SAW mengemukakan bahwa para ulama yang berkawan baik dengan
para pelaku maksiat dan para pelaku dosa lagi melampaui batas akan dilaknat oleh
Allah SWT. Nabi SAW menceritakan kisah di surat al-Maidah ayat 78-79 tentang
para ulama di kalangan Bani Israil yang dilaknat oleh Allah SWT karena ikut serta
6
bergaul dengan para pelaku dosa. Awalnya ulama tersebut melarang pelaku dosa
kaum Bani Israil tetapi mereka tidak mau meninggalkan perbuatan dosanya dan
akhirnya para ulama ini mengakrabi para pelaku dosa dan akhirnya baik para ulama
dan pelaku dosa semuanya dilaknat Allah SWT. Para da’I harus memiliki sikap tegas
dan tegar dalam berdakwah seperti yang dicontohkan oleh Nabi SAW.
g. Tidak Menyampaikan Hal-Hal yang Tidak Diketahui
Para da’i tidak boleh menyampaikan sesuatu yang tidak diketahuinya karena
dapat menyesatkan. Jika ditanya suatu perkara atau masalah maka lebih baik
menjawab “tidak tahu” atau “wallau a’lam” atau “nanti saya coba buka kitabnya dan
cari lagi jawabannya” daripada asal menjawab dan mengikuti selera serta hawa nafsu
sendiri dalam menjawab. Allah SWT menegaskan dalam surat al-Isra ayat 36
yang artinya:“dan janganlah kamu mengikuti apa yang tidak kamu ketahui. Karena
sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati semua itu akan dimintai
pertanggungjawaban”.
Beberapa ulama zaman sekarang merasa malu jika menjawab “tidak tahu” saat
ditanya oleh jamaahnya karena akan terlihat tidak berilmu atau tidak pintar. Hal ini
yang harus diperhatikan, tidak boleh menjawab suatu perkara agama yang
jawabannya berasal dari selera dan hawa nafsu atau jawaban kira-kira karena dapat
menyesatkan.
b. Memudahkan
c. Tegas
Rasulullah juga sosok yang tegas dalam memutuskan sesuatu. Saat kaum
Yahudi mengkhianati perjanjian piagam Madinah dan ketahuan berencana untuk
membunuh Rasulullah, Rasulullah didukung para sahabat yang lain secara tegas
menindak dan mengusir kaum yahudi yang melanggar tersebut.
d. Bertahap
Dakwah Rasulullah dilakukan secara berproses dan bertahap tidak secara tiba-
tiba. Sebelum berdakwah Rasulullah telah mengukir catatan pribadi yang baik
dalam masyarakat, hingga ia dijuluki al-Amin (terpercaya). Baru kemudian
Rasulullah berdakwah. Tradisi mabuk-mabukan yang sangat mengakar di
kalangan para sahabat, oleh Rasulullah dirubah secara pelan-pelan dan perlahan
hingga pada akhirnya diharamkan secara total.
Sikap ini menjadi salah satu karakter utama dalam misi dakwah Rasulullah.
Banyak pesan Rasulullah tentang berbelas kasih terhadap sesama makhluk. Salah
satunya tercermin dari sikap Rasulullah saat ada orang badui kencing di pojok
masjid yang kemudian mau dipukuli oleh para sahabat.
f. Memaafkan
g. Mengedepankan harmoni
c. Pendekatan Penawaran
Salah satu pendekatan dakwah Nabi adalah menawarkan agama Islam kepada
kabilah-kabilah yang menziarahi Ka’bah. Meskipun tidak ada seorangpun yang
mengikuti dakwah Nabi akibat teror dari kafir Quraisy, Nabi tetap menjalankan tugas
dakwah itu setiap musim Haji dari tahun keempat sampai tahun kesepuluh dari
keNabian beliau. Baru pada tahun kesebelas kabilah Khajraj dari Yatsrib menyatakan
memeluk Islam dan berlanjut kepada baiat Aqobah pertama dan kedua.
d. Pendekatan Misi
Pendekatan misi adalah pengiriman Da’i ke daerah yang jauh dari tempat tinggal
Nabi untuk mengajarkan agama Islam. Pendekatan dakwah ini merupakan bagian dari
pendekatan pendidikan namun dalam hal ini titik tekannya pada pendelegasian atau
pengiriman para Da’i oleh Nabi. Pendekatan misi yang dilakukan Nabi diantaranya:
Misi dakwah ke Yatsrib, Nejed, Khaibar, Yaman, Najran dan Makkah.
10
e. Pendekatan Korespondensi
Pendekatan korespondensi merupakan salah satu dakwah yang dilakukan Nabi
SAW. Dakwah melalui korespondensi ini dilakukan Nabi SAW pada tahun ke 7
hijriyah terhadap bangsa – bangsa non Arab. Melalui surat dakwah islam disebarkan
Nabi ke Eropa (Romawi), Persia, dan Afrika. Surat dakwah Nabi secara garis besar
berisi :
Surat-surat yang berisi seruan untuk masuk Islam.
Surat-surat yang berisi aturan ajaran Islam seperti zakat dan sebagainya.
Surat-surat yang berisi kewajiban bagi non muslim seperti jizyah.
Sebagai surat dakwah Rasulullah selalu mengawalinya dengan Basmallah.
Disamping itu surat dakwah juga merupakan surat resmi kepala negara karena
setiap surat dicap dengan stempel berbahan perak dengan tulisan Muhammad Rasul
Allah. Dengan demikin surat-surat yang dikirimkan Nabi Saw mengemban amanat
dan politik.
f. Pendekatan Diskusi
Diskusi merupakan pendekatan dakwah yang persuasive mengingat tidak setiap
mad’u begitu saja menerima ajakan dakwah, tetapi perlu adu argumen untuk
meyakinkan kebenaran ajaran Islam. Dakwah dengan pendekatan diskusi ini menuntut
Da’i untuk profesional dan mampu mengaplikasikan ilmu logika serta menguasai
pengetahuan yang mendalam terutama tentang topik yang didiskusikan. Pendekatan
diskusi yang dilakukan Rasulullah saw merupakan implementasi Q.S al-Nahl:125,
سنَ ِة َو َجاد ِْل ُه ْم ِب َّالتِ ْي ِه َي َ ع ا ِٰلى
َ س ِب ْي ِل َر ِبكَ ِب ْال ِح ْك َم ِة َو ْال َموْ ِع َظ ِة ْال َح ُ ا ُ ْد
َس ِب ْي ِل ٖه َو ُه َو ا َ ْع َل ُم ِب ْال ُم ْهت َ ِديْن
َ ض َّل ع َْنَ س ُن ا َِّن َربَّكَ ُه َو ا َ ْع َل ُم ِب َم ْن َ ْا َح
Artinya : ”Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran
yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu,
Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah
yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk”.
Diskusi yang diperintahkan Allah SWT kepada kaum muslimin adalah diskusi
yang baik. Diskusi yang baik disini adalah diskusi yang tidak mengandung unsur-
unsur penganiayaan karena adanya pemaksaan kehendak (pendapat) dan tidak ada
unsur-unsur yang merendahkan lawan dialog. Hal ini penting karena watak manusia
11
g. Risalatul Islam
Risalah Nabi Muhammad SAW adalah risalah Islam, yang dibawanya
adalah sesuatu yang benar. Hal ini tercermin dari akhlak, kepribadian dan
sifat-sifat Nabi yang mulia. Inti dari risalah Nabi Muhammad SAW adalah
huda {pentunjuk} dan addin yang benar. Sesuai dengan firman Allah SWT
QS. Al Fath:28,
َ ٗق ِلي ُْظ ِه َره
ِ علَى
الدي ِْن ُك ِل ٖه ِ س َل َرسُوْ َل ٗه ِب ْال ُه ٰدى َو ِدي ِْن ْال َح َ ِْي اَرْٰٓ ُه َو الَّذ
َوك َٰفى ِب ه
اّٰللِ ش َِه ْيدًا
h. Ad Dakwah
Nabi Muhammad SAW menggunakan Islam sebagai petunjuk dan juga
Allah SWT memenangkan Islam sebagai dienul Haq ke atas agama-agama
lainnya. Usaha ini tidak akan tercapai apabila tidak dilaksanakan dakwah.
Rasul dalam menjalankan dakwahnya mempunyai peranan sebagai saksi
atas umatnya, memberi penyampaian nilai-nilai Islam yang bersifat gembira
ataupun peringatan. Allah SWT sekali lagi menegaskan bahwa Nabi
Muhammad SAW berdakwah menyeru manusia agar kembali kepada Allah
SWT dan kemudian Nabi Muhammad SAW sebagai pelita yang menerangi,
sebagaimana firman-Nya QS.Al Ahzab:45-46,
{ }س ْل ٰنكَ شَا ِهدًا وَّ ُمبَش ًِرا وَّ نَ ِذي ًْر ٖۙا
َ ْٰيٰٓاَيُّ َها النَّبِ ُّي اِ َّنا ٰٓ اَر
{ }س َراجًا ُّمنِي ًْرا ِ اّٰللِ ِبا ِْذنِ ٖه َو
وَّ دَا ِعيًا اِلَى ه
Artinya : “Hai Nabi, sesungguhnya kami mengutus engkau sebagai saksi
atas ummat dan untuk memberi khabar gembira dan khabar takut. Dan
untuk menyeru {manusia}kepada Allah dengan izin-Nya, dan menjadi pelita
yang menerangi.”
4) Keberhasilan Dakwah-Nya
a) 3 Kunci keberhasilan Nabi Muhammad SAW dalam berdakwah adalah dengan
a. Hikmat : Menyampaikan ajaran yang benar guna menghindar kekeliruan.
14
15
Islam yang menuju Persia ini berada di bawah pimpinan panglima Saad bin Abi
Waqas. Dalam perkembangna berikutnya, berturut-turut dapat ditaklukan
beberapa kota, seperti kadisia tahun 16 H/636M, kota Jalula tahun 17 H/638 M.
Madain tahun 18 H / 639 M dan Nahawand tahun 21 H / 642 M.
Khalifah Umar bin Khatab juga mengembangkan kekuasaan Islam ke Mesir.
Pada saat itu penduduk Mesir, yaitu suku bangsa Qibti (Qopti) sedang mengalami
penganiayaan dari bangsa Romawi dan sangat mengaharapkan bantuan dari
orang-orang Islam. Setelah berhasil menaklukkan Syiria dan Palestina, Khalifah
Umar bin Khatab memberankatkan pasukannya yang berjumlah 4000 orang
menuju Masir di bawah pimpinan Amr bin Ash. Sasaran pertama adalah
menghancurkan pintu gerbang al Arisy, lalu berturut-turut al Farma, bilbis,
tendonius (Ummu Dunain), Ain Sams, dan juga berhasil merebut benteng babil
dan Iskandariyah.
Mengeluarkan Undang-Undang
Di antara jasa dan peninggalan Umar bin Khatab selama ia menjabat khalifah
adalah menertibkan pemerintahan dengan mengeluarkan undang-undang.
Diadakan kebijakan peraturan perundangan mengenai ketertiban pasar, ukuran
dalam jual beli, mengatur kebersihan jalan dan lain-lain.
Membagi Wilayah Pemerintahan
Khalifah Umar bin Khatab juga membagi daerah menjadi beberapa daerah
pemerintahan, yaitu pemerintahan pusat dan pemerintahan daerah. Khalifah
bertindak sebagai pemimpin pemerintahan pusat, sedangkan di daerah dipegang
oleh para gubernur yang membantu tugas pemerintahan khalifah di daerah-
daerah.
Membentuk beberapa dewan
Selain itu, Khalifah Umar bin Khatab juga membentuk beberapa
dewan, diantarannya Dewan Perbendaharaan Negara, dan Dewan Militer. Ia juga
membentuk utusan kehakiman, di mana hakim yang terkenal pada waktu itu
adalah Ali bin Abu Thalib.
3) Strategi Usman bin Affan
Perluasan Wilayah
Pada masa khalifah Usman terdapat juga beberapa upaya perluasan daerah
kekuasaan Islam di antaranya adalah melanjutkan usaha penaklukan Persia.
Kemudian Tabaristan, Azerbaijan dan Armenia. Usaha perluasan daerah
18
kekuasaan Islam tersebut lebih lancar lagi setelah dibangunnya armada laut. Satu
persatu daerah di seberang laut ditaklukanya, antara lain wilayah Asia Kecil,
pesisir Laut Hitam, pulau Cyprus, Rhodes, Tunisia dan Nubia. Dalam upaya
pemantapan dan stabilitas daerah kekuasaan Islam di luar kota Madinah, khalifah
Usman bin Affan telah melakukan pengamanan terhadap para pemberontak yang
melakukan maka di daerah Azerbaijan dan Rai, karena mereka enggan membayar
pajak, begitu juga di Iskandariyah dan di Persia.
Standarisasi Al-Qur’an
Pada masa Usman, terjadi perselisihan di tengah kaum muslimin perihal
secara baca Al Qur’an (qiraat). Perlu diketahui terlebih dahulu bahwa Al-Qur’an
diturunkan dengan beragam cara baca. Karena perselisihan ini, hampir saja terjadi
perang saudara. Kondisi ini dilporkan oleh Hudzaifah al Yamani kepada Khalifah
Usman. Menanggapai laporan tersebut, Khalifah Usman memutuskan untuk
melakukan penyeragaman cara baca Al-Qur’an. Cara baca inilah yang akhirnya
secara resmi dipakai oleh kaum muslimin. Dengan demikian, perselisihan dapat
diselesaikan dan perpecahan dapat dihindari.
Dalam menyusun cara baca Al-Qur’an resmi ini, Khalifah Usman
melakukannya berdasarkan cara baca yang dipakai dalam Al-Qur’an yang
disusun leh Abu Bakar. Setelah pembukuan selesai, dibuatlah beberapa
salinannya untuk dikirim ke Mesir, Syam, Yaman, Kufah, Basrah dan Mekkah.
Satu mushaf disimpan di Madinah.Mushaf-mushaf inilah yang kemudian dikenal
dengan nama Mushaf Usmani. Khalifah Usman mengharuskan umat Islam
menggunakan Al-Qur’an hasil salinan yang telah disebarkan tersebut. Sementara
mushaf Al-Qur’an dengan cara baca yang lainnya dibakar.
Pengangkatan Pejabat Negara
Pemerintahan Usman berlangsung selama 12 tahun. Pada paruh terakhir masa
kekhalifahannya muncul perasaan tidak puas dan kecewa di kalangan umat Islam
terhadapnya. Kepemimpinan Usman sangat berbeda dengan kepemimpinan
Umar. Ini mungkin karena umurnya yang lanjut (diangkat dalam usia 70 tahun)
dan sifatnya yang lemah lembut. Akhirnya pada tahun 35 H/655 M, Usman
dibunuh oleh kaum pemberontak yang terdir dari orang-orang yang kecewa itu.
Salah satu faktor yang menyebabkan banyak kecewa terhadap kepemimpinan
Usman adalah kebijaksanannya mengangkat keluarga dalam kedudukan tinggi.
Yang terpenting di antaranya adalah Marwan ibnu Hakam. Dialah pada dasarnya
19
Metode dakwah yang dilakukan Maulana Malik ibrahim, Sunan giri dkk efektif
di daerah pinggiran, pesisir dan kerajaan. Corak keagamaan yang dihasilkan adalah
Islam murni. Saluran dakwah mereka melalui penikahan dan hubungan dagang dan
pendidikan. Kelemahan metode dakwah formalis adalah belum sepenuhnya bisa
menembus daerah pelosok atau yang kultur animisme-dinamismenya masih kental.
Dari segi waktu untuk mengislamkan atau menarik minat orang-orang jawa masuk
Islam agak lambat. Berbeda dengan sunan Kalijogo dan sunan Bonang dengan
pendekatan kulturalnya (Seni dan budaya) mampu menarik minat orang jawa
masuk Islam (Sumber: Hasanu Simon, Misteri Syekh siti Jenar, Pustaka Pelajar:
2007). Dakwah sunan kalijogo juga ada kelemahannya, orang-orang jawa yang
disentuh dengan pendekatan dakwah kultural, komitmen keislamannya tidak
dalam, atau hanya kulitnya saja. Tidak heran jika sunan kalijogo ketika ditegur
oleh para wali khususnya Sunan giri. Sunan kalijogo pun berujar “biar generasi
penerusku yang akan meluruskan (dakwahku)”.
Nama lain dari Maulana Malik Ibrahim adalah Maulana Magribi, dan Maulana
Ibrahim. Terjadi perbedaan pendapat mengenai asal mula dari Maulana Malik
Ibrahim ini. Menurut tradisi atau babad Jawa, beliau adalah seorang Ulama dari
Tanah Arab, keturunan Zainal Abidin, cicit Nabi Muhammad. Sementara itu,
Hamka menulis bahwa beliau ini berasal dari Kasyan, Persia, dan seorang bangsa
22
23
Arab keturunan Rasulullah yang datang ke Jawa sebagai penyebar agama Islam.
Adapun pola pengembangan da‘wah yang beliau lakukan adalah sebagai berikut:
2. Sunan Ampel
Gelar sunan Ampel adalah Raden Rahmat, sedangkan nama mudanya adalah
Ahmad Rahmatullah. Beliau adalah Putra dari Ibrahim Asmoro-Kandi seorang
Ulama Kamboja yang kemudian menikah dengan Putri Majapahit. Beliau adalah
orang yang mempelapori pendirian Mesjid Agung Demak. Mesjid tersebutlah yang
kemudian dirancang sebagai sentral seluruh aktivitas pemerintah dan sosial
kemasyarakat. Dan kemudian hari Mesjid inilah yang kemudian dikenal dengan
Mesjidnya Para Wali.
Bila kita melihat sekilas dari apa yang telah dilakukan oleh Sunan Ampel,
seyogyanya bersesuaian dengan apa yang dipraktekkan oleh Rasulullah ketika
berada dimadinah yang menjadikan Mesjid sebagai tempat sentral pemerintahan
dan sebagai tempat penyelesaian berbagai masalah ataupun sanketa. Dan
selanjutnya Sunan Ampel juga menyiapkan dan melatih generasi-generasi Islam
yang selanjutnya akan diutus ke berbagai wilayah lain.
3. Sunan Giri
Sunan giri adalah salah satu dari Wali Songo, yang bertugas
menyiarkan agama Islam dikawasan Jawa Timur, tepatnya didaerah Gresik. Beliau
24
hidup antara tahun 1365-1428 M. Ayahnya bernama Maulana Ishaq, berasal dari
Pasai. Ibunya bernama Sekardadu, Putri Raja Blamblangan, Prabu Minaksembuyu.
Nama kecil sunan giri adalah Jaka samudra. Masa kecilnya diasuh oleh janda kaya
raya, Nyai Gedhe Pinatih. Menjelang dewasa Jaka Samudra berguru kepada Sunan
Ampel. Jaka Samudra diberi gelar oleh Sunan Ampel dengan gelar Raden Paku.
Adapun pola dakwah yang telah dikembangkan beliau adalah :
a) Membina kader da‘i inti, yaitu mereka yang di didik di perguruan Giri.
4. Sunan Kudus
Nama lain dari sunan kudus adalah Ja’far Shadiq, Raden Undung atau Raden
Untung, dan Raden Amir Haji. Sunan kudus terkenal sebagai ulama yang
besar yang menguasai Ilmu Hadist, Ilmu Tafsir Al-Qur’an, Ilmu Sastra, Mantik
dan terutama sekali Ilmu Fikih. Dengan ketinggian ilmunya itulah, maka kemudian
beliau dijuluki “Waliyul ‘Ilmi: yang artinya Wali yang menjadi gudang ilmu.
Beliau adalah seorang pujuangga besar yang memiliki kreativitas yang mampu
mengarang dongeng-dongeng pondok yang besifat dan berjiwa seni Islam. Dan
dengan kreativitas yang dimiliki beliau tersebut. Beliau mampu membaur dengan
masyarakat, meleburkan diri dengan budaya setempat dan mampu menarik simpati
masa yang pada selanjutnya ini dimanfaatkan untuk syiar da‘wah Islam.
5. Sunan Bonang
Sunan Bonang mendapat julukan nama Prabu Nyakrokusumo. Namun ketika
remaja Sunan Bonang memiliki nama Maulana Makhdum Ibrahim. Beliau adalah
Putra Sunan Ampel dan Nyai Ageng Manila. Program da‘wah yang dilakukanya
adalah :
25
6. Sunan Drajad
Nama asli dari Sunan Drajad adalah Syarifuddin Hasyim, merupakan Putra dari
Sunan Ampel. Dalam kehidupan sehari-harinya beliau dikenal sebagai Waliyullah
yang bersifat sosial, dimana dalam menjalankan aktivitas da‘wahnya beliau tidak
segan-segan untuk menolong masyarakat bawah serta memperbaiki kehidupan
sosialnya. Adapun polada‘wah yang dikembangkan beliau adalah :
a) Mendirikan pusat-pusat pos bantuan.
8. Sunan Kalijaga
Salah satu Wali yang sangat terkenal bagi orang jawa adalah Sunan Kalijaga.
Ketenaran Wali ini adalah karena ia seorang ulama yang sakti dan cerdas. Ia juga
seorang politikus yang “mengasuh” para raja beberapa kerajaan Islam. Selain itu
sunan kalijaga juga dikenal sebagai budayawan yang santun dan seniman wayang
yang hebat.
Pola da‘wah yang telah dikembangkannya adalah:
a) Mendirikan pusat pendidikan di Kadilengu.
9. Sunan Muria
Nama lain dari Sunan Muria adalah Raden Prowoto, Raden Umar Syahid.
Beliau adalah putra Sunan Kalijaga dan dewi saroh. Beliau merupakan seorang sufi
atau ahli thasawuf.
27
a) Pendekatan teologis. Maulana Malik Ibrahim dan Sunan Ampel adalah yang
menggunakan pendekatan ini. Mereka berdakwah bahkan hingga ke tingkat lapisan
masyarakat paling bawah (waisya dan Islam) saat itu. Masyarakat diajari tentang
nilai-nilai Islam, perbedaan antara pandangan hidup Islam dengan yang lainnya,
dan menanamkan dasar-dasar Islam.
d) Pendekatan sosial, Sunan Muria dan Sunan Drajat lebih senang hidup jauh dari
keramaian. Mereka memilih untuk berdakwah pada masyarakat kecil di desa-desa
atau kampung-kampung. Mereka mengajarkan masyarakat kecil untuk
28
e) Pendekatan kultural, dalam berdakwah Sunan Kalijaga dan Sunan Bonang lebih
menonjol menggunakan pendekatan kultural. Mereka sadar bahwa budaya adalah
sesuatu yang sudah mendarah daging di masyarakat. Jika langsung ditolak, maka
masyarakat tidak akan mengikuti dakwah tersebut.
Keberhasilan dakwah Wali songo tidak lepas dari cara dakwahnya yang
mengedepankan Metode Kultural dan Budaya. Dakwah kultural merupakan metode
yang baik untuk dilakukan baik di masyarakat desa maupun dilakukan di lingkungan
masyarakat kota, baik yang berpikiran primif maupun yang sudah modern
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam menyampaikan pesan-pesan dakwahnya, nabi sangat memperhatikan situasi dengen
kondisi audien. Oleh karena itu, nabi menggunakan metode tertentu untuk satu kelompok
masyarakat dan menggunakan metode menggunakan metode lain untuk masyarakat
lainnya. Satu saat beliau menggunakan metode hikmah, disaat lain menggunakan metode
mauidzah hasanah, atau kalau diperlukan tidak segan-segan menggunakan metode
mujadalah bi al-ahsan.
Penerusan kepemimpinan agama pasca Rasul wafat selanjutnya dialihkan kepada empat
para sahabat rasul atau dikenal dengan masa kekhalifahan, yang diangkat sesuai dengan
ajaran Nabi dalam hal memutuskan sesuatu hendaknya dengan musyawarah dan
demokratis. Yang selanjutnya pada setiap masa kepemimpinan empat khalifah itu
menghasilkan berbagai kebudayaan serta perkembangan dakwah islam yang lebih luas.
B. Pertanyaan
Dalam Presentase tentang makalah ini terdapat beberapa pertanyaan yang diajukan oleh
forum, Yaitu;
1) Apakah Kita tidak Boleh Mengawani/Berkawan dengan Pelaku Maksiat ? Ahmad
2) Kebudayaan-kebudayaan seperti apa yang dilakukan oleh wali songo dalam
berdakwah dinusantara? Ahmad Enno Irvansyah
3) Apakah Wali Songo termasuk Salafus Shalih? Rahman Sunarto
29
Daftar Pustaka
Dari <https://alembe59.blogspot.com/2017/09/strategi-dakwahyang-dikembangkan-
oleh.html>
Dari <https://alembe59.blogspot.com/2017/09/strategi-dakwahyang-dikembangkan-
oleh.html>
Dari <https://www.kompasiana.com/fadh_ahmad/5520ad3e813311a47419fa7b/fadh-ahmad-
berkaca-pada-metode-dakwah-walisongo>
Dari <http://maniailmu.blogspot.com/2015/09/strategi-dakwah-khulafaur-rosyidin.html>
Dari <http://mustanir.net/strategi-dakwah-para-khulafa-rasyidin/>
Dari <https://umihindun.wordpress.com/2018/01/12/metode-dakwah-rasulullah/>
Dari <https://okibabdulrokib.wordpress.com/category/makalah/metode-dakwah-rasulullah-
saw/>
Dari <http://satimterus.blogspot.com/2017/12/makalah-dakwah-khulafaur-rasyidin.html>
30