Anda di halaman 1dari 33

METODE DAN STRATEGI DAKWAH RASULULLAH SAW

&
METODE DAN STRATEGI KHULAFAURRASYIDIN DAN
WALI SONGO

Oleh Dosen Pengasuh;

Moh Ali Mahmudi. S.Pd.I

Disusun Oleh;

Ketua Kelompok;

Achmad Anthasach Al-Ghazali (18511006)

Anggota;

Isma Saleh (18511302)

Rifaldi Andhika Yudistira (18511303)

Ridho (18511005)

FAKULTAS AGAMA ISLAM


UNIVERSITAS YAPIS PAPUA
2019
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, puji syukur kami
panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan Rahmat, Hidayah, dan Inayah-
Nya sehingga kami dapat membuat makalah Pendidikan Profesi Da’i dengan judul “Metode
dan Strategi Dakwah Rasulullah SAW, Khulafaurrasyidin dan Wali Songo”, tepat pada
waktunya.

Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami
dalam menyusun makalah ini.

Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih terdapat
banyak kekurangan baik dari segi penyusunan, bahasa dan aspek lainnya. Oleh karena itu,
dengan lapang dada kami ingin menerima saran maupun kritik demi memperbaiki makalah
ini.

Kami sebagai pembuat atau penyusun sangat mengharapkan semoga dari makalah sederhana
ini dapat diambil manfaatnya dan besar keinginan kami dapat menginspirasi para pembaca
untuk mengangkat permasalahan lain yang relevan pada makalah-makalah selanjutnya.

Jayapura, 04 April 2019

Kelompok 4

i
Daftar Isi
KATA PENGANTAR .............................................................................................................................. i
Daftar Isi .................................................................................................................................................. ii
BAB I .......................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN ...................................................................................................................................1
Latar Belakang .....................................................................................................................................1
Rumusan Masalah ................................................................................................................................1
BAB II .....................................................................................................................................................2
A. Dakwah Rasulullah SAW..........................................................................................................2
1) Kode Etik dan Karakteristik Dakwah Rasulullah ........................................................................3
2) Pendekatan Dakwah Rasulullah SAW ....................................................................................9
3) Keistimewaan Dakwah Rasulullah SAW...................................................................................11
4) Keberhasilan Dakwah-Nya .....................................................................................................13
BAB III ....................................................................................................................................................14
METODE DAN STRATEGI DAKWAH KHULAFAURRASYIDIN DAN WALI SONGO ..................................14
A. Metode Dakwah Khulafaurrasyidin ......................................................................................14
B. Strategi Dakwah Khulafaurrasyidin......................................................................................15
C. Pendekatan Dakwah Khulafaurrasyiddin .............................................................................21
A. Metode Dakwah Wali Songo ....................................................................................................22
B. Strategi Dakwah Wali Songo ....................................................................................................22
C. Pendekatan Dakwah Walisongo .............................................................................................27
D. Keistimewaan Dakwah Walisongo .........................................................................................28
E. Keberhasilan Dakwah Walisongo ..........................................................................................28
BAB IV..................................................................................................................................................29
PENUTUP ............................................................................................................................................29
A. Kesimpulan ...............................................................................................................................29
B. Pertanyaan................................................................................................................................29
Daftar Pustaka ...................................................................................................................................30

ii
BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Nabi Muhammad adalah manusia yang telah diutus oleh Allah SWT, bukanlah
sembarangan orang. Selain sifatnya yang luar biasa, ia juga mampu menyusun strategi dan
metode dalam menjalankan tugasnya sebagai pembawa pesan dari Allah. Berbagai metode
dan strategi ia lakukan, mulai dari cara sembunyi-sembunyi, terang-terangan bahkan dengan
jalan perang ia lakukan.
Lalu setelah Wafatnya Rasulullah Saw, kepemimpinan Rasul juga berganti kepada
Khulafaurrasyidin, yang dimana Khulafaurrasyidin juga punya strategi untuk melanjutkan
dakwah Sang Rasul yaitu Nabi Muhammad SAW.
Di Nusantara juga ada Walisongo menurut sejarah masuknya Islam ke Nusantara,
Walisongo adalah perintis awal dakwah Islam di Indonesia, khususnya di Jawa, yang
dipelopori Syeikh Maulana Malik Ibrahim. Walisongo adalah pelopor dan pemimpin dakwah
Islam yang berhasil merekrut murid-murid untuk menjalankan dakwah Islam ke seluruh
Nusantara sejak abad ke-14, yang dimana Walisongo juga punya strategi untuk berdakwah di
masa itu.

Rumusan Masalah
1. Dakwah Rasulullah SAW
2. Kode Etik dan karakteristik dakwah Rasulullah SAW
3. Pendekatan Dakwahnya
4. Keistimewaan Dakwahnya
5. Keberhasilan Dakwahnya
6. Metode dakwah Khulafaurrasyiddin dan Wali Songo
7. Strategi dakwah Khulafaurrasyiddin dan Wali Songo
8. Pendekatan Dakwahnya
9. Keistimewaan Dakwahnya
10. Keberhasilan Dakwahnya

1
BAB II
METODE DAN STRATEGI DAKWAH RASULULLAH SAW

A. Dakwah Rasulullah SAW

Dakwah yang dilakukan oleh Rasulullah terbagi dalam 2 periode, yaitu di Mekkah
dan Madinah. Pada awal periode Mekkah Rasulullah berdakwah secara sembunyi-
sembunyi, mendatangi orang-orang dekat Beliau antara lain istri Beliau Khadijah,
keponakannya Ali, budak Beliau Zaid, untuk diajak masuk Islam. Ketika turun surat al
Muddatstsir : Rasululah mulai melakukan dakwah di tengah masyarakat, setiap bertemu
orang Beliau selalu mengajaknya untuk mengenal dan masuk Islam (masih dalam keadaan
sembunyi-sembunyi).
Ketika Abu Bakar menyatakan masuk Islam, dan menampakkannya kepada orang-
orang yang dia percayai, maka muncullah nama-nama seperti Utsman bin Affan, Zubair
bin Awwam, Abdurrahman bin Auf, Saad bin Abi Waqash dan Thalhah bin
Ubaidillah yang juga masuk Islam. Dan seterusnya diikuti oleh yang lain seperti Abu
‘Ubaidah, Abu Salamah, Arqom bin Abi al Arqom, dll. Beliau menjadikan rumah Arqom
bin Abi al Arqom sebagai pusat pengajaran dan sekaligus pusat kutlah (kelompok) yang
dalam bahasa kita tepatnya disebut sekretariat. Di tempat ini Rasulullah mengajarkan
hukum-hukum Islam, membentuk kepribadian Islam serta membangkitkan aktivitas
berpikir para sahabatnya tersebut. Beliau menjalankan aktivitas ini lebih kurang selama 3
tahun dan menghasilkan 40 orang lebih yang masuk Islam.
Selama 3 tahun membangun kutlah kaum muslim dengan membangun pola pikir yang
islami (‘aqliyah islamiyah) dan jiwa yang islami (nafsiyah islamiyah), maka muncullah
sekelompok orang yang memiliki syakhsiyah islamiyah (kepribadian Islam) yang siap
berdakwah di tengah-tengah masyarakat jahiliyah pada saat itu. Hal ini bertepatan dengan
turunnya surat al Hijr : 94, yang memerintahkan Rasulullah untuk berdakwah secara
terang-terangan dan terbuka. Ini berarti Rasulullah dan para sahabatnya telah berpindah
dari tahapan dakwah secara sembunyi-sembunyi (daur al istikhfa’) kepada tahapan
dakwah secara terang-terangan (daur al i’lan). Dari tahapan kontak secara individu menuju
tahap menyeruh seluruh masyarakat. Sejak saat itu mulai terjadi benturan antara keimanan
dan kekufuran, antara pemikiran yang haq dan pemikiran yang batil. Tahapan ini disebut
marhalah al tafa’ul wa al kifah yaitu tahap interaksi dan perjuangan. Di tahapan ini kaum

2
3

kafir mulai memerangi dan menganiayah Rasulullah dan para sahabatnya. Ini adalah
periode yang paling berat dan menakutkan di antara seluruh tahapan dakwah.
Bahkan sebagian sahabat yang dipimpin oleh Ja’far bi Abi Thalib diperintahkan oleh
rasul untuk melakukan hijrah ke Habsyi. Sementara Rasulullah dan sahabat yang lain terus
melakukan dakwah dan mendatangi para ketua kabilah atau ketua suku baik itu suku yang
ada di Mekkah maupun yang ada di luar Mekkah. Terutama ketika musim haji, dimana
banyak suku dan ketua sukunya datang ke Mekkah untuk melakukan ibadah haji.
Rasulullah mendatangi dan mengajak mereka masuk Islam atau minimal memberikan
dukungan terhadap perjuangan Rasulullah.

1) Kode Etik dan Karakteristik Dakwah Rasulullah


Kode Etik Dakwah Rasulullah
a. Tidak Memisahkan Antara Ucapan dan Perbuatan
Rasulullah SAW tidak pernah memisahkan antara ucapan dan perbuatan. Artinya,
perintah dan larangan yang disampaikan dalam berdakwah berlaku juga untuk diri
pendakwah itu sendiri. Etika dakwah seperti ini harus tertanam dalam hati para da’I,
jika tidak maka dakwah tersebut tidak berhasil. Karena sejatinya pendakwah adalah
role model dari apa yang mereka sampaikan. Sehingga para da’I memiliki integritas
dakwah yang baik. Allah SWT menegaskan hal ini dalam surat As-Shaff ayat 2-3
َ‫ٰيٰٓاَيُّ َها الَّ ِذيْنَ ٰا َم ُنوْ ا ِل َم تَقُوْ لُوْ نَ َما ََل ت َ ْفعَلُوْ ن‬
َ‫اّٰللِ ا َ ْن ت َ ُقوْ لُوْ ا َما ََل ت َ ْفعَ ُلوْ ن‬
‫َكب َُر َم ْقتًا ِع ْندَ ه‬
yang artinya:“Wahai orang-orang yang beriman mengapa kalian mengatakan hal-hal
yang kalian tidak melakukannya? Amat besar murka di sisi Allah SWT bahwa kalian
mengatakan apa-apa yang tidak kalian kerjakan”.
b. Tidak Melakukan Toleransi dalam Akidah
Toleransi atau tasamuh sangat dianjurkan, namun tidak dalam masalah akidah.
Dahulu, ketika Nabi SAW berada di Mekah, orang musyrikin mengajak berdiskusi
atau kompromi keagamaan. Orang musyrikin mengajak Nabi SAW untuk mengikuti
agama mereka dan menyembah sesembahan mereka. Kemudian, orang musyrikin
akan mengikuti agama yang dibawa Nabi SAW dan menyembah Allah SWT.
Mendengar tawaran dan ajakan tersebut, Nabi SAW menjawab “Saya memohon
perlindungan Allah SWT agar tidak mempersekutukan Allah SWT dengan yang lain”.
Sebab itu, Allah SWT menurunkan wahyu berupa surat al-Kafirun.
4

c. Tidak Mencerca Sesembahan Lawan


Etika dakwah tidak mencerca atau mencaci sesembahan agama lain juga
sangat penting diperhatikan oleh para da’i. Tidak semena-mena mengatakan Tuhan
agama lain itu sesat menyesatkan. Hal tersebut dikarenakan dapat menimbulkan
kekecewaan umat selain muslim dengan mencerca balik Tuhan yang diimani oleh
umat muslim atau bahkan dapat menimbulkan peperangan. Allah SWT menegaskan
dalam surat al-An’am ayat 108
‫ع ْدوً ۢا ِب َغي ِْر ِع ْلم‬ ‫سبُّوا ه‬
َ َ‫اّٰلل‬ ُ َ‫اّٰللِ َفي‬‫عوْ نَ ِم ْن دُوْ ِن ه‬ ُ ‫سبُّوا الَّ ِذيْنَ يَ ْد‬ ُ َ ‫َو ََل ت‬
َ ‫يَ ْع َملُوْ نَك َٰذ ِلكَ َز َّينَّا ِل ُك ِل اُمَّة‬
‫ع َملَ ُه ْۖ ْم ث ُ َّم ا ِٰلى َر ِب ِه ْم مَّرْ ِجعُ ُه ْم فَ ُينَ ِبئُ ُه ْم ِب َما كَانُوْ ا‬
yang artinya:“Dan janganlah kamu memaki sesembahan-sesembahan yang mereka
sembah selain Allah SWT, karena mereka nanti akan memaki Allah SWT dengan
melampaui batas tanpa pengetahuan”.
d. Tidak Melakukan Diskriminasi
Allah SWT tidak memperkenankan Nabi SAW melakukan diskriminasi sosial
dalam menjalankan dakwah. Tidak membeda-bedakan perlakuan dakwah untuk kaum
elite dan kaum menengah ke bawah hanya karena soal materi semata. Semua
diperlakukan sama. Suatu hari, Nabi SAW mengajarkan agama Islam kepada sahabat
Nabi SAW yang tergolong miskin seperti Khubab bin al-Aritt,’Abdullah bin Mas’ud
dan Bilal al-Habsyi. Tiba-tiba datanglah para pemuka Quraisy seperti al-Arqa bin
Habis al Tamimi dan ‘Uyaynah bin Hishn al-Fazari.
Pemuka Quraisy tadi meminta kepada Nabi SAW untuk memisahkan tempat
duduk mereka dengan sahabat yang miskin, karena takut dilihat oleh para suku
mereka. Akhirnya Nabi SAW mengabulkan permintaan mereka dengan menulis suatu
perjanjian. Nabi SAW berpikir bahwa jika para pemuka Quraisy sudah masuk Islam
maka suku Quraisy seluruhnya akan ikut masuk Islam. Lalu Bilal menjauh ke sudut
ruangan sebelum Nabi SAW menyuruhnya pergi. Allah SWT kemudian menurunkan
surat al-An’am ayat 52
ُ ‫َو ََل ت َ ْط ُر ِد الَّ ِذيْنَ يَ ْد‬
‫عوْ نَ َربَّ ُه ْم ِب ْالغَ ٰدو ِة َو ْال َعشِي ِ ي ُِر ْيدُوْ نَ َوجْ َه ٗه َما‬
‫ع َلي ِْه ْم ِم ْن ش َْيء‬ َ ‫سا ِب ِه ْم ِم ْن ش َْيء وَّ َما ِم ْن ِح‬
َ َ‫سا ِبك‬ َ ‫ع َليْكَ ِم ْن ِح‬ َ
‫فَت َ ْط ُردَ ُه ْم َفت َ ُكوْ نَ ِمنَ ه‬
َ‫الظ ِل ِميْن‬
yang artinya:“dan janganlah kamu mengusir orang-orang yang selalu menyembah
Tuhannya pada pagi hari dan petang, sedangkan mereka menghendaki keridhanNya”
5

Jangan sampai para da’I lebih mendahulukan tawaran untuk mengisi suatu
pengajian di masjid yang para jamaahnya adalah orang kaya daripada mengisi
pengajian yang jamaahnya adalah orang biasa sebab pemberian amplop ceramah yang
jumlahnya lebih besar.
e. Tidak Memungut Imbalan
Dalam hal ini, ada perbedaan pendapat di kalangan ulama. Pertama kalangan
mazhab Hanafi, berpendapat bahwa memungut imbalan dalam menyiarkan ajaran
Islam itu hukumnya haram secara mutlak. Kedua kalangan mazhab Syafi’I,
berpendapat bahwa memungut imbalan dalam menyebarkan ajaran Islam itu boleh
baik sebelumnya ada perjanjian ataupun tidak. Terakhir yaitu pendapat dari Hasan al-
Basri, al-Sya’bi dan Ibnu Sirin bahwa jika ada perjanjian sebelumnya untuk
memungut imbalan maka itu diharamkan, namun jika tidak ada perjanjian sebelumnya
kemudian orang yang mengajarkan agama Islam itu diberi imbalan maka hal itu
hukumnya boleh.
Almarhum kiyai Ali Mustafa Yaqub menekankan dalam hal ini bahwa
perbedaan ulama tersebut dalam hal menyebarkan ajaran Islam atau berdakwah,
misalnya mengajarkan al-Qur’an, Fikih, Hadis. Sedangkan, jika hanya membacakan
al-Quran saja, bukan mengajarkannya maka para ulama sepakat haram hukumnya
memungut imbalan. Alasannya, dalam mengajarkan agama Islam ada unsur jasa
mentransfer ilmu, sedangkan dalam membaca al-Qur’an saja unsur tersebut tidak ada.
Jadi, membaca al-Quran benar-benar merupakan ibadah murni kepada Allah SWT
seperti halnya salat.
f. Tidak berkawan karib dengan Pelaku Maksiat
Etika yang tak kalah penting dalam berdakwah yaitu tidak berkawan karib
pelaku maksiat, atau menjadikannya sahabat. Karena jika pelaku maksiat dijadikan
sahabat atau teman baik maka secara tidak langsung kita sama saja dengan
membolehkan perbuatan maksiat yang mereka lakukan. Lalu, siapa lagi yang akan
memberikan nasihat kepada para pelaku maksiat ini supaya berhenti? Konteks
mengawani dengan mendakwahi itu berbeda. Mereka tetap didakwahi untuk berhenti
dari maksiat namun tidak diperlakukan khusus kecuali setelah mereka bertaubat.
Nabi SAW mengemukakan bahwa para ulama yang berkawan baik dengan
para pelaku maksiat dan para pelaku dosa lagi melampaui batas akan dilaknat oleh
Allah SWT. Nabi SAW menceritakan kisah di surat al-Maidah ayat 78-79 tentang
para ulama di kalangan Bani Israil yang dilaknat oleh Allah SWT karena ikut serta
6

bergaul dengan para pelaku dosa. Awalnya ulama tersebut melarang pelaku dosa
kaum Bani Israil tetapi mereka tidak mau meninggalkan perbuatan dosanya dan
akhirnya para ulama ini mengakrabi para pelaku dosa dan akhirnya baik para ulama
dan pelaku dosa semuanya dilaknat Allah SWT. Para da’I harus memiliki sikap tegas
dan tegar dalam berdakwah seperti yang dicontohkan oleh Nabi SAW.
g. Tidak Menyampaikan Hal-Hal yang Tidak Diketahui
Para da’i tidak boleh menyampaikan sesuatu yang tidak diketahuinya karena
dapat menyesatkan. Jika ditanya suatu perkara atau masalah maka lebih baik
menjawab “tidak tahu” atau “wallau a’lam” atau “nanti saya coba buka kitabnya dan
cari lagi jawabannya” daripada asal menjawab dan mengikuti selera serta hawa nafsu
sendiri dalam menjawab. Allah SWT menegaskan dalam surat al-Isra ayat 36
yang artinya:“dan janganlah kamu mengikuti apa yang tidak kamu ketahui. Karena
sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati semua itu akan dimintai
pertanggungjawaban”.
Beberapa ulama zaman sekarang merasa malu jika menjawab “tidak tahu” saat
ditanya oleh jamaahnya karena akan terlihat tidak berilmu atau tidak pintar. Hal ini
yang harus diperhatikan, tidak boleh menjawab suatu perkara agama yang
jawabannya berasal dari selera dan hawa nafsu atau jawaban kira-kira karena dapat
menyesatkan.

Karakteristik Dakwah Rasulullah


Rasulullah memiliki beberapa karakteristik yang patut dicontoh oleh segenap kaum
muslim yang ingin melanjutkan cita-cita mulia Rasulullah Muhammad SAW sebagai
da’i (orang yang senantiasa mengajak kepada kebaikan). Di antara karakteristik
tersebut di antaranya adalah sebagai berikut:
a. Solutif

Dalam menghadapi banyak persoalan, Rasulullah menjadi problem


solver yang bijak, misalnya saat sampai di Madinah, saat Rasulullah menghadapi
masyarakat yang heterogen yang sering berselisih, Rasulullah
mempersaudarakan kalangan muhajirin (yang ikut hijrah dengan Rasulullah)
dengan kalangan Anshor (penduduk asli Madinah). Setelah itu, baru Rasulullah
Membangun struktur politik dengan Yahudi dan penduduk Madinah lainnya
yang dikenal dengan Piagam Madinah (Shahifah al-Madinah).
7

b. Memudahkan

Rasulullah dalam banyak hal memberikan kemudahan kepada para sahabat


dalam beragama. Dalam salah salah satu sabdanya, “sungguh beragama itu
mudah, jangan diberat-beratkan.” Rasulullah pernah memarahi seorang imam
shalat yang memperpanjang bacaan shalat karena memberatkan makmumnya.

Dalam hadis tentang keutamaan siwak, Rasulullah bersabda, “Andaikan tidak


memberatkan ummatku, niscaya aku perintah mereka di setiap mau berwudhu.”
Ungkapan ‘andai tidak memberatkan’ adalah bentuk kasih sayang Rasulullah
agar umatnya tidak mengalami kesulitan dalam beragama.

c. Tegas

Rasulullah juga sosok yang tegas dalam memutuskan sesuatu. Saat kaum
Yahudi mengkhianati perjanjian piagam Madinah dan ketahuan berencana untuk
membunuh Rasulullah, Rasulullah didukung para sahabat yang lain secara tegas
menindak dan mengusir kaum yahudi yang melanggar tersebut.

d. Bertahap

Dakwah Rasulullah dilakukan secara berproses dan bertahap tidak secara tiba-
tiba. Sebelum berdakwah Rasulullah telah mengukir catatan pribadi yang baik
dalam masyarakat, hingga ia dijuluki al-Amin (terpercaya). Baru kemudian
Rasulullah berdakwah. Tradisi mabuk-mabukan yang sangat mengakar di
kalangan para sahabat, oleh Rasulullah dirubah secara pelan-pelan dan perlahan
hingga pada akhirnya diharamkan secara total.

e. Welas Asih (Menyayangi)


8

Sikap ini menjadi salah satu karakter utama dalam misi dakwah Rasulullah.
Banyak pesan Rasulullah tentang berbelas kasih terhadap sesama makhluk. Salah
satunya tercermin dari sikap Rasulullah saat ada orang badui kencing di pojok
masjid yang kemudian mau dipukuli oleh para sahabat.

Rasulullah melarangnya dan membiarkan badui tersebut menyelesaikan


kencingnya hingga selesai, baru kemudian dinasehati dengan nasehat yang
lemah-lembut. Dalam riwayat lain, Rasulullah pernah minta mendoakan orang-
orang musyrik agar mendapatkan adzab dari Allah, namun Rasulullah
menolaknya seraya berkata, “Saya tidak diutus sebagai orang yang suka
melaknat tetapi saya diutus dengan membawa rahmat (welas asih).”

f. Memaafkan

Keluhuran budi Rasulullah dalam berdakwah adalah memaafkan yang pernah


salah. Ketika perjalanan menuju fathu mekkah, para sahabat merasa geram dan
ingin segera membalas dendam atas penindasan yang dilakukan oleh masyarakat
Mekkah. Tetapi sesampai di Mekkah saat semuanya tidak bisa berkutik,
Rasulullah dengan santai, “Ini adalah hari kasih sayang, kalian bebas!”
Rasulullah memaafkan orang-orang yang pernah dzalim kepada Rasulullah dan
sahabatnya.

g. Mengedepankan harmoni

Rasulullah tidak memaksa masyarakat menjadi masyarakat yang homogen.


Yang ditekankan Rasulullah adalah harmoni. Meskipun masyarakat berbeda-
beda semuanya bisa berdampingan dan harus saling menghormati dan
melindungi sebagaimana tercermin dari piagam Madinah, yang salah satu
pasalnya adalah, mereka (penduduk Madinah) adalah bangsa yang satu (ummah
wahidah).
9

2) Pendekatan Dakwah Rasulullah SAW


a. Pendekatan Personal
Pendekatan ini dilakukan dengan cara face to face individual antara da’i dan mad’u
bertatap muka langsung sehingga reaksi yang timbul akan segera diketahui. Hal ini
disebabakan pendekatan personal memiliki keterkaitan batin serta interaksi emosional
antara da’i dan mad’u. Pendekatan personal yang pertama kali dilakukan Nabi
Muhammad setelah menerima wahyu kepada orang orang terdekatnya. Pendekatan
dakwah ini dilandasi juga ketika umat Islam pada saat itu belum kuat dan masih
sedikit. Melalui pendekatan ini da’i langsung membimbing ke mad’u sehingga
keimanan mad’u bertambah mantap sehingga permasalahan keagaman dapat langsung
dipecahkan.
b. Pendekatan Pendidikan
Ketika Nabi hijrah ke Madinah barulah pendidikan berkembang dan diorganisir
secara sempurna. Adapun sistem pendidikan yang dikembangkan Nabi adalah sistem
kaderisasi dengan membina para sahabat. Kemudian para sahabat
mengembangkannya ke seluruh dunia. Mulai dari Khulafaurasyidin kemudian ke
generasi berikutnya.

c. Pendekatan Penawaran
Salah satu pendekatan dakwah Nabi adalah menawarkan agama Islam kepada
kabilah-kabilah yang menziarahi Ka’bah. Meskipun tidak ada seorangpun yang
mengikuti dakwah Nabi akibat teror dari kafir Quraisy, Nabi tetap menjalankan tugas
dakwah itu setiap musim Haji dari tahun keempat sampai tahun kesepuluh dari
keNabian beliau. Baru pada tahun kesebelas kabilah Khajraj dari Yatsrib menyatakan
memeluk Islam dan berlanjut kepada baiat Aqobah pertama dan kedua.
d. Pendekatan Misi
Pendekatan misi adalah pengiriman Da’i ke daerah yang jauh dari tempat tinggal
Nabi untuk mengajarkan agama Islam. Pendekatan dakwah ini merupakan bagian dari
pendekatan pendidikan namun dalam hal ini titik tekannya pada pendelegasian atau
pengiriman para Da’i oleh Nabi. Pendekatan misi yang dilakukan Nabi diantaranya:
Misi dakwah ke Yatsrib, Nejed, Khaibar, Yaman, Najran dan Makkah.
10

e. Pendekatan Korespondensi
Pendekatan korespondensi merupakan salah satu dakwah yang dilakukan Nabi
SAW. Dakwah melalui korespondensi ini dilakukan Nabi SAW pada tahun ke 7
hijriyah terhadap bangsa – bangsa non Arab. Melalui surat dakwah islam disebarkan
Nabi ke Eropa (Romawi), Persia, dan Afrika. Surat dakwah Nabi secara garis besar
berisi :
Surat-surat yang berisi seruan untuk masuk Islam.
Surat-surat yang berisi aturan ajaran Islam seperti zakat dan sebagainya.
Surat-surat yang berisi kewajiban bagi non muslim seperti jizyah.
Sebagai surat dakwah Rasulullah selalu mengawalinya dengan Basmallah.
Disamping itu surat dakwah juga merupakan surat resmi kepala negara karena
setiap surat dicap dengan stempel berbahan perak dengan tulisan Muhammad Rasul
Allah. Dengan demikin surat-surat yang dikirimkan Nabi Saw mengemban amanat
dan politik.

f. Pendekatan Diskusi
Diskusi merupakan pendekatan dakwah yang persuasive mengingat tidak setiap
mad’u begitu saja menerima ajakan dakwah, tetapi perlu adu argumen untuk
meyakinkan kebenaran ajaran Islam. Dakwah dengan pendekatan diskusi ini menuntut
Da’i untuk profesional dan mampu mengaplikasikan ilmu logika serta menguasai
pengetahuan yang mendalam terutama tentang topik yang didiskusikan. Pendekatan
diskusi yang dilakukan Rasulullah saw merupakan implementasi Q.S al-Nahl:125,
‫سنَ ِة َو َجاد ِْل ُه ْم ِب َّالتِ ْي ِه َي‬ َ ‫ع ا ِٰلى‬
َ ‫س ِب ْي ِل َر ِبكَ ِب ْال ِح ْك َم ِة َو ْال َموْ ِع َظ ِة ْال َح‬ ُ ‫ا ُ ْد‬
َ‫س ِب ْي ِل ٖه َو ُه َو ا َ ْع َل ُم ِب ْال ُم ْهت َ ِديْن‬
َ ‫ض َّل ع َْن‬َ ‫س ُن ا َِّن َربَّكَ ُه َو ا َ ْع َل ُم ِب َم ْن‬ َ ْ‫ا َح‬
Artinya : ”Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran
yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu,
Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah
yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk”.
Diskusi yang diperintahkan Allah SWT kepada kaum muslimin adalah diskusi
yang baik. Diskusi yang baik disini adalah diskusi yang tidak mengandung unsur-
unsur penganiayaan karena adanya pemaksaan kehendak (pendapat) dan tidak ada
unsur-unsur yang merendahkan lawan dialog. Hal ini penting karena watak manusia
11

memiliki ego tersendiri. Seseorang tidak mudah melepaskan pendapatnya sendiri,


kecuali kritik terhadap pendapatnya dilakukan secara halus sehingga yang
bersangkutan tidak merasa pendapatnya dipinggirkan.

3) Keistimewaan Dakwah Rasulullah SAW


a. Khatama Anbiyah{Nabi Penutup}
Allah SWT telah menurunkan Nabi sebanyak 124.000 dan Rasul sebanyak
313 orang. Namun demikian didalam Al-Qur’an yang disebutkan hanya 25
orang saja. Sedangkan penutup bagi semua Rasul dan Nabi itu adalah Nabi
Muhammad SAW. Seperti yang dijelaskan Allah SWT dalam QS. Al-
Ahzab:40
‫َما كَانَ ُم َح َّمدٌ اَبَا ٰٓ ا َ َحد ِم ْن ِر َجا ِل ُك ْم َو ٰل ِك ْن رَّ سُوْ َل ه‬
َ‫اّٰللِ َو َخات َ َم النَّ ِب ٖين‬
َ ‫اّٰللُ ِب ُك ِل ش َْيء‬
‫ع ِل ْي ًما‬ ‫َوكَانَ ه‬
Artinya : Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di
antara kamu, tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi. Dan
adalah Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.

b. Nasikhu Ar Risalah {Penghapus Risalah}


Risalah terdahulu hanya untuk kaum tertentu saja, sehingga hanya sesuai
untuk kaum tersebut. Selain itu risalah terdahulu mengikuti keadaan dan
situasi serta keperluan semasa waktu itu sehingga hanya sesuai pada saat
tersebut saja. Risalah Nabi Muhammad SAW sebagai pelengkap dari
Risalah sebelumnya sekaligus memansukhkan risalah sebelumnya. Risalah
Nabi Muhammad SAW sesuai dan dapat digunakan oleh semua manusia dan
dapat diamalkan hingga hari kiamat. Risalah terdahulu yang dibawa oleh
ratusan Nabi dan Rasul mempunyai pendekatan kaumnya misalnya
pendekatan dakwah Nabi Daud AS dengan kekuatan fisikal, Nabi Sulaiman
AS pandai bercakap dengan hewan,pohon,jin, dll. Sesuai dengan firman
Allah SWT dalam QS. Al-Anbiya’:107,
َ‫س ْل ٰنكَ ا ََِّل َرحْ َمةً ِل ْل ٰعلَ ِميْن‬
َ ْ‫َو َما ٰٓ اَر‬
Artinya : “Dan kami tidak mengutus engkau {Muhammad} melainkan
untuk {menjadi} rahmat bagi seluruh alam”
Diriwayatkan dalam hadits mutawir dari Anas bin Malik radhiyallahu
‘anhu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
“Sesungguhnya risalah kenabian itu telah habis, maka tidak ada nabi dan
rasul sesudahku”{HR.Ahmad}.
c. Musoddiqu Al Anbiya {Membenarkan Para Nabi}
Banyak tantangan dan cobaan menghapuskan agama Allah SWT, namun
demikian Allah SWT senantiasa menjaga dan memeliharanya dari serangan
kaum kafir. Diantaranya dengan memenangkan Islam atas agama lainnya
atau dengan menurunkan para Rasul dan Nabi untuk kembali menegakkan
kejahiliyan umat. Nabi Muhammad SAW sebagai nabi akhir melengkapi
risalah sebelumnya dan dijadikan sebagai rujukan utama bagi ummat Islam.
Sesuai dengan firman Allah QS. Ash Shaff:8-9,
‫اّٰللِ بِا َ ْف َوا ِه ِه ْم َو ه‬
َ‫اّٰللُ ُمتِ ُّم نُوْ ِر ٖه َولَوْ ك َِرهَ ْال ٰك ِف ُروْ ن‬ ‫}ي ُِر ْيدُوْ نَ ِلي ُْط ِفـوْ ا ُنوْ َر ه‬٨{
َ‫الدي ِْن ُك ِل ٖ ٖۙه َو َلوْ ك َِره‬
ِ ‫علَى‬ َ ٗ‫ق ِلي ُْظ ِه َره‬ ِ ‫س َل َرسُوْ َل ٗه بِ ْال ُه ٰدى َو ِدي ِْن ْال َح‬ َ ْ‫ِي اَر‬ْٰٓ ‫ُه َو الَّذ‬
ْ ‫} ْال ُم‬٩{
َ‫ش ِر ُكوْ ن‬
12

Artinya :”Mereka ingin hendak memadamkan cahaya {agama} Allah


dengan mulut {ucapan-ucapan} mereka, dan Allah tetap menyempurnakan
cahaya-Nya meskipun orang-orang kafir benci. Dia-lah yang mengutus
Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang benar agar Dia
memenangkannya di atas segala agama-agama meskipun orang-orang
musyrik benci.”
d. Mukammilu Ar Risalah {Penyempurna Risalah}
Selain membenarkan Rasul dan Nabi sebelumnya yang membawa risalah
Islam. Kehadiran Nabi Muhammad SAW juga diperuntukkan
menyempurnakan risalah sebelumnya. Risalah sebelumnya cenderung
diperuntungkan bagi suatu kaum tertentu saja dan bagi saat tertentu. Berbeda
dengan Nabi Muhammad SAW yang diutus untuk semua manusia {tidak
untuk kaumnya saja} dan berlaku hingga kiamat. Sebagai risalah terakhir
yang diturunkan Allah, risalah yang dibawa Nabi Muhammad SAW memiliki
karakteristik kesempurnaan {takamuliyah}sebagaimana yang Allah tegaskan
dalam firman-Nya QS. Al-Maidah;3,
Artinya : “Pada hari ini telah Ku-sempurnakan untuk kamu agamamu dan
telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu
menjadi agama bagimu.”

e. Kaafatalinnas {Untuk Seluruh Manusia}


Nabi Muhammad SAW berbeda dengan para Rasul dan Nabi sebelumnya
dimana Nabi Muhammad SAW diutus bagi kepentingan umat manusia secara
keseluruhan dengan tidak mengira suku bangsa, warna kulit, bahasa dan
sebagainya. Sehingga dapat dilihat perkembangan Islam pada masa ini
dimana muslim tersebar diseluruh pelosok dunia. Sesuai dengan firman Allah
SWT QS.Saba:28,
ِ َّ‫شي ًْرا وَّ نَ ِذي ًْرا وَّ ٰل ِك َّن ا َ ْكث َ َر الن‬
‫اس ََل‬ ِ َّ‫س ْل ٰنكَ ا ََِّل ك َۤا َّفةً ِللن‬
ِ َ‫اس ب‬ َ ْ‫َو َما ٰٓ اَر‬
َ‫يَ ْعلَ ُموْ ن‬
Artinya :”Kami tiada mengutus engkau Ya Muhammad melainkan kepada
sekalian ummat manusia untuk memberi khabar gembira dan peringatan
tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahui”.

f. Rahmatul Alamin {Rahmat bagi Alam Semesta}


Kehadiran Nabi Muhammad SAW dimuka bumi ini adalah sebagai
rahmat bagi seluruh alam yang tidak saja manusia tetapi seisi alam semesta
ini. Manusia pun dengan kehadiran Nabi Muhammad SAW mendapatkan
rahmat dari kalangan Islam. Dengan demikian Islam dan Nabi Muhammad
SAW tidak hanya untuk umat Islam saja tetapi kebaikannya juga dirasakan
oleh manusia lainnya. Islam adalah agama fitrah yang sesuai dengan
penciptaan manusia, jadi apabila Islam disampaikan maka akan dirasakan
oleh manusia. Umat Islam sebagai Khalifah dimuka bumi melaksanakan
pemeliharaan dan penjagaan alam dengan demikian kestabilan terwujud dan
alam serta isinya menjadi damai. Sebagaimana Allah berfirman QS. Al
Anbiya’:107.
َ‫س ْل ٰنكَ ا ََِّل َرحْ َمةً ِل ْل ٰعلَ ِميْن‬
َ ْ‫َو َما ٰٓ اَر‬
Artinya : “Dan tiadalah kami mengutusmu melainkan untuk
{menjadi}rahmat bagi semesta alam”.
13

g. Risalatul Islam
Risalah Nabi Muhammad SAW adalah risalah Islam, yang dibawanya
adalah sesuatu yang benar. Hal ini tercermin dari akhlak, kepribadian dan
sifat-sifat Nabi yang mulia. Inti dari risalah Nabi Muhammad SAW adalah
huda {pentunjuk} dan addin yang benar. Sesuai dengan firman Allah SWT
QS. Al Fath:28,
َ ٗ‫ق ِلي ُْظ ِه َره‬
ِ ‫علَى‬
‫الدي ِْن ُك ِل ٖه‬ ِ ‫س َل َرسُوْ َل ٗه ِب ْال ُه ٰدى َو ِدي ِْن ْال َح‬ َ ْ‫ِي اَر‬ْٰٓ ‫ُه َو الَّذ‬
‫َوك َٰفى ِب ه‬
‫اّٰللِ ش َِه ْيدًا‬

Artinya :”Dia yang mengutus rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan


agama yang haq {benar}, supaya agama itu mengalahkan semua agama.
Dan Allah cukup menjadi saksi”.

h. Ad Dakwah
Nabi Muhammad SAW menggunakan Islam sebagai petunjuk dan juga
Allah SWT memenangkan Islam sebagai dienul Haq ke atas agama-agama
lainnya. Usaha ini tidak akan tercapai apabila tidak dilaksanakan dakwah.
Rasul dalam menjalankan dakwahnya mempunyai peranan sebagai saksi
atas umatnya, memberi penyampaian nilai-nilai Islam yang bersifat gembira
ataupun peringatan. Allah SWT sekali lagi menegaskan bahwa Nabi
Muhammad SAW berdakwah menyeru manusia agar kembali kepada Allah
SWT dan kemudian Nabi Muhammad SAW sebagai pelita yang menerangi,
sebagaimana firman-Nya QS.Al Ahzab:45-46,
{ }‫س ْل ٰنكَ شَا ِهدًا وَّ ُمبَش ًِرا وَّ نَ ِذي ًْر ٖۙا‬
َ ْ‫ٰيٰٓاَيُّ َها النَّبِ ُّي اِ َّنا ٰٓ اَر‬
{ }‫س َراجًا ُّمنِي ًْرا‬ ِ ‫اّٰللِ ِبا ِْذنِ ٖه َو‬
‫وَّ دَا ِعيًا اِلَى ه‬
Artinya : “Hai Nabi, sesungguhnya kami mengutus engkau sebagai saksi
atas ummat dan untuk memberi khabar gembira dan khabar takut. Dan
untuk menyeru {manusia}kepada Allah dengan izin-Nya, dan menjadi pelita
yang menerangi.”

4) Keberhasilan Dakwah-Nya
a) 3 Kunci keberhasilan Nabi Muhammad SAW dalam berdakwah adalah dengan
a. Hikmat : Menyampaikan ajaran yang benar guna menghindar kekeliruan.

b. Mauidzatul Hasanah : Penyampaian yang baik, Rasulullah SAW


menyampaikan ajaran Islam secara tegas dan utuh.

c. Jidal atau membantah dengan cara yang baik.


BAB III
METODE DAN STRATEGI DAKWAH KHULAFAURRASYIDIN
DAN WALI SONGO

A. Metode Dakwah Khulafaurrasyidin


1) Abu Bakar Ash-Shidiq
Beberapa langkah strategis yang dilakukan Abu Bakar dalam upaya pengembangan
masyarakat islam, yakni :
Menciptakan stabilitas melalui pembinaan, pembenahan, dan penyelesaian persoalan
intern dikalangan kaum muslimin.
Mengalihkan perhatian pada upaya melakukan futuhat dan ekspedisi.
Merintis majlis syura
Upaya memelihara dan mengumpulkan ayat-ayat Al Qur’an sebagai rujukan dasar
dakwah
2) Umar Ibn Al- Khathab
Beberapa langkah dakwah ynag dilkukan oleh umar bin khatab :
Pembenahan manajemen dan administrasi kepemerintahan.
Pembenahan dan pembentukan pranata hokum dan system pengadilan.
Penetapan system kalender Hijriyah.
Memperkokoh majelis Syura dan sistem konstitusi Negara berdasarkan system
terdemokratis.
Upaya meningkatan kesejahteraan masyarakat dengan membangun beberapa sarana
umum.
3) Utsman Bin Affan
Beberapa langkah dakwah yang dilakukan oleh utsman bin affan :
Mengadakan pembenahan dan menyelesaikan gerakan pembangkang, berupaya
memelihara stabilitas wilayah yang makin luas.
Menyebarkan para cendikiawan ke wilayah-wilayah kekuasaan islam.
Upaya menyeragamkan naskah mushhaf Al qur’an.
Mempertahankan dan memelihara system pemerintahan dengan memelihara mesjid
Syura.
Mengadakan pembinaan dan futuhat ke wilayah Timur dan Barat.

14
15

4) Ali Bin Abi Thalib


Beberapa langkah dakwah yang dilakukan oleh Ali bin Abi Thalib :
Berupaya menyelesaikan persoalan intern diantara kaum muslimin.
Mengadakan kompromi politis dengan elit politisi.
Berusaha menjadikan masjid sebagai tempat menyelesaikan persoalan.
Menampilkan sosok kepemimpinan yang tidak ambisius.

B. Strategi Dakwah Khulafaurrasyidin


1) Strategi Abu Bakar as Shiddiq
Abu Bakar menjadi khalifah hanya dua tahun (632 – 634 M), maka
mempunyai beberapa kebijakan dan strategi ketika memimpin negara yaitu :
Pembukuan Al-Qur’an
Perang Riddah menimbulkan banyak kurban, termasuk sebagaian para
penghafal Al-Qur’an. Kenyataan ini sangat merugikan sekaligus
menghawartirkan Jika semakin banyak penghafal Al-Qur’an gugur, akibatnya
Al-Qur’an bisa hilang. Menyadari hal ini, Umur bin Khatab mencatat semua
hafalan Al-Qur’an pada para sahabat yang masih hidup. Dengan demikian, Al-
Qur’an dapat diwariskan kepada generasi mendatang.
Abu Bakar ragu, apakah harus menerima usulan Umar bin Khatab ataukah
menolaknya ? Ia ragu sebab Nabi belum pernah melakukannya. Namun, Umar
berhasil meyakinkan Abu Bakar bahwa pengumpulan Al-Qur’an akan sangat
bermanfaat bagi keutuhan Al-Qur’an sendiri. Akhirnya, Abu Bakar menugaskan
Zaid bin Tsabit untuk memimpin pengumpulan Al-Qur’an. Zaid ditunjuk karena
ia pemuda yang cerdas dan berpengalaman mencatat ayat-ayat Al-Qur’an. Zaid
bin Tsabit dapat melaksanakan tugas tersebut dengan baik.
Perluasan wilayah baru (Futuhat)
Keberhasilan dalam perang Riddah, ancaman dari dalam Jazirah Arab, dapat
dikatakan teratasi. Namun ancaman dari luar sedang bergerak. Kekuasaan yang
dijalankan pada masa Kholifah Abu Bakar, sebagaimana pada masa Rasulullah,
bersifat sentral. Kekuasaan legislatif, eksekutif dan yudikatif terpusat di tangan
khalifah. Selain menjalankan roda pemerintahan, khalifah juga melaksanakan
hukum. Meskipun demikian, seperti juga Nabi Muhammad, Abu Bakar
selalu mengajak sahabat-sahabat besarnya bermusyawarah.
16

Ketika Abu Bakar menjabat sebagai khalifah pertama, ia berusaha


mewujudkan keinginan tersebut dalam upaya memperluas wilayah kekuasaan
Islam ke daerah Syiria. Untuk keperluan tersebut Abu Bakar menugaskan 4 orang
panglima perang, yaitu :
1) Yazid bin Abu Sufyan yang ditugaskan di Damaskus.
2) Abu Ubaidah bin Jarrah ditugaskan di Homs sebagai panglima besarnya.
3) Amru bin Ash ditugaskan di Palestina.
4) Surahbil bin Hasanah ditugaskan di Yordania.
Ketika itu Syiria berada di bawah kekuasaan Romawi pimpinan Kaisar
Heraklius sebenarnya pengembangan Islam ke Syiria ini telah dimulai sejak Nabi
akan wafat, di bawah pimpinan Usamah bin Zaid. Namun terhenti karena pasukan
Islam mendengar berita tentang wafatnya nabi Muhammad Saw. Kemudian ini
dilanjutkan kembali pada masa pemerintahan Abu Bakar. Usaha perluasan ini
dipimpin oleh 4 orang panglima dan diperkuat lagi dengan datngnya pasukan
Khalid ibnu Walid yang berjumlah lebih kurang 1500 orang, juga mendapat
bantuan dari Mutsanna ibnu Haritsah. Khalid ibnu Walid sebelumnya telah
berhasil mengadakan perluasan ke beberapa daerah di Irak dan Persia. Karena
Abu Bakar mendengar bahwa Abu Ubaidah kewalahan dalam menghadapi
pasukan Romawi Timur di Syiria, lalu Khalid diperintahkan untuk membantu
pasukan Abu Ubaidah. Pada waktu berlangsungnya perang melawan tentara
Romawi Timur ini, datang sebuah berita tentang wafatnya Abu Bakar (13 H/634
M). Selanjutnya yang menggantikan kedudukan Abu Bakar adalah Umar ibnu
Khatab.
2) Strategi Umar bin Khattab
Pengembangan Wilayah Islam
Pada masa pemerintahan Umar bin Khatab, usaha pengembangan Wilayah
Islam terus dilanjutkan. Kemenangan dalam perang Yarmuk pada masa Abu
Bakar, membuka jalan bagi Umar untuk menggiatkan lagi usahanya. Dalam
pertempuran di Ajnadin tahun 16 H/636 M, tentara Romawi dapat dikalahkan.
Selanjutnya beberapa kota di pesisir Syiria dan Pelestina, seperti Jaffa, Gizar,
Ramla, Typus, Uka (Acre), Askalon dan Beirut dapat ditundukkan pada tahun 18
H/638 M dengan diserahkan sendiri oleh Patrik kepada Umar bin Khatab.
Khalifah Umar bin Khatab melanjutkan perluasa dan pengembangan wilayah
Islam ke Persia yang telah dimulai sejak masa Khalifah Abu Bakar. Pasukan
17

Islam yang menuju Persia ini berada di bawah pimpinan panglima Saad bin Abi
Waqas. Dalam perkembangna berikutnya, berturut-turut dapat ditaklukan
beberapa kota, seperti kadisia tahun 16 H/636M, kota Jalula tahun 17 H/638 M.
Madain tahun 18 H / 639 M dan Nahawand tahun 21 H / 642 M.
Khalifah Umar bin Khatab juga mengembangkan kekuasaan Islam ke Mesir.
Pada saat itu penduduk Mesir, yaitu suku bangsa Qibti (Qopti) sedang mengalami
penganiayaan dari bangsa Romawi dan sangat mengaharapkan bantuan dari
orang-orang Islam. Setelah berhasil menaklukkan Syiria dan Palestina, Khalifah
Umar bin Khatab memberankatkan pasukannya yang berjumlah 4000 orang
menuju Masir di bawah pimpinan Amr bin Ash. Sasaran pertama adalah
menghancurkan pintu gerbang al Arisy, lalu berturut-turut al Farma, bilbis,
tendonius (Ummu Dunain), Ain Sams, dan juga berhasil merebut benteng babil
dan Iskandariyah.
Mengeluarkan Undang-Undang
Di antara jasa dan peninggalan Umar bin Khatab selama ia menjabat khalifah
adalah menertibkan pemerintahan dengan mengeluarkan undang-undang.
Diadakan kebijakan peraturan perundangan mengenai ketertiban pasar, ukuran
dalam jual beli, mengatur kebersihan jalan dan lain-lain.
Membagi Wilayah Pemerintahan
Khalifah Umar bin Khatab juga membagi daerah menjadi beberapa daerah
pemerintahan, yaitu pemerintahan pusat dan pemerintahan daerah. Khalifah
bertindak sebagai pemimpin pemerintahan pusat, sedangkan di daerah dipegang
oleh para gubernur yang membantu tugas pemerintahan khalifah di daerah-
daerah.
Membentuk beberapa dewan
Selain itu, Khalifah Umar bin Khatab juga membentuk beberapa
dewan, diantarannya Dewan Perbendaharaan Negara, dan Dewan Militer. Ia juga
membentuk utusan kehakiman, di mana hakim yang terkenal pada waktu itu
adalah Ali bin Abu Thalib.
3) Strategi Usman bin Affan
Perluasan Wilayah
Pada masa khalifah Usman terdapat juga beberapa upaya perluasan daerah
kekuasaan Islam di antaranya adalah melanjutkan usaha penaklukan Persia.
Kemudian Tabaristan, Azerbaijan dan Armenia. Usaha perluasan daerah
18

kekuasaan Islam tersebut lebih lancar lagi setelah dibangunnya armada laut. Satu
persatu daerah di seberang laut ditaklukanya, antara lain wilayah Asia Kecil,
pesisir Laut Hitam, pulau Cyprus, Rhodes, Tunisia dan Nubia. Dalam upaya
pemantapan dan stabilitas daerah kekuasaan Islam di luar kota Madinah, khalifah
Usman bin Affan telah melakukan pengamanan terhadap para pemberontak yang
melakukan maka di daerah Azerbaijan dan Rai, karena mereka enggan membayar
pajak, begitu juga di Iskandariyah dan di Persia.
Standarisasi Al-Qur’an
Pada masa Usman, terjadi perselisihan di tengah kaum muslimin perihal
secara baca Al Qur’an (qiraat). Perlu diketahui terlebih dahulu bahwa Al-Qur’an
diturunkan dengan beragam cara baca. Karena perselisihan ini, hampir saja terjadi
perang saudara. Kondisi ini dilporkan oleh Hudzaifah al Yamani kepada Khalifah
Usman. Menanggapai laporan tersebut, Khalifah Usman memutuskan untuk
melakukan penyeragaman cara baca Al-Qur’an. Cara baca inilah yang akhirnya
secara resmi dipakai oleh kaum muslimin. Dengan demikian, perselisihan dapat
diselesaikan dan perpecahan dapat dihindari.
Dalam menyusun cara baca Al-Qur’an resmi ini, Khalifah Usman
melakukannya berdasarkan cara baca yang dipakai dalam Al-Qur’an yang
disusun leh Abu Bakar. Setelah pembukuan selesai, dibuatlah beberapa
salinannya untuk dikirim ke Mesir, Syam, Yaman, Kufah, Basrah dan Mekkah.
Satu mushaf disimpan di Madinah.Mushaf-mushaf inilah yang kemudian dikenal
dengan nama Mushaf Usmani. Khalifah Usman mengharuskan umat Islam
menggunakan Al-Qur’an hasil salinan yang telah disebarkan tersebut. Sementara
mushaf Al-Qur’an dengan cara baca yang lainnya dibakar.
Pengangkatan Pejabat Negara
Pemerintahan Usman berlangsung selama 12 tahun. Pada paruh terakhir masa
kekhalifahannya muncul perasaan tidak puas dan kecewa di kalangan umat Islam
terhadapnya. Kepemimpinan Usman sangat berbeda dengan kepemimpinan
Umar. Ini mungkin karena umurnya yang lanjut (diangkat dalam usia 70 tahun)
dan sifatnya yang lemah lembut. Akhirnya pada tahun 35 H/655 M, Usman
dibunuh oleh kaum pemberontak yang terdir dari orang-orang yang kecewa itu.
Salah satu faktor yang menyebabkan banyak kecewa terhadap kepemimpinan
Usman adalah kebijaksanannya mengangkat keluarga dalam kedudukan tinggi.
Yang terpenting di antaranya adalah Marwan ibnu Hakam. Dialah pada dasarnya
19

yang menjalankan pemerintahan, sedangkan Usman hanya menyandang gelar


khalifah. Setelah banyak anggota keluarganya yang duduk dalam jabatan-jabatan
penting. Usman laksana boneka dihadapan kerabatnya tersebut. Dia tidak dapat
berbuat banyak dan terlalu lemah terhadap keluarganya. Dia juga tidak tegas
terhadap kesalahan bawahan. Harta kekayaan negara, oleh kerabatnya dibagi-
bagikan tanpa terkontrol oleh Usman sendiri.
Pembangunan Fisik
Meskipun demikian, tidak berarti bahwa pada masa Usman tidak ada kegiatan-
kegiatan yang penting. Usman berjasa membangun bendungan untuk menjaga
arus banjir yang besar dan mengatur pembagian air ke kota-kota. Dia juga
membangun jalan-jalan, jembatan-jembatan, masjid-masjid dan memperluas
mesjid Nabi di Madinah.
4) Strategi Ali bin Abi Thalib.
Penggantian pejabat lama dengan yang baru
Khalifah Ali bin Abu Thalib memerintah hanya enam tahun. Selama
masa pemerintahannya, ia menghadapi berbagai pergolakan. Tidak ada masa
sedikitpun dalam pemerintahannya yang dapat dikatakan stabil. Setelah
menduduki jabatan khalifah, Ali memecat para gubernur yang diangkat oleh
Usman. Dia yakin bahwa pemberontakan-pemberontakan terjadi dikarenakan
keteledoran mereka.
Penarikan Kembali Tanah Hadiah
Ali juga menarik kembali tanah yang dihadiahkan Usman kepada penduduk
dengan menyerahkan hasl pendapatannya kepada negara., dan memakai kembali
sistem distribusi pajak tahunan di antara orang-orang Islam sebagaimana pernah
diterapkan oleh Umar bin Khatab.
Mengadapi Para Pemberontak
Setelah kebijakan tersebut diterapkan, Ali bin Abu Thalib menghadapi
pemberontakan Thalhah, Zubair dan Aisyah. Alasan mereka, Ali tidak mau
menghukum para pembunuh Usman, dan mereka menuntut bela terhadap darah
Usman yang telah ditumpahkan secara zalim. Ali sebenarnya ingin sekali
menghindari perang. Dia mengirim surat kepada Thalhah dan Zubair agar
keduanya mau berunding untuk menyelesaikan perkara tersebut secara damai.
Namun ajakan tersebut ditolak. Akhirnya, pertempuran yang dahsyat pun terjadi.
Perang ini dikenal dengan nama Perang Jamal (Perang Unta), karena Aisyah
20

dalam pertempuran ini menunggang unta. Ali berhasil mengalahkan lawannya.


Zubair dan Thalhah terbunuh ketika hendak melarikan diri, sedangkan Aisyah
ditawan dan dikirim kembali ke Madinah.
Bersamaan dengan itu, kebijaksanaan-kebijasanaan Ali juga mengakibatkan
timbulnya perlawanan dari gubernur di Damaskus yaitu Muawiyah, yang
didukung oleh sejumlah bekas pejabat tinggi yang merasa kehilangan kedudukan
dan kejayaan. Setelah berhasil memadamkan pemberontakan Zubair, Thalhah dan
Aisyah, Ali bergerak dari Kufah menuju Damaskus dengan sejumlah besar
tentara. Pasukannya bertemu dengan pasukan Muawiyah di Siffin. Pertempuran
tersebut dikenal dengan nama perang Sif¿n. Perang ini diakhiri dengan tahkim
(arbitrase), tetapi tahkim ternyata tidak menyelesaikan masalah, bahkan
menyebabkan timbulnya golongan ketiga yaitu al Khawarij, artinya orang-orang
yang keluar dari barisan Ali. Akibatnya di ujung masa pemerintahan Ali bin Abu
Thalib umat Islam terpecah menjadi tiga kekuatan politik, yaitu Muawiyah,
Syi’ah (pengikut) Ali dan al Khawarij atau orang-orang yang keluar dari barisan
Ali. Keadaan Iini tidak menguntungkan Ali. Munculnya kelompok Khawarij
menyebabkan tentaranya semakin melemah, sementara posisi Muawiyah semakin
kuat. Pada tanggal 20 Ramadhan 40 H (660 M), Ali terbunuh oleh salah satu
anggota kelompok Khawarij yakni Ibnu Muljam.
Kedudukan Ali sebagai khalifah kemudian dijabat oleh putranya yang
bernama Hasan bin Ali selama beberapa bulan. Namun karena Hasan ternyata
lemah, sementara Muawiyah kuat, maka Hasan membuat perjanjian damai.
Perjajian ini dapat mempersatukan umat Islam kembali dalam satu kepemimpinan
politik, di bawah Muawiyah bin Abu Sufyan. Di sisi lain, perjanjian itu juga
menyebabkan Muawiyah menjadi penguasa absolut dalam Islam. Tahun 41 H
(661 M), tahun persatuan ini dikenal dalam sejarah sebagai tahun Amul Jamaah.
Dengan demikian berakhirlah apa yang disebut dengan Khulafaur Rasyidin dan
dimulailah kekuasaan Bani Umayyah dalam sejarah politik Islam.
21

C. Pendekatan Dakwah Khulafaurrasyiddin


Sebagaimana telah disebutkan di atas tentang pengertian dakwah, maka dalam
menjalankan poses peningkatan iman tersebut, perlu diketahui bahwa dakwah
memiliki dua dimensi besar:
1) Dimensi Kerisalahan (bi ahsan alqawl), yaitu penyampaian pesan kebenaran.
2) Dimensi Kerahmatan (bi ahsan al-amal), yaitu pengaplikasian nilai
kebenaran.
Sehingga secara umum dakwah memiliki dua pendekatan, yaitu:
a. Pendekatan Dakwah Struktural
Dakwah struktural adalah kegiatan dakwah yang menjadikan kekuasaan,
birokrasi, kekuatan politik sebagai alat untuk memperjuangkan Islam. Dakwah
structural bersifat top-down, hingga dalam prakteknya aktivis dakwah struktual
bergerak mendakwahkan ajaran Islam dengan memanfaatkan struktur politik,
maupun ekonomi guna menjadikan Islam sebagai Ideologi Negara, sehingga
nilai-nilai Islam mengenjewantah dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
b. Pendekatan Dakwah Kultural
Dakwah kultural adalah Pertama dakwah yang bersifat akomodatif terhadap
nilai budaya tertentu secara inovatif dan kreatif tanpa menghilangkan aspek
substansial keagamaan, Kedua menekankan pentingnya kearifan dalam
memahami kebudayaan komunitas tertentu sebagai sarana dakwah. Jadi,
Dakwah Kultural adalah dakwah yang bersifat buttom-up dengan melakukan
pemberdayaan kehidupan beragama berdasarkan nilai-nilai spesifik yang
dimiliki oleh sasaran dakwah.
Menurut Muhammad Shulton bahwa dakwah kultural adalah aktivitas dakwah
yang menekankan Islam kultural. Islam kultural adalah salah satu pendekatan
yang berusaha meninjau kembali kaitan doktrinal yang formal antara Islam dan
politik atau Islam dan Negara.

D. Keberhasilan Dakwah Khulafaurrasyiddin


1) Keistimewaan Dakwah Khulafaur Rasyidin
a) Abu Bakar Ash-Shiddiq Radhiallahu’anhu meraih keistimewaan menjadi
sahabat pertama yang masuk Islam dari kalangan laki-laki. Beliau juga sahabat
dekat Nabi Mhuammad SAW sebelum keislaman. Meraih kemuliaan
mendapatkan gelar Ash-Ashiddiq dari Allah SWT dan Rasul-Nya. Meraih
keistimewaan menjadi pendamping Nabi dalam menjalankan dakwahnya.
b) Umar bin Khattab
Nabi Muhammad SAW pernah berdoa, “Ya Allah, Muliakanlah Islam dengan
salah satu dari dua Umar!”
Meraih keistimewaan mendapatkan julukan Al-Mulham (yang diberi ilham).
Meraih kemuliaan dan kesempatan menjadi mertua Nabi dari putrinya yang
bernama Hafshah Radhiallahu’anhu. Meraih keutamaan jihad fii sabilillah
bersama Rasul di berbagai medan pertempuran. Meraih keutamaan menjadi
Khalifah kedua kaum Muslimin yang lurus setelah Abu Bakar.
c) Utsman bin ‘Affan’.
Meraih kemuliaan Khalifah kaum Muslimin ketiga. Pada masa kekhilafaan
beliau kaum muslimin berhasil memenangkan pertempuran Dzat Shawari
sehinggal menjadikan daerah pesisiran milik kaum muslimin yang dikuasi
Romawi. Pada masa kekhilafan beliau sempurnalah pengumpulan Al-Qur’an
dan penyebarannya di berbagai negeri.
d) Ali bin Abi Thalib,
Meraih kemuliaan Islam dalam usianya yang sangat muda. Meraih kemuliaan
bersama dengan Nabi SAW. Meraih kemuliaan berjihad fii sabilillah bersama
Nabi SAW disemua medan pertempuran kecuali perang Tabuk, itupun
disebabkann karena Rasulullah SAW menjadikannya sebagai pengganti beliau
di Madinah. Meraih kemuliaan menjadi menantu Rasul dari putrinya tercinta,
Fathimah, pemimpin wanita penduduk surga.

A. Metode Dakwah Wali Songo

Metode dakwah yang dilakukan Maulana Malik ibrahim, Sunan giri dkk efektif
di daerah pinggiran, pesisir dan kerajaan. Corak keagamaan yang dihasilkan adalah
Islam murni. Saluran dakwah mereka melalui penikahan dan hubungan dagang dan
pendidikan. Kelemahan metode dakwah formalis adalah belum sepenuhnya bisa
menembus daerah pelosok atau yang kultur animisme-dinamismenya masih kental.
Dari segi waktu untuk mengislamkan atau menarik minat orang-orang jawa masuk
Islam agak lambat. Berbeda dengan sunan Kalijogo dan sunan Bonang dengan
pendekatan kulturalnya (Seni dan budaya) mampu menarik minat orang jawa
masuk Islam (Sumber: Hasanu Simon, Misteri Syekh siti Jenar, Pustaka Pelajar:
2007). Dakwah sunan kalijogo juga ada kelemahannya, orang-orang jawa yang
disentuh dengan pendekatan dakwah kultural, komitmen keislamannya tidak
dalam, atau hanya kulitnya saja. Tidak heran jika sunan kalijogo ketika ditegur
oleh para wali khususnya Sunan giri. Sunan kalijogo pun berujar “biar generasi
penerusku yang akan meluruskan (dakwahku)”.

B. Strategi Dakwah Wali Songo

1. Maulana Malik Ibrahim

Nama lain dari Maulana Malik Ibrahim adalah Maulana Magribi, dan Maulana
Ibrahim. Terjadi perbedaan pendapat mengenai asal mula dari Maulana Malik
Ibrahim ini. Menurut tradisi atau babad Jawa, beliau adalah seorang Ulama dari
Tanah Arab, keturunan Zainal Abidin, cicit Nabi Muhammad. Sementara itu,
Hamka menulis bahwa beliau ini berasal dari Kasyan, Persia, dan seorang bangsa

22
23

Arab keturunan Rasulullah yang datang ke Jawa sebagai penyebar agama Islam.
Adapun pola pengembangan da‘wah yang beliau lakukan adalah sebagai berikut:

a) Bergaul dengan Para Remaja. Analisis yang sederhana bahwa dengan


berinteraksi dengan para remaja akan membuat Malik Ibrahim mengerti akan
karakter para remaja tersebut dan tentunya memudahkan beliau dalam
menyebarkan agama karena sudah paham bagaimana cara menyampaikan
kebenaran ajaran Islam kepada mereka tersebut.
b) Membuka pendidikan pesantren. Dimana anak-anak yang ingin mendalami
pengetahuan agama akan di didik yang pada selanjutnya akan dipersiapkan sebagai
kader Da‘i yang bisa terjun kedalam masyarakat bahkan bisa membangun pondok-
pondok pesantren dalam hal mengabdikan ilmunya kepada masyarakat. Dan pada
selanjutnya pula dari pondok-pondok tersebut akan kembali lahir para Da‘i handal.
Dan begitulah seterusnya hingga estapet perjalanan tersebut akan terus berlanjut
hingga saat ini.

2. Sunan Ampel
Gelar sunan Ampel adalah Raden Rahmat, sedangkan nama mudanya adalah
Ahmad Rahmatullah. Beliau adalah Putra dari Ibrahim Asmoro-Kandi seorang
Ulama Kamboja yang kemudian menikah dengan Putri Majapahit. Beliau adalah
orang yang mempelapori pendirian Mesjid Agung Demak. Mesjid tersebutlah yang
kemudian dirancang sebagai sentral seluruh aktivitas pemerintah dan sosial
kemasyarakat. Dan kemudian hari Mesjid inilah yang kemudian dikenal dengan
Mesjidnya Para Wali.
Bila kita melihat sekilas dari apa yang telah dilakukan oleh Sunan Ampel,
seyogyanya bersesuaian dengan apa yang dipraktekkan oleh Rasulullah ketika
berada dimadinah yang menjadikan Mesjid sebagai tempat sentral pemerintahan
dan sebagai tempat penyelesaian berbagai masalah ataupun sanketa. Dan
selanjutnya Sunan Ampel juga menyiapkan dan melatih generasi-generasi Islam
yang selanjutnya akan diutus ke berbagai wilayah lain.
3. Sunan Giri
Sunan giri adalah salah satu dari Wali Songo, yang bertugas
menyiarkan agama Islam dikawasan Jawa Timur, tepatnya didaerah Gresik. Beliau
24

hidup antara tahun 1365-1428 M. Ayahnya bernama Maulana Ishaq, berasal dari
Pasai. Ibunya bernama Sekardadu, Putri Raja Blamblangan, Prabu Minaksembuyu.
Nama kecil sunan giri adalah Jaka samudra. Masa kecilnya diasuh oleh janda kaya
raya, Nyai Gedhe Pinatih. Menjelang dewasa Jaka Samudra berguru kepada Sunan
Ampel. Jaka Samudra diberi gelar oleh Sunan Ampel dengan gelar Raden Paku.
Adapun pola dakwah yang telah dikembangkan beliau adalah :
a) Membina kader da‘i inti, yaitu mereka yang di didik di perguruan Giri.

b) Mengembangkan Islam keluar pulau Jawa. Pola da‘wah yang


dikembangkannya dan tidak dilakukan oleh wali-wali sebelumnya adalah usahanya
mengirim anak muridnya ke pelosok-pelosok Indonesia untuk menyiarkan Islam,
misalnya Pulau Madura, Bawean, Kangean, bahkan sampai ke Ternate dan Huraku
yakni Kepulauan Maluku.
c) Menyelenggarakan Pendidikan bagi masyarakat secara luas, yaitu dengan
mewujudkan gemelan saketan, kesenian wayang kulit yang sarat berisikan ajaran
Islam, merintis permainan-permainan anak yang berisikan ajaran Islam, serta
mengarang lagu-lagu Jawa yang disisipi dengan ajaran Islam.

4. Sunan Kudus
Nama lain dari sunan kudus adalah Ja’far Shadiq, Raden Undung atau Raden
Untung, dan Raden Amir Haji. Sunan kudus terkenal sebagai ulama yang
besar yang menguasai Ilmu Hadist, Ilmu Tafsir Al-Qur’an, Ilmu Sastra, Mantik
dan terutama sekali Ilmu Fikih. Dengan ketinggian ilmunya itulah, maka kemudian
beliau dijuluki “Waliyul ‘Ilmi: yang artinya Wali yang menjadi gudang ilmu.
Beliau adalah seorang pujuangga besar yang memiliki kreativitas yang mampu
mengarang dongeng-dongeng pondok yang besifat dan berjiwa seni Islam. Dan
dengan kreativitas yang dimiliki beliau tersebut. Beliau mampu membaur dengan
masyarakat, meleburkan diri dengan budaya setempat dan mampu menarik simpati
masa yang pada selanjutnya ini dimanfaatkan untuk syiar da‘wah Islam.
5. Sunan Bonang
Sunan Bonang mendapat julukan nama Prabu Nyakrokusumo. Namun ketika
remaja Sunan Bonang memiliki nama Maulana Makhdum Ibrahim. Beliau adalah
Putra Sunan Ampel dan Nyai Ageng Manila. Program da‘wah yang dilakukanya
adalah :
25

a) Pemberdayaan dan peningkatan jumlah dan mutu kader da‘i


b) Memasukkan pengaruh Islam kedalam kalangan bangsawan karaton
Majapahit.
c) Terjun langsung ketengah-tengah masyarakat. Dalam berinteraksi dengan
masyarakat tersebut beliau menciptakan gending-gending atau tembang-tembang
jawa yang serat dengan misi pendidkan dan da‘wah.
d) Melakukan kondifikasi atau pembukuan da‘wah. Kodifikasi pesan da‘wahatau
ajaranya dilakukan oleh murid-muridnya. Kitab ini ada yang berbentuk puisi
maupun prosa. Kitab inilah yang kemudian dikenal dengan Suluk Sunan Bonang.

6. Sunan Drajad
Nama asli dari Sunan Drajad adalah Syarifuddin Hasyim, merupakan Putra dari
Sunan Ampel. Dalam kehidupan sehari-harinya beliau dikenal sebagai Waliyullah
yang bersifat sosial, dimana dalam menjalankan aktivitas da‘wahnya beliau tidak
segan-segan untuk menolong masyarakat bawah serta memperbaiki kehidupan
sosialnya. Adapun polada‘wah yang dikembangkan beliau adalah :
a) Mendirikan pusat-pusat pos bantuan.

b) Membuat kampung-kampung percontohan.

c) Menanamkan ajaran kolektivisme, yaitu ajaran untuk bergotong royang.

d) Di bidang kesenian beliau menciptakan tembang-tembang jawa, yaitu pangkur.


Disini kita bisa melihat bahwa Sunan Drajad dalam
menjalankan da‘wahnyamengutamakan prinsip sosial kemasyarakatan dan dengan
ini pula beliau dapat membangun rasa saling butuh dan saling tolong menolong
dalam masyarakat tersebut hingga tidak ada masyarakat yang merasa kesusahan,
dan dengan ini juga masyarakat tersebut akan lebih mudah ditanamkan rasa
keimanan yang kuat, yang selalu melaksanakan perintah dan ajaran agama.

7. Sunan Gunug Jati


Sunan Gunung Jati atau nama lengkapnya adalah Syarif Hidayatullah Putra dari
Syarif Abdullah dan Nyai larasantang. Sunan gunug jati atau Fathillah selain
seorang da‘ijuga dikenal sebagai pahlawan bangsa yang gigih melawan penjajahan.
Dalam mempertahankan daerah teritorialnya adalah dengan mengintegrasikan dari
26

ancaman penjajah. Beliau berhasil mematahkan kekuasaan Protugis pada tanggal


22 juni 1527, yang kemudian menggantikan Sunda Kelapa dengan Jayakarta
(kemenangan yang paripurna).
Strategi metode pengembangan da‘wah yang dilakukan Sunan Gunung Jati
lebih terfokus pada job description atau pembagian tugas diantaranya:
a) Melakukan pembinaan intern kesultanan dan rakyat yang masuk dalam
wilayah Demak ditangan Wali senior. Dengan program utamanya adalah
masyarakat Jawa Timur danJawa Tengah harus segera diislamkan sebab mereka
merupakan kekuatan pokok. SunanGunung Jati mengorientasikan da‘wahnya pada
pertahanan di Jawa bagian Barat dari ekspansi Asing.
b) Melakukan pembinaan terhadap luar daerah dengan menyerahkan tanggung
jawabnya kepada para pemuda.

8. Sunan Kalijaga
Salah satu Wali yang sangat terkenal bagi orang jawa adalah Sunan Kalijaga.
Ketenaran Wali ini adalah karena ia seorang ulama yang sakti dan cerdas. Ia juga
seorang politikus yang “mengasuh” para raja beberapa kerajaan Islam. Selain itu
sunan kalijaga juga dikenal sebagai budayawan yang santun dan seniman wayang
yang hebat.
Pola da‘wah yang telah dikembangkannya adalah:
a) Mendirikan pusat pendidikan di Kadilengu.

b) Berdakwah lewat kesenian.

c) Memasukkan hikayat-hikayat Islam ke dalam permainan wayang. Dan beliau


ini merupakan pencipta wayang kulit dan pengarang buku-buku wayang yang
mengandung cerita dramatis dan berjiwa Islam.

9. Sunan Muria
Nama lain dari Sunan Muria adalah Raden Prowoto, Raden Umar Syahid.
Beliau adalah putra Sunan Kalijaga dan dewi saroh. Beliau merupakan seorang sufi
atau ahli thasawuf.
27

Seperti dengan wali-wali sebelumnya pola da‘wah yang beliau kembangkan


banyak yang serat dengan ajaran Islam yang berbentuk seni. Adapun
pola da‘wah yang dikembangkan oleh Sunan Muria adalah:
a) Menjadikan daerah pelosok-pelosok pengunungan sebagai pusat
kegiatan da‘wah.
Berdakwah melalui jalur kesenian. Dengan menciptakan sinom, kinanti, dan
sebagainnya.

C. Pendekatan Dakwah Walisongo

a) Pendekatan teologis. Maulana Malik Ibrahim dan Sunan Ampel adalah yang
menggunakan pendekatan ini. Mereka berdakwah bahkan hingga ke tingkat lapisan
masyarakat paling bawah (waisya dan Islam) saat itu. Masyarakat diajari tentang
nilai-nilai Islam, perbedaan antara pandangan hidup Islam dengan yang lainnya,
dan menanamkan dasar-dasar Islam.

b) Pendekatan Ilmiah, Sunan giri membangun pesantren, membuat pelatihan dan


pengkaderan, serta menugaskan muridnya untuk berdakwah di suatu tempat. Sunan
Giri juga menggunakan permainan sebagai medium untuk berdakwah. Dia
menciptakan permainan anak-anak seperti jemblongan, tembang syair seperti lilir-
lilir, padang bulan, dan lainnya. Singkatnya, Sunan Giri mengembangkan dakwah
secara sistematis dan metodologis.

c) Pendekatan kelembagaan tidak semua anggota Walisongo berdakwah di


masyarakat langsung. Ada yang berdakwah di pemerintahan misalnya, Sunan
Kudus dalam kesultanan Demak Bintiro dan Sunan Gunung Jati di kesultanan
Cirebon. Mereka ikut serta mendirikan kesultanan dan aktif di dalamnya. Mereka
memiliki pengaruh yang besar di kalangan bangsawan, birokrat, pedagang, dan
kalangan elit lainnya.

d) Pendekatan sosial, Sunan Muria dan Sunan Drajat lebih senang hidup jauh dari
keramaian. Mereka memilih untuk berdakwah pada masyarakat kecil di desa-desa
atau kampung-kampung. Mereka mengajarkan masyarakat kecil untuk
28

meningkatkan pemahaman keagamaannya. Mereka juga membina masyarakat agar


kehidupan sosialnya meningkat.

e) Pendekatan kultural, dalam berdakwah Sunan Kalijaga dan Sunan Bonang lebih
menonjol menggunakan pendekatan kultural. Mereka sadar bahwa budaya adalah
sesuatu yang sudah mendarah daging di masyarakat. Jika langsung ditolak, maka
masyarakat tidak akan mengikuti dakwah tersebut.

D. Keistimewaan Dakwah Walisongo

Walisongo adalah era berakhirnya dominasi Hindu-Budha dalam budaya


Nusantara untuk digantikan dengan kebudayaan Islam. Mereka adalah simbol
penyebaran Islam di Indonesia, khususnya di Jawa. Tentu banyak tokoh lain yang
berperan. Namun peranan mereka yang sangat besar dalam mendirikan kerajaan
Islam di Jawa. Memiliki ciri khas msing-masing dalam berdakwah, meyebarkan
ajaran agama Islam dengan cara yang menarik.

E. Keberhasilan Dakwah Walisongo

Keberhasilan dakwah Wali songo tidak lepas dari cara dakwahnya yang
mengedepankan Metode Kultural dan Budaya. Dakwah kultural merupakan metode
yang baik untuk dilakukan baik di masyarakat desa maupun dilakukan di lingkungan
masyarakat kota, baik yang berpikiran primif maupun yang sudah modern
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dalam menyampaikan pesan-pesan dakwahnya, nabi sangat memperhatikan situasi dengen
kondisi audien. Oleh karena itu, nabi menggunakan metode tertentu untuk satu kelompok
masyarakat dan menggunakan metode menggunakan metode lain untuk masyarakat
lainnya. Satu saat beliau menggunakan metode hikmah, disaat lain menggunakan metode
mauidzah hasanah, atau kalau diperlukan tidak segan-segan menggunakan metode
mujadalah bi al-ahsan.
Penerusan kepemimpinan agama pasca Rasul wafat selanjutnya dialihkan kepada empat
para sahabat rasul atau dikenal dengan masa kekhalifahan, yang diangkat sesuai dengan
ajaran Nabi dalam hal memutuskan sesuatu hendaknya dengan musyawarah dan
demokratis. Yang selanjutnya pada setiap masa kepemimpinan empat khalifah itu
menghasilkan berbagai kebudayaan serta perkembangan dakwah islam yang lebih luas.

Era Walisongo adalah era berakhirnya dominasi Hindu-Budha dalam


budaya Nusantara untuk digantikan dengan kebudayaan Islam. Mereka adalah simbol
penyebaran Islam di Indonesia, khususnya di Jawa. Tentu banyak tokoh lain yang juga
berperan. Namun peranan mereka yang sangat besar dalam mendirikan Kerajaan Islam di
Jawa, juga pengaruhnya terhadap kebudayaan masyarakat secara luas serta dakwah secara
langsung, membuat para Walisongo ini lebih banyak disebut dibanding yang lain.

B. Pertanyaan
Dalam Presentase tentang makalah ini terdapat beberapa pertanyaan yang diajukan oleh
forum, Yaitu;
1) Apakah Kita tidak Boleh Mengawani/Berkawan dengan Pelaku Maksiat ? Ahmad
2) Kebudayaan-kebudayaan seperti apa yang dilakukan oleh wali songo dalam
berdakwah dinusantara? Ahmad Enno Irvansyah
3) Apakah Wali Songo termasuk Salafus Shalih? Rahman Sunarto

29
Daftar Pustaka

Dari <https://alembe59.blogspot.com/2017/09/strategi-dakwahyang-dikembangkan-
oleh.html>

Dari <https://alembe59.blogspot.com/2017/09/strategi-dakwahyang-dikembangkan-
oleh.html>

Dari <https://www.kompasiana.com/fadh_ahmad/5520ad3e813311a47419fa7b/fadh-ahmad-
berkaca-pada-metode-dakwah-walisongo>

Dari <http://maniailmu.blogspot.com/2015/09/strategi-dakwah-khulafaur-rosyidin.html>

Dari <http://mustanir.net/strategi-dakwah-para-khulafa-rasyidin/>

Dari <https://umihindun.wordpress.com/2018/01/12/metode-dakwah-rasulullah/>

Dari <https://okibabdulrokib.wordpress.com/category/makalah/metode-dakwah-rasulullah-
saw/>

Dari <http://satimterus.blogspot.com/2017/12/makalah-dakwah-khulafaur-rasyidin.html>

30

Anda mungkin juga menyukai