PENDAHULUAN
A.latar belakang
Bicara filsafat berarti kita bicara mengenai pendayagunaan rasio atau akal dalam
memahami berbagai realitas, termasuk wahyu tuhan. Sementar itu, keimanan dalam sebuah
agama lebih menuntut pada ketundukan jiwa pada kebenaran ilahi. Dua titik pijak yang
berbeda ini sering kali mengakibatkan terjadinya benturan antara filsafat dan agama. Sejarah
pertarungan antara paradigma al ghozali yang ingin memperthankan tradisi dan paradigma
ibnu rusyd yang ingin menafsirkan wahyu dengan lebih rasional menjadi salah satu buktinya.
Dalam mempelajari Filsafat banyak sekali Manfaat yang bisa kita ambil dan kita
petik guna untuk menjalani hidup yang sebaik-baiknya. diantaranya Filsafat membantu kita
unntuk berfikir lebih Kritis dalam hal apapun. Didalam Filsafat dakwah juga banyak sekali
hal-hal yang dikaji dan dipelajari secara kritis dan mendalam. Sebagai mana ilmu lain filsafat
juga memiliki berbagai macam cabang-cabangya. Mempelajari filsafat adalah salah satu hal
yang menarik dan banyak diminati oleh orang-orang, terutama mereka yang ingin mecari
kebenaran. Oleh karna itu penulis menyusun makalah ini guna untuk mengenal dan
mempelajari filsafat, objek kajian serta manfaat mempelajari filsafat Dakwah.1
B. Rumusan Masalah
1. apa pengertian filsafat dakwah?
2. apa saja ruang lingkup dalam filsafat dakwah?
3. apa manfaat mempelajari filsafat dakwah?
1
Ilyas Supena, filsafat Islam, (Yogyakarta: ombak, 2013) hlm. vii
1
II. PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN FILSAFAT DAKWAH
1.) pengertian filsafat
Kata filsafat, yang dalam bahasa arab dikenal dengan istilah falsafah dan
dalam bahasa inggris dikenal dengan istilah psilosophy adalah berasal dari bahasa yunani
philoshopia. Kata philoshopia terdiri atas kata philein yang berarti cinta (love) dan shopia
berarti kebijaksanaan (wisdom), sehingga secara etimologi istilah filsafat berati cinta
kebijaksanaan (love of wisdom) dalam arti yang sedalam- dalamnya. Dengan demikian,
seorang filsuf pencinta atau pencari kebijaksanaan.
Secara terminologi adalah arti yang dikandung oleh istilah filsafat dikarenakan
batasan dari filsafat itu banyak maka sebagai gambaran perlu diperkenalkan beberapa
batasan.
Menurut Aristoteles
Filsafat adalah ilmu (pengetahuan) yang meliputi kebenaran yang berisi ilmu
metafisika, retorika, logika, etika, ekonomi, politik dan estetika (filsafat keindahan).
Filsafat adalah ilmu (pengetahuan), yang merupakan dasar dari semua pengetahuan
dalam meliput isu-isu epistemologi (filsafat pengetahuan) yang menjawab pertanyaan
tentang apa yang dapat kita ketahui.
Menurut Al Farabi
Filsafat adalah ilmu (pengetahuan) tentang sifat bagaimana sifat sesungguhnya dari
kebenaran.
Filsafat adalah kumpulan semua pengetahuan bahwa Allah, manusia dan alam menjadi
pokok penyelidikan.
Menurut Plato
2
Filsafat adalah ilmu yang mencoba untuk mencapai pengetahuan tentang kebenaran
yang sebenarnya.
Menurut Langeveld
Filsafat adalah berpikir tentang masalah final dan menentukan, yaitu masalah makna
keadaan, Tuhan, kebebasan dan keabadian.
Filsafat adalah ilmu yang meneliti secara mendalam tentang ketuhanan, manusia dan
alam semesta untuk menghasilkan pengetahuan tentang bagaimana alam dapat dicapai
sejauh pikiran manusia dan bagaimana perilaku manusia seharusnya setelah mencapai
pengetahuan itu.
Menurut N. Driyarkara
Filsafat adalah refleksi yang mendalam tentang penyebab ‘di sana dan melakukan’,
refleksi dari realitas (reality) jauh ke dalam ‘mengapa’ penghabisan itu.
Filsafat adalah ilmu yang berusaha untuk menemukan penyebabnya deras untuk segala
sesuatu dengan pikiran belaka.
Menurut Notonogo
Filosofi yang meneliti hal-hal yang menjadi objek inti dari sudut mutlak (di), yang tetap
dan tidak berubah, yang juga disebut alami.
politikus dan ahli pidato Romawi, merumuskan: Filsafat adalah pengetahuan tentang
sesuatu yang maha agung dan usaha-usaha untuk mencapainya. Muslim terbesar
3
sebelum Ibnu Sina, mengatakan : Filsafat adalah ilmu pengetahuan tentang alam
maujud dan bertujuan menyelidiki hakikat yang sebenarnya.2
2).Pengertian Dakwah
Dakwah menurut etimologi (bahasa) berasal dari kata bahasa Arab : da’a – yad’u –
da’watan yang berarti mengajak, menyeru, dan memanggil. Di antara makna dakwah secara
bahasa adalah An-Nida artinya memanggil; da’a filanun Ika fulanah, artinya si fulan
mengundang fulanah, Menyeru, ad-du’a ila syai’i, artinya menyeru dan mendorong pada
sesuatu.3
Dalam dunia dakwah, rang yang berdakwah biasa disebut Da’i dan orang yang
menerima dakwah atau orang yang didakwahi disebut dengan Mad’u
Dalam pengertian istilah dakwah diartikan sebagai berikut:
a. Prof. Toha Yaahya Oemar menyatakan bahwa dakwah Islam sebagai upaya mengajak
umat dengan cara bijaksana kepada jalan yang benar sesuai dengan perintah Tuhan untuk
kemaslahatan di dunia dan akhirat.
b. Syaikh Ali Makhfudz, dalam kitabnya Hidayatul Mursyidin memberikan definisi dakwah
sebagai berikut: dakwah Islam yaitu; mendorong manusia agar berbuat kebaikan dan
mengikuti petunjuk (hidayah), menyeru mereka berbuat kebaikan dan mencegah dari
kemungkaran, agar mereka mendapat kebahagiaan di dunia dan akhirat.
c. Hamzah Ya’qub mengatakan bahwa dakwah adalah mengajak umat manusia dengan
hikmah (kebijaksanaan) untuk mengikuti petunjuk Allah dan Rasul-Nya.
d. Menurut Prof Dr. Hamka dakwah adalah seruan panggilan untuk menganut suatu
pendirian yang ada dasarnya berkonotasi positif dengan substansi terletak pada aktivitas yang
memerintahkan amar ma’ruf nahi mungkar.
e. Syaikh Muhammad Abduh mengatakan bahwa dakwah adalah menyeru kepada kebaikan
dan mencegah dari kemungkaran adalah fardlu yang diwajibkan kepada setiap muslim.
Dari beberapa definisi di atas secara singkat dapat disimpulkan bahwa dakwah
merupakan suatu aktivitas yang dilakukan oleh informan (da’i) untuk menyampaikan
informasi kepada pendengar (mad’u) mengenai kebaikan dan mencegah keburukan. Aktivitas
tersebut dapat dilakukan dengan menyeru, mengajak atau kegiatan persuasif lainnya.
2
Suradjio, Ilmu Filsafat Suatu Pengantar (Jakarta : PT Bumi Aksara, 2007) hlm. 1-2
3
Samsul Munir Amin, M.A, Rekonstruksi Pemikiran Dakwah Islam,( Jakarta:bentang pustaka), 2008
hlm.3
4
Dakwah menjadikan perilaku Muslim dalam menjalankan Islam sebagai agama
rahmatan lil’alamin yang harus didakwahkan kepada seluruh manusia, yang dalam prosesnya
melibatkan unsur: da’i (subyek), maaddah (materi), thoriqoh (metode), wasilah (media), dan
mad’u (objek) dalam mencapai maqashid (tujuan) dakwah yang melekat dengan tujuan Islam
yaitu mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.
Islam sebagai agama merupakan penerus dari risalah-risalah yang dibawa nabi
terdahulu, terutama agama-agama samawi seperti Yahudi dan Nasrani. Islam diturunkan
karena terjadinya distorsi ajaran agama, baik karena hilangnya sumber ajaran agama
sebelumnya ataupun pengubahan yang dilakukan pengikutnya. Dalam agama Nasrani
misalnya, hingga saat ini belum ditemukan kitab suci yang asli.4
Karena dakwah merupakan aktivitas amar ma’ruf nahi mungkar, dakwah tidak selalu
berkisar pada permasalahan agama seperti pengajian atau kegiatan yang dianggap sebagai
kegiatan keagamaan lainnya. Paling tidak ada tiga pola yang dapat dipahami mengenai
dakwah.
a. Dakwah Kultural
Dakwah kultural adalah aktivitas dakwah yang mendekatkan pendekatan Islam
Kultural, yaitu: salah satu pendekatan yang berusaha meninjau kembali kaitan
doktrinasi yang formal antara Islam dan negara. Dakwah kultural merupakan
dakwah yang mendekati objek dakwah (mad’u) dengan memperhatikan aspek
sosial budaya yang berlaku pada masyarakat. Seperti yang telah dilaksanakan
para muballigh dahulu (yang dikenal sebagai walisongo) di mana mereka
mengajarkan Islam menggunakan adat istiadat dan tradisi lokal. Pendekatan
dakwah melalui kultural ini yang menyebabkan banyak masyarakat yang
tertarik masuk Islam. Hingga kini dakwah kultural ini masih dilestarikan oleh
sebagian umat Islam di Indonesia.
b. Dakwah Politik
Dakwah politik adalah gerakan dakwah yang dilakukan dengan menggunakan
kekuasaan (pemerintah); aktivis dakwah bergerak mendakwahkan ajaran Islam
supaya Islam dapat dijadikan ideologi negara, atau paling tidak setiap
kebijakan pemerintah atau negara selalu diwarnai dengan nilai-nilai ajaran
4
Wahidin Saputra, M.A, Pengantar Ilmu Dakwah,( Jakarta: raja grafindo persada), 2011 hal 4-5
5
Islam sehingga ajaran Islam melandasi kehidupan politik bangsa. Negara
dipandang pula sebagai alat dakwah yang paling strategis.
Dakwah politik disebut pula sebagai dakwah struktural. Kekuatan dakwah
struktural ini pada umumnya terletak pada doktrinasi yang
dipropagandakannya. Beberapa kelompok Islam gigih memperjuangkan
dakwah jenis ini menurut pemahamannya.
c. Dakwah Ekonomi
Dakwah ekonomi adalah aktivitas dakwah umat Islam yang berusaha
mengimplementasikan ajaran Islam yang berhubungan dengan proses-proses
ekonomi guna peningkatan kesejahteraan umat Islam. Dakwah ekonomi
berusaha untuk mengajak umat Islam meningkatkan ekonomi dan
kesejahteraannya. Ajaran Islam dalam kategori ini antara lain; jual-beli,
pesanan, zakat, infak dan lain sebagainya.
Makna “dakwah” juga berdekatan dengan konsep ta’lim, tadzkir, dan tashwir. Ta’lim
berarti mengajar, tujuannya menambah pengetahuan orang yang diajar, kegiatannya bersifat
promotif yaitu meningkatkan pengetahuan, sedang objeknya adalah orang yang masih
kurang pengetahuannya. Tadzkir berarti mengingatkan dengan tujuan memperbaiki dan
mengingatkan pada orang yang lupa terhadap tugasnya sebagai serang muslim. Karena itu
kegiatan ini bersifat reparatif atau memperbaiki sikap, dan perilaku yang rusak akibat
pengaruh lingkungan keluarga dan sosial budaya yang kurang baik, objeknya jelas mereka
yang sedang lupa akan tugas dan perannya sebagai muslim.
Tashwir berarti melukiskan sesuatu pada alam pikiran seorang, tujuannya
membangkitkan pemahaman akan sesuatu melalui penggemaran atau penjelasan. Kegiatan ini
bersifat propagatif, yaitu menanamkan ajaran agama kepada manusia, sehingga mereka
terpengaruh untuk mengikutinya.
Dakwah yang diwajibkan tersebut berorientasi pada beberapa tujuan:
1. Membangun masyarakat Islam, sebagaimana para rasul Allah yang memulai dakwahnya
di kalangan masyarakat jahiliah. Mereka mengajak manusia untuk memeluk agama Allah
Swt, menyampaikan wahyu-Nyan kepada kaumnya, dan memperingatkan mereka dari syirik.
2. Dakwah dengan melakukan perbaikan pada masyarakat Islam yang terkena musibah.
Seperti penyimpangan dan berbagai kemungkaran, serta pengabaian masyarakat tersebut
terhadap segenap kewajiban.
6
3. Memelihara kelangsungan dakwah di kalangan masyarakat yang telah berpegang pada
kebenaran, melalui pengajaran secara terus-menerus, pengingatan, penyucian jiwa, dan
pendidikan.
5
Syukriadi Sambas, Sembilan Pasal Pokok-Pokok Filsafat Dakwah (Bandung: KP HADID, 1999) Hlm. 7
7
tersebut. Oleh sebab, itu pembahasan filsafat dakwah tidak dapat dilepaskan dari Allah,
Islam, manusia serta lingkungan (bumi, alam) di mana terjadi proses dakwah.
Dalam proses dan pelaksanaan dakwah, madd’u dapat bersifat individu ataupun
kolektif. Individu karena memasang tujuan dakwah adalah mengajak dan mendorong
manusia untuk mengamalkan ajaran agama islam dalam kehidupan sehari-hari agar
mempeoleh kebahagiaan di dunia maupun di akhirat. Bersifat kolektif karena dakwah juga
bertujuan untuk membentuk tatanan kehidupan masyarakat yang bersendikan islam.
Masyarakat islam tidak hanya terbentuk manakala tidak didukung oleh anggota yang tidak
islami, demikian pula sebaliknya, individu yang islami tidaka akan terbentuk didalam
masyarakat yang tidak menghargai Islam.
8
objek formal adalah sudut tertentu yang menentukan suatu macam ilmu dan membedakan
antara ilmu satu dengan lainnya. Demikianlah objek kajian filsafat dakwah menurut beberapa
tokoh:
9
4. Materi dakwah tertentu berhubungan dengan religiositas objek dakwah.
Objek kajian dakwah adalah setiap bentuk dari proses merealisasikan ajaran Islam
pada kehidupan manusia melalui strategi, metode, dan sistem yang relevan dengan
mempertimbangkan aspek religio-politik-kultural-sosio dan psikologis umat manusia.
Setelah mendalami masalah objek kajian filsafat dan objek kajian dakwah, sekarang kita
dapat mengintegrasikan antara keduanya yaitu objek kajian filsafat dakwah. Objek studi
filsafat dakwah adalah pemikiran mendalam dan radikal, logis dan sistematis tentang proses
usaha merealisasikan ajaran Islam dalam kehidupan umat manusia dengan melalui strategi,
metode, dan sistem yang relevan dengan mempertimbangkan dimensi religio-politik-kultural-
sosio-psikologis umat manusia.
Manfaat filsafat dakwah adalah berguna untuk menentukan para da’i agar mampu
memahami ajaran islam secara radikal, sampai keakar-akarnya sehingga menemukan
kebenaran yang hakiki. Para da’I mampu menjelaskan bahwa islam universal, tidak
bertentangan logika dan akal sehat. Dengan demikian ajaran islam disampaikan tidak hanya
diterima secara dokmatis dan absolut semata, tetapi juga melalui kerangka fikiran yang
rasional yang mampu memberikan arti penting dalam menyadari otoritas diri sebagi makhluk
yang berdimensi dalam memahami diri dan hak miliknya.
Tujuan filsafat dakwah adalah memberikan pemahaman yang bersifat universal
tentang suatu ajaran islam secara mendalam, mendasar dan radikal sampai keakar-akarnya,
sehingga akhirnya dapat membawa pada kebenaran yang hakiki, kebenaran hakiki tersebut
terimplementasikan dalam sikap keseharian sebagai orang islam. Dengan demikian filsafat
dakwah juga memberikan kontribusi keilmuan dengan mempertajam metodologi dan
pendekatan sehingga para da’I mampu melihat realitas umat secara tajam dan santun.7
7
Siti Uswatun Khasanah, Berdakwah Dengan Jalan Debat, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset, 2007)
Hlm. 16
10
III. KESIMPULAN
Secara ringkas ruang lingkup filsafat dakwah paling tidak meliputi empat hal
yang selalu punya kaitan erat. Yaitu:
a. Manusia sebagai pelaku (subyek) dakwah dan manusia sebagai penerima (obyek)
dakwah.
b. Agama Islam sebagai pesan atau materi yang harus disampaikan, diimani serta
diwujudkan dalam realitas (diamalkan) di masyarakat.
c. Allah yang menciptakan manusia dan alam, sebagai Rab yang memelihara alam dan
menurunkan agama Islam serta menentukan terjadinya proses dakwah.
d. Lingkungan, yaitu alam (bumi dan sekitarnya) tempat terjadinya proses dakwah.
11
DAFTAR PUSTAKA
Amin, Samsul Munir. 2008. Rekonstruksi Pemikiran Dakwah Islam. Jakarta:bentang pustaka.
Khasanah, Siti Uswatun. 2007. Berdakwah Dengan Jalan Debat. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Offset.
Sambas, Syukriadi. 1999. Sembilan Pasal Pokok-Pokok Filsafat Dakwah. Bandung: KP HADID.
Saputra, Wahidin. 2011. Pengantar Ilmu Dakwah. Jakarta: raja grafindo persada.
12