Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

FILSAFAT DAKWAH
Paradigma Dakwah Tamkin
untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah filsafat dakwah
Dosen : Dr. Umdatul Hasanah, M.Ag

Disusun oleh :
Fitriyani (181510129)

FAKULTAS DAKWAH
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
UIN SULTAN MAULANA HASANUDDIN BANTEN
TAHUN AJARAN 2019/2020
A. DAKWAH PARADIGMA PENGEMBANGAN MASYARAKAT
(TAMKIN)
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengembangan masyarakat
dimaknai sebagai usaha untuk membangun masyarakat dari segenap aspeknya
secara bertahap dan teratur menjurus ke arah tujuan yang dikehendaki. Jika
pengertian ini dikaitkan dengan dakwah sebagai sosialisasi islam, maka
sekurangnya didapati dua hubungan mutualisme.

Pertama, dari segi tujuan, dakwah dan pengembangan masyarakat


memiliki keterkaitan yang memperkuat satu sama lain. Dakwah dimaksudkan
untuk mewujudkan kebaikan dan kemajuan hidup di dunia dan akhirat. Hal itu
pula sesungguhnya yang ingin dicapai oleh setiap usaha pengembangan
masyarakat (community development). Jadi, kalau begitu dakwah itu sejatinya
adalah jalan untuk mengembangkan masyarakat.

Kedua, dari segi metode dan pendekatan, dakwah dan pengembangan


masyarakat memiliki hubungan yang saling melengkapi. Membangun masyarakat,
tidak cukup hanya pada satu aspek, dengan melupakan aspek yang lain. Lebih dari
itu, membangun masyarakat harus dilakukan secara komprehensif, baik fisik-
materiil maupun moral-spiritual. Terkait dengan perspektif ini, dakwah sebagai
wahana sosialisasi Islam berkepentingan untuk menjaga sisi moralitas dan
spiritualitas masyarakat, di samping ikut mendorong aksi pembangunan
masyarakat dari sisi materil. Demikian itu, karena Islam sebagai tema sentral
dakwah memahami manusia sebagai satu kesatuan yang utuh terdiri dari unsur
materiil dan spiritual. Konsekuensi logis pendekatan ini menilai bahwa
pembangunan masyarakat dari aspek materiil saja dengan melupakan spiritualitas
masyarakat sebagai usaha yang musprabelaka.

Dakwah paradigma pengembangan masyarakat lebih mengutamakan aksi


ketimbang wacana atau retorika (tablig). Karena itu, bentuk pemikiran dakwah ini
tidak terkonsolidasi dalam sebuah mazhab formal tertentu yang sistemik dan dapat
ditelaah sebagai rujukan.1

PARADIGMA DAKWAH TAMKIN


Menurut bahasa, tathwir atau tamkin berarti pengembangan, sedangkan
menurut istilah berarti kegiatan dakwah implemen-tatif melalui aksi amal saleh
berupa pemberdayaan sumber daya manusia dan sumber daya lingkungan.

Dengan kata lain, mengembangkan pranata-pranata sosial, ekonomi, dan


lingkungan atau pengembangan kehidupan muslim dalam aspek-aspek kultur
universal. Dakwah tathwir di antaranya dapat dilakukan melalui pendidikan dan
pelatihan pemberdayaan umat, pendampingan desa tertinggal, pengembangan
ekonomi syari’at, pengadaan sarana-sarana pendidikan, keagamaan, dan lain-lain.2

Hikmah dengan arti Uswah Hasanah dan Lisanul Hal

Ada satu alat menyampaikan da’wah, selain daripada lisan atau tulisan.
Yakni : Uswah hasanah, contoh tauladan yang baik, dan lisanul-hal, “bahasa
keadaan”, tanpa suara. Sebenarnya bahasa ini bahasa yang paling asli dan
sederhana, sudah lebih dulu dipergunakan sebagai alat penghubung, sebelum
manusia menggunakan bahasa dengan kata-kata. Tetapi apabila dipergunakan
pada saat dan dengan cara tepat, maka kekuatannya sama, malah kadang-kadang
lebih kuat daripada kata-kata.

*Uswah Hasanah

Demikianlah, langkah pertama yang dilakukan oleh Rasulullah SAW


sesampainya di Madinah, malah sebelum masuk kota adalah mendirikan masjid di
Quba’, masjid pertama yang didirikan di zaman Islam.3

1
Dr. A. Ilyas Ismail, M.A. & Prio Hotman, M.A. , Filsafat Dakwah Rekayasa Membangun Agama
dan Peradaban Islam, (Jakarta, Kharisma Putra Utama, 2013) H. 225- 227
2
Dr. H. Tata Sukayat, M.Ag, Ilmu Dakwah Perspektif Filsafat Mabadi ‘Asyarah, (Bandung,
Simbiosa Rekatama Media, 2015) H. 34
3
Mohammad Natsir, Fiqhud Da’wah., (Jakarta, Yayasan Capita Selecta, 2000) H. 208
AL-QUR’AN SEBAGAI PEDOMAN DAKWAH

Al-Qur’an merupakan sebuah Kitab Dakwah. Yang memiliki ruh


pembangkit. Yang berfungsi sebagai penguat. Yang menjadi tempat berpijak.
Yang berperan sebagai penjaga, penerang, dan penjelas. Yang merupakan suatu
undang-undang dan konsep-konsep global. Dan yang merupakan tempat kembali
satu-satunya bagi para penyeru dakwah dalam mengambil rujukan dalam
melakukan kegiatan dakwah, dan dalam menyusun suatu konsep gerakan dakwah
selanjutnya.

Namun, ditengah-tengah derunya dakwah itu terdapatlah suatu


persimpangan jalan antara kita dengan Al-Qur’an, yang tidak pernah terbayang
dalam perasaan kita sebelumnya. Karena itu perlu kami jelaskan, bahwa Al-
Qur’an itu sebenarnya mengajak manusia memiliki wujud hakiki.4

B. METODE DAKWAH TAMKIN

Dari segi metode dakwahnya, paradigma dakwah pengembangan masyarakat


berusaha mewujudkan islam dengan cara atau jalan menjadikan islam sebagai
pinjakan pengembangan dan perubahan sosial yang bersifat transformative-
emansipatoris. Demikiaan itu, karena menurut cara pandang dakwah
pengembangan masyarakat, islam adalah agama kemanusiaan dan profetik.
Dikatakan demikian, karena islam dihadirkan demi kepentingan kelangsungan
hidup manusia dan untuk memberdayakan manusia dengan segenap potensinya
sebagai wakil Allah di bumi.

Melalui paradigma ini, dakwah sejatinya dimaksudkan sebagai bentuk


perjuangan untuk menghadirkan kembali semangat profetik islam dan
mewujudkan peranan para ilmuwan dalam proses perubahan masyarakat secara
lebih mendasar, dengan pendekatan historis, kultural dan structural, berorientasi
kerakyatan memalui pendekatan yang praktis.

4
Ustadz Sayyid Qutub, Fiqih Da’wah, ( Jakarta, Pustaka Amani, 1986) H. 1
Gerakan dakwah paradigma pengembangan masyarakt berkerja secara
independen di luar institusi kenegaraaan dan berusaha memperkuat civil society
yang menjadi motor penggerak transformasi sosial.5

C. SEJARAH DI INDONESIA DALAM KONTEKS DAKWAH


TAMKIN

Dalam konteks pemikiran islam Indonesia, paradigma pengembangan


masyarakt ini dapat dinisbatkan kepada sejumlah pemikir seperti A. Mukti Ali,
Dawan Raharjo, Adi Sasono dan Muslim Abdurahman. Sebagai mantan mentri
agama yang berbasis ilmu perbandingan agama, pemikiran Mukti Ali, mamiliki
corak pengembangan masyarakat. Hal ini, dapat dilihat dari ide dan gagasannya
tentang agama sebagai landasan pembangunan dan usulannya tentang modernisasi
lembaga pendidikan pesantren, hingga gagasannya tentang badan zakat infak
sedekah yang sekarang telh banyak berkembang.

Adapun Dawan Raharjo adalah seorang penggiat LSM yang berlatar


belakang pendidikan ekonomi. Pemikirannya yang bercorak pengembangan
masyarakat dapat ditalaah melalui gagasannya tentang ekonomi pancasila dan
pengembangan masyarakat melalui pesantren. Sementara itu, gagasan islam
transformative yang terkait dengan sejumlah isu ,seperti hubungan agama dan
pembangunan nasional, pemberdayaan masyarakat, ekonomi kerayakyatan,
hingga emansipasi sosial, dimunculkan oleh tokoh-tokoh aktivis LSM seperti Adi
Sasono dan muslim abdurahman. Kedua tokoh islam ini, berlatar belakang
pendidikn masing-masing teknoekonomi dan sosiaologi.

Selain itu, organisasi-organisasi kemasyarakatan islam independen


(nonpolitik), seperti Badan Kontak Taklim (BKMT) yang diprakarsai oleh
Hj.Tutty Alwiyah, atau gerakan indonesi emas (ESQ) yang diprakarsai oleh Ari
Ginanjar dan sejumlah lembaga serupa yang memiliki kontribusi besar dalam

5
Dr.A.Ilyas Ismail,M.A. Prio Hotman M.A filsafat dakwah rekayasa membangun agama
peradaban islam. (Jakarta :kencana prenadamedia group, 2011) hal.227-229
melakukan pemberdayaaan masyarakat, dapat pula disebut sebagai representative
gerakan dakwah paradigma pengembangan masyarakat ini. 6

6
Dr.A.Ilyas Ismail,M.A. Prio Hotman M.A filsafat dakwah rekayasa membangun agama
peradaban islam. (Jakarta :kencana prenadamedia group, 2011) hal.230-231
KESIMPULAN
Dakwah paradigma pengembangan masyarakat lebih mengutamakan aksi
ketimbang wacana atau retorika (tablig). Karena itu, bentuk pemikiran dakwah ini
tidak terkonsolidasi dalam sebuah mazhab formal tertentu yang sistemik dan dapat
ditelaah sebagai rujukan.

Dakwah tamkin di antaranya dapat dilakukan melalui pendidikan dan


pelatihan pemberdayaan umat, pendampingan desa tertinggal, pengembangan
ekonomi syari’at, pengadaan sarana-sarana pendidikan, keagamaan, dan lain-lain.

Ada satu alat menyampaikan da’wah, selain daripada lisan atau tulisan.
Yakni : Uswah hasanah, contoh tauladan yang baik, dan lisanul-hal, “bahasa
keadaan”, tanpa suara.
Daftar Pustaka
Natsir, M.2000. Fiqhud Da’wah. Jakarta: Yayasan Capita Selecta
Qutub, Sayyid.1986. Fiqih Da’wah.Jakarta:Pustaka Amani

Dr. A. Ilyas Ismail, M.A. & Prio Hotman, M.A.2013. Membangun Agama dan
Peradaban Islam
Jakarta :Kharisma
Putra Utama
Dr. H. Tata Sukayat, M.Ag.2015. Ilmu Dakwah Perspektif Filsafat Mabadi
‘Asyarah. Bandung:
Simbiosa Rekatama Media
Dr.A.Ilyas Ismail,M.A. Prio Hotman M.A .2011.filsafat dakwah rekayasa
membangun agama
peradaban islam.Jakarta :kencana prenada media group

Anda mungkin juga menyukai