Anda di halaman 1dari 39

MATERIKULASI

FIQIH DAKWAH UTS DAN UAS

DISUSUN OLEH :

Nama : BAGAS SAPUTRA


Nim : 2020503066

DOSEN PENGAMPU :

Drs. Amin Sihabudin, M.Hum

PROGRAM STUDI JURNALISTIK


FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH PALEMBANG
2020/2021
PEMBAHASAN

MATERIKULASI FIQIH DAKWAH

A. PENGERTIAN FIQIH DAKWAH

Secara bahasa Fiqh dakwah berasal dari dua kata yaitu fiqh dan dakwah. Kata fiqih (‫)فقه‬
secara bahasa punya dua makna. Makna pertama adalah al fahmu al mujarrad (‫)الفهم المجرد‬, yang
artinya adalah mengerti secara langsung atau sekedar mengerti saja Makna yang kedua adalah al
fahmu ad daqiq (‫)الفهم الدقيق‬, yang artinya adalah mengerti atau memahami secara mendalam dan
lebih luas. Sedangkan dalam istilah fiqih yaitu : ”Ilmu yang membahas hukum-hukum syariat
bidang amaliyah (perbuatan nyata) yang diambil dari dalil-dalil secara rinci,”

Sedangkan kata dakwah berasal dari kata da’a yang berarti menyeru, mengajak. Adapaun
makna lain dari dakwah yaitu :

 An-Nida artinya memanggilda’a fulanahun ila fulanah (si fulan memanggil si fulan)
 Menyeru, ad du’a ila sya’iarinya menyeru dan mendorong kepada sesuatu
 Ad – dakwah’wat ila qaddiyat artinya : menegaskan atau membelanya, baik terhadap
yang hak maupun yang bathil, yang positif maupun yang negative.

1
Sedangkan secara istilah dakwah yaitu: kegiatan menyeru dan menyakinkan orang lain
supaya menerima sesuatu kepercayaan. Dakwah juga adalah mengajak untuk patuh kepada
ajaran agama Islam dengan lebih sempurna. Dari pengertian di atas, dapat di tarik kesimpulan
tentang pengerian fiqh dakwah yaitu :memberi kefahaman, pengetahuan, mengenali hak diri dan
tanggungjawab sebagai seorang yang menyebarkan seruan Islam kepada semua manusia untuk
mengajak mereka mengenali Allah. Selain dari itu juga, fiqh dakwah adalah untuk mengajak atau
menyeru manusia untuk mengamalkan ajaran Islam dengan lebih sempurna lagi.

Dari pengertian diatas, dapat di intiisarikan dakwah islam itu terdapat dalam surat
alfatiah, karena titik tuju dakwah islam itu member pengertian kepada umat manusia agar
mengambil segala Allah SWT yang terkandung dalam Al-Qur'an untuk jalan hidupnya. Adapun
yang membedakan fiqh dakwah dengan ilmu dakwah adalah , ilmu dakwah membahas apa

1 Moh. Ali aziz, ilmu dakwah edisi revisi, kencana prenada media group, Jakarta : 2009. Hal 157
adanya tentang kegiatan dakwah, sedangkan fiqih dakwah membahas apa yang seharusnya di
lakukan dalam kegiatan dakwah. Jika teologi dakwah laksana motor yang berfungsi sebagai
pendorong, maka ilmu dakwah  adalah kendaraan beserta komponenya, dan fiqh dakwah
merupakan jalan beserta rambu- rambunya. Dengan kata lain, agar bersemangat dalam
berdakwah kita belajar teologi dakwah, untuk menemukan strategi dakwah kita mempelajari
ilmu dakwah, dan supaya dakwah kita terarah dnegan benar dibutuhkan kajian tentang fiqh
dakwah.

Kaidah –kaidah fiqih dakwah sering di pakai dalam memutuskan perkara hukum. Kaidah
fiqih sering di rumuskan dengan kata yang singkat tapi dengan makna yang padat. Ada kaidah
yang di dasarkan pada ayat suci Al-Qur'an dan hadits nabi Muhammad SAW dan adapula
kaidah  yang merupakan generalisasi dari berbagia kasus. Ada dua bentuk kaidah yang dapat di
manfaatkan untuk kegiatan dakwah yaitu :

 Kaidah fiqih untuk dakwah (Al-qawa’id Al-fiqiyah li Al-Qur'an- dakwah ) yang di


jadikan sebagai instrument yang berkenaan dengan dakwah.
 Prinsip – prinsip dakwah (Al-Qawa’id li dakwah ) yang menjadi strategi, metode, atau
teknik dalam mencapai dakwah yang efektif.

2
Pada fiqih dakwah akan jelas apa yang menjadi landasan hukum dalam berdakwah,
didalam fiqih dakwah al-quran dan hadist adalah sebagai sumber pesan dan hukum dakwah.
Selain itu pada fiqih dakwah juga akan  membahas hukum berdakwah yang kemudian disana
akan jelas apa hukumnya berdakwah dan juga siapa saja yang harus menjadi pelaku dakwah.
Pengertian fiqih dakwah menurut beberapa ahli

 Menurut Imam Hanafi = Ilmu yang menerangkan segala hak dan kewajiban yang
berhubungan dengan perbuatan "Mukallaf" ( note orang sudah terkena beban hukum/
sudah baligh )
 Menurut Imam Syafi'I = Ilmu yang menjelaskan segala hukum syariat yang berhubungan
dengan pekerjaan para Mukallaf diambil ( di istinbath ) dari dalil - dalil yang jelas
(tafshiliah).

2 Ahamad sarwat, pengertian fiqih, artikel, minggu tanggal 24 – 02 – 2013 jam 20: 15


B. ISLAM AGAMA RISALAH DAN DAKWAH

Islam merupakan agama risalah yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW kepada umat.
Jadi, umat manusia khususnya Islam berperan penting dalam menyampaikan dakwah atau
meneruskan risalah dakwah Nabi Muhammad SAW baik perorangan ataupun sebagai umat
kepada umat lainya, dimanapun mereka berada dan yang pastinya harus sesuai dengan
kemampuan masing-masing. Karena Islam menegaskan umatnya untuk menyebarkan agama
Allah dan Rasul-Nya. Menyebarkan agama Allah dalam Islam di sebut dakwah. Jadi, Islam
adalah agama yang didalamnya terdapat usaha untuk menyebarkan dan mengajak manusia untuk
mengerjakan apa yang diperintahkan dan meninggalkan semua larangan dalam agama yang di
sebut dakwah.

Dakwah berasal dari bahasa Arab da’watan artinya ajakan yaitu kegiatan yang bersifat
menyeru, mengajak dan memanggil orang untuk beriman dan taat kepada Allah sesuai dengan
garis aqidah, syari’at dan akhlak Islam. Kata dakwah merupakan masdar dari kata kerja da’a,
yad’u yang berarti panggilan seruan atau ajakan.1 Dakwah sekarang bila dibandingkan dengan
masa lalu sangat jauh. Dakwah pada saat ini telah banyak mengalami kemajuan. Akan tetapi
perkembangannya tidak semua berjalan lurus sesuai yang diharapkan. Hal ini dikarenakan sering
munculnya berbagai macam hambatan tentunya yang berkaitan dengan dakwah secara langsung
maupun tidak langsung misalnya masalah situasi dan kondisi lokasi dakwah yang secara tidak
langsung menjadi persoalan yang dihadapi para penyuluh agama di kecamatan Murung
kabupaten Murung Raya Kalimantan Tengah dalam megembangkan dakwah Islam. Selain dari
pada itu kondisi kultur di sana juga sangat berpengaruh dalam kegiatan dakwah penyuluh agama
Islam.

3
Mengutus seseorang berarti memerintahkan orang tersebut untuk menyampaikan sesuatu.
Oleh karena itu makna dari Rasulullah adalah seseorang yang Allah utus dan diperintahkan
untuk menyampaikan syariat-Nya. Oleh karena itu jelaslah bahwasanya seorang utusan adalah
hamba karena ia diperintahkan untuk melakukan sesuatu dan bukan tuhan dan tidak boleh
dipertuhankan. Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam merupakan utusan bagi seluruh
manusia, tidak terbatas bagi orang-orang ketika beliau hidup saja (kafir quraisy) melainkan bagi
seluruh manusia yang ada hingga hari kiamat.
3 https://www.id. Wikipedia.org/wiki/arti kata dakwah, diakses tanggal 31 Januari 2018.
Risalah yang disampaikan oleh Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam
mengandung dua hal penting yaitu kabar gembira dan peringatan. Kabar gembira adalah balasan
kebaikan bagi orang yang menerima dan melaksanakan syariat yang beliau bawa sedangkan
peringatan adalah adzab yang pedih bagi orang yang tidak mau menerima dan mengikuti syariat
beliau. Syariat memberi kabar gembira dan peringatan merupakan syariat seluruh para nabi,
karena apa yang diperintahkan dan diwahyukan kepada Nabi Muhammad sama dengan apa yang
diwahyukan kepada nabi-nabi sebelumnya. Allah subhanahu wata’ala berfirman :

(‫وح َوالنَّبِيِّينَ ِم ْن َب ْع ِد ِه‬ َ ‫)إِنَّا أَوْ َح ْينَا ِإلَ ْي‬


ٍ ُ‫ك َك َما أَوْ َح ْينَا إِلَ ٰى ن‬

Sesungguhnya Kami telah memberikan wahyu kepadamu sebagaimana Kami telah memberikan
wahyu kepada Nuh dan nabi-nabi yang datang kemudian. (QS. An-Nisa’: 163)

Kebanyakan manusia tidak mengetahui apa hikmah dibalik pengutusan para rasul,
sehingga masih banyak orang yang belum memeluk Islam, dan banyak pula orang muslim yang
belum memenuhi hak-hak Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. Pendapat kebanyakan
manusia bukan merupakan standar kebenaran. Kebanyakan manusia justru lalai dari agama
mereka dan tidak perhatian terhadap permasalahan agama. Bagi kebanyakan manusia ilmu
agama bukanlah perkara yang penting untuk dipelajari sehingga kebanyakan mereka tidak
mengetahui hakikat agamanya. 4

5
Diutusnya Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam kepada manusia merupakan
sebab mereka mendapatkan hidayah, karena tugas para nabi dan rasul hanyalah menyampaikan
apa yang harus disampaikan dari Allah. Oleh karena bukan jaminan orang yang telah mendengar
dakwah beliau untuk mendapatkan hidayah. Diutusnya Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa
sallam kepada seluruh manusia merupakan hujjah bagi Allah bahwasanya Risalah telah
disampaikan, sehingga tidak ada alasan lagi manusia di hadapan Allah kelak untuk tidak
beribadah kepada-Nya.

4 Amsyari, Fuad. 1990, Perjuangan Sosial Ummat Islam Indonesia, Media Dakwah, Jakarta
5 Persatuan islam, 1996, Qonun Asasi, Qonun Dakhili, Pedoman Kerja, Kifayah Kerja Dewan Hisbah Pesatuan
Islam, Bandung. Diringkas dari tafsir Ibnu Utsaimin, oleh Muhammad.
Rasul merupakan orang yang menerima wahyu dari Allah dan berkewajiban untuk
menyampaikan wahyu tersebut kepada orang lain. Rasul berbeda dengan nabi karena nabi hanya
menerima wahyu dari Allah tampa wajib menyampaikan wahyu tersebut kepada orang lain.
Tugas utama Rasul Muhammad menurut surat alMaidah 67

Allah berfiman, “Hai Rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu.
Dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak menyampaikan
amanat-Nya. Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusia. Sesungguhnya Allah tidak
memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir."(Qs. Al-Maidah ayat 67). Menurut Fakhrudin
ar-Razi, berpendapat bahwa ayat ini merupakan janji dari Allah kepada Nabi Muhammad Saw
bahwa ia akan dipelihara Allah dari gangguan dan tipu daya orang-orang Yahudi dan Nashrani.
Thahir bin ‘Asyur. Ayat (Risalah) diatas bahwa pesan dakwah adalah bertujuan menyampaikan
kebenaran yang mutlak, yaitu Dakwah Islamia.

Teori Dakwah antar person yang telah disampaikan oleh Nabi dan Sahabatnya diatas
adalah Teori Preventif. Begitu juga sejarah Islam telah mencatat bahwa pesan dakwah dilakukan
secara tatap muka dengan person satu persatu maksudnya adalah Komunikasi antar pribadi
(interpersonal communication) adalah komunikasi antara orang—orang secara tatap muka, yang
memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik secara
verbal ataupun nonverbal. Komunikasi interpersonal yang berlangsung antara dua orang dikenal
dengan istilah diadik (dyad). Diadik merupakan konteks umum komunikasi interpersonal, karena
setiap pasangan dalam interaksi fokus memperhatikan semata-mata pada lawan bicaranya.

Strategi dakwah adalah perencanaan yang berisi rangkaian kegiatan yang didesain untuk
mencapai tujuan dakwah tertentu. Ada dua hal yang perlu diperhatikan dalam hal ini, yaitu:

1) Strategi merupakan rencana tindakan (rangkaian kegiatan dakwah) termasuk penggunaan


metode dan pemanfaatan berbagai ssumber daya atau kekautan. Dengan demikian,
strategi merupakan proses penyusunan rencana kerja, belum sampai pada tindakan.
2) Strategi disusun untuk mencpaai tujuan tertentu. Artinya, arah dari semua keputusan
penyusunan strategi adalah pencapaian tujuan. Oleh sebab itu, sebelum menentukan
strategi, perlu dirumuskan rujuan yang jelas serta dapat diukur keberhasilannya
Dalam kegiatan komunikasi, mengartikan strategi sebagai perencanaan (planning) dan
6

manajemen (manajement) untuk mencapai suatu tujuan. Ia tidak hanya berfungsi sebagai peta
jalan yang harus ditempuh, tetapi juga berisi taktik operasionalnya. Ia harus didukung teori
karena teori merupakan pengetahuan berdasarkan pengalaman yang ssudah diuji kebenarannya.
Khitob (perintah) ayat-ayat diatas kepada Rasulullah Saw untuk pesan peng Islam-an secara
pribadi, yaitu kepada keluarga, Sahabatnya tetapi menjadi kewajiban bagi setiap da'i sebagai
Mafhum Mukholafah alhasyar. Dan Hadits Al Ulama waratsatul Anbiya'. Kewajiban
melaksanakan dakwah bagi para da'I (Fardu'aindanfardhukifayah).

C. RISALAH MEMBINA PRIBADI UMAT

Dalam kamus istilah fikih disebutkan bahwa risalah mengandung beberapa makna ,
seperti : Surat, keterangan, atau perintah yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw. Sebagai bukti
kerasulannya. Dapat pula berarti surat yang dikirim atau karya tulis. Risalah Nabi adalah
refeleksi dari perjalanan hidup Nabi Muhammad saw yang mencakup akhlak dan segala
aktivitasnya yang dipahami secara konseptional sebagai prinsip, kaidah, dan hukum bagi umat
Islam. Namun sirah Nabi tidak terlepas dari kajian periwayatan sebuah hadis ditolak atau
diterima, karena kualiatas hadis mentukan transformasi konsep yang akan dijadikan landasan
bagi umat Islam. Salah satu tema yang menarik dari sirah Nabi Muhammad adalah kehidupannya
yang sederhana .

7
Muhammad Sudah menyampaikan risalahnya, Dimulainya menyampaikan kepada
kelompok ummat manusia di semenanjung Arabia ditengah tengah siapa dia dilahirkan. Dibawah
pimpinan Ilahy dan dengan wahyu Ilahy ditunjukkan Risalahnya kepada seluruh umat manusia.
Dipanggilnya aqal dengan makanan aqal, dipanggilnya rasa dengan makanan rasa; dilepaskannya
umat yang terpencil dari lingkungan yang mentalnya sempit, dibawahnya kemedan kesadaran
yang luas; dibukannya ruang sejarah dibawakannya riwayat tentang timbul tenggelamnya ummat
ummat yang telah lalu, dibawakannya ibarat tamsil yang mudah difahamkan dengan fikiran,
dapat ditangkap dengan rasa. Tiada tuhan melainkan allah. Adapun Muhammad adalah
hambanya dan utusannya “ Abduhu Wa Rasuluhu “ Dia bukanlah orang yang harus di dewa-
dewakan. Dia adalah manusia pilihan Allah untuk menerima dan menyampaikan wahyu.

6 Effendi, 1993 dalam Moh. Ali Aziz, 2009: 351


7 M. Abd. Mujieb, dkk. Kamus Istilah Fiqhi ( Cet. I; Jakarta: Pustaka Firdaus 1994 ) h.297.
َ ‫ي اَنَّ َمٓا اِ ٰلهُ ُك ْم اِ ٰلهٌ وَّا ِح ۚ ٌد فَ َم ْن َكانَ يَرْ جُوْ ا لِقَ ۤا َء َرب ِّٖه فَ ْليَ ْع َملْ َع َماًل‬
‫صالِحًا َّواَل يُ ْش ِر ْك بِ ِعبَا َد ِة َرب ٖ ِّٓه اَ َحدًا‬ َّ َ‫قُلْ اِنَّ َمٓا اَن َ۠ا بَ َش ٌر ِّم ْثلُ ُك ْم يُوْ ٰ ٓحى اِل‬

Katakanlah: Sesungguhnya aku ini manusia biasa seperti kamu, yang diwahyukan
kepadaku: "Bahwa Sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan yang Esa". Barangsiapa
mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, Maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan
janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya". (Qs. Al-
kahfi:110).

Telah datang sebelumnya para Rasul dan Nabi silih berganti. Utusan utusan Allah kepada
kaumnya masing masing dan untuk zamannya masing - masing. Adapun seruan Muhammad
alwg aule alll uko berlaku untuk semua tempat dan waktuł. Tempat tujuannya dipunggung bumi
ini dimana saja, sasaran Risalahnya ke seluruh manusia tanpa kecuali.

Bila ada penggolongan manusia, maka penggolongan itu ialah penggolongan atas dasar
sikap pendirian atau mutu kecerdasannya, bukan penggolongan atas dasar nasab atau keturunan.
Ada satu kali Rasulullah menggunakan perkataan yaitu dalam do'anya, sasudah dia dipukuli oleh
orang orang sampai berdarah: "Wahai tuhanku, berilah kaumku ini petunjuk. Karna mereka tidak
tau apapun yang mereka perbuat." (Tafsir Muhammad Abduh) Bukan panggilan yang merugikan
kamu, tetapi panggilan kepada panggilan kepada kehidupan lahir dan batin; maju setingkat demi
setingkat menuju kemenangan dan kejayaan.

Risalah meletakkan batu pertama bagi kehidupan dan kemajuan ialah kemerdekaan jiwa
manusia itu sendiri. Kemerdekaa dari ketakutan kepada yang tak perlu dan tidak pantas ditakuti.
Kebebasan dari penyembahan benda benda yang tidak bisa berbuat apa - apa, kebebasan dari
pendewaan dan pemujaan sesama makhluk yang semuanya itu merupakan penghinaan dan
pelanggaran atas martabat manusia. Ditegakkannya kemerdekaan diri manusia itu atas Tauhid,
Yakni memusatkan penyembahan dan pembaktian semata - mata hanya kepada Allah yang satu.
Dipanggilnya manusia untuk selalu beribadah, do'a dan dzikir langsung tanpa perkara atau
perantara apapun hanya kepada Allah. Ibadah yang ikhlas dan tertib adalah sumber kekuatan
bagi jiwa seseorang untuk mengendalikan dirinya.

Risalah Nabi Muhammad SAW yang sengaja diturunkan Allah SWT untuk membangun
umat sangat konsen terhadap masalah yang menentukan kokoh dan rapuhnya bangunan tersebut
dalam menghadapi berbagai kemungkinan. Alquran dan Alhadist yang merupakan kurikulum
bagi risalah dalam membangun umat tersebut, kini masih utuh dihadapan kaum muslimin.
Demikian pula petunjuk-petunjuk praktis dan sejarah kehidupan generasi sahabat yang menjadi
teladan umat akhir zaman. Hanya pribadi Nabi Muhammad SAW sajalah yang sudah tidak ada di
tengah- tengah kaum muslimin. Sekiranya benar keberadaan pribadi Nabi Muhammad SAW
yang menjadi rahasia keberhasilan risalah dalam membina umat Islam tersebut, tentu Allah SWT
tidak akan menjadikan risalah ini untuk seluruh umat di sepanjang zaman dan tidak dijadikannya
sebagai risalah terakhir. Dicukupkannya saja sebatas usia Nabi Muhammad SAW.

Begitu beliau wafat, habis pula peranan risalah. Sejarah telah mencatat bahwa satu-
satunya sumber yang telah dijadikan pedoman dan acuan oleh risalah dalam membangun umat
Islam generasi sahabat itu tidak lain adalah Alquran, tanpa dicampuri sumber lainnya. Alhadist
dan petunjuk-petunjuk Rasul tentu saja termasuk lingkup kandungan Alquran. Karena pada
dasarnya segenap peri kehidupan Rasul adalah cerminan dari sumber yang satu yaitu Alquran.
Ketika Aisyah ditanya tentang peri kehidupan Nabi Muhammad SAW, ia menjawab: "Peri
kehidupan Rasul adalah cerminan dari kandungan Alquran." Jadi kalau risalah hanya menjadikan
Alquran secara murni sebagai satu-satunya sumber pedoman dan acuan dalam membangun umat
Islam, bukanlah karena saat itu tidak ada peradaban atau kebudayaan yang maju. Tetapi karena
telah menjadi konsep yang telah direncanakan oleh pengatur rencana, Allah SWT. "Katakanlah,
inilah jalanku, aku dan orang-orang yang mengikutiku dan mengajak kepada Allah dengan yakin.
Maha Suci Allah, dan aku tidak termasuk orang-orang musyrik." (QS Yusuf 108).

Materi pembinaan Umat dapat dipahami dari isi Risalah (Qur'an). Antara lain:

 Keimanan kepada Allah, Malaikat, Kitab Nya, rasul, hari Akhir, Qodho dan Qodar dsb
nya. (Al –Baqoroh 285). “Rasul (Muhammad) beriman kepada apa yang diturunkan
kepadanya (Al-Qur'an) dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semua
beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya.
(Mereka berkata), “Kami tidak membeda-bedakan seorang pun dari rasul-rasul-Nya.”
Dan mereka berkata, “Kami dengar dan kami taat. Ampunilah kami Ya Tuhan kami, dan
kepada-Mu tempat (kami) kembali”.
 Syariah : Ibadah khusus seperti ( Shalat, Zakat, Puasa, Haji ) dan ibadah umum ( am –
mah perekonomian, pernikahan, pertanian, dsb ).
 Janji dan ancaman sesuai dengan ayat At – Taubah ayat 67. ” Orang-orang munafik laki-
laki dan perempuan, satu dengan yang lain adalah (sama), mereka menyuruh (berbuat)
yang mungkar dan mencegah (perbuatan) yang makruf dan mereka menggenggamkan
tangannya (kikir). Mereka telah melupakan kepada Allah, maka Allah melupakan mereka
(pula). Sesungguhnya orang-orang munafik itulah orang-orang yang fasik”.
 Sejarah hal ini sesuai dengan ayat Al – Qashash ayat 4. “Sungguh, Fir‘aun telah berbuat
sewenang-wenang di bumi dan menjadikan penduduknya berpecah belah, dia menindas
segolongan dari mereka (Bani Israil), dia menyembelih anak laki-laki mereka dan
membiarkan hidup anak perempuan mereka. Sungguh, dia (Fir‘aun) termasuk orang yang
berbuat kerusakan”.
 Ilmu pengetahuan tentang Allah, Agama, Manusia dan tentang Alam sesuai dengan ayat
Fatir ayat 27 “Tidakkah engkau melihat bahwa Allah menurunkan air dari langit lalu
dengan air itu Kami hasilkan buah-buahan yang beraneka macam jenisnya. Dan di antara
gunung-gunung itu ada garis-garis putih dan merah yang beraneka macam warnanya dan
ada (pula) yang hitam pekat “.

D. KEWAJIBAN DAKWAH BAGI SETIAP UMAT

Dakwah merupakan kewajiban bagi setiap umat muslim. Perintah tersebut ditunjukkan
dalam bentuk kata perintah, dan kecaman bagi yang meninggalkan dakwah. Kata perintah (fi‟il
amar) disebut dalam QS. an-Nahl: 125 dengan kata “serulah”, sedangkan dalam QS. Al-Imran:
104 “dan hendaklah ada sekelompok orang yang berdakwah”. Perintah yang pertama
menghadapi subjek hukum yang hadir, sedangkan subjek hukum dalam perintah kedua tidak
hadir (in absentia).

8
Dalam kaidah Ushul Fikih disebutkan bahwa “pada dasarnya perintah menunjukkan
kewajiban (al-Ashl fi al-amr li al-wujub)”. Dengan demikian sangat jelas bahwa perintah
berdakwah dalam kedua ayat tersebut adalah perintah wajib. Demikian pula, ancaman laknat
Allah menunjukkan larangan keras, kaidah Ushul Fikih lain yang terkait dengan kaidah diatas
berbunyi “pada dasarnya, larangan itu menunjukkan hukum haram (al-ashl fi alamr li al-wujub).
Dengan demikian, kecaman keras Allah bagi orang-orang yang tidak perduli dakwah berarti
wajib melaksanakan dakwah. Kegiatan dakwah sudah ada sejak adanya tugas dan fungsi yang

8 Ali Aziz, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Kencana, 2012), hlm. 146-147


harus diemban oleh manusia di belantara kehidupan dunia ini. Oleh sebab itu, eksistensi dakwah
tidak dapat dipungkiri oleh siapapun, karena kegiatan dakwah sebagai proses penyelamatan umat
manusia dari berbagai persoalan yang merugikan kehidupan. Dakwah dipahami sebagai bentuk
ajakan kepada Islam. Dakwah merupakan salah satu pokok bagi terpeliharanya eksistensi Islam
dimuka bumi, Karena peran dakwah yang demikian krusial. Al-Qur‟an sendiri bahkan
menganjurkan adanya komunikasi sosial dalam berdakwah, dimana setiap komunitas muslim
hendaknya memiliki sekelompok orang yang secara spesifik berprofesi sebagai para ahli dakwah
(da‟i) untuk menyampaikan dakwah Islam dan menjalankan fungsi amama‟ruf (perintah
kebaikan) dan nahi munkar (mencegah kejahatan dan keburukan) di tengah masyarakat. 9

10
Penyampaian dakwah pertama kali adalah tentang ibadah yaitu sholat yang banyak
diajarkan oleh ulama‟ fikih. Kemudian, seiring berjalannya waktu dakwah berkembang dalam
berbagai bidang disiplin ilmu yang lain. Dakwah lewat tulisan saat ini meliputi semua aspek
yang berkaitan dengan kehidupan manusia, tidak hanya di bidang fikih saja, akan tetapi sudah
masuk pada tema-tema tertentu yang ada dalam masyarakat yang terwujud dalam bentuk karya
tulis yang sangat beragam. Karya tersebut bisa berbentuk buku motivasi, novel, artikel, dan lain
sebagainya. Dibutuhkan keahlian khusus dalam menggunakan tulisan sebagai media dakwah.
Kewajiban Berdakwah menurut Al-Quran dan Al-Hadist

Berdakwah dengan segala bentuknya adalah wajib hukumnya bagi setiap muslim.
Misalnya amar ma’ruf, nahi munkar, berjihad, memberi nasihat dan sebagainya. Hal ini
menunjukkan bahwa hukum islam tidak mewajibkan bagi umatnya untuk selalu mendapatkan
hasil semaksimalnya, akan tetapi usahanyalah yang diwajibkan semaksimalnya sesuai dengan
keahlian dan kemampuannya. Adapun orang yang diajak, ikut ataupun tidak ikut itu urusan
Allah. Pada dasarnya setiap muslim dan muslimah di wajibkan untuk mendakwahkan islam
kepada orang lain baik muslim maupun non muslim ketentuan semacam ini di dasarkan pada
firman Allah Swt :

‫َو ۡلتَ ُك ۡن ِّم ۡن ُكمۡ اُ َّمةٌ ي َّۡد ُع ۡو َن اِلَى ۡال َخ ۡي’’’’’’’’’’ ِر‬
9 Muhammad Abduh dan Muhammad Rasyid Ridha, Tafsir Al-Manar Jilid IV, (Bairut: Dâr al-Fikr, tt), hlm. 35
10 Syamsul Munir Amin, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Amzah, 2009), hlm. 11
ۡ َ‫ف َويَ ۡنه‬
‫’’’’و َن َع ِن‬ ِ ۡ
‫ُو‬‫ر‬ ۡ
‫ع‬ ‫م‬
َ ِ ۡ
‫’’’’ال‬ ‫ب‬ ‫ن‬َ ۡ
‫ُو‬‫ر‬ ‫م‬ ۡ
ُ َ‫َوي‬
‫’’’’ا‬
ۡ ۡ
‫ك هُ ُم ال ُمفلِح ُۡو َن‬ ٓ
َ ’ِ‫ول ِٕٕٮ‬ٰ ُ‫ۡال ُم ۡن َكر‌ؕ َوا‬
ِ
Terjemahan : “dan hendaklah ada diantara kamu segolongan umat yang menyeru kepada
kebajikan menyuruh kepada yang Ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar merekalah orang-
orang yang beruntung.” (QS. Al-Imran : 104)

Makna yang dimaksud dari ayat ini ialah hendaklah ada segolongan orang dari kalangan
umat ini yang bertugas untuk mengemban urusan tersebut, sekalipun urusan tersebut memang
diwajibkan pula atas setiap individu dari umat ini. Sebagaimana yang disebutkan di dalam kitab
Shahih Muslim dalam sebuah hadist dari Abu Hurairah. Disebutkan bahwa Rasulullah SAW
pernah bersabda :

“Barang siapa diantara kalian melihat suatu kemungkaran, hendaklah ia mencegahnya


dengan tangannya. Dan jika ia tidak mampu, maka dengan lisannya. Dan jika masih tidak
mampu juga, maka dengan hatinya, yang demikian itu adalah selemah-lemah iman”.

Tabligh, atau menyampaikan ilmu dari Rasululllah SAW terbagi dua bentuk :

 Menyampaikan dalil Al-qur’an dan As Sunnah. Cara penyampaian seperti ini


membutuhkan hafalan yang bagus dan mantap. Juga cara dakwah seperti ini haruslah
disampaikan dari orang yang jelas islamnya, baligh dan memiliki sikap.
 Menyampaikan secara makna dan pemahaman terhadap nash-nash yang ada. Orang yang
menyampaikan ilmu seperti ini butuh banyak menggali ilmu dan bisa pula dengan
mendapatkan persaksian atau izin dari para ulama. Hal ini dikarenakan memahami nash-
nash membutuhkan ilmu-ilmu lainnya. Maka kewajiban pertama umat Islam itu ialah
menggiatkan dakwah agar agama dapat berkembang baik dan sempurna sehingga banyak
pemeluk-pemeluknya.

11
Bahkan, jika di dalam suatu masyarakat, tidak lagi ada orang yang mencegah
kemungkaran, niscaya Allah akan mengadzab semua orang yang ada di masyarakat tersebut, baik
11 Mushaf Al-Azhar, Al-Qur’an dan Terjemah. Surah Ali Imran ayat 104
ia ikut berbuat maksiyat maupun tidak. Kenyataan ini menunjukkan dengan sangat jelas, bahwa
hukum dakwah adalah wajib, bukan sunnah. Sebab, tuntutan untuk mengerjakan yang
terkandung di dalam nash-nash yang berbicara tentang dakwah datang dalam bentuk pasti.
Indikasi yang menunjukkan bahwa tuntutan dakwah bersifat pasti adalah, adanya siksa bagi siapa
saja yang meninggalkan dakwah. Ini menunjukkan, bahwa hukum dakwah adalah wajib.

Dasar dan sumber hukum islam ada tiga yaitu

 Al Aquran
 Sunnah (Hadist)
 Ijtihad.

Berikut Penjelasannya :

1) Al-Qur’an
Dalam buku Ushul Fikih 1 (2018) karya Rusdaya Basri, kedudukan Al Quran dalam
Islam adalah sebagai sumber hukum umat Islam dari segala sumber hukum yang ada di
bumi. Al Quran dan hadis merupakan dua hal pokok dalam ajaran Islam. Keduanya
merupakan hal sentral yang menjadi jantung umat Islam. Karena seluruh bangunan
doktrin dan sumber keilmuan Islam terinspirasi dari dua hal pokok tersebut. Kedudukan
Al Quran sebagai sumber utama dan pertama bagi penetapan hukum, maka bila seseorang
ingin menemukan hukum untuk suatu kejadian. Tindakan pertama mencari jawab
penyelesaiannya dari Al Quran. Al-quran adalah sumber hukum pertama umat islam yang
berisi tentang akidah, ibadah, peringatan, kisah-kisah yang dijadikan acuan dan pedoman
hidup bagi umat Nabi Muhammad SAW.
2) Sunnah ( Hadits )
Sunnah (hadis) merupakan sumber ajaran Islam kedua setelah Al Quran. Sunnah juga
menempati posisi yang sangat penting dan strategis dalam kajian-kajian keislaman.
Keberadaan dan kedudukannya tidak diragukan lagi. Sunnah dari segi etimologi adalah
perbuatan yang semula belum pernah dilakukan kemudian diikuti oleh orang yang lebih
baik perbuatan terpuji maupun tercela. Secara terminologi, ahli fiqih dan hadis berbeda
memberikan pengertian tentang hadis. Menurut para ahli hadis, sunnah sama dengan
hadis yaitu suatu yang dinisbahkan oleh Rasullullah SAW baik perkataan, perbuatan
maupun sikap belaiu tentang suatu peristiwa.

3) Ijtihad
Menurut bahasa ijtihad artinya bersungguh-sungguh dalam mencurahkan pikiran.
Sedangkan menurut istilah ijtihad adalah mencurahkan segenap tenaga dan pikiran secara
sungguh-sungguh untuk menetapkan suatu hukum. Ijtihat dapat dilakukan ketika suatu
masalah yang hukumnya tidak ada di dalam Al Quran dan hadis. Sehingga bisa
menggunakan ijtihad dengan menggunakan akal pikiran, namun tetap mengacu
berdasarkan Al Quran dan hadist. Ijtihad merupakan sumber hukum Islam setelah Al
Quran dan hadist. Ketika melakukan ijtihad tidak boleh bertentangan dengan Al Quran
dan hadist.

Memahami dalil – dalil Quran-hadits ( sebagai sumber hukum, menggunakan Fiq


atau Ushul fiqh ) Ushul fiqh adalah lmu hukum dalam Islam yang mempelajari kaedah -
kaedah, teori – teori dan sumber-sumber secara terperinci dalam rangka menghasilkan
hukum Islam yang diambil dari sumber hukum ( Qur'an dan Sunnah serta Ijtihad ). Ilmu
Ushul Fiqh hadir dengan tujuan untuk mengetahui dalil-dalil syarak, baik yang
menyangkut bidang akidah, ibadah, muamalah, akhlak, atau uqubah (hukum yang
berkaitan dengan masalah pelanggaran atau kejahatan. Dengan demikian,
menurut Ensiklopedi Islam, hukum-hukum Allah SWT dapat dipahami dan diamalkan.
Dengan begitu, Ushul Fiqh bukanlah sebuah tujuan, melainkan sarana untuk mengetahui
hukum-hukum Allah SWT terhadap suatu peristiwa yang memerlukan penanganan
hukum. Dengan adanya ilmu Ushul Fiqh, agama akan terpelihara dari penyalahgunaan
dalil.

E. KELUARGA SEBAGAI ORANG PERTAMA UNTUK MENERIMA


RISALAH/DAKWAH

Seperti diketahui berdasarkan isyarat yang terdapat dalam al-Qur’an, sebelum


12

tugas dakwah disampaikan oleh Rasulullah SAWkepada masyarakat luas, Allah SWT

12 Muhammad Husein Haikal, Hayat Muhammad, Kairo, Maktabah al-Nadhah al-Mishriyyah, 1965, h. 141
memerintahkan agar ajakan untuk menerima Islam tersebut, disampaikan oleh Rasulullah
Saw. kepada kaum kerabat beliau sendiri. Tugas risalah yang diberikan oleh Allah SWT
kepada Rasulullah Saw., dimulai dari turunnya wahyu pertama di gua Hira’ pada Jabal al-
Nur. Selang beberapa waktu kemudian turunlah wahyu berikutnya.

Wahyu tersebut berisi perintah Allah untuk menyampaikan dakwah, ajaran


kepada Islam yang disampaikan secara terang-terangan, tidak lagi sembunyi-sembunyi.
Penyampaian dakwah secara terangterangan ini ditujukan kepada kaum kerabat/keluarga
terdekat Rasulullah Saw. Oleh sebab itu ayat tersebut berbicara dalam konteks perintah
Tuhan kepada Nabi (termasuk umatnya) supaya memberi peringatan kepada keluarga dan
kerabat yang dekat. Baru saja Rasulullah Saw memulai dakwah untuk keluarga terdekat,
beliau sudah dihadang oleh anggota keluarga itu sendiri. Ini menunjukan setiap
pendukung dakwah haruslah menyadari bahwa tantangan dakwah bisa muncul, bukan
saja dari luar, tetapi juga dari dalam, yakni dari orang dekat bahkan dari kalangan
keluarga sendiri.

Keluarga ( Rumah tangga ) harus ditegakkan diatas asas yang kuat dan kokoh,
yaitu dengan tata nilai akhlak Islam Qur'an menugaskan kepada para kepala keluarga dan
da'I menegakkan Aqidah dan ibadah hanya kepada Allah semata dalam membina
keluarga seperti yang tertuang di surat At – Tahrim ayat 6 yang berbunyi ;

‫’’وا اَ ْنفُ َس’’ ُك ْم َواَ ْهلِ ْي ُك ْم نَ’’ارًا َّوقُ ْو ُدهَ’’ا‬ ْ ُ‫ٰيٓاَيُّهَ’’ا الَّ ِذي َْن ٰا َمن‬
ْٓ ُ‫’’وا ق‬
‫هّٰللا‬ ٰۤ
‫النَّاسُ َو ْال ِح َجا َرةُ َعلَ ْيهَا َمل ِٕٕى’ِكة ِغ ظ ِش َداد يَ ْعص ُْو َن َ َم’’ٓا‬
‫اَّل‬ ٌ ٌ ‫اَل‬ ٌ َ
‫اَ َم َرهُ ْم َويَ ْف َعلُ ْو َن َما ي ُْؤ َمر ُْو َن‬
Terjemahan : Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api
neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar,
dan keras, yang tidak durhaka kepada Allah terhadap apa yang Dia perintahkan kepada mereka
dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan ( At – Tahrim 6 ).
Pilar - pilar dakwah dalam keluarga, Bagi yang ingin membangun keluarga
dakwah, setidaknya ada tiga pilar penting yang harus tegak dalam sebuah rumah tangga.

1) Pilar Ibadah
Keluarga kita harus menjadi teladan dalam hal ibadah. Karena, beribadah yang benar dan
istiqamah akan menjadi kekuatan utama para dai dan mujahid dalam menjalankan misi
dakwahnya. Esensi dakwah yang hendak ditegakkan adalah menjadi teladan bagi orang
lain untuk beribadah dengan benar kepada Allah yang sesuai tuntunan sunah-sunah
Rasulullah SAW. Bermula dari shalat lima waktu secara berjamaah di masjid bagi
anggota keluarga pria adalah wajib, tepat waktu menunaikan zakat, bergaya hidup infak fi
sabilillah seperti, sedekah, wakaf, dan jihad harta (al-jihad bi al-mal), menghidupkan
puasa sunah selain yang wajib kepada seisi keluarga, membudayakan zikir, doa, dan
tilawah sebagai hiburan utama anggota keluarga.
2) Pilar Ilmu
Ibadah dan dakwah harus dengan ilmu. Ilmu yang terpenting diajarkan dalam rumah
tangga adalah ilmu mengenal Allah dan jalan menuju Allah, sebab berdakwah adalah
menjadi teladan bagi orang lain kepada Allah. Maka, penting mempelajari ilmu-ilmu
yang mengenalkan seluruh anggota keluarga kepada Allah dan jalan yang mengarahkan
kepada-Nya (al-Shirath al-Mustaqim). Karenanya, di antara tanda keluarga yang akan
menjadi keluarga dakwah adalah jika seisi rumah tangga diilhamkan kesenangan
menuntut ilmu agamanya.
3) Pilar Aqidah
Berapa banyak keluarga yang tercerai berai bahkan runtuh hanya karena alasan lemahnya
aqidah yang tak tercukupi. Penyebab utamanya adalah karena tidak tegaknya ibadah dan
budaya ilmu di rumah itu. Bekal lain yang dibutuhkan oleh keluarga dakwah adalah
kecukupan aqidah demi ketentraman fisik lahiriah seluruh anggota keluarga. 13

Strategi dakwah bagi keluarga

 Memulai dari diri sendiri. "Ibda’ Binafsika tsumma lighoirika" Ali bin Abi Tholib
menyatakan. "Siapa yang telah menyatakan dirinya untuk menjadi ikutan dan panutan

13 sumber : Ustaz Bachtiar Nasir


masyarakat, hendaklah memulai mendidik diri sendiri terlebih dahulu sebelum mendidik
orang lain. Membina diri jauh lebih perlu dari membina orang lain".
 Menjalin kedekatan jasmani dan rohani, melalui komunikasi yang efektif dan rutin
melalui SMS, Twitter dan Facebook dll.
 Menjaga kondisi keharmonisan keluarga
 Sabar dalam membimbing keluarga kepada Islam dengan ketekunan dan kontinuitas.
Misal Nabi Nuh dan Luth membina isterinya ( at Tahrim, 10 ).
 Evaluasi Untuk mengetahui tingkat keberhasilan dakwah bagi keluarga dan membenahi
cara dan sasaran dakwah maka perlu dilakukan evaluasi secara berkala.

F. PEMBINAAN DAKWAH BAGI KEHIDUPAN UMMAT

Dakwah mengandung pengertian sebagai suatu kegiatan ajakan baik dalam bentuk
lisan, tulisan, tingkah laku yang dilakukan secara sadar dan berencana dalam usaha
mempengaruhi orang lain baik secara individual maupun secara kelompok agar supaya
timbul dalam dirinya suatu pengertian, kesadaran, sikap pernyataan serta pengalaman
terhadap ajaran sebagai pesan yang disampaikan kepadanya dengan tanpa adanya unsur-
unsur paksaan. Asmuni Syukir berpendapat, istilah dakwah dapat diartikan dari dua sudut
pandang, yakni pengertian dakwah yang sifat pembinaan dan pengertian dakwah yang
bersifat pengembangan.

Dakwah yang bersifat pembinaan adalah suatu usaha untuk mempertahankan,


14

melestarikan dan menyempurnakan umat agar manusia agar mereka tetap beriman kepada
Allah, sedangkan dakwah yang berarti pengembangan adalah usaha mengajak manusia
yang belum beriman kepada Allah agar memeluk agama Islam dan menjadi pribadi yang
Islami. Dakwah Islam mengandung arti mengajak diri sendiri atau orang lain untuk
berbuat sesuai dengan perintah Allah dan Rasul-Nya, sebagai proses upaya pembenahan
diri menuju jalan keselamatan. Proses ini dilakukan secara bersamasama oleh seluruh
umat Islam dengan cara saling menyeru agar mendapat ridha Allah SWT.

14 Arifin H.M , 1990 : 6


Dakwah sebagai suatu sistem kegiatan dari seseorang, sekelompok, segolongan
umat Islam sebagai aktualisasi imaniah yang dimanifestasikan dalam bentuk seruan,
ajakan, panggilan, undangan, do’a, yang disampaikan dengan ikhlas dan menggunakan
metode, sistem dan teknik tertentu agar mampu menyentuh kalbu dan fithrah seseorang,
keluarga, kelompok, massa dan masyarakat manusia, supaya dapat mempengaruhi
tingkah lakunya untuk mencapai suatu tujuan tertentu.

Dalam mengkomunikasikan dan menginternalisasikan nilai-nilai Islam tersebut


tidak terlepas dari unsur-unsur yang terdapat didalamnya sehingga keberhasilan dakwah
akan dicapai. Unsur-unsur tersebut diantaranya adalah: subjek (dai, komunikator, penulis
rubrik), pesan-pesan dakwah, media (media massa dan media elektronik), metode, dan
objek dakwah (mad’u, pembaca). Salah satu unsur penting yang dapat menjadi penunjang
dalam keberhasilan internalisasi nilai-nilai Islam tersebut diantaranya adalah
media. Kewajiban para juru dakwah (da’i), baik yang terdahulu atau yang akan datang,
15

adalah tetap berpegang teguh pada al-Quran dalam memaparkan berbagai aspek
kehidupan mereka harus menyibukan diri dengan menawarkan pemecahan yang Islami
bagi problem-problem yang baru timbul serta krisis-krisis materil dan spiritual.

Media dakwah adalah alat-alat yang dipakai untuk menyampaikan ajaran Islam.
16

Keberhasilan seseorang dalam menyampaikan pesan-pesan dakwahnya tergantung


kepada ketepatan da’i dalam memadukan dan memaksimalkan media yang digunakan
dengan kemampuan yang dimilikinya. Salah satu media yang digunakan oleh dakwah
adalah media cetak. Merebaknya media massa dewasa ini khususnya media cetak
17

menuntut seorang da’i untuk senantiasa meningkatkan kemampuannya dalam


menggunakan media-media yang ada. Sehingga pesan-pesan dakwah bukan hanya
direalisasikan dalam bentuk bahasa lisan saja, tapi dapat direalisasikan juga dalam bentuk
tulisan. Salah satu media tulisan yang digunakan oleh da’I dalam menyampaikan pesan
dakwahnya diantaranya adalah majalah. Di samping itu para dai memberikan beberapa
solusi problem umat diantaranya sebagai berikut

15 Ahmad Subandi, 1994 : 159


16 Aef Kusnawan et. All, Komunikasi dan Penyiaran Islam, (Bandung: Benang Merah Press, 2004), hal. 23
17 Wahyu Ilaihi, Komunikasi Dakwah, ( Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010), hal. 19-21
1) Bidang pendidikan.
 Sarana dan prasarana pendidikan, solusinya da'I memotivasi dan menghimpun
kekuatan umat
 Membantu persoalan pesertadidik, yaitu perhatian dari orang tua, masyarakat.
 Membangun moralitas anak didik dan para pendidik serta karyawan pendidikan.
2) Bidang sosial ekonomi
 Keharmonisan dan kasih sayang ( Rahmah ) antara atasan dan bawahan, sesama
peserta didik dll.
 Memajukan kesejahteraan
 Da'I aktif menolong Mad'u yang memerlukan pertolongan
 Memecahkan persoalan PHK, Pengangguran, kelaparan dll

Disamping kesejahteraan lahiriah diatas da'I harus mengisi spritualitas umat (


dakwah yang memberikan pesan dan kesan keagamaan yang mendalam bagi
kesejahteraan Bathin umat. Disini perlu fiqh prioritas. Apa yang harus didahulukan dlm
dakwah harus di dahulukan, dan yang akhir haruslah diakhirkan, yang kecil tidak
dibesarkan. Begitu juga yang urgen tidak diremehkan. Segala sesuatu harus diletakkan
secara proporsional dan wajar, tanpa harus berlebih-lebihan dan mengada-ada.

G. KEMERDEKAAN BERI’TIQOD DAN WILAYAH DAKWAH

Kebebasan (kemerdekaan) sebagai anugerah Allah. Seorang Da'I sebagai pewaris


dan penyampai Risalah ke- Rasul-an hanya berkewajiban menyampaikan saja, karena
kebebasan memilih I'TIQOD ( keyakinan ) dijamin oleh Allah. Kebebasan merupakan
salah satu hak asasi manusia untuk memilih dan menentukan pilihannya tanpa ada
paksaan daripada pihak lain, tambahan pula hal yang berkaitan dengan keyakinan.
Islam adalah suatu ajaran yang bersumberkan daripada ilahi dan sudah menandakan
manusia diberi kebebasan untuk memilih sesuai dengan pilihannya. Pilihan
manusia itu akan menentukan tanggungjawab masing- masing.

Salah satu motivasi tidak boleh dilakukan pemaksaan terhadap agama dalam
hal ini adalah agama Islam, ialah kerana Islam telah menunjukkan mana yang baik
dan buruk, mana yang menguntungkan dan merugikan, mana yang membahagiakan
dan mana yang sengsara. Semua ini ibarat diberikan juadah yang enak dan ada yang
pahit, malahan hanya perlu memilih sahaja yang teringin di hati. Oleh itu, Allah SWT
telah mengurniakan kita akal yang cerdik dan waras bagi membuat pemilihan yang tepat
dan betul.Kebebasan untuk menganut sesuatu agama adalah salah satu di antara
hak-hak asasi manusia yang di lindungi dengan undang-undang dalam semua
negara-negara maju, yang sifatnya agak keterbukaan dan menyeluruh. Dalam
pernyataan umum, hak-hak asasi yang diperbahaskan pada sidang PBB 10hb
Disember 1948 di Paris, soal kebebasan beragama itu diutarakan dalam salah satu
Perkara daripada 30 Perkara Hak- Hak Asasi manusia

Dakwah Islam tidak pernah berhenti dalam berbagai bentuknya di dunia.


Menjelang kemerdekaan hampir setiap pemimpin Islam disibukkan memikir kan
bagaimana cara Indonesia terbebas dari penguasa kafir-Belanda. Ini jihad nyata yang ada
di hadapan mereka. Selepas itu, hampir semua disibukkan mempersiapkan negara baru
agar tidak keluar dari jalur Islam. Inipun sesungguhnya bentuk dakwah. Hanya saja, kon
sentrasinya pada pengaturan kekua saan.

Banyak garapan dakwah lain yang perlu pengembangan, terutama dalam bidang
18

kaderisasi umat dan pengembangan ilmu pengetahuan berdasarkan Islam. Mengingatkan


kembali ke pada umat Islam bahwa ada tugas yang lebih penting dan harus terlebih
dahulu dibenahi sebelum umat Islam memegang tampuk kekuasaan, yaitu dakwah. Allah
kuasa untuk membuat semua manusia hanya beriman kepada Nya saja. Tidak ada
paksaan dalam agama. Sesungguhnya sudah jelas bedanya petunjuk dari kesesatan hal ini
sesuai dengan surat ( al-Baqoroh 256 )

‫ت َويُ’ ْ’ؤ ِم ۢ ْن ِباهّٰلل ِ فَقَ ’ ِد‬


ِ ‫’راهَ فِى ال ’ ِّد ْي ۗ ِن قَ ’ ْد تَّبَي ََّن الرُّ ْش ’ ُد ِم َن ْال َغ ِّي ۚ فَ َم ْن يَّ ْكفُ’’رْ بِالطَّا ُغ ْو‬
َ ’‫ٓاَل اِ ْك‬
‫صا َم لَهَا ۗ َوهّٰللا ُ َس ِم ْي ٌع َعلِ ْي ٌم‬
َ ِ‫ك بِ ْالعُرْ َو ِة ْال ُو ْث ٰقى اَل ا ْنف‬َ ‫ا ْستَ ْم َس‬
Terjemahan :

Tidak ada paksaan dalam ( menganut ) agama ( Islam ), sesungguhnya telah jelas ( perbedaan )
antara jalan yang benar dengan jalan yang sesat. Barang siapa ingkar kepada Tagut dan beriman

18 M. Nasir. 1978. Fiqhud Dakwah. (Jakarta: Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia). Cetakan ke-1
kepada Allah, maka sungguh, dia telah berpegang (teguh) pada tali yang sangat kuat yang tidak
akan putus. Allah Maha Mendengar, Maha Mengetahui.

Ungkapan. " Sesuatu ajaran yang dipaksakan tidak akan mempunyai daya tahan
19

yang lama dalam masyarakat. Berlaku dimasyarakat selama kekuatan paksaan itu dapat
menguasai masyarakat. Bahkan kenyataannya kekuatan perlawanan semakin lama
semakin besar dan akhirnya akan dapat menumbangkan kekuatan yang memaksa tersebut
"

Sedangkan wilayah dakwah adalah seluruh manusia baik mukmin atau kafir.
Apabila dilihat dari isi pesan dakwah maka wilayah dakwah mencakup pokok – pokok
ajaran Islam.

1) Akidah Islamiah, atau pembentukan kepercayaan yang benar. Ini tugas utama semua
Nabi Allah.
2) Pembentukan pribadi yang sempurna (Muttaqin).
3) Pembangunan masyarakat yang sejahtera.
4) Kemakmuran dan kesejahtera.

Apabila diuraikan dalam bidang kehidupan manusia ( Islami Sociologi ), yaitu :

 Aqidah dan ibadah


 Kehidupan keluarga.
 Sosial.
 Ekonomi.
 Politik.
 Pendidikan.
 Kesenian, kebudayaan.
 Kejasmanian

Dengan adanya etika bersama antara umat beragama, dapat diketahui secara jelas
di mana tempat yang menjadi wilayah yang harus didakwahi. Etika ini yang menjadi
pedoman bersama untuk menjalinkan sifat silaturrahim, toleransi dan menghindari daripada
19 Q. Shaleh., KH. 2000. (et.al,). Asbabun Nuzul. (Bandung: Diponegoro). Cetakan ke-1.
berlakunya konflik antara pemeluk agama.Mungkin ada kaedah yang menarik untuk kita
bincangkan bersama bagaimana sekiranya penyebaran agama tidak lagi berbentuk
mengajak penganut agama lain agar menukarkannya, tapi terwujud dalam bentuk upaya-
upaya kebaikan dan peningkatan kualiti hidup usia seperti kemiskinan, keadilan, penindasan
dan sebagainya. Apabila hal ini disepakati maka tidak mungkin terjadi konflik di antara umat
beragama.

H. KAIFIAT DAKWAH

Kaifiat atau cara- cara adalah suatu jalan atau langkah yang dilakukan untuk
menyelesaikan persoalan-persoalan. Menurut kamus besar besar bahasa indonesia ( KBBI )
kaifiat yaitu keadaan menurut sifatnya; sifat (tabiat) yang asli. Da'i bila menyampaikan dakwah
terlebih dahulu memahami Mad'u ( komunika). da'i akan berhadapan dengan paham- paham dan
tradisii umat yang sudah berurat berakar dalam mengamalkan ajaran Islam. Tiap umat itu
melaksanakan ajaran Islam dengan cara ( KAIFIAT) yang sepadan dengan tingkat kecerdasan,
alam pikiran dan perasaan serta budaya masing-masing. Hal tersebut tertuang dalam surah An –
Nahl 125.

‫ك هُ’ َو‬ َ َّ‫ع اِ ٰلى َسبِي ِْل َرب َِّك بِ ْال ِح ْك َم ِة َو ْال َم ْو ِعظَ ِة ْال َح َسنَ ِة َو َجا ِد ْلهُ ْم ِبالَّتِ ْي ِه َي اَحْ َس’ ۗ ُن اِ َّن َرب‬
ُ ‫اُ ْد‬
‫ض َّل َع ْن َسبِ ْيلِ ٖه َوهُ َو اَ ْعلَ ُم بِ ْال ُم ْهتَ ِدي َْن‬
َ ‫اَ ْعلَ ُم بِ َم ْن‬

Terjemahan

Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang baik, dan
berdebatlah dengan mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang lebih
mengetahui siapa yang sesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui siapa yang
mendapat petunjuk. ( An- Nahl 125 )

Muhammad Abduh menjelaskan.

1) Golongan Cerdik cendikiawan, KAIFIAT yang digunakan dengan Hikmah ( wisdom)


2) Golongan Awam, belum berfikir secara kritikal dan mendalam, digunakan Mau'izotil
Hasanah.
3) Tingkat kecerdasan diantara kedua golongan diatas, menggunakan Mujadalah.

Kaifat cara- cara suatu jalan atau langkah yang dilakukan untuk menyelesaikan
persoalan-persoalan. Metode cara kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran ilmu
yang bersangkutan Metode dan media dakwah tentunya mengikuti perkembangan zaman supaya
masyarakat tidak merasa jenuh dan terkesan membosankan. Dahulu, kita menganggap bahwa
yang wajib melaksanakan syiar dakwah adalah Ulama, Kyai atau Ustadz, tetapi kini anggapan itu
memudar seiring dengan banyaknya kaum muslimin yang berdakwah melalui pementasan
wayang, pementasan puisi, atau pementasan musik, seperti yang dilakukan oleh kelompok
Samudra Nasyid. Seorang Da'i yang menguasai metode dakwah dengan baik akan mendapat
simpati jemaah.

20
Dalam proses dakwah perlu menggunakan metode, namun metode tersebut harus
disesuaikan dengan kondisi yang dihadapi. Untuk itu dipertimbangkan metode yang akan
digunakan dan cara penerapannya, karena sukses dan tidaknya suatu program dakwah sering
dinilai dari segi metode yang dipergunakan. Hal ini disebabkan masalah yang dihadapi oleh
dakwah semakin berkembang dan kompleks, sehingga metode yang berhasil di suatu tempat
tidak dapat dijadikan tolak ukur daerah lain Materi dakwah maupun metodenya yang tidak tepat,
sering memberikan gambaran ( image ) dan persepsi yang keliru tentang Islam. Demikian pula
kesalahpahaman tentang makna dakwah, menyebabkan kesalahlangkahan dalam operasional
dakwah. Sehingga dakwah sering tidak membawa perubahan apa – apa, padahal tujuan dakwah
adalah untuk mengubah masyarakat sasaran dakwah ke arah kehidupan yang lebih baik dan lebih
sejahtera, lahiriah maupun batiniah.

21
Al-Qur’an merupakan kitab dakwah yang mencakup sekian banyak permasalahan atau
unsur dakwah, seperti da’i (pemberi dakwah), mad’u (penerima dakwah), da’wah (unsur-unsur
dakwah), metode dakwah dan cara-cara menyampaikannya. Dakwah merupakan satu bagian
yang pasti ada dalam kehidupan ummat beragama. Dakwah berasal dari kata ‫ دعوة – يدعو – دعا‬yang
maknanya menyeru, memanggil, mengajak, mengeluh, dan memohon. Definisi dakwah dapat
dikemukakan dari dua sisi dengan merujuk sumber penggunaan kata dakwah dalam al-Qur`an.
Quraish Shihab menyimpulkan metode dari keseluruhan kesan Al-Qur`an sesuai dengan judul

20 Hafiduddin, 1998 : 67
21 Anshari Hafi. Pedoman Untuk Mujahid Dakwah (Surabaya: Al-ikhlas,1993), Hal. 11
kitab tafsir beliau Tafsir Al-Mishbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur`an. Sehingga didapat
metode dakwah yang melingkupi keseluruhan tema Al-Qur`an. Sedangkan Buya Hamka dan
Sayyid Quthb menekankan metode dakwah yang berangkat dari surah An-Nahl ayat 125 yang
secara tersurat mencantumkan kata dakwah dalam ayat tersebut.

22
Penggunaan 3 metode menurut Ibnu Qayyim:

1) Bilhikmah. ( keputusan hakim / pemerintah menyelesaikan perselisihan). Karakter


bilhikmah.
 Da'i berdakwah tepat sasaran, dengan memposisikan diri sesuai pada tempatnya.
 Berdakwah dengan ilmu dan hikmah
 Berdakwah dengan Fiq prioritas ( mendahulukan yang penting/ urgen.)
 Memperhatikan Mad'u
 Berbicara sesuai dengan daya nalar komunikan
 Kata- kata mudah dipahami
 Lembut, halus serta kasih sayang
2) Mau'izotil Hasanah ( pembelajaran yang baik).
 Perkataan yang mendidik ( Lukman 12- 19),
 Memerintah dan melarang dengan Tarhib ( dorongan) dan Targhib ( ancaman dari
Allah)
3) Mujadalah (Debat yang baik/ beraturan)

23
Cara membuat mad' u ingin mengikuti ajakan da'i secara akliah dan naqliah sehingga
dapat mencapai tujuan dakwah. Menghindari debat kusir, menghindari pertengkaran dan caci
maki. Tujuannya menunjukkan manusia kepada kebenaran bukan menang dan kalah.

 Bagi Mad'u yang cerdas dan mau menerima al- Haq ( kebenaran) menggunakan metode
hikmah.
 Bagi Mad'u yang menerima dakwah namun suka menunda-nunda, digunakan metode
Mau'izotil Hasanah

22 Hafifuddin, Didin. Metode Dakwah, (Jakarta : Gema Insani. 1998), Hal. 67.
23 Munayi, K. A. 1987. Metode Diskusi dalam Dakwah. Jakarta: CV. Baya Pratama.
 Sedangkan orang yang menolak pesan dakwah dan meninggalkannya, digunakan metode
Debat yang baik ( Wajadilhum billati hia Ahsan).

I. PERSIAPAN MUBALIGH / DA’I

24
Mubaligh adalah juru dakwah yang memiliki peran khusus dalam pelaksanaan dakwah
Islamiyah. Tanpa mubaligh atau juru dakwah, dakwah tidak akan terlaksana, karena fungsi
utamanya adalah menyampaikan pesan. Kata mubaligh berasal dari kalimat balagha, ablaghu.
Artinya: “sampai, yang biasa disebut mubaligh. Jadi mubaligh maksudnya adalah orang yang
menyampaikan, merupakan isim maf’ul dari kata ballagha-yuballighu tablighan, dengan
pengertian orang yang melakukan tabligh atau penyampaian. Perubahan-perubahan yang terjadi
dalam berbagai sistem sosial secara niscaya telah mengakibatkan perubahan, metode,
mekanisme, dan aspek-aspek aplikatif sejumlah pekerja maupun lembaga sosial dalam
mengkomunikasikan orientasi profesi atau lembaganya. Fenomena inilah yang melatar belakangi
kemunculan upaya-upaya mengadaptasi antara tuntutan perubahan zaman dengan teknik
komunikasi sebuah profesi atau sebuah lembaga sosial.

25
Dalam hal ini, profesi mubaligh yang orientasinya adalah mengkomunikasikan sejumlah
pesan-pesan religius ke tengah jamaah mesti pula menyesuaikan diri dengan perubahan
dimaksud. Dengan kata lain, seorangmubaligh harus benar-benar menguasai materi dakwahnya
sekaligus memahami jamaah, baik dari segi sosiologis, psikologis, maupun psiologis. Pertanyaan
paling penting dari persoalan ini adalah: sejauh mana kesiapan seorang mubaligh dalam
mengemas materi dakwahnya untuk kemudian dikomunikasikan ke tengah jamaah.

Dari beberapa pendapat di atas mengenai materi yang harus disiapkan mubaligh dalam
mengemas kesan dan pesan tablighnya, dapat disimpulkan bahwa:

 Seorang mubaligh harus menguasai Islam secara “kaffah” (total)


 Memiliki totalitas yang intens terhadap kemajuan sins dan teknologi sehingga tidak k
tinggalan informasi.
 Mempunyai akses terhadap berbagai disiplin ilmu komunikasi yang mengacu kepada
metode, mekanisme bertabligh.

24 Ahnam, 1983: 38
25 Bandaro, 1996: 100
 Memahami perbedaan latar belakang sosial, perbedaan pemahaman keagamaan,
perbedaan suku dan lain-lain.
 Terbuka dan memiliki integritas social yang baik serta telah mapan secara akademis dan
finansial (ekonomi).

26
Kriteria tersebut di atas secara niscaya harus dimiliki oleh seorang mubaligh, mengingat
tugas yang diembannya meliputi berbagai system social. Seterusnya, seorang mubaligh tidak
seharusnya pula mengabaikan pola-pola bertabligh yang sudah dipopulerkan oleh mubaligh lain
sebagai bahan perbandingan. Kemampuan seorang da’i dalam menyampaikan pesan tabligh
menjadi daya tarik tersendiri supaya mad’u dapat menyerap dengan mudah pesan dakwah yang
disampaikan. Selain itu juga sosok atau figur seorang da’i merupakan hal yang penting agar
masyarakat dapat tertarik. Keprofesionalan seorang da’i pun dalam mengembangkan dakwah
Islam sangat berpengaruh pada daya tarik mad'u, Tetapi di balik semua itu ada banyak persiapan
yang harus dilakukan seorang mubaligh / atau da’I persiapan tersebut terbagi menjadi 4 yaitu :

1) Persiapan Teknis Ilmiah Persiapan yang dilakukan da'I pada Teknis Ilmiah, yaitu.
 menemukan ide
 judul dan materi pembicaraan
 merangkai materi dan menyajikannya dihadapan umum / halayak
Pada persiapan ini ada 5 tahap yang perlu.dilakukan
a) Mencari bahan / materi (investio).
b) Menyusun bahan (Dipostio)
 Exordium (Muqoddimah)= konsep dan gagasan tentang pembicaraan / pidato.
 Body of talk (prothesis) = isi / content pidato
 Conclusi (kesimpulan).
c) Style / gaya bahasa (Elucutio), yang perlu diperhatikan:
 Kesesuaian dengan situasi dan kondisi pertemuan
 Sesuai dengan apperceptic material audience, daya nalar audience. " Khotibunnas'ala
Qodri 'uquulihim" (hadits Artinya bicaralah kepada halayak / manusia sesuai dengan
daya nalar mereka).

26 Yunus, M. 1980. Pedoman Dakwah Islam, Jakarta: Karya Agung.


 Kesesuaian isi dan tujuan pidato sehingga tidak mengulang-ulang kata dalam pidato
dan ngelantur.
d) Memoria (menanamkan materi pidato dalam ingatan).
e) Pronunciatio (tekanan kata dalam pidato).
2) Persiapan psikis / mental. Maksudnya kesiapan dari aspek kejiwaan.Yang terpenting
disini yaitu keberanian berbuat dan mengalami sendiri pidato. Memantapkan Persiapan
Mental.
 Percaya diri (Iman)
 Mempertinggi akhlak. Ada ungkapan "Jadilah seperti minyak wangi, orang lain mendapat
wangi diri sendiri wangi". "Awas jangan jadi jarum penjahit semua pakaian orang dijahit,
tetapi diri sendiri telanjang sepanjang masa".
 Auto Sugesti. Yakin lah kita mampu pidato dengan baik, dan hilangkan rasa takut, rendah
diri dan gentar yang tidak beralasan.
 Anggap lah audience sebagai manusia biasa walaupun yang hadir itu dari berbagai
kalangan.
3) Persiapan pisik. Ungkapan Yunani "Mensanna in corpore sanno ". Ungkapan Arab. "Al
aqlus Salim fil jismissalim (akal yang sehat berada pada jasad yang sehat). Hindari pidato
dalam keadaan tubuh tidak fit.
4) Persiapan Mad'u (komunikan). Disini yang perlu diperhatikan. Tempat acara, waktu,
pelengkapan atau peralatan misal mikropond, situasi pertemuan dan situasi sosial.

Tinggi rendahnya kedudukan umat Islam di tengah pergaulan masyarakat dunia, sangat
ditentukan oleh kualitas iman dan kualitas dakwah umat Islam. Peranan seorang mubaligh dalam
mengajak masyarakatnya menuju masyarakat yang agamis sangat menentukan.

J. KODE ETIK DAKWAH

Etika berasal dari kata ethos yaitu untuk suatu kehendak baik yang tetap. Etika
berhubungan dengan soal baik atau buruk, benar atau salah. Etika adalah jiwa atau semangat
yang menyertai suatu tindakan. Dengan demikian etika dilakukan oleh seseorang untuk
perlakuan yang baik agar tidak menimbulkan keresahan dan orang lain menganggap bahwa
tindakan tersebut memang memenuhi landasan etika. Kode Etik sangat dibutuhkan dalam
berbagai bidang, termasuk bidang Etika Dakwah, dipergunakan untuk membedakan baik dan
buruk atau apakah perilaku Da’i bertanggung jawab atau tidak. Istilah kode etik lazimnya
merujuk pada aturan - aturan atau prinsip - prinsip yang merumuskan perlakuan benar dan salah.

27
Secara umum etika dakwah itu adalah etika islam itu sendiri, di mana secara umum
seorang da’I harus melakukan tindakan - tindakan yang terpuji dan menjauhkan diri dari prilaku -
prilaku yang tercela. Dan pengertian kode etik dakwah adalah rambu - rambu etis yang harus
dimiliki oleh seorang juru dakwah.  Namun secara khusus dalam dakwah terdapat kode etik
28

tersendiri. Dalam berdakwah terdapat beberapa etika yang merupakan rambu - rambu etis juru
dakwah, sehingga dapat dihasilkan dakwah yang dapat dihasilkan dakwah yang
bersifatt responsif. Seorang da’I atau pelaku dakwah dituntut untuk memiliki etika - etika yang
terpuji dan menjauhkan diri dari perilaku - perilaku yang tercela.

Norma disamping standar normatif juga bersifat diskriptif maksudnya suatu norma
dirumuskan berdasarkan kenyataan yang berlaku dimasyarakat. Misal tidak laik laki-laki
kemasjid berpakaian sekedar menutup aurat dari puar sampai ke lutut.

Sumber nilai dan norma

 Nilai llahiah = Al Qur'an dan Sunnah


 Nilai mondial (duniawi) [ Ra'yu ( pikiran), adat istiadat dan kenyataan alam. Dalam
kegiatan dakwah sumber nilai MONDIAL hanya digunakan selagi tidak menyimpang dan
atau hanya menunjang sistem nilai yang bersumber dari .

Contoh-contoh nilai.

 Nilai Qur'an= perintah shalat, zakat, puasa, haji dll.


 Nilai dari Sunnah= Tata pelaksanaan Thoharah, Shalat dll.
 Ra' yu= Menafsirkan Qur'an dan hadits yang berhubungan dengan kemasyarakatan yang
tidak diatur oleh Qur'an dan Sunnah.
 Adat = Tata cara busana, tata boga, berkomunikasi sesama manusia dll.

27 Drs. Enjang AS, M.Ag., M.Si. Hajir Tajiri, M.Ag, Suatu Pendekatan Teologis & Filosofis Etika Dakwah.
Bandung : Widya Padjadjaran, 2009.
28 Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah, Jakarta: Amzah,2009.
 Kenyataan Alam= Tata cara makan, berpakaian dll. Nilai- nilai Etis yang menjiwai
dakwah.

Nilai- nilai Etis yang menjiwai dakwah. Agar hubungan da'i dan mad'u berjalan dengan
baik terutama dalam penyampaian pesan dakwah supaya diterima oleh mad'u diperlukan akhlak
mulia, disini kita sebut Code of Condact (kode etik/ pengaturan perilaku).

Kode Etik Da'i dan Mad' u yaitu.

 Melaksanakan dan mengikuti nilai – nilai Qur'an dan Sunnah. Ditanya pada Aisyah, bgm
Akhlak Nabi, dijawabnya. Akhlaq Nabi Al Qur'an.
 Melaksanakan dan mengikuti nilai – nilai Adat dan Alam yang tidak bertentangan dengan
norma dasar ( nilai utama) Qur'an dan hadits.
 Berprilaku Sholeh ( Ke- Sholeh-an).

Pelanggaran terhadap norma dan nilai berkonsekuensi mendapat sanksi.

 Sanksi kejiwaan= sanksi dijatuhkan oleh Bathin kita sendiri, berupa - mencela diri
sendiri, malu dan tidak nyaman jiwanya.
 Sanksi pisik, berupa tegang dan panas dalam kehidupan.
 Sanksi sosial. Pemboikotan oleh masyarakat, tidak dihargai dan dicemooh dan dijauhi.

Pada 1996, Ittihadul Muballighin, organisasi para mubaligh yang dipimpin KH Syukron
Ma'mun menyelenggarakan musyawarah nasional (munas). Salah satu keputusan penting yang
diambil dalam munas itu adalah merumuskan kode etik dakwah untuk para dai. Keputusan ini
diambil karena pada waktu itu mulai muncul dai walakedu (jual agama kejar duit). Rumusan
kode etik itu diharapkan dapat menjadi pedoman para dai atau mubaligh dalam menjalankan
dakwahnya sehingga mereka dapat mewarisi tugas para nabi, bukan justru mendapat laknat dari
Allah SWT dalam berdakwah.

29
Beberapa kode etik dakwah adalah sebagai berikut

1) Harus bersikap sopan


Kesopanan seorang da'i harus di jaga baik itu dalam perbuatan ataupun perkataan, cara
mengenakan pakaian, dan bentuk serta model pakaian, harus di jaga serapih mungkin,

29 Mafri Amir, Etika Komunikasi massa dalam Pandangan Islam. Jakarta : Logos, 1999.
agar mad'u dapat menghormati da'i tersebut, cara berpakaian dan bentuk pakaian yang
dikenakan harus dijaga dengan sebaik mungkin dan tidak menyolok, yang perlu diingat
oleh da'l adalah ia bertindak sebagai mubaligh yaitu penyampai ajaran kebenaran islam,
bukan sebagai peragawan atau peragawati, ataupun model, karena itu kesopanan dan
kepantasan menjadi hal yang harus diperrtimbangkan oleh da'l dalam melakukuan
aktivitas dakwahnya.
2) Seorang da'l harus jujur
Dalam menyampaikan aktivitas dakwah, hendaklah da'l menyampaikan sesuatu informasi
dengan jujur, seorang da'l juga harus menyampaikan sesuatu yang keluar dari lisannya
harus sesuai dengan perbuatannya, seorang da'l tidak boleh berkata bohong, apalagi
sengaja berbohong dalam suatu tema atau topic pembicaraan. 30

3) Tidak melakukan toleransi/kompromi dengan agama lain


Toleransi memang dianjurkan oleh islam tetapi dalam batas-batas tertentu dan tidak
menyangkut masalah agama atau aqidah. Dalam hal ini islam memberikan garis tegas
tidak bertoleransi,dan kompromi. Ketika nabi masih tinggal di mekkah orang-orang
musyrikin mencoba mengajak beliau untuk melakukan kompromi agama, kata mereka
"wahai Muhammad ikutilah agama kami maka kami pun akan mengikuti kamu, kamu
menyembah tuhan-tuhan kami selama satu tahun nanti kami akan menyembah tuhan
kamu selama satu tahun, mendengar ajakan itu nabi perlindungan berkata saya mohon
Allah agar tidak mempersekutukanNYA dengan yang lain",

4) Tidak mencerca agama lain


Waktu nabi masih di mekkah orang musyrikin mengatakan bahwa beliau dan para
pengikutnya sering meghina dan mencerca berhala sesembahan mereka akhimya secara
emosional mereka mencerca Allah sesembahan Nabi, lalu Allah menurunkan ayat yang
berbunyi : (QS. Al An'am ayat 108) Artinya : Dan janganlah kamu memaki sesembahan
yang mereka sembah selain Allah".
5) Tidak melakukan diskriminasi

30 Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah, Jakarta: Kencana, 2009.


Dalam menjalankan tugas dakwah seorang da'i tidak di perkenankan melakukan
diskriminasi sosial antara orang yang di dakwahi,seorang da'i tidak di perkenankan lebih
mementingkan orang- orang kelas elite saja, sementara orang kelas bawah
dinomorduakan, maka turunlah ayat yang berbunyi : (QS. Abasa ayat 1- 2 ). Artinya "
Dia berwajah masam dan berpaling karena seorang buta telah datang kepadanya".
6) Tidak memungut imbalan
Suatu hal yang sangat penting dalam dakwah Rasulullah saw maupun nabi-nabi
sebelumnya beliau tidak pernah memungut imbalan dari pihak-pihak yang didakwahi
beliau hanya mengharapkan imbalan dari Allah saja, selain itu juga meminta imbalan dari
kegiatan dakwah lebih pendakwah buruk dari sekedar menerimanya, meminta berarti
menentukan besaran honorarium, baik secara sepihak maupun dengan negoisasi,
sedangkan menerima imbalan semata, artiya tanpa meminta- minta berarti pendakwah
bersikap pasi, tidak meminta-mintanya merupakan penentuan dari mitrah dakwah,
sementara pendakwah berhak menerima atau menolaknya.
7) Tidak menyampaikan hal-hal yang tidak diketahui.
Kode etik ini di ambil dari surah al – isra ayat 36 “ Dan, janganlah kamu mengikuti apa
yang kamu tidak ketahui. Karena, sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati
semua itu akan dimintai pertanggung jawabannya.

K. AKHLAK SEBAGAI FONDASI DAKWAH

31
Islam sebagai agama universal, jauh sebelum datang abad modern telah mengantisipasi
pelbagai gejolak yang dihadapi umat manusia. Islam kemudian diyakini sebagai agama tertinggi
dari beragam agama-agama baik samawi maupun ardi, yang mampu menghadirkan kehidupan
dalam peradaban utama. Untuk dapat memfungsikan al-Qur’ân sebagai “imam” dalam
kehidupan. Nashruddin Baidan mengungkapkan ada beberapa hal yang perlu dimiliki oleh setiap
32
Muslim, yang salah satunya adalah Akhlak. Akhlak menjadi satu pondasi utama dalam
kehidupan seorang Muslim yang terbentuk dari penerimaan serta internalisasi nilai-nilai yang
diterimanya. Sehingga akhlak dapat dijadikan sebagai tolok ukur dalam menilai keberagamaan
seseorang atau suatu masyarakat.

31 Nashruddin Baidan, Tafsir Maudhu‟i:Solusi Qur‟ani atas Masalah Sosial kontemporer, (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2001) hlm 53
32 bid. hlm 61
33
Dalam setiap dimensi kehidupan, pada dasarnya akhlak mempunyai kedudukan yang
sangat penting dalam Islam, karena kesempurnaan keberagamaan seseorang tergantung kepada
kebaikan akhlaknya. Manusia yang dikehendaki Islam adalah manusia yang memiliki akhlak
34

yang mulia, manusia yang memiliki akhlak mulialah yang akan mendapatkan kebaikan di dunia
dan di akhirat. Oleh karena itu, pembinaan akhlak sangat perlu diimplementasikan dalam
kehidupan sehari-hari. Pada praktiknya, media serta proses penyampaian nilai-nilai akhlak ada
banyak jenis. Dua di antaranya adalah melalui tablîgh, yaitu penyampaian nilai-nilai akhlak
secara terbuka, menarik, dan populer. Da'I harus lah berakhlak Islam, tolok ukur akhlak Islam
adalah teladan Nabi Saw, Nabi adalah implementasi dari nilai Ilahiah ( Qur'an dan hadits ). Nabi
sebaga iteladan yang baik ( al-Ahzab 21 ). Menjadikan Nabi sebagai teladan hal ini tertuang
dalam surat Al-Ahzab 21 yang berbunyi

‫قَ ْد َكانَ لَ ُك ْم فِ ْي َرسُوْ ِل هّٰللا ِ اُ ْس َوةٌ َح َسنَةٌ لِّ َم ْن َكانَ يَرْ جُوا هّٰللا َ َو ْاليَوْ َم ااْل ٰ ِخ َر َو َذ َك َر هّٰللا َ َكثِ ْير ًۗا‬
Terjemahan

Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang
yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat dan yang banyak mengingat
Allah.

Menjadikan Nabi sebagai teladan, maka da'i dituntut untuk memiliki sifat dan sikap:

1) Da'i terikat dengan Sunnah nabi dalam semua perkataan dan perbuatannya. Sebab inti
dari isi dakwah yang disampaikannya adalah Sunnah Nabawiyah yang suci. Apabila
Mad'u (komunikan) melihat da'i bersikap sekehendak hatinya dalam berpegang pada
Sunnah hal ini akan menjauhkan dari sasaran dakwah, yaitu istiqomah pada Dinullah dan
Syari'at Islam.
2) Menjadikan perkataan dan perbuatan nabi sebagai contoh bagi perkataan dan perbuatan
da'i, karena itu da'i dituntut untuk mengetahui Sunnah Nabawiyah secara cermat baik
mengenai perkataan, perbuatan dan TAQRIR (pengakuan dan pembenaran) Nabi
terhadap suatu perbuatan. Da'i juga perlu mempelajari Sirah (biografi) Nabi agar dapat
menjadikannya sebagai tolok ukur.
33 Ibid. hlm 55
34 Muhammad Azmi, Pembinaan Akhlak Anak Pra sekolah: Upaya Mengefektifkan Nilai-Nilai Pendidikan Islam
dalam Keluarga (Yogyakarta: Belukar, 2006), hlm 54.
3) Da'i harus mengikuti Rasulullah dalam bentuk perbuatan praktis sehingga Mad'u dapat
melihat dan mencontohnya. Ungkapan Hukama "Lisanul Hal afshohu min Lisanul
maqol" ( Bahasa keadaan (Perbuatan) lebih berkesan daripada bahasa Lisan (perkataan).
Keteladanan praktik da'i merupakan langkah dakwah yang sempurna, karena itu da'i
harus cermat dan hati-hati. Maksud cermat dan hati-hati dalam keteladanan praktik ialah
da'i harus menghindari diri dari tempat yang syubhat dan tempat2 yang menimbulkan
kecurigaan mad'u.
4) Da'i harus memiliki sifat wara, yaitu meninggalkan sesuatu yang sebenarnya tidak
terlarang untuk dilakukan, tetapi karena takut masuk perkara yang dilarang. Sikap wara
yang harus dilakukan da’i misalnya
 Tidak bermewah mewah dalam berpakaian
 Tidak berlebihan dalam makan dan minum.
 Tidak bermegah- megahan dalam tempat tinggal ( rumah). Memang semuanya itu
hukumnya mubah asalkan tidak ishraf ( berlebih- lebihan).
5) Da'i tidak melawak atau membuat lelucon yang dapat menurunkan wibawanya sebagai
seorang yang baik.

Hal ini tidak berarti bahwa seorang da'i harus cemberut dan bermuka masam dalam
menghadapi mad'u, karena Nabi. yang menjadi Uswatun Hasanah juga pernah bergurau tetapi
beliau tidak sampai mengeluarkan kata-kata yang tidak benar, beliau juga tertawa tetapi tidak
terbahak bahak, yaitu tersenyum yang justru menunjukkan kewibawaannya.

Nama : Bagas Saputra


Nim : 2020503066
Kelas : 2053 C Jurnalistik
UJIAN TENGAH SEMESTER
FIQIH DAKWAH
1. Jelaskan perbedaan FIQIH DAKWAH dan Ilmu Dakwah?
Jawaban : Fikih dakwah adalah pembahasan dalam ilmu fikih yang mengkhususkan diri pada
kajian tentang prinsip-prinsip dakwah oleh seroang dai. Ilmu yang menerangkan segala hak dan
kewajiban yang berhubungan dengan perbuatan, Ilmu yang menjelaskan segala hukum syariat
yang berhubungan dengan pekerjaan para Mukallaf diambil (diistinbath) dari dalil-dalil yang
jelas (tafshiliah). Fiqih dakwah mengkaji aspek syariah di bidang dakwah.

Sedangkan Ilmu dakwah adalah suatu ilmu yang berisi cara dan tuntunan untuk menarik
perhatian orang lain supaya menganut, mengikuti, menyetujui atau melaksanakan suatu ideologi,
agama, pendapat atau pekerjaan tertentu. Orang yang menyampaikan dakwah disebut "da'i"
sedangkan yang menjadi objek dakwah disebut "mad'u". Ilmu Dakwah= Apa adanya tentang
kegiatan dakwah, objek material dakwah adalah ajaran pokok agama Islam (al Quran dan al
Sunnah), objek formal kajian ilmu dakwah adalah mengungkap salah satu aspek dari objek
material.

2. Pahami Qoidah Fiqhiah" Dar ul Mafasid Muqaddam ala Jalbil Masholih". Bagaimana
pemahaman anda terhadap social distencing, dalam pelaksanaan ibadah shalat?

Jawaban : Umat sebaiknya lebih memahami menjaga keselamatan diri dan masyarakat luas lebih
utama karena tidak ada alternatif lain dibandingkan dengan memaksakan kehendak untuk
melaksanakan ibadah di masjid atau di rumah ibadah lainnya. Hukum Islam memberikan pilihan
rukhsah ketika umat dalam kondisi sulit atau meninggalkan salat di masjid. Di sisi lain, umat
dituntut untuk lebih memahami fikih di tengah wabah covid 19 dengan tidak meninggalkan fikih
konvensional. Anjuran beribadah di rumah menjadi new normal yang sama sekali tidak
menggugurkan pahala dan keutamaan berjamaah dalam ibadah. Ia bahkan mendapatkan
kelebihan pahala karena kebersamaan turut menghindarkan orang lain dari bahaya.

3. Jelaskan dalil Fiqih tentang kewajiban berdakwah berdasarkan Ali Imran 104, dan An Nahal
125.?
Jawaban : "Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang mengajak kepada
kebajikan, menyuruh kepada yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar. Merekalah orang-
orang beruntung" (QS Ali Imran: 104).

Dalam Tafsir Al Misbah, Prof Quraish Shihab menjelaskan, kata minkum (di antara kamu)


dalam ayat di atas dipahami para ulama dengan arti sebagian. Dengan demikian, perintah
berdakwah dalam ayat ini tidak tertuju kepada setiap orang. Karena itu, bagi mereka yang
menafsirkan dengan makna tersebut, ayat ini mengandung dua macam perintah. Pertama,
segenap kaum Muslimin untuk membentuk dan menyiapkan satu kelompok khusus yang
bertugas melaksanakan dakwah. Perintah kedua, kelompok khusus itu seyogianya bisa
melaksanakan dakwah menyeru kepada kebajikan dan mencegah kemungkaran.

Sedangkan menurut An Nahal 125

"Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan
bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui
tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang
mendapat petunjuk."

Hikmah adalah metode atau cara-cara yang bijak, penuh dengan kelembutan, yang mampu
memberikan dampak positif terhadapp sasaran dakwah. Dakwah bukan dengan mencari maki
dan ucapan-ucapan yang kasar. Terpenting dan yang perlu disadari, bahwa tutur kata dan bahasa
yang santun hanya akan dimiliki para pengembang dakwah apabila mereka selalu menambah
ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan itu baik yang berkaitan dengan saqafah islamiyah, maupun
pengetahuan tentang kemanusiaan dan sosialmasyarakat.
Nama : Bagas Saputra
Nim : 2020503066
Kelas : 2053 C Jurnalistik
UJIAN AKHIR SEMESTER
FIQIH DAKWAH
1. Apa yang dapat anda pahami tentang strategi dakwah bagi pembinaan keluarga?

Jawaban : Dakwah yang bersifat pembinaan adalah suatu usaha untuk mempertahankan,
35

melestarikan dan menyempurnakan umat agar manusia agar mereka tetap beriman kepada Allah,
Keluarga sebagai orang pertama untuk menerima risalah/dakwah, Keluarga ( Rumah tangga )
harus ditegakkan diatas asas yang kuat dan kokoh, yaitu dengan tata nilai akhlak Islam, Dengan
cara harus membina keluarga supaya meneriman nilai-nilai islam. Adapun, pilar-pilar dakwah
yang harus diperhatikan dalam keluarga. Antara lain: Akidah, Ibadah, dan Ilmu.

Strategi dakwah bagi keluarga

 Memulai dari diri sendiri.


 Menjalin kedekatan jasmani dan rohani, melalui komunikasi yang efektif dan rutin
melalui SMS, Twitter dan Facebook dll.
 Menjaga kondisi keharmonisan keluarga
 Sabar dalam membimbing keluarga kepada Islam dengan ketekunan dan kontinuitas.
Misal Nabi Nuh dan Luth membina isterinya.
 Evaluasi Untuk mengetahui tingkat keberhasilan dakwah bagi keluarga dan membenahi
cara dan sasaran dakwah maka perlu dilakukan evaluasi secara berkala.

2. Apa saja unsur teknis ilmiah yang harus disiapkan oleh da'I ?

Jawaban :

1) Persiapan Teknis Ilmiah Persiapan yang dilakukan da'I pada Teknis Ilmiah, yaitu.
 menemukan ide
 judul dan materi pembicaraan
 merangkai materi dan menyajikannya dihadapan umum / halayak

35
Pada persiapan ini ada 5 tahap yang perlu.dilakukan

a) Mencari bahan / materi (investio).


b) Menyusun bahan (Dipostio)
 Exordium (Muqoddimah)= konsep dan gagasan tentang pembicaraan / pidato.
 Body of talk (prothesis) = isi / content pidato
 Conclusi (kesimpulan).
c) Style / gaya bahasa (Elucutio), yang perlu diperhatikan:
 Kesesuaian dengan situasi dan kondisi pertemuan
 Sesuai dengan apperceptic material audience, daya nalar audience."
Khotibunnas'ala Qodri 'uquulihim" (hadits Artinya bicaralah kepada halayak /
manusia sesuai dengan daya nalar mereka).
 Kesesuaian isi dan tujuan pidato sehingga tidak mengulang-ulang kata dalam
pidato dan ngelantur.
d) Memoria (menanamkan materi pidato dalam ingatan).
e) Pronunciatio (tekanan kata dalam pidato).
2) Persiapan psikis / mental. Maksudnya kesiapan dari aspek kejiwaan.Yang terpenting
disini yaitu keberanian berbuat dan mengalami sendiri pidato. Memantapkan Persiapan
Mental.
 Percaya diri (Iman)
 Mempertinggi akhlak. Ada ungkapan "Jadilah seperti minyak wangi, orang lain
mendapat wangi diri sendiri wangi". "Awas jangan jadi jarum penjahit semua
pakaian orang dijahit, tetapi diri sendiri telanjang sepanjang masa".
 Auto Sugesti. Yakin lah kita mampu pidato dengan baik, dan hilangkan rasa takut,
rendah diri dan gentar yang tidak beralasan.
 Anggap lah audience sebagai manusia biasa walaupun yang hadir itu dari berbagai
kalangan.

3. Diantara kode etik yang dimuat al-Qur’an, kita tidak boleh mencerca sesembahan agama lain.
Jelaskan secara Fiqh (hukum), surah Al-An’am 108!

Jawaban : Waktu nabi masih di mekkah orang musyrikin mengatakan bahwa beliau dan para
pengikutnya sering meghina dan mencerca berhala sesembahan mereka akhimya secara
emosional mereka mencerca Allah sesembahan Nabi, lalu Allah menurunkan ayat yang berbunyi
: (QS. Al An'am ayat 108)

”Dan janganlah kamu memaki ilah-ilah yang mereka ibadahi selain Allah, karena mereka nanti
akan memaki Allah dengan melampaui batas tanpa pengetahuan. Demikianlah kami jadikan
setiap umat menganggap baik pekerjaan mereka. Kemudian kepada Rabb merekalah kembali
mereka, lalu Allah memeberitakan kepada mereka apa yang dahulu mereka kerjakan.” (QS. Al-
An’am ayat 108).

Dengan kata lain, jika kita memaki sesembahan mereka (namun dilandasi tujuan baik agar
mereka tidak sesat) namun, kita bisa menjadi sasaran dari cacian yang mereka tujukan kepada
Allah SWT. maka dua kaidah bisa dipakai dalam dakwah, yaitu dar’ul mafasid muqaddamun ‘ala
jalbil mashalih (menolak pertentangan demi mendapatkan manfaat) dan Sadd al-dzariyah.

Itulah sebabnya, Allah teguh dalam ayat di atas yang setiap umat memandang indah amal mereka
masing-masing. Tabiat manusia memang memperhatikan apa yang mereka kerjakan dan yakini.
Orang musyrik menganggap baik sesembahan mereka dan cara mereka menyembah, kitapun
demikian. Karena itu janganlah saling memaki.

Toleransi memang dianjurkan oleh islam tetapi dalam batas-batas tertentu dan tidak menyangkut
masalah agama atau aqidah. Dalam hal ini islam memberikan garis tegas tidak bertoleransi,dan
kompromi. Maka dari itu lebih baik kita tidak menghargai kepercayaan orang lain dan tidak
mencerca sesembahan agama lain karena hal tersebut bisa membuat pertikaian.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.merdeka.com/quran/al-kahf/ayat-110
https://www.scribd.com/document/459055690/RISALAH-MEMBINA-PRIBADI-DAN-
UMMAT https://www.scribd.com/document/459055690/RISALAH-MEMBINA-PRIBADI-
DAN-UMMAT
http://eprints.walisongo.ac.id/7082/2/BAB%20I.pdf
http://pecintamakalah.blogspot.com/2015/06/makalah-kewajiban-berdakwah.html
https://www.kompas.com/skola/read/2020/06/09/140000069/sumber-hukum-pokok-ajaran-
islam?page=all
https://republika.co.id/berita/humaira/samara/13/07/04/mpdrl9-tiga-syarat-untuk-membangun-
keluarga-dakwah
http://repository.unisba.ac.id/bitstream/handle/123456789/3138/05bab1_Arief%20Rifqoh
%20Budiman_10020207010_skr_2016.pdf?sequence=5&isAllowed=y
http://vivigusti.blogspot.com/2013/09/fiqih-dakwah.html
https://studylibid.com/doc/1047797/kebebasan-beragama-dalam-wilayah-dakwah
https://www.academia.edu/23958922/Makalah_Tentang_Kode_Etik_Dakwah

Anda mungkin juga menyukai