Anda di halaman 1dari 17

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dakwah merupakan kewajiban bagi setiap umat muslim. Perintah tersebut ditunjukkan dalam bentuk
kata perintah, dan kecaman bagi yang meninggalkan dakwah. Kata perintah (fi‟il amar) disebut dalam
QS. an-Nahl: 125 dengan kata “serulah”, sedangkan dalam QS. Al-Imran: 104 “dan hendaklah ada
sekelompok orang yang berdakwah”. Perintah yang pertama menghadapi subjek hukum yang hadir,
sedangkan subjek hukum dalam perintah kedua tidak hadir (in absentia).Dalam kaidah Ushul Fikih
disebutkan bahwa “pada dasarnyaperintah menunjukkan kewajiban (al-Ashl fi al-amr li al-wujub)”.
Dengan demikian sangat jelas bahwa perintah berdakwah dalam kedua ayat tersebut adalah perintah
wajib. Demikian pula, ancaman laknat Allah menunjukkan larangan keras, kaidah Ushul Fikih lain yang
terkait dengan kaidah diatas berbunyi “pada dasarnya, larangan itu menunjukkan hukum haram (al-ashl
fi alamr li al-wujub). Dengan demikian, kecaman keras Allah bagi orang-orang yang tidak perduli dakwah
berarti wajib melaksanakan dakwah.Sedangkan menurut Syeh Muhammad Abduh dalam tafsir al-
Manar, dijelaskan bahwa kewajiban dakwah dalam surat AlImran ayat 104 dan 110, hukum berdakwah
adalah fardlu kifayah

dan fardlu „ain. Hukum dakwah fardlu kifayah, yaitu kewajiban yang ditujukan kepada individu atau
kelompok tertentu yang memiliki kualifikasi penguasaan pengetahuan kedakwahan, dan kemampuan
berdakwah secara profesionali. Sedangkan fardlu „ain, yaitu kewajiban yang ditujukan bagi setiap
individu Muslim (mukallaf) berdasarkan kemampuannya masing-masing dalam melaksanakan macam-
macam pelaksanaan dakwah sesuai situasi dan kondisi yang dihadapinya. Dikenakan kepada setiap
manusia sesuai dengan kadar kemampuan yang dimilikinya. Kegiatan dakwah sudah ada sejak adanya
tugas dan fungsi yang harus diemban oleh manusia di belantara kehidupan dunia ini. Oleh sebab itu,
eksistensi dakwah tidak dapat dipungkiri oleh siapapun, karena kegiatan dakwah sebagai proses
penyelamatanumat manusia dari berbagai persoalan yang merugikan kehidupan. Dakwah dipahami
sebagai bentuk ajakan kepada Islam. Dakwah merupakan salah satu pokok bagi terpeliharanya eksistensi
Islam dimuka bumi, Karena peran dakwah yangdemikian krusial. Al-Qur‟an sendiri bahkan
menganjurkan adanya komunikasi sosial dalam berdakwah, dimana setiap komunitas muslim hendaknya
memiliki sekelompok orang yang secara spesifik berprofesi sebagai para ahli dakwah (da‟i) untuk
menyampaikan dakwah Islam dan menjalankan fungsi amar ma‟ruf (perintah kebaikan) dan nahi
munkar (mencegah kejahatan dan keburukan) di tengah masyarakat.3Secara umum dakwah dapat
dilakukan dalam beberapa bentuk, yaitu dakwah bi al-lisan, dakwah bi al-hal, dakwah bi al-qalam.

Islam merupakan agama yang rahmatan lil alamin (rahmat bagi semesta), hal ini menggambarkan bahwa
salah satu prinsip agama islam mengayomi semua tanpa terkecuali dalam suatu hal. Seseorang yang
beriman tentu nya mendapatkan rahmat dari Allah SWT berupa hidayah-Nya agar orang tersebut
menapaki jalan yang menuju keselamatan abadi. Bukankah seorang pendakwah ialah seseorang
yang beriman kepada Allah SWT, dengan mempelajari ilmu dakwah dan menerapkan yang di
pelajarinya. Dakwah merupakan aktivitas seseorang untuk mengajak kebaikan atau suatu ajakan
untuk menuju ke arah yang lurus dengan mengharap ridho Allah SWT kepada seseorang maupun
masyarakat. Allah mengutus Rasul-Nya untuk membawa kabar gembira dan memberi peringatan
kepada umatnya. Rasul yang berdakwah kepada umatnya tidaklah mudah, karena mendapat
tantangan yang berbeda-beda dari masing-masing Rasul umat dari nabi Nuh As, Ibrahim As, Musa As,
Isa As, dan Muhammad SAW. Dalam menyampaikan dakwah, Rasulullah SAW disuatu sisi
menghadapi tantangan yang amat berat, namun disisi lain, menemukan respon positif dari
berbagai kalangan, terutama masyarakat lemah. Rasulullah SAW tabah menhadapai resiko tersebut
dan istiqomah meniti jalan dakwah yang sudah digaris kan Allah.1 Dengan keistiqomahan beliau
dalam berdakwah Allah menjunjung tinggi derajat Islam, dakwah Rasulullah diteruskan oleh sahabat lalu
hingga masa kini diteruskan oleh umatnya. Sukses-tidaknya suatu dakwah bukanlah diukur lewat gelak
tawa atau tepuk riuh pendengarnya, bukan pula dengan ratap tangis mereka. Sukses tersebut diukur
lewat anatar lain pada bekas (atsar) yang ditinggalkan dalam benak pendengarnya ataupun kesan yang
terdapat dalam jiwa, yang kemudian tercermin dalam tingkah laku mereka. Untuk mgencapai sasaran
tersebut, tentunya semua unsur dakwah harus mendapat perhatian para da’i.2Agar dalam
berdakwah ini mudah diterima pribadi maupun masyarakat terdapat metode agar masyarakat
mudah menerima materi dakwah yang disampaikan oleh da’i. Sedangkan pengertian metode
merupakan suatu cara seseorang melakukan aktivitas yang dilakukan dengan kreatifitasnya.

1.2 Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang tersebut tedapat batasan masalah yang akan dibahas pada makalah ini,
antara lain :

1. Pengertian dan makna Dakwah

2. Metode dan tujuan dakwah

3. Komponen dan tahapan dakwah

4. Keutamaan Dakwah

1.3 Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah diatas, terdapat tujuan penulisan makalah sebagai berikut ini :
1. Untuk mengetahui pengertian dan makna dakwah

2. Untuk mengetahui metode dan tujuan dakwah

3. Untuk mengetahui komponen dan tahapan dakwah

4.Untuk mengatahui Keutamaan Dakwah

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Dakwah


Pengertian metode dakwah Secara etimologi, kata metode berasal dari bahasa latin “Methodus” yang
berarti “cara”. Dalam bahasa Yunani methodos berarti “cara, jalan”. Artinya ialah suatu cara atau jalan
yang bisa di tempuh untuk menyampaikan suatu pesan atau disebut juga informasi, juga bisa
diartikan sebagai “suatu cara yang ditentukan secara jelas untuk mencapai atau menyelesaikan suatu
tujuan, rencana, sistem dan tata pikir manusia”. Dalam bahasa Arab, metode disebut dengan “uslub”
artinya, “cara, metode, atau seni” Metode dalam bahasa Jerman methodicay artinya jalan.6 Menurut
Munir metode adalah cara atau jalan yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan.7 Dari berbagai
macam definisi metode tersebut, penulis menyimpulkan bahwa metode adalah suatu cara yang
melalui pikiran manusia untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai.

Sedangkan “dakwah” secara etimologis (lughatan) berasal dari kata da’a, yad’u, da’watan. Kata da’a
mengandung arti: menyeru, memanggil, dan mengajak. “Dakwah”, artinya seruan, panggilan, dan
ajakan. Dakwah islam dapat dipahami sebagai seruan, panggilan, ajakan kepada Islam.8 Menurut
Pendapat Syaikh Ali Mahfudz, dakwah adalah mengajak manusia untuk mengerjakan kebaikan dan
mengikuti petunjuk, menyeru mereka berbuat baik dan melarang mereka dari perbuatan jelek
agar mereka mendapat kebahagiaan di dunia dan akhirat.9 sedangkan, Pendapat Hamzah Ya’qub
dalam bukunya Publistik Islam memberikan pengertian dakwah dalam Islam ialah “mengajak umat
manusia dengan hikmah kebijaksanaan untuk mengikuti petunjuk Allah dan Rasulnya”10 dan menurut
para ahli lainnya definisi dakwah adalah suatu proses menghidupkan peraturan-peraturan Islam
dengan maksud memindahkan umat dari satu keadaan kepada keadaan lain. Menurut penulis
pengertian dakwah adalah suatu ajakan yang membebaskan seseorang dari sifat ke syaitaniah
menuju kebaikan.

Dengan demikian metode dakwah adalah suatu cara atau strategi yang ditentukan secara jelas
dalam rangka mengajak umat manusia umtuk mengikuti petunjuk Allah dan Rasul-Nya sesuai dengan
tujuan dakwah Islam.

2.2 Metode Dakwah dan tujuan dakwah

Dibawah ini merupakan sumber-sumber metode dakwah, antara lain sebagai berikut :

1. Al-Qur’an Dalam Al-Qur’an ter dapat banyak ayat yang berhubungan dengan kisah para Rasul
dalam menghadapi umatnya, begitu juga ayat-ayat yang ditujukan kepada Nabi Muhammad SAW
dalam melancarkan dakwah islam nya. Ayat-ayat tersebut menunjukkan metode-metode yang harus
dipahami dan dipelajari oleh setiap Muslim seperti juga memahami ajaran-ajaran agama yang
lainnya. Allah tidak akan menceritakan melainkan agar dijadikan suri teladan dan membantu dalam
melaksanakan dakwah yang sesuai dengan metode metode yang telah dijelaskan dalam Al-Qur’an.

2. Sunnah Rasul Dalam Sunnah Rasul banyak ditemukan Hadis yang berkaitan dengan dakwah serta
metodenya. Dalam sejarah hidup dan perjuangannya, baik ketika maih di dalam Mekkah maupun
sesudah berhijrah ke Madinah, dan cara-cara beliau menghadapi berbagai macam pristiwa. Semua
ini memberikan contoh dalam metode dakwah, karena Rasulullah telah melalui kondisi dan situasi
yang dihadapdihadapi. juru dakwah pada setiap masadan tempat. Sejarah perjuangan Rasulullah
SAW dalam praktiknya adalah sesuai dengan apa yang di perintahkan Allah kepadanya dalam
menyampaikan dakwah dan risalahnya. Karena itu, setiap juru dakwah hendaknya tidak
mengabaikan dan melupakan sejarah Rasulullah SAW dalam menyampaikan dakwahnya. Adapun
karakteristik dakwah Rasul yang layak untuk dipedomani antara lain dengan cara : memberikan
peringatan, menggembirakan, pemberian kasih sayang dan sifat lemah lembut, memberikan
kemudahan, tegas dan keras dalam hal halal dan haram, benar dan salah, ovensif dan aktif mengunjungi
par a mad’u.

3. Sejarah Hidup Para Sahabat Dalam sejarah hidup para Sahabat besar dan para Tabi’in cukuplah
membeikan contoh yang berguna bagi juru dakwah. Karena merekan adalah orang-orang yang lebih tau
tentang ajaran agama dan ahli dalam berdakwah serta berbagai pengetahuan yang berguna dan
bermanfaat bagi pengembangan dakwah islam. Selain itu, para Sahabat juga merupakan orang-
orang yang dekat dengan Rasul.pernah terlibat dalam kegiatan dakwah Rasul dan juga para penerus
dakwah Rasulullah.

4. Pendapat Para Ahli Yang di maksud ahli disini adalah para mufassir, muhaditsin, dan fukaha. Fukaha
adalah orang yang ahli dalam menggali hukum islam dari sumber-sumber atau dalil-dalil syariat.
Diantaranya hukum yang berhubungan dengan penyampaian dakwah seperti hukum amar makruf dan
nahi mungkar, jihad, hisbah dan semua ini mereka susun dalam suatu ketetapan-ketetapan yang telah
mereka buat berdasarkan ijtihad dalam urusan dan bidang dakwah baik dalam bidang jihad maupun
dalam bidang lainnya, Karena metode berdakwah adalah termasuk urusan agama seperti juga dalam
masalah ibadah dan muamalah.

Adapun mufassir adalah orang yang ahli dalam menafsirkan ayat-ayat Al-Qur’an, termasuklah
didalamnya ayat-ayat tentang metode dakwah. Adapun muhaditsin adalah ahli Hadis, yakni mereka
yang ahli dan menekuni dalam bidang kajian Hadis untuk menggali berbagai Hadis Nabi, terutama
yang terkait dengan kegiatan dakwah islam, termasuk di dalamnya tentang cara berdakwahnya
Rasulullah SAW.

5. Pengalaman Da’i Pengalaman adalah guru yang terbaik. Pengalaman juru dakwah merupakan
kumpulan hasil interaksinya dengan orang banyak, merupakan penerapan teori-teori yang
dipahaminya dari sumber-sumber terdahulu. Maka, di dalam praktik dapat diketahui kekeliruan
dan tentunya jika terdapat kekeliruan berusaha agar kekeliruan itu tidak sampai terulang kembali.
Pengalaman seseorang akan bertambah tinggi nilainya apabila orang yang mempunyai pengalaman
mampu mengambil manfaat dari pengalamannya. Setiap juru dakwah hendaklah memanfaatkan.

Macam-macam Metode Dakwah Allah berfirman dalam surah An-Nahl ayat 125 : ‫ةَنَ َسحْ ال ةَظ ْع َو ْمال َو ةَ ْمك‬
‫ َ ْني َد ْتهُ ْمال ب ُ َم ْل َعا َ ُوهَو‬- ١٢٥ ‫حْ ال ب َك بَر ْلي بَس ٰىل ا ُ ْع دُا لَض ْنَم ب ُ َم ْل َعا َ ُوه َك بَر ن ا ُن َْس َحا َي ه ْي ت ال ب ْ ُمهْل داَ َجو‬
‫ه ْلي بَس ْنَع‬

Artinya: “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan
bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu adalah yang lebih mengetahui
tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang
mendapat petunjuk”
Dari ayat terseb

ut dapat diambil pemahaman bahwa metode dakwah itu meliputi tiga cakupan, yaitu: 1) Al-Hikmah
Dakwah Al-Hikmah yakni menyampaikan dakwah dengan cara yang arif bijaksana, yaitu melakukan
pendekatan sedemikian rupa sehingga pihak obyek dakwah mampu melaksanakan dakwah atas
kemauanya sendiri, tidak merasa ada paksaan, tekanan maupun konflik. Dengan kata lain dakwah bi al-
hikamh merupakan suatu pendekatan komunikasi dakwah yang dilakukan atas dasar persuasif.

2) Al-Mau’idzah Al-Hasanah Secara bahasa, mau’idzah hasanah terdiri dari dua kata, yaitu
mau’idzah dan hasanah. Kata mau’idzah berasal dari kata wa’adza-ya’idzu-wa’dzan-‘idzatan yang berarti
nasihat, bimbingan, pendidikan, dan peringatan.12 Sementara hasanah merupakan kebalikan dari
sayyi’ah yang artinya kebaikan lawanya kejelekan. Adapun pengertian secara istilah, Menurut Abd.
Hamid al-Bilali al-Hasanah, merupakan salah satu manhaj (metode) dalam dakwah untuk mengajak
ke jalan Allah dengan memberikan nasihat atau membimbing dengan lemah lembut agar mereka
mau berbuat baik.

3) Al-Mujahadah Bi-al-Lati Hiya Ahsan Al-Mujahadah merupakan tukar pendapat yang dilakukan oleh
dua pihak secara sinergis, yang tidak melahirkan permusuhan dengan tujuan agar lawan menerima
pendapat yang diajukan dengan memberikan argumentasi yang kuat.

Bentuk bentuk Metode dakwah Pada prinsipnya, metode dakwah bermacam-macam bergantung
pada situasi dan kondisi komunikasi(mad’u). Esensinya ada pada efektifita dan efisien 7 sampainya
pesan atau informasi pada mad’u. Artinya, bahwa tidak terhadap semua mad’u metode ceramah satu
arah tepat, cocok, dan tidak semua metode tepat digunakan semua mad’u. Jadi, bagi para
pelaksana dakwah dalam aktivitas dakwahnya perlu menempuh beberapa bentuk metode, yaitu
sebagai berikut :

1. Bentuk Lisan, melalui pidato/khotbah, ceramah, Tanya jawab, nasihat-nasihat, memberi pelajaran,
dan pendidikan.

2. Bentuk Tulisan, melalui karya tulis di surat kabar, majalah, bulletin dakwah, buku-buku ilmiah,
termasuk juga surat-menyurat, slide, dan sebagainya.

3. Bentuk dakwah amal nyata, melalui pemberian contoh teladan (uswatun khasanah), memperagakan,
pelayanan sosial, gambar-gambar islami, drama religius, karya wisata ke lokasi religius, dan lain
sebagainya.

Jika ditilik dari segi objek dakwah, maka tujuan dakwah dapat dibagi menjadi empat, yaitu:

1. Tujuan perorangan, yaitu bertujuan untuk membentuk pribadi muslim yang mempunyai iman yang
kuat, berperilaku sesuai dengan hukum-hukum yang disyari’atkan Allah SWT dan berakhlaq karimah.
Diharapkan agar pribadi-pribadi umat manusia menjadi muslim secara tuntas, dari ujung rambut sampai
kedua telapak kakinya,sebagaimana diperintahkan Allah SWT,

"Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut
langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu.” (QS. Al-Baqarah: 208 )

2.Tujuan untuk keluarga, yaitu bertujuan untuk membentuk keluarga bahagia, penuh ketentraman dan
cinta kasih antara anggota keluarga. Allah berfirman:

”Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu
sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa
kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum
yang berfikir.” (Ar-Rum: 21)

3.Tujuan untuk masyarakat, yaitu bertujuan untuk membentuk masyarakat sejahtera yang penuh
dengan suasana ke-islaman. Suatu masyarakat di mana anggotanya mematuhi peraturan-peraturan yang
telah disyari’atkan oleh Allah SWT, baik yang berkaitan dengan hubungan manusia dengan alam
sekitarnya, saling bantu membantu, penuh rasa persaudaraan. Nabi Muhammad menggambarkan Islam
sebagai berikut:

“Perumpamaan orang-orang yang beriman di dalam saling mencintai, saling berbelas kasih dan saling
mempunyai kesamaan rasa (diantara) mereka adalah seperti satu tubuh. Apabila salah satu anggotanya
merasa sakit maka seluruh anggota badannya ikut merasakan tidak tidur dan merasa demam panas.”
(HR. Bukhari).

4.Tujuan untuk umat manusia, yaitu bertujuan untuk membentuk masyarakat dunia yang penuh dengan
kedamaian dan ketenangan dengan tegaknya dunia tanpa diskriminasi dan ekploitasi, saling tolong-
menolong, dan menghormati.Dengan demikian, keseluruhan umat manusia dapat menikmati islam
sebagai rahmat bagi mereka. Allah berfirman dalam Al-Qur’an:

“Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.” (Qs. Al-
Anbiya: 107).

2.3 Komponen dan tahapan dakwah

Komponen atau unsur dakwah antara lain, da`i(subjek), mad`u(objek), maudhu`u(materi),


ushlub(metode), dan wasail(media). Semua unsur ini saling keterkaitan satu sama lainnya.

1. Da’I ( subjek dakwah ).

Da’i dalam ilmu dakwah bermakna sebagai pelaku dakwah, biasa disebut dengan istilah subyek dakwah.
Tentang subyek dakwah ini ada yang mengatakan hanya da’i atau mubaligh saja. Yang menjadi subyek
dakwah adalah manusia, meskipun ada pendapat yang berpendapat bahwa yang menjadi subyek
dakwah itu selain manusia Allah S.W.T sendiri. Adapun manusia yang menjadi subyek dakwah adalah
semua muslim yang mukallaf sesuai dengan kemampuannya, kesanggupannya masing-masing, karena
Islam tidak memaksa manusia, kecuali sesuai dengan kesanggupannya[3]. Jadi sebagaimana telah
diterangkan di atas, bahwa kewajiban dakwah bukan hanya untuk ulama, Kiyai atau para santri dan
lembaga-lembaga baik yang beridentitas lembaga dakwah atau yang ada di bawah Departemen Agama,
tetapi di luar itu semua wajib untuk melaksanakan dakwah.

Pelukis dapat berdakwah lewat ekspresi gambarnya, penulis atau wartawan dapat berdakwah lewat
tulisannya, aktor dan aktris dapat berdakwah lewat aktingnya, sutradara dapat berdakwah lewat karya
film atau dramanya. Diantara para ulama masih terjadi perbedaan pendapat tentang dakwah itu, apakah
wajib kifayah atau wajib a’in, sementara Muhammad Abduh cenderung berpendapat, bahwa dakwah itu
hukumnya wajib a’in. Subyek dakwah sangat menentukan terhadap keberhasilan suatu proses dakwah
di samping faktor hidayah Allah. Manusia tertarik oleh ajaran Islam karena sikap subyek dakwah,
sebagaimana yang telah dilakukan oleh Rasulullah Saw. terhadap orang kafir, sehingga mereka mau
masuk Islam. Dengan demikian faktor subyek Da’i sangat mempengaruhi terhadap keberha-silan suatu
proses dakwah. [4]

Dengan demikian dai adalah semua orang atau setiap diri manusia yang melakukan suatu seruan,
ajakan, panggilan terhadap sesuatu secara umum diartikan sebagai dai. Secara khusus yang penulis
maksudkan dari dai itu adalah siapa saja yang melakukan ajakan, seruan atau panggilan kepada jalan
Allah berupa kebaikan dan petunjuk atau kebaikan dan melarang dari kemungkaran dengan orientasi
keselamatan dan kebahagiaan manusia itu sendiiri baik di dunia maupun untuk akhiranya kelak.

Jika diurutkan siapa yang menjadi Dai, maka Dai yang pertama adalah Allah, kemudian yang
mendakwahi manusia kejalan Allah itu adalah nabi. Nabi yang dimaksud adalah Nabi Muhammad Saw.
Sesudah Nabi wafat dilajutkan oleh para sahabat dan para pengikut setianya. Rasul merekomendasikan
bahwa pelanjutnya bukanlah para sahabatnya, akan tetapi menunjuk kepada ulama sebagai pewarinya
sampai kepada mubaligh sekarang dan seterusnya.

Dalam hal ini ada beberapa sifat yang harus di miliki seorang subjek dakwah(da’i).

1.Mengetahui tentang Al-Quran dan Sunnah Rasul sebagai pokok agama Islam.

2.Memiliki pengetahuan Islam yang berlandaskan dengan Al-Quran dan Hadist.

3.Memiliki pengetahuan yang menjadi kelengkapan dakwah seperti, teknik dakwah, Ilmu Jiwa
(Psikologi), Sejarah, Antropologi, Perbandingan Agama, dan sebagainya.

4.Memahami bahasa umat yang akan diajak kepada jalan yang diridlai Allah.
5.Penyantun dan lapang dada.

Demikianlah beberapa sifat yang harus dimiliki oleh seorang subjek dakwah, dan masih banyak lagi sifat
yangt memang harus di miliki oleh seorang Da’i.

2. Maudu’u Dakwah ( objek dakwah ).

Objek dakwah adalah orang-orang yang menjadi sasaran kegiatan dakwah. Secara umun dapat
dikatakan bahwa siapa saja yang mendapat seruan atau ajakan, panggilan atau himbauan kepada
kebaikan, meninggalkan kejahatan, atau kemungkaran maka mereka adalah Maud`u. Ketika dipahami
pengertian dakwah sebagaimana yang dikemukan oleh Syaekh Ali Mahfuzh,[5] maka objek dakwah itu
adalah semua manusia. Hal ini sejalan dengan misi kerasulan Muhammad Saw sebagai dai yaitu
Kafatalinnas (seluruh manusia). Begitu pula halnya jika dicermati lebih jauh kata-kata dakwah dalam
berbagai bentuk, bermakna mengajak kepada yang ma`ruf serta mencegah dari kumungkaran, terlihat
bahwa yang menjadi obyek atau penerima dakwah itu ialah seluruh umat manusia. Hal ini sesuai dengan
kerasulan nabi Muhammad Saw. diutus untuk seluruh umat manusia. Sebagaimana Allah Swt. berfirman
dalam QS. al-A’raf ayat 157:

‫قُلْ يَاَأيُّهَا النَّاسُ ِإنِّي َرسُو ُل هَّللا ِ ِإلَ ْي ُك ْم َج ِميعًا‬

Artinya: Katakanlah: “Hai manusia sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu

Semua.

Kemudian dipertegas lagi dalam surat Saba’ ayat 28 :

ِ َّ‫اس بَ ِشيرًا َونَ ِذيرًا َولَ ِك َّن َأ ْكثَ َر الن‬


َ‫اس اَل يَ ْعلَ ُمون‬ ِ َّ‫َو َما َأرْ َس ْلنَاكَ ِإاَّل كَافَّةً لِلن‬

Artinya : Dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada umat manusia seluruhnya sebagai
pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia tiada
mengetahui.(Qs. Saba` : 28).

.
Dengan demikian dapat dipahami bahwa yang menjadi obyek dakwah(sasaran dakwah) adalah seluruh
umat manusia tanpa terkecuali, seluruh umat manusia dituntut untuk menerimanya selama dia berakal,
baik laki-laki atau perempuan tanpa memandang kepada kebangsaan, warna kulit, pekerjaan, daerah
tempat tinggal dan sebagainya. Dapat juga dikatakan bahwa dakwah tidak tertuju kepada bangsa
tertentu, kepada tingkatan tertentu, kepada golongan tertentu.

Selanjutnya kalau diklasifikasikan objek dakwah dalam al-Qur`an, maka sasaran dakwah tersebut
dikelompokkan menjadi bebrapa kelompok seperti kelompok orang mukmin, kafir, dan munafiq.

Golongan mukmin, mereka yang meyakini kebenaran al-Qur’an sebagai wahyu Allah serta telah
melaksanakan ajaran al-Qur’an itu dalam kehidupan sehari-hari. Kelompok ini tidak akan ada keraguan
dalam menerima ajaran agama.

Golongan kafir, yakni mereka yang belum meyakini atau belum beriman serta mengingkari kebenaran al-
Qur’an itu. Sehingga apakah mereka diberi nasehat atau tidak, namun mereka tetap tidak beriman
kepada Allah Swt.dan golongan berikutnya, golongan munafik, yaitu mereka yang secara lahiriah telah
beriman, tapi pada hakikatnya mereka belum yakin terhadap kebenaran al-Qur’an.

Abdul Karim Zaidan,[6] lebih lanjut menjelaskan, bahwa dalam al-Qur`an yang menjadi objek dakwah
adalah para penguasa(mala`), masyarakat umum (jumhur), munafiq dan orang-orang yang berbuat
maksiat.

Al-Mala’.

Menurut ahli tafsir kata-kata al-Mala’ berarti pemimpin-pemimpin, kepala-kepala dan orang besar
kaumnya. [7]. Dengan demikian karakteristik dan kecendrungan mentalitas al-malak terkesan sebagai
para penantang dan pembangkang karena kekuasaannya. Hal ini dapat ditemukan dalam beberapa ayat
al-Qur’an seperti dalam QS. 34:35,36, Hal itu disebabkan oleh berberapa factor antara lain

1k.arena Takabbur

2.Karena cintanya kepada kekuasaan dan kemegahan.

3.Karena Jahil.
4.Jumhur al-Nas

Jumhur diartikan sebagai orang kebanyakan (public) atau masyarakat umum yakni orang yang menjadi
pengikut para pemimpin dan penguasa, yang pada umumnya adalah orang-orang miskin dan lemah
dalam berbagai masalah.[8] Dari segi respon dakwah, jumhur lebih cepat menerima dakwah dari
golongan al-Mala’ dan merekalah yang menjadi pengikut para rasul, yang membenarkan dan beriman
lebih dahulu kepada para rasul itu. Sifat-sifat jumhur ini diterangkan

dalam al-Qur’an antara lain : QS. 43: 54.

Kelompok penerima dakwah yang ketiga adalah orang munafik, yakni orang yang menyembunyikan
kekufurannya dan melahirkan imannya. Sikap orang munafik ini terhadap dakwah sebenarnya lebih sulit
dan lebih berbahaya dari orang kafir. Sebab mereka bermuka dua, apabila bertemu dengan orang
beriman, mereka mengaku beriman dan apabila mereka kembali kepada kelompoknya (kafir) mereka
juga menyatakan keku-furannya. Sifat-sifat orang munafik ini diceritakan dalam QS. 2: 14

Orang yang Maksiat.

Pelaku maksiat dimaksudkan[9] adalah suatu golongan yang beriman dan menuturkan dua kalimat
syahadat, namun tidak menunaikan isi dan jiwa syahadat yang dituturkannya, mengerjakan sebagian
perintah agama dan menyalahi sebagian.Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa yang menjadi
objek dakwah itu adalah semua manusia yang tergolong pada kelompok orang beriman, kafir, munafik,
imala` jumhurnas dan orang-orang yang berbuat kemaaksiatan.

3.Materi Dakwah (Maudu`uddakwah)

Materi adalah segala sesuatu yang menjadi bahan ajar yang akan disajikan oleh sipemateri atau yang
diajarkan kepada orang lain (penerima materi). dakwah. Materi dakwah adalah seluruh ajaran Islam
yang mencakup dalam al-Qur’an dan sunnah Rasul yang meliputi tiga prinsip pokok; akidah, akhlak dan
hukum-hukum,[10] yang biasa disebut dengan “syari’at Islam”. Syari’at biasa juga disebut dengan agama
(al-din atau al-millat).[11].

Dengan demikian, materi dakwah meliputi seluruh ajaran Islam dengan segala aspeknya dan hal ini
dijiwai dengan keberadaan Rasul Allah Saw. sebagai pembawa rahmat di alam ini sesuai dengan QS. al-
Ambiya’: 107. Mushthafa al-Maraghiy menjelaskan ayat ini merupaka prinsip ilahiyah, bahwa Tuhan
tiada mengutus Rasul-Nya dengan membawa agama yang lengkap dengan metode penjabarannya dari
syari’at serta hukum-hukum yang berhubungan dengan kebahagiaan dunia akhirat, melainkan sebagai
rahmat dan petunjuk bagi manusia seluruhnya mengenai urusan kehidupan dunia dan tempat
kembalinya (akhirat).[12] Hal ini sesuai denga Firman Allah dalam QS. al-Maidah: 67:

َ‫اس ِإ َّن هَّللا َ اَل يَ ْه ِدي ْالقَوْ َم ْالكَافِ ِرين‬


ِ َّ‫ك ِمنَ الن‬ َ ‫يَاَأيُّهَا ال َّرسُو ُل بَلِّ ْغ َما ُأ ْن ِز َل ِإلَ ْي‬
ِ ‫ك ِم ْن َربِّكَ َوِإ ْن لَ ْم تَ ْف َعلْ فَ َما بَلَّ ْغتَ ِر َسالَتَهُ َوهَّللا ُ يَ ْع‬
َ ‫ص ُم‬

Artinya :Hai Rasul, sampaikanlah apa yang di turunkan kepadamu dari Tuhanmu. Dan jika tidak kamu
kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak menyampaikan amanat-Nya. Allah memelihara
kamu dari (gangguan) manusia. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang
kafir.( Qs. Al-Maidah : 67)

Dengan demikian objek materi pokok dalam berdakwah adalah ajaran Islam itu sendiri, yang bertujuan
untuk mengajak manusia untuk meyakini dan mengamalkan ajaran Islam dalam kehidupannya demi
keselamatan dan kebahagiaan mereka di dunia dan di akhirat.

4 Metode Dakwah

Kata Metode berasal dari bahasa Yunani yaitu methodos yang berarti cara atau jalan.[13]
Metode berasal dari dua kata yaitu “meta” (melalui) dan “hodos”(jalan,cara).[14]. Dalam bahasa Jerman
methodica, artinya ajaran tentang metode Dalam bahasa Arab disebut dengan thariq,[16] manhaj.
Sedangakan dalam bahasa Indonesia kata “metode” mengadung pengertian cara yang teratur dan
berpikir baik-baik untu kmencapai maksud (dalam ilmu pengetahuan dsb); cara kerja yabg bersistem
untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan..Adapun yang
dimaksud dengan metode dakwah adalah cara atau jalan yang dilakukan dan ditempuh oleh para dai
dalam menyampaikan atau mendakwahkan ajaran Islam kepada umat (almaduin) melalui proses-proses
atau strategi tertentu.

Terkait dengan metode dakwah, maka al-Qur`an mengemukan berberapa prinsip dan strategi
dalam menyampaikan ajaran Islam (dinul haq) sebagaimana Firman Allah dalam surat, An-nahl 125.

Artinya:Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan
bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui
tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang
mendapat petunjuk.

Di lihat dari ayat di atas maka metode dakwah dapat di lihat dalam 3 konsep besar yaitu:
a) Hikmah, yaitu berdakwah dengan memperhatikan situasi dan kondisi sasaran dakwah dengan meitik
beratkan pada kemampuan mereka, sehingga didalam menjalankan ajaran-ajaran islam selanjutnya,
mereka tidak lagi merasa terpaksa atau keberatan.

b) Mau’izatul hasanah, yaitu berdakwah dengan memberikan nasihat-nasihat atau menyampaikan


ajaran-ajaran islam dengan rasa kasiih sayang, sehingga nasihat dan ajaran-ajaran islam yang
disampaikan itu dapat menyentuh hati mereka.

c) Mujadalah billati hiya ahsan, yaitu berdakwah dengan cara betukar pikiran dan membantah dengan
cara bertukar pikiran dengan tidak memberikan tekanan-tekanan dan tidak pula dengan menjalankan
yang menjadi sasaran dakwah.

5. Media Dakwah

Media dakwah (wassailull al-da`a) ialah alat obyektif yang menjadi saluran, yang menghubungkan ide
dengan umat, suatu elemen yang vital dan merupakan urat nadi dalam totaliteit dakwah. Kalau dilihat
secara eksplisit tidak ada penjelasan al-Qur’an tentang media atau alat apa saja yang dapat digunakan
untuk menyampaikan dakwah. Tetapi secara implisit banyak isyarat al-Qur’an tentang masalah media
ini. Antara lain Hamzah Ya’cub, mengelompokkan media dakwah tersebut kepada lima, yakni:

1.Lisan

Menurut Abdul Karim Zaidan, media lisan atau bahasa adalah media pokok dalam penyampaikan
dakwah Islam kepada orang lain. [20] Dalam al-Qur’an, ditemui isyarat tentang media lisan ini antara lain
dalam QS. 7: 158 dan 2: 104. Dalam beberapa ayat tersebut dinyatakan bahwa para Nabi telah
menyampaikan dakwahnya pertama kali dengan menggunakan media lisan secara langsung. Termasuk
dalam kelompok media ini antara lain khutbah, pidato, ceramah, kuliah, diskusi, seminar, musyawarah,
nasihat, pidato radio dan sebagainya, yang kesemuanya dilakukan dengan lidah atau bersuara .

2.Tulisan

Tulisan merupakan hasil dari uapaya dai dalam menuliskan sesuatu pesan yang dimungkinkan tulisan
tersebut dibaca dan digubris oleh para pencinta dakwah.Dapat pula dikatakan bahwa dakwah tulisan
adalah dakwah yang dilakukan dengan perantaran tulisan, seperti buku-buku, majalah, surat-surat
kabar, buletin, risalah, kuliah-kuliah tertulis, pamplet, pengumuman tertulis, spanduk dan sebagainya.

3.Lukisan

Lukisan yang dimaksud adalah gambar-gambar hasil seni lukis, foto, film cerita dan sebagainya. Media ini
memang banyak menarik perhatian orang dan banyak dipakai untuk menggambarkan suatu maksud
ajaran yang ingin disampaikan kepada orang lain. Namun sulit ditemukan isyaratnya dalam Al Quran.
4Audio-Visual

Audion visual merupakan kombinasi audio dengan visual yang bisa dijadikan sebagai salah suatu cara
penyampaian yang sekaligus merangsang penglihatan dan pendengaran. Bentuk ini dilaksanakan dalam
Televisi dan media jenis lainnya. Sama juga halnya dengan media nomor 3 tidak begitu jelas
diungkapkan dalam Al Quran.

5Akhlak (keteladanan).

Akhlak disini ialah prilaku yang tercermin dalam kehidupan sehari-hari dapat dijadikan media dakwah
dan sebagai alat untuk mencegah orang dari kemungkaran, atau juga yang akan mendorong orang lain
berbuat yang ma’ruf, seperti membangun mesjid, sekolah dan sebagainya, atau suatu perbuatan yang
menunjang terlaksananya syari’at Islam di tengah-tengah masyarakat.

2.4 Keutamaan Dakwah

Dakwah adalah kegiatan mengajak manusia untuk beriman dan bertakwa kepada Allah SWT. Dakwah
merupakan bukti ketaatan seorang Muslim dalam menyebarkan ajaran Islam. Berdakwah tidak hanya
sekedar menyampaikan ceramah di depan khalayak ramai, walau hanya sepatah kata kebaikan yang
disampaikan, itu termasuk dalam berdakwah.

Dengan berbagai kemudahan dan teknologi saat ini, berdakwah menjadi jauh lebih fleksibel dan efisien.
Sebagai seorang Muslim, hendaklah kita selalu berdakwah menyebarkan firman Allah. Sudah seharusnya
dakwah menjadi tujuan hidup manusia di dunia. Sebagaimana firman Allah SWT:

َ‫ال ِإنَّنِى ِمنَ ْٱل ُم ْسلِ ِمين‬ َ ٰ ‫َو َم ْن َأحْ َسنُ قَوْ اًل ِّم َّمن َدعَٓا ِإلَى ٱهَّلل ِ َو َع ِم َل‬
َ َ‫صلِحًا َوق‬

Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal
yang saleh, dan berkata: “Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang menyerah diri?” (Q.S.
Fushshilat : 33)

Begitu banyak keutamaan dalam berdakwah, diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Meneladani para rasul

Ketika sekolah, kita sering diperintahkan untuk menghapal nama-nama nabi dan rasul dan membaca
kisah teladan Nabi Muhammad. Masih ingatkah Anda dengan tugas para rasul? Para rasul adalah orang
yang diutus oleh Allah swt untuk melakukan dakwah kepada Allah. Sebagai umat Rasulullah SAW, kita
mendapatkan keutamaan dalam berdakwah, meneladani para rasul dalam menjalankan tugas mulianya
juga sebagai bukti keutamaan cinta kepada Rasulullah.
َ‫صي َر ٍة َأن َ۠ا َو َم ِن ٱتَّبَ َعنِى ۖ َو ُسب ٰ َْحنَ ٱهَّلل ِ َو َمٓا َأن َ۠ا ِمنَ ْٱل ُم ْش ِر ِكين‬
ِ َ‫قُلْ ٰهَ ِذِۦه َسبِيلِ ٓى َأ ْدع ُٓو ۟ا ِإلَى ٱهَّلل ِ ۚ َعلَ ٰى ب‬

Katakanlah: “Inilah jalan (agama)ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada
Allah dengan hujjah yang nyata, Maha Suci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik”.
(Q.S. Yusuf : 108 )

2.Amal yang terbaik

Dakwah merupakan amal yang terbaik karena meneruskan tugas mulia para nabi dan rasul dalam
menyebarkan agama Allah. Sayyid Quthb rahimahullah berkata dalam Fi Zhilal Al-Quran: “Sesungguhnya
kalimat dakwah adalah kalimat terbaik yang diucapkan di bumi ini, ia naik ke langit di depan kalimat-
kalimat baik lainnya. Akan tetapi ia harus disertai dengan amal shalih yang membenarkannya, dan
disertai penyerahan diri kepada Allah sehingga tidak ada penonjolan diri di dalamnya. Dengan demikian
jadilah dakwah ini murni untuk Allah, tidak ada kepentingan bagi seorang da’i kecuali menyampaikan.

Setelah itu tidak pantas kalimat seorang da’i disikapi dengan berpaling, adab yang buruk, atau
pengingkaran. Karena seorang da’i datang dan maju membawa kebaikan, sehingga ia berada dalam
kedudukan yang amat tinggi…” (Fi Zhilal Al-Quran 6/295).

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Sesungguhnya para ulama adalah pewaris para nabi,
dan para nabi tidaklah mewariskan dinar ataupun dirham, tetapi mewariskan ilmu. Barang siapa
mengambilnya, sungguh dia telah mengambil bagian yang sangat mencukupi.” ( HR. Abu Dawud )

Dari anas Ibnu Malik berkata : Rasulullah bersabda : sesungguhnya orang yang menunjukan kepada
kebaikan, maka baginya (pahala) seperti orang yang melakukan (kebaikan itu). “ ( HR. At-Tirmizi, hadist
Hasan Shahih )

3. Mendapat pahala yang besar

Meneruskan tugas mulia para nabi tentunya mendapatkan pahala yang besar. Pahala yang didapatkan si
pendakwah bukan hanya sampai di dakwah saja, bahkan ketika orang yang mendengar dakwah
menyampaikan isi dakwah kepada orang lain, maka pahalanya pun akan mengalir juga untuk si
pendakwah, begitulah seterusnya berulang-ulang hingga akhir dunia dan menjadi amal jariyah.

Sebagaimana sabda Rasul: “Siapa yang mencontohkan perbuatan baik dalam Islam, lalu perbuatan itu
setelahnya dicontoh (orang lain), maka akan dicatat untuknya pahala seperti pahala orang yang
mencontohnya tanpa dikurangi sedikitpun pahala mereka yang mencontohnya. Dan barangsiapa
mencontohkan perbuatan buruk, lalu perbuatan itu dilakukan oleh orang lain, maka akan ditulis baginya
dosa seperti dosa orang yang menirunya tanpa mengurangi mereka yang menirunya. (HR. Muslim dari
Jarir bin Abdillah ra).
Sabda Rasulullah SAW kepada Ali bin Abi Thalib: “Demi Allah, sesungguhnya Allah swt memberikan
hidayah kepada seseorang dengan (da’wah)mu, maka itu lebih baik bagimu dari unta merah.” (HR.
Bukhari, Muslim & Ahmad).

Di jaman Rasulullah SAW dalam sejarah agama Islam, unta merah merupakan kendaraan yang sangat
mewah kala itu. Dalam hadist di atas menjelaskan bahwa berdakwah jauh lebih baik ketimbang harta
apapun juga.

4.Penyelamat dari azab Allah SWT

Dikisahkan dalam Al-Quran, sebuah kisah tentang mereka yang berdakwah agar selamat dari azab Allah.

‫ت ِإ ْذ تَْأتِي ِه ْم ِحيتَانُهُ ْم يَوْ َم َس ْبتِ ِه ْم ُش َّرعًا َويَوْ َم اَل يَ ْس بِتُونَ ۙ اَل تَ ْأتِي ِه ْم ۚ َك ٰ َذلِكَ نَ ْبلُ وهُم‬
ِ ‫اض َرةَ ْٱلبَحْ ِر ِإ ْذ يَ ْع ُدونَ فِى ٱل َّس ْب‬ ْ ‫َو ْسـ َْٔلهُ ْم َع ِن ْٱلقَرْ يَ ِة ٱلَّتِى كَان‬
ِ ‫َت َح‬
۟
َ‫بِ َما كَانُوا يَ ْف ُسقُون‬

“Dan tanyakanlah kepada Bani Israil tentang negeri yang terletak di dekat laut ketika mereka melanggar
aturan pada hari Sabtu, di waktu datang kepada mereka ikan-ikan (yang berada di sekitar) mereka
terapung-apung di permukaan air, dan di hari-hari yang bukan Sabtu, ikan-ikan itu tidak datang kepada
mereka. Demikianlah Kami mencoba mereka disebabkan mereka berlaku fasik.” (Q.S. Al-A’raf:163).

Dari penggalan surah di atas, dapat disimpulkan bahwa dengan berdakwah, akan terlepasnya tanggung
jawabnya di hadapan Allah swt sehingga ia terhindar dari adzab Allah. Sebagaimana sabda Rasul:

“Perumpamaan orang yang tegak di atas hukum-hukum Allah dengan orang yang melanggarnya seperti
kaum yang menempati posisinya di atas bahtera, ada sebagian yang mendapatkan tempat di atas, dan
ada sebagian yang mendapat tempat di bawah. Mereka yang berada di bawah jika akan mengambil air
harus melewati orang yang berada di atas, lalu mereka berkata: “Jika kita membolongi bagian bawah
milik kita dan tidak mengganggu mereka..” Kalau mereka membiarkan keinginan orang yang akan
membolongi, mereka semua celaka, dan jika mereka menahan tangan mereka maka selamatlah
semuanya.” (HR. Bukhari).

5. Jalan menuju khairu ummah

Khairu ummah adalah umat terbaik yang pernah ada, seperti yang telah disebutkan dalam Al-Quran:

ِ َ‫ُوف َوتَ ْنهَ وْ نَ ع َِن ْٱل ُمن َك ِر َوتُْؤ ِمنُ ونَ بِٱهَّلل ِ ۗ َولَ وْ َءا َمنَ َأ ْه ُل ْٱل ِك ٰت‬
َ‫ب لَ َك انَ َخ ْي رًا لَّهُم ۚ ِّم ْنهُ ُم ْٱل ُمْؤ ِمنُ ون‬ ْ َ‫اس تَْأ ُمرُون‬
ِ ‫بِٱل َم ْعر‬ ْ ‫ُكنتُ ْم خَ ي َْر ُأ َّم ٍة ُأ ْخ ِر َج‬
ِ َّ‫ت لِلن‬
َ‫َوَأ ْكثَ ُرهُ ُم ْٱل ٰفَ ِسقُون‬
“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan
mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih
baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang
yang fasik.” (Q.S. Ali Imran:110)

Rasulullah SAW telah berhasil mengubah masyarakat jahiliyah menjadi umat terbaik sepanjang zaman
dengan dakwahnya. Beliau juga terus mencetak para penerus dakwahnya untuk membentuk basis dan
cikal bakal masyarakat terbaik di Madinah (Anshar). Dan dengan dakwahlah kita bisa kembali bangkit
menuju kejayaan sebagai khairu ummah.

Anda mungkin juga menyukai