Anda di halaman 1dari 11

DAKWAH SEBAGAI KEWAJIBAN DAN DAKWAH SEBAGAI ILMU

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas Ilmu Dakwah


Dosen pengampu: Dra Hj. Maryatin, M.Pd

Di susun oleh:
Nur Rahmawati
Joko Santoso
Irfan Nur Kholis (43010180077)

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM


FAKULTAS DAKWAH INSTITUSI AGAMA ISLAM NEGERI
SALATIGA
2018
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manusia tidak dapat dipisahkan dengan alam sekitarnya. Bahkan alam sekitar
itulah yang paling banyak membentuk manusia. Manusia dapat mengerti bahasa yang
dapat meningkatkan kecerdasannya adalah juga alam sekitar, di samping konstruksi tubuh
yang memungkinkannya. Akal manusia akan menjadi tajam untuk membandingkan yang
buruk dengan yang baik, antar lain juga karena alam sekitar.
Supaya jangan terpengaruh oleh kejahatan dan keburukan itu. Setiap waktu orang
bisa bertengkar dalam mendefinisikan yang baik dan yang buruk. Tetapi bagi Islam hal itu
telah jelas. Yang baik ialah yang diridhai Allah SWT dan yang buruk ialah apa yang telah
dilarang-Nya.Salah satu unsur alam yang dapat mempengaruhi menuju kebaikan ialah
da’wah, dan bagi kaum Muslimin tetntu adalah da’wah islamiyah. Da’wah dapat
diucapkan, dituliskan, digambarkan, diperagakan, dilakukan, diisyaratkan, dan
sebagainya. Menurut tingkat kesanggupan manusia yang melakukan untuk mencapai daya
guna yang setinggi-tingginya.
Kemudian da’wah dalam arti pengembangan menghendaki adanya lembaga
sebagai penopang karena usaha da’wah meliputi semua segi kehidupan manusia.
Pengembangan da’wah tidk bisa dilakukan oleh perorangan, tetapi kerja kolektif. Da’wah
mendapat sentuhan baru melalui manajemen organisasi istilah yang familiar dengan
sebutan manajemen da’wah. Ditinjau bagaimana da’wah dapat dikelola secara kolektif,
terorganisir, dan mampu menyelesaikan permasalahan ummat dalam cakupan yang lebih
luas dan beragam.
Dan di dalam Al-Qur’an telah banyak yang menjelaskan tentang kewajiban
berdakwah. Imam Al-Ghazali berpendapat bahwa da’wah merupakan kewajiban, sebab
dalam Q.S Ali Imran (03):104 tersebut dijelaskan bahwa kebahagiaan manusia terkait
dengan pelaksanaan amar ma’ruf nahi munkar. Para ulama setuju bahwa hukum da’wah
adalah wajib, namun mereka tidak sepakat wajubnya itu masuk dalam wajib (fardhu) ‘ain
atau wajib (fardhu kifayah. Sebagian menilai bahwa bahwa hukum da’wah itu bersetatus
fardhu kifayah, sedangkan yang lain berpendapat sebagai fardhu ain.
Dari dua kelomppk pendapat tersebut, yaitu ada yang berpendapat wajib kifayah
dan ada yang berpendapat wajub ain, penulis cenderung bahwa dakwah hukumnnya wajib
ain, dalam arti setiap orang muslim wajub melakukan da’wah sesuai dengan kemampuan
yang dimiliki, misalnya bisanya baru menyampaikan atau mengajari membaca Al-Qur’an,
mestinya ia mengajarkan membaca Al-Qur’an tersebut walaupun mulai dari huruf
hijaiyyah. Pendapat penulis in diperkuat dengan hadizt yang disebutkan sebelumnya
bahwa Nabi pernah memberitahukan kepada para sahabatnya agar menyampaikan ajaran
Nabi Muhammad Saw. Walaupun hanya satu ayat. Hal ini menunjukan bahwa betapapun
sedikitnya kemampuan seorang muslim, wajib mwnyampaikan kepada orang laijn yang
belum mengerti.

B. Rumusan Masalah
Ada lima masalah yang akan di kaji dalam makalah ini.
1. Apakah definisi dakwah?
2. Apakah dasar hukum dakwah sebagai kewajiban?
3. Apakah prinsip dan unsur-unsur dakwah?
4. Bagaimanakah hubungan dakwah sebagai ilmu?

C. Tujuan masalah
1. Mengetahui definisi dakwah.
2. Mengetahui dasar hukum dakwah sebagai kewajiban.
3. Mengetahui unsur-unsur dakwah terhadap manusia.
4. Untuk mengetahui arti dari ilmu
5. Untuk mengetahui dakwah sebagai sumber ilmu.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Dakwah
Secara termonologis dakwah Islam telah banyak didefinisikan oleh para ahli.
Sayyid Qutb diberi batasan untuk mengajak atau menyeru kepada orang lain masuk
kedalam sabil Allah swt. Bukan untuk mengikuti dai atau sekelompok orang. Ahmad
ghusuli menjelaskan bahwa dakwah merupakan pekerjaan atau ucapan untuk
mempengaruhi manusia untuk mengikuti islam. Abdul al badi shadar membagi dakwah
menjadi dua tataran yaitu dakwah fardiah dan dakwah ummah. Sementara itu abu zahrah
menyatakan bahwa dakwah itu dapat dibagi menjadi dua hal ;
Pelaksana dakwah, perseorangan dan organisasi. Sedangkan Ismail al Farukari
mengungkapkan bahwa hakikat dakwah adalah kebebasan, universal, dan rasional. Dan
kebabasan inilah menunjukkkan bahwa dakwah itu bersifat universal ( berlaku untuk
semua umat dan sepanjang masa). Pada intinya, pemahaman lebih luas dari pengertian
dakwah yang telah didefinisikan oleh para ahli tersebut adalah: Pertama, ajakan ke jalan
Alah SWT. Kedua, dilaksanakan secara organisasi. Ketiga, kegiatannn untuk
mempengaruhi manusia agar masuk jalan Allah SWT. Keempat, sasaran bisa secara
fardiyah atau jama’ah.

B. Dasar Hukum Dakwah


1. Konsep Dakwah Menurut Al-Qur’an
Kata dakwah berulang kali disebut dalam Al-Qur’an dengan segala perubahannya.
Dilihat dari segi makna, kata dakwah dakwah yang tertulis dalam Al-Qur’an mempunya
banyak makna, seperti yang tertulis pada QS. Al-Isra ayat 110 yang mengandung makna
penamaan, dan yang tertulis dalam QS. Maryam ayat 48 yang mengandung makna ibadah,
dan mengandung makna penisbatan seperti yang tertulis dalam QS. Maryam ayat 91,
bermakna permintaan bantuan dan pertolongan seperti yang terkandung dalam QS. Al-
Baqrah ayat 23, dan juga bermakna panggilan atau seruan yang terkandung pada: QS. Al-
Ma’arij ayat 17, qs. Al-Imran ayat 10, dan QS. An-Nahl ayat 125. Maka perbedaan makna
ini menurut penulis lebih kepada perbedaan uslub atau gaya bahasa yang digunakan.
Adapun dalam konteks ini makna dakwah yang akan di tekankan adalah makna dakwah
sebagai seruan, panggilan dan ajakan kepada orang lain atau sekelompok orang untuk
melakukan kebaikan di jalan Allah dan menjauhi larangan Allah.
Penyebutan kata dakwah dalam Al-Qur’an secara berulang kali dengan berbagai
perubahan maknanya menunjukkan betapa pentingnya dakwah dalam kehidupan manusia
khususnya bagi umat islam. Dalam hal ini Al-Qur’an mempunyai arti penting bagi
pengembangan dakwah baik secara praktis maupun keilmuan, yang meliputi:
a. Al-Qur’an sebagai landasan teologis dan hukum. Al-Qur’an sebagai landasan
teologis artinya bahwa dakwah merupakan bagian dari ajaran Islam yang
harus diyakini kebenaranya dan menjalankan tugas dakwah merupakan bagian
dari aplikasi keyakinan yang bernilai ibadah.
b. Memberikan inspirasi pengembangan prinsip-prinsip dakwah secara praktis,
misalnya, prinsip yang menjadi pijakan berdakwah bahwa tujuaan pertama
dakwah adalah terbentuknya umat yang terbaik.
c. Prinsip kaderisasi dakwah (QS. Yusuf: 108), bahwa dakwah nabi terbatas
terbatas dengan umur dan dalam kurun waktu tertentu, sedangkan dakwah
harus terus berjalan. Maka penerus dakwah Nabi SAW adalah para sahabat,
tabi’in, dan seterusnya dilanjutkan oleh para ulama dan da’i. alasannya adalah
karena ulama merupakan pewaris Nabi dan ulama merupakan golongan
hambba Allah yang paling taku dan taat kepada-nya.
d. Al-Qur’an menjadi sunber materi utama dalam berdakwah (QS. Al-Ahzab:
39) dan (QS. Al-Maidah: 67), dan materi tersebut kemudian dijabarkan dalam
rincian: aqidah, syari’ah, ibadah, akhlak, muamalah, dan lain-lain yang secara
oprasional akan dijabarkan oleh Da’i menurut kompetensi dan keahliannya
masing-masing.
Dakwah disampaikan dengan nada dan gaya tertentu, sebagaimana di dalam Al-
Qur’an dapat ditemukan beberapa bentuk dahwa yaitu amar ma’ruf dan nabi munkar,
artinya memerintah seseorang atau kelompok orang untuk melakukan perintah Allah SWT
dengan melaksankan perbuatan baik dan meninggalkan maupun membrantas larangan
yang melanggar hukum (QS. Al-Imran: 104 dan 110). Bentuk-bentuk dakwah dalam Al-
Qur’an adalah sebagai berikut:
a. Tadzkir, adalah dakwah dengan cara mengingatkan kepada orang lupa supaya
kembali kepada jalan yang benar (QS. Adz-Dzariyat: 55).
b. Nadzkir, yaitu memberi peringatan dengan menyampaikan kabar yang
menkutkan (QS. Al-Maidah: 15, dan Yasin: 6).
c. Basyir, yaitu memberi peringat dengan cra menyampaikan kabar yang
menyenangkan (QS. Al-Baqarah: 155).
d. Islhah, mendamaikan dua orang atau kelompok yang sedang berselisih atau
sedang terjadi konflik (QS. Al-Hujurat: 13).
e. Nashihah, yaitu dengan memberi nasehat kepada seseorang baik diminta
maupun tidak diminta (QS. Al-Ashr: 3).
2. Konsep Dakwah Menurut Hadizt
Sebagai sumber kedua dari pembahasan dakwah, Hadizt secara teoritis maupun
praktis juga menjadi landasan teologis sebagaimana Alquran. Di samping itu Hadizt juga
menjadi landasan hukum meliputi materi pokok, sumber inspirasi, dan motifasi dari
mengembangkan dakwah. Sebagai landasan teologis, dakwaah merupakan bagian daari
ajaran Islam yang harus diyakini kebenarannya dan wajib dilaksakan, bahkan Nabi
memberi contoh bahwa hidupnya diabdikan utuk berdakwah.
Dari uraian di atas perintah untuk berdakwah dijelaskan antara lain dalam:
a. (Ali-Imran: 104).
“Dan hendaklah diantara kamu ada segolongan orang yang menyeru kepada
kebajikan, menyuruh (berbuat) yang ma'ruf, dan mencegah dari yang
mungkar. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung”.
b. Q.S al-Nahl (16): 125
“serulah (manusia) kepada jalan tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran
yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya
tuhanmu dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari
jalan-nya dan dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat
petunjuk”.
c. Q.S al-Maidah (5): 67
“Hai rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari tuhanmu. Dan
jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti kamu tidaak
menyampaikan amanatnya. Allah memelihara kamu dari gangguan manusia.
Sesungguhnya Allah tidak memberi petuntuk kepada orang-orang kafir”.

C. Unsur dan Prinsip Dakwah


1. Unsur-unsur Dakwah
Dalam kegiatan atau aktivitas dakwah perlu diperhatikan unsur-unsur yang
terkandung dalam dakwah atau dalam bahasa lain adalah komponen-komponen yang
harus ada ada dalam setiap kegiatan berdakwah. Dan desain pembentuk tersebut meliputi:
a. Dai
Dai adalah orang yang melaksanakan dakwah baik secara lisan maupun
tulisan ataupun perbuatan dan baik secara individu, kelompok atau bentuk
organisasi atau lembaga. Maka, yang dikenal sebagai dai atau komunikator
dakwah itu dapat dikelompokkan menjadi :
Secara umum adalah setiap muslim atau muslimat yang mukallaf (dewasa)
dimana bagi mereka kewajiban dakwah merupakan suatu yang melekat, tidak
terpisahkan dari misinya sebagai penganut islam, sesuai dengan perintah:
”sampaikan walau satu ayat”.
Secara khusus adalah mereka yang mengambil keahlian khusus (mutakhasis)
dalam bidang agama islam, yang dikenal dengan panggilan ulama.
b. Mad’u
Mad’u adalah manusia yang menjadi mitra dakwah atau menjadi sasaran
dakwah atau manusia penerima dakwah, baik secara individual, kelompok,
baik yang beragama islam maupun tidak, dengan kata lain manusia secara
keseluruhan.
c. Materi atau pesan dakwah
Materi atau pesan dakwah adalah isi atau pesan yang disampaikan dai kepada
mad’u. pada dasarnya pesan dakwah itu adalah ajaran islam itu sendiri.
d. Media dakwah
Alat-alat yang dipakai untuk menyampaikan ajaran islam.
e. Efek dakwah
Efek dalam ilmu komunikasi biasa disebut dengan feed back(umpan balik)
adalah umpan balik dari reaksi proses dakwah.
f. Metode dakwah
Metode dakwah adalah cara-cara yang dipergunakan dai untuk menyampaikan
pesan dakwah atau serentetan kegiatan untuk mencapai tujuan dakwah.
2. Prinsip- prinsip dakwah
Masyarakat dakwah khususnya dai harus juga memahami prinsip-prinsip dakwah.
Prinsip-prinsip tersebut menurut Achmad Mubarok dalam pengantarnya dibuku Psikologi
Dakwah terangkum dalam:
a. Berdakwah itu harus dimulai dari diri sendiri (ibda’ binafsi) dan kemudian
menjadikan keluarganya sebagai contoh bagi masyarakat. Qu anfusakum wa
ahlikum nara (QS 66:6)
b. Secara mental dai harus siap menjadi ahli waris para nabi yakni mewarisi
perjuangan yang beresiko, al’ulama’ waratsat al ambiya’.
c. Dai harus menyadari bahwa masyarakat membutuhkan waktu untuk dapat
memahami pesan dakwah.
d. Dai harus juga menyelami alam pikiran masyarakat sehingga kebenaran islam
tidak disampaikan dengan menggunakan logika masyarakat , sebagaimana
pesan rasul khatib an-nas al qadri ‘uqulihim.
e. Dalam menghadapi kesulitan, dai harus bersabar, jangan bersedih atas
kekafiran masyarakat dan jangan sesak napas terhadap tipu daya mereka (QS
16:27)
f. Citra positif dakwah akan sangat melancarkan komunikasi dakwah,
sebaliknya citra buruk akan membuat semua aktifitas dakwah menjadi
kontradiktif.
g. Dai harus memperhatikan tertib urutan pusat perhatian dakwah, yaitu prioritas
pertama berdakwah dengan hal-hal yang bersifat universal yakni al-khair
h. ( kebajikan), yad’una ila al-khair, baru kepada amr ma’ruf dan kemudian nahi
munkar (QS 3:104).

D. Dakwah Sebagai Ilmu


Secara umum ilmu dalam Islam dapat di klarifikasikan ke dalam tiga kelompok
yang meliputi; metafikisa yang menempati posisi tertinggi, disusul oleh matematika, dan
terahir ilmu-ilmu fisik. Jalaludi Rahmat mengatakan bahwa dakwah dan pengetahuan
adalah fenomena sosial yang dirangsang oleh nash-nash agama islam. Fakta-fakta sosial
tersebut dapat dikaji secara empiris terutama pada aspek penyampaiannyadakwah serta
internalisasi nilai agama bagi penerima dakwah. Dakwah yang demikian itu baik, yang
mana dilakukan secara perorangan atau kelompok, ataupun lembaga yang melakukan
dengan menggunakan bebagai media, pendek kata yaitu dakwah dengan segala
problematikanya, itu jiga merupakan kenyataan sosial yang dapat diamati sehingga akan
memunculkan sebuah pengetahuan. Ilmu dakwah menurut Toha Yahya Umar adalah ilmu
pengetahuan yang berisi cara-cara dan tuntunan bagaimana seharusnya menarik perhatian
manusia untuk menganut, menyetujui, melaksanakan suatu ideologi, pendapat ataupun
pekerjaan tertentu. Ilmu dakwah selalu membutuhkan bantuan ilmu-ilmu pengetahuan
lainnya di dalam memahami objek study materi dan objek study formalnya. Bentu k
kerjasama atau keterkaitan antara ilmu dakwah dengan ilmu pengetahuanlainnya antara
lain dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Ilmu Tafsir
Hubungan tafsir dengan ilmu dakwah adalah dengan adanya mempelajari ilmu
tafsir kita dapat mengetahui isi yang terkandung dalam al-Quran, dan lebih mudah untuk
disampaikan kepada orang lain. Bagi seorang da’I sangat membutuhkan ilmu yang mana
pada ilmu tersebut banyak terkandung beberapa percikal ilmu pengetahuan penting untuk
menjadi bahan bicara seorang da’I dan untuk menjelaskan tentang ayat-ayat al-Quran
yang akan di sampaikan oleh da’i.
2. Ilmu Fiqh
Hubungan ilmu fiqh dengan ilmu dakwah untik menjelaskan tentang hukum syara’
aqidah islam, hukum-hukum agama dan lainnya. Sebagai materi seseorang da’I
menyampaikan dakwahnya di khalayak masyarakat dan media komunikasi.
3. Ilmu Tauqid
Hubungan ilmu tauqid dengan ilmu dakwah antara lain ilmu keimanan, ketauhidan
dan lain sebagainya.
4. Psikologi
Ilmu yang berkaitan dengan mental, baik normal maupun abnormal dan
pengaruhnya pada perilaku ilmu pengetahuan tentang gejala dan kegiatan jiwa. Sehingga
seorang da’I perlu memotifasi tentang psikologi untuk mengetahui keadaan seorang
pendengar sehingga nyaman dalam menyampaikan materi dan untuk mengetahui jenis dan
sifat manusia yang dihadapi.
Oleh karena itu, da’I sebagai komunikator agar dapat berkomunikasi dengan
komunikannya dengan efektif dan sesui dengan apa yang diharapkan, maka ia harus
berpengetahuan dan memahami bidang psikologi, karena dengan memahami pengetahuan
ini ia akan dapat bersikap bijaksana dan panytang putus asa dalam menghadapi
komunikannya yang sikap kepribadiannya beraneka ragam.
5. Pendidikan
Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau
kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan
pelatihan. Dalam pemngajaran dan pelatihan ini juga termasuk tugas seorang da’I dalam
memasukan aqida-aqidah islam kedalam jiwa manusia.
6. Sejarah
Sejarah dalam arti kata digunakan untuk mengetahui masa lampau berdasarkan
fakta-fakta dan bukti-bukti yang sahih bagi membolehkan manusia memperkayakan
pengetahuan supaya waktu sekarang dan akan mendatang dengan cerah. Dengan itu akan
tumbuh sikap waspada dalam arti semua kelomoknmasyarakat karena melalui
pembelajaran sejarah, ia dapat membentuk sikap tersebut terhadap permasalahan yang
dihadapi agar peristiwa-peristiwa yang berlaku pada masa lampau dapat dijadikan
pelajaran yang bermanfaat. Ilmu dakwah juga membutuhkan serta hubungannya dengan
sejarah karena banyak sekali ilmu dan pengalaman yang kita dapati dari sejarah tersebut.
7. Komunikasi
Kegiatan dakwah adalah kegiatan komunikasi, dimana da’I mengkomunikasikan
pesan kepada obyek atau madd’u perorang. Secara teknis dakwah adalah komunikasi
antara da’I dengan mad’u. semua hukum yang berlaku dalam komunikasi berlaku juga
dalam dakwah. Dan dakwah juga bisa melalui komunikasi seperti berdakwah khutbah,
tabligh akbar, media massa, dan jejaring sosial.
Pengertian ilmu sering dikacaukan dengan pengertian pengetahuan. Pengetahuan
adalah kesan yang terdapat di dalam pemikiran manusia sebagai hasil hasil sentuhan
dengan obyek tertentu. Kesan itu kemudian diberi lambing dalam wujud kata atau lukisan
dalam wujud untaian kata-kata. Sedangkan ilmu adalah sejumlah pengetahuan yang
tersusun secara sistematis, logis, hasil pemikiran manusia, obyektif atau dapat diuji oleh
siapapun. Senada dengan pendapat di atas, soekanto mengemukan unsur-unsur elemen
yang merupakan bagian-bagian dari ilmu antara lain: pengetahuan (knowledge), tersusun
secara sistematis, menggunakan pemikiran, dapat dikontrol secara kritis oleh orang lain
atau umum (obyektif).ilmju merupakan kumpulan pengetahuan, dimana pengetahuan
merupakan hasil tahu manusia terhadap sesuatu atau hasil manusia untuk memahami
obyek tertentu, ilmu di samping merupakan kumpuln pengetahuan, juga harus
nmempunyai obyek dan metode (cara kerja) tentu yang sifatnya umum. Sedangkan
menurut amrullah ahmad, ilmu adalah kumpulan pengetahuan yang tersusun secara
sisrematis sebagai hasil belajar manusia terhadap ayat-ayat allah dengan tujuan untuk
beribadah kepada Allah mencari kebenaran, untuk kesejahteraan hidup di dunia dan agar
semakin bertaqwa kepada Allah SWT.

E. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan dalam makalah, maka dapat disimpulkan bahwa:
Pertama, dakwah merupakan kewajiban bagi setiap manusia yang beriman karena
dakwah ialah suatu proses penyampaian, ajakan atau seruan kepada orang lain atau
kepada masyarakat agar mamu memeluk, mempelajari dan mengamalkan ajaran agama
secara sadar, sehibgga membangkitkan dan mengembalikan potensi fitri mereka, yang
pada akhirnya dapat bahagia di dunia dan di akhirat.
Kedua, setiap pribadi muslim yang berakal, naik laki-laki maupun perempuan
memiliki kewajiban untuk mengembang tugas dakwah. Setiap individu dari umat Islam
dianggap sebagai penyambung tugas Rasullallah SAW untuk menyampaikan dakwah.
Ketiga, berdakwah adalah tugas yang mulia dalam pandangan Allah SWT.
Sehingga dengan dakwah tersebut Allah menyepatkan predikat khoiru ummah (sebaik-
baik umat) kepada umat nabi Muhammad SAW. Dan di dalam al-quran telah di jelaskan
ayat yang menjelaskan tentang kewajiban berdakwah seperti yang terkandung dalam QS.
Al-Nahl (16): 125
Yang berarti: (Serulah manusia kepada jalan tuhanmu dengan hikmah dan
pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya
tuhanmu dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan
dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk).
Keempat, dalam berdakwah tentunya tidak akan luput dari ilmu karena dalam
berdakwah membahas tentang bentuk-bentuk penyampaian syariat islam kepada
seseorang atau sekelompok orang terutama mengenai bagaimana seharusnya menarik
manusia agar bisa menerima dan mengamalkan ajaran agama secara benar, dan dakwah
tentunya akan membutuhkan ilmu lain sebagai bantuan atau penunjang materi-materi
dalam berdakwah.

Daftar Pustaka

Ilaihi, wahyu. 2010. “KOMUNIKASI DAKWAH”. Bandung. PT REMAJA


ROSDAKARYA.
Omar, Toha. 1983. “ILMU DA’WAH”. Jakarta. Widjaya Jakarta.
Budhiharjo. 2007. “DAKWAH DAN PENGATASAN KEMISKINAN”. Yogyakarta.
M. Rosyid Ridla, Afif Rifa’I, Suisyanto. (PENGANTAR ILMU DAKWAH). Artikel.
Yogyakarta. Samudra Biru.
Tadris. 2008. “ILMU PENGETAHUAN DALAM ISLAM”. Jurnal. Volume 3. Nomor 2.

Anda mungkin juga menyukai