Anda di halaman 1dari 25

BAB I

A. PENDAHULUAN

Alhamdulillah dengan rahmat Allah penulis bias menyajikan diktat pendidikan


ilmu da’wah ini yang memberikan kemudahan belajar bagi siswa dalam
memahami da’wah dengan berbagai seginya, karena disajikan dengan cara yang
sesuai dengan karakter pelajar. Diktat ini disusun dengan reference dari berbagai
buku yang mendukung.

Di dalam kehidupan manusia tidak terlepas dari komunikasi antar sesama baik
secara sederhana/biasa atau juga secara resmi dalam acara-acara yang sudah
disusun rapi dan terencana, maka disini diperlukan suatu cara bicara atau
komunikasi bagaimana yang diajak bicara itu memahami apa yang kita bicarakan.
Maka diperlukan suatu methode yang baik dalam berkomunikasi dan disinilah
perlunya ilmu yang disebut ilmu komunikasi atau rethorica. Dalam makalah ini
disajikan secara singkat dan jelas bagaimana kita dalam memformulasi
pembicaraan.

Tidak sedikit orang mengatakan bahwa da’wah adalah kewajiban orang yang
mempunyai keahlian saja pendapat ini bias kita benarkan selama da’wahnya itu
bersifat resmi, contoh ceramah/pidato di acara-acara peringatan hari besar Islam
atau acara-acara yang lain yang memerlukan kesiapan dan persiapan yang baik.
Akan tetapi perlu diketahui bahwa da’wah secara tidak resmi dan waktunya juga
berlangsung terus, maka kewajiban da’wah dikenakan kepada setiap individu atau
setiap orang Islam baik itu laki-laki maupun perempuan. Hal ini dibuktikan
dengan sustu hadits yang diriwayatkan oleh imam bukhari yang berbunyi :
)Balliguu anni walau ayatan( َ ‫َبلِّغُ ْو‬
ً‫اعىِّن َولَ ْوأيَة‬
Artinya: Sampaikanlah dari padaku walaupun hanya satu ayat.

Satu “ayat” dalam hadits tersebut menurut penulis adalah segala sesuatu yang
bermanfaat apabila diberikan kepada orang lain, sesuai dengan kemampuan orang
tersebut dilihat dari berbagai seginya.

B. PENGERTIAN DA’WAH
1. Arti da’wah menurut bahasa atau etimilogi berasal dari bahasa arab yaitu
ً‫ع – َد ْع َوة‬
ُ ‫ دَعى – ىَ ْد‬yang artinya memanggil, mengajak tau menyeru. Arti ini
sering dijumpai dalam al qur’an seperti :
          
  
       
Artinya : Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang Al Quran yang Kami
wahyukan kepada hamba Kami (Muhammad), buatlah[31] satu surat (saja)
yang semisal Al Quran itu dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah,
jika kamu orang-orang yang benar.

Ayat ini merupakan tantangan bagi mereka yang meragukan tentang


kebenaran Al Quran itu tidak dapat ditiru walaupun dengan mengerahkan
semua ahli sastera dan bahasa karena ia merupakan mukjizat Nabi
Muhammad s.a.w.
2. Arti da’wah menurut istilah (semantik)
Da’wah menurut istilah mempunya beberapa arti yang beraneka ragam.
Banyak para ahli berpendapat sesuai dengan kemampuan masing-masing
sehingga terkadang berbeda kalimat tetapi masih dalam tujuan yang sama
yaitu tujuan da’wah menurut istilah. Diantara pendapat para ahli tentang
pengertian da’wah menurut istilah yaitu :
a. Menurut Drs. Hamzah yaqub dalam bukunya ‘publisistik islam‘
memberikan pengertian: ‘mengajak umat manusia dengan hikmah
kebijaksanaan untuk mengikuti petunjuk Allah dan Rasul‘ (47 : 9)

b. Menurut Team Proyek Penerangan Bimbingan dan Da’wah Agama Islam


Pusat Departemen Agama RI dalam buku ‘Metodologi dakwah kepada
suku terasing hal. 4 berbunyi: ‘Setiap usaha yang mengarah untuk
memperbaiki suasana kehidupan yang lebih baik dan layak sesuai dengan
kehendak dan tuntunan kebenaran.’

Dengan demikian pengertian da’wah yang bersifat pembinaan adalah suatu


usaha mempertahankan, melestarikan dan menyempurnakan umat manusia
agar mereka tetap beriman kepada Allah, dengan menjalankan syaiat-
syariatNya sehingga menjadi manusia yang bahagia dunia dan akhiratnya.
Sedangkan pengertian da’wah yang bersifat pengembangan yaitu usaha
mengajak umat manusia yang belum beriman kepada Allah agar mentaati
syariat-syariatNya (memeluk agama Islam) supaya hidup bagai dunia dan
akhiratnya juga.
Orang yang memanggil, mengajak atau menyeru untuk melaksanakan
da’wah disebut “DA’I“ jika yang menyerunya banyak maka disebut
“Du’ah” (kumpulan para dai)

C. DASA NAMA DA’WAH

Istilah da’wah memiliki nama-nama lain yang sepadan atau sama pengertian dan
maksudnya yaitu :

1. Tabligh/menyampaikan

Istilah tabligh ini sudah popular di masyarakat, bahkan istilah ini lebih
populer dari pada kata da’wah, walaupun artinya dan maksudnya sama.

Tabligh berasal dari kata:


‫ َتْبلِْيغًا‬- ‫َبلَّ َغ – يَُبلِّ ُغ‬
Artinya:
menyampaikan ajaran Allah dan rasulNya kepada orang lain. Orang yang
menyampaikan sesuatu itu disebut “muballigh”.

2. Amar ma’ruf nahi munkar


Amar ma’ruf artinya memerintahkan yang baik, sedangkan nahi munkar
artinya melarang kepada perbuatan yang munkar/jelek.
Tertulis dalam surat Ali Imran: 104 berbunyi:
      
      
 
Artinya: Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru
kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang
munkar merekalah orang-orang yang beruntung.

Ma'ruf: segala perbuatan yang mendekatkan kita kepada Allah; sedangkan


Munkar ialah segala perbuatan yang menjauhkan kita dari pada-Nya.

3. Washiyah, Nashihah dan khotbah

Tiga kata di atas itu mempunyai arti yang sama yaitu memberi nasehat kepada
orang lain supaya menjalankan syariat Allah swt.

4. Jihadah

Jihadah berasal dari kata:


‫ ِج َه َاد ًة‬- ‫اه ُد‬
ِ ‫جاه َد – جُي‬
َ ََ
Artinya: berperang atau berjuang untuk membela agama Allah.

5. Maoidzoh dan mujadalah

Maoidzoh banyak yang memberi arti dengan nasehat, pelajaran atau


pengajaran sedangkan mujadalah diartikan dengan berdebat atau diskusi.

6. Tadzkiroh atau indzar

Tadzkiroh artinya peringatan sedangkan indzar artinya memberi peringatan


kepada umat manusia agar terhindar dari segala macam bahaya.

7. Rethorica

Bentuk dan nama yang ketujuh ini akan dijelaskan dibelakang dengan
pembahasan yang khusus.

D. HUKUM BERDA’WAH

Hukum Da’wah

Berda’wah dengan segala bentuknya sesuai dengan kemampuan adalah wajib


hukumnya bagi setiap muslim, baik laki-laki maupun perempuan.

Keuntungan orang yang berda’wah

Hukum berda’wah adalah wajib berarti diharuskannya dilakukan. Bila tidak


dilakukan maka berdosa dan apabila dilakukan maka mendapat pahala.
Sebagaimana disebutkan dalam al qur’an surat Ali Imran : 110 berbunyi :

       


 
         

     
Artinya: Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia,
menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman
kepada Allah. Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka,
di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang
yang fasik.

Ancaman bagi orang yang meninggalkan da’wah

Bagi orang yang meninggalkan da’wah bukanlah kebaikan yang akan didapat
akan tetapi azab Allahlah yang akan mereka dapatkan, sebagaimana sabda rasul
saw yang artinya berbunyi:
“Demi Allah yang aku diutus olehNya, wajiblah kamu sekalian menyuruh berbuat
yang ma’ruf dan mencegah berbuat yang munkar. Jikalau kamu tidak mau maka
akan datanglah kepadamu siksaan dari Tuhanmu, sehingga kalau kamu berdoa,
doa kamu tidak akan dikabulkan Tuhan.“ (H.R. Atturmudzi dari Huzaifah ra)

E. MATERI DA’WAH

Bila kita perhatikan materi da’wah itu termaktud dalam tiga kategori besar yaitu :

1. Masalah keimanan (aqidah) yaitu berda’wah membahas atau menerangkan


tentang keyakinan, kepercayaan atau aqiadah. Yang termasuk dalam hal ini
adalah yang erat hubungannya dengan masalah keyakinan atau rukun iman.
2. Masalah keislaman/syariah yaitu yang berhubungan erat dengan masalah
aturan-aturan yang harus dilakukan dalam agama.
3. Masalah akhlak (budi pekerti) yaitu menerangkan bagaimana manusia harus
berbudi dan berakhlak yang baikdalam mengarungi kehidupannya.

F. TUJUAN DA’WAH

Dalam segala seuatu kegiatan selalu ada tujuan yang hendak dicapai, tidak
terkecuali dalam ilmu da’wah. Tujuan ilmu da’wah yaitu nilai tertentu yang
diharapkan dapat dicapai atau diperoleh dengan jalan melakukan penyelenggaraan
da’wah. Di dalam tujuan da’wah akan dipelajari tujuan khusus dan tujuan umum.

a. Tujuan umum (mayor objectiva) yaitu mengajak umat manusia, baik orang
mumin maupun orang kafir atau musyrik kepada jalan yang benar yang
diridhoi Allah swt agar dapat hidup bahagia di dunia dan di akhirat.
Sebagaimana firman Allah surat al maidah ayat 67 berbunyi :
          
          
     
Artinya: Hai rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari
Tuhanmu. dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti)
kamu tidak menyampaikan amanat-Nya. Allah memelihara kamu dari
(gangguan) manusia. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada
orang-orang yang kafir.

b. Tujuan khusus (minor objectiva) yaitu mengajak umat manusia yang sudah
riman supaya meningkatkan keimanan dan ketaqwaannya kepada Allah swt,
dan selalu meninggalkan semua larangan-Nya. Sebagaimana firman Allah
dalam surat al maidah ayat 3 berbunyi :
         
 

Artinya: Tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan


takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran.

G. SUMBER-SUMBER MATERI DA’WAH

Keseluruhan materi da’wah pada dasarnya bersumber kepada al qur’an dan hadits
rasul serta ro’yul ulama.

Umat Islam diwajibkan untuk berfikir untuk menemukan hukum-hukum yang


belum dijelaskan, maka hasil pemikiran yang tidak bertentangan dengan al qur’an
dan hadits dan ro’yul ulama maka itu dibenarkan sebagai materi da’wah yang
hrus disampaikan kepada uamat manusia.
BAB II

A. METHODOLOGI DA’WAH

Secara etimologi pengertian (secara bahasa) methodologi beasal dari bahasa


yunani yaitu berasal dari kata metodos yang artinya cara atau jalan sedangkan
logos artinga ilmu. Sedangkan pengertian menurut semantik/istilah methodologi
yaitu ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang cara-cara atau jalan yang akan
ditempuh untuk mencapai tujuan dengan hasil yang efektif dan efisien. Efektif
artinya antara biaya, waktu dan tenaga seimbang (balance). Efisien artinya
sesuatu yang berkenan dengan pencapaian sesuatu hasil. Dengan demikian
methodologi da’wah yaitu ilmu yang mempelajari cara-cara berda’wah untuk
mencapai tujuan da’wah yang efektif dan efisien.

Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam menggunakan methode da’wah


yaitu:

a. Hakekat methode
Hakekat metode perlu disadari bahwa:
1. metode hanyalah satu pelayanan, cara atau jalan saja.
2. tidak ada metode yang 100 % baik
3. metode yang sesuai belum tentu menghasilkan hasil yang terbaik
4. metode yang baik menurut yang satu dan dipakai belum tentu buat yang
lain.
5. penerapan metode tidak berlaku untuk selamanya

b. Prinsip-prinsip penggunaan metode da’wah yaitu ;


Prinsip da’wah sebagaimana tergambar dalam al qur’an surat an nahl 125
berbunyi :
       
   
           
 
serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah [845] dan pelajaran
yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya
Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-
Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.

[845] Hikmah: ialah Perkataan yang tegas dan benar yang dapat membedakan
antara yang hak dengan yang bathil.

Ajakan da’wah dengan cara:


1. cara yang bijaksana
2. nasehat yang baik/isi
3. berdebat dengan cara yang baik.

c. Faktor-faktor yang mempengaruhi metode da’wah


1. tujuan yang hendak dicapai
2. sasaran da’wah masyarakat atau individual
3. situasi dan kondisinya
4. media dan fasilitas yang dipakai
5. kepribadian dan kemampuan seorang da’i
B. BEBERAPA METODE DA’WAH

1. Metode ceramah
Metode ini adalah suatu teknik da’wah yang banyak dipakai oleh para da’i
sebagimana dalam alqur’an Nabi Musa as berda’wah memakai metode ini
terdapat dalam al qur’an surat thoha ayat 25-28 berbunyi :
         
       
25. berkata Musa: "Ya Tuhanku, lapangkanlah untukku dadaku[915],
26. dan mudahkanlah untukku urusanku,
27. dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku,
28. supaya mereka mengerti perkataanku,

[915] Nabi Musa a.s. memohon kepada Allah agar dadanya dilapangkan untuk
menghadapi Fir'aun yang terkenal sebagai seorang raja yang kejam.

Kapan metode ceramah ini dipakai :


1. jamaah berjumlah banyak
2. da’i ahli berceramah
3. tidak ada metode lain yang lebih baik

Kelebihan metode ceramah :


1. dalam waktu relatif singkat banyak informasi yang didapatkan
2. da’i lebih menguasai audien
3. dapat mendorong audien supaya belajar
4. sebagai popularitas da’i
5. lebih fleksibel artinya mudah disesuaikan dengan situasi dan kondisi

Kelemahan metode ceramah :


1. sukar untuk diketahui pengertian audien
2. komunikasi Cuma satu arah
3. pola fikir audien sulit dijajaki
4. cenderung bersifat otoriter

2. Metode Tanya Jawab


Metode ini untuk melayani masyarakat sesuai dengan kebutuhannya. Karena
dengan melalui tanya jawab audien merasakan bahwa masalah yang dibahas
sesuai dengan masalah dirinya masing-masing, sehingga langsung mengenai
sasaran. Rasul saw sering menggunakan metode tanya jawab ini dengan
malaikat Jibril, seperti dijelaskan dalam al qur’an surat al baqoroh ayat 189
berbunyi :
          
   
         
  
    
189. mereka bertanya kepadamu tentang bulan sabit. Katakanlah: "Bulan sabit
itu adalah tanda-tanda waktu bagi manusia dan (bagi ibadat) haji; dan
bukanlah kebajikan memasuki rumah-rumah dari belakangnya[116], akan
tetapi kebajikan itu ialah kebajikan orang yang bertakwa. dan masuklah ke
rumah-rumah itu dari pintu-pintunya; dan bertakwalah kepada Allah agar
kamu beruntung.
[116] Pada masa jahiliyah, orang-orang yang berihram di waktu haji, mereka
memasuki rumah dari belakang bukan dari depan. hal ini ditanyakan pula oleh
Para sahabat kepada Rasulullah s.a.w., Maka diturunkanlah ayat ini.

Hal ini juga digambarkan dalam surat al baqoroh ayat 215 berbunyi:

        


    
          
215. mereka bertanya tentang apa yang mereka nafkahkan. Jawablah: "Apa
saja harta yang kamu nafkahkan hendaklah diberikan kepada ibu-bapak, kaum
kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang sedang
dalam perjalanan." dan apa saja kebaikan yang kamu buat, Maka
Sesungguhnya Allah Maha mengetahuinya.

Kelebihan metode tanya jawab :


1. komunikasi dua arah
2. ceramah jadi hidup
3. berbeda pendapat bisa terjawab
4. mendorong audien aktif dalam menuntut ilmu
5. diketahui dengan mudah tingkat kepandaian seseorang

Kekurangan metode tanya jawab :


1. terjadi perbedaan pendapat sering menimbulkan sustu yang kurang baik
2. banyak pertanyaan yang kurang mengena dalam tanya jawab.
3. bila jawaban kurang mengena maka audien suka menduga yang bukan-
bukan

3. Metode Debat
Dalam bahasa arabnya mujadalah adalah salah satu metode da’wah yang
sering juga dipakai dalam menyampaikan dan membahas sustu masalah.
Sebelum melakukan debat harus diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
a. memiliki pengetahuan dan ketrampilan yang cukup
b. menguasai materi yang akan didebatkan
c. mengetahui kelebihan dan kekurangan lawan bicara/debat

Kelebihan debat:
1. bisa mendorong berfikir dan menggali suatu permasalahan sekaligus
dengan jawabannya
2. permasalahan bisa langsung terjawab

Kelemahan debat:
1. hanya dilakukan oleh orang yang punya pengetahuan dan ketrampilan
tertentu saja
2. sering terjadi perselisihan dalam berpendapat dan hanya pendapatnya saja
yang dianggap paling benar

4. Metode Demontrasi
Berda’wah dengan cara memberi contoh atau memperlihatkan contoh berupa
benda, peristiwa atau perbuatan dan sebagainya.
Kelebihan metode demontrasi:
1. dapat dihayati sepenuh hati oleh audien
2. berpusat pada permasalahan yang dihadapi
3. dapat mengurangi kesalahan dalam mengambil kesimpulan

Kelemahan metode demontrasi:


1. memerlukan waktu yang sangat panjang/banyak
2. media tidak dapat diamati secara seksama
3. tidak semua masalah bisa didemontrasikan
4. alat kurang memadai demontrasi tidak bisa dilakukan
5. memerlukan keahlian khusus.

5. Metode silaturrohim
Metode ini yaitu dengan cara mengunjungi obyek da’wah atau disebut visit
home dalam rangka membina umat.

Kelebihan metode silaturrohim:


1. mendekatkan rasa kekluargaan
2. tukar menukar pengalaman untuk dijadikan modal hidup,
3. mendatangkan rizki dan berkah umur sebagaimana hadits rasul saw
bebunyi
‫ِ مِح‬ ِ ِ ِ ِ
ُ‫َم ْن َكا َن يُْؤ م ُن بِاهلل َوالَْي ْوم اْالخ ِر َف ْليَص ْل َر َه‬
Artinya: siapa orangnya yang ingin murah rizkinya dan dipanjangkan
umurnya hendaklah silaturrohim (.H.R. Bukhori)

4. tidak memerlukan biaya banyak


Kelemahan metode silaturrohim:
1. memerlukan waktu yang banyak
2. tidak semua orang mau dikunjungi
3. sulit bila belum kenal
GRADE VIII
BAB III

A. MEDIA DA’WAH

1. Pengertian istilah media kalau kita lihat asal katanya dari bahasa latin yaitu
median yang artinya alat atau perantara, dan kata media adalah jamak dari
kata median. Sedangkan menurut istilah (semantik) media yaitu segala sesuatu
yang dapat dijadikan sebagai alat atau perantara untuk mencapai tujuan
tertentu. Dengan demikian media da’wah yaitu segala sesuatu yang dapat
digunakan untuk mencapai tujuan da’wah yang telah ditentukan.
2. Peranan media da’wah
Dalam arti sempit media da’wah dapat diartikan sebagai alat bantu da’wah
dalam proses kegiatan belajar mengajar disebut alat peraga. Hal ini berarti
alat/media sebagai alat bantu atau penunjang tercapainya tujuan , walaupun
masih banyak penyelenggaraan da’wah yang tidak pakai media berhasil.
3. Alasan pentingnya media da’wah
Karena da’wah itu merupakan suatu yang kompleks dan unik. Kompleks
artinya mengikutsertakan segala hal/aspek kepribadian. Sedangkan unik
artinya obyek da’wah itu terdiri dari berbagai macam perbedaan, sifat dan
lainnya. Maka diperlukan suatu alat yang dinamakan media da’wah.

B. OBYEK DA’WAH

Yang dinamakan obyek da’wah adalah masyarakat itu sendiri sebagai unsur yang
sangat penting dalam da’wah. Oleh karena itu masalah masyarakat ini haruslah
dipelajarai dengan sebaik-baiknya sebelum melangkah ke aktifitas da’wah.
Hampir semua ilmu harus dipelajarai sebagai persiapan untuk melakukan da’wah,
sutau contoh ilmu sosiologi yang memberikan informasi atau mempelajari
masyarakat dari seluruh seluk beluknya, atau ilmu ekologi yang membahas
tentang lingkungan hidup, ilmu sejarah yang menrangkan kisah-kisah hidup yang
erat hubungannya dengan kemasyarakatan maupun penentuan strategi da’wah.

C. KEPRIBADIAN SEORANG DA’I

Seorang da’i dimaksudkan adalah seluruh orang yang akan menyampaikan,


mengajak orang ke jalan Allah hendaklah meiliki kepribadian yang baik yang
lebih baik dari masyarakat yang umum/lainnya. Menurut Prof. Dr. Hamka
“jayanya atau suksesnya suatu da’wah memang sangat bergantung kepada pribadi
dari pembawa da’wah itu sendiri yang sekarang kita sebut dengan populer yaitu
da’i.”

Sifat-sifat seorang da’i yaitu:

a. Iman dan taqwa kepada Allah


Ini adalah syarat yang terpenting dari kepribadian seorang da’i, jangan
sampai seperti layaknya lampu yang menerangi banyak orang dia sendiri
terbakar, sebagaimana firman Allah dalam surat Al Baqoroh ayat 44 berbunyi:

     


     
Artinya. mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebaktian, sedang
kamu melupakan diri (kewajiban) mu sendiri, Padahal kamu membaca Al
kitab (Taurat)? Maka tidaklah kamu berpikir?

b. Tulus ikhlas dan tidak memntingkan diri sendiri


Niat yang lurus tanpa pamrih duniawiyah belaka, yang harus dimiliki oleh
seorang da’i yaitu sifat ikhlas, karena da’wah seluruhnya berhubungan dengan
Allah swt.

c. Ramah, lapang dada (tasamuh) dan penuh perhatian


Da’wah merupakan pekerjaan yang bersifat propaganda kepada orang lain,
maka diharuskan seorang da’i untuk berlaku sopan dan ramah untuk melayani
sasaran da’wahnya itu. Sebagaimana dilukiskan dalam al qur’an surat ali
imron ayat 159 berbunyi :
           
   
        
    
    
Artinya: Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu Berlaku lemah lembut
terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah
mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. karena itu ma'afkanlah mereka,
mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka
dalam urusan itu[246]. kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad,
Maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-
orang yang bertawakkal kepada-Nya.

[246] Maksudnya: urusan peperangan dan hal-hal duniawiyah lainnya, seperti


urusan politik, ekonomi, kemasyarakatan dan lain-lainnya.

d. Tawadu ( rendah hati)


Rendah hati bukanlah merasa dirinya terhina, dibandingkan dengan derajat
orang lain, tetapi yang dimaksud adalah sopan dan rendah hati dan tidak ada
rasa sombong.

e. Sederhana dan jujur


Kesederhanaan adalah merupakan pangkal keberhasilan da’wah. Sederhana
disini adalah tidak bermegah-megahan angkuh dan lain sebagainya.

f. Tidak egoisme
Ego adalah suatu sifat tercela yaitu ingin menonjolkan akunya merasa diri
tersohor dan merasa lebih pintar dari orang lain.

g. Semangat / anthusiasme
Da’i harus mempunyai semangat berjuang , menghindarkan rasa putus asa,
kecewa dan lainya.

h. Sabar dan Tawakal


Da’wah adalah melaksanakan perintah Allah yang diwajibkan keseluruh umat,
maka dalam melaksanakan da’wah banyak sekali hambatan, rintangan,
tantangan bahkan mungkin ancaman, maka sifat sabar dan tawakal mutklak
harus dimiliki oleh seorang da’i.
i. Berjiwa toleran
Di lingkungan masyarakat sebagai obyek da’wah kadang tidak sedikit
perbedaan dalam segala bidang, maka seorang da’i harus punya jiwa toleransi.

j. Sifat terbuka, tidak memiliki penyakit hati.


Kritik dan saran atau mungkin juga celaan, datang dari obyek da’wah, maka
haruslah terbuka dan tidak punya sifat pendendam.

Jika kita tuliskan kepribadian seorang da’i maka sangat banyak sekali karena
mengenai berbagai aspek kehidupan. Bagi para da’i yang akan mengabdikan
dirinya menjadi penyiar agama Allah hendaklah bersifat dan bersikap minimal
seperti yang sudah tertulis dalam diktat ini. Walaupun perlu diperhatikan yang
namanya manusia tidak akan terlepas dari kekurangan disamping kelebihannya.
Hanya harus mampu mengaktualisasikan sikap yang baik karena dirinya menjadi
figur, tauladan bagi umat yang lain.
BAB IV
PERENCANAAN DA’WAH

Setiap usaha atau apa saja bisa dilakukan dengan baik dan berhasil dengan efektif dan
efisien bila ada perencaan yang baik dan matang, begitu pila dengan da’wah.
Perencanaan da’wah bisa dikatakan baik efektif dan efisisen apabila berjalan sesuai
dengan tujuan yang hendak dicapai dan dalam mencapai tujuan itu dilakukan dengan
penuh pengorbanan-pengorbanan yang wajar.

Dalam hal ini dapat diprioritaskan mana yang lebih penting dan mana yang penting.
maka atas dasar inilah kegitan da’wah dapat diurutkan dan diatur sedemikian rupa,
tahap demi tahap yang mengarah kepada pencapaian sasaran dan tujuan yang hendak
diraih.

Disamping itu perencanaan juga memungkinkan dipilihnya tindakan-tindakan yang


tepat sesuai dengan situasi dan kondisi yang benar-benar dihadapi pada saat
berda’wah.

LANGKAH-LANGKAH DA’WAH

Yang harus difikirkan dan diputuskan dalam rangka perencanaan da’wah mencakup
segi-segi yang sangat luas, meliputi penentuan dan perumusan nilai-nilai yang
diharapkan dapat diperoleh dalam rangka pencapaian tujuan da’wah. Berdasarkan
uraian di atas, maka pembahasan proses perencanaan da’wah akan meliputi langkah-
langkah sebagai berikut:

1. Perhitungan dan perkiraan masa depan


Perencanaan da’wah yang tidak didahului dengan perkiraan dan perhitungan masa
depan, merupakan tindakan sewenang-wenang yang dilakukan dengan untung-
untungan . sebagai contoh misalnya dalam rangka penyelenggaraan da’wah
disususn rencana da’wah jangka pendek dengan sasaran terlaksananya ajaran
Islam ditengah kehidupan masyarakat Indonesia. Sasaran inu jelas tidak
didasarkan atas perkiraan dan perhitungan yang matang sebaiknya hal ini
dijadikan sasaran jangka panjang dimana untuk mencapainya didahului dengan
rencana jangka pendek. Dalam rangka perencanaan, maka harus adanya data yang
cukup mengenai berbagai segi yang ada sangkut pautnya dengan penyelenggaraan
da’wah adalah sangat penting. hanya dengan data diharapkan forecasting dan
perencanaan da’wah dapat disusun dengan tepat dan efektif.

2. Penentuan dan perumusan sasaran dalam rangka pencapaian tujuan da’wah


Tanpa mengetahui sasaran yang hendak dicapai tidak mungkin dapat ditetapkan
langkah-langkah dan tindakan-tindakan yang harus dilakukan. Dalam hal ini ada
beberapa faktor yang perlu diperhatikan untuk mencapai sasaran yaitu:
a. tujuan da’wah
b. masalah yang dihadapi masyarakat
c. hasil penyelenggaraan da’wah masa lampau
d. hasil perkiraan dan perhitungan masa depan

3. Penetapan tindakan-tindakan da’wah dan prioritas pelaksanaan


Tindakan-tindakan da’wah merupakan penjabaran dari sasaran yang sudah
ditentukan dalam bentuk aktifitas nyata.
Langkah yang harus ditempuh dalam rangka menetapkan tindakan-tindakan
da’wah adalah sebagai berikut:
a. meninjau kembali sasaran da’wah serta menentukan luasnya scope aktifitas
da’wah.
b. Menentukan tindakan-tindakan penting
c. Menentukan prioritas dan urutan pelaksanaannya.
d. Menentukan kegiatan-kegiatan terperinci.

4. Penetapan metode da’wah


Sebagai mana disebutkan dalam al qur’an mengenai metode da’wah yaitu
tergambar dalam surat an nahl ayat 125 berbunyi :

       


           
     

Artinya: Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah[845] dan


pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya
Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-
Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.

Ayat tersebut menegaskan bahwa apabila kita berda’wah yaitu dengan cara
hikmah, maoizotil hasanah dan mujadallah, sesuai dengan kondisi dan situasi
dimana kita berda’wah.

5. Penentuan dan penjadwalan waktu berda’wah


Penjadwalan waktu ini memudahkan para pemimpin da’wah untuk mengorganisir
dan mengkoordinir tindakan-tindakan da’wah serta memudahkan dalam
mengadakan pengendalian dan penilaian terhadap jalannya proses da’wah.

6. Penetapan lokasi atau tempat berda’wah.


Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam hal ini yaitu : macam kegiatan
da’wah yang dilakukan, sumber ternaga pelaksana, media yang digunakan dan
lingkungan yang menjadi obyek da’wah.

7. Penetapan biaya dan fasilitas


Dalam penyelenggaraan da’wah faktor biaya dan fasilitas merupakan suatu hal
yang amat penting demi terlaksananya da’wah itu sendiri, dengan demikian faktor
ini perlu perhatikan. Karena boleh jadi terkadang gagal dalam melakukan
penyelenggaraan da’wah karena tidak adanya faktor yang satu ini.
BAB V
PENGORGANISASIAN DA’WAH

Pengorganisasian da’wah dapat dirumuskan yaitu rangkaian aktivita menyusun suatu


kerangka yang menjadi wadah bagi segenap kegiatan da’wah dengan jalan membagi
dan mengelompokan pekerjaan yang harus dilaksanakan serta menetapkan dan
menyusun jalinan hubungan kerja diantara satuan-satuan organisasi atau petugasnya.

Untuk apa kita harus mengadakan pengorganisasian dalam da’wah yaitu untuk
memudahkan rencana da’wah dan pelaksanaannya, membagi pekerjaan sesuai dengan
kemampuan seseorang dan supaya tidak tumpang tindih pekerjaan sehingga
mendapatkan hasil baik.

Pengorganisasian mengandung koordinasi/hubungan akan mendatangkan keuntungan


yaitu berupa terpadunya berbagai kemampuan dan keahlian dari para pelaksana
da’wah yang kesemuanya diarahkan kepada sasaran yang telah ditentukan.

LANGKAH-LANGKAH PENGORGANISASIAN DA’WAH

Berdasarkan pengertian di atas tentang pengorganisasian da’wah terdiri dari langkah-


langkah sebagai berikut:
1. membagi dan menggolongkan tindakan da’wah dalam kesatuan tertentu
2. menentukan dan merumuskan tugas dari masing-masing kesatuan serta
menempatkan pelaksana da’wah untuk melaksanakan da’wah
3. memberikan wewenang kepada pelaksanan da’wah
4. menetapkan jalinan hubungan

1. Membagi dan menggolongkan tindakanda’wah dalam kesatuan tertentu

Agar supaya kegiatan-kegiatan tersebut dapat didistribusikan kepada para


pelaksana da’wah untuk dilaksanakan, maka kegiatan-kegiatan tersebut harus
dijabarkan lebih lanjut dalam tugas pekerjaan secara terperinci.

Tugas yang harus dijabarkan dalam maslah ini yaitu:


a. pendalaman agama islam
b. peningkatan kehidupan dalam aspek pendidikan
c. peningkatan kehidupan dalam aspek sosial
d. peningkatan kehidupan dalam aspek ekonomi
e. peningkatan dalam aspek ilmu pengetahuan dan kebudayaan
f. penelitian terhadap masyarakat terhadap penanggulangan dari pengaruh
negatif yang merusak

Untuk satuan tugas lini lebih tepat dipergunskan istilah dengan bagian, sedangkan
dengan kesatuan tugas pelayanan sebaiknya dengan istilah Biro.
Atas dasar itulah maka bagian dan biro di atas dapat diberi nama sebagai berikut:
1. Bagian penyiaran agama islam 7. Bagian penerbitan dan
2. Bagian pendidikan pustaka
3. Bagian pembinaan kesejahtraan masyarakat 8. Biro penelitian
4. Bagian pembinaan ekonomi 9. Biro tata usaha
5. Bagian pembinaan ilmu pengetahuan dan 10. Biro Logistik
kebudayaan 11. Biro kader
2. Menentukan dan merumuskan tugas dari masing-masing kesatuan serta
menempatkan pelaksana da’wah untuk melaksanakan da’wah

Fungsi yang kedua ini sebagai wadah dari fungsi-fungsi bagian yang pertama
(sebagai penjabaran) untuk supaya dalam pelaksanaannya ada wadah yang
mempertaggungjawabkannya.

a. Bagian penyiaran agama Islam, tugasnya :


1. memberikan penjelasan dan menanamkan pengertian tentang kebenaran
dan kebaikan ajaran Islam serta manfaat bagi para pengikutnya
2. memberikan bimbingan terhadap pengalaman beragama islam
3. menyediakan sarana peribadatan
4. mempersiapkan materi penyiaran islam sesuai dengan obyek yang
dihadapi
5. kerjasama dengan biro kader mempersiapkan dan membina para mubaligh
yang mampu menjalankan tugasnya.

b. Bagian pendidikan, tugasnya:


1. memberikan dorongan kepada mnasyarakat tentang pentingnya
pendidikan
2. mendirikan lembaga pendidikan dan mengadakan pendidikan formal
3. mengadakan pendidikan non formal
4. membina dan mempersiapkan tenaga pendidik
5. mengadakan kerjasama dengan biro logistik untuk mengadakan sarana-
sarana/alat/alat pendidikan

c. Bagian kesejahteraan masyarakat, tugasnya:


1. memberikan pengertian tentang pentinganya kesehatan masyarakat
2. mengadakan sarana kesehatan
3. mengusahakan dana kesehatan
4. memberikan bimbingan kepada keluarga sakinah
5. mengadakan kerja sama dengan biro kader membina tenaga-tenaga ahli
untuk pertolongan yang berkepribadian islami

d. Bagian pembinaan ekonomi, tugasnya:


1. mengusahakan badan usaha untuk masyarakat
2. membentuk organisasi perekonomian serta membrikan bimbingan tentang
ekonomi
3. menyelenggarakan pendidikan dalam bidang ekonomi.
e. Bagian pembinaan ilmu pengetahuan dan kebudayaan, tugasnya:
1. menggali dan mengembangkan ilmi pengetahuan dan kebudayaan islami
2. membina dan mengusahakan tenaga ahli dalam bidang ilmu pengetahuan
3. membina tenaga yang ahli dalam bidang kebudayaan yang islami
4. memberi pengertian banyak budaya yang merusak masyarakat.
f. Bagian penerbitan dan pustaka, tugasnya:
1. menerbitkan buku-buku, majalah dan lain-lain
2. membantu usaha masyarakat dalam bidang penerbitan
3. mengusahakan adanya perpustakaan
4. mengusahakan adanya percetakan

g. Biro penelitian, tugasnya:


1. menganalisa pertumbuhan dan perkembangan masyarakat
2. mengadakan penelitian terhadap perkembangan penyelenggaraan da’wah
h. Biro tata usaha, tugasnya:
1. menggali usaha dan dana yang halal
2. mengatur penggunaan dana dan mengatur penggunaan fasilitas
3. mengamankan dana dan fasilitas sehingga terjamin
i. Biro kader, tugasnya:
1. mempersiapkan tenaga-tenaga da’wah yang mempunyai kemampuan yang
oftimal
2. merencanakan pembinaan mental dan keahlian para pelaksana da’wah
3. mengadakan pelatihan-pelatihan bagi pelaksana da’wah
4. menempatkan tenaga-tenaga da’wah sesuai dengan bakat dan
keahliannya.

3. Memberikan wewenang kepada masing-masing pelaksanan

Dalam memberikan wewenang harus diperhatikan behwa antara wewenang


dengan yang diberikan dan tugas yang diserahkan haruslah ada keseimbangan,
artinya wewenang tersebut tidak boleh lebih besar atau lebih kecil dari pada tugas
yang diserahkan..

4. Menetapkan jalinan hubungan

Dalam rangka penyusunan da’wah, pimpinan da’wah haruslah menjalin hubungan


baik diantara dirinya dengan orang-orang yang berada dalam bagian dan biro.
Perbedaan tugas, besarnya tugas dan tanggungjawab justru untuk memberikan
kemudahan dalam mencapai sasaran dan tujuan yang hendak dicapai bersama.
Maka masing-masing haruslah saling membantu dan menjalin hubungan dan
menunjang yang lain sehingga tercapai harmonisasi/keserasian.
GRADE X
BAB VI
PENGGERAKAN DA’WAH

Setelah rencana da’wah ditetapkan, begitu pula kegiatan-kegiatan dalam rangka


pencapaian tujuan itu dibagi-bagikan kepada para pendukung da’wah, maka tindakan
berikutnya dari pimpinan da’wah yaitu menggerakan mereka untuk meleksanakan
kegiatan-kegiatan da’wah, sehingga apa yang menjadi tujuan da’wah akan segera
tercapai.

Dari uraian di atas menunjukan bahwa penggerakan da’wah sangat penting karena
dapat dikatakan bahwa penggerakan da’wah itu ada;ah sebagai intinya menejmen
da’wah. Karena proses pelaksanaan da’wah itu tidak akan ada kalau tidak adanya
penggerakan itu sendiri.

Dengan demikian yang dimaksud dengan penggerakan da’wah yaitu usaha memberi
motivasi , directing, koordinasi, komunikasi, pembimbingan, penjalinan hubungan
untuk mengembangkan para pelaksana da’wah agar sasaran dan tujuan da’wah
tercapai dengan baik dan oftimal.

LANGKAH-LANGKAH PENGGERAKAN DA’WAH

Berdasarkan pengertian penggerakan di atas, maka langkah-langkah penggerakan


da’wah yaitu:

1. Pemberian motivasi yaitu bagaimana pelaku pelaksana da’wah dengan tulus


ikhlas dan senang hati untuk melaksanakan tugas da’wah yang diserahkan kepada
mereka.
Dalam hal ini dalam rangka membangkitkan semangat, maka mereka
diikutsertakan dalam hal:
1. dalam proses pengambilan keputusan
2. pemberian informasi yang lengkap dan jelas
3. penghargaan dan pengakuan dari apa yang mereka berikan
4. suasana yang menyenangkan dan membahagiakan
5. penempatan yang tepat sesuai dengan bakat dan keahliannya
6. pendelegasian wewenang/diberikan amanat dan tanggungjawab

2. Pembimbingan yaitu adanya pembimbingan supaya terarah dan searah dengan


sasaran dan tujuan yang hendk dicapai yang telah ditetapkan.
Pembimbingan yang dilakukan oleh pimpinan da’wah dengan jalan memberikan
jalan atau petunjuk pada pelaksana da’wah supaya melakukan tindakan da’wah
dan menimbulkan kesadaran dari pelaksana da’wah untuk melakukan perintah
pimpiinannya dengan sebaik-baiknya.
Biasanya dalam memberikan bimbingan atau tugas kadangkala berbentuk lisan
apabila yaitu :
1. tugas yang diberikan sangat sederhana
2. dalam keadaan darurat
3. perintah dapat dilakukan dalam waktu singkat
4. orang yang diperintah sudah pernah melakukannya
5. bila keliru dalam menjalankan tugas tidak terlalu fatal akibatnya lisan ini
kadang terdapat aspek negatifnya yaitu perintah dan perencanaannya kurang
matang disamping itu terlalu fleksibel
Disamping perintah melalui lisan ada juga perintah melalui tulisan yaitu:
1. perintah sukar memerlukan keterangan yang detil
2. penerima perintah di tempat lain.
3. penerima perintah sering lupa
4. perintah ditujukan pada orang banyak
5. kekeliruan akan mendatangkan akibat besar

Perlu diperhatikan dalam memberikan bimbingan atau perintah harus :


1. harus jelas
2. perintah mungkin dan dapat dilaksanakan
3. perintah hendaknya diberikan satu persatu
4. perintah harus diberikan kepad orang yang tepat
5. perintah harus diberikan oleh satu tangan

3. Penjalinan hubungan, yaitu untuk menjalin harmonisasi dan sinkronisasi dalam


melakukan da’wah yaitu harus ada penjalinan hubungan atau koordinasi supaya
tidak ada dan terjadi kekacauan, kekosongan dan sebaginya.
Adapun cara-cara yang dapat dipergunakan dalam rangka penjalinan hubungan
antara laia :
a. menyelenggarakan permusyawaratan
b. wawancara dengan pelaksana da’wah
c. buku pedoman dan tata kerja
d. memo berantai

4. Penyelenggaraan komunikasi, yaitu supaya tidak timbul suatu kekacauan dan


tidak timbul sakwasangka antara pimpinan da’wah dengan lekau da’wah, maka
hrus adanya komunikasi dua arah.
Komunikasi antara pimpinan da’wah dengan pelaksana da’wah akan berjalan baik
bila :
a. memilih informasi yang akan dikomunikasikan
b. mengetahui cara menyampaikan informasi
Informasi yang disampaikan akan efektif bila :
1. jelas dan lengkap
2. konsisten
3. tepat waktu atau timmingnya
4. dapat dipergunakan
5. jelas siapa yang dituju
6. mengenal dengan baik siapa yang menerima komunikasi
7. membangkitkan perhatian yang menerima informasi

5. Pengembangan atau peningkatan pelaksana yaitu mengembangkan kesadaran,


keahlian dan skill lain dari pelaksana da’wah akan memeberikan dampak yang
fositif untuk menunjang sasaran dan tujuan da’wah.

Untuk mengembangkan kesadaran, kemampuan keahlian dan ketrampilan pelaku


da’wah dapat dipergunakan berbagai metode yaitu:
1. Metode Demontrasi yaitu dengan :
a. pelatih secara langsung memberikan contoh bagaimana tugas itu
dilakukan
b. pelaksana menirukan pelaksanaan tugas dari para pelatihnya
c. mengulang-ngulang supaya benar-benar mahir
2. Metode Kuliah
Yaitu memberikan uraian-uraian dan penjelasan-penjelasan mengenai suatu
persoalan.
3. Metode konferensi, yaitu para pelaku da’wah mengembangkan kreatifitasnya
dan keahlian seluas-luasnya.

4. Metode seminar, yaitu yaitu dapat mengembangkan diri dalam proses ilmu
pengetahuan yang dibutuhkan

5. Metode bacaan, yaitu dengan cara membaca para pelaku da’wah akan
meningkatkan ilmu pengetahuannya melalui bacaan yang terprogram

6. Metode pemecahan masalah, yaitu dengan adanya pengajuan beberapa


maslah yang harus dipecahkan dan dicari solusinya.

7. Metode tugas khusus yaitu kepada pelaku da’wah diberikan tugas khusus dan
kepada mereka diberikan kesempatan untuk mengambil inisiatif terhadap
pelaksanaan tugas tersebut.

8. Metode workshop atau loka karya yaitu bergabungnya para ahli untuk
memberikan suatu ketrapilan tertentu contoh bagaimana berkhutbah yang
baik.
BAB VII
PENGENDALIAN DAN PENILAIAN

A. KEPENTINGAN PENGENDALIAN DAN PENILAIAN BAGI PROSES


DA’WAH

Penyelenggaraan da’wah dapat dikatakan berhasil dengan baik dan efektif,


bilamana tugas-tugas da’wah yang telah diserahkan benar-benar dilaksanakan
sesuai dengan rencana dan tujuan yang hendak dicapai. Untuk mengetahui apakah
sudah terlaksana dengan baik apa yang dilakukan oleh para pelaksana da’wah,
maka pimpinan da’wah mengadakan pengendalian dan penilaian. Dengan
pengendalian dan penilaian, pimpinan da’wah dapat mengambil tindakan
pencegahan terhadap kemungkinan terjadinya penyimpangan. Dengan uraian di
atas jelaslah bahwa pengendalian dan penilaian mempunyai peranan yang sangat
penting bagi proses da’wah. Pengendalian dan penilaian merupakan alat
pengaman dan sekaligus pendinamis bagi jalannya proses da’wah.

B. LANGKAH-LANGKAH PENGENDALIAN DAN PENILAIAN DA’WAH

Pengendalian dan penilaian dapat diartikan sebagai proses pemeriksaan dan usaha
agar aktiva da’wah dapat berjalan sesuai dengan rencana yang telah
digariskan/ditentukan. Berdasarkan pengertian di atas, maka pengendalian dan
penilaian itu terdiri dari langkah-langkah sebagai berikut:
1. menetapkan standard (alat pengukur)
2. mengadakan pemeriksaan dan penelitian terhadap pelaksanaan tugas da’wah
yang ditetapkan
3. membandingkan antara pelaksanaan dengan standard
4. mengadakan tindakan perbaikan dan pembetulan

1. Menetapkan standard, yaitu untuk menentukan berhasil atau tidaknya proses


da’wah yaitu diketahui dari adanya standard. Standard itu sendiri diperoleh
dari rencana yang telah dijabarkan dari target-target yang dapat diukur baik
kwalitas maupun kwantitasnya. Dari uraian ini dapat dikemukakan bahwa
standard itu ada yang berbentuk ukuran kwalitas hasil pekerjaan, ukuran
kwantitas hasil pekerjaan, ukuran waktu dan biaya. Standard kwalitas
mengukur pekerjaan dari kwalitasnya, standard kwantitas mengukur hasil
pekerjaan dari kwantitasnya dan standard waktu mengukur waktu pelaksanaan
da’wah dari segi waktu yang digunakan serta standard biaya mengukur dari
biaya yang digunakan unrtuk pelaksanaan da’wah.

2. Mengadakan pemeriksaan dan penelitian terhadap pelaksanaan tugas


da’wah yang ditetapkan.
Dalam fase ini diadakan pemeriksaan dan penelitian bagaimana dan
sejauhmana rencana yang sudah ditetapkan itu berhasil dan dapat
dilaksanakan. Hal ini perlu adanya:
a. Peninjauan pribadi
Pimpinan da’wah melihat secara langsung pelaksanaan da’wah yang telah
direncanakan
b. Laporan secara lisan
Pemeriksaan dan penelitian kegiatan da’wah dengan secara laporan
berbentuk lisan, yaitu pelaksana da’wah datang secara langsung kepada
pimpinan da’wah melaporkan kegiatannya.
c. Laporan tertulis
Para pelaksana da’wah melaporkan hasil kegiatannya dengan bentuk
tulisan. Dengan adanya laporan tulisan tersebut pimpinan da’wah dapat
meneliti dan memeriksa kegiatan para pelaksana da’wah.

3. Membandingkan antara pelaksanaan dengan standard


Pimpinan da’wah membandingkan hasil da’wah dengan standard yang hendak
dicapai sudah berhasil atau tidak. Dengan membandingkan ini bisa diteliti dan
diperiksa apakah pelaksanaan da’wah itu sudah berjalan dengan baik dan
berhasil baik atau belum.

4. Mengadakan tindakan perbaikan dan pembetulan


Dalam hal ini pimpinan da’wah meneliti dan memeriksa apakah proses
pelaksanaan da’wah itu ada penyimpangan, maka pimpinan da’wah
mengadakan pembetulan atau perbaikan.

C. PENINGKATAN DAN PENYEMPURNAAN PENYELENGGARAAN


DA’WAH

Pengendalian dan penilaian disamping ditujukan pada pelaksanaan tugas-tugas


da’wah yang sedang berlangsung, juga ditujukan pada suatu proses yang sudah
selesai. Pengendalian macam pertama dimaksudkan untuk pencegahan terhadap
kemungkinan adanya penyimpangan, maka pengendalian dan penilaian macam ke
dua dimaksudkan sebagai penyempurnaan terhadap proses da’wah untuk masa-
masa yang akan datang.

Dari uraian di atas dapat dikatakan bahwa peningkatan dan penyempurnaan dalam
proses pelaksanaan da’wah setelah adanya pengendalian dan penilaian terhadap
proses penyelenggaraan da’wah.
GRADE VII
RETHORICA

Aristede: “Berbicara lebih tinggi derajatnya dari pada berbuat, karena berbuat
hanyalah unsur yang di-abadi-kan sedangkan berbicara adalah pernyataan jiwa, dua
unsur yang menciptakan, yang berkuasa …………………”.
Cicero : “Tidak ada yang lebih tepat untuk memikat hati orang banyak,
menggoncangkan perasaan orang, mendorong kemauan orang kearah yang
dikehendaki, dari pada dengan berbicra ………”.

Dalam rethorica ini kita uraikan secara singkat :


1. Historica.
2. Definitie.
3. Guna.
4. Syarat.
5. Systema.
6. Macam.

Ad. 1. Historica
Kira-kira abad 5 S.M. di Yunani terjadi peristiwa dimana milik orang
dirampas oleh penguasa, lalu mereka yang dirugikan itu mengadakan protes
membentuk pengadilan dan meminta advies pada Corax dari Syracuse.
Maka timbullah seni pidato atau rethorica dan orang menamakannya dengan
kesenian Corax, juga rethorica merupakan alat golongan Sufisma Yunani
dimasa itu.
Penemuan Corax ini dilanjutkan oleh muridnya bernama Tisias dan pada
akhirnya Aristoteles memberikan methoda dan systematica secara terperinci.

Ad. 2. Definitie
Rethorica ialah : “Ucapan untuk menciptakan kesan yang diinginkan, yang
terbit dari pendengar dan pembaca.”

Ad. 3. Guna.
Rethorica berguna sebagai alat untuk menegakkan dan mempertahankan
kebenaran dan keadilan di tengah masyarakat, agar orang mengerti, dimana
yang benar dan adil, mana pula yang bathal dn dhalim.

Ad. 4. Syarat
Syarat dari – seorang – rethorica adalah :
1. Berpendidikan.
2. Jujur, berakhlak baik dan ikhlas.
3. Argumenten dikemukakan dengan susunan kata-kata yang baik.
4. Jernih berfikir dan seksama menganalysa.

Ad. 5. System.
Corax dalam pidatonya mempunyai system :
1. Prolegomena = pendahuluan.
2. Problema = persoalan.
3. Argumenta = alasan.
4. Critiek = critik
5. Conclusie = penutup.

Lima system ini dapat pula diperas menjadi:


1. Problematica, meliputi : prolegomena dan problema.
2. Argumenta, berisi : alasan-alasan.
3. Perorasia, meliputi : Critiek dan Conclusie.
Atau juga dengan terma lain ialah :
1. Topica, meliputi : prolegomena, problema dan argumenta
2. Perorasia, meliputi : Critiek dan Conclusie

Ad. 6. Macam
Macam rethorica dapat disimpulkan dalam :
1. Ceremonial Rethorica.
2. Political Rethorica.
3. Forensic Rethorica.

Ad.1. Ceremonial Rethoric


Ceremonial Rethoric ialah pidato upacara, dimana pembicara harus dapat
menyesuaikan isi pidato dengan situasinya dan harus dapat menempatkan
diri dan sikap sesuai dengan suasana dan tempat.

Ad. 2. Political Rethoric

Political Rethoric ialah pidato politiek, misalnya dalam campagne


pemilihan umum harus berisi janji-janji yang akan diperjuangkan oleh
partai, apabila partai itu menang dan berisi bukti-bukti kelemahan golongan
partai-partai lain, yang kesemuanya berupa perangsang agar massa
bersympathie terhadap partai yang dipropagandakan.

Ad.3. Forensic Rethoric


Forensic Rethoric ialah pidato pengadilan, misalnya dalam sidang
pengadilan selain menggunakan alasan-alasan yuridis juga isinya harus
dapat membangkitkan rasa keadilan pada persona hakim, jaksa dan
pembela, agar memperoleh vonnis seadil-adilnya dan setepat mungkin.
BAB VIII

PENUTUP

Diktat ini sebagai bahan ajar untuk memudahkan siswa dalam mempelajari ilmu
da’wah, karena bahasa dan susunannya sudah dimodifikasi sedemikian rupa sehingga
memungkinkan mudah untuk dimengerti dan difahami.

Reference :
1. Dasar-dasar strategi dakwah Islam, PT. Al Ikhlas Surabaya Indonesia,
(Asmuni Syukir)
2. Manajemen Dakwah Islam, PT. Bulan Bintang, (Drs. Abd. Rosyad Shaleh)
3. Azas-azas ilmu dakwah, ISBN Ramadhani, (Drs. Barmawi Umari)
4. Psikologi Dakwah, PT. Bumi Aksara, (Prof. H.M. Arifin, M.Pd.)
5. Psikologi Dakwah, PT. Indah Surabaya, (Jamaluddin Kafie)

Anda mungkin juga menyukai