A. PENDAHULUAN
Di dalam kehidupan manusia tidak terlepas dari komunikasi antar sesama baik
secara sederhana/biasa atau juga secara resmi dalam acara-acara yang sudah
disusun rapi dan terencana, maka disini diperlukan suatu cara bicara atau
komunikasi bagaimana yang diajak bicara itu memahami apa yang kita bicarakan.
Maka diperlukan suatu methode yang baik dalam berkomunikasi dan disinilah
perlunya ilmu yang disebut ilmu komunikasi atau rethorica. Dalam makalah ini
disajikan secara singkat dan jelas bagaimana kita dalam memformulasi
pembicaraan.
Tidak sedikit orang mengatakan bahwa da’wah adalah kewajiban orang yang
mempunyai keahlian saja pendapat ini bias kita benarkan selama da’wahnya itu
bersifat resmi, contoh ceramah/pidato di acara-acara peringatan hari besar Islam
atau acara-acara yang lain yang memerlukan kesiapan dan persiapan yang baik.
Akan tetapi perlu diketahui bahwa da’wah secara tidak resmi dan waktunya juga
berlangsung terus, maka kewajiban da’wah dikenakan kepada setiap individu atau
setiap orang Islam baik itu laki-laki maupun perempuan. Hal ini dibuktikan
dengan sustu hadits yang diriwayatkan oleh imam bukhari yang berbunyi :
)Balliguu anni walau ayatan( َ َبلِّغُ ْو
ًاعىِّن َولَ ْوأيَة
Artinya: Sampaikanlah dari padaku walaupun hanya satu ayat.
Satu “ayat” dalam hadits tersebut menurut penulis adalah segala sesuatu yang
bermanfaat apabila diberikan kepada orang lain, sesuai dengan kemampuan orang
tersebut dilihat dari berbagai seginya.
B. PENGERTIAN DA’WAH
1. Arti da’wah menurut bahasa atau etimilogi berasal dari bahasa arab yaitu
ًع – َد ْع َوة
ُ دَعى – ىَ ْدyang artinya memanggil, mengajak tau menyeru. Arti ini
sering dijumpai dalam al qur’an seperti :
Artinya : Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang Al Quran yang Kami
wahyukan kepada hamba Kami (Muhammad), buatlah[31] satu surat (saja)
yang semisal Al Quran itu dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah,
jika kamu orang-orang yang benar.
Istilah da’wah memiliki nama-nama lain yang sepadan atau sama pengertian dan
maksudnya yaitu :
1. Tabligh/menyampaikan
Istilah tabligh ini sudah popular di masyarakat, bahkan istilah ini lebih
populer dari pada kata da’wah, walaupun artinya dan maksudnya sama.
Tiga kata di atas itu mempunyai arti yang sama yaitu memberi nasehat kepada
orang lain supaya menjalankan syariat Allah swt.
4. Jihadah
7. Rethorica
Bentuk dan nama yang ketujuh ini akan dijelaskan dibelakang dengan
pembahasan yang khusus.
D. HUKUM BERDA’WAH
Hukum Da’wah
Bagi orang yang meninggalkan da’wah bukanlah kebaikan yang akan didapat
akan tetapi azab Allahlah yang akan mereka dapatkan, sebagaimana sabda rasul
saw yang artinya berbunyi:
“Demi Allah yang aku diutus olehNya, wajiblah kamu sekalian menyuruh berbuat
yang ma’ruf dan mencegah berbuat yang munkar. Jikalau kamu tidak mau maka
akan datanglah kepadamu siksaan dari Tuhanmu, sehingga kalau kamu berdoa,
doa kamu tidak akan dikabulkan Tuhan.“ (H.R. Atturmudzi dari Huzaifah ra)
E. MATERI DA’WAH
Bila kita perhatikan materi da’wah itu termaktud dalam tiga kategori besar yaitu :
F. TUJUAN DA’WAH
Dalam segala seuatu kegiatan selalu ada tujuan yang hendak dicapai, tidak
terkecuali dalam ilmu da’wah. Tujuan ilmu da’wah yaitu nilai tertentu yang
diharapkan dapat dicapai atau diperoleh dengan jalan melakukan penyelenggaraan
da’wah. Di dalam tujuan da’wah akan dipelajari tujuan khusus dan tujuan umum.
a. Tujuan umum (mayor objectiva) yaitu mengajak umat manusia, baik orang
mumin maupun orang kafir atau musyrik kepada jalan yang benar yang
diridhoi Allah swt agar dapat hidup bahagia di dunia dan di akhirat.
Sebagaimana firman Allah surat al maidah ayat 67 berbunyi :
Artinya: Hai rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari
Tuhanmu. dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti)
kamu tidak menyampaikan amanat-Nya. Allah memelihara kamu dari
(gangguan) manusia. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada
orang-orang yang kafir.
b. Tujuan khusus (minor objectiva) yaitu mengajak umat manusia yang sudah
riman supaya meningkatkan keimanan dan ketaqwaannya kepada Allah swt,
dan selalu meninggalkan semua larangan-Nya. Sebagaimana firman Allah
dalam surat al maidah ayat 3 berbunyi :
Keseluruhan materi da’wah pada dasarnya bersumber kepada al qur’an dan hadits
rasul serta ro’yul ulama.
A. METHODOLOGI DA’WAH
a. Hakekat methode
Hakekat metode perlu disadari bahwa:
1. metode hanyalah satu pelayanan, cara atau jalan saja.
2. tidak ada metode yang 100 % baik
3. metode yang sesuai belum tentu menghasilkan hasil yang terbaik
4. metode yang baik menurut yang satu dan dipakai belum tentu buat yang
lain.
5. penerapan metode tidak berlaku untuk selamanya
[845] Hikmah: ialah Perkataan yang tegas dan benar yang dapat membedakan
antara yang hak dengan yang bathil.
1. Metode ceramah
Metode ini adalah suatu teknik da’wah yang banyak dipakai oleh para da’i
sebagimana dalam alqur’an Nabi Musa as berda’wah memakai metode ini
terdapat dalam al qur’an surat thoha ayat 25-28 berbunyi :
25. berkata Musa: "Ya Tuhanku, lapangkanlah untukku dadaku[915],
26. dan mudahkanlah untukku urusanku,
27. dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku,
28. supaya mereka mengerti perkataanku,
[915] Nabi Musa a.s. memohon kepada Allah agar dadanya dilapangkan untuk
menghadapi Fir'aun yang terkenal sebagai seorang raja yang kejam.
Hal ini juga digambarkan dalam surat al baqoroh ayat 215 berbunyi:
3. Metode Debat
Dalam bahasa arabnya mujadalah adalah salah satu metode da’wah yang
sering juga dipakai dalam menyampaikan dan membahas sustu masalah.
Sebelum melakukan debat harus diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
a. memiliki pengetahuan dan ketrampilan yang cukup
b. menguasai materi yang akan didebatkan
c. mengetahui kelebihan dan kekurangan lawan bicara/debat
Kelebihan debat:
1. bisa mendorong berfikir dan menggali suatu permasalahan sekaligus
dengan jawabannya
2. permasalahan bisa langsung terjawab
Kelemahan debat:
1. hanya dilakukan oleh orang yang punya pengetahuan dan ketrampilan
tertentu saja
2. sering terjadi perselisihan dalam berpendapat dan hanya pendapatnya saja
yang dianggap paling benar
4. Metode Demontrasi
Berda’wah dengan cara memberi contoh atau memperlihatkan contoh berupa
benda, peristiwa atau perbuatan dan sebagainya.
Kelebihan metode demontrasi:
1. dapat dihayati sepenuh hati oleh audien
2. berpusat pada permasalahan yang dihadapi
3. dapat mengurangi kesalahan dalam mengambil kesimpulan
5. Metode silaturrohim
Metode ini yaitu dengan cara mengunjungi obyek da’wah atau disebut visit
home dalam rangka membina umat.
A. MEDIA DA’WAH
1. Pengertian istilah media kalau kita lihat asal katanya dari bahasa latin yaitu
median yang artinya alat atau perantara, dan kata media adalah jamak dari
kata median. Sedangkan menurut istilah (semantik) media yaitu segala sesuatu
yang dapat dijadikan sebagai alat atau perantara untuk mencapai tujuan
tertentu. Dengan demikian media da’wah yaitu segala sesuatu yang dapat
digunakan untuk mencapai tujuan da’wah yang telah ditentukan.
2. Peranan media da’wah
Dalam arti sempit media da’wah dapat diartikan sebagai alat bantu da’wah
dalam proses kegiatan belajar mengajar disebut alat peraga. Hal ini berarti
alat/media sebagai alat bantu atau penunjang tercapainya tujuan , walaupun
masih banyak penyelenggaraan da’wah yang tidak pakai media berhasil.
3. Alasan pentingnya media da’wah
Karena da’wah itu merupakan suatu yang kompleks dan unik. Kompleks
artinya mengikutsertakan segala hal/aspek kepribadian. Sedangkan unik
artinya obyek da’wah itu terdiri dari berbagai macam perbedaan, sifat dan
lainnya. Maka diperlukan suatu alat yang dinamakan media da’wah.
B. OBYEK DA’WAH
Yang dinamakan obyek da’wah adalah masyarakat itu sendiri sebagai unsur yang
sangat penting dalam da’wah. Oleh karena itu masalah masyarakat ini haruslah
dipelajarai dengan sebaik-baiknya sebelum melangkah ke aktifitas da’wah.
Hampir semua ilmu harus dipelajarai sebagai persiapan untuk melakukan da’wah,
sutau contoh ilmu sosiologi yang memberikan informasi atau mempelajari
masyarakat dari seluruh seluk beluknya, atau ilmu ekologi yang membahas
tentang lingkungan hidup, ilmu sejarah yang menrangkan kisah-kisah hidup yang
erat hubungannya dengan kemasyarakatan maupun penentuan strategi da’wah.
f. Tidak egoisme
Ego adalah suatu sifat tercela yaitu ingin menonjolkan akunya merasa diri
tersohor dan merasa lebih pintar dari orang lain.
g. Semangat / anthusiasme
Da’i harus mempunyai semangat berjuang , menghindarkan rasa putus asa,
kecewa dan lainya.
Jika kita tuliskan kepribadian seorang da’i maka sangat banyak sekali karena
mengenai berbagai aspek kehidupan. Bagi para da’i yang akan mengabdikan
dirinya menjadi penyiar agama Allah hendaklah bersifat dan bersikap minimal
seperti yang sudah tertulis dalam diktat ini. Walaupun perlu diperhatikan yang
namanya manusia tidak akan terlepas dari kekurangan disamping kelebihannya.
Hanya harus mampu mengaktualisasikan sikap yang baik karena dirinya menjadi
figur, tauladan bagi umat yang lain.
BAB IV
PERENCANAAN DA’WAH
Setiap usaha atau apa saja bisa dilakukan dengan baik dan berhasil dengan efektif dan
efisien bila ada perencaan yang baik dan matang, begitu pila dengan da’wah.
Perencanaan da’wah bisa dikatakan baik efektif dan efisisen apabila berjalan sesuai
dengan tujuan yang hendak dicapai dan dalam mencapai tujuan itu dilakukan dengan
penuh pengorbanan-pengorbanan yang wajar.
Dalam hal ini dapat diprioritaskan mana yang lebih penting dan mana yang penting.
maka atas dasar inilah kegitan da’wah dapat diurutkan dan diatur sedemikian rupa,
tahap demi tahap yang mengarah kepada pencapaian sasaran dan tujuan yang hendak
diraih.
LANGKAH-LANGKAH DA’WAH
Yang harus difikirkan dan diputuskan dalam rangka perencanaan da’wah mencakup
segi-segi yang sangat luas, meliputi penentuan dan perumusan nilai-nilai yang
diharapkan dapat diperoleh dalam rangka pencapaian tujuan da’wah. Berdasarkan
uraian di atas, maka pembahasan proses perencanaan da’wah akan meliputi langkah-
langkah sebagai berikut:
Ayat tersebut menegaskan bahwa apabila kita berda’wah yaitu dengan cara
hikmah, maoizotil hasanah dan mujadallah, sesuai dengan kondisi dan situasi
dimana kita berda’wah.
Untuk apa kita harus mengadakan pengorganisasian dalam da’wah yaitu untuk
memudahkan rencana da’wah dan pelaksanaannya, membagi pekerjaan sesuai dengan
kemampuan seseorang dan supaya tidak tumpang tindih pekerjaan sehingga
mendapatkan hasil baik.
Untuk satuan tugas lini lebih tepat dipergunskan istilah dengan bagian, sedangkan
dengan kesatuan tugas pelayanan sebaiknya dengan istilah Biro.
Atas dasar itulah maka bagian dan biro di atas dapat diberi nama sebagai berikut:
1. Bagian penyiaran agama islam 7. Bagian penerbitan dan
2. Bagian pendidikan pustaka
3. Bagian pembinaan kesejahtraan masyarakat 8. Biro penelitian
4. Bagian pembinaan ekonomi 9. Biro tata usaha
5. Bagian pembinaan ilmu pengetahuan dan 10. Biro Logistik
kebudayaan 11. Biro kader
2. Menentukan dan merumuskan tugas dari masing-masing kesatuan serta
menempatkan pelaksana da’wah untuk melaksanakan da’wah
Fungsi yang kedua ini sebagai wadah dari fungsi-fungsi bagian yang pertama
(sebagai penjabaran) untuk supaya dalam pelaksanaannya ada wadah yang
mempertaggungjawabkannya.
Dari uraian di atas menunjukan bahwa penggerakan da’wah sangat penting karena
dapat dikatakan bahwa penggerakan da’wah itu ada;ah sebagai intinya menejmen
da’wah. Karena proses pelaksanaan da’wah itu tidak akan ada kalau tidak adanya
penggerakan itu sendiri.
Dengan demikian yang dimaksud dengan penggerakan da’wah yaitu usaha memberi
motivasi , directing, koordinasi, komunikasi, pembimbingan, penjalinan hubungan
untuk mengembangkan para pelaksana da’wah agar sasaran dan tujuan da’wah
tercapai dengan baik dan oftimal.
4. Metode seminar, yaitu yaitu dapat mengembangkan diri dalam proses ilmu
pengetahuan yang dibutuhkan
5. Metode bacaan, yaitu dengan cara membaca para pelaku da’wah akan
meningkatkan ilmu pengetahuannya melalui bacaan yang terprogram
7. Metode tugas khusus yaitu kepada pelaku da’wah diberikan tugas khusus dan
kepada mereka diberikan kesempatan untuk mengambil inisiatif terhadap
pelaksanaan tugas tersebut.
8. Metode workshop atau loka karya yaitu bergabungnya para ahli untuk
memberikan suatu ketrapilan tertentu contoh bagaimana berkhutbah yang
baik.
BAB VII
PENGENDALIAN DAN PENILAIAN
Pengendalian dan penilaian dapat diartikan sebagai proses pemeriksaan dan usaha
agar aktiva da’wah dapat berjalan sesuai dengan rencana yang telah
digariskan/ditentukan. Berdasarkan pengertian di atas, maka pengendalian dan
penilaian itu terdiri dari langkah-langkah sebagai berikut:
1. menetapkan standard (alat pengukur)
2. mengadakan pemeriksaan dan penelitian terhadap pelaksanaan tugas da’wah
yang ditetapkan
3. membandingkan antara pelaksanaan dengan standard
4. mengadakan tindakan perbaikan dan pembetulan
Dari uraian di atas dapat dikatakan bahwa peningkatan dan penyempurnaan dalam
proses pelaksanaan da’wah setelah adanya pengendalian dan penilaian terhadap
proses penyelenggaraan da’wah.
GRADE VII
RETHORICA
Aristede: “Berbicara lebih tinggi derajatnya dari pada berbuat, karena berbuat
hanyalah unsur yang di-abadi-kan sedangkan berbicara adalah pernyataan jiwa, dua
unsur yang menciptakan, yang berkuasa …………………”.
Cicero : “Tidak ada yang lebih tepat untuk memikat hati orang banyak,
menggoncangkan perasaan orang, mendorong kemauan orang kearah yang
dikehendaki, dari pada dengan berbicra ………”.
Ad. 1. Historica
Kira-kira abad 5 S.M. di Yunani terjadi peristiwa dimana milik orang
dirampas oleh penguasa, lalu mereka yang dirugikan itu mengadakan protes
membentuk pengadilan dan meminta advies pada Corax dari Syracuse.
Maka timbullah seni pidato atau rethorica dan orang menamakannya dengan
kesenian Corax, juga rethorica merupakan alat golongan Sufisma Yunani
dimasa itu.
Penemuan Corax ini dilanjutkan oleh muridnya bernama Tisias dan pada
akhirnya Aristoteles memberikan methoda dan systematica secara terperinci.
Ad. 2. Definitie
Rethorica ialah : “Ucapan untuk menciptakan kesan yang diinginkan, yang
terbit dari pendengar dan pembaca.”
Ad. 3. Guna.
Rethorica berguna sebagai alat untuk menegakkan dan mempertahankan
kebenaran dan keadilan di tengah masyarakat, agar orang mengerti, dimana
yang benar dan adil, mana pula yang bathal dn dhalim.
Ad. 4. Syarat
Syarat dari – seorang – rethorica adalah :
1. Berpendidikan.
2. Jujur, berakhlak baik dan ikhlas.
3. Argumenten dikemukakan dengan susunan kata-kata yang baik.
4. Jernih berfikir dan seksama menganalysa.
Ad. 5. System.
Corax dalam pidatonya mempunyai system :
1. Prolegomena = pendahuluan.
2. Problema = persoalan.
3. Argumenta = alasan.
4. Critiek = critik
5. Conclusie = penutup.
Ad. 6. Macam
Macam rethorica dapat disimpulkan dalam :
1. Ceremonial Rethorica.
2. Political Rethorica.
3. Forensic Rethorica.
PENUTUP
Diktat ini sebagai bahan ajar untuk memudahkan siswa dalam mempelajari ilmu
da’wah, karena bahasa dan susunannya sudah dimodifikasi sedemikian rupa sehingga
memungkinkan mudah untuk dimengerti dan difahami.
Reference :
1. Dasar-dasar strategi dakwah Islam, PT. Al Ikhlas Surabaya Indonesia,
(Asmuni Syukir)
2. Manajemen Dakwah Islam, PT. Bulan Bintang, (Drs. Abd. Rosyad Shaleh)
3. Azas-azas ilmu dakwah, ISBN Ramadhani, (Drs. Barmawi Umari)
4. Psikologi Dakwah, PT. Bumi Aksara, (Prof. H.M. Arifin, M.Pd.)
5. Psikologi Dakwah, PT. Indah Surabaya, (Jamaluddin Kafie)