Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

KEWAJIBAN BERDAKWAH

NAMA: MUSDALIPA MUJID


NIM: 22.023.63.201
KELAS: C

UNIVERSITAS ANDI DJEMMA PALOPO


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
PRODI ADMINISTRASI NEGARA
TAHUN 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah subhanahu wata‟ala, yang atas
rahmatnya maka penulis dapat menyelesaikan penyususnan maka;ah yang berjudul
“Kewajiban Berdakwah”.

Dalam penulisan makalah ini, penulis merasa masih banyak kekurangan-


kekurangan baik pada teknik penulisan maupun materi, meningatkan kemampuan yang
dimiliki penulis. Untuk itu kttik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapakan
demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.

Akhirnya penulis berharap semoga Allah memberikan imbalan yang setimpal pada
mereka yang telah memberikan bantuan, dan dapa menjadikan semua bantuan ini
sebagai ibadah.

AmiinYaaRobbal „Alamiin.

Palopo, 9 Desember 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ……………………………………………………………….. i

DAFTAR ISI …………………………………………………………………………. ii

BAB 1 PENDAHULUAN ……………………………………………………………. 1

1. Latar Belakang ……………………………………………………………………... 1

2. Rumusan Masalah ………………………………………………………………….. 1

3. Tujuan ……………………………………………………………………………… 2

BAB II PEMBAHASAN ……………………………………………………………... 3

1. Pengertian Dakwah ………………………………………………………………… 3

2. Kewajiban Berdakwah ……………………………………………………………... 4

3. Dalil dan Manfaat berdakwah ……………………………………………………… 8

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN ……………………………………………. 12

1. Kesimpulan ……………………………………………………………………….. 12

2. Saran ………………………………………………………………………………. 12

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………….. 13

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Dalam kehidupan sehari-hari sering kita jumpai kenyataan bahwa tata cara
memberikan sesuatu lebih penting dari sesuatu yang diberikan itu sendiri. Yang mana
kita ibaratkan bagaikan semangkok teh pahit dan sepotong ubi goreng yang disajikan
dengan cara sopan, ramah dan tanpa sikap yang dibuat-buat akan lebih terasa enak
disantap ketimbang seporsi makanan lezat, mewah, dan mahal harganya, tetapi
disajikan dengan cara kurang ajar, tidak sopan dan menyakitkan hati orang yang
menerimanya.

Gambaran diatas membersitkan ungkapan bahwa tata cara atau metode lebih
penting dari materi, yang dalam bahasa arab dikenal dengan “Al-Thariqah abammu
min al-maddah”. Ungkapan ini sangat releven dengan kegiatan dakwah. Aktivitas
dakwah pada awalnya hanyalah merupakan tugas sederhana yakni kewajiban untuk
menyampaikan apa yang diterima dari rasullullah SAW,walaupun hanya satu ayat. Hal
ini dapat dipahamai sebagaimana yang ditegaskan oleh hadits Rasullah
SAW: “Balighu „anni walau ayat”. Inilah yang membuat kegiatan atau aktivitas
dakwah boleh dan harus dilakukan oleh siapa saja yang mempunyai rasa
keterpanggilan untuk menyebarkan nilai-nilai islam. Oleh karena itu aktivitas dakwah
memang harus berangkat dari kesadaran pribadi yang dilakukan oleh orang per orang
dengan kemampuan minimal dari siapa saja yang dapat melakukan dakwah. Kegiatan
dakwah sering digeluti oleh para dai dan da‟iyah secara tradisional secara lisan dalam
bentuk ceramah dan pengajian. Yang mana para da‟i berpindah dari satu majelis ke
majelis yang lainnya. Akan tetapi berkembangnya zaman dakwah sekaramg ini tidak
lagi dilakukan secara tradisional. Dakwah sekarang sudah menjadi satu profesi yang
menuntut skill, planning dan manajemen handal. Memahami esensi dari makna dakwah
itu sendiri, kegiatan dakwah sering dipahami sebagai upaya untuk memberikan solusi
islam terhadap berbagai masalah dalam kehidupan.

2. Rumusan Masalah

1. Apa arti dari dakwah ?

2. Bagaimana kewajiban dakwah bagi setiap umat islam ?

3. Bagaimana dalil dan manfaat berdakwah?

1
3. Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah diatas, adapun tujuan penulis dalam makalha ini ialah
sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui apa arti dakwah dakwah.

2. Untuk mengetahui bagaimana kewajiban dakwah bagi setiap umat islam.

3. Untuk mengetahui Bagaimana dalil dan manfaat Berdakwah.

2
BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengertian Dakwah

Di tinjau dari segi etimologi dakwah berasal dari bahasa Arab yang berarti
“panggilan, ajakan atau seruan”. Dalam ilmu tata bahasa Arab, kata Dakwah berbentuk
sebagai “isim mashdar”. Kata ini berasal dari fi‟il “da‟a-yad‟u”, artinya memanggil,
mengajak atau menyeru. Orang yang memanggil, mengajak atau menyeru atau
melaksanakan dakwah dinamakan da‟inya, terdiri dari beberapa orang (banyak) di
sebut “du‟ah”.

Dakwah menurut arti istilahnya mengandung beberapa arti yang beraneka ragam.
Banyak ahli ilmu dakwah dalam memberikan pengertian terhadap istilah dakwah
terdapat beraneka ragam pendapat.

Menurut Drs. Hamzah Yaqub dalam bukunya “Publistik Islam” memberikan


pengertian dakwah dalam islam ialah “mengajak umat manusia dengan hikmah
kebijaksanaan untuk mengikuti petunjuk Allah dan Rasul”.

Asmuni syukir berpendapat bahwa istilah dakwah itu dapat diartikan dari dua
sudut pandang, yakni pengertian dakwah yang bersifat pembinaan dan bersifat
pengembangan. Pembinaan artinya suatu kegiatan untuk mempertahankan dan
menyempurnakan sesuatu hal yang telah ada sebelumnya. Sedangkan pengembangan
berarti suatu kegiatan yang mengarah kepada pembaharuan. Dengan demikian
pengertian Dakwah yang bersifat pembinaan adalah suatu usaha mempertahankan,
melestariakan dan menyempurnakan umat manusia agar mereka tetap beriman kepada
Allah, dengan menjalankan syariat nya sehingga mereka menjadi manusia yang hidup
bahagia di dunia maupun akherat. Sedangkan pengertian dakwah yang bersifat
pengembangan adalah usaha mengajak umat manusia yang belum beriman kepada
Allah agar mentaati syariat islam supaya nantinya dapat hidup bahagia dan sejahtera di
dunia maupun akherat.

Dalam Al-Qur‟an surat An-Nahl ayat 125 di sebutkan bahwa dakwah adalah
mengajak umat manusia kejalan Allah dengan cara yang bijaksana, nasehat yang baik
serta berdebat dengan cara yang baik pula.

١٢٥

Artinya:
3
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik
dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang
lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih
mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS. An-Nahl : 125)

Arti Mufradat :

Serulah (oleh kamu) : Jalan :

Dengan hikmah : TuhanMu :

Dan pelajaran : Baik :

Dan bantahlah mereka : Dengan (cara) yang :

(aku) mengetahui : Sesungguhnya :

Dengan pada siapa : Tersesat :

Pada orang-orang yang mendapat petunjuk :

Asbabun nuzul surat An-Nahl 125 :

Para mufasir berbeda pendapat seputar sabab an-nuzul (latar belakang turunnya)
ayat ini. Al-Wahidi menerangkan bahwa ayat ini turun setelah Rasulullah SAW
menyaksikan jenazah 70 sahabat yang syahid dalam perang Uhud, termasuk Hamzah
paman Rasulullah. Al-Qurthubi menyatakan bahwa ayat ini turun di Makkah ketika
adanya perintah kepada Rasulullah SAW untuk melakukan gencatan senjata dengan
pihak Quraisy. Akan tetapi, Ibnu Katsir tidak menjelaskan adanya riwayat yang
menjadi sebab turunnya ayat tersebut.

Meskipun demikian, ayat ini tetap berlaku umum untuk sasaran dakwah siapa saja,
muslim ataupun kafir dan tidak hanya berlaku khusus sesuai dengan sabab an-
nuzul nya. Sebab, unngkapan yang ada memberikan pengertian umum. Ini berdasarkan
kaidah ushul: “yang menjadi patokan adalah keumuman ungkapan, bukan kekhususam
sebab”. Setelah kata ud‟u (serulah) tidak disebutkan siapa obyek-nya. Ini adalah uslub
(gaya pengungkapan) bahasa arab yang memberikan pengertian umum. Dari segi siapa
yang berdakwah, ayat ini juga berlaku umum. Meski ayat ini adalah perintah Allah
kepada Rasulullah, perintah ini juga berlaku untuk umat Islam. Sebagaimana kaidah
dalam ushul fiqh: “perintah Allah kepada Rasulullah, perintah ini juga berlaku untuk
umat islam, selama tidak ada dalil yang mengkhususkannya”

2. Kewajiban Berdakwah

Berdakwah dengan segala bentuknya adalah wajib hukumnya bagi setiap muslim.
Misalnya amar ma‟ruf, nahi munkar, berjihad, memberi nasihat dan sebagainya. Hal ini
4
menunjukkan bahwa hukum islam tidak mewajibkan bagi umatnya untuk selalu
mendapatkan hasil semaksimalnya, akan tetapi usahanyalah yang diwajibkan
semaksimalnya sesuai dengan keahlian dan kemampuannya. Adapun orang yang
diajak, ikut ataupun tidak ikut itu urusan Allah.

Pada dasarnya setiap muslim dan muslimah di wajibkan untuk mendakwahkan


islam kepada orang lain baik muslim maupun non muslim ketentuan semacam ini di
dasarkan pada firman Allah Swt :

١٠٤

Artinya : “dan hendaklah ada diantara kamu segolongan umat yang menyeru kepada
kebajikan menyuruh kepada yang Ma‟ruf dan mencegah dari yang mungkar merekalah
orang-orang yang beruntung.” (QS. Al-Imran : 104)

Arti Mufradat :

Dan hendaklah ada : Diantara kamu :

Ummat : Menyeru, Berdoa kepada kami :

Kepada : Kebaikan :

Dan menyuruh : Dengan kepada kebaikan :

Dan melarang : Dari perbuatan munkar :

Dan mereka itulah : Merekalah orang-orang beruntung :

Asbabun Nuzul Al-Imran ayat 104 :

Pada zaman jahiliyah sebelum Islam ada dua suku yaitu, Suku Aus dan Khazraj
yang selalu bermusuhan turun temurun selama 120 tahun, permusuhan kedua suku
tersebut berakhir setelah Nabi Muhammad SAW mendakwahkan Islam kepada mereka,
pada akhirnya suku Aus yakni kaum Anshar dan suku Khazraj hidup berdampingan
secara damai dan penuh keakraban. Suatu ketika Syas Ibn Qais seorang Yahudi melihat
suku Aus dengan suku Khazraj duduk bersama dengan santai dan penuh keakraban,
padahal sebelumnya mereka bermusuhan, Qais tidak suka melihat keakraban dan
kedamaian mereka, lalu dia menyuruh seorang pemuda Yahudi duduk bersama suku
Aus dan Khazraj untuk menyinggung perag Bu‟ast yang pernah terjadi antara Aus dan
Khazraj lalu masing-masing suku terpancing dan mengagungkan sukunya masing-
masing, saling mencaci maki dan mengangkat senjata, dan untung Rasulullah SAW
yang mendengar peristiwa tersebut segera datang dan menasehati mereka : Apakah
kalian termakan fitnah jahiliyah itu, bukankah Allah telah mengangkat derajat kamu
semua dengan agama Islam, dan menghilangkan dari kalian semua yang berkaitan

5
dengan jahiliyah?. setelah mendengar nasehat Rasul, mereka sadar, menangis dan
saling berpelukan. Sungguh peristiwa itu adalah seburuk-buruk sekaligus sebaik-baik
peristiwa. Maka turunlah surat Ali Imran ayat 104.

Tafsir Ibnu Katsir :

Allah SWT berfirman bahwasanya hendaklah ada kalian sejumlah orang yang
bertugas untuk menegakkan perintah Allah, yaitu dengan menyeru orang-orang untuk
berbuat kebaikan dan melarang perbuatan yang mungkar, mereka adalah golongan
yang beruntung.

Adh Dhahhak mengatakan, mereka adalah para sahabat yang terpilih, para
mujahidin yang terpilih, dan para ulama.

Abu Ja‟far Al-Baqir meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW membacakan


firmanNya : “Dan hendaklah ada diantara kalian segolongan umat yang menyeru
kepada kebajikan” (Ali Imran : 104), kemudian beliau bersabda : “yang dimaksud
dengan kebajikan ini ialah mengikuti Al-qur‟an dan sunnahku” hadist diriwayatkan
oleh Ibnu Murdawaih.

Makna yang dimaksud dari ayat ini ialah hendaklah ada segolongan orang dari
kalangan umat ini yang bertugas untuk mengemban urusan tersebut, sekalipun urusan
tersebut memang diwajibkan pula atas setiap individu dari umat ini. Sebagaimana yang
disebutkan di dalam kitab Shahih Muslim dalam sebuah hadist dari Abu Hurairah.
Disebutkan bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda : “Barang siapa diantara kalian
melihat suatu kemungkaran, hendaklah ia mencegahnya dengan tangannya. Dan jika ia
tidak mampu, maka dengan lisannya. Dan jika masih tidak mampu juga, maka dengan
hatinya, yang demikian itu adalah selemah-lemah iman”. Didalam riwayat lain
disebutkan : “dan tiadalah dibelakang itu (selain dari itu) iman barang seberat biji
sawi.”

Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Sulaiman Al Hasyimi,


telah menceritakan kepada kami Ismail ibnu Ja‟far, telah menceritakan kepadaku Amr
ibnu Abu Amr, dari Jarullah Hudzhaifah ibnu Yaman, bahwa Nabi SAW pernah
bersabda : “Demi Tuhan yang jiwaku berada didalam genggaman kekuasaanNya,
kalian benar-benar harus memerintahkan kepada kebajikan dan melarang perbuatan
mungkar, atau hamper-hampir Allah akan mengirimkan kepada kalian siksa dari
sisiNya, kemudian kalian benar-benar berdoa (meminta pertolongan kepadaNya), tetapi
doa kalian tidak diperkenankan.”

Imam Tirmidzi dan Imam Ibnu Majah meriwayatkan melalui hadist Amr Ibnu Abu
Amr dengan lafadz yang sama. Imam Tirmidzi mengatakan bahwa hadist ini hasan.

6
Hadist tentang dakwah :

Artinya : “Dari „Abdullah bin „Umar ra dituturkan, bahwasanya Rasulullah saw


bersabda, “Sampaikanlah dariku walaupun satu ayat”. (HR. Bukhari)

Arti Mufradat :

Sampaikanlah :

Dariku :

Walaupun :

Ayat :

Dalam hadist diatas, Nabi Muhammad SAW memerintahkan untuk menyampaikan


perkara agama dari beliau, karena Allah SWT telah menjadikan agama ini sebagai
satu-satunya agama bagi umat manusia dan jin. Tentang sabda beliau, “sampaikanlah
dariku walau hanya satu ayat”, Al Ma‟fi An Nahrawani mengatakan, “hal ini agar
setiap orang mendengar suatu perkara dari Nabi SAW bersegera untuk
menyampaikannya, meskipun sedikit. Tujuannya agar nukilan dari Nabi SAW dapat
segera tersambung dan tersampaikan seluruhnya.” Hal ini sebagaimana sabda beliau,
“hendaklah yang hadir menyampaikan pada yang tidak hadir”.

Bentuk perintah dalam hadist ini menunjukkan hukum fardhu kifayah.

Tabligh, atau menyampaikan ilmu dari Rasululllah SAW terbagi dua bentuk :

a. Menyampaikan dalil Al-qur‟an dan As Sunnah. Cara penyampaian seperti ini


membutuhkan hafalan yang bagus dan mantap. Juga cara dakwah seperti ini
haruslah disampaikan dari orang yang jelas islamnya, baligh dan memiliki sikap.

b. Menyampaikan secara makna dan pemahaman terhadap nash-nash yang ada.


Orang yang menyampaikan ilmu seperti ini butuh banyak menggali ilmu dan bisa
pula dengan mendapatkan persaksian atau izin dari para ulama. Hal ini
dikarenakan memahami nash-nash membutuhkan ilmu-ilmu lainnya.

Sebagian orang yang mengaku sebagai da‟I, pemberi wejangan dan pengisi ta‟lim,
padahal nyatanya ia tidak memilliki pemahaman dalam agama, berdalil dengan hadist
“sampaikanlah dariku walau hanya satu ayat”. Mereka beranggapan bahwasanya tidak
dibutuhkan ilmu yang banyak untuk berdakwah. Bahkan mereka berkata bahwasannya
barangsiapa yang memiliki satu ayat maka ia telah disebut pendakwah, dengan dalil
Nabi Muhammad Saw. Menurut mereka, tentu yang memiliki hafalan lebih banyak
dari satu ayat atau satu hadist lebih layak jadi pendakwah. Penyataan diatas jelas keliru
7
dan termasuk pengelabuan yang tidak samar bagi orang yang dianugerahi ilmu oleh
Allah. Hadist diatas tidaklah menunjukkan apa yang mereka maksudkan, melainkan di
dalamnya justru terdapat perintah untuk menyampaikan ilmu dengan pemahaman yang
baik, meskipun ia hanya mendapatkan satu hadist saja. Apabila seorang pendakwah
hanya memiliki hafalan ilmu yang kurang, maka ia hanya boleh menyampaikan
sekadar hafalan yang ia dengar. Adapun apabila ia termasuk punya hafalan ilmu dan
pemahaman yang bagus, ia dapat menyampaikan dalil yang ia hafal dan pemahaman
ilmu yang ia miliki.

3. Dalil dan manfaat berdakwah

Dakwah adalah kegiatan mengajak manusia untuk beriman dan bertakwa kepada
Allah SWT. Dakwah merupakan bukti ketaatan seorang Muslim dalam menyebarkan
ajaran Islam. Berdakwah tidak hanya sekedar menyampaikan ceramah di depan
khalayak ramai, walau hanya sepatah kata kebaikan yang disampaikan, itu termasuk
dalam berdakwah.

Dengan berbagai kemudahan dan teknologi saat ini, berdakwah menjadi jauh lebih
fleksibel dan efisien. Sebagai seorang Muslim, hendaklah kita selalu berdakwah
menyebarkan firman Allah. Sudah seharusnya dakwah menjadi tujuan hidup manusia
di dunia. Sebagaimana firman Allah SWT:

Artinya;

“Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah,
mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: “Sesungguhnya aku termasuk orang-orang
yang menyerah diri?” (Q.S. Fushshilat : 33)

Begitu banyak keutamaan dalam berdakwah, diantaranya adalah sebagai berikut:

a. Meneladani para rasul

Ketika sekolah, kita sering diperintahkan untuk menghapal nama-nama nabi


dan rasul dan membaca kisah teladan Nabi Muhammad. Masih ingatkah Anda
dengan tugas para rasul? Para rasul adalah orang yang diutus oleh Allah swt
untuk melakukan dakwah kepada Allah. Sebagai umat Rasulullah SAW, kita
mendapatkan keutamaan dalam berdakwah, meneladani para rasul dalam
menjalankan tugas mulianya juga sebagai bukti keutamaan cinta kepada
Rasulullah.

Artinya;
8
“Katakanlah: “Inilah jalan (agama)ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku
mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Maha Suci Allah,
dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik”. (Q.S. Yusuf : 108 ).

b. Amal yang terbaik

Dakwah merupakan amal yang terbaik karena meneruskan tugas mulia para
nabi dan rasul dalam menyebarkan agama Allah. Sayyid Quthb rahimahullah
berkata dalam Fi Zhilal Al-Quran: “Sesungguhnya kalimat dakwah adalah
kalimat terbaik yang diucapkan di bumi ini, ia naik ke langit di depan kalimat-
kalimat baik lainnya. Akan tetapi ia harus disertai dengan amal shalih yang
membenarkannya, dan disertai penyerahan diri kepada Allah sehingga tidak ada
penonjolan diri di dalamnya. Dengan demikian jadilah dakwah ini murni untuk
Allah, tidak ada kepentingan bagi seorang da‟i kecuali menyampaikan.

Setelah itu tidak pantas kalimat seorang da‟i disikapi dengan berpaling,
adab yang buruk, atau pengingkaran. Karena seorang da‟i datang dan maju
membawa kebaikan, sehingga ia berada dalam kedudukan yang amat tinggi…”
(Fi Zhilal Al-Quran 6/295).

Rasulullah Shallallahu „alaihi wasallam bersabda, “Sesungguhnya para


ulama adalah pewaris para nabi, dan para nabi tidaklah mewariskan dinar
ataupun dirham, tetapi mewariskan ilmu. Barang siapa mengambilnya, sungguh
dia telah mengambil bagian yang sangat mencukupi.” (HR. Abu Dawud)

Dari anas Ibnu Malik berkata : Rasulullah bersabda : sesungguhnya orang


yang menunjukan kepada kebaikan, maka baginya (pahala) seperti orang yang
melakukan (kebaikan itu). “ ( HR. At-Tirmizi, hadist Hasan Shahih )

c. Mendapat pahala yang besar

Meneruskan tugas mulia para nabi tentunya mendapatkan pahala yang


besar. Pahala yang didapatkan si pendakwah bukan hanya sampai di dakwah
saja, bahkan ketika orang yang mendengar dakwah menyampaikan isi dakwah
kepada orang lain, maka pahalanya pun akan mengalir juga untuk si
pendakwah, begitulah seterusnya berulang-ulang hingga akhir dunia dan
menjadi amal jariyah.

Sebagaimana sabda Rasul: “Siapa yang mencontohkan perbuatan baik


dalam Islam, lalu perbuatan itu setelahnya dicontoh (orang lain), maka akan
dicatat untuknya pahala seperti pahala orang yang mencontohnya tanpa
dikurangi sedikitpun pahala mereka yang mencontohnya. Dan barangsiapa
mencontohkan perbuatan buruk, lalu perbuatan itu dilakukan oleh orang lain,
9
maka akan ditulis baginya dosa seperti dosa orang yang menirunya tanpa
mengurangi mereka yang menirunya. (HR. Muslim dari Jarir bin Abdillah ra).

Sabda Rasulullah SAW kepada Ali bin Abi Thalib: “Demi Allah,
sesungguhnya Allah swt memberikan hidayah kepada seseorang dengan
(da‟wah)mu, maka itu lebih baik bagimu dari unta merah.” (HR. Bukhari,
Muslim & Ahmad).

Di jaman Rasulullah SAW dalam sejarah agama Islam, unta merah


merupakan kendaraan yang sangat mewah kala itu. Dalam hadist di atas
menjelaskan bahwa berdakwah jauh lebih baik ketimbang harta apapun juga.

d. Penyelamat dari azab Allah SWT

Dikisahkan dalam Al-Quran, sebuah kisah tentang mereka yang berdakwah


agar selamat dari azab Allah.

“Dan tanyakanlah kepada Bani Israil tentang negeri yang terletak di dekat laut
ketika mereka melanggar aturan pada hari Sabtu, di waktu datang kepada
mereka ikan-ikan (yang berada di sekitar) mereka terapung-apung di
permukaan air, dan di hari-hari yang bukan Sabtu, ikan-ikan itu tidak datang
kepada mereka. Demikianlah Kami mencoba mereka disebabkan mereka
berlaku fasik.” (Q.S. Al-A‟raf:163)

“Dan (ingatlah) ketika suatu umat di antara mereka berkata: “Mengapa kamu
menasehati kaum yang Allah akan membinasakan mereka atau mengazab
mereka dengan azab yang amat keras?” Mereka menjawab: “Agar kami
mempunyai alasan (pelepas tanggung jawab) kepada Tuhanmu, dan supaya
mereka bertakwa.” (Q.S. Al-A‟raf:164)

“Maka tatkala mereka melupakan apa yang diperingatkan kepada mereka, Kami
selamatkan orang-orang yang melarang dari perbuatan jahat dan Kami
timpakan kepada orang-orang yang zalim siksaan yang keras, disebabkan
mereka selalu berbuat fasik.” (Q.S. Al-A‟raf:165)
10
Dari penggalan surah di atas, dapat disimpulkan bahwa dengan berdakwah,
akan terlepasnya tanggung jawabnya di hadapan Allah swt sehingga ia
terhindar dari adzab Allah. Sebagaimana sabda Rasul:

“Perumpamaan orang yang tegak di atas hukum-hukum Allah dengan orang


yang melanggarnya seperti kaum yang menempati posisinya di atas bahtera, ada
sebagian yang mendapatkan tempat di atas, dan ada sebagian yang mendapat
tempat di bawah. Mereka yang berada di bawah jika akan mengambil air harus
melewati orang yang berada di atas, lalu mereka berkata: “Jika kita
membolongi bagian bawah milik kita dan tidak mengganggu mereka..” Kalau
mereka membiarkan keinginan orang yang akan membolongi, mereka semua
celaka, dan jika mereka menahan tangan mereka maka selamatlah semuanya.”
(HR. Bukhari).

Jalan menuju khairu ummah

Khairu ummah adalah umat terbaik yang pernah ada, seperti yang telah
disebutkan dalam Al-Quran:

“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh
kepada yang ma‟ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada
Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di
antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang
yang fasik.” (Q.S. Ali Imran:110)

Rasulullah SAW telah berhasil mengubah masyarakat jahiliyah menjadi


umat terbaik sepanjang zaman dengan dakwahnya. Beliau juga terus mencetak
para penerus dakwahnya untuk membentuk basis dan cikal bakal masyarakat
terbaik di Madinah (Anshar). Dan dengan dakwahlah kita bisa kembali bangkit
menuju kejayaan sebagai khairu ummah.

11
BAB III

KESIMPULAN

1. Kesimpulan

Dalam Al-Qur‟an surat An-Nahl ayat 125 di sebutkan bahwa dakwah adalah
mengajak umat manusia kejalan Allah dengan cara yang bijaksana, nasehat yang baik
serta berdebat dengan cara yang baik pula.

Berdakwah dengan segala bentuknya adalah wajib hukumnya bagi setiap muslim.
Misalnya amar ma‟ruf, nahi munkar, berjihad, memberi nasihat dan sebagainya. Hal ini
menunjukkan bahwa hukum islam tidak mewajibkan bagi umatnya untuk selalu
mendapatkan hasil semaksimalnya, akan tetapi usahanyalah yang diwajibkan
semaksimalnya sesuai dengan keahlian dan kemampuannya. Pada dasarnya setiap
muslim dan muslimah di wajibkan untuk mendakwahkan islam kepada orang lain baik
muslim maupun non muslim ketentuan semacam ini di dasarkan pada firman Allah Swt
surat Ali Imran ayat 104 yang menegaskan kepada umat manusia agar menyeru kepada
sesama golongan umat manusia agar berbuat amar ma‟ruf dan menjauhi perbuatan
yang mungkar.

Tujuan dakwah adalah mengajak umat manusia kepada jalan yang benar yang di
ridhoi Allah Swt. Agar dapat hidup bahagia dan sejahtera di dunia maupun di akhirat,
lalu mengajak umat manusia yang sudah memeluk agama islam untuk selalu
meningkatkan taqwanya kepada Allah Swt artinya mereka diharapkan agar senantiasa
mengerjakan segala perintah Allah dan selalu meninggalkan perkara yang dilarangnya,
membina mental agama islam bagi kaum yang masih mualaf, Membina mental agama
islam bagi kaum yang masih mualaf, dan sebagainya.

2. Saran

Dengan penulisan makalah ini diharapkan pembaca dapat memahamu urgensi dan
kewajiban berdakwah.

12
DAFTAR PUSTAKA

As-zain, Samih‟Athif. 1988. Sifat dan karakter para da‟i. bandung. Husaini bandung.
Ariesta, Yhouga. Memurnikan Akidah Menebarkan Sunnah. Muslim.or.id/akhlaq-dn-
nasehat/sampaikan-ilmu-dariku-walau-satu-ayat.html.
Mushaf Al-Azhar, Al-Qur‟an dan Terjemah. Surah Ali Imran ayat 104 & Surat An-
Nahl ayat 125.
SekilasTafsirAliImran ayat 104. Muhammadhyar.wordpress.com/2011/01/25/sekilas-
tafsir-ali-imran-ayat-104/
Syukir, Asmuni. 1983. Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam. surabaya. Al-ikhlas.
Asmuni syukir,Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam, Al-ikhlas,Surabaya, 198, hal.17

13

Anda mungkin juga menyukai