KEWAJIBAN BERDAKWAH
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah subhanahu wata‟ala, yang atas
rahmatnya maka penulis dapat menyelesaikan penyususnan maka;ah yang berjudul
“Kewajiban Berdakwah”.
Akhirnya penulis berharap semoga Allah memberikan imbalan yang setimpal pada
mereka yang telah memberikan bantuan, dan dapa menjadikan semua bantuan ini
sebagai ibadah.
AmiinYaaRobbal „Alamiin.
Penulis
i
DAFTAR ISI
3. Tujuan ……………………………………………………………………………… 2
1. Kesimpulan ……………………………………………………………………….. 12
2. Saran ………………………………………………………………………………. 12
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari sering kita jumpai kenyataan bahwa tata cara
memberikan sesuatu lebih penting dari sesuatu yang diberikan itu sendiri. Yang mana
kita ibaratkan bagaikan semangkok teh pahit dan sepotong ubi goreng yang disajikan
dengan cara sopan, ramah dan tanpa sikap yang dibuat-buat akan lebih terasa enak
disantap ketimbang seporsi makanan lezat, mewah, dan mahal harganya, tetapi
disajikan dengan cara kurang ajar, tidak sopan dan menyakitkan hati orang yang
menerimanya.
Gambaran diatas membersitkan ungkapan bahwa tata cara atau metode lebih
penting dari materi, yang dalam bahasa arab dikenal dengan “Al-Thariqah abammu
min al-maddah”. Ungkapan ini sangat releven dengan kegiatan dakwah. Aktivitas
dakwah pada awalnya hanyalah merupakan tugas sederhana yakni kewajiban untuk
menyampaikan apa yang diterima dari rasullullah SAW,walaupun hanya satu ayat. Hal
ini dapat dipahamai sebagaimana yang ditegaskan oleh hadits Rasullah
SAW: “Balighu „anni walau ayat”. Inilah yang membuat kegiatan atau aktivitas
dakwah boleh dan harus dilakukan oleh siapa saja yang mempunyai rasa
keterpanggilan untuk menyebarkan nilai-nilai islam. Oleh karena itu aktivitas dakwah
memang harus berangkat dari kesadaran pribadi yang dilakukan oleh orang per orang
dengan kemampuan minimal dari siapa saja yang dapat melakukan dakwah. Kegiatan
dakwah sering digeluti oleh para dai dan da‟iyah secara tradisional secara lisan dalam
bentuk ceramah dan pengajian. Yang mana para da‟i berpindah dari satu majelis ke
majelis yang lainnya. Akan tetapi berkembangnya zaman dakwah sekaramg ini tidak
lagi dilakukan secara tradisional. Dakwah sekarang sudah menjadi satu profesi yang
menuntut skill, planning dan manajemen handal. Memahami esensi dari makna dakwah
itu sendiri, kegiatan dakwah sering dipahami sebagai upaya untuk memberikan solusi
islam terhadap berbagai masalah dalam kehidupan.
2. Rumusan Masalah
1
3. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, adapun tujuan penulis dalam makalha ini ialah
sebagai berikut:
2
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Dakwah
Di tinjau dari segi etimologi dakwah berasal dari bahasa Arab yang berarti
“panggilan, ajakan atau seruan”. Dalam ilmu tata bahasa Arab, kata Dakwah berbentuk
sebagai “isim mashdar”. Kata ini berasal dari fi‟il “da‟a-yad‟u”, artinya memanggil,
mengajak atau menyeru. Orang yang memanggil, mengajak atau menyeru atau
melaksanakan dakwah dinamakan da‟inya, terdiri dari beberapa orang (banyak) di
sebut “du‟ah”.
Dakwah menurut arti istilahnya mengandung beberapa arti yang beraneka ragam.
Banyak ahli ilmu dakwah dalam memberikan pengertian terhadap istilah dakwah
terdapat beraneka ragam pendapat.
Asmuni syukir berpendapat bahwa istilah dakwah itu dapat diartikan dari dua
sudut pandang, yakni pengertian dakwah yang bersifat pembinaan dan bersifat
pengembangan. Pembinaan artinya suatu kegiatan untuk mempertahankan dan
menyempurnakan sesuatu hal yang telah ada sebelumnya. Sedangkan pengembangan
berarti suatu kegiatan yang mengarah kepada pembaharuan. Dengan demikian
pengertian Dakwah yang bersifat pembinaan adalah suatu usaha mempertahankan,
melestariakan dan menyempurnakan umat manusia agar mereka tetap beriman kepada
Allah, dengan menjalankan syariat nya sehingga mereka menjadi manusia yang hidup
bahagia di dunia maupun akherat. Sedangkan pengertian dakwah yang bersifat
pengembangan adalah usaha mengajak umat manusia yang belum beriman kepada
Allah agar mentaati syariat islam supaya nantinya dapat hidup bahagia dan sejahtera di
dunia maupun akherat.
Dalam Al-Qur‟an surat An-Nahl ayat 125 di sebutkan bahwa dakwah adalah
mengajak umat manusia kejalan Allah dengan cara yang bijaksana, nasehat yang baik
serta berdebat dengan cara yang baik pula.
١٢٥
Artinya:
3
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik
dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang
lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih
mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS. An-Nahl : 125)
Arti Mufradat :
Para mufasir berbeda pendapat seputar sabab an-nuzul (latar belakang turunnya)
ayat ini. Al-Wahidi menerangkan bahwa ayat ini turun setelah Rasulullah SAW
menyaksikan jenazah 70 sahabat yang syahid dalam perang Uhud, termasuk Hamzah
paman Rasulullah. Al-Qurthubi menyatakan bahwa ayat ini turun di Makkah ketika
adanya perintah kepada Rasulullah SAW untuk melakukan gencatan senjata dengan
pihak Quraisy. Akan tetapi, Ibnu Katsir tidak menjelaskan adanya riwayat yang
menjadi sebab turunnya ayat tersebut.
Meskipun demikian, ayat ini tetap berlaku umum untuk sasaran dakwah siapa saja,
muslim ataupun kafir dan tidak hanya berlaku khusus sesuai dengan sabab an-
nuzul nya. Sebab, unngkapan yang ada memberikan pengertian umum. Ini berdasarkan
kaidah ushul: “yang menjadi patokan adalah keumuman ungkapan, bukan kekhususam
sebab”. Setelah kata ud‟u (serulah) tidak disebutkan siapa obyek-nya. Ini adalah uslub
(gaya pengungkapan) bahasa arab yang memberikan pengertian umum. Dari segi siapa
yang berdakwah, ayat ini juga berlaku umum. Meski ayat ini adalah perintah Allah
kepada Rasulullah, perintah ini juga berlaku untuk umat Islam. Sebagaimana kaidah
dalam ushul fiqh: “perintah Allah kepada Rasulullah, perintah ini juga berlaku untuk
umat islam, selama tidak ada dalil yang mengkhususkannya”
2. Kewajiban Berdakwah
Berdakwah dengan segala bentuknya adalah wajib hukumnya bagi setiap muslim.
Misalnya amar ma‟ruf, nahi munkar, berjihad, memberi nasihat dan sebagainya. Hal ini
4
menunjukkan bahwa hukum islam tidak mewajibkan bagi umatnya untuk selalu
mendapatkan hasil semaksimalnya, akan tetapi usahanyalah yang diwajibkan
semaksimalnya sesuai dengan keahlian dan kemampuannya. Adapun orang yang
diajak, ikut ataupun tidak ikut itu urusan Allah.
١٠٤
Artinya : “dan hendaklah ada diantara kamu segolongan umat yang menyeru kepada
kebajikan menyuruh kepada yang Ma‟ruf dan mencegah dari yang mungkar merekalah
orang-orang yang beruntung.” (QS. Al-Imran : 104)
Arti Mufradat :
Kepada : Kebaikan :
Pada zaman jahiliyah sebelum Islam ada dua suku yaitu, Suku Aus dan Khazraj
yang selalu bermusuhan turun temurun selama 120 tahun, permusuhan kedua suku
tersebut berakhir setelah Nabi Muhammad SAW mendakwahkan Islam kepada mereka,
pada akhirnya suku Aus yakni kaum Anshar dan suku Khazraj hidup berdampingan
secara damai dan penuh keakraban. Suatu ketika Syas Ibn Qais seorang Yahudi melihat
suku Aus dengan suku Khazraj duduk bersama dengan santai dan penuh keakraban,
padahal sebelumnya mereka bermusuhan, Qais tidak suka melihat keakraban dan
kedamaian mereka, lalu dia menyuruh seorang pemuda Yahudi duduk bersama suku
Aus dan Khazraj untuk menyinggung perag Bu‟ast yang pernah terjadi antara Aus dan
Khazraj lalu masing-masing suku terpancing dan mengagungkan sukunya masing-
masing, saling mencaci maki dan mengangkat senjata, dan untung Rasulullah SAW
yang mendengar peristiwa tersebut segera datang dan menasehati mereka : Apakah
kalian termakan fitnah jahiliyah itu, bukankah Allah telah mengangkat derajat kamu
semua dengan agama Islam, dan menghilangkan dari kalian semua yang berkaitan
5
dengan jahiliyah?. setelah mendengar nasehat Rasul, mereka sadar, menangis dan
saling berpelukan. Sungguh peristiwa itu adalah seburuk-buruk sekaligus sebaik-baik
peristiwa. Maka turunlah surat Ali Imran ayat 104.
Allah SWT berfirman bahwasanya hendaklah ada kalian sejumlah orang yang
bertugas untuk menegakkan perintah Allah, yaitu dengan menyeru orang-orang untuk
berbuat kebaikan dan melarang perbuatan yang mungkar, mereka adalah golongan
yang beruntung.
Adh Dhahhak mengatakan, mereka adalah para sahabat yang terpilih, para
mujahidin yang terpilih, dan para ulama.
Makna yang dimaksud dari ayat ini ialah hendaklah ada segolongan orang dari
kalangan umat ini yang bertugas untuk mengemban urusan tersebut, sekalipun urusan
tersebut memang diwajibkan pula atas setiap individu dari umat ini. Sebagaimana yang
disebutkan di dalam kitab Shahih Muslim dalam sebuah hadist dari Abu Hurairah.
Disebutkan bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda : “Barang siapa diantara kalian
melihat suatu kemungkaran, hendaklah ia mencegahnya dengan tangannya. Dan jika ia
tidak mampu, maka dengan lisannya. Dan jika masih tidak mampu juga, maka dengan
hatinya, yang demikian itu adalah selemah-lemah iman”. Didalam riwayat lain
disebutkan : “dan tiadalah dibelakang itu (selain dari itu) iman barang seberat biji
sawi.”
Imam Tirmidzi dan Imam Ibnu Majah meriwayatkan melalui hadist Amr Ibnu Abu
Amr dengan lafadz yang sama. Imam Tirmidzi mengatakan bahwa hadist ini hasan.
6
Hadist tentang dakwah :
Arti Mufradat :
Sampaikanlah :
Dariku :
Walaupun :
Ayat :
Tabligh, atau menyampaikan ilmu dari Rasululllah SAW terbagi dua bentuk :
Sebagian orang yang mengaku sebagai da‟I, pemberi wejangan dan pengisi ta‟lim,
padahal nyatanya ia tidak memilliki pemahaman dalam agama, berdalil dengan hadist
“sampaikanlah dariku walau hanya satu ayat”. Mereka beranggapan bahwasanya tidak
dibutuhkan ilmu yang banyak untuk berdakwah. Bahkan mereka berkata bahwasannya
barangsiapa yang memiliki satu ayat maka ia telah disebut pendakwah, dengan dalil
Nabi Muhammad Saw. Menurut mereka, tentu yang memiliki hafalan lebih banyak
dari satu ayat atau satu hadist lebih layak jadi pendakwah. Penyataan diatas jelas keliru
7
dan termasuk pengelabuan yang tidak samar bagi orang yang dianugerahi ilmu oleh
Allah. Hadist diatas tidaklah menunjukkan apa yang mereka maksudkan, melainkan di
dalamnya justru terdapat perintah untuk menyampaikan ilmu dengan pemahaman yang
baik, meskipun ia hanya mendapatkan satu hadist saja. Apabila seorang pendakwah
hanya memiliki hafalan ilmu yang kurang, maka ia hanya boleh menyampaikan
sekadar hafalan yang ia dengar. Adapun apabila ia termasuk punya hafalan ilmu dan
pemahaman yang bagus, ia dapat menyampaikan dalil yang ia hafal dan pemahaman
ilmu yang ia miliki.
Dakwah adalah kegiatan mengajak manusia untuk beriman dan bertakwa kepada
Allah SWT. Dakwah merupakan bukti ketaatan seorang Muslim dalam menyebarkan
ajaran Islam. Berdakwah tidak hanya sekedar menyampaikan ceramah di depan
khalayak ramai, walau hanya sepatah kata kebaikan yang disampaikan, itu termasuk
dalam berdakwah.
Dengan berbagai kemudahan dan teknologi saat ini, berdakwah menjadi jauh lebih
fleksibel dan efisien. Sebagai seorang Muslim, hendaklah kita selalu berdakwah
menyebarkan firman Allah. Sudah seharusnya dakwah menjadi tujuan hidup manusia
di dunia. Sebagaimana firman Allah SWT:
Artinya;
“Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah,
mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: “Sesungguhnya aku termasuk orang-orang
yang menyerah diri?” (Q.S. Fushshilat : 33)
Artinya;
8
“Katakanlah: “Inilah jalan (agama)ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku
mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Maha Suci Allah,
dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik”. (Q.S. Yusuf : 108 ).
Dakwah merupakan amal yang terbaik karena meneruskan tugas mulia para
nabi dan rasul dalam menyebarkan agama Allah. Sayyid Quthb rahimahullah
berkata dalam Fi Zhilal Al-Quran: “Sesungguhnya kalimat dakwah adalah
kalimat terbaik yang diucapkan di bumi ini, ia naik ke langit di depan kalimat-
kalimat baik lainnya. Akan tetapi ia harus disertai dengan amal shalih yang
membenarkannya, dan disertai penyerahan diri kepada Allah sehingga tidak ada
penonjolan diri di dalamnya. Dengan demikian jadilah dakwah ini murni untuk
Allah, tidak ada kepentingan bagi seorang da‟i kecuali menyampaikan.
Setelah itu tidak pantas kalimat seorang da‟i disikapi dengan berpaling,
adab yang buruk, atau pengingkaran. Karena seorang da‟i datang dan maju
membawa kebaikan, sehingga ia berada dalam kedudukan yang amat tinggi…”
(Fi Zhilal Al-Quran 6/295).
Sabda Rasulullah SAW kepada Ali bin Abi Thalib: “Demi Allah,
sesungguhnya Allah swt memberikan hidayah kepada seseorang dengan
(da‟wah)mu, maka itu lebih baik bagimu dari unta merah.” (HR. Bukhari,
Muslim & Ahmad).
“Dan tanyakanlah kepada Bani Israil tentang negeri yang terletak di dekat laut
ketika mereka melanggar aturan pada hari Sabtu, di waktu datang kepada
mereka ikan-ikan (yang berada di sekitar) mereka terapung-apung di
permukaan air, dan di hari-hari yang bukan Sabtu, ikan-ikan itu tidak datang
kepada mereka. Demikianlah Kami mencoba mereka disebabkan mereka
berlaku fasik.” (Q.S. Al-A‟raf:163)
“Dan (ingatlah) ketika suatu umat di antara mereka berkata: “Mengapa kamu
menasehati kaum yang Allah akan membinasakan mereka atau mengazab
mereka dengan azab yang amat keras?” Mereka menjawab: “Agar kami
mempunyai alasan (pelepas tanggung jawab) kepada Tuhanmu, dan supaya
mereka bertakwa.” (Q.S. Al-A‟raf:164)
“Maka tatkala mereka melupakan apa yang diperingatkan kepada mereka, Kami
selamatkan orang-orang yang melarang dari perbuatan jahat dan Kami
timpakan kepada orang-orang yang zalim siksaan yang keras, disebabkan
mereka selalu berbuat fasik.” (Q.S. Al-A‟raf:165)
10
Dari penggalan surah di atas, dapat disimpulkan bahwa dengan berdakwah,
akan terlepasnya tanggung jawabnya di hadapan Allah swt sehingga ia
terhindar dari adzab Allah. Sebagaimana sabda Rasul:
Khairu ummah adalah umat terbaik yang pernah ada, seperti yang telah
disebutkan dalam Al-Quran:
“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh
kepada yang ma‟ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada
Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di
antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang
yang fasik.” (Q.S. Ali Imran:110)
11
BAB III
KESIMPULAN
1. Kesimpulan
Dalam Al-Qur‟an surat An-Nahl ayat 125 di sebutkan bahwa dakwah adalah
mengajak umat manusia kejalan Allah dengan cara yang bijaksana, nasehat yang baik
serta berdebat dengan cara yang baik pula.
Berdakwah dengan segala bentuknya adalah wajib hukumnya bagi setiap muslim.
Misalnya amar ma‟ruf, nahi munkar, berjihad, memberi nasihat dan sebagainya. Hal ini
menunjukkan bahwa hukum islam tidak mewajibkan bagi umatnya untuk selalu
mendapatkan hasil semaksimalnya, akan tetapi usahanyalah yang diwajibkan
semaksimalnya sesuai dengan keahlian dan kemampuannya. Pada dasarnya setiap
muslim dan muslimah di wajibkan untuk mendakwahkan islam kepada orang lain baik
muslim maupun non muslim ketentuan semacam ini di dasarkan pada firman Allah Swt
surat Ali Imran ayat 104 yang menegaskan kepada umat manusia agar menyeru kepada
sesama golongan umat manusia agar berbuat amar ma‟ruf dan menjauhi perbuatan
yang mungkar.
Tujuan dakwah adalah mengajak umat manusia kepada jalan yang benar yang di
ridhoi Allah Swt. Agar dapat hidup bahagia dan sejahtera di dunia maupun di akhirat,
lalu mengajak umat manusia yang sudah memeluk agama islam untuk selalu
meningkatkan taqwanya kepada Allah Swt artinya mereka diharapkan agar senantiasa
mengerjakan segala perintah Allah dan selalu meninggalkan perkara yang dilarangnya,
membina mental agama islam bagi kaum yang masih mualaf, Membina mental agama
islam bagi kaum yang masih mualaf, dan sebagainya.
2. Saran
Dengan penulisan makalah ini diharapkan pembaca dapat memahamu urgensi dan
kewajiban berdakwah.
12
DAFTAR PUSTAKA
As-zain, Samih‟Athif. 1988. Sifat dan karakter para da‟i. bandung. Husaini bandung.
Ariesta, Yhouga. Memurnikan Akidah Menebarkan Sunnah. Muslim.or.id/akhlaq-dn-
nasehat/sampaikan-ilmu-dariku-walau-satu-ayat.html.
Mushaf Al-Azhar, Al-Qur‟an dan Terjemah. Surah Ali Imran ayat 104 & Surat An-
Nahl ayat 125.
SekilasTafsirAliImran ayat 104. Muhammadhyar.wordpress.com/2011/01/25/sekilas-
tafsir-ali-imran-ayat-104/
Syukir, Asmuni. 1983. Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam. surabaya. Al-ikhlas.
Asmuni syukir,Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam, Al-ikhlas,Surabaya, 198, hal.17
13