Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH AIK

KHUTBAH

DOSEN PENGAMPUH :
Amrullah, S.pd., M.Pd.

DISUSUN OLEH : KELOMPOK 2


Ellen Herdanti 322020019
Lidia Ananda 322020027
Awaludin Jamil 322020039
Indah Maya Sari 322020040

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PENDIDIKAN


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNUVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG
TAHUN 2022

KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya, penulis
dapat menyelesaikan tugas makalah mata kuliah AIK 5 dengan tepat waktu.
Makalah disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah AIK 5. Selain itu, makalah ini
bertujuan untuk menambah wawasan tentang Mengidentifikasi kebutuhan bahan dan
alat untuk pengelolaan arsip, Menyusun pedoman klasifikasi arsip, Menyusun buku
agenda dan kartu kendali (dilampirkan contohnya) Semoga makalah ini bermanfaat
bagi para pembaca dan juga bagi kelompok kami.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Herman Seri M.Pd dan Ibu
Mediarita Agustina M.Pd selaku Dosen Pengempuh mata kuliah Manajemen
Dokumentasi dan Arsip. Ucapan terima kasih juga disamping kepada semua pihak
yang telah membantu diselesaikannya makalah ini.
Kami menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran dan
kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Palembang, 24 September 2022

Kelompok 2

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Khutbah merupakan bentuk kegiatan ibadah yang dilaksanakkan clan diikuti oleb
umat Islam setiap minggu (hari Jum'at) clan dua kali dalam setahun (Idul Fitri, Idul
Adha) serta (mungkin) bebernpa kali secara insidentil (shalat Kusuf, Khusuf, Istisqa).
Khutbah dilaksanakan dengan cara menyampaikan nasi.hat, informasi, ajakan,
peringatan melalui lisan oleh Khatib (yang menyampaikan khutbah) kepada jama'ah
pada kegiatan ibaclah tersebut. Karena sifatnya yang rutin ini (terutama khutbah
Jum'at), maka khutbah sangat penting clan potensial untuk dijadikan sarana clakwah
(terutama clakwah bil lisan) bagi pembinaan clan peningkatan kwalitas umat, di
samping kedudukannya sebagai bentuk ibaclah rnahdloh.
Dalam makalah ini kita akan mencoba melihat lebih jauh secara singkat tentang
metode/cara khutbah (metodologi khutbah) dan hubungannya dengan keterampilan
(seni) berbahasa secara efektif dalam menyampaikan penclapat pacla waktu seseorang
berpidato (retorika) untuk menyampaikan ajakan, seruan (dakwah) bagi pembinaan
clan peningkatan kwalitas umat. Hal ini berkaitan pula dengan keberadaan mesjid
yang berfungsi tidak hanya sebagai tempat ibadah, tapi juga berfungsi sebagai tempat
pusat pembinaan kebudayaan dan sosial kemasyarakatan bagi umat lsiam.

Rumusan Masalah

Berangkat dari latar belakang masalah-masalah tersebut diatas,maka dapat


dirumuskan masalah sebagai berikut ;
1. Apa itu khutbah?
2. Rukun dan syarat Khutbah?
3. Metode Khutbah?

Tujuan Pembahasan

Bertitik tolak dari rumusan masalah diatas,maka tujuan pembahasan dari makalah ini
dapat dijabarkan sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui apa itu Khutbah
2. Untuk mengetahui apa Rukun dan syarat Khutbah
3. Untuk mengetahui apa saja Metode Khutbah
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian dan Tujuan Khutbah


1. Pengertian Khutbah
Khutbah secara bahasa artinya berpidato. 16 Sedangkan secara istilah khutbah
adalah menyampaikan pesan pesan/nasihat keagamaan secara lisan di hadapan orang
banyak (Hadi, 1994). Di dalam dakwah Islam khutbah adalah salah satu metode (cara)
berdakwah yang disebut dakwah billisan. Ada banyak metode dakwah lainnya seperti
metode propaganda, uswatun hasanah, ta'lif (penyantunan), tahniah (ucapan turut
bersuka cita), silaturrahmi, iyadah dan takziah, bilqolam, lukisan, cerita, pendidikan,
bilamal, dan lain-lain. Oleh karena itu apabila kita bertanya apa tujuan khutbah?...
jawabannya adalah kembali kepada tujuan dakwah tersebut, yaitu mewujudkan
masyarakat islam yang sebenar-benarnya. Masyarakat yang berakhlaqul karimah dan
menegakkan syariat islam di dalam segenap aspek kehidupannya sebagaimana yang
dituntunkan di dalam Al Quran dan As -As-Sunnah. Tujuan dakwah sebagaimana
dimaksud dapat tercapai apabila dakwah tersebut dilakukan secara sungguh-sungguh,
termanagement secara baik, dan benar-benar menjalankan fungsi-fungsinya. Atau
dengan kata lain bahwa terwujudnya masyarakat islam yang sebenar-benarnya itu
berhubungan secara simetris terhadap proses dakwah yang dilaksanakan secara
sungguh, ter management dengan baik dan menjalankan fungsi-fungsi dakwah.

Berkaitan dengan persoalan terakhir ada beberapa fungsi dakwah yang


memang patut untuk diketahui. Yang pertama bahwa fungsi dakwah itu adalah dalam
rangka membentuk pribadi-pribadi muslim yang beriman dan bertaqwa kepada Allah
SWT. Yang kedua adalah dalam rangka membina kepala keluarga muslim sebagai
komponen terkecil dari suatu masyarakat. Dan yang terakhir adalah untuk membina
masyarakat. Fungsi yang terakhir sebenarnya adalah konsekuensi logis dari poin
pertama dan kedua. Artinya apabila pribadi-pribadi dan keluarga sebagai komponen
terkecil dari suatu masyarakat telah memiliki kepribadian yang beriman dan bertaqwa,
maka secara otomatis akan terwujud suatu masyarakat Islam yang sebenar-benarnya,
beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT.

Adapun dakwah sendiri hukumnya adalah wajib. Salah satu landasan atau dalil yang
sering digunakan mengenai persoalan wajibnya berdakwah di dalam ajaran Islam
adalah QS. Ali Imron:104:

‫ولتكن منكم أمة يدعون إلى الخير ويأمرون بالمعروف وينهون عن المنكر وأولئك هم المفلحون‬

Artinya: Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru
kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar;
merekalah orang orang yang beruntung. (QS 3 Ali Imran : 104)
Berdasarkan surat Ali Imron:104 di atas sebahagian ulama berpendapat apabila min
pada ayat tersebut adalah min lit tab'idliyah maka hukum dakwah adalah Fardlu
kifayah, hanya wajib dilakukan oleh sebagian orang yang memang memiliki
kredibilitas dan kecakapan untuk berdakwah seperti Kyai, ustadz, penghulu dan
sebagainya. Sementara itu sebagian ulama yang lain berpendapat bahwa min pada
ayat tersebut adalah min lil bayaniyah. Oleh karena itu hukum dakwah adalah wajib
ain bagi setiap muslim. Untuk menguatkan pendapatnya tersebut ulama golongan
yang terakhir mengemukakan sebuah as-sunnah.

Artinya: Apabila di antara kamu melihat kemungkaran maka hendaklah ia


mencegahnya dengan tangannya. Apabila tidak sanggup, dengan lisannya. Apabila
tidak sanggup, dengan hatinya. Dan itu adalah selemah-lemah iman. (HR. Muslim
No.49)

Di dalam as-Sunnah yang lain Rasulullah SAW, bersabda :

)‫بلغوا عني ولو آية (رواه البخاري مسلم‬

Artinya: Sampaikanlah apa yang kamu dapat dariku walaupun satu ayat. (HR.
Bukhari No.3461 dan Muslim).

Di dalam praktik nya kedua pendapat tersebut dapat berjalan berdampingan. Dalam
artian bahwa untuk dakwah yang memang memerlukan ketrampilan khusus seperti
pidato, jurnalistik, bahasa Arab dan lain sebagainya maka khutbah hukumnya adalah
fardlu kifayah hanya wajib bagi orang-orang tertentu seperti ustadz, kyai, syech dan
lain sebagainya. Tetapi dakwah/menyampaikan ajaran-ajaran Islam yang tidak
memerlukan ketrampilan khusus hukumnya adalah wajib ain bagi setiap orang yang
mengaku beragama Islam.

2. Tujuan Khutbah

Tujuan khutbah sebenarnya kembali kepada tujuan dakwah, yaitu mewujudkan


masyarakat Islam yang sebenar benarnya. Masyarakat yang berakhlaqul karimah dan
menegakkan syariat Islam di dalam segenap aspek kehidupannya sebagaimana di
dalam al-Qur'an surat Ali Imran, ayat 104;

‫ولتكن منكم أمة يدعون إلى الخير ويأمرون بالمعروف وينهون عن المنكر وأولئك هم المفلحون‬

Artinya: Hendaknya diantara kamu semua sebagai umat yang mengajak kepada
kebaikan, memerintah kepada yang ma'ruf dan melarang kepada yang mungkar, dan
mereka itulah te\?masuk orang-orang beruntung. 22

‫بيله‬nn‫التي هي أحسن إن ربك هو أعلم بمن ضل عن س‬nn‫ادلهم ب‬nn‫نة وج‬nn‫بيل ربك بالحكمة والموعظة الحس‬nn‫ادع إلى س‬
‫وهو أعلم بالمهتدين‬

Artinya: Serulah ke jalan Tuhanmu dengan cara yang hikmah (wisdom) dan nasehat
yang baik, dan debatlah mereka bila itu lebih baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dia lebih
mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya, dan Dia lebih mengetahui
orang-orang yang mendapatkan petunjuk.23 (Qs An-Nahl:125)

B. Rukun dan Syarat Khutbah


1. Rukun Khutbah
Secara bahasa rukun beasal dari bahasa arab artinya bagian. Secara istilah
rukun dapat di ibaratkan sebagai pilar pilar utama dari sebuh bangunan sehingga tanpa
adanya pilar atau salah satu dari pilar tersebut sebuah bangunan tidak akan dapat
berdiri dengan kokoh.

Adapun rukun khutbah adalah sebagai sebagai berikut:


a. Membaca Tahmid (puji-pujian) kepada Allah SWT. Hal ini berdasarkan as-Sunnah
yang berasal dari Abu Daud :

‫دم‬n‫دأ فيه بالحمد هلل فهو أج‬n‫ كل كالم ال يب‬Artinya: Semua perkataan yang tidak dimulai
dengan hamdalah maka perkataan itu terputus. (HR. Abu Daud No. 4840)

Sesuai dengan hadist yang diriwayatkan dari Jabir bin Abdullah ia berkata:
bahwasanya; Apabila Rasulullah SAW menyampaikan khutbah pada hari Jum'at
beliau memuji Allah, suaranya lantang, dan semangatnya berkobar-kobar bagaikan
panglima perang yang sedang memberikan komando kepada bala tentaranya. Beliau
antara aku dan hari kiamat adalah seperti dua jari ini (yakni jari telunjuk dan jari
tengah). Kemudian beliau melanjutkan bersabda: Amma ba'du. Sesungguhnya sebaik-
baik perkataan adalah Kitabullah, sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad
SAW. Seburuk buruk perkara adalah perkara yang diada-adakan dan setiap bid'ah
adalah sesat. Kemudian beliau bersabda:

Aku lebih utama bagi setiap muslim daripada dirinya sendiri. Karena itu, siapa yang
meninggalkan harta, maka harta itu adalah miliki keluarganya. Sedangkan siapa yang
mati dengan meninggalkan hutang atau keluarga yang terlantar, maka hal tanggung
jawab ku. 25 (HR Muslim No. 867).

b. Membaca Shalawat

Shalawat kepada Rasulullah SAW ada berbagai macam bentuk, ada yang panjang dan
ada pula yang pendek. Shalawat dalam khutbah Jum'at dapat berupa lafadz yang
sederhana maupun lafadz yang lengkap seperti mencantumkan ucapan salam kepada
keluarga maupun sahabat nabi. Ucapan shalwat ini juga harus jelas tertuju kepada
Nabi SAW, tidak cukup hanya dengan kata ganti atau dhomir.

‫اللهم صل على محمد‬


Artinya: Ya Allah limpah kan lah shalawat kepada Muhamamad.

Karena merupakan kewajiban khatib, maka ucapan tersebut harus ada dalam khutbah
pertama maupun kedua. Perlu dipahami bahwa ucapan shalawat ini tidak
mengharuskan adanya komponen pemberian salam kepada keluarga Nabi SAW. Tapi
tidak ada salahnya dilengkapi dengan ucapan yang tertuju kepada keluarga nabi
maupun sahabat nabi.

c. Menjelaskan Sepenggal Ayat dari Al-Quran

‫كان يقرأ آيات ويذكر الناس‬


Artinya: Rasulullah SAW membaca beberapa ayat Al Quran dan mengingatkan
orang-orang.

Sebagian ulama mengatakan bahwa karena khutbah Jum'at itu pengganti dari dua
rakaat shalat yang ditinggalkan, maka membaca ayat Al-Quran dalam khutbah
hukumnya wajib.

d. Member Wasiat atau Nasehat

Nasihat atau washiyat yang menjadi rukun intinya sekedar menyampaikan pesan
untuk taat kepada Allah SWT dan sejenisnya. Atau setidaknya untuk menjauhi
larangan-larangan dari Allah SWT. Misalnya seperti lafadz berikut ini :

‫أطيعوا هللا واجتنبوا معاصيه‬


Artinya: Taatilah Allah dan jauhilah maksiat

e. Doa dan Permohonan Ampunan

Doa atau pemohonan ampun untuk umat Islam dijadikan rukun yang harus
disampaikan dalam khutbah Jum'at menurut mazhab As-Syafi'iyah. Minimal sekedar
membaca lafadz:
‫اللهم اغفر للمسلمين والمسلمات‬
Artinya:"Ya Allah ampunilah orang-orang muslim dan muslimah

2. Syarat Khutbah

a. Khatib berdiri pada dua khutbah dan kedua khutbah dipisah dengan duduk.

Dari 'Abdullah bin 'Umar RA, ia berkata :

‫صلى يخطب خطبتين يقعد بينهما (رواه البخاري) كان اللى هللا عليه وسلم‬

Artinya : Nabi SAW melakukan dua khutbah dan duduk di antara keduanya.
(HR. Bukhari no. 928).26 Juga dari Ibnu 'Umar RA, ia berkata:

)‫ كما تفعلون اآلن (رواه البخاري و مسلم‬,‫ يخطب قائما ثم يقعد ثم يقوم‬:‫كان النبي صلى هللا عليه وسلم‬

Artinya: Nabi SAW biasa berkhutbah sambil berdiri kemudian duduk lalu beliau
berdiri kembali. Itulah seperti yang kalian lakukan saat ini. (HR. Bukhari no. 920 dan
Muslim no. 862).

b. Pelaksanaan Khutbah

Khutbah Jum'at dilaksanakan sebelum shalat Jum'at. Khutbah Jum'at ini terdiri dari
dua khutbah dengan diantara duduk sebentar diantara kedua khutbah tersebut.

Hal ini berdasarkan kepada suatu as-Sunnah:

‫ ويذكر الناس‬،‫ كانت عن وسلم خطبتان يجلس بينهما يقرأ القرآن‬:‫ قال‬،‫صلى هللا عليه للنبي جابر بن سمرة‬

Artinya: Dari Jabir bin samuroh berkata: Nabi berkhutbah dua kali, duduk diantara
kedua khutbah, membaca Al-Quran dan memberi peringatan kepada manusia. (HR.
Bukhari dan Muslim)

(‫)رواه البخاري و مسلم‬


c. Suci tempat, pakaian dan badan dari najis dan hadats serta menutup aurat.

d. Dan juga harus tertib.

C. Metode Khutbah

Secara etimologi, metode berasal dari bahasa Yunani metodos yang berarti cara atau
jalan. Jadi, Metode khutbah adalah jalan atau cara untuk mencapai tujuan dakwah
secara efektif dan efisien. Dalam rangka dakwah Islamiyah agar masyarakat dapat
menerima dakwah dengan lapang dada, tulus, dan ikhlas maka penyampaian khutbah
harus melihat situasi kondisi objek dakwah. Teknik pidato dalam khutbah Jum'at
sudah dicontohkan Rasulullah SAW, baik dari segi tema, durasi maupun gaya. Di
berbagai literatur kita bisa menemukan adab atau tata cara khutbah Rasulullah SAW
dan nasehat para ulama sebagai berikut :

1. Lantang, suara "keras"

Dalam aspek kejelasan (clarity), khotib disunahkan mengeraskan suaranya atau


bersuara lantang saat khotbah agar jelas terdengar oleh jamaah. Aspek ini meliputi
kejelasan tujuan, suara bahasa, tata urutan wicara maupun pemberian contoh-contoh
dan dalil-dalil al-Qur'an atau as Sunnah Nabi SAW, serta rakyu par ulama. Demikian
pula hubungan antara masalah yang satu dengan yang lain, mendefinisikan istilah-
istilah dan sebagainya. Yang sangat penting penceramah dalam explanasi hendaknya
mengurangi kata-kata kebiasaan yang dapat mengganggu perhatian audiens, seperti
emmmmmm......! eeee..... Apa namanya? Dan sebagainya. ......! apa itu?

Sebagaimana dari as-Sunnah berikut:

‫ واشتد غضبه‬، ‫ وعال صوته‬، ‫گان رسول هللا صلى هللا عليه وسلم إذا خطب إحمرت عيناه‬
)‫ (رواه مسلم‬...‫حتى كأنه منذر جيش‬
Artinya: Bila sedang berkhutbah, Rasulullah SAW memerah kedua matanya, suaranya
keras dan kemarahan beliau memuncak, seakan-akan beliau sedang memperingatkan
pasukan (dari musuh)...(HR. Muslim No.867).

Artinya: Rasulullah SAW tidak berbicara secepat kalian. Beliau berbicara dengan
perkataan yang jelas dan terang. Orang yang duduk bersama beliau bisa
menghafalnya. (HR. Abu Daud, Tirmidzi, an-Nasa'i dan Ahmad)

2. Ringkas, Tidak Lama

Para khotib di sunnahkan memendekkan khotbahnya atau tidak berlama-lama.


berpanjang-panjang, apa lagi bertele-tele yang menyebabkan bahasa (tema, materi
khutbah) melebar kemana-mana alias tidak fokus.

‫ وقصر لخطبته مينة من فقهه‬،‫إن طول صالة الرجل‬

Artinya: Sesungguhnya shalat yang lama dan khutbah pendek merupakan pertanda
keilmuan khatib. (HR. Muslim no. 869)29 yang

Berdasarkan sabda Nabi SAW,

‫إن طول صالة الرجل وقصر لخطبته مينة من فقهه فأطيلوا الصالة واقصروا الخطبة وإن من البيان سخرا‬

Artinya: Sesungguhnya penjang shalat seseorang dan khutbahnya yang pendek


menjadi tanda dari kedalaman pemahaman agamanya. Maka panjangkanlah shalat dan
pendekkanlah khutbah. Sesungguhnya sebagian dari kata kata itu ada yang bisa
menjadi sihir. (HR. Muslim no. 866, Ahmad 4/263, al-Darimi no. 1556, dan lainnya
dari Amar bin Yasir)

D. Jenis-Jenis Khutbah

Khutbah nan berisi nilai-nilai keagamaan memiliki beberapa jenis nan disesuaikan
dengan kondisi dan keadaannya. Dalam Islam, khutbah terdapat enam jenis, di
antaranya ialah khutbah Jumat, khutbah Idain, yaitu khutbah Idul Fitri, khutbah Idul
Adha, khutbah Istisqa, khutbah gerhana dan khutbah nikah.

1. Khutbah Jumat

Khutbah Jumat sebagaimana namanya maka dilakukan pada hari Jumat ketika
dilaksanakannya salat Jumat. Salat dan khutbah Jumat merupakan satu kesatuan dan
khutbah Jumat ialah salah satu rukun dalam salat Jumat.

Khutbah Jumat dilaksanakan sebelum salat Jumat. Ketika azan Zuhur berkumandang,
maka khatib naik ke mimbar buat melaksanakan khutbah Jumat. Khutbah pertama
dilakukan khatib dengan berdiri kemudian Khatib duduk sebentar di antara dua
khutbah. Dilanjutkan ke khutbah kedua. Setelah selesai khutbah, Khatib kemudian
turun dari mimbar. Selanjutnya muadzin melaksanakan iqamat buat melaksanakan
salat Jumat.

Para ulama menetapkan syarat-syarat khutbah Jumat, di antaranya sebagai berikut.

1. Khutbah dilakukan sebelum salat Jumat.


2. Khutbah dilakukan setelah masuk waktu salat.
3. Khutbah disampaikan dengan berdiri.
4. Duduk di antara dua khutbah.
5. Dalam keadaan kudus dari hadats.

Khutbah Jumat pada intinya berisi nasihat-nasihat bagi umat Islam. Khutbah Jumat
biasanya diisi dengan pujian-pujian buat Allah, doa bagi umat Islam, janji dan
ancaman Allah dan Rasul-Nya, dan semua nan dapat memotivasi melakukan ketaatan
atau mencegah dari kemaksiatan.

2. Khutbah Idul Fitri dan Idul Adha

Khutbah Idul Fitri dan Idul Adha dilakukan setelah selesai salat. Idul Fitri merupakan
hari kemenangan bagi umat Islam nan jatuh pada tanggal 1 Syawal dalam kalender
Hijriyah setelah sebelumnya, yaitu di bulan Ramadhan melaksanakan puasa sebulan
penuh.
Biasanya dalam khutbah Idul Fitri memaparkan tentang zakat fitrah, tentang makna
kesucian diri, tentang nilai-nilai ketakwaan diri, atau tentang kewajiban
bersilaturahmi. Sementara itu, Idul Adha merupakan hari raya kedua umat Islam
sebagai bentuk penghormatan bagi mereka nan melaksanakan ibadah haji nan jatuh
pada tanggal 10 bulan Dzulhijjah.

Pada hari Idul Adha, terjadi peristiwa kurban Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail. Pada hari
itu pula para jemaah haji melaksanakan wukuf di Arafah. Materi nan biasa dijelaskan
dalam khutbah Idul Adha di antaranya mengenai hukum-hukum dan makna
berkurban, kegunaan sosial dari berkurban, atau tentang pengorbanan Nabi Ibrahim
dan Nabi Ismail dalam ketaatannya menjalankan perintah Allah.

3. Khutbah Istisqa

Khutbah Istisqa dilakukan setelah salat Istisqa dilaksanakan. Salat Istisqa sendiri ialah
salat sunah berjamaah nan dilakukan buat meminta hujan. Tiga hari sebelum salat
Istisqa dilaksanakan, seorang pemimpin seperti ulama atau aparat pemerintah terlebih
dahulu menyeru kepada masyarakat buat beribadah dan bertaubat.

Salat istisqa dilaksanakan dalam dua rakaat kemudian dilanjutkan dengan aplikasi
khutbah sebanyak dua kali oleh seorang khatib. Khutbah dalam salat Istisqa memiliki
karakteristik tertentu, seperti khatib disunahkan memakai selendang.

Pada khutbah pertama, khatib hendaknya membaca istigfar 9 kali sedangkan pada
khutbah kedua 7 kali. Isi khutbah hendaknya berisi tentang ajakan buat bertobat dan
memohon kepada Allah agar doa dikabulkan. Pada khutbah kedua khatib berpaling ke
arah kiblat (membelakangi makmum) dan berdoa bersama-sama. Pada saat berdoa,
hendaknya mengangkat tangan setinggi-tingginya.

4. Khutbah Gerhana

Khutbah gerhana dilakukan setelah salat gerhana, baik itu gerhana bulan maupun
gerhana matahari. Salat gerhana sendiri ialah salat sunah nan dilakukan ketika
terjadinya gerhana matahari atau gerhana bulan dengan tata cara dan gerakan tertentu.
Setelah melaksanakan salat gerhana kemudian dilanjutkan dengan khutbah. Hal
tersebut sinkron dengan perkataan Rasulullah nan diriwayatkan oleh Aisyah, ia
berkata: " Sesungguhnya Nabi Muhammad saw, ketika selesai shalat, dia berdiri
menghadap manusia lalu berkhutbah ."

Isi dari khutbah gerhana biasanya mengenai tanda-tanda kekuasaan dan kebesaran
Allah sebagai pemilik alam semesta dan seluruh isinya.

5. Khutbah Nikah

Khutbah nikah dianjurkan buat dilakukan sebelum aplikasi ijab kabul yang dilakukan


oleh seorang ustaz atau seorang ulama. Hukum aplikasi khutbah nikah ini ialah sunah.
Khutbah nikah biasanya berisi tentang nasihat-nasihat bagi calon pengantin pria dan
wanita tentang bagaimana kehidupan berumah tangga atau tentang hak dan kewajiban
suami istri.

Khutbah merupakan penyampaian ajaran agama nan dilakukan oleh seorang khatib.
Sebelum melaksanakan khutbah, hendaknya seorang khatib harus memiliki kesiapan
baik persiapan fisik maupun materi agar khatib menguasai materi nan akan
disampaikan. Jika diperlukan, seorang khatib dapat melakukan latihan terlebih dahulu
sebelum melaksanakan khutbahnya.

Untuk memudahkan para jamaah dalam menyerap khutbah nan disampaikan,


hendaknya seorang khatib dalam menyampaikan khutbah menggunakan bahasa nan
mudah dipahami dan dengan suara nan jelas dan tegas agar para jamaah bisa mengerti
dan tujuan khutbah tercapai.
BAB  III
PENUTUP

KESIMPULAN
Khutbah merupakan bentuk kegiatan ibadah yang dilaksanakkan clan diikuti oleb
umat Islam setiap minggu (hari Jum'at) clan dua kali dalam setahun (Idul Fitri, Idul
Adha) serta (mungkin) bebernpa kali secara insidentil (shalat Kusuf, Khusuf, Istisqa).
Khutbah dilaksanakan dengan cara menyampaikan nasi.hat, informasi, ajakan,
peringatan melalui lisan oleh Khatib (yang menyampaikan khutbah) kepada jama'ah
pada kegiatan ibaclah tersebut. Karena sifatnya yang rutin ini (terutama khutbah
Jum'at), maka khutbah sangat penting clan potensial untuk dijadikan sarana clakwah
(terutama clakwah bil lisan) bagi pembinaan clan peningkatan kwalitas umat, di
samping kedudukannya sebagai bentuk ibaclah rnahdloh.

SARAN

Anda mungkin juga menyukai