Anda di halaman 1dari 5

MAKALAH PAI - KHUTBAH TABLIG DAN DAKWAH

KATA PENGANTAR

Pertama-tama kami panjatkan puji syukur kehadirat ALLAH SWT, karena dengan
rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat menulis makalah ini sesuai dengan waktu yang telah
ditentukan tanpa ada hambatan yang berarti. Shalawat serta salamnya semoga tercurahkan
kepada Nabi Muhammad SAW, beserta keluarganya dan para sahabatnya, dan juga kepada
kita semua selaku umatnya yang insya Allah selalu mengikuti ajaran sunahnya.

Makalah ini merupakan hasil observasi penulis dan merupakan salah satu persyaratan
untuk memenuhi salah satu tugas mata pelajaran “ PAI “ diSMA NEGERI 1 PONTANG

Kami dari kelompok 3 menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan
makalah ini,dan jauh dari sempurna,itu di karenakan keterbatasan yang kami miliki, oleh
sebab itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca agar makalah
ini dapat menjadi lebih baik lagi. Akhirnya kepada ALLAH lah penulis pasrahkan
semua,karena kebenaran hanyalah milik-Nya.

Semoga makalah ini bermanfaat khususnya bagi kami dan umumnya bagi pembaca
sekalian Terutama untuk kelas XI IPA 4.

Pontang, 30 Agustus 2012

Kelompok 3

DAFTAR ISI
HALAMAN DEPAN ………………………………………… -
LEMBAR PENGESAHAN …………………………………. 1
KATA PENGANTAR ……………………………………….. 2
DAFTAR ISI ………………………………………………….. 3

BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang ……………………….………………. 4
2. Rumusan Masalah ……………………………………. 4
3. Maksud dan Tujuan …………………………………... 4

BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Khutbah, Tablig, dan Dakwah …………… 5
4. Pentingnya Khutbah, Tablig, dan Dakwah …………... 5
5. Ketentuan Khutbah, Tablig, dan Dakwah. ….……….. 6

BAB III
PENUTUP
1. KESIMPULAN ………………………………………. 9

DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Saat ini begitu banyak cara-acara keagamaan di televisi yang bertaju kkhotbah, tablig, dan dakwah. Hal ini bertujuan
agar semua orang yang menyaksikan acara itu bisa memahami dan mendalami agama Islam. Tapi, di sini tidak semua
orang tahu perbedaan antara khotbah, tablig, dan dakwah hal ini dikarenakan dakwah memiliki kesamaan dengan
tabligh dan khotbah, banyak orang-orang awam yang belum mengetahui perbedaan-perbedaan antara dakwah ,
tabligh, dan khotbah.
Melalui pembelajaran ini, maka akan dibahas mengenai khotbah, tablig, dan dakwah, serta melalui pembelajaran
berikut kita dapat membedakan antara khotbah, tablig, dan dakwah, berikut rukun-rukun, sunah-sunahnya dan hal yang
dimakruhkan dalam khotbah, tablig, dan dakwah.
Pembelajaran ini juga dapat memberikan pelajaran mengenai cara mempraktikkan tata cara dalam khotbah, tablig, dan
dakwah, perbedaan khutbah Jum’at dan khutbah-khutbahlainnya.

B. Rumusan Masalah

1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan khotbah, tablig, dan dakwah !


2. Jelaskan mengenai khutbah, hukum-hukumnya, dan sunah-sunah khutbah !
3. Bagaimana tata cara yang baik dan benar khotbah, tablig, dan dakwah !
4. Bagaimana cara menyusun teks dan memperagakan khotbah, tablig, dan dakwah !

C. Maksud dan Tujuan

Kami dari kelompok 3 menyusun makalah ini merupakan sebuah bentuk pengaplikasian dari bagian proses
pembelajaran yang cukup kompleks tentang penyampaian ayat. Untuk memperjelas pengaplikasian tersebut, maka
dapat di rumuskan sebuah maksud dan tujuan dari penyusunan makalah ini.

1. Memahami lebih tentang Khutbah, Tablig, dan Dakwah,


2. Belajar sambil Berdiskusi dengan teman sekelas tentang Khutbah, Tablig, dan Dakwah, Dan
3. Memenuhi tugas yang diberikan oleh guru mata pelajaran PAI.

BAB II
PEMBAHASAN MATERI

1. Pengertian Khutbah, Tablig, dan Dakwah.

Agama Islam dalam menyampaikan ajaran-ajarannya kepada seluruh umatmanusia menggunakan beberapa cara.
Yang antara lain melalui khotbah, tablig, dan dakwah. Cara tersebut disesuaikan dengan situasi serta kondisi. Berikut
definisi dari beberapa cara yang digunakan untuk menyampaikan agama Islamtersebut yaitu :

a. Khotbah
Khotbah adalah berpidato pada rangkaian shalat Jumat yang berisi menyampaikan pesan tentang bertakwa kepada
Allah SWT. Dengan syarat-syarat tertentu.
b. Tablig
Menuruy bahasa Arab tablig berarti menyampaikan. Menurut istilah arinya menyampaikan perintah dan larangan Allah
SWT. sebagai ajaran agama agar manusoa beriman kepadanya. Orang yang memiliki keahlian bertablig disebut
muballig. Berikut adalah salah satu hadist yang membahas tentang tablig :
“Sampaikanlah dariku walau satu ayat”(HR Bukhari)

c. Dakwah
Dakwah dalam bahasa Arab berarti mngajak atau menyeru. Menurut istilah dakwah merupakan mengajak manusia
untuk mengikuti kebenaran berdasarkan Al Quran dan hadist sebagai sumber ajaran Islam agar manusia mendapatkan
kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Berikut adalah salah satu hadist yang membahas dakwa :
“Barang siapa yang mengajak orang ke jalan baik, maka akan mendapatkan pahala sebanyak pahala orang yang
mengikutinya.” (HR Muslim).

2. Pentingnya Khutbah, Tabligh, dan Dakwah

1. Pentingnya Khutbah
Sebagaimana dijelaskan di atas, bahwa khutbah masuk pada aktivitas ibadah. Maka, khutbah tidak mungkin bisa
ditinggalkan karena akan membatalkan rangkaian aktivitas ibadah. Contoh, apabila ṡalat Jumat tidak ada khutbahnya,
ṡalat Jumat tidak sah. Apabila wukuf di arafah tidak ada khutbah nya, wukufnya tidak sah.

Sesungguhnya, khutbah merupakan kesempatan yang sangat besar untuk berdakwah dan membimbing manusia
menuju ke-ridha-an Allah Swt. Hal ini jika khutbah dimanfaatkan sebaik-baiknya, dengan menyampaikan materi yang
dibutuhkan oleh hadirin menyangkut masalah kehidupannya, dengan ringkas, tidak panjang lebar, dan dengan cara
yang menarik serta tidak membosankan. Khutbah memiliki kedudukan yang agung dalam syariat Islam sehingga
sepantasnya seorang khatib melaksanakan tugasnya dengan sebaik-baiknya.

Seorang khathib harus memahami aqidah yang benar sehingga dia tidak sesat dan menyesatkan orang lain. Seorang
khatib seharusnya memahami fiqh sehingga mampu membimbing manusia dengan cahaya syariat menuju jalan yang
lurus. Seorang khatib harus memperhatikan keadaan masyarakat, kemudian mengingatkan mereka dari
penyimpangan-penyimpangan dan mendorong kepada ketaatan. Seorang khathib sepantasnya juga seorang yang
ṡālih, mengamalkan ilmunya, tidak melanggar larangan sehingga akan memberikan pengaruh kebaikan kepada para
pendengar.
2. Pentingnya Tabligh
Salah satu sifat wajib bagi rasul adalah Tabligh, yakni menyampaikan wahyu dari Allah Swt. kepada umatnya. Semasa
Nabi Muhammad saw. masih hidup, seluruh waktunya dihabiskan untuk menyampaikan wahyu kepada umatnya.
Setelah Rasulullah saw. wafat, kebiasaan ini dilanjutkan oleh para sahabatnya, para tabi’in (pengikutnya sahabat), dan
tabi’it-tabi’in (pengikut pengikutnya sahabat). Setelah mereka semuanya tiada, siapakah yang akan meneruskan
kebiasaan menyampaikan ajaran Islam kepada orang-orang sesudahnya? Kita sebagai siswa muslim punya tanggung
jawab untuk meneruskan kebiasaan bertabligh tersebut.

Banyak yang menyangka bahwa tugas Tabligh hanyalah tugas alim ulama saja. Hal itu tidak benar. Setiap orang yang
mengetahui kemungkaran yang terjadi di hadapannya, ia wajib mencegahnya atau menghentikannya, baik dengan
tangannya (kekuasaanya), mulutnya (nasihat), atau dengan hatinya (bahwa ia tidak ikut dalam kemungkaran tersebut).
Seseorang tidak mesti menjadi ulama terlebih dulu. Siapa pun yang melihat kemungkaran terjadi di depan matanya,
dan ia mampu menghentikannya, ia wajib menghentikannya. Bagi yang mengerti suatu permasalahan agama, ia mesti
menyampaikannya kepada yang lain, siapa pun mereka. Sebagaimana hadis Rasulullah saw.:
Artinya: Dari Abi Said al-Khudri ra. berkata, saya mendengar Rasulullah saw. bersabda: barangsiapa yang melihat
kemungkaran, maka ubahlah dengan tangannya. Apabila tidak mampu maka ubahlah dengan lisannya. apabila tidak
mampu maka dengan hatinya (tidak mengikuti kemungkaran tersebut), dan itu selemah-lemahnya iman. (HR. Muslim)
3. Pentingnya Dakwah
Salah satu kewajiban umat Islam adalah berdakwah. Sebagian ulama ada yang menyebut berdakwah itu hukumnya
fardhu kifayah (kewajiban kolektif), sebagian lainnya menyatakan fardhu ain. Meski begitu, Rasulullah saw. tetap selalu
mengajarkan agar seorang muslim selalu menyeru pada jalan kebaikan dengan cara-cara yang baik.

Setiap dakwah hendaknya bertujuan untuk mewujudkan kebahagiaan dan kesejahteraan hidup di dunia dan di akhirat
dan mendapat ridha dari Allah Swt. Nabi Muhammad saw. mencontohkan dakwah kepada umatnya dengan berbagai
cara melalui lisan, tulisan dan perbuatan.

Rasulullah saw. memulai dakwahnya kepada istri, keluarga, dan teman- teman karibnya hingga raja-raja yang berkuasa
pada saat itu. Di antara raja-raja yang mendapat surat atau risalah Rasulullah saw. adalah Kaisar Heraklius dari
Byzantium, Mukaukis dari Mesir, Kisra dari Persia (Iran), dan Raja Najasyi dari Habasyah (Ethiopia). Ada beberapa
metode dakwah yang bisa dilakukan seorang muslim menurut syariat.

3. Ketentuan Khutbah, Tablig, dan Dakwah

1. Ketentuan Khotbah Jum’at


a. Khatib jum’at
Khotbah Jum’at adalah pidato atau ceramah yang wajib dilaksanakan oleh seorang khatib, sebelum salat Jum’at
dimulai.
Agar tujuan mulia tersebut tercapai maka, hendaklah khatib Jum’at harus memenuhi persyaratan sebagai berikut, ini :
- Mengetahui ajaran Islam, terutama mengenai akidah, ibadah, dan akhlak.
- Mengetahui berbagai hal tentang khotbah Jum’at, terutama tentang syarat, rukun dan sunah-sunahnya.
- Dapat membaca hamdalah, syahadat, salawat, Al-Qua’an dan hadist dengan baik dan benar, juga sanggup bebicara
di muka umum dengan jelas dan mudah dipahami.
- Orang yang sudah balig danbertakwa kepada Allah, berakhlak baik, tidak melakukan perbuatan maksiat, dan bukan
orang munafik.
- Orang yang dipandang terhormat, dihormati, dan disegani.

b. Syarat Khutbah Jum’at


- Khutbah dimulai pada waktu zuhur (sesudah matahari tergelincir).
- Khutbah dilakukan dengan dua kali dengan berdiri (jika dimungkinkan).
- Khatib hendaknya duduk di antara dua khotbah.
- Khotbah diucapkan dengan suara yang jelas dan keras.
- Dilakiukan secara berturut-turut sesuai dengan rukunnya.

c. Rukun Khotbah
- Mengucapkan hamdalah atau puji-pujian kepada Alllah SWT.
- Membaca syahadatain, yakni syahadat tauhid dan syahadat rasul. Dalam hal ini Rasulullah SAW bersabda, “Tiap-
tiap khotbah yang tidak ada syahadatnya, adalah seperti tangan yang terpotong.” (H.R. Ahmad dan Abu Daud)
- Membaca salawat atas Nabi Muhammad SAW.
- Berwasiat atau member nasihat tentang takwa dan menyampaikan ajaran tentang akidah, ibadah, akhlak dan
muamalah yang bersumber kepada Al-Qur’an dan Hadist.
- Membaca ayat Al-Qur’an pada salah satu dari dua khotbah. Rasulullah bersabdah yang artinya:
“Dari Jabir bin Samurah, katanya, “Rasulullah SAW berkhotbah berdiri, duduk antara keduanya, membaca ayat-ayat Al-
Qur’an, mengingatkan dan memperingatkan kabar takut pada manusia.” (H.R. Muslim)
- Berdoa pada khotbah kedua agar kaum muslimin memperoleh ampunan dosa dan rahmat Allah SWT.

d. Sunah Khotbah Jum’at


- Khatib hendaknya berdiri diatas mimbar atau di tempat yang lebih tinggi dan letak mimbar berada di sebelah kanan
tempat berdirinya Imam salat.
- Khatib hendaknya mengawali khotbahnya dengan member salam. Setelah itu, duduk sebentar sambil
mendengarkan mu’azzin berazan.
- Khotbah hendaknya jelas, mudah dipahami, tidak terlalu panjang dan tidak terlalu pendek.
- Khatib, di dalam khotbahnya hendaknya menghadap kepada para jamaah salat Jum’at dan jangan berputar-putar
karena yang demikian itu tidak disyariatkan.
- Menertibkan tiga rukun yaitu puji-pujian, salawat, dan nasihat agar bertakwa.
- Mambaxa surah Al-Ikhlas, sewaktu duduk dua khotbah.

2. Ketentuan Tablig dan Dakwah


a. Tablig dan dakwah hendaknya dimulai dari diri mubalig dan da’i itu sendiri, sebab sebelum seorang mubalig atau
da’I mengajak orang lain untuk berimandan bertakwa, maka terlebih dahulu mubalig dan atau da’i menjadi orang yang
beriman dan bertakwa. Hal ini diisyaratkan dalam firman Allah SWT, yang artinya: “Amat besar kebencian di sisi Allah
bahwa kamu mengatakan ap-apa yang tidak kamu kerjakan”. (Q.S. As-Saff, 61:3)
b. Dalam bertablig atau berdakwah, mubalig, atau da’i hendaknya menggunakan pola kebijaksanaan, yaitu
berbicara atau bertablig kepada manusia menurut kadar kemampuan akal mereka. Tablig atau dakwah kepada kaum
intelek yang kadar keilmuannya sudah tinggiharus dibedakan dengan tablig atau dakwah terhadap orang kebanyakan,
kadar keilmuannya masih rendah.
c. Dakwah dapat dilakukan dengan “bi al-hal” yaitu melalui perbuatan baik diridai oleh Allah SWT agar diteladani
orang lain.
d. Dakwah dapat dilaksanakan melalui ucapan lisan dan tulisan, baik perorangan ataupun kepada masyarakat.
Dalam berdakwa pastinya dilakukan dengan berbagai metode dimana telah dijelaskan Allah SWT dalam Al-Quran
dalam surah An-Nahl, 16:125 yaitu :
- Metode al-hikmah yang artinya penyampaian dakwah terlebih dahulu mengetahui tujuan dan sasaran dakwahnya.
- Metode al-mau’izah al-hasanah yakni member kepuasan kepada orang atau masyarakat yang menjadi sasaran
dakwah dengan cara seperti ini member nasihat, pengajaran dan teladan yang baik.
- Metode “mujadalah bi al-lati hiya ahsan” ialah bertukar pikiran (berdiskusi) dengan cara-cara yang terbaik. Metode
ini digunakan bagi sasaran dakwah tertentu, misalnya bagi orang-orang yang berpikir kritis dan kaum terpelajar.
Akan tetapi pada erang yang serbah canggih ini, sekarang dakwah dapat disampaikan melalui media surat kabar,
majalah, radio dan televisi.

BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan

Jika kita teliti dengan cermat, memahami makna hadits tersebut dengan hal semacam itu sangatlah tidak tepat. Hadits
ini menyuruh kepada kita agar ketika menyampaikan hadits Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam kita tahu dan yakin
bahwa hadits tersebut berasal dari Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam.

Jadi yang benar dari hadits ini bukanlah memotivasi orang yang tidak berilmu untuk berbicara (masalah agama) akan
tetapi hadits ini memotivasi kepada orang yang telah belajar dan mengetahui, hendaklah disampaikan walau sedikit.
Ketika seseorang telah mengetahui syariat ini benar dari Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam, maka diperkenankan
baginya untuk menyampaikannya kepada orang lain.

Anda mungkin juga menyukai