Anda di halaman 1dari 3

BAB II

PEMANASAN GLOBAL
(Global Warming)

A. PENGERTIAN
Pemanasan global adalah adanya proses peningkatan suhu rata-rata atmosfer, laut, dan
daratan Bumi.
Suhu rata-rata global pada permukaan Bumi telah meningkat 0.74 ± 0.18 °C (1.33 ±
0.32 °F) selama seratus tahun terakhir. Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC)
menyimpulkan bahwa, "sebagian besar peningkatan temperatur rata-rata global sejak
pertengahan abad ke-20 kemungkinan besar disebabkan oleh meningkatnya konsentrasi gas-
gas rumah kaca akibat aktivitas manusia" melalui efek rumah kaca. Kesimpulan dasar ini
telah dikemukakan oleh setidaknya 30 badan ilmiah dan akademik, termasuk semua akademi
sains nasional dari negara-negara G8.
Model iklim yang dijadikan acuan oleh projek IPCC menunjukkan suhu permukaan
global akan meningkat 1.1 hingga 6.4 °C (2.0 hingga 11.5 °F) antara tahun 1990 dan 2100.
Perbedaan angka perkiraan itu dikarenakan oleh penggunaan skenario-skenario berbeda
mengenai emisi gas-gas rumah kaca di masa mendatang, serta model-model sensitivitas iklim
yang berbeda. Walaupun sebagian besar penelitian terfokus pada periode hingga 2100,
pemanasan dan kenaikan muka air laut diperkirakan akan terus berlanjut selama lebih dari
seribu tahun walaupun tingkat emisi gas rumah kaca telah stabil. Ini mencerminkan besarnya
kapasitas panas dari lautan.
B. PENYEBAB PEMANASAN GLOBAL
Pemanasan global merupakan akibat yang dipicu oleh kegiatan manusia, terutama
yang berkaitan dengan bahan bakar fosil (BBF) dan kegiatan alih-guna lahan. Kegiatan
tersebut dapat menghasilkan gas-gas rumah kaca yang makin lama makin banyak jumlahnya
di atmosfer.
Gas rumah kaca adalah gas-gas yang ada di atmosfer yang menyebabkan efek rumah
kaca. Gas-gas tersebut sebenarnya muncul secara alami di lingkungan. Gas rumah kaca yang
paling banyak adalah uap air yang mencapai atmosfer akibat penguapan air dari laut, danau
dan sungai. Karbondioksida adalah gas terbanyak kedua.
Manusia telah meningkatkan jumlah karbondioksida yang dilepas ke atmosfer ketika
mereka membakar bahan bakar fosil, limbah padat, dan kayu untuk menghangatkan
bangunan, menggerakkan kendaraan dan menghasilkan listrik. Pada saat yang sama, jumlah
pepohonan yang mampu menyerap karbondioksida semakin berkurang akibat perambahan
hutan untuk diambil kayunya maupun untuk perluasan lahan pertanian. Hasilnya, pemanasan
global yang mengancam kehidupan berbagai flora & fauna di bumi tidak dapat dihindari.
Penyebab pemanasan global lainnya adalah adanya efek umpan balik. Sebagai contoh
adalah pada penguapan air. Pada kasus pemanasan akibat bertambahnya gas-gas rumah kaca
seperti CO2, pemanasan pada awalnya akan menyebabkan lebih banyaknya air yang
menguap ke atmosfer. Karena uap air sendiri merupakan gas rumah kaca, pemanasan akan
terus berlanjut dan menambah jumlah uap air di udara hingga tercapainya suatu
kesetimbangan konsentrasi uap air. Efek rumah kaca yang dihasilkannya lebih besar bila
dibandingkan oleh akibat gas CO2 sendiri. (Walaupun umpan balik ini meningkatkan
kandungan air absolut di udara, kelembaban relatif udara hampir konstan atau bahkan agak
menurun karena udara menjadi menghangat). Umpan balik ini hanya dapat dibalikkan secara
perlahan-lahan karena CO2 memiliki usia yang panjang di atmosfer.
Umpan balik penting lainnya adalah hilangnya kemampuan memantulkan cahaya
(albedo) oleh es. Ketika temperatur global meningkat, es yang berada di dekat kutub mencair
dengan kecepatan yang terus meningkat. Bersama dengan melelehnya es tersebut, daratan
atau air dibawahnya akan terbuka. Baik daratan maupun air memiliki kemampuan
memantulkan cahaya lebih sedikit bila dibandingkan dengan es, dan akibatnya akan
menyerap lebih banyak radiasi Matahari. Hal ini akan menambah pemanasan dan
menimbulkan lebih banyak lagi es yang mencair, menjadi suatu siklus yang berkelanjutan.
Umpan balik positif (yang menambah pemanasan) akibat terlepasnya CO2 dan CH4
dari melunaknya tanah beku (permafrost) adalah mekanisme lainnya yang berkontribusi
terhadap pemanasan. Selain itu, es yang meleleh juga akan melepas CH4 yang juga
menimbulkan umpan balik positif.
Kemampuan lautan untuk menyerap karbon juga akan berkurang bila ia menghangat,
hal ini diakibatkan oleh menurunya tingkat nutrien pada zona mesopelagic sehingga
membatasi pertumbuhan diatom daripada fitoplankton yang merupakan penyerap karbon
yang rendah.
Faktor pertumbuhan penduduk dan pengunaan bahan bakar fosil berkaitan dengan
kerusakan hutan (deforestasi). Ketidakseimbangan antara perusakan dan perbaikan tercermin
pada kedua faktor tersebut. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah perubahan tata lahan.
Pembabatan lahan penyerap karbon harus segera dihentikan untuk menekan pemanasan
global.

C. DAMPAK PEMANASAN GLOBAL


Pemanasan global juga memberikan “sedikit” dampak positif. Peningkatan suhu rata-
rata menyebabkan proses fotosintesis meningkat yang berimplikasi pada peningkatan
produksi pangan.
Namun, terlalu banyak dampak negatif yang diakibatkan oleh pemanasan global.
Berbagai penilitian, konferensi, dan seminar telah dilakukan untuk menanggapi kondisi iklim
yang semakin memburuk. Adapun dampak-dampak negatif tersebut adalah sebagai berikut.
- Naiknya suhu samudra (Pasifik & Hindia). Hal ini berdampak serius pada ekologi
samudra, terutama mengancam kehidupan terumbu karang. Selain itu, suhu lautan yang
berubah berakibat pada perubahan arah angin yang secara acak yang akan menyebabkan
cuaca sulit diramal.
- Mencairnya salju dan es. Laporan terbaru dari para ahli menunjukkan salju dunia sudah
berkurang 10%.

- Naiknya permukaan air laut. Kondisi ini akan mengancam Indonesia sebagai negara
kepulauan dengan garis pantai nomor 2 terpanjang di dunia.
- Musim kemarau yang panjang dan tak beraturan.
- Musim hujan yang singkat dengan intensitas tinggi.
- Terjadinya perubahan iklim.
- Air tanah menjadi langka.
- Mempengaruhi gejala El Nino, memungkinkan kekuatan El Nino yang rata-rata terjadi 4
tahun sekali semakin dahsyat. Hal ini diduga kuat sebagai penyebab peningkatan intensitas
terjadinya badai yang terjadi akhir-akhir ini.
- Mengancam flora & fauna tertentu pada kepunahan. Hasil penelitian pada 2003 silam
memaparkan bahwa 50 tahun terakhir ada 1700 jenis hewan dan tumbuhan yang secara
bertahap beralih ke dua kutub. Jika tidak mengurangi kecepatan pemanasan global, maka
akan banyak makhluk hidup mengalami kepunahan.
- Dalam aspek estetis, hilangnya beberapa tempat yang memberikan pemandangan indah.

D. SOLUSI BAGI PEMANASAN GLOBAL


Melihat begitu banyaknya dampak-dampak negatif serta kerugian yang ditimbulkan,
harus diambil tindakan guna mengurangi/mengatasi pemanasan global. Beberapa solusi yang
ditawarkan adalah sebagai berikut.
- Menghilangkan karbon. Banyak cara yang dapat dilakukan seperti menanam pepohonan,
menggunakan bahan bakar rendah emisi, menyuntikkan gas karbon dioksida ke sumur-sumur
minyak, perdagangan karbon, dan lain-lain.
- Meratifikasi Protokol Kyoto. Protolol Kyoto merupakan sebuah persetujuan internasional
mengenai pemanasan global. Perjanjian ini bertujuan untuk mengurangi rata-rata emisi dari
enam gas rumah kaca - karbon dioksida, metan, nitrous oxide, sulfur heksafluorida, HFC, dan
PFC - yang dihitung sebagai rata-rata selama masa lima tahun antara 2008-12.
- Melakukan konservasi hutan.
- Melakukan reboisasi pada 10 negara yang memiliki hutan hujan tropis.
- Mengganti/mencari alternatif energi yang lebih ramah lingkungan sekaligus menghemat
pemakainnya. Salah satu alternatifnya adalah mengembangkan bioenergi melalui tanaman
jarak.
Dalam ruang lingkup global, usaha-usaha tersebut harus dilakukan oleh negara-negara
maju dan negara-negara berkembang secara bertahap secara berkesinambungan. Yang dapat
kita lakukan untuk membantu menekan pemanasan global, antara lain: memakai listrik
seperlunya, memilih alat-alat elektronik hemat energi, menanam pohon untuk menyerap
karbon, dan menghemat pemakaian BBM. Usaha ini memang terlihat sederhana. Namun, jika
dilakukan secara global, maka bukan mustahil dampak negatif pemanasan global dapat
teratasi seluruhnya.
Hal yang terpenting adalah dibutuhkan kesadaran dan kearifan dari seluruh manusia
di muka bumi untuk menyelamatkan bumi itu sendiri. Tanpa dua hal tersebut, harapan untuk
menempati lingkungan yang aman dan nyaman sulit kita wujudkan. Sifat ini harus
ditanamkan pada pelajar sebagai generasi penerus yang menentukan kemana arah bumi di
masa depan, kesejahteraan atau kehancuran.

Anda mungkin juga menyukai