Anda di halaman 1dari 23

Kegiatan Pra Analitik di Laboratorium

( Makalah QC dan Validasi Metode)

Dosen Pembimbing : Hj. Maria Tuntun Siregar, S.Pd., M.Biomed

Disusun Oleh :

1. Sya’diah Rindi Astari (1613353027)


2. Saskia Ratna Ayu Perdana (1613353020)
3. Ade Sri lestari (1613353022)
4. Nadiyah Nurfatin (1613353015)
5. Alicka Putri Mauly (1613353006)
6. Yosetri Meilintina (1613353023)

Kelas : Tingkat 4 D.IV Analis Kesehatan Kelompok 2

JURUSAN ANALIS KESEHATAN


POLTEKKES TANJUNG KARANG
TAHUN 2019/2020

1
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
segala puji hanya bagi-Nya. Semoga sholawat beserta salam senantiasa
tercurahkan kepada junjungan kita, nabi besar Muhammad SAW beserta keluarga
dan para sahabatnya, serta kepada para pengikutnya yang setia hingga akhir
zaman.
Puji syukur Alhamdulilah kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah melimpahkan segala rahmat, hidayah serta inayah-Nya. Sehingga penulisan
makalah ini dapat diselesaikan dengan baik dan lancar. Makalah ini berjudul
“Kegiatan Pra analitik di Laboratorium” sebagai tugas mata kuliah QC dan
Validasi Metode.
Dalam penulisan makalah ini, kami banyak menerima bantuan bimbingan dan
dorongan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini, kami tidak lupa mengucapkan
terimakasih kepada:
1. Ibu Eka Sulistianingsih, M.Kes selaku kajur analis kesehatan Poltekkes
Tanjungkarang.
2. Ibu Hj. Maria Tuntun Siregar, S.Pd., M.Biomed. selaku dosen mata kuliah
QC dan Validasi Metode.
3. Orang tua kami yang telah memberikan bantuan material dan spiritual.
4. Teman-teman kami di Politeknik Kesehatan Tanjungkarang,
khususnya atas segala bantuannya.
Kami berharap makalah ini dapat memberikan manfaat bagi mahasiswa Politeknik
Kesehatan Tanjungkarang. Kami juga menyadari bahwa dalam penulisan makalah
ini masih jauh dari sempurna karena masih banyak kekurangan dan kesalahan.
Maka, kami senantiasa menerima kritik dan saran yang bersifat membangun untuk
meyempurnakan makalah ini.
Dengan makalah ini, kami mengharapkan semoga makalah ini dapat bermanfaat
dan berguna bagi penulis serta pembaca pada umumnya.

Bandar Lampung, 25 Agustus 2019

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................ii

DAFTAR ISI..........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang.....................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah...............................................................................2
1.3 Tujuan..................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Laboratorium.......................................................................................3

2.2 Laboratorium Klinik............................................................................3

2.3 Kegiatan Pra Analitik..........................................................................4

BAB III PENUTUP

Kesimpulan................................................................................................20

DAFTAR PUSTAKA

BAB I

3
PENDAHULUAN

1.2 Latar Belakang

Dalam menentukan penyakit atau diagnosis, membantu diagnosis,


prognosis, mengendalikan penyakit dan memonitor pengobatan atau memantau
jalanya penyakit, dokter melakukan pemeriksaan laboratorium atau tes
laboratorium yaitu pemeriksaan spesimen atau sampul yang diambil dari pasien.
Banyak pemeriksaan spesimen dilakukan di laboratorium klinik atau lengkapnya
di laboratorium patologi klinik.

Pemeriksaan laboratorium adalah suatu tindakan dan prosedur


pemeriksaan khusus dengan mengambil bahan atau sampel dari penderita, dapat
berupa urine (air kencing), darah, sputum (dahak), dan sebagainya untuk
menentukan diagnosis atau membantu menentukan diagnosis penyakit bersama
dengan tes penunjang lainya, anamnesis, dan pemeriksaan lainya. Sekumpulan
pemeriksaan laboratorium yang dirancang, untuk tujuan tertentu misalnya untuk
mendeteksi penyakit, menentukan resiko, memantau perkembangan penyakit,
memantau perkembangan pengobatan, dan lalin-lain. Mengetahui ada tidaknya
kelainan atau penyakit yang banyak di jumpai dan potensial membahayakan.

Tes atau pemeriksaan dapat secara kimia klinik, hematologi, imunologi,


serologi, mikrobiologi klinik, dan parasitologi klinik. Metode pemeriksaan
pemeriksaan terus berkembang dari kualitatif, semi kuantitatif, dan dilaksanakan
dengan cara manual, semiotomatik, otomatik, sampai robotik. Hal ini berarti
peralatanpun berkembang dari yang sederhana sampai yang canggih dan mahal
hingga biaya tespun dapat meningkat. Oleh karena itu hasi suatu pemeriksaan
laboratorium sangat penting dalam membantu diagnosa, memantau perjalanan
penyakit, serta menentukan prognosa dari suatu penyakit atau keluhan pasien.

4
Dalam pemeriksaan kesalahan pemeriksaan mungkin saja terjadi, sehingga
akan mempengaruhi hasil pemeriksaan laboratorium. Terdapat 3 faktor utama
yang dapat mengakibatkan kesalahan hasil laboratorium yaitu :

1. Faktor Pra Analitik : sebelum dilakukan pemeriksaan


2. Faktor Analitik : saat pemeriksaan (analisa) sampel
3. Faktor Pasca Analitik : saat penulisan hasil pemeriksaan

2.2 Rumusan Masalah

1. Apakah yang dimaksud dengan laboratorium ?


2. Apakah yang dimaksud dengan laboratorium klinik ?
3. Bagaimana kegiatan pre analitik di laboratorium ?

2.3 Tujuan

Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk :

1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan laboratorium


2. Mengetahui apa yang dimaksud dengan laboratorium klinik
3. Mengetahui bagaimana kegiatan pre analitik di laboratorium serta tahapan –
tahapannya.

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Laboratorium

Laboratorium adalah tempat riset ilmiah, eksperimen, pengukuran


ataupun pelatihan ilmiah dilakukan. Laboratorium biasanya dibuat untuk
memungkinkan dilakukannya kegiatan-kegiatan tersebut secara terkendali.
Berdasarkan definisi tersebut, laboratorium adalah suatu tempat yang digunakan
untuk melakukan percobaan maupun pelatihan yang berhubungan dengan ilmu
fisika, biologi, dan kimia atau bidang ilmu lain, yang merupakan suatu ruangan
tertutup, kamar atau ruangan terbuka seperti kebun dan lain-lain.

2.2 Laboratorium Klinik

Laboratorium klinik adalah sarana kesehatan yang melaksanakan


pelayanan pemeriksaan di bidang hematologi, kimia klinik, mikrobiologi klinik,
parasitologi klinik, imunologi klinik, patologi anatomi dan atau bidang lain yang
berkaitan dengan kepentingan kesehatan perorangan terutama untuk menunjang
upaya diagnosis penyakit, penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan
(Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 364/MENKES/SK/III/2003).

Laboratorium klinik sebagai subsistem pelayanan kesehatan menempati


posisi terpenting dalam diagnostik invitro. Dengan pengukuran dan pemeriksaan
laboratorium akan didapatkan data ilmiah yang tajam untuk digunakan dalam
menghadapi masalah yang diidentifikasi melalui pemeriksaan klinis dan
merupakan bagian esensial dari data pokok pasien. Indikasi permintaan
laboratorium merupakan pertimbangan terpenting dalam kedokteran
laboratorium. Informasi laboratorium dapat digunakan untuk diagnosis awal
yang dibuat berdasarkan riwayat penyakit dan pemeriksaan fisik. Analisis
laboratorium juga merupakan bagian integral dari penapisan kesehatan dan
tindakan preventif kedokteran.

6
2.3 Kegiatan Pra analitik

Disetiap Laboratorium untuk mendapatkan hasil yang akurat harus


mengacu kepada GLP (Good laboratory Procedure) yaitu melalui tahapan Pra
Analitik, Analitik dan Pasca Analitik.

Pra Analitik dapat dikatakan sebagai tahap persiapan awal, dimana tahap
ini sangat menentukan kualitas sampel yang nantinya akan dihasilkan dan
mempengaruhi proses kerja berikutnya. Yang termasuk dalam tahap Pra Analitik
meliputi Kondisi pasien, cara dan waktu pengambilan sampel, perlakuan terhadap
proses persiapan sampel sampai sampel selesai dikerjakan.

Analitik adalah tahap pengerjaan pengujian sampel sehingga diperoleh


hasil pemeriksaan.

Paska Analitik ialah tahap akhir pemeriksaan yang dikeluarkan untuk


meyakinkan bahwa hasil pemeriksaan yang dikeluarkan benar – benar valid atau
benar. Seperti sudah disebutkan sebelumnya bahwa tahap preanalitik sangat
berpengaruh terhadap kualitas sampel walaupun tidak dapat dinyatakan secara
kuantitas.

Tahap pre-analitik sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor sehingga jika


terjadi kesalahan pada hasil pemeriksaan sangat sulit ditelusuri atau dilacak. Oleh
karenanya sebagai petugas laboratorium harus benar-benar berusaha bekerja
sesuai dengan petunjuk pelaksanaan kerja sehingga meminimalisir terjadinya
kesalahan. Disamping faktor pengerjaan dari internal pada tahap pre-analitik juga
sangat bergantung pada kondisi pasien saat itu, kejujuran dan kelengkapan pasien
dalam memberi informasi, kondisi sampel itu sendiri, suasana lingkungan dan
bahan pembantu yang digunakan.

1. PERSIAPAN PASIEN

Persiapan pasien dimulai saat seorang dokter merencanakan pemeriksaan


laboratorium bagi pasien. Pemilihan jenis tes yang kurang tepat atau tidak sesuai
dengan kondisi klinis pasien akan menghasilkan interpretasi yang berbeda.

7
Ketaatan pasien akan instruksi yang diberikan oleh dokter atau paramedis sangat
berpengaruh terhadap hasil laboratorium. Hal yang sama juga dapat terjadi bila
keluarga pasien yang merawat tidak mengikuti instruksi tersebut dengan baik.

Ada beberapa sumber kesalahan yang kurang terkontrol dari proses pra
analitik yang dapat mempengaruhi pengujian laboratorium, tapi hampir tidak
dapat diidentifikasi oleh staf laboratorium. Misalnya :

a. Riwayat penyakit yang diderita pasien, penyakit turunan ataupun kelainan


bawaan tentunya akan mempengaruhi kondisi tubuh pasien tersebut
b. Berat badan, tinggi badan, dan luas permukaan tubuh. Kondisi fisik pasien
secara spesifik tentunya akan berbeda dan memberi pengaruh antar individu.
c. Kondisi pasien yang sedang fit atau tidak. Kondisi pasien saat pemeriksaan
tentunya akan mempengaruhi kondisi sampel yang diberikan
d. Kelainan-kelainan yang diderita oleh pasien. Jika pasien memiliki kelainan
maka tentunya akan mempengaruhi kondisi pasien juga sampel dari pasien
tersebut
e. Aktivitas fisik pasien. Aktivitas yang dilakukan pasien dapat meningkatkan
kadar-kadar tes tertentu, contohnya jika pasien selesai berolahraga, maka
kadar CK meningkat
f. Gaya hidup pasien, kebiasaan pasien yang tentunya juga akan
mempengaruhi kondisi sampel, contohnya pada pasien yang memiliki
kebiasaan merokok, hal ini dapat meningkatkan hasil/kadar pada
pemeriksaan tumor marker

2. PERSIAPAN SAMPLING

Untuk mendapatkan hasil yang akurat maka sampel yang akan diperiksa di
laboratorium haruslah memenuhi persyaratan sebagai berikut:

a. Jenisnya sesuai dengan jenis pemeriksaan


b. Volumenya cukup
c. Kondisi baik: tidak lisis, segar. tak berubah warna, steril
d. Antikoagulan yang digunakan sesuai dengan pemeriksaan
e. Ditampung dalam wadah yang sesuai
f. Identitas sampel benar sesuai data pasien

8
Sangat baik jika sebelum dilakukan sampling, petugas harus memeriksa
form permintaan laboratorium, identitas pasien, serta keterangan lainnya.
Tanyakan persiapan yang telah dilakukan oleh pasien misalnya diet, puasa.
Tanyakan juga mengenai obat-obatan yang dikonsumsi, apakah minum alkohol
atau tidak, merokok, dsb. Catat apakah pasien sedang mengkonsumsi obat-obatan
tertentu yang dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan laboratorium.

3. PERALATAN
A. Prosedur pengambilan darah
1. Pengambilan spesimen darah vena dengan syring (alat suntik)

Alat dan bahan:

 Sarung tangan bersih


 Alkohol 70 %
 Kapas (secukupnya)
 Tourniquet
 Spuit (sesuaikan ukuran spuit dengan dengan jumlah darah yang akan
diambil)
 Plester (secukupnya)
 Kertas label
 Wadah spesimen dan tutupnya

2. Pengambilan darah dengan vakum

Alat dan Bahan:

• Jarum vakutainer atau winged needle (jarum bersayap)

• Kapas

• Alkohol 70%

• Tali pembendung (turniket)

• Plester

9
• Tabung vakum

• Kontainer khusus benda tajam (wadah sampah)

B. Pengambilan sampel urine


1. Pengambilan spesimen urine

Alat dan Bahan:

 Sarung tangan bersih


 Tissue
 Sabun
 Bedpan (untuk pasien non ambulatory) atau spesimen hat (untuk pasien
ambulatory)
 Air secukupnya

10
 Tissue antiseptik
 Kertas label
 Wadah Penampung

2. Pengambilan spesimen urin dari kateter

Alat dan Bahan:

 Sarung tangan bersih


 Spuit 3 cc dengan jarum ukuran 21-25 (untuk urin kultur)
 Spuit 20 cc dengan jarum ukuran 21- 25 (untuk urin rutin)
 Klem
 Kapas alkohol
 Tissue dan Kertas labelnya
 Wadah spesimen (non steril untuk urin rutin dan steril untuk kultur)
C. Pengambilan sampel feses

Alat dan Bahan


 Sarung tangan

 Alat pengambil feses

 Wadah atau penampung spesimen

 Vasseline

 Kapas

11
 Pot tinja (pispot)

 Bengkok

 Tissue

 Label

D. Pengambilan sampel sputum

Alat dan Bahan

 Wadah spesimen steril dengan penutup


 Sarung tangan
 Desinfektan
 Tissue
 Label terlengkap

E. Pengambilan Swab tenggorokan

 Spatula lidah

 Lidi kapas steril

12
4. ANTIKOAGULAN

Sesuai namanya antikoagulan adalah bahan kimia yang digunakan untuk


mencegah pembekuan darah. Jenis antikoagulan yang dipergunakan harus
disesuaikan dengan jenis pemeriksaan yang diminta. Volume darah yang
ditambahkan juga harus tepat

Macam-Macam Antikoagulan

1. Garam Kalium atau Natrium dari Ethylen Diamine Tetra Asetat (EDTA)

Garam-garam tersebut mengubah ion kalsium dari darah menjadi bentuk


yang bukan ion sehingga pembekuan dapat dicegah. EDTA tidak mempengaruh
terhadap besar dan bentuk dari Eritrosit dan leukosit. Selain itu EDTA juga dapat
mencegah penggumpalan trombosit, sehingga sangat baik sebagai antikoagulan
untuk pemeriksaan trombosit. Antikoagulan EDTA sangat luas pemakaiannya,
dapat digunakan untuk kebanyakan pemeriksaan hematologi. Dengan
antikoagulan EDTA, sel-sel darah dapat bertahan lebih lama dibanding dengan
antikoagulan lain.

Ada tiga macam EDTA, yaitu dinatrium EDTA (Na2EDTA), dipotassium


EDTA (K2EDTA) dan tripotassium EDTA (K3EDTA). Dari ketiga jenis EDTA
tersebut, K2EDTA adalah yang paling baik dan dianjurkan oleh ICSH

13
(International Council for Standardization in Hematology) dan CLSI (Clinical and
Laboratory Standards Institute). Jumlah EDTA yang digunakan :

 EDTA kering: 1 mg EDTA/1 ml darah


 EDTA cair: 0.01ml EDTA/1 ml darah
EDTA cair (laruatan EDTA 10 %) lebih sering digunakan. Pada penggunaan
EDTA kering, wadah yang berisi darah dan EDTA harus digoyang(homogenkan)
selama 1-2 menit karena EDTA kering lambat larut. Penggunaan EDTA kurang
atau lebih dari ketentuan seharusnya dihindari. Penggunaan EDTA yang kurang
dari ketentuan dapat menyebabkan darah membeku. Sedangkan penggunaan yang
lebih dari ketentuan dapat menyebabkan eritrosit mengkerut sehingga nilai
hematokrit rendah dari nilai yang sebenarnya.Saat ini sudah tersedia,Tabung
darah/tabung hampa udara (vacutainer tube) yang berisi EDTA. Tabung EDTA
bertutup lavender (Ungu) atau pink seperti yang diproduksi oleh Becton
Dickinson.

Pemeriksaan Hematologi yang Menggunakan Antikoagulan EDTA adalah


sebagai berikut :

 Penentuan kadar Hb
 Penentuan Hematokrit
 Penentuan Laju Endap Darah (LED)
 Penentuan Resisitensi osmotik darah
 Penentuan golongan darah
 Perhitungan sel-sel darah, termasuk retikulosit
 Pembuatan apusan darah

2. Natrium Sitrat (Trisodium Citrat)

Natrium Sitrat(Trisodium Citrat) yang digunakan berbentuk larutan 3,2 %


dan 3,8%. Antikogulan ini mencegah pembekuan dengan cara mengikat ion
kalsium. Antikoagulan Natrium Sitrat tidak toksis sehingga dapat juga digunakan
untuk transfusi darah. Banyaknya Natrium Sitrat yang digunakan :

14
- Larutan Natrium Sitrat 3,2 % digunakan untuk pemeriksaan soal-soal proses
pembekuan darah (Koagulasi) dan agregasi trombosit.
Volume: 1 volume antikoagulan : 9 volume darah

- Larutan Natrium Sitrat 3,8 % digunakan pemeriksaan Laju Endap Darah dan
Eritrosit Sedimen Rate (ESR).
Volumenya : 1 volume antikoagulan : 4 volume darah

Saat ini sudah tersedia Tabung darah/tabung hampa udara (vacutainer


tube) yang berisi Natrium sitrat. Tabung sitrat 3,2% bertutup biru terang dan
tabung sitrat 3,8% bertutup hitam. Pemeriksaan Hematologi yang Menggunakan
Antikoagulan Natrium Citrat :
 Penentuan Laju Endap Darah
 Eritrosit Sedimen Rate (ESR)
 Pemeriksaan soal-soal proses pembekuan darah
 Agregasi Trombosit
 Penentuan golongan darah
 Transfusi darah

3. Heparin

Heparin merupakan antikoagulan yang normal dalam tubuh, namun di


laboratorium heparin jarang digunakan dalam pemeriksaan-pemeriksaan di
laboratorium karena mahal harganya. Heparin berdaya seperti antitrombin.
Heparin bekerja dengan cara menghentikan pembentukan trombin dari
prothrombin sehingga menghentikan pembentukan fibrin dari fibrinogen.Heparin
tidak mempengaruhi bentuk eritrosit maupun trombosit. Jenis heparin yang paling
banyak digunakan adalah Lithium heparin karena antikoagulan karena tidak
mengganggu analisa beberapa macam ion dalam darah.

Banyaknya Heparin yang digunakan :

 Heparin Kering : 0,1-0,2 mg/ml Darah

15
 Heparin Cair : 1.5 IU +/- 2.5 IU/ml darah
Saat ini telah tersedia tabung darah/tabung hampa udara (vacutainer tube) yang
berisi heparin. Tabung heparin bertutup Hijau muda (Lithium heparin) dan Hijau
(Lithium heparin dengan gel)

4. Natrium Oxalat

Bekerja dengan menikat ion Ca, sehingga terbentuk Ca Oxalat yang


mengendap. Na oxalat yang digunakan berbentuk larutan 0.1 N. Banyaknya Na-
Oxalat yang digunakan : 1 volume darah: 9 volume darah

Pemeriksaan Hematologi yang Menggunakan Antikoagulan Na-Oxalat

- Pemeriksaan Plasma Protrombin Time (PPT)

5. Double Oxalat

Nama lainnya dalah Balance Oxalat Mixture atau antikoagulan dari Heller
dan Paul. Antikoagulan ini mengandung kalium oxalat dan ammonium oxalat
dengan perbandingan 2:3. Kalium oxalat menyebebkan eritrosit mengkerut,
sedangkan ammonium oxalat menyebabkan eritrosit mengembang. Campuran
kedua garam tersebut bertujuan untuk menghindari perubahan perubahan volume
eritrosit.

5. PEMILIHAN LOKASI PENGAMBILAN SPESIMEN


a. Darah vena : umumnya diambil dari vena lengan (median cubiti, vena
cephalic, vena basilic). tempat pengambilan tidak boleh pada jalur
transfusi atau infus, bekas luka, hematoma, oedema, canula, fistula.
b. Darah arteri: umumnya diambil dari arteri radialis (pergelangan tangan),
arteri brachialis (lengan) atau arteri femoralis (lipat paha).
c. Darah kapiler: umumnya diambil dari ujung jari tengah atau jari manis
tangan bagian tepi atau pada daerah tumit 1/3 bagian tepi telapak kaki

16
bayi. Tempat yang dipilih untuk pengambilan tidak boleh menunjuka
gangguan peredaran darah seperti sianosis atau pucat.
d. Spesimen untuk pemeriksaan biakan kuman diambil dari tempat yang
sedang mengalami infeksi kecuali darah dan cairan otak.
6. WAKTU PENGAMBILAN

Umumnya pengambilan dilakukan pada waktu pagi hari, karena pagi hari
dinilai sebagai waktu yang sangat ideal, dimana belum ada intake makanan yang
masuk kedalam tubuh yang dapat mempengaruhi beberapa pemeriksaan yang
mewajibkan pasien harus berpuasa terlebih dahulu. Biasanya puasa dilakukan
dengan rentang waktu 8-12 jam. Untuk pemeriksaan kultul kuman , spesimen
harus diambil sebelum pemberian antibiotik, sedangkan untuk pemeriksaan GO
diambil 2 jam setelah buang air yang terakhir. Untuk pemeriksaan malaria diambil
pada saat pasien sedang sedangkan untuk pemeriksaan mikrofilaria spesimen
harus diambil pada tengah malam.

7. PENGAMBILAN SAMPEL

Hal-hal yang harus diperhatikan pada pengambilan spesimen adalah


sebagai berikut :

a. Teknik atau cara pengambilan: Pengambilan spesimen harus dilakukan


dengan benar dan sesuai dengan standar operating procedure (SOP) yang
ada.
b. Cara menampung spesimen dalam wadah penampung:
 Seluruh sampel harus masuk kedalam wadah (sesuai kapasitas),
jangan ada yang menempel pada bagian luar tabung untuk
menghindari bahaya infeksi
 Wadah harus dapat ditutup rapat dan diletakan dalam posisi berdiri
untuk mencegah spesimen tumpah
 Memindahkan spesimen darah dari syringe harus memperhatikan hal-
hal sebagai berikut:
 Darah harus segera dimasukan dalam tabung setelah sampling
 Lepaskan jarum, alirkan darah melalui dinding tabung secara
perlahan agar tidak terjadi lisis
 Untuk pemeriksaan kultur kuman dan sensitivitas, pemindahan
sampel ke dalam media dilakukan dengan cara aseptik

17
 Pastikan jenis antikoagulan dan volume darah yang ditambahkan
tidak keliru
 Homogenisasi segera setelah darah dicampur dengan
antikoagulan dengan lembut dan perlahan. Jangan mengocok
tabung keras-keras agar tidak hemolisis.
 Menampung spesimen urin:
 Sediakan wadah yang bersih, kering , tidak terkontaminasi oleh
bahan apapun, mudah dibuka tutup dan bermulut lebar.
 Urin yang pertama kali keluar dibuang. Kemudian catat waktu
dari pertama kali urin keluar selama 24 jam (untuk urin 24 jam).
Pengambilan urin meadstrim dilakukan dengan cara membuang
urin yang pertama kali keluar kemudian diambil urin dengna porsi
tengah serta membuang urin porsi terakhir.
 Untuk mendapatkan spesimen cleant catch diperlukan cara
pembersihan yang lebih baik :
 Mulut uretra dibersihkan dengan sabun dan kemudian
membilasnya sampai bersih
 Pasien perempuan harus terlebih dahulu membersihkan labia
minora lalu merenggangkannya saat buang air
 Perempuan yang sedang menstruasi atau mengeluarkan banyak
secret vagina sebaikanya memasukan tampon sebelum
mengumpulkan spesimen.
 Bagian luar wadah urin harus dibilas dan dikeringkan setelah
spesimen didapat dan keterangan tentang pemeriksaan harus jelas
dicantumkan.
 Menampung Spesimen Tinja
 Sampel tinja sebaikanya berasal dari defekasi spontan. Jika sangat
diperlukan, sampel tinja juga dapat diperoleh dari pemeriksaan
colok dubur
 Masukan sampel ke dalam wadah yang bersih, kering, tidak
terkontaminasi oleh bahan apapun, mudah dibuka tutup dan
bermulut lebar.
 Untuk pewarnaan BTA jangan gunakan wadah yang mengandung
bercak lilin atau minyak, sebab zat ini dapat dilihat sebagai bintik-
bintiktahan asam dan dapat menyulitkan penafsiran

18
 Sebelum pengambilan spesimen, penderita diminta berkumur
dengan air, bila mungkin gosok gigi terlebih dahulu. Bila
memakai gigi palsi, sebaiknya dilepas dulu.
 Pada saat pengambilan spesimen penderita berdiri tegak atau
duduk tegak
 Penderita diminta untuk menarik nafas dalam 2-3 kali kemudian
keluarkan nafas bersamaan dengan batuk yang kuat dan berulang
kali sampai dahak keluar.
 Dahak yang dikeluarkan langsung ditampung dalam wadah
dengan caea mendekatkan wadah kemulut.
 Amati keadaan dahak, dahak yang memenuhi syarat pemeriksaan
akan tampak kental purulen dengan volume cukup (3-5 ml)
 Tutup wadah dengan rapat untuk menghindari kontaminasi dari
udara dan secepatnya dikirim ke laboratorium.
8. SUMBER-SUMBER KESALAHAN PADA SAAT SAMPLING
a. Pemasangan tourniquet terlalu lama dapat menyebabkan:
 Protein (termasuk enzim), Ca2+, laktat, fosfat, dan Mg2+ akan
meningkat
 pH menurun, Hemokonsentrasi
 PPT dan APTT mungkin memendek karena pelepasan tromboplastin
jaringan ke dalam sirkulasi darah.
b. Pemompaan menyebabkan kalium, laktat, glukosa, dan Mg2+ meningkat
sedangkan pH menurun
c. Pengambilan darah terlalu lama (tidak sekali tusuk kena) dapat
menyebabkan :
 Trombosit dan fibrinogen menurun; PPT dan APTT memenjang
 Kalium, LDH dan SGPT/ALT meningkat.
d. Pengambilan darah pada jalur infus dapat menyebabkan :
 Natrium meningkat pada infus saline
 Kalium meningkat pada infus KCL
 Glukosa meningkat pada infus Dextrose
 PPT, APTT memanjang pada infus heparine
 Kreatinin, fosfat, LDH, SGOT/AST, SGPT/ALT, Hb, Ht, Leukosit,
Trombosit, Eritrosit menurun pada semua jenis infus
e. Homogenisasi darah dengan antikoagulan yang tidak sempurna atau
keterlambatan homogenisasi menyebabkan terbentuknya bekuan darah
f. Hemolisis dapat menyebabkan peningkatan K+, Mg2+, Fosfat,
aminotransferase, LDH, Fosfatase asam total.
9. IDENTIFIKASI SPESIMEN

19
Pemberian identitas pasien atau spesimen adalah tahapan yang harus
dilakukan karena merupakan hal yang sangat penting. Pemberian identitas
meliputi pengisian formulir permintaan pemeriksaan laboratorium dan pemberian
label pada wadah spesimen. Keduanya harus cocok, pemberiaan identitas ini
setidaknya memuat nama pasien, nomor ID atau nomor rekam medis serta tanggal
pengambilan. Untuk spesimen beresiko tinggi (HIV, Hepatitis) sebaiknya disertai
dengan tanda khusus pada label dan formulir permintaan laboratorium.

10. PENGIRIMAN SPESIMEN KE LABORATORIUM

Spesimen yang telah dikumpulkan harus segera dikirim ke laboratorium

a. Sebelum mengirim spesimen ke laboratorium, pastikan bahwa spesimen


telah memenuhi persyaratan seperti yang tertera dalam persyaratan
masing-masing pemeriksaan.
b. Apabila spesimen tidak memenuhi syarat agar diambil/dikirim ulang.
c. Pengiriman spesimen disertai formulir permintaan yang diisi data yang
lengkap. Pastikan bahwa identitas pasien pada label dan formulir
permintaan sudah sama.
d. Secepatnya spesimen dikirim ke laboratorium. Pneundaan pengiriman
spesimen ke laboratorium dapat dilakukan selambat-lambatnya 2 jam
setelah pengambilan spesimen.

 Penundaan terlalu lama akan menyebabkan perubahan fisik dan kimia


spesimen sehingga dapat menjadi sumber kesalahan dalam pemeriksaan
seperti :
 Penurunan kadar natrium (Na+), Glukosa Darah, angka leukosit dan
angka trombosit
 Perubahan morfologi sel darah pada pemeriksaan mikroskop
 PPT/APTT memanjang
 Peningkatan kadar Kalium (K+), Phosphate, LDH, SGPT/ALT
 Lisisnya sel pada sampel LCS, transudat, eksudat
 Perkembangbiakan bakteri

20
 Penundaan pengiriman sampel urin
 Unsur-unsur yang terbentuk dalam urin (sediment) terutama eritrosit,
leukosit dan silinder mulai rusak dalam waktu 2 jam
 Urat dan fosfat yang semula larut akan mengendap, sehingga
menyulitkan pemeriksaan mikroskop atas unsur-unsur lain
 Bilirubin dan urobilinogen teroksidasi bila berkepanjangan terkena
sinar matahari
 Bakteri bakteri akan berkembang biak yang akan menyebabkan
terganggunya pemeriksaan bakteriologis dan pH
 Jamur akan berkembang biak
 Kadar glukosa mungkin menurun dan kalau semula ada, zat-zat keton
dapat menghilang. Apabila akan ditunda pengirimannya dalam waktu
yang lama spesimen harus disimpan dalam refrigerator/lemari es suhu
2-8 derajat celcius paling lama 8 jam.
e. Pengiriman sampel sebaikanya menggunakan wadah khusus, misalnya
berupa kotak atau tas khusus yang terbuat dari bahan plastik, gabus
(stryro-foam) yang dapat ditutup rapat dan mudah dibawa.

11. PENANGANAN SPESIMEN


a. Identifikasi dan registrasi spesimen
b. Seluruh spesimen harus diperlakukan sebagai bahan infeksius
c. Patuhi cara pengambilan spesimen dan pengisian tabung yang benar
d. Gunakan sentrifuge yang terkalibrasi
e. Segera pisahkan plasma atau serum dari darah dalam tabung
f. Jangan lupa untuk memberi label
g. Segera distribusikan spesimen ke ruang pemeriksaan

21
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Pemeriksaan laboratorium adalah suatu tindakan dan prosedur


pemeriksaan khusus dengan mengambil bahan atau sampel dari penderita, dapat
berupa urine (air kencing), darah, sputum (dahak), dan sebagainya untuk
menentukan diagnosis atau membantu menentukan diagnosis penyakit bersama
dengan tes penunjang lainya, anamnesis, dan pemeriksaan lainya. Sekumpulan
pemeriksaan laboratorium yang dirancang, untuk tujuan tertentu misalnya untuk
mendeteksi penyakit, menentukan resiko, memantau perkembangan penyakit,
memantau perkembangan pengobatan, dan lalin-lain. Mengetahui ada tidaknya
kelainan atau penyakit yang banyak di jumpai dan potensial membahayakan.

Tahap pra analitik dapat dikatakan sebagai tahap persiapan awal, dimana
tahap ini sangat menentukan kualitas sampel yang nantinya akan dihasilkan dan
mempengaruhi proses kerja berikutnya. Yang termasuk dalam tahap Pra Analitik
meliputi Kondisi pasien, cara dan waktu pengambilan sampel, perlakuan terhadap
proses persiapan sampel sampai sampel selesai dikerjakan.

22
DAFTAR PUSTAKA

http://www.labkes.info/2015/10/pemantapan-mutu-pra-analitik.html

http://imadanalis.blogspot.co.id/2011/08/pre-analitik-analitik-dan-paska.html

https://id.scribd.com/doc/241232726/Proses-Pra-Analitik

https://www.infolabmed.com/2016/06/pre-analitik-analitik-dan-paska.html

23

Anda mungkin juga menyukai