Anda di halaman 1dari 16

KARYA TULIS ILMIAH

GAMBARAN ANGKA LEMPENG TOTAL (ALT) PADA MINUMAN


THAI TEA YANG DI JUAL DI KOTA BENGKULU TAHUN 2020

Oleh:
HENDRA SUBAKTI
NIM : P0 5150017016

PRODI DIII TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS


POLTEKKES KEMENKES BENGKULU
TAHUN 2019
KARYA TULIS ILMIAH

GAMBARAN ANGKA LEMPENG TOTAL (ALT) PADA MINUMAN


THAI TEA YANG DI JUAL DI KOTA BENGKULU TAHUN 2019

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya Analis
Kesehatan

Oleh :

HENDRA SUBAKTI
NIM : P0 5150017016

PRODI DIII TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS


POLTEKKES KEMENKES BENGKULU
TAHUN 2019
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Minuman merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia untuk dapat

melangsungkan kehidupan. Minuman merupakan media untuk dapat berkembang

biaknya mikroba atau kuman terutama minuman yang mudah membusuk yaitu

minuman yang banyak mengandung kadar air serta nilai protein yang tinggi.

Minuman yang telah dicemari oleh bakteri setelah dikonsumsi biasanya

menimbulkan gejala-gejala seperti muntah-muntah, demam, sakit perut,

menyebabkan peradangan dan diare (Yunus, J. M.L and Odi Pinontoan, 2015).

Beberapa faktor yang meningkatkan risiko diare lainnya antara lain

kurangnya air bersih untuk kebersihan perorangan dan kebersihan rumah tangga,

air yang tercemar tinja, pembuangan tinja yang tidak benar, penyiapan dan

penyimpanan minuman yang tidak layak. Tindakan pencegahan diare antara lain

menjaga kebersihan lingkungan dan personal hygiene (Mafzah, 2013).

Menurut data WHO (2016) diare merupakan penyakit kedua yang

menyebabkan kematian anak-anak balita (bawah lima tahun). Diare sudah

membunuh 760.000 anak setiap tahunnya. Sebagian besar penderita diare yang

meninggal dikarenakan terjadinya dehidrasi atau kehilangan cairan dalam jumlah

yang besar. Kasus diare dari data profil Kesehatan Indonesia termasuk penyakit

yang sering disertai dengan kematian. Prevalensi angka kejadian penyakit diare di

Kota Bengkulu sendiri tahun 2015 adalah 7.128 penderita berdasarkan data Dinas

kesehatan Kota Bengkulu (Dinkes Kota Bengkulu, 2015).


Bakteri dicurigai berasal dari tinja, kehadiran bakteri ini dapat terjadi di

berbagai tempat mulai dari air minum, bahan makanan ataupun bahan-bahan lain

untuk keperluan manusia (Habullah, Fatimawali and Kojong, 2015).

Teh (Camellia sinensis) merupakan salah satu jenis tanaman yang populer

sebagai minuman. Secara umum berdasarkan cara/proses pengolahanya, teh dapat

diklasifikasikan menjadi tiga jenis, yaitu teh hijau, teh oolong, dan teh hitam

(Rohdiana, 2009).

Thai tea atau teh Thailand adalah salah satu jenis minuman teh olahan

yang berbahan dasar seduhan teh hitam, susu kental manis, gula pasir, creamer

dan es batu yang kini banyak digemari masyarakat. Karakteristik minuman Thai

tea yang biasanya ditemukan adalah bercita rasa teh hitam dan manis dengan

tambahan susu dan gula, juga berwarna oranye yang menjadi daya tarik konsumen

untuk membelinya.

Pemeriksaan mikroba pada minuman dapat digunakan dengan metode

ALT sebagai indikator proses higine sanitasi produk, analisis mikroba lingkungan

pada produk jadi, indikator proses pengawasan, dan digunakan sebagai dasar

kecurigaan dapat atau tidak diterimanya suatu produk berdasarkan kualitas

mikrobiologinya(Puspandari and Isnawati, 2015).

Berdasarkan penjelasan dari uraian di atas, menjadi dasar bagi peneliti

untuk melakukan penelitian mengenai uji angka lempeng total (ALT) pada

minuman thai tea yang dijual di Kota Bengkulu tahun 2020.


B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka peneliti dapat merumuskan

permasalahan yaitu apakah minuman thai tea yang dijual di Kota Bengkulu

tercemar bakteri.

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah diatas, dapat dirumuskan

tujuan penelitian yaitu :

1. Tujuan umum

Diketahui adanya cemaran mikroba pada minuman thai tea yang dijual di

Kota Bengkulu.

2. Tujuan khusus

a. Diketahui distribusi frekuensi angka lempeng total (ALT) pada minuman thai

tea yang di jual di Kota Bengkulu.

b. Diketahui jumlah koloni bakteri tertinggi dan terendah pada minuman thai tea

yang dijual di kota Bengkulu dengan menggunakan metode angka lempeng total

(ALT).

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Masyarakat

Penelitian ini kiranya dapat menjadi informasi dan pengetahuan umum kepada

masyarakat tentang minuman thai tea yang ternyata bisa tercemar oleh mikroba.

2. Bagi Akademik
Penelitian yang dilakukan ini dapat digunakan sebagai salah satu acuan tentang

hitung jumlah angka kuman dengan metode total plate count (TPC) atau angka

lempeng total (ALT) yang berguna bagi seluruh mahasiswa Poltekkes Kemenkes

Bengkulu, khususnya bagi mahasiswa di jurusan analis kesehatan di Poltekkes

Kemenkes Bengkulu.

3. Bagi Peneliti lain

Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan informasi

untuk dapat mengembangkan ide bagi penelitian serta menambah kemampuan

untuk menganalisis bahan pangan lainnya.

E. Keaslian Penelitian

Penelitian sejenis ini pernah dilakuka oleh (Dewi Citra Sari,2017) dengan

judul “UJI ANGKA LEMPENG TOTAL (ALT) PADA SUSU KEDELAI

YANG DI JUAL DI PASAR TRADISIONAL KOTA BENGKULU TAHUN

2017”. Dengan hasil didapatkan distribusi frekuensi susu kedelai dengan 15

sampel keseluruhannya (100%) tidak memenuhi syarat (TMS). Koloni bakteri

susu kedelai tertinggi yaitu pada sampel sampel 8, 9 dan 12 dengan jumlah rerata

koloni 3,1 x 106 cfu/mL dan koloni bakteri susu kedelai terendah yaitu pada

sampel 4 dengan rerata koloni 1,5 x 106cfu/mL. Pada keseluruhan sampel didapat

nilai rerata 2,4 x 106 cfu/mL.Dan penelitian ini juga pernah dilakukan oleh(Novita

Yezi Lestari,2019) dengan judul “PENETAPAN ANGKA LEMPENG TOTAL

METODE POUR PLATE PADA SAMBAL AYAM GEPREK DI WILAYAH

KOTA BENGKULU TAHUN 2019”Dengan hasil: jumlah ALT nya melebihi

batas maksimum yang ditetapkan SNI (1 x 104 koloni/gram). Koloni bakteri


sambal ayam geprek tertinggi yaitu pada sampel Sambal Mentah dengan jumlah

rerata koloni 3.8 x 106 koloni/gram dan koloni bakteri sambal ayam geprek

terendah dengan rerata koloni 7.0 x 105 koloni/gram pada sampel sambal yang

digiling terlebih dahulu baru kemudian digoreng.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. THAI TEA

1.Pengertian

Sama seperti namanya Thai Tea ini adalah varian teh yang berasal dari negeri

gajah putih Thailand yang kini sudah mendunia dan bahkan jadi banyak sekali

peminatnya. Dulunya sekitar tahun 1980’an, ada seorang pedagang dari China

yang menyalurkan teh yang mejadi bahan baku Thai Tea yaitu Cha Yen Tea

yang merupakan teh hitam atau black tea,Teh ini warnanya merah pekat, dan

aromanya unik, kaya akan aroma vanila.Minuman ini memang sedang sangat

disukai banyak kalangan. Gerai-gerai yang menjual thai tea selalu terlihat ramai.

Teh ini memiliki rasa manis karena dicampur dengan gula dan susu kental dan

tentunya disajikan dingin membuat minuman ini menjadi semakin nikmat. Susu

evaporated, susu kelapa atau susu pada umumnya akan dituangkan di atas teh

dan es sebelum Thai tea juga memakai tambahan lain. Seperti air orange

blossom, bunga lawang, biji asam yang dihancurkan, cengkih hingga kapulaga.

Membuat teh ini punya rasa rempah enak yang membedakannya dari teh

lain.Thai tea bisa disajikan dingin ataupun panas.

Sekarang ada pula varian Thai green tea yang biasa dijual bersama Thai tea.

Minuman ini punya warna hijau dengan citarasa bunga melati kuat.

Di restoran Thailand, umumnya teh disuguhkan dalam gelas kaca tinggi.

Sementara di penjual kaki lima, teh ditempatkan dalam gelas plastik tinggi.
Kemudian ada kantung plastik dengan pegangan untuk membawanya.disajikan

untuk menambah rasa dan penampilan menjadi lebih menarik. Beberapa waktu

belakangan, Thai tea ikut populer di Indonesia. Jika sebelumnya teh ini cuma

bisa ditemui di resto Thailand, sekarang banyak gerai Thai tea bermunculan di

mall-mall dan di pinggir-pinggir jalan.

2.Cara pembuatan Thai tea :


a.Bahan yang digunakan:
1. 2 sdm Thai Tea bubuk

2. 300 ml air minum

3. 50 ml susu evaporasi

4. 1 sdm susu kental manis

5. 5 .Es batu secukupnya

b.Proses pembuatan Thai tea


1. Didihkan air dan seduh teh sampai kental.

2. Campur susu cair dengan gula dan susu kental manis lalu aduk sampai

rata.

3. Tuang teh lalu susu dalam gelas saji.

4. Tambahkan es batu jika suka dingin.

5. Teh siap disajikan.

B. Hygiene dan Sanitasi Minuman

Hygiene dan sanitasi minuman salah satu upaya pencegahan yang

digunakan sebagai kegiatan dan tindakan yang perlu untuk membebaskan


minuman dari segala hal bahaya yang dapat mengganggu atau merusak

kesehatan, mulai dari sebelum minuman diproduksi sampai pada saat

minuman tersebut siap untuk dikonsumsi kepada masyarakat atau konsumen.

Hygiene dan sanitasi minuman bertujuan untuk:

1. Menjamin keamanan dan kemurnian minuman

2. Mencegah konsumen dari penyakit

3. Mencegah penjualan minuman yang akan merugikan pembeli

4. Mengurangi kerusakan minuman

Sumber kontaminasi makanan dan minuman yang paling utama berasal

dari pekerja, peralatan,sampah, serangga, tikus, dan faktor lingkunganseperti

udara dan air. Dari seluruh sumberkontaminasi makanan dan minuman

tersebut pekerja adalahpaling besar pengaruh kontaminasinya. Kesehatan dan

kebersihan pengolah makanan dan minuman mempunyai pengaruh yang

cukup besar padamutu produk yang dihasilkannya, sehinggaperlu

mendapatkan perhatian yang sungguh-sungguh Undang-undang No. 36 tahun

2009 tentang kesehatan menyebutkan bahwa peningkatan dan pemantapan

upaya kesehatan diselenggarakan melalui berbagai macam kegiatan, salah

satunya adalah pengamanan makanan dan minuman. Upaya pengamanan

makanan dan minuman akan lebih ditingkatkan untuk mendukung

peningkatan dan pemantapan upaya kesehatan secara berhasil guna dan

berdaya guna. Semua itu merupakan upaya untuk melindungi masyarakat dari

makanan dan minuman yang tidak memenuhi persyaratan mutu. Makanan

dan minuman sangat penting bagi manusia, karena merupakan suatu


kebutuhan pokok untuk kelangsungan hidupnya. Untuk itu, makanan dan

minuman yang dikonsumsi harus terpenuhi kebutuhan zat gizinya

(karbohidrat, protein, lemak, dan mineral), juga harus higienis dan aman agar

terhindar dari penyakit karena makanan Minuman dan makanan yang

terkontaminasi dapat disebabkan oleh higiene sanitasi minuman dan makanan

yang tidak memenuhi syarat kesehatan. Untuk mendapatkan makanan dan

minuman yang memenuhi syarat kesehatan maka perlu diadakan pengawasan

terhadap higiene sanitasi makanan dan minuman yang diutamakan pada usaha

yang bersifat umum seperti pedagang kaki lima mengingat bahwa makanan

dan minuman merupakan media yang potensial dalam penyebaran penyakit.

Terdapat enam prinsip higienesanitasi yang harus diperhatikan dalam proses

pengolahan makanan dan minuman yaitu pemilihan bahan, penyimpanan

bahan, pengolahan, penyimpanan makanan dan minuman masak ,

pengangkutan, dan penyajian (Sembiring, Ashar and Hasan, 2014).

C. Teknik Pemeriksaan Angka Lempeng Total (ALT)

Metode kuantitatif digunakan untuk mengetahui jumlah mikroba yang

ada pada sampel, umunya dikenal dengan Angka Lempeng Total (ALT). Uji

Angka Lempeng Total (ALT) dan lebih tepatnya ALT aerob mesofil

menggunakan media padat dengan hasil akhir berupa koloni yang dapat

diamati secara visual dan dihitung, interpretasi hasil berupa angka dalam

koloni (cfu) per mL/g atau koloni/100mL. Cara yang digunakan antara lain

dengan cara tuang, cara tetes, dan cara tebar (BPOM RI, 2008).
Angka Lempeng Total (ALT) secara umum tidak terkait dengan bahaya

keamanan makanan atau minuman, namun bermanfaat untuk menunjukkan

kualitas, masa simpan, kontaminasi, dan status hygiene/sanitasi selama proses

produksi. Media platting (sumber energi) yang digunakan dalam pengujian

ALT dan mempengaruhi jumlah dan jenis bakteri yang diisolasi karena

perbedaan persyaratan nutrisi dan garam pada tiap mikroba (SNI 7388:2009).

Cara perhitungan koloni metode cawan ini adalah dengan menggunakan

Standart Plate Count (SPC) atau Angka Lempeng Total (ALT), adalah

sebagai berikut (Ericka, 2011):

1. Hasil yang dilaporkan hanya terdiri dari dua angka yaitu angka pertama

(satuan) dan angka kedua (desimal). Jika angka yang ketiga sama dengan

atau lebih besar dari lima, harus dibulatkan satu angka lebih tinggi pada

angka kedua.

2. Jika pada semua pengenceran dihasilkan kurang dari 30 koloni mikroba

pada cawan petri, berarti pengenceran yang dilakukan terlalu tinggi. Oleh

karena itu jumlah kuman pada pengenceran yang terendah yang

diukur/dihitung. Selanjutnya hasil yang kurang dari 30 dikalikan dengan

besarnya pengenceran, tetapi jumlah yang sebenarnya harus dicantumkan

di dalam tanda kurung.

3. Jika pada semua pengenceran dihasilkan lebih dari 300 koloni pada

medium, berarti pengenceran yang dilakukan terlalu rendah. Oleh karena

itu jumlah kuman pada pengenceran yang tertinggi yang dihitung.


Hasilnya dilaporkan kemudian dikalikan dengan faktor pengencernya,

tetapi jumlah yang sebenarnya harus dicantumkan di dalam tanda kurung

4. Jika digunakan dua cawan petri per pengenceran, data yang diambil harus

dari kedua cawan tersebut, tidak boleh diambil salah satu. Oleh karena itu

harus dipilih tingkat pengenceran yang menghasilkan kuman diantara 30-

300.

Total bakteri/Total Plate Count (TPC) merupakan salah satu metode

yang dapat digunakan untuk menghitung jumlah mikroba dalam bahan

pangan. Metode hitung cawan (TPC) merupakan metode yang paling banyak

digunakan dalam analisa, karena koloni dapat dilihat langsung dengan mata

tanpa menggunakan mikroskop. Untuk menghitung total bakteri dengan

metode cawan digunakan Nutrient Agar (NA). Standard Plate Count

dipergunakan untuk menentukan kerapatan bakteri aerob dan anaerob

fakultatif heterotrop dari air. Penentuan dengan cara ini merupakan

pengukuran empiris saja, oleh karena tiap spesies bakteri membentuk koloni

tersendiri dalam pertumbuhannya. Semua bakteri dari sampel akan tumbuh

pada media tertentu dan setiap golongan bakteri akan tumbuh menjadi satu

koloni yang spesifik, sehingga jumlah bakteri dapat diketahui dengan

menghitung jumlah koloni. Media adalah suatu substrat untuk menumbuhkan

bakteri yang menjadi padat dan tetap tembus pandang pada suhu inkubasi.

Alaerts juga menyatakan bahwa pada umumnya dibutuhkan pengenceran

sampel, yang tergantung dari perkiraan populasi bakteri (Nurhayati and

Samallo, 2013).
Semakin tercemar suatu badan air, semakin tinggi konsentrasi bakteri

dan semakin kecil volume sampel yang diperlukan, agar jumlah koloni dapat

dihitung. Air pengencer yang digunakan harus selalu mengandung garam

nutrient. Secara umum, metode penanaman dapat dibedakan atas dua macam

yaitu metode tuang (pour plate) dan metode sebar (spread plate).Bakteri akan

bereproduksi pada medium agar dan membentuk koloni setelah 18-24 jam

inkubasi. Untuk menghitung jumlah koloni dalam cawan petri dapat

digunakan alat ’colony counter’ yang biasanya dilengkapi dengan pencatat

elektronik (Nurhayati and Samallo, 2013).

Analisis kuantitatif mikrobiologi pada bahan pangan penting dilakukan

untuk mengetahui mutu bahan pangan tersebut. Beberapa cara dapat

digunakan untuk menghitung atau mengukur jumlah jasad renik didalam

suatu suspensi atau bahan, salah satunya yaitu perhitungan jumlah sel dengan

metode hitung cawan. Prinsip dari metode ini adalah jika sel mikroba masih

hidup ditumbuhkan pada medium agar maka sel tersebut akan berkembang

biak dan membentuk koloni yang dapat dilihat langsung tanpa menggunakan

mikroskop. Cara pemupukan kultur dalam hitung cawan yaitu dengan metode

tuang (pour plate) jika sudah didapatkan hasil jumlah koloninya, kemudian

disesuaikan berdasarkan SPC (Standard Plate Count).

Salah satu cara untuk mendeteksi atau menganalisis jumlah mikroba

yang ada didalam makananatau minuman yaitu dengan cara uji TPC (Total

Plate Count) di laboratorium. Pengujian (Total Palte Count/TPC) dimaksud

untuk menunjukkan mikroba yang terdapat dalam suatu produk dengan cara
menghitung koloni bakteri yang ditumbuhkan pada media agar. Produk

makanan atau minuman dapat dikategorikan aman jika total koloni bakteri

(Total Plate Count/TPC) tidak melebihi 1 x 108 coloni forming unit /per mL

(CFU/mL) (Yunita, Hendrawan and Yulianingsih, 2015).

Kelemahan metode hitung cawan sebagai berikut(Anugrahini, 2011):

1. Hasil perhitungan tidak menunjukkan jumlah sel yang sebenarnya,

karena beberapa sel yang berdekatan mungkin membentuk koloni

2. Medium dan kondisi inkubasi yang berbeda mungkin menghasilkan

jumlah yang berbeda pula

3. Mikroba yang ditumbuhkan harus dapat tumbuh pada medium padat

dan membentukkoloni yang kompak, jelas dan tidak menyebar

4. Memerlukan persiapan dan waktu inkubasi relatif lama sehingga

pertumbuhan koloni dapat dihitung

Kelebihan metode hitung cawan :

1. Hanya sel yang masih hidup saja yang dapat dihitung

2. Beberapa jenis mikroba dapat dihitung sekaligus

3. Dapat digunakan untuk isolasi dan identifikasi mikroba, karena koloni

yang terbentuk mungkin berasal dari suatu mikroba yang mempunyai

penampakan pertumbuhan secara spesifik

Syarat koloni yang ditentukan untuk dihitung adalah sebagai berikut:

1. Satu koloni dihitung 1 koloni

2. Dua koloni yang bertumpuk dihitung 1 koloni

3. Beberapa koloni yang berhubungan dihitung 1 koloni


4. Dua koloni yang berhimpitan dan masih dapat dibedakan dihitung 2

koloni

5. Koloni yang terlalu besar (lebih besar dari setengah luas cawan)

tidak dihitung

6. Koloni yang besarnya kurang dari setengah luas cawan dihitung 1

koloni

Anda mungkin juga menyukai