DISUSUN :
1. Dian anggraini (P27903218007)
Tubuh jamur terdiri atas dua tipe utama: uniseluler dan multiseluler. Tubuh uniseluler terdiri atas
hanya satu sel, misalnya khamir (yeast). Tubuh multiseluler terdiri atas banyak sel-sel
memanjang yang disebut hifa (hyphae) yang terjalin satu sama lain membentuk talus vegetatif
yang disebut miselium (mycelium). Hifa dapat dibedakan menjadi bersekat (septate) dan tidak
bersekat (aseptate atau coenocytic). Dalam hal hifa membentuk sekat, bagian hifa yang dibatasi
oleh sekat merupakan sel. Beberapa kelompok jamur tertentu dapat mengalami dimorfisme, yaitu
pada kondisi tertentu berbentuk uniseluler dan pada kondisi lainnya berbentuk multiseluler
(membentuk hifa semu atau pseudohyphae). Hifa dapat bercabang dan hifa cabang dapat saling
bertemu dan kemudian menyatu melalui proses anastomosis. Meselium dapat tersusun longgar
maupun tersusun padat (disebut plektenkima, plectenchymma), tetapi bukan merupakan jaringan
sebagaimana pada tumbuhan dan binatang. Plektenkima dapat berupa prosenkima (tersusun agak
longgar), pseudoparenkima (tersusun rapat, dinding hifa tidak menebal), dan presudosclerenkima
(tersusun rapat dan dinding hifa menebal). Meskipun telah tersusun padat, plektenkima tidak
mengalami diferensiasi fungsi sebagaimana yang terjadi pada jaringan.
Mikosis oportunistik
Mikosis oportunistik adalah infeksi yang disebabkan jamur pada individu dengan status imun
yang turun ( imuno compromise ). Misalnya pada penderita: Carcinoma, lymfoma, leukemia,
diabetes mellitus, AIDS. Infeksi oportunistik adalah infeksi yang disebabkan oleh organisme
yang biasanya tidak menyebabkan penyakit pada orang dengan sistem kekebalan tubuh yang
normal, tetapi dapat menyerang orang dengan sistem kekebalan tubuh yang buruk. Mereka
membutuhkan "kesempatan" untuk menginfeksi seseorang. Infeksi Oportunis, ada beberapa
infeksi yang disebabkan oleh jamur yaitu Kandidiasis, Aspergilosis,Histoplasmosis,dan
Kriptokokosis. Mikosis oportunistik/Opportunistic mycoses (OM) yang mempengaruhi kulit dan
mukosa maupun organ internal yang disebabkan oleh ragi dan jamur. Sebuah prasyarat bahwa
infeksi tersebut dpat terjadi sebagai akibat lemahnya sistem kekebalan sel inang. Kandidiasis
adalah infeksi endogen. OM lainnya adalah infeksi eksogen disebabkan oleh jamur yang secara
alami menghuni tanah atau tanaman. Di lingkungan jamur biasanya menyerang melalui saluran
pernapasan. Yang paling penting adalah aspergillosis, kriptokokosis, dan mucormycoses. Selain
Candida dan ragi yang lain, phaeohyphomycetes dan hyalohyphomycetes, yang hanya sangat
sedikit patogen, juga dapat menyebabkan infeksi sistemik. Semua OM memiliki fokus infeksi
primer, biasanya pada saluran pernapasan atas atau bawah. Fokus patogen dapat menyebarkan
hematogen dan / atau lymphogenously menginfeksi organ tambahan. Fokus infeksi harus
hilangkan dengan pembedahan jika memungkinkan. Agen antimikotik yang digunakan adalah
kemoterapi. Pasien yang terinfeksi biasanya immunocompromised (imunitas lemah) (kondisi
abnormal di mana kemampuan seseorang untuk melawan infeksi menurun. Hal ini dapat
disebabkan oleh proses penyakit, obat-obatan tertentu, atau kondisi yang hadir saat lahir. Istilah
yang mungkin terkait: Bakteremia), prognosis biasanya kurang.
2.2 Jenis Jenis Jamur Penyebab Mikosis Oppurtunistik
1) Candidiasis
Merupakan infeksi yang disebabkan oleh jamur Candida , Setidaknya 70% dari semua infeksi
Candida pada manusia disebabkan oleh Candida albicans, sisanya oleh Candida parapsilosis,
Candida tropicalis, Candida guilliermondii, Candida krusei, dan beberapa spesies Candida
langka lainnya. Candida yang paling patogen adalah Candida albicans dan paling sering
ditemukan . Genus ini hidup sebagai saprofit dan merupakan flora normal kulit dan selaput
mukosa, saluran pencernaan, vagina dialam ditemukan pada air , tanah.Infeksi terjadi melalui
kontak, tertelan,dan lesi/ traumatic. Candidiasis dapat mengenai kulit, kuku atau organ tubuh,
seperti ginjal, jantung, dan paru- paru. Candidiasis dapat pula terjadi pada selaput lendir mulut
dan vagina. Candidiasis pada mukosa mulut dan vagina sering kali terjadi karena pengobatan
antibakteri yang lama, yang menyebabkan berkurangnya flora normal didaerah tersebut.(Iindah
entjang,2001:160)
Jamur ini berbentuk dimorfik yaitu berbentuk hifa / speudohifa ditemukan pada penyakit atau
bentuk patogen dan berbentuk ragi / yeast merupakan bentuk istirahat sebagai saprofit. Kandida
berada pada jaringan yang mati dan melakukan invasi kebawah permukaan kulit atau mukosa
yang luka, terjadinya invasi ke jaringan bawah kulit dipengaruhi oleh faktor virulensi, kolonisasi
pada kulit serta terjadinya penurunan daya tahan tubuh. Faktor virulensi berperan dalam
terjadinya adhesi candida pada endotel dan epitel, sekresi enzim memudahkan invasi jaringan
dan kemampuan mengatasi imunitas inang, candida mampu membentuk pseudohifa dan enzim
proteinase aspartat untuk menembus sel jaringan inang.
Terdapat beberapa bentuk gambaran klinik yaitu:
1. Kandidiasis kulit, terdiri dari : Kandidiasis intertriginosa, Paronikia, Diaper diseases
(kanididiasis popok) dan Granuloma kandida
2. Kandidiasis mukokutan terdiri dari :
o Pada mulut : thrush, glosistis, stomatis, chelitis, perleche
o Vaginitis
o Bronkhus dan paru paru
o Saluran pencernaan
o Kandidiasis mukokutan kronik
Infeksi Candida dapat terjadi,apabila ada faktor predisposisi baik endogen maupun eksogen.
Faktor predisposisi utama seperti diabetes mellitus, imunodefisiensi, pemberian antimikroba
(yang mengubah flora bakteri normal), dan kortikosteroid. Candida dapat mengenai mulut,
vagina, kuku, bronki, dan paru-paru, kadang-kadang dapat menyebabkan septikemia, meningitis.
Pada dasarnya, faktor predisposisi ini digolongkan menjadi 2 kelompok, yaitu:
1) Faktor endogen meliputi:
Perubahan fisiologik ( kehamilan, kegemukan, pengaruh pemberian obat-obatan seperti
antibiotika, kortikosteroid atau sitostatika), umur (orangtua dan bayi lebih mudah terkena infeksi
karena status imunologiknya tidak sempurna), dan imunologik (imunodefisiensi).
2) Faktor eksogen meliputi:
Iklim panas dan kelembaban (menyebabkan banyak keringat terutama pada lipatan-lipatan kulit),
kebersihan kulit, kebiasaan berendam kaki dalam air terlalu lama, kontak dengan penderita.
Kedua faktor eksogen dan endogen ini dapat berperan menyuburkan pertumbuhan Candida atau
dapat mempermudah terjadinya invasi candida ke dalam jaringan tubuh.
* Mulut
Infeksi mulut (sariawan), terutama pada bayi, terjadi pada selaput mukosa pipi dan tampak
sebagai bercak-bercak putih yang sebagian besar terdiri atas pseudomiselium dan epitel yang
terkelupas, dan hanya terdapat erosi yang minimal pada selaput. Pertumbuhan Candida lebih
subur bila disertai kortikosteroid, antibiotik, kadar glikosa tinggi, dan imunodefisiensi (Jawetz et
al,1996).
* Genetalia Wanita
Vulvovaginitis menimbulkan iritasi, gatal yang hebat, dan pengeluaran sekret. Pada kasus yang
berat terdapat pula rasa panas, nyeri sesudah miksi, dan dispaneuria. Fluor albus pada
Candidiasis vagina berwarna kekuningan. Tanda yang khas ialah disertai gumpalan-gumpalan
berwarna putih kekuningan, berasal dari massa yang terlepas dari dinding vulva atau vagina
terdiri atas bahan nekrotik, sel-sel epitel dan jamur (Djuanda,Adhi et al.,dalam Anne,2000).
Hilangnya pH asam merupakan predisposisi timbulnya vulvovaginitas Candida.
* Kulit
Infeksi kulit terutama terjadi pada bagian tubuh yang basah dan hangat. Infeksi paling sering
terdapat pada orang yang gemuk dan diabetes. Daerah-daerah yang terkena menjadi merah dan
mengeluarkan cairan dan dapat membentuk vesikel-vesikel (Siregar.,dalam Anne,2000).
* Kuku
Sedikit gatal dan nyeri bila ada infeksi sekunder, kuku akan berwarna hitam coklat, menebal,
tidak bercahaya, biasanya dari pangkal kuku hingga ke distal (Siregar.,dalam Anne,2000)
* Paru-paru dan organ lain
Infeksi Candida dapat menyebabkan invasi sekunder pada paru-paru, ginjal, dan organ lain yang
sebelumnya telah menderita penyakit lain (misalnya TBC dan kanker).
A. Diagnosis
Bahan pemeriksaan berasal dari swab vagina, sputum, LCS, sekret mata dan mukosa mulut.
Pemeriksaan langsung dengan pulasan gram dan KOH 10% secara mikroskopik tampak spora
yang berbentuk oval, pada pulasan gram bersifat gram positif. Ditemukan Blastospora,
Klamidospora, Pseudohifa.
- Infeksi fisual pada mukosa koral untuk identifikasi adanya lesi
- Pemeriksaan hapusan pada lesi dengan mikroskop untuk mengidentifikasi adanya candida
albicans.
- Pengkajian tentang riwayat penyakit dan kesehatan dapat sangat membantu
- Jika di duga infeksi telah menyebar ke esophagus dan lambung dapat dilakukan pemeriksaan
endoskopi.
B. Pengobatan dan pencegahan
Candidiasis di mulut dapat di obati dengan anti jamur berbentuk obat kumur atau gel. Lama
waktu pengobatan berkisaran 1-2 minggu.Candidiasis di sekitar kelamin dapat di obati dengan
anti jamur berbentuk cream, supositoria, serta tablet.
Tindakan pencegahan yang paling penting adalah menghindari gangguan keseimbangan pada
flora normal dan gangguan daya tahan inang. Infeksi kandidiasis tidak menular karena sebagian
besar individu dalam keadaan normal sudah mengandung organisme tersebut (Jawetz et al,
2009).
Usaha pencegahan terhadap timbulnya kandidiasis meliputi penanggulangan faktor predisposisi
dan penanggulangan sumber infeksi yang ada. Penanggulangan faktor predisposisi misalnya
tidak menggunakan antibiotika atau steroid yang berlebihan, tidak menggunakan pakaian ketat,
mengganti kontrasepsi pil atau AKDR dengan kontrasepsi lain yang sesuai, memperhatikan
higiene. Penanggulangan sumber infeksi yaitu dengan mencari atau mengatasi sumber infeksi
yang ada, baik dalam tubuhnya sendiri atau diluarnya (Darmani, 2001).
C. Morfologi
Hasil pewarnaan Gram memperlihatkan bahwa C. albicans awalnya bentuk ragi oval Gram
positif dengan diameter sekitar 5 µm. Gram positif pseudohyphae sering diamati dan sesekali
bentuk miselia bersepta. Candida dikenal sebagai jamur dimorfik karena mampu membentuk sel
ragi dan hifa semu atau disebut jamur dimorfik karena kemampuannya untuk tumbuh dalam dua
bentuk yang berbeda. Sel ragi atau blastospora/baltokonidia merupakan sel bulat atau oval
dengan atau tanpa tunas. Hifa semu terbentuk dengan cara elongasi sel ragi yang membentuk
rantai yang rapuh. (Inge Sutanto,2009:327). Perbedaan bentuk ini tergantung pada faktor
eksternal yang mempengaruhinya. Sel ragi (blastospora) berbentuk bulat, lonjong atau bulat
lonjong dengan ukuran 2-5 μ x 3-6 μ hingga 2-5,5 μ x 5-28 μ (Jawetz et al, 2009). Biasanya
dijumpai Clamidospora yang tidak ditemukan pada spesies Candida yang lain dan merupakan
pembeda pada spesies tersebut hanya Candida albicans yang mampu menghasilkan
Clamydospora yaitu spora yang dibentuk karena hifa, pada tempat-tempat tertentu
membesar,membulat, dan dinding menebal, letaknya di terminal lateral.(Jawetz, 2012).
D. Kultur
Jamur Candida albicans dapat dibiakkan pada berbagai media pertumbuhan antara lain pada
PDA (Potatto Dextrose Agar), agar tajin (Rice Cream Agar), agar dengan 0,1% glukosa, SDA
(Sabaroud Dextrose Agar) dan CMA (Corn Meal Agar).
Candida albicans dapat tumbuh pada media kultur padat agar Sabouraud Dekstrosa yang
dieramkan pada suhu kamar, terbentuk koloni-koloni lunak berwarna krim,agak mengkilat,
halus, berbentuk bulat atau oval yang biasa disebut dengan khamir dengan ukuran 3,5-6 x 6-
10µm, bau seperti ragi (Jawetz, 2012). Hanya sel-sel bertunas pada biakan 24 jam Candida
albicans akan membentuk germ tube dalam 2-3 jam bila diletakkan dalam serum pada 37 oC
(Jawetz et al, 1986). Candida albicans tumbuh pada pH 4,6 atau lebih dalam kaldu nutrisi yang
mengandung 5% glukosa (Collins and Hardt,1980).
Salah satu karakteristik yang paling penting diferensial Candida albicans adalah kemampuan
untuk membentuk chlamydospores pada media tertentu. Pada media CMA dapat membentuk
Clamydospora(Jawetz, 2012). Corn meal Agar merangsang sporulasi Candida albicans, dan
berguna dalam menekan pertumbuhan jamur tertentu lainnya (Baron and Finegold, 1990).
Produksi Chlamydospora merupakan ciri diagnostik yang penting yang digunakan dalam
identifikasi Candida albicans (Duncan and Floeder, 1963).
Bisa juga tumbuh pada medium cair seperti glucose yeast, extract pepton, C. albicans tumbuh di
dasar tabung. Setelah 48 jam inkubasi pada media agar akan bentuk bulat, keputihan, koloni agak
kasar. Mereka dibedakan dari khamir lainnya berdasarkan morfologi dan karakteristik biokimia.
Sabouraud Chloramphenicol Agar direkomendasikan untuk isolasi yeast dan mold, khususnya
jika sampel terkontaminasi oleh bakteri. Fungsi bahan-bahan dalam agar ini yaitu pepton sebagai
sumber makanan untuk pertumbuhan, glukosa adalah sumber energi dan chloramphenicol
merupakan antibiotik spektrum luas untuk menghambat perkembangan mikroflora yang
mengkontaminasi (Biokar Diagnostik, 2000). Konsentrasi dekstrosa tinggi dan pH asam dalam
formulasinya mempengaruhi selektivitas jamur (Jarett and Sonnenwirth, 1980).
Membedakan Candida albicans yang paling patogen dari spesies Candida lainnya yaitu setelah
inkubasi dalam serum selama sekitar 90 menit pada suhu 37ºC, sel-sel ragi Candida albicans
akan mulai membentuk hifa sejati atau tabung benih dan pada media yang kekurangan nutrisi
Candida albicans menghasilkan chlamydospora bulat dan besar. Candida albicans meragikan
glukosa dan maltosa, menghasilkan asam dan gas, asam dari sukrosa, dan tidak bereaksi dengan
laktosa. Peragian karbohidrat ini, bersama dengan sifat-sifat koloni dan morfologi, membedakan
Candida albicans dari spesies Candida lainnya (Simatupang, 2009).
2) Aspergilosis
Aspergilosis merupakan infeksi yang disebabkan oleh jamur Aspergillus. Jamur ini terdapat
dialam bebas, sehingga sporanya sering diisolasi dari udara. Aspergilus termasuk jamur
kontaminan. Spesies yang sering dianggap penyebab penyakit adalah : A. Fumigatus, A. niger,
A. flavus. Cara infeksi tergantung lokasi yang diinfeksi ada beberapa bentuk yaitu : Aspergilosis
kulit, Aspergilosis sinus, Aspergilosis paru, Aspergilosis sistemik. Aspergillus adalah suatu
jamur yang termasuk dalam kelas Ascomycetes yang dapat ditemukan dimanamana khususnya
di alam. Aspergillus tumbuh sebagai saprofit pada tumbuh-tumbuhan yang membusuk dan
terdapat pula pada tanah, debu organik, makanan dan merupakan kontaminan yang lazim
ditemukan di rumah sakit dan laboratorium.
Aspergillus adalah jamur yang membentuk filamen-filamen panjang bercabang, dan dalam
media biakan membentuk miselia dan konidiospora. Aspergillus berkembang biak dengan
pembentukan hifa atau tunas dan menghasilkan konidiofora pembentuk spora. Sporanya tersebar
bebas di udara terbuka sehingga inhalasinya tidak dapat dihindarkan dan masuk melalui saluran
pernapasan ke dalam paru.
Aspergillus sp. dapat tumbuh dengan cepat, memproduksi hifa aerial yang membawa struktur
konidia yang khas yaitu konidiofora yang panjang dengan vesikel-vesikel terminal dimana
phialid menghasilkan rantai konidia basipetal. Spesies ini diidentifikasi menurut perbedaan
morfologis dalam struktur ini, yang meliputi ukuran, bentuk, tekstur dan warna konidia (Jawetz,
2012).
2.1 Infeksi
Bentuk paling parah aspergillosis disebut aspergillosis paru invasif. Kondisi ini terjadi ketika
infeksi menyebar dengan cepat dari paru-paru melalui aliran darah ke otak, jantung, ginjal, atau
kulit. Aspergillosis paru invasif umumnya terjadi pada orang dengan sistem kekebalan tubuh
melemah karena penyakit tertentu atau saat menjalani kemoterapi. Tanda dan gejala tergantung
pada organ yang terkena, tetapi secara umum meliputi:
a. Demam dan menggigil
b. Batuk berdarah
c. Pendarahan parah dari paru-paru
d. Sesak napas
e. Nyeri dada dan nyeri sendi
f. Mimisan
g. Pembengkakan wajah pada satu sisi
h. Lesi kulit
Hemoptisis adalah gejala yang paling umum dari aspergilloma. Gejala lain termasuk suhu tinggi
dan batuk. Gejala CNA mencakup batuk terus-menerus yang membawa lendir, hemoptisis, suhu
tinggi, penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan, keringat malam, dan badan terasa
tidak enak badan. Gejala IPA dapat bervariasi tergantung pada keberadaan dalam tubuh infeksi
menyebar. Mereka mungkin termasuk suhu tinggi, batuk yang membawa lendir, hemoptisis,
mengi, nyeri dada, dangkal, napas cepat, sakit kepala, dan kelelahan.
Buruk aspergillosis dikendalikan dapat menyebar melalui aliran darah untuk menyebabkan
kerusakan organ luas. Gejalanya meliputi demam, menggigil, shock, delirium, kejang, dan
pembekuan darah. Orang dapat mengembangkan gagal ginjal , gagal hati (menyebabkan
penyakit kuning), dan kesulitan bernapas. Kematian dapat terjadi dengan cepat.
Aspergillosis dari saluran telinga menyebabkan gatal dan kadang-kadang nyeri. Cairan menguras
semalam dari telinga dapat meninggalkan noda di atas bantal. Aspergillosis sinus menyebabkan
perasaan kemacetan dan kadang-kadang nyeri atau keluarnya. Hal ini dapat melampaui sinus.
Sebuah bola jamur di paru-paru dapat menyebabkan gejala dan dapat ditemukan hanya dengan
sinar-X dada, atau mungkin menyebabkan berulang batuk darah, nyeri dada, dan kadang-kadang
parah, bahkan fatal, pendarahan. Infeksi Aspergillus invasif cepat di paru-paru sering
menyebabkan batuk, demam, nyeri dada, dan kesulitan bernapas.
Selain gejala, sebuah X-ray atau computerized tomography (CT) scan daerah yang terinfeksi
memberikan petunjuk untuk membuat diagnosis. Bila mungkin, dokter mengirimkan sampel
material yang terinfeksi ke laboratorium untuk mengkonfirmasi identifikasi jamur.
2.2 Diagnosis
Bahan pemeriksaan berasal dari sputum, sekret hidung, nanah, kerokan kulit, kerokan kuku,
biopsi jaringan dll. Pemeriksaan langsung dari bahan pemeriksaan ditemukan hifa bersekat,
bercabang dengan atau tanpa spora, ditemukan bangunan aspergilus vesikel, sterigmata.
2.3 Morfologi
Aspergillus mempunyai hifa selebar 2,5-8 µm, bercabang seperti pohon atau kipas dan miselium
bercabang, sedangkan hifa yang muncul diatas permukaan merupakan hifa fertil, koloninya
berkelompok, konidiofora berseptat atau nonseptat yang muncul dari sel kaki, pada ujung hifa
muncul sebuah gelembung, keluar dari gelembung ini muncul sterigma, pada sterigma muncul
konidiumkonidium yang tersusun berurutan mirip bentuk untaian mutiara, konidiumkonidium
ini berwarna (hitam, coklat, kuning tua, hijau) yang memberi warna tertentu pada jamur.
c) Kuku
Bahan yang diambil adalah masa detritus dari bagian bawah kuku yang sudah rusak atau dari
bahan kukunya sendiri, selanjutnya dituangi dengan KOH 20-40% dan dilihat di bawah
mikroskop, dicari hifa atau spora.
Dengan preparat langsung ini, sebenarnya diagnosis suatu dermatomikosis sudah dapat
ditegakkan. Penentuan etiologi spesies diperlukan untuk keperluan penentuan prognosis,
kemajuan terapi dan epidemiologis.
B. Pemeriksaan Penunjang
2.5 Pengobatan
Untuk mengobati aspergilloma, anak bisa diberikan suntikan obat anti-jamur yang disebut
amfoterisin B. Hal ini biasanya akan membunuh aspergillus tersebut. Kadang-kadang obat anti-
jamur tambahan, yang disebut vorikonazol, dapat digunakan dan ini biasanya diberikan dalam
bentuk tablet. Anak dapat dirawat di rumah sakit sehingga kesehatan mereka dapat dimonitor
dengan baik. Mereka juga akan menerima bantuan dengan napas mereka, jika diperlukan.
Kondisi ini diobati dengan suntikan obat anti-jamur amfoterisin disebut kuat atau vorikonazol.
Perawatan medis saat agresif invasif Aspergillosis termasuk vorikonazol dan liposomal
amfoterisin B dalam kombinasi dengan bedah debridement . Untuk kurang agresif alergi temuan
bronchopulmonary aspergillosis menyarankan penggunaan steroid oral untuk jangka waktu lama,
sebaiknya selama 6-9 bulan di aspergillosis alergi paru-paru. Itrakonazol diberikan dengan
steroid, karena dianggap memiliki "hemat steroid" efek, menyebabkan steroid untuk menjadi
lebih efektif, memungkinkan dosis yang lebih rendah.
Obat lainnya yang digunakan, seperti amfoterisin B , caspofungin (dalam terapi kombinasi saja),
flusitosin (dalam terapi kombinasi saja), atau itraconazole , digunakan untuk mengobati ini
infeksi jamur . Namun, sebagian tumbuh infeksi resisten terhadap triconazoles.
Jika mereka juga memiliki sistem kekebalan yang lemah, mereka dapat diberikan pengobatan
tambahan untuk membantu memperkuat itu. Pembedahan mungkin diperlukan untuk kasus-kasus
aspergilloma yang gagal untuk merespon pengobatan anti-jamur, atau jika gejala hemoptisis
dianggap mengancam nyawa. Salah satu pilihan pengobatan adalah reseksi bedah paru-paru,
untuk menghapus bagian yang terinfeksi dari jaringan paru-paru. Embolisasi arteri bronkial
(BAE) juga merupakan pengobatan bedah umum untuk hemoptisis yang mengancam jiwa.
Tujuan dari BAE adalah untuk memblokir aliran darah dari arteri. Sebuah kecil, tabung fleksibel
(kateter) dipandu ke paru-paru dan kemudian solusi seperti jelly diturunkan kateter untuk
memblokir situs pecah dan mencegah perdarahan lebih lanjut.
2.6 Pencegahan
Pencegahan Aspergillosis melibatkan pengurangan paparan melalui lingkungan pengendalian
infeksi. Profilaksis anti jamur dapat diberikan kepada pasien berisiko tinggi. Posaconazole sering
diberikan sebagai profilaksis pada pasien immunocompromised berat.
Sulit untuk menghindari jamur Aspergillus tersebar di lingkungan. Bagi orang yang sistem
kekebalannya melemah, mungkin ada beberapa cara untuk menurunkan kemungkinan terkena
infeksi Aspergillus parah.
a.Lindungi diri Anda dari lingkungan. Sangat penting untuk dicatat bahwa meskipun tindakan ini
dianjurkan, belum terbukti untuk mencegah aspergillosis.
b.Cobalah untuk menghindari daerah-daerah dengan banyak debu seperti lokasi konstruksi atau
penggalian. Jika tidak dapat menghindari daerah-daerah tersebut, gunakanlah masker.
c.Hindari kegiatan yang melibatkan kontak dekat dengan tanah atau debu, seperti pekerjaan
halaman atau berkebun. Jika hal ini tidak mungkin,
- Memakai sepatu, celana panjang, dan kemeja lengan panjang ketika melakukan kegiatan di luar
ruangan seperti berkebun, pekerjaan halaman, atau mengunjungi daerah berhutan.
- Pakailah sarung tangan jika menangani bahan-bahan seperti tanah, lumut, atau pupuk.
d.Untuk mengurangi kemungkinan terkena infeksi kulit, luka kulit dibersihkan dengan sabun dan
air, terutama jika telah terkena tanah atau debu.
e.Obat anti jamur. Jika Anda berada pada risiko tinggi untuk mengembangkan aspergillosis
invasif (misalnya, jika Anda telah memiliki transplantasi organ atau transplantasi sel induk ),
penyedia layanan kesehatan segera meminta obat untuk mencegah aspergillosis.
3) Histoplasmosis
Histoplasmosis adalah mikosis oportunistik (MO) yang umum pada orang HIV-positif. Infeksi
ini disebabkan oleh jamur Histoplasma capsulatum. Jamur ini berkembang dalam tanah yang
tercemar dengan kotoran burung, kelelawar dan unggas, sehingga ditemukan dalam di kandang
burung/unggas dan gua. Histoplasma capsulatum adalah saprofit tanah dimorfik yang
menyebabkan histoplasmosis, infeksi mikotik di paru yang sering terjadi pada manusia dan
hewan. Di alam, H. capsulatum tumbuh sebagai kapang berhubungan dengan tanah dan habitat
burung, diperkaya oleh substrat alkali nitrogen pada kotoran hewan. H. capsulatum dan
histoplasma dan histoplasmosis, yang dimulai dengan inhalasi konidia, terjadi di seluruh dunia.
Namun insidennya sangat bervariasi dan kebanyakan kasus terjadi di Amerika Serikat. H.
capsulatum mendapatkan nama tersebut dari gambaran sel ragi pada potongan histopatologik;
namun, baik protozoa maupun saprofit tersebut tidak mempunyai kapsul. Infeksi menyebar
melalui spora (debu kering) jamur yang dihirup saat napas, dan tidak dapat menular dari orang
yang terinfeksi. Jamur ini dapat tumbuh dalam aliran darah orang dengan sistem kekebalan tubuh
yang rusak, biasanya dengan jumlah CD4 di bawah 150. Setelah berkembang, infeksi dapat
menyebar pada paru, kulit, dan kadang kala pada bagian tubuh yang lain. Histoplasmosis adalah
penyakit yang didefinisi AIDS.
3.1 Siklus Hidup
Fungi ini termasuk fungi dimorfik. Fungi dimorfik adalah fungi yang dapat memiliki dua bentuk,
yaitu kapang dan yeast. Fungi ini termasuk kedalam Ascomycota parasit yang dapat
menghasilkan spora askus (spora hasil reproduksi seksual). Jamur ini berkembang biak secara
seksual dengan hifa yang bercabang-cabang ada yang berkembang menjadi askogonium (alat
reproduksi betina) dan anteridium (alat reproduksi jantan), dari askegonium akan tumbuh saluran
untuk menghubungkan keduanya yang disebut saluran trikogin. Dari saluran inilah inti sel dari
anteridium berpindah ke askogonium dan berpasangan. Kemudian masuk ke askogonium dan
membelah secara mitosis sambil terus tumbuh cabang yang dibungkus oleh miselium dimana
terdapat 2 inti pada ujung-ujung hifa. Dua inti itu akan membelah secara meiosis membentuk 8
spora dan disebut spora askus yang akan menyebar, jika jatuh di tempat yang sesuai maka akan
tumbuh menjadi benang hifa yang baru.
Gambar siklus masuknya H.capsulatum pada tubuh manusia
d. Serologi
Uji Compelment Fixation (CF) untuk antibody terhadap histoplasmin atau sel ragi menjadi
positif dalam 2 5 minggu setelah infeksi. Titer CF meningkat selama penyakit progresif
kemudian turun sampai kadar sangat rendah ketika penyakit tidak aktif. Titer yang lebih besar
atau sama dengan 1 ; 32 merupakan petunjuk kuat adanya infeksi; titer 1 ; 8 atau 1 ; 16
merupakan isyarat adanya infeksi. Peningkatan titer empat kali lipat atau lebih antara serum akut
dan konvalesen merupakan bukti infeksi yang meyakinkan
Pada uji imunodifusi (ID), prespitin terhadap dua antigen spesifik H. capsulatum terdeteksi;
Adanya antibody terhadap antigen H sering menandakan histoplasmosis aktif, sementra antibody
terhadap antigen M dapat timbul dari uji kulit berulang atau pajanan di masa lalu. Salah satu uji
paling sensitive adalah radioassay atau immunoassay enzim untuk antigen H. capsulatum dalam
sirkulasi. Hampir semua pasien dengan histoplasmosis diseminata menunjukkan uji positif untuk
antigen dalam serum atau urine; kadar antigen turun setelah pengobatan yang sukses dan timbul
kembali saat relaps. Walaupun terjadi reaksi silang dengan mikosis lain. Uji untuk antigen ini
lebih sensitive daripada uji antibody konvensional pada penderita AIDS dengan histoplasmosis.
e. Uji Kulit
Uji kulit histoplasmin menjadi positif segera setelah infkesi tetap positif selama bertahun-tahun.
Uji tersebut dapat menjadi negative pada histoplasmosis diseminata progresif. Uji kulit berulang
merangsang antibody serum pada individu yang sensitive, yang menganggu interpretasi
diagnostik uji serologi.
3.4 Patogenitas dan patologi
Inhalasi mikrokonidia merupakan stadium awal infeksi manusia. Konidia mencapai alveoli,
bertunas, dan berproliferasi sebagai ragi. Infeksi awal adalah bronkopneumonia. Ketika lesi paru
awal bertambah usianya. terbentuk sel raksasa disertai dengan pembentukan granuloma dan
nekrosis sentral. Pada saat pertumbuhan spora, sel ragi masuk ke dalam sistem retikuloendotelial
melalui sistem limfatik paru dan limfonodi hilus. Penyebaran dengan keterlibatan limpa khas
menyertai infeksi paru primer. Pada hospes normal, respons imun timbul pada sekitar 2 minggu.
Lesi paru awal sembuh dalam 2 sampai 4 bulan tetapi dapat mengalami kalsifikasi menyerupai
kompleks Ghon tuberkulosis, atau mungkin ditemukan kalsifikasi buckshot yang melibatkan
paru dan limpa. Tidak seperti tuberkulosis, reinfeksi dengan H. capsulatum terjadi dan dapat
menimbulkan respons hospes yang berlebihan pada beberapa kasus
3.6 Diagnosis
Diagnosis histoplasmosis ditegakkan berdasarkan gejala klinik dan pemeriksaan laboratorium
mikologi. Pemeriksaan laboratorium mikologi dilakukan dengan pemeriksaan secara langsung
dan membiakkan specimen klinik yang berasal dari pasien yang diduga terinfeksi. Selain itu
dapat pula dilakukan dengan pemeriksaan serologi untuk mendeteksi antigen dan antibody yang
sangat membantu dalam menegakkan diagnosis.
Bahan klinik yang dibutuhkan unutk pemeriksaan laboratorium mikologi tergantung pada organ
yang terkena. Pada histoplasmosis patu dapat dilakukan pemeriksaan sputum baik secara
langsung dengan pulasan Giemsa dan menanam sputum pada agar Sabouraud dekstrosa (ASD).
Bahan klinik lain yang dapat digunakan pada histoplasmosis paru adalah bilasan bronkus, yang
cara pemeriksaannya sama dengan pemeriksaan sputum. Pada histoplasma diseminata bahan
klinik yang digunakan untuk pemeriksaan laboratorium dalah darah, cairan otak, usap ulkus,
kerokan kulit dan bahan biopsi jaringan. Perlakuan terhadap bahan klinik di atas sama dengan
pemeriksaan sputum yaitu diwarnai dengan pulasan Giemsa dan dibiakkan pada media ASD.
Pemeriksaan bahan biopsi juga dapat dilakukan dengan membuat sediaan tekan jaringan dan
memulasnya dengan Giemsa dan HE.
Bahan klinik yang paling sering memberikan hasil positif baik pada pemeriksaan langsung
maupun biakan adalah biopsy jaringan sumsum tulang. Biakan darah juga memberikan hasil
positif yang tinggi. Pemeriksaan langsung dapat dilakukan dengan mewarnai bahan klinik
dengan pulasan Giemsa atau dengan memeriksa sediaan histopatologi yang diwarnai HE, atu
GMS. Pada pemeriksaan langsung dengan pulasan Giemsa dan pulasan HE, H. capsulatum
tampak sebagai sel ragi intraseluler yang dikelilingi oleh halo hialin yang tidak terwarnai dan
sitoplsma yang terpulas di dalams el makrofag/monosit. Pada biakan specimen klinik pada ASD
yang diinkubasi pada suhu kamar jamur tumbuh sebagai koloni filament/kapang dan membentuk
mikrokonida dan makrokonidia yang penting sebagai petanda identifikasi. Untuk menumbuhkan
jamur dalam bentuk ragi, inkubasi biakan dilakukan pda suhu 37 oC. Pertumbuhan jamur H.
capsulatum pada biakan memerlukan waktu yang lama karena pertumbuhannya lambat. Biakan
dinyatakan negative setelah ditemukan pertumbuhan dalam waktu enam minggu. Karena itu
hasil pemeriksaan langsung menjadi sangat penting. Bila pemeriksaan langsung memberikan
hasil positif maka pengobatan dapat segera dimulai.
Deteksi antigen penting untuk membantu menegakkan diagnosis pada histoplasma akut, terutama
pada penderita AIDS. Bahan klinik yang dapat digunakan adal serum, cairan otak, urin dan
bilasan bronkus. Urin merupakan bahan klinik yang paling sering memberikan hasil positif,
sedangkan BAL positif sering ditemukan pada penderita AIDS.
Deteksi antibodi berperan penting dalam menegakkan diagnosis histoplasmosis. Dengan
menggunakan teknik imuno difusi, dapat dideteksi antigen M dan H. Antigen M dibentuk pada
infeksi akut namun juga sering ditemukan pada infeksi kronik. Antigen dapat bertahan selama
bertahun-tahun. Antigen H jarang ditemukan, biasanya ditemukan bersama antigen M.
3.7 Pengobatan
1. Pada Manusia
Pengobatan histoplasmosis dibedakan antara pengobatan pada penderita imunokompeten non
AIDS dan pengobatan pada penderita AIDS. Pada kelompok non AIDS pengobatan juga
dibedakan antara histoplasmosis diseminata yang mengancam nyawa dan bentuk yang lebih
ringan. Pada bentuk diseminata yang mengancam nyawa pengobatan dimulai dengan pemberian
amfotersin B secara intravena dengan dosis 0,7 1 mg/hari tiap hari selama 1 2 minggu. Dosis
total diberikan sebanyak 2500 mg untuk orang dewasa. Untuk anak-anak disesuaikan dengan
umur dan berat badan. Kemudian diteruskan dengan itrakonazol 200 400 mg/hari sampai
paling sedikit 6 bulan. Pada bentuk yang lebih ringan dapat diberikan itrakonazol 200 400 mg
selama paling sedikit 6 bulan. Pada histoplasmosis paru kronik dengan kavitas diperlukan
pengobatan selama lebih dari satu tahun untuk mencegah relaps.
Pada penderita AIDS dengan histoplasmosis ringan sampai sedang dapat diberikan itrakonazol
200 mg tiga kali/hari untuk tiga hari pertama dilanjutkan denga 2 x 200 mg selama 12 minggu.
Prinsip pengobatan histoplasmosis diseminata adalah pemberian terapi induksi untuk
mendapatkan perbaikan klinis diikuti terapi supresif untuk mencegah relaps. Terapi induksi
menggunakan amfoterisin B 0,5 1 mg/kgBB/hari selama 3 hari 2 minggu tergantung respons
penderita. Kemudian diikuti terapi supresif dengan itrakonazol 400 mg/hari selama kurang lebih
3 bulan.
2. Pada Hewan
Pada kasus terjadinya Epizootic Lymphangitis pada kuda, pengobatn yang dapat dilakuakan
yaitu dengan pemberian Iodide Sodium secara intravena, atau dengan pemberian Potassium
Iodide secara peoral, namun terjadinya penyakit terulang kembali atau kambuh pada beberapa
bulan kemudian dapat terjadi. Secara invitro sensitifitas organisme terhadap Amphotericin B,
Nystatin, dan Clotrimazole telah dilaporkan. Pada kebanyakan kasusu hewan yang terinfeksi
oleh penyakit ini tidak diijinkan untuk dilakukan pengobatan, dan hewan yang terinfeksi segera
dimusnahkan dengan eutanasia.
3. Obat Anti Jamur Untuk Penderita Histoplasmosis
a. Amfoterisin B
Amfoterisin B yang ditemukan dan diisolasi dan strain Str.nodosus pada tahun 1956 merupakan
antibiotika kelompok makrolida poliena yang memiliki 7 ikatan rangkap konyugasi pada posisi
trans dan 3-amino-3,6-dideoksimanosa yang berhubungan melalui ikatan glikosida. Sesuai
dengan namanya sifat amfoter diberikan oleh gugus karboksil pada cincin utama dan gugus
amino pada mikosamin.Kelarutannya dalam air yang kecil pada pH netral menyulitkan
pemberian per iv hingga perlu solubilisasi melalui dispersi koloid dalam deoksikolat atau
pembentukan derivat N-asil maupun ester dan gugus karboksi.
b. Imidazol dan Triazol
Berbeda dengan amfoterisin B yang diproduksi secara alamiah, kelompok anti jamur azol
merupakan senyawa sintetik yang diklasifikasi sebagai imidazol (mikonazol dan ketokonazol)
atau triazol (itrakonazol dan flukonazol) bergantung kepada jumlah kandungan atom nitrogennya
ada 2 atau 3. Struktur kimia dan profil farmakologis ketokonazol dan itrakonazol sama,
flukonazol unik karena ukuran molekulnya yang kecil dan lipofilisitasnya yang lebih kecil.
Efek antijamur azol terutama ditujukan pada ergosterol yang merupakan sterol utama dalam
membran sel jamur. Inhibisi sin- tesis sterol melalui interaksi dengan demetilase C14A suatu
enzim yang bergantung pada sitokrom P-450 yang dibutuhkan untuk pengubahan lanosterol
menjadi ergosterol. Kekurangan ergosterol menyebabkan fluiditas membran sehingga
menurunkan aktivitas enzim yang berkaitan dengan membrane dan mengakibatkan peningkatan
permeabilitas serta hambatan pertumbuhan dan perbanyakan sel. Efek antijamur lain dan azol
mencakup inhibisi respirasi endogen, interaksi toksin dengan fosfolipia membran dan transfer
morfigenetik ragi menjadi bentuk misel. Sebagai perbandingan amfoterisin B terikat irreversibel
pada ergosterol dan flusitosin menghambat sintesis protein.
Interaksi azol dengan demetilase C14A dalam sel jamur juga menyokong efek toksis utama azol
pada sel mammalia, misalnya secara klinis ketokonazol menyebabkan kelainan endokrin pada
manusia karena inhibisi enzim sitokrom P-450 yang dibutuhan untuk sintesis hormon steroid
adrenal dan gonad. Akan tetapi efek tidak diharapkan ini malah dimanfaatkan untuk mengurangi
produksi hormon steroid pada sindroma Cushing atau kanker prostat. Suatu perbedaan penting
antara imidazol dan triazol adalah affinitas triazol yang lebih besar terhadap enzim sitokrom P-
450 dan jamur dibandingkan dengan dan manusia.
3.8 Pencegahan
Sulit untuk mencegah pajanan terhadap jamur yang menyebabkan histoplasmosis, terutama di
daerah di mana penyakit tersebar luas. Beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk
menghindari terjadinya Histoplasmosis antara lain :
1. Hindari tempat yang berkembangnya jamur, terutama daerah yang dipenuhi dari ekskresi
burung dan kelelawar.
2. Mengeluarkan atau membersihkan koloni kelelawar atau kandang burung dari gedung
ataupun perumahan.
3. Melakukan desinfeksi pada daerah yang mengalami kontaminasi.
4. Meminimalisir terbangnya debu yang kemungkinan terkontaminasi dengan spora jamur
dengan cara menyemprotkan dengan air daerah yang berpotensi sebagai sumber penularan
penyakit, seperti kandang ayam sebelum dibersihkan dilakukan penyemprotan dengan air untuk
menghindari terbangnya debu yang mengandung spora jamur.
5. Saat bekerja di tempat yang beresiko sebagai tempat penyebaran penyakit, pekrja hendaknya
menggunakan pakaian khusus dan menggunakan masker wajah yang berfungsi untuk menyaring
debu yang masuk saat bernafas, sebaiknya gunakan masker dengan diameter kurang lebih 1
milimicron.
4) Kriptokokosis
4.1 Morfologi
Cryptococcus neoformans di dalam jaringan atau cairan spinal berbentuk bulat atau lonjong
dengan diameter 4-12μm, sering bertunas, dan dikelilingi oleh simpai yang tebal. Pada agar
Sabouraud dengan suhu kamar koloni yang terbentuk berwarna kecoklatan,mengkilat, dan
mukoid. Biakan tidak meragi karbohidrat tapi mengasimilasi glukosa, maltosa, sukrosa, dan
galaktosa (tetapi laktosa tidak), Urea dihidrolisis. Berbeda dari kriptokokus non patogen C.
neoformans tumbuh baik pada suhu 370C pada sebagian besar pembenihan laboratorium yang
tersedia, asalkan tidak mengandung siklo heksamida. Pencampuran serotip A da D atau B dan C
menyebabkan timbulnya misellium dan basidiospora Filobasidiella neoformans var neoformans
atau Filobasidiella neoformans var gartii. Semua spesies Cryptococcus merupakan jamur non-
fermentasi aerob. Pembagian spesies berdasarkan dari asimilasi berbagai macam karbohidrat dan
KNO3. C. neoformans merupakan jenis Cryptococcus yang paling terkenal diantara jenis
kriptokokus yang lain (sifat yang patogen).
Jika Cryptococcus neoformans dilihat dibawah mikroskop akan terlihat ragi yang berbentuk oval
atau bulat, bagian tersebut sering dihubungkan sebagai basidiomycete-nya ragi. Beberapa
memiliki goresan pada permukaannya ketika pucuk sel muda betina sedang melakukan
reproduksi. Basidiomycete fungi pada bagian ini dapat memproduksi spora, hal tersebut terjadi
pada bagian khusus jamur yang disebutbasidium. Produksi spora ini sebagai hasil dari reproduksi
seksual dari C. Neoformans. Reproduksi sel C. Neoformans dimulai ketika dua sel masing
masing membawa satu komplemen informasi genetic (sering disebut haploid), kedua sel saling
bertemu dan terjadi penggabungan. Potensi untuk bergabung berdasarkan keteraturan bagian dari
masing-masing tipe yang membawadua materi genetic “a” dan “α”. Siklus reproduksi seksual
dan juga penggabungan sel melibatkan pembagian seperti dalam mitosis sel dimana terjadi
produksi benang yang disebut hifa. Dan pada akhirnya hifa yang memiliki struktur unik, dan
basidium telah terbentuk. Basidium yang menopang spora (terkadang disebut basidiospora) pada
akhirnya akan terbentuk. Untuk itu dibutuhkan dua haploid didalam basidium harus bergabung,
peristiwa ini sering disebut karyogami, yaitu pembentukan satu diploid nucleus. Pembelahan
meiosis dan mitosis akan berjalan unuk membentuk spora. Spora marupakan haploid yang
digunakan dalam pembentukan sel C. neoformans sehingga reproduksi terus berlanjut.
4.2 Penularan
Spora dari jamur yang menyebabkan kriptokokus dihasilkan di permukaan tanah (soil) dan
terbawa dan tersebar kemana-mana oleh angin, lalu terhirup manusia dan menimbulkan
infeksi.Cryptococcus neoformans suka hidup di lingkungan yang tercemar kotoran burung atau
kelelawar. Kriptokokosis atau penyakit yang disebut infeksi jamur Cryptococcus neoformans
terjadi bila seseorang makan buah-buahan atau minum susu yang telah tercemari atau
terkontaminasi dengan kotoran burung yang mengandung jamur tersebut. Mastitis pada lembu
bisa pula akibat infeksi jamur Cryptococcus neoformans sehingga terminum susu lembu yang
mengidap mastitis bisa pula mengundang infeksi jamur tersebut.
1.Pewarnaan
Sediaan langsung dengan sediaan basah tinta India/Nigrosin didapatkan bila hitung sel jamur
lebih dari 105sel/ml dari cairan serebrospinal. Pada pasien HIV positif dengan hitung sel 107-
109 sel/ml, dengan pemeriksaan mikroskopis akan didapatkan hasil positif pada 90% kasus. Pada
sediaan jaringan, pewarnaan mucicarmine dan pewarnaan alcian biru dapat digunakan selain
pewarnaan periodic acid Schiff (PAS) atau pewarnaan metenamin perak-sitrat. Pada sediaan tinta
India, C. neoformans memiliki bentuk jamur budding bundar dengan diameter 5-20μm
dikelilingi kapsul jelas (pada sediaan dengan tinta India). Kadang-kadang varian yang
membentuk pseudohifa yang kecil dan pendek dapat terlihat pada sampel. Pemeriksaan dengan
tinta India memiliki sensitivitas yang baik (80-98%) dan spesifisitas yang baik pada populasi
yang belum menerima ARV dan fluoconazole, tetapi sensitivitas pemeriksaan akan lebih rendah
pada pasien yang telah menerima terapi fluoconazole yang datang pada awal sakit dan memiliki
jumlah jamur rendah dalam cairan serebrospinal. Hasil negatif dengan pemeriksaan tinta India
tidak berarti mengeksklusi kemungkinan adanya infeksi kriptokokus. Dengan pemeriksaan tinta
India yang baik, 25-50% pada pasien dengan meningitis kriptokokus, akan didapatkan hasil
positif dari cairan serebrospinalnya. Diagnosis pada apusan harus dikonfirmasi dengan kultur
2.Kultur
Kultur C. neoformans merupakan baku emas untuk diagnosis kriptokokosis. Kultur dapat
memakan waktu sampai 2 minggu. Untuk pemeriksaan kepekaan antifungal pada C.neoformans
dibutuhkan laboratorium dan personel yang terlatih, karena membutuhkan interpretasi hasil
dengan konsultasi dengan klinisi. C neoformans bereproduksi melalui budding dan membentuk
sel bundar seperti jamur dengan diameter 3-6 μm. pada media kultur, akan terbentuk kapsul
polisakarida besar mengelilingi setiap sel. C neoformans membentuk koloni halus, cembung,
berwarna kuning atau kecoklatan pada media padat pada suhu 20-37°C. Jamur ini diidentifikasi
dengan gambaran mikroskopik, hasil test biokimia dan kemampuan untuk tumbuh pada
suhu37°C, karena kebanyakan strain Cryptococcus non patogen tidak tumbuh pada temperature
ini. Kultur darah sangat berguna terutama pada kondisi diseminata. Pada SDA, baik pada25°C
dan 37°C, koloni akan timbul dalam 48 jam, dapat lebih panjang tergantung dari jumlah jamur.
Bila kloramfenikol berada dalam media, pertumbuhan jamur akan lambat. Koloni jamur
memiliki tekstur lembut dan creamy atau berlendir bila terdapat material kapsul. Jamur ini akan
bereaksi positif terhadap urease (agar urea Christensen atau kaldu yang mengandung urea2,9%),
reaksi nitrat negatif dan tidak memfermentasi gula dan membentuk pigmen coklat pada agar bird
seed. Specimen untuk cairan serebrospinal terlebih dahulu disentrifus, sementara pada pasien
AIDS dan dengan pneumonia kriptokokus, sensitivitas kultur akan lebih baik menggunakan bilas
bronkoalveolar akan lebih baik daripada specimen biopsi transbronkial.C neoformans terutama
dapat diisolasi dan specimen klinis pada agar dekstrose Saboraud, dengan maupun tanpa
antibiotic untuk mensupresi pertumbuhan bakteri. C.neoformans tumbuh pada 37°C, bereaksi
positif dengan inositol dan memproduksi urease.
Gambar kultur C.neoformans pada media SDA
3.Serologi
Pemeriksaan serologi pada darah dan cairan serebrospinal sebaiknya dilakukan bila diperkirakan
terjadi infeksi kriptokokus pada cairan serebrosinal. Karena biaya pemeriksaan serologi cukup
mahal, seringkali kriptokokosis tidak terdiagnosis. Beberapa metode serologi untuk menegakkan
diagnosis kriptokokosis seperti lateral flow assay (LFA) dan enzyme immunoassay (EIA)
dikembangkan. Beberapa penelitian menunjukkan kesesuaian antara LFA dan EIA.
a.Deteksi antigen: pemeriksaan aglutinasi lateks untuk mendeteksi antien kapsular kriptokokus
polisakarida menggunakan kit komersial. Beberapa reagen komersial yang telah tersedia
(Crypto-LA,MYCO-Immune, IMMY or CALAS) merupakan pemeriksaan kualitatif dan semi-
kuantitatif untuk mendeteksi antigen polisakarida kapsular C.neoformans pada cairan
serebrospinal dan serum. Pemeriksaan ini memiliki sensitivitas dan spesifisitas yang cukup tinggi
dan dianggap merupakan pemeriksaan serologi untuk deteksi antigen. Deteksi antigen
Kriptokokus dengan metode aglutinasi lateks memiliki sensitivitas dan spesifisitas yang baik,
tetapi biaya pemeriksaan yang dibutuhkan tinggi, terutama bila dibutuhkan mendapatkan hasil
titer. Pengenceran sebaiknya diencerkan sampai 1:8 untuk menghindari terjadinya fenomena
prozone. Pemeriksaan antigen kriptokokus digunakan pada keadaan berikut:
■pada cairan serebrospinal bila pemeriksaan dengan tinta India negative, kecuali diagnosis lain
dapat ditegakkan, misalnya meningitis bakterialis
■Untuk specimen selain cairan serebrospinal, seperti darah, serum atau urine bila cairan
serebrospinal tidak dapat diperoleh. Pemeriksaan antigen dengan metode aglutinasi lateks sudah
tersedia komersial dan merupakan pemeriksaan yang cepat dan terpercaya untuk mendeteksi
antigen kriptokokus pada serum maupun cairan serebrospinal. Hasil positif palsu dapat
ditemukan bila faktor interferensi, seperti faktor rematoid atau protein lain). Menghilangkan
faktor pengganggu ini dengan agen proteolitik membutuhkan waktu tambahan 20-30 menit.
Sementara Pada metode EIA tidak memerlukan penanganan enzimatik sebelumnya, tidak
bereaksi dengan faktor rematoid dan dapat mendeteksi seluruh sero grup dari C. neoformans.
b.Deteksi antibodi: tidak terlalu bermanfaat pada pasien imunokompromais seperti pasien AIDS.
4.4Gejala Klinis
Gejala klinis pada kucing berupa infeksi pada rongga hidung, bersin, mucopurulent, serous
(bunyi sengau), hemorrhagi, edema subcutan, juga luka pada kulit yang berupa papula atau
bongkol-bongkol kecil. Luka yang lebih besar cenderung menjadi bisul yang berupa serous
eksudat pada permukaan kulit. Infeksi ini juga dikaitkan dengan penyakit saraf karena
berhubungan dengan perubahan CNS, bahkan bisa mengakibatkan kebutaan. Berbeda dengan
kucing, pada anjing tampak gejala klinis yang berkaitan dengan kerusakan CNS dan kebutaan.
Gejala klinis lain adalah meningoencephalitis, radang urat saraf yang berhubungan dengan mata,
dan granulomatous chorioretinitis. Kadang juga ditemukan luka di dalam rongga hidung. Sekitar
50% anjing ditemukan infeksi pada paru-paru, ginjal, kelenjar getah bening, limpa, hati, gondok,
pankreas, tulang, otot, myocardium, glandula prostata, klep hati/jantung, dan amandel.
Luka yang ditimbulkan berupa massa seperti agar-agar, mengandung banyak mikroorganisme
yang menyebabkan radang di fase granuloma. Luka pada umumnya terdiri atas kumpulan
organisme tanpa capsula di dalam suatu jaringan. Terlihat berupa macrophages dan sel raksasa
dengan beberapa sel plasma dan lymphocytes. Epithelioid sel raksasa dan area necrosis lebih
jarang ditemukan dibandingkan dengan infeksi sistemik mycosis yang lain
Mikosis oportunistik adalah infeksi yang disebabkan jamur pada individu dengan status imun
yang turun ( imuno compromise ). Infeksi Oportunis, ada beberapa infeksi yang disebabkan oleh
jamur yaitu Kandidiasis, Aspergilosis,Histoplasmosis,Kriptokokosis. Candidiasis merupakan
infeksi yang disebabkan oleh jamur Candida. Candida pada manusia disebabkan oleh Candida
albicans, sisanya oleh Candida parapsilosis, Candida tropicalis, Candida guilliermondii,
Candida krusei, dan beberapa spesies Candida langka lainnya. Candida yang paling patogen
adalah Candida albicans. Aspergilosis merupakan infeksi yang disebabkan oleh jamur
Aspergillus. Spesies yang sering dianggap penyebab penyakit adalah : A. Fumigatus, A. niger,
A. flavus. Histoplasmosis adalah penyakit yang disebabkan jamur Histoplasma capsulatum,
sedangkan Kriptokokosis penyakit jamur yang disebabkan Cryptococcus neoformans. Jadi jamur
yang menyebabkan mikosis oppurtunistik pada manusia adalah Candida sp, Aspergillus sp,
H.capsulatum , dan C.neoformans
DAFTAR PUSTAKA