Anda di halaman 1dari 16

MIKOLOGI OPORTUNISTIK

Diajukan dalam Rangka Memenuhi Tugas Mata Kuliah Mikolohi Teori


Diampu Oleh Makhabbah J, M.Si

Disusun oleh :
1. Florentina A (P27903218012)
2. Siti Maryati (P27903218031)

KELAS REGULER PEGAWAI TINGKAT II


JURUSAN ANALIS KESEHATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANTEN
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmatNya sehingga makalah
ini dapat tersusun hingga selesai. Kami berharap semoga makalah ini dapat
menambah pengetahuan dan pengalaman untuk para pembaca. Bahkan kami
berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca praktekkan dalam
kehidupan sehari-hari.
Kami yakin masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini
karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami. Untuk itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Tangerang, Februaru 2020

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Ilmu yang mempelajari jamur adalah mikologi (dari kata Yunani
mykes yang berarti jamur dan logos yang berarti ilmu). Indonesia
merupakan salah satu Negara beriklim tropis yangemiliki suhu dan
kelembapan tinggi, merupakan suasana yang baik bagi pertumbuhan
jamur,sehingga jamur dapat ditemukan hamper di semua tempat. Dari
ribuan species ragi dan jamur,sekitar 100 species diantaranya diketahui
dapat mengakibatkan infeksi pada hewan dan manusia.
Infeksi yang diakibatkan oleh jamur dapat terjadi secara kompleks
dalam skala ringan atau berat. "ada kasus-kasus tertentu juga dijumpai
adanya makanisme infeksi skunder akibat mikosis. Reaksi imun sangat
berperan penting sebagai pertahanan dari mikosis, namun demikian
pengobatan-pengobatan pada spesifikasi tertentu sangat menunjang proses
penyembuhan.
Mikosis oportunistik adalah infeksi yang berhubungan dengan jamur
yang memiliki virulensi yang rendah yang berarti bahwa pathogen ini terdiri
dari jamur dalam jumlah yang tidak terbatas. Jamur ini memiliki
kecenderungan ke arah penyakit karena resistensi direndahkan bila hospes
memiliki daya tahan tubuh yang lemah. Beberapa penyakit yang sering
terjadi diantaranya Aspergillosis, Kandidosis, Kriptokokosis, dan
Zigomikosis.

1.2 RUMUSAN MASALAH


a) Apa pengertian Mikosis Oportunistik?
b) Apa penyakit Mikosis Oportunistik?

1.3 TUJUAN PENULISAN


a) Mengetahui dan memahami apa itu mikosis oportunistik.
b) Mengetahui berbagai penyakit yang termasuk mikosis oportunistik.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN MIKOSIS OPORTUNISTIK

Mikosis opportunistik adalah infeksi yang disebabkan oleh


organisme yang biasanya tidak menyebabkan penyakit pada orang dengan
sistem kekebalan tubuh yang normal, tetapi dapat menyerang orang
dengan sistem kekebalan tubuh yang buruk.Jamur yang menginfeksi
bersifat apatogen pada habitat normal namun menjadi patogen bila ada
faktor predisposisi.
Pasien dengan gangguan pertahanan pejamu, rentan terhadap fungi
yang terdapat di mana-mana, tetapi orang sehat yang terpajan biasanya
resisten. Mikosis oportunistik ini terjadi pada orang dengan daya tahan
lemah misalnya orang dengan terapi kanker, menderita HIV, transplantasi
organ, atau pasca operasi. Fungi yang paling sering diisolasi dari pasien
immunocompromised adalah saprophytic (yaitu dari lingkungan) atau
endogen (komensal). Spesies yang paling umum adalah spesies Candida,
spesies Aspergillus, dan Cryptococcus.

2.2 PENYAKIT MIKOSIS OPORTUNISTIK

a. KANDIDIASIS
Kandidiasis merupakan sekelompok infeksi yang disebabkan oleh
Candida albicans ataupun spesies lain dari genus kandida. Organisme ini
khususnya menginfeksi kulit, kuku, membran mukosa, dan traktus
gastrointestinal, tetapi organisme ini juga dapat menyebabkan penyakit
sistemik.
 Morfologi Candida albicans
Pada agar SDA dengan suhu 25ºC, dapat
tumbuh koloni fungi berwarna putih hingga
cream, bentuk bulat, menonjol konsistensi lunak
dan halus hingga berkerut. Isolasi ini dapat hidup
pada suhu 42ºC dan pada media yang
mengandung cyclohexumide.
Pada pemeriksaan
mikroskopis dapat ditemulan
Candida albicans dalam bentuk
yeast, berbentuk oval dengan
diameterkurang lebih 5µm dan
bereproduksi dengan
membentuk budding. C. albicans sering juga ditemukan dalam bentuk
mycelium dengan pseudohyphae dan kadang-kadang dapat ditemukan
dalam bentuk septate mycelium
 Patogenitas
Candida albicans merupakan penyebab tersering dari kandidiasis.
Candida albicans sering ditemukan sebagai jamur saprofit dan berkoloni di
membran mukosa pada hewan berdarah panas. Pada sekitar 50% dari
individu normal, terdapat kolonisasi di orofaring. Selain itu, Candida
albicans merupakan organism komensal pada mukosa vagina pada 20 -
25% dari wanita sehat yang tidak memiliki gejala. Jamur ini jarang
diisolasi dari kulit normal kecuali pada area intertriginosa yang kadang-
kadang dapat ditemukan kolonisasi kandida. Faktor predisposisi yang
berpengaruh pada infeksi kandida meliputi kondisi kulit lokal, status
nutrisi, perubahan status fisiologi, penyakit sistemik, dan penyebab
iatrogenik.
 Gejala klinis
1) Candidiasis mulut (thrush)
 Bercak putih atau kuning di lidah, bibir, gusi, langit-langit
mulut, dan pipi bagian dalam.
 Kemerahan di mulut dan tenggorokan
 Kulit pecah-pecah di sudut mulut
 Rasa nyeri saat menelan
2) Candidiasis vulvovaginal
 Rasa gatal yang ekstrem di vagina
 Rasa nyeri dan terbakar saat buang air kecil
 Rasa tidak nyaman selama berhubungan seks
 Pembengkakan pada vagina dan vulva
 Keputihan yang menggumpal
3) Candidiasis kulit (cutaneous candidiasis)
 Ruam yang gatal di lipatan kulit, seperti ketiak, selangkangan,
sela jari, atau di bawah payudara.
 Kulit yang kering dan pecah-pecah
 Epidemiologis
Kandidiasis/yeast infection adalah infeksi jamur yang terjadi karena
adanya pembiakan jamur secara berlebihan, dimana dalam kondisi normal
muncul dalam jumlah yang kecil. Perubahan aktivitas vagina atau
ketidakseimbangan hormonal menyebabkan jumlah Candida berlipat
ganda (muncul gejala Kandidiasis).
Keadaan lain yang menyebabkan Kandidiasis adalah karena penyakit
menahun, gangguan imun yang berat, AIDS, diabetes, dan gangguan
tiroid, pemberian obat kortikosteroid dan sitostatika. Paparan terhadap air
yang terus menerus seperti yang terjadi pada tukang cuci, kencing pada
pantat bayi, keringat berlebihan terutama pada orang gemuk. Faktor lokal
atau sistemik dapat memengaruhi invasi Kandida ke dalam jaringan tubuh.
Usia merupakan faktor penting yang sering kali menyebabkan kandidiasis
oral/oral thrush terutama pada neonatus. Perempuan dengan kehamilan
trimester ketiga cenderung untuk mengalami kandidiasis vulvovaginal
b. ASPERGILOSIS
Aspergilosis merupakan infeksi yang disebabkan oleh fungi
Aspergillus. Fungi ini terdapat di alam bebas, sehingga sporanya sering
diisolasi dari udara. Cara infeksi tergantung lokasi yang diinfeksi ada
beberapa bentuk yaitu : Aspergilosis kulit, Aspergilosis sinus, Aspergilosis
paru, Aspergilosis sistemik.
Aspergillus adalah saprofit yang sangat mudah ditemukan di sekitar
kehidupan manusia dan terdiri atas sekelompok spesies berbeda. Spesies
yang kerap menyebabkan penyakit adalah Aspergillus fumigatus,
Aspergillus flavus, dan Aspergillus niger. Spesies yang paling patogen
adalah A. fumigatus mampu tumbuh pada suhu 37ºC bahkan sampai suhu
50ºC.
Aspergillus adalah fungi saprofit yang sehari-hari konidianya sangat
mudah terhirup ke dalam saluran napas tanpa menyebabkan kelainan.
Konidia yang masuk akan dikeluarkan oleh pergerakan silia epitel torak
atau dihancurkan oleh imunitas tubuh. Diperlukan faktor resiko yang
mengubah pertahanan tubuh dan memungkinkan jamur menyebabkan
infeksi. Tempat predileksi utama aspergilosis adalah paru-paru akibat
inhalasi konidia.
 Morfologi Aspergillus sp.
 Aspergillus fumigatus
Koloni pada medium PDA pada
suhu 25ºC berwarna abu-abu kehijauan
terlihat seperti berasap. Beberapa isolasi
mungkin terlihat seperti pigmen
lavender. Koloni yang sangat matur
berubah menjadi abu-abu batu.
Teksturnya seperti benang wol atau kapas dan granular.

Hifa
Aspergillus
fumigatus
berupa septa dan hialin. Kepala konidia terlihat seperti kolumnar
keras. Konidiospora terlihat lembut, tidak berwarna dengan
panjang 300 µm, dan berbentuk seperti kubah dengan diameter 20-
30 µm, konidia bisa halus sampai kasar dengan diameter 2-3,5 µm.
 Aspergillus flavus
Pada agar Czapek Dox, koloni
menunjukkan ciri khas pigmentasi
permukaan biru kehijauan dengan
permukaan seperti suede yang terdiri
dari padat seperti konidiaspora. Kepala
konidri adalah biasanya kolumnar
(sampai 400 x 50 μm tapi sering jauh
lebih pendek dan lebih kecil) dan uniseriate conidiophore stipes
pendek, berdinding halus dan berbentuk kerucut vesikula terminal
yang mendukung satu deretan phialides pada dua pertiga bagian
atas dari vesikel konidia diproduksi disuksesi basipetal membentuk
rantai panjang dan bersifat globosa menjadi subglobose (diameter
2.5-3.0 μm).
Hifa
Aspergillus
flavus berupa
septa hialin.
Konidiofora
biasanya
kasar, tidak
berwarna berukuran 800 µm x 15-20 µm. spesies ini merupakan
agen etiologi dari infeksi termasuk mikositosis yang berhubungan
dengan aflotoksin, pneumonitis hipersensitif, dan penyakit invasif.
 Aspergillus niger
Pada medium PDA dengan
suhu 25oC berwarna putih, cepat
berubah menjadi hitam dengan
produksi konidium.
Hifa
Aspergilus niger
berupa septa dan
hialin. Kepala
konidia terlihat
bersinar, terpisah
menjadi kolum-
kolum. Konidia
panjang 300-400
µm, halus dan hialin menjadi lebih gelap pada apeks. Konidia
berwarna coklat kehitaman, sangat kasar dan berdiameter 4-5 µm.

 Patogenitas
Alergi bronchopulmonary aspergillosis (ABPA) adalah bentuk paling
ringan dari aspergillosis dan biasanya mempengaruhi orang-orang dengan
asma atau fibrosis kistik (kondisi warisan di mana paru-paru bisa
terpasang dengan lendir). Kondisi ini biasanya sebagai akibat dari reaksi
tubuh terhadap aspergillus.
Aspergillosis paru invasif (IPA) adalah infeksi umum pada orang
dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah karena sakit atau mengambil
imunosupresan. Ini adalah bentuk paling serius dari aspergillosis yang
dimulai di paru-paru yang kemudian menyebar dengan cepat ke seluruh
tubuh.
 Gejala Klinis
Penderita biasanya adalah orang dengan riwayat asma. Gejalanya
berupa perburukan asma disertai sputum infiltra, demam dan sesak nafas.
Tampak infiltrate transien pada foto toraks. Pada penyakit bronkiektasis
kronis, terjadi produksi sputum purulent yang banyak disertai hemoptisis.
Kondidi buruk aspergillosis dapat menyebar melalui aliran darah
untuk menyebabkan kerusakan organ luas. Gejalanya meliputi demam,
menggigil, shock, delirium, kejang, dan pembekuan darah, dapat mengem-
bangkan gagal ginjal, gagal hati (menyebabkan penyakit kuning), dan
kesulitan bernapas, kematian dapat terjadi dengan cepat. Aspergillosis dari
saluran telinga menyebabkan gatal dan kadang-kadang nyeri. Cairan dapat
terkuras semalaman dari telinga, sehingga meninggalkan noda di atas
bantal.
 Epidemiologis
Aspergillosis dapat mengenai semua ras dan ke dua jenis kelamin
dengan perbandingan yang sama dan dapat mengenai semua jenis
usia.Insiden invasif aspergillosis pada pasien immunokompromais yang
beresiko tinggi yaitu:Pasien neutropenia (disebabkan hematologic
malignancy ataupun mendapatkemoterapi) :7%, Pasien leukemia akut :5%
- 20%,Penerima transplantasi sumsum tulang belakang: 10% -
20%,Penerima transplantasi organ (ginjal, hati, jantung) : 5% - 15%.

c. KRIPTOKOKIS
Kriptokokis adalah infeksi jamur yang disebabkan oleh ragi berkapsul.
Kasus terbanyak disebabkan oleh Cryptococcus neoformans. Jamur ini
tersebar luas di alam dan banyak ditemukan dalam debu atau tanah yang
tercemar kotoran burung merpati yang mengering. Bila secara tidak
sengaja menghirup jamur tersebut maka paru-paru dapat terinfeksi.
Penyakit kriptokokis di manusia biasanya berhubungan dengan sistem
imun yang menurun atau keganasan. Pasien dengan penutunan jumlah sel
T memiliki ancaman yang lebih tinggi dengan infeksi jamur ini.
 Morfologi Cryptococcus neoformans
Cryptococcus
neoformans adalah
organisme dimorfik,
merupakan basidiomisetes
yang bersifat saprofit,
Basidiospora berukuran
kecil yaitu 1,8-3,0 µm,
dapat dalam bentuk sel ragi
pada suhu 37°C atau
membentuk hifa dikariotik pada suhu 24°C. Secara mikroskopis
Cryptococcus neoformans di dalam jaringan atau cairan spinal berbentuk
sferis sampai oval dengan diameter 3 µm10 µm, sering bertunas (budding)
dan dikelilingi oleh kapsul yang tebal.
Pada agar Sabouraud
dengan suhu kamar, koloni
yang terbentuk berwarna
kecoklatan, mengkilat, dan
mukoid. Kultur dapat juga
dilakukan pada Bird Seed agar.

 Patogenesis
Infeksi berawal dari inhalasi sel ragi kecil atau basidiospora yang
memicu terjadinya kolonisasi pada saluran nafas dan kemudian diikuti
oleh infeksi. Makrofag pada paru-paru sangat penting dalam sistem
kontrol terhadap inokulasi jamur. Pada banyak kasus penyebaran
kriptokokosis terjadi pada keadaan defisiensi sel T CD4+ (HIV/AIDS),
imunitas dihubungkan dengan respons sel Th1 yang aktif menghancurkan
C. neoformans. Kurangnya atau tidak adanya respons imun yang baik
untuk menginaktifkan dan menghancurkan organisme yang masuk
menyebabkan perluasan dan peningkatan kerusakan sel/jaringan akibat
infeksi.
 Gejala Klinis
Gejala kriptokokosis otak seringkali mendorong penderita untuk berobat,
yaitu sakit kepala yang makin lama makin hebat dan makin sering timbul,
kadang-kadang disertai vertigo, diplopia, strabismus, penurunan
pendengaran, kejang dan muntah. Perubahan status mental dan somnolen
dapat terjadi pada infeksi berat.
 Epidemiologi
Kriptokokosis tidak hanya merupakan penyakit infeksi yang
umumnya berakibat fatal pada individu yang immunocompromised tetapi
Cryptococcus juga merupakan suatu patogen pada individu
imunokompeten. Mortalitas pasien HIV terkait meningitis yang
disebabkan oleh Cryptococcus cukup tinggi yaitu sekitar 10%-30%.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Mikosis opportunistik adalah infeksi yang disebabkan oleh
organisme yang biasanya tidak menyebabkan penyakit pada orang dengan
sistem kekebalan tubuh yang normal, tetapi dapat menyerang orang
dengan sistem kekebalan tubuh yang buruk. Spesies yang paling umum
adalah spesies Candida sp penyebab kandidiasis, Aspergillus sp penyebab
Aspergilosis, dan Cryptococcus sp penyebab Kriptokokis.
DAFTAR PUSTAKA

http://repository.unimus.ac.id/1357/3/BAB%20II.pdf diakses 29 Febeuari 2020


http://jurnal.fk.unand.ac.id/index.php/jka/article/view/7 diakses 29 Febeuari
2020
http://jurnal.fk.unand.ac.id/kriptokokimeningitis diakses 29 Febeuari 2020
Aulia Rizki, 2018

Anda mungkin juga menyukai