Anda di halaman 1dari 15

MODUL KIMIA KLINIK

ENZIM TRANSAMINASE

Tugas ini disusun untuk memenuhi tugas teori dan praktik Mata Kuliah Kimia Klinik II
Semester IV Sarjana Terapan Jurusan Analis Kesehatan

Poltekkes Kemenkes Yogyakarta

Disusun oleh :
RISDA DWI SAFITRI NIM. P07134217030
SEPTIA RAHMAWATI NIM. P07134217033
YANA VANIA FARADILA NIM. P07134217037

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES YOGYAKARTA
JURUSAN ANALIS KESEHATAN
2019
PENDAHULUAN

A. Tujuan Pembelajaran
Materi pembelajaran ini diberikan untuk membekali mahasiswa
mengenai pemeriksaa tes fungsi hati yaitu tes SGOT-SGPT, memahami
prinsip uji dan senyawa yang bereaksi dalam tes SGOT-SGPT serta
mampu mendiagnosa berdasarkan prinsip-prinsip dasar dari uji tersebut.

B. Indikator Pencapaian
Setelah mendapatkan materi pembelajaran ini, mahasiswa
diharapkan untuk memiliki kemampuan dalam:
1. Mengetahui dan memahami apa saja fungsi organ hati
2. Mengetahui dan memahami enzim-ezim yang dihasilkan oleh
hati
3. Mengetahui dan memahami gangguan fungsi hati
4. Mengetahui dan memahami mengenai SGOT-SGPT
5. Mengetahui dan memahami kondisi klinik akibat kelainan
kadar SGOT-SGPT
MATERI PEMBELAJARAN
ENZIM TRANSAMINASE (SGOT-SGPT)
Hati merupakan kelenjar metabolik terbesar yang penting dalam tubuh,
beratnya rata- rata 1500 gram atau 2,5% berat badan pada orang dewasa (Price,
Sylvia Anderson, 2006). Hati mempunyai fungsi yang sangat banyak dan
kompleks yang penting untuk mempertahankan hidup, yaitu :
a. Fungsi pembentukan dan ekskresi empedu
Hal ini merupakan fungsi utama hati. Hati mengekskresikan sekitar satu liter
empedu setiap hari. Garam empedu penting untuk pencernaan dan absorbsi
lemak dalam usus halus.
b. Fungsi metabolik
Hati berperaan penting dalam metabolisme karbohidrat, lemak, protein,
vitamin dan juga memproduksi energi. Hati mengubah amonia menjadi urea,
untuk dikeluarkan melalui ginjal dan usus.
c. Fungsi pertahanan tubuh
Hati mempunyai fungsi detoksifikasi dan fungsi perlindungan. Fungsi
detoksifikasi dilakukan oleh enzim- enzim hati yang melakukan oksidasi,
reduksi, hidrolisis, atau konjugasi zat yang kemungkinan membahayakan
dan mengubahnya menjadi zat yang secara fisiologis tidak aktif. Fungsi
perlindungan dilakukan oleh sel kupfer yang terdapat di dinding sinusoid
hati.
d. Fungsi vaskuler hati
Pada orang dewasa jumlah aliran darah ke hati diperkirakan mencapai 1500
cc tiap menit. Hati berfungsi sebagai ruang penampung dan bekerja sebagai
filter karena letaknya antara usus dan sirkulasi umum.

Hati adalah organ terbesar di dalam tubuh yang terletak disebelah kanan
atas rongga perut, tepat dibawah diafragma (sekat yang membatasi daerah dada
dan perut). Bentuk hati seperti prisma segitiga dengan sudut siku-sikunya
membulat, beratnya sekitar 1,25-1,5 kg dengan berat jenis 1,05. Ukuran hati pada
wanita lebih kecil dibandingkan pria dan semakin kecil pada orang tua, tetapi
tidak berarti fungsinya berkurang. Hati mempunyai kapasitas cadangan yang besar
dan kemampuan untuk regenerasi yang besar pula. Jaringan hati dapat diambil
sampai tiga perempat bagian dan sisanya akan tumbuh kembali sampai ke ukuran
dan bentuk yang normal. Jika hati yang rusak hanya sebagian kecil, belum
menimbulkan gangguan yang berarti.
Kapiler empedu dan kapiler darah di dalam hati saling terpisah oleh
deretan sel-sel hati sehingga darah dan empedu tidak pernah tercampur. Namun,
jika hati terkena infeksi virus seperti hepatitis, sel-sel hati bisa pecah dan
akibatnya darah dan empedu bercampur. Hati berfungsi sebagai faktor biokimia
utama dalam tubuh, tempat metabolisme kebanyakan zat antara. Fungsi hati
normal harus dikonfirmasi sebelum operasi terencana.

Fungsi hati
Seperti ukurannya yang besar, hati juga mempunyai peranan besar dan
memiliki lebih dari 500 fungsi. Berikut ini fungsi-fungsi utama hati :
1. Menampung darah
2. Membersihkan darah untuk melawan infeksi
3. Memproduksi dan mengekskresikan empedu
4. Membantu menjaga keseimbangan glukosa darah (metabolisme karbohidrat)
5. Membantu metabolisme lemak
6. Membantu metabolisme protein
7. Metabolisme vitamin dan mineral
8. Menetralisir zat-zat beracun dalam tubuh (detoksifikasi)
9. Mempertahankan suhu tubuh

Hati mampu mensekresikan enzim-enzim transaminase saat selnya


mengalami gangguan. Transaminase merupakan indikator yang peka pada
kerusakan sel- sel hati (Husadha, 1996). Enzim- enzim tesebut adalah :
a. SGPT (Serum Glutamic Pyruvic Transaminase)/ ALT (Alanine
Aminotransferase)
Enzim ini mengkatalisis pemindahan satu gugus amino antara lain alanin dan
asam alfa-ketoglutarat. Terdapat banyak di hepatosit dan konsentrasinya relatif
rendah di jaringan lain. Kadar normal dalam darah 5- 35 IU/ liter (Amirudin,
2006). SGPT lebih sensitif dibandingkan SGOT (Sacher dan McPerson, 2002).
Pada tikus kadar SGPT normalnya 17,5-30,2 U/I
b. SGOT (Serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase)/ AST (Aspartat
Aminotransaminase)
Enzim ini berfungsi sebagai katalisator reaksi antara asam aspartat dan asam
alfa-ketoglutarat. SGOT terdapat lebih banyak di jantung dibandingkan di hati.
Enzim ini juga terdapat di otot rangka, otak dan ginjal. Kadar normal dalam
darah 10- 40 IU/ liter. Meningkat tajam ketika terjadi perubahan infark
miokardium (Husadha, 1996). Enzim ini kurang spesifik untuk penyakit hati
(Gaze, 2007).
SGOT-SGPT merupakan dua enzim transaminase yang dihasilkan
terutama oleh sel-sel hati. Bila sel-sel liver rusak, misalnya pada kasus hepatitis
atau sirosis, biasanya kadar kedua enzim ini meningkat. Makanya, lewat hasil tes
laboratorium, keduanya dianggap memberi gambaran adanya gangguan pada hati.
Enzim-enzim yang mengatalisis pemindahan reversible satu gugus amino
antara suatu asam amino dan suatu asam alfa-keto disebut aminotransferase, atau
transaminase oleh tata nama lama yang masih popular. Dua aminotransferase yang
paling sering diukur adalah alanine aminotransferase (ALT), yang dahulu disebut
“glutamate-piruvat transaminase” (GPT), dan aspartate aminotransferase (AST),
yang dahulu disebut “glutamate-oxaloacetate transaminase” (GOT). Baik ALT
maupun AST memerlukan piridoksal fosfat (Vitamin B6) sebagai kofaktor. Zat ini
sering ditambahkan ke reagen pemeriksaan untuk meningkatkan pengukuran
enzim-enzim ini seandainya terjadi defisiensi vitamin b6 (misal: hemodialysis,
malnutrisi).
Aminotransferase tersebar luas di tubuh, tetapi terutama banyak dijumpai
di hati, karena peran penting organ ini dalam sintesis protein dan dalam
menyalurkan asam-asam amino ke jalur-jalur biokimiawi lai. Hepatosit pada
dasarnyaa adalah satu-satunya sel dengan konsentrasi ALT yang tinggi,
sedangkan ginjal, jantung, dan otot rangka mengandung kadar sedang. ALT dalam
jumlah yang lebih sedikit dijumpai di pancreas, paru, lima, dan eritrosit. Dengan
demikian, ALT serum memiliki spesifitas yang relative tinggi untuk kerusakan
hati. Sejumlah besar AST terdapat di hati, miokardium, dan otot rangka; eritrosit
juga memiliki AST dalam jumlah sedang. Hepatosit mengandung AST tiga
sampai empat kali lebih banyak daripada ALT.
Aminotransferase merupakan indikator yang baik untuk kerusakan hati
apabila keduanya meningkat. Cedera akut pada hati, seperti karena hepatitis, dapat
menyebabkan peningkatan baik AST maupun ALT menjadi ribuan IU/Liter.
Pengukuran aminotransferase setiap minggu mungkin sangat bermanfaat untuk
memantau perkembangan dan pemulihan hepatitis atau cedera hati lain. Gangguan
hati sendiri bentuknya bermacam-macam, dengan jumlah penderita tak sedikit.
Jumlah pengidap hepatitis C saja sekitar 3% dari populasi. Belum lagi hepatitis A
dan B yang jumlahnya jauh lebih banyak. Apalagi jika ditambah dengan
perlemakan hati, sirosis, intoksikasi obat, fibrosis hati, dan penyakit lain yang
nama-nya jarang kita dengar. Penyakit-penyakit tadi umumnya ditandai dengan
peningkatan angka SGOT-SGPT.
Namun, kedua enzim itu tidak 100% dihasilkan oleh liver. Sebagian kecil
juga diproduksi oleh sel otot, jantung, pankreas, dan ginjal. Itu sebabnya, jika sel-
sel otot mengalami kerusakan, kadar kedua enzim ini pun meningkat. Rusaknya
sel-sel otot bisa disebabkan oleh banyak hal, misalnya aktivitas fisik yang berat,
luka, trauma, atau bahkan kerokan. Ketika kita mendapat injeksi intra muskular
(suntik lewat jaringan otot), sel-sel otot pun bisa mengalami sedikit kerusakan dan
meningkatkan kadar enzim transaminase ini. Pendek kata, ada banyak faktor yang
bisa menyebabkan kenaikan SGOT-SGPT.
Dibandingkan dengan SGOT, SGPT lebih spesifik menunjukkan
ketidakberesan sel hati, karena SGPT hanya sedikit saja diproduksi oleh sel
nonliver. Biasanya, faktor nonliver tidak menaikkan SGOT-SGPT secara drastis.
Umumnya, tidak sampai 100% di atas BAN. Misalnya, jika BAN kadar SGPT
adalah 65 unit/liter (u/l), kenaikan akibat bermain sepakbola lazimnya tak sampai
dua kali lipat. Jika kadarnya melampaui dua kali lipat, ini pertanda mulai
menyalanya lampu merah yang harus diwaspadai. Jangan “sakit hati” jika dokter
curiga kita mengidap sakit hati. BAN sendiri bisa berbeda antarlaboratorium. Jika
pernah tes darah di dua laboratorium yang berbeda, dan mendapatkan BAN yang
berbeda, Anda tak perlu heran. “Batas atas normal tergantung pada reagen dan
alat yang digunakan,” jelas Rino. Di rumah sakit tertentu, BAN kadar SGPT bisa
40 u/l, tapi di klinik lain bisa 65 u/l. Ini hanya masalah teknis pemeriksaan. itu
sebabnya, kita tak bisa menyatakan tinggi rendahnya SGOT-SGPT dari angka
absolut, tetapi dari nilai relatif (dibandingkan dengan BAN).

 SGPT
SGPT atau juga dinamakan ALT (alanin aminotransferase) merupakan
enzim yang banyak ditemukan pada sel hati serta efektif untuk mendiagnosis
destruksi hepatoseluler. Enzim ini dalam jumlah yang kecil dijumpai pada otot
jantung, ginjal dan otot rangka. Pada umumnya nilai tes SGPT/ALT lebih tinggi
daripada SGOT/AST pada kerusakan parenkim hati akut, sedangkan pada proses
kronis didapat sebaliknya. SGPT/ALT serum umumnya diperiksa secara fotometri
atau spektrofotometri, secara semi otomatis atau otomatis.

Nilai rujukan untuk SGPT/ALT adalah :


Laki-laki : 0 - 50 U/L
Perempuan : 0 - 35 U/L
Masalah Klinis
Kondisi yang meningkatkan kadar SGPT/ALT adalah :
 Peningkatan SGOT/SGPT > 20 kali normal : hepatitis viral akut, nekrosis hati
(toksisitas obat atau kimia).
 Peningkatan 3-10 kali normal : infeksi mononuklear, hepatitis kronis aktif,
sumbatan empedu ekstra hepatik, sindrom Reye, dan infark miokard
(SGOT>SGPT).
 Peningkatan 1-3 kali normal : pankreatitis, perlemakan hati, sirosis Laennec,
sirosis biliaris.

Faktor yang dapat mempengaruhi temuan laboratorium :


 Pengambilan darah pada area yang terpasang jalur intra-vena dapat
menurunkan kadar.
 Trauma pada proses pengambilan sampel akibat tidak sekali tusuk kena dapat
meningkatkan kadar.
 Hemolisis sampel.
 Obat-obatan dapat meningkatkan kadar : antibiotik (klindamisin, karbenisilin,
eritromisin, gentamisin, linkomisin, mitramisin, spektinomisin, tetrasiklin),
narkotika (meperidin/demerol, morfin, kodein), antihipertensi (metildopa,
guanetidin), preparat digitalis, indometasin (Indosin), salisilat, rifampin,
flurazepam (Dalmane), propanolol (Inderal), kontrasepsi oral (progestin-
estrogen), lead, heparin.
 Aspirin dapat meningkatkan atau menurunkan kadar.

 SGOT
SGOT atau juga dinamakan AST (Aspartat aminotransferase) merupakan
enzim yang dijumpai dalam otot jantung dan hati, sementara dalam konsentrasi
sedang dijumpai pada otot rangka, ginjal dan pankreas. Konsentrasi rendah
dijumpai dalam darah, kecuali jika terjadi cedera seluler, kemudian dalam jumlah
banyak dilepaskan ke dalam sirkulasi. Pada infark jantung, SGOT/AST akan
meningkat setelah 10 jam dan mencapai puncaknya 24-48 jam setelah terjadinya
infark. SGOT/AST akan normal kembali setelah 4-6 hari jika tidak terjadi infark
tambahan. Kadar SGOT/AST biasanya dibandingkan dengan kadar enzim jantung
lainnya, seperti CK (creatin kinase), LDH (lactat dehydrogenase). Pada penyakit
hati, kadarnya akan meningkat 10 kali lebih dan akan tetap demikian dalam waktu
yang lama. SGOT/AST serum umumnya diperiksa secara fotometri atau
spektrofotometri, semi otomatis menggunakan fotometer atau spektrofotometer,
atau secara otomatis menggunakan chemistry analyzer.

Nilai rujukan untuk SGOT/AST adalah :


Laki-laki : 0 - 50 U/L
Perempuan : 0 - 35 U/L

Masalah Klinis
Kondisi yang meningkatkan kadar SGOT/AST :
 Peningkatan tinggi ( > 5 kali nilai normal) : kerusakan hepatoseluler akut,
infark miokard, kolaps sirkulasi, pankreatitis akut, mononukleosis infeksiosa.
 Peningkatan sedang ( 3-5 kali nilai normal ) : obstruksi saluran empedu, aritmia
jantung, gagal jantung kongestif, tumor hati (metastasis atau primer), distrophia
muscularis.
 Peningkatan ringan ( sampai 3 kali normal ) : perikarditis, sirosis, infark paru,
delirium tremeus, cerebrovascular accident (CVA).
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi temuan laboratorium :
 Injeksi per intra-muscular (IM) dapat meningkatkan kadar SGOT/AST.
 Pengambilan darah pada area yang terpasang jalur intra-vena dapat
menurunkan kadar SGOT/AST.
 Hemolisis sampel darah.
 Obat-obatan dapat meningkatkan kadar : antibiotik (ampisilin, karbenisilin,
klindamisin, kloksasilin, eritromisin, gentamisin, linkomisin, nafsilin, oksasilin,
polisilin, tetrasiklin), vitamin (asam folat, piridoksin, vitamin A), narkotika
(kodein, morfin, meperidin), antihipertensi (metildopa/aldomet, guanetidin),
metramisin, preparat digitalis, kortison, flurazepam (Dalmane), indometasin
(Indosin), isoniazid (INH), rifampin, kontrasepsi oral, teofilin. Salisilat dapat
menyebabkan kadar serum positif atau negatif yang keliru.
Latihan Soal
1. Transaminase merupakan indikator yang peka pada …
a. Perkembangan sel hati
b. Pekembangan sel pankreas
c. Pertumbuhan sel pankreas
d. Kerusakan sel hati
e. Kerusakan sel pankreas

2. Berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium, bila sel-sel hati mengalami


kerusakan maka …
a. Enzim SGPT dan SGOT menurun
b. Enzim SGPT dan SGOT meningkat
c. Enzim SPGT meningkat dan SGOT menurun
d. Enzim SGPT menurun dan SGOT meningkat
e. Enzim SGPT meningkat dan SGOT tetap

3. Berikut ini hal-hal yang menyebabkan peningkatan sedang (3-5 kali nilai
normal) angka SGOT, diantaranya …
a. Obstruksi saluran empedu, aritmia jantung, gagal jantung kongestif,
tumor hati
b. Gagal jantung kongestif, tumor hati, pankreatitis akut,
c. Kerusakan hepatoseluler akut, infark miokard, kolaps sirkulasi
d. Infark miokard, kolaps sirkulasi, , sirosis, infark paru
e. Perikarditis, sirosis, infark paru, delirium tremeus, aritmia jantung

4. Nilai normal atau nilai rujukan SGPT untuk Laki-laki adalah…


a. 0 - 50 U/L
b. 0 - 45 U/L
c. 0 - 40 U/L
d. 0 - 35 U/L
e. 0 - 30 U/L
5. Nilai rujukan SGOT untuk perempuan adalah
a. 0 - 50 U/L
b. 0 - 45 U/L
c. 0 - 40 U/L
d. 0 - 35 U/L
e. 0 - 30 U/L

6. Seorang wanita berusia 45 tahun datang ke sebuah laboratorium dengan


membawarujukan dari dokter. Wanita ini mengalami berbagai keluhaan
diantaranya nyeri pada uluhati, lambung terasa penuh, mual, dan sulit
buang air besar. Pemeriksaan apa yang bisamenunjang diagnosa
mengingat keluhan wanita tersebut adalah kemungkinan besarmengalami
kekurangan enzim didalam tubuhnya.

1) SGOT
2) Kreatinin Klirens
3) SGPT
4) Alkali Phospatase

Jawaban :
a. 1 dan 2
b. 1 dan 3
c. 1 dan 4
d. 2 dan 3
e. 2 dan 4

7. Seorang perempuan berusia 24 tahun datang ke puskesmas untuk


memeriksakandirinya.Perempuan tersebut mengatakan bahawa urinnya
seperti warna air teh sejak 2minggu yang lalu, serta muka pasien terlihat
pucat, kuning, konjuntiva pucat, skleraikterik, dan kuku terlihat kuning.
Pemeriksaan apakah yang harus dilakukan seoranganalis
untuk menegakkan diagnosa pada keadaan pasien tersebut ?
a. Bilirubin urin dan Glukosa darah
b. SGOT dan SGPT , Bilirubin serum atau Bilirubin urin.
c. SGPT, albumin dan kreatinid
d. SGOT dan SGPT, ureume
e. Bilirubin serum dan hitung jenis leukosit

8. Seorang pasien datang ke rumah sakit dengan keluhan demam, kehilangan


nafsu makan, perut sering mual, warna kulit dan putih mata menjadi
kuning, kemudian terasa nyeri di daerah hati. Seorang dokter di rumah
sakit tersebut mencurigai bahwa pasien tersebut memiliki keruskan hati.
Pemeriksaan kimia klinik apa yang tepat untuk menegakkan diagnosa
tersebut
a. HbsAg, SGOT dan SGPT
b. Bilirubin, SGOT dan SGPT
c. IgM dan IgG
d. SGOT, SGPT dan urea
e. SGOT, SGPT dan keatinin

9. Seorang pria 40 tahun dirawat di rumas sakit dengan keluhan mual,


muntah sejak 3 hari lalu. Pasien mengatakan nyeri pada ulu hati dan
terlihat warna pasa selera dan kulit berwarna kuning. Dari hasil
pemeriksaan fisik, ada pembesaran hati dan nyeri ketika ditekan pada area
hati. Dari data tersebut, pasien didiagnosa hepatitis.
Apakah pemeriksaan laboratorium untuk menunjang diagosa tersebut
a. Kadar ureum kreatinin
b. LED dan Hb
c. Bilirubin dan kreatinin
d. SGOT, SGPT
e. Bilirubin dan LED
10. Data pengukuran enzim SGOT/AST didapatkan kadar -15 U/L, terlihat
ada flag, pemeriksaan tidak linear dan grafik pengukuran selama 60 detik
terlihat titik-titik pengukuran menutun patah seperti huruf L tidak rata.
Linearitas pengukuran kit merk yang digunakan 600 U/L. Tersisa serum
hanya 400µL dan alat dapat mengkur bila 500µL serum tersedia, apa yang
harus dilakukan analis untuk kasus ini?
a. Pengerjaan sampel tidak dapat dilanjutkan karena sampel kurang
b. Tetap melakukan pemeriksaan dengan 400µL sampel tanpa diencerkan
c. Tetap melaporkan hasil yang ada
d. Serum diencerka 10x lalu diperiksa hasilnya dikali 10
e. Serum diencerka 10x lalu diperiksa hasilnya dikali 100
DAFTAR PUSTAKA
Anna Poedjiadi, 1994, Dasar-Dasar Biokimia, UI Press, Jakarta.

Baron, D.N, 1990, Patologi Klinik, Ed IV, Terj. Andrianto P dan Gunakan J,
Penerbit EGC, Jakarta.

Frances K. Widmann, alih bahasa : S. Boedina Kresno, dkk.,1992, Tinjauan Klinis


Atas Hasil Pemeriksaan Laboratorium, EGC, Jakarta.

Guyton, A.C, 1983, Buku Teks Fisiologi Kedokteran, edisi V, bagian 2,


terjemahan Adji Dharma et al.,E.G.C., Jakarta.

Hardjoeno. 2004 . Substansi dan Cairan Tubuh. Lembaga Penerbitan Universitas


Hasanuddin.

Joyce LeFever Kee, 2007, Pedoman Pemeriksaan Laboratorium & Diagnostik,


edisi 6, EGC, Jakarta.

Mansjur Hawab, 2003, Pengantar Biokimia, Bayumedia Publishing, Malang.

Mc Pherson, A. R., & Sacher, A. R. (2004). Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan


Laboratorium. Jakarta: Panerbit Buku Kedokteran EGC.

M.J. NEAL, (2007). Farmakologis Medis. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Perhimpunan Dokter Spesialis Patologi Klinik Cabang Jakarta, 2004, SI Units :


Tabel Konversi Sisten Satuan SI – Konvensional dan Nilai Rujukan
Dewasa – Anak Parameter Laboratorium Klinik, Jakarta.

The Royal College of Pathologists of Australasia, 1990, Manual of Use and


Interpretation of Pathology Test, Griffin Press Ltd., Netley, Australia.

Anda mungkin juga menyukai