D
lepas dari kesalahan-kesalahan yang sering terjadi di laboratorium. Pada Topik 1 ini
diharapkan Anda mempunyai kompetensi dalam mengidentifikasi kesalahan-
kesalahan teknik, seperti kesalahan acak dan kesalahan sistematik. Secara umum kesalahan-
kesalahan yang mempengaruhi hasil pemeriksaan laboratorium dikelompokkan menjadi:
1. Pra analitik
a. Ketatausahaan (clerical)
b. Persiapan penderita (patient Praparation)
c. Pengumpulan spesimen (specimen Collection)
d. Penanganan sampel (sampling handling)
2. Analitik
a. Reagen (reagents)
b. Peralatan (instruments)
c. Kontrol & bakuan (control & standard)
d. Metode analitik (analytical method)
e. Ahli Teknologi (Technologist)
3. Pasca analitik
a. Perhitungan (calculation)
b. Cara menilai (method evaluation)
c. Ketatausahaan (clerical)
d. Penanganan informasi (information handling) (Kahar, 2005).
1
Tahap-tahap pemeriksaan spesimen di laboratorium mulai dari tahap pra analitik lalu
tahap analitik dan yang terakhir tahap pasca analitik, yang dapat dilihat pada gambar di
bawah ini.
Pada setiap tahap selalu ada peluang untuk terjadinya kesalahan, baik kesalahan yang
tidak dapat dihindari maupun kesalahan yang sulit untuk diatasi. Kesalahan yang terjadi pada
tahap pra analitik adalah yang terbesar, yaitu dapat mencapai 68%, sedangkan kesalahan
pada tahap analitik sekitar 13%, dan pada tahap pasca analitik kesalahannya sekitar 19%
(Usman, 2015).
Kesalahan yang terjadi di laboratorium selama proses pemeriksaan, dikelompokkan
menjadi 2 jenis kesalahan analitik, yaitu kesalahan teknik dan kesalahan non teknik.
Kesalahan teknis sering terjadi pada tahap analitik, yaitu berhubungan dengan reagensia,
peralatan, bahan kontrol, metode pemeriksaan yang digunakan dan pada tenaga ATLM.
Kesalahan ini sering terjadi pada saat proses pemeriksaan berlangsung, yaitu dapat berupa
kesalahan acak dan kesalahan sistematik.
Kesalahan non teknis sering terjadi pada tahap pra analitik dan pasca analitik. Pada
tahap pra analitik kesalahan yang terjadi berhubungan dengan ketatausahaan, persiapan
pasien, pengumpulan spesimen, dan penanganan spesimen. Pada tahap pasca analitik
kesalahan sering terjadi pada penghitungan hasil (jika masih menghitung cara manual) dan
pada saat penulisan hasil. (Santoso, Witono, dkk, 2008). Kesalahan non teknik akan dibahas
lebih lanjut pada Topik 2 bab ini.
A. KESALAHAN TEKNIK
1. Reagen (Reagents)
Reagen adalah zat kimia yang digunakan dalam suatu reaksi untuk mendeteksi,
mengukur, memeriksa dan menghasilkan zat lain.
3
a. Menurut tingkat kemurniannya reagen/zat kimia dibagi menjadi:
1) Reagen tingkat analitis (Analytical Reagen/ AR)
Reagen tingkat analitis adalah reagen yang terdiri atas zat-zat kimia yang
mempunyai kemurnian sangat tinggi. Kemurniannya dicantumkan pada
botol/wadahnya. Penggunaan bahan kimia ini tidak dapat digantikan dengan
bahan kimia tingkat lain.
2) Zat kimia tingkat lain
Zat kimia ini tersedia dalam tingkatan dan penggunaan yang berbeda, yaitu:
a. Tingkat kemurnian kimiawi (Chemically Pure Grade)
b. Tingkat praktis (Practical Grade)
c. Tingkat komersil (Commercial Grade)
Merupakan zat kimia yang bebas diperjualbelikan dipasaran, seperti alkohol
70%.
d. Tingkat teknis (Technical Grade)
Umumnya zat kimia tingkat ini digunakan pada industri kimia
Zat kimia yang mempunyai tingkat kemurnian kimiawi (Chemically Pure Grade) yang
hanya dapat digunakan sebagai reagensia di laboratorium, sedangkan zat kimia lainnya
(practical grade, commercial grade, technical grade) tidak perbolehkan (Depkes, 2008).
4
Kerugian reagen buatan sendiri:
Sulit distandarisasi
Biasanya tidak melalui uji Quality Control (QC)
Tidak dapat ditentukan stabilitasnya (Depkes, 2008).
2. Peralatan (instruments)
Setiap peralatan harus dilengkapi dengan petunjuk penggunaan (instruction manual)
yang disediakan oleh pabrik yang memproduksi alat tersebut. Petunjuk penggunaan tersebut
pada umumnya memuat cara operasional dan hal-hal lain yang harus diperhatikan (Depkes,
2008).
Cara penggunaan/pengoperasian masing-masing jenis peralatan laboratorium harus
ditulis dalam instruksi kerja. Setiap peralatan harus dilakukan pemeliharaan (maintenance)
sesuai dengan petunjuk penggunaan, yaitu agar diperoleh kondisi yang optimal, dapat
beroperasi dengan baik dan tidak terjadi kerusakan. Kegiatan pemeliharaan harus dilakukan
secara rutin. Setiap alat harus mempunyai kartu pemeliharaan yang diletakkan dekat alat
tersebut, kartu ini berisi catatan setiap tindakan pemeliharaan yang dilakukan dan kelainan-
kelainan yang ditemukan. Bila terjadi kerusakan/kelainan pada alat, maka segera dilaporkan
kepada penanggung jawab alat tersebut untuk dilakukan perbaikan (Depkes, 2008).
Keuntungan melakukan pemeliharaan alat (maintenance) akan diperoleh:
a. Peningkatan kualitas produksi
b. Peningkatan keamanan kerja
c. Pencegahan produksi yang tiba-tiba berhenti
d. Penekanan waktu luang/pengangguran bagi tenaga pelaksana
e. Penurunan biaya perbaikan (Depkes, 2008).
5
Bahan kontrol dapat dibedakan berdasarkan:
a. Sumber bahan kontrol
Berdasarkan sumbernya, bahan kontrol dapat berasal dari manusia, binatang atau
bahan kimia murni. Untuk pemeriksaan spesimen dari manusia, sebaiknya
menggunakan bahan kontrol dari manusia. Karena dalam bahan kontrol yang berasal
dari binatang ada beberapa zat yang berbeda dengan spesimen dari manusia.
b. Bentuk bahan kontrol
Menurut bentuk bahan kontrol ada yang berupa: bentuk cair, bentuk padat bubuk
(liofilisat) dan bentuk strip. Bentuk liofilisat lebih stabil dan tahan lama dibandingkan
bentuk cair. Bahan kontrol bidang kimia klinik, hematologi dan imunoserologi
umumnya menggunakan bentuk cair dan liofilisat. Bidang urinealisa menggunakan
bentuk cair, liofilisat dan strip.
c. Cara pembuatan bahan kontrol
Bahan kontrol dapat dibuat sendiri atau dibeli dalam bentuk jadi. Bahan kontrol yang
dibuat sendiri dapat menggunakan bahan dari manusia (serum, lisat) atau
menggunakan bahan kimia murni. Bahan kontrol yang diambil manusia harus bebas
dari penyakit menular lewat darah, seperti HIV, hepatitis, HCV dan lain-lain.
6
Bahan kontrol yang sudah jadi (komersial), yaitu:
1) Unassayed
Merupakan bahan kontrol yang tidak memiliki nilai rujukan sebagai tolak ukur.
Nilai rujukan dapat diperoleh setelah dilakukan periode pendahuluan. Biasanya
dibuat kadar normal/abnormal (abnormal tinggi atau abnormal rendah).
Keuntungan bahan kontrol
2) Assayed
Merupakan bahan kontrol yang diketahui nilai rujukannya serta batas toleransi
menurut metode pemeriksaannya. Hanya bahan kontrol ini lebih mahal. Bahan
kontrol ini dapat digunakan untuk akurasi kontrol, selain itu dapat digunakan
untuk menilai alat dan cara baru.
7
2) IFCC (International Federation of Clinical Chemistry)
Meliputi pemeriksaan kimia klinik
3) NCCLS (National Comittee for Clinical Laboratory Standards)
Meliputi pemeriksaan mikrobiologi
4) ICSH (International Comittee for Standarisationin Hematology)
Meliputi pemeriksaan hematologi
Metode pemeriksaan dan prosedur kerjanya harus sesuai dengan persyaratan standar,
diantaranya:
1) Penerimaan, identifikasi, labeling, penanganan, pengambilan dan penyimpanan
spesimen dan bahan kontrol.
2) Spesifikasi spesimen yang akan diperiksa
3) Metode analisa baik rekomendasi nasional maupun internasional termasuk
metode baku (referensi).
4) Metode-metode lain yang perlu dipertimbangkan oleh pihak klien dan
laboratorium (Imankhasani, 2005)
8
a. Kesalahan Acak (Random Error)
Kesalahan acak (random error) disebabkan oleh faktor-faktor yang secara
acak/random berpengaruh pada proses pengukuran. Kesalahan ini bersumber dari variasi
yang bersifat acak dan dapat terjadi diluar kendali personil yang melakukan pengukuran.
Kesalahan jenis ini menunjukkan tingkat ketelitian (prasisi) pemeriksaan. Kesalahan ini akan
tampak pada pemeriksaan yang dilakukan berulang pada sampel yang sama dan hasilnya
bervariasi, kadang-kadang lebih besar, kadang-kadang lebih kecil dari nilai seharusnya. Hasil
pengukuran berulang tersebut akan terdistribusi di sekitar nilai sebenarnya (true value), dan
mengikuti distribusi normal (Gausian). Faktor kesalahan acak ini sebenarnya dapat dikurangi
dengan melakukan banyak pengulangan pengukuran. Kesalahan acak dapat ditentukan
dengan menggunakan metode statistic (Santoso, 2008; Depkes, 2008).
Kesalahan ini merupakan kesalahan dengan pola yang tidak tetap. Penyebab
kesalahan ini adalah ketidakstabilan, misalnya pada penangas air, reagen, pipet, dan lain-
lain. Kesalahan ini berhubungan dengan prasisi/ketelitian.
Kesalahan acak dalam analitik seringkali disebabkan oleh hal berikut:
1) instrumen yang tidak stabil
2) variasi temperatur, variasi reagen dan kalibrasi
3) variasi teknik pada prosedur pemeriksaan (pipetasi, pencampuran, waktu
inkubasi)
4) variasi operator/analis
Selain beberapa hal tersebut, ada penyebab lain yang dapat menyebabkan kesalahan
acak seperti fluktuasi tegangan listrik dan kondisi lingkungan (Santoso, 2008; Depkes, 2008).
9
pengulangan pengukuran. Dalam prakteknya, kesalahan ini sangat sulit untuk
diidentifikasi/ditentukan (Santoso, 2008; Depkes, 2008).
Kesalahan sistematik umumnya disebabkan oleh hal-hal berikut ini:
1) Spesifitas reagen rendah (mutu rendah)
2) Kelemahan metode pemeriksaan
3) Blangko sampel dan blangko reagen kurang tepat (kurva kalibrasi tidak
4) liniear)
5) Mutu reagen kalibrasi kurang baik
6) Alat bantu (pipet) yang kurang akurat
7) Panjang gelombang yang dipakai
8) Salah cara melarutkan reagen
10
Tabel 3.2. Contoh kesalahan sistematik proporsional
11
Jenis Kesalahan Cara meminimalkan kesalahan
Untuk mengatasi kesalahan acak yang terjadi di laboratorium, perlu dilakukan suatu upaya agar
kesalahan tersebut dapat diminimalisir, sehingga didapatkan hasil laboratorium yang andal dan
dipercaya. Di bawah ini adalah alur pemecahan masalah untuk kesalahan acak.
12
Gambar 3.2. Alur pemecahan masalah untuk kesalahan
acak (sumber: PPDS, 2015)
Di bawah ini adalah alur pemecahan masalah untuk kesalahan sistematik, agar didapatkan hasil
laboratorium yang andal dan dipercaya
13
Latihan
Latihan
14
Ringkasan
Secara umum kesalahan-salahan yang mempengaruhi hasil
pemeriksaan laboratorium dikelompokkan menjadi 3 tahap, yaitu:
1. Tahap Pra analitik
2. Tahap Analitik
3. Tahap Pasca analitik
Kesalahan teknik yang merupakan kesalahan analitik dilaboratorium terdiri dari 2 jenis
kesalahan, yaitu:
Tes 1
15
2) Kesalahan teknik/analitik yang terjadi di laboratorium, umumnya
dipengaruhi faktor- faktor ....
A. Reagen, bahan kontrol dan metode analitik
B. Metode analitik dan cara menilai
C. Reagen, pengumpulan spesimen dan teknisi laboratorium
D. Metode analitik dan penanganan sampel
16
A. Tingkat komersil
B. Tingkat kemurnian kimiawi
C. Tingkat teknis
D. Tingkat praktis
17
Sumber Kesalahan Non Teknik
kesalahan yang dapat terjadi selama proses pemeriksaan di
laboratorium, terbagi dalam 2 jenis kesalahan, yaitu:
1. Kesalahan teknik
Kesalahan teknik sering terjadi pada tahap analitik
2. Kesalahan non teknik
Kesalahan non teknik sering terjadi pada tahap pra analitik dan pasca analitik.
18
Ada beberapa kesalahan yang mempengaruhi hasil pemeriksaan laboratorium
dalam tahap pra analitik, yaitu:
a. Ketatausahaan (clerical)
b. Persiapan penderita (patient preparation)
c. Pengumpulan spesimen (specimen collection)
d. Penanganan sampel (sampling handling) (Kahar, 2005).
Tahap pra analitik merupakan langkah pertama dalam proses pengujian spesimen
pasien, dimana pada tahap ini dilakukan mulai dari persiapan, pengambilan sampai
pengolahan spesimen. Kesalahan pada tahap pra analitik
adalah yang terbesar jika dibandingkan dengan tahap analitik maupun pasca
analitik. Kesalahannya sampai 68%, dikarenakan tahap pra analitik sulit dikendalikan,
contohnya pada persiapan pasien. Laboratorium sulit mengendalikan hal ini, karena
banyak faktor yang mempengaruhi kondisi pasien.
a. Ketatausahaan (Clerical)
19
2) Obat-obatan
Obat-obatan dapat menyebabkan respon tubuh terhadap obat tersebut. Obat yang
diberikan secara intramuskuler dapat menimbulkan jejas pada otot sehingga enzim
pada otot akan masuk ke dalam darah, yang selanjutnya akan mempengaruhi
pemeriksaan seperti Creatinin Kinase (CK) dan Lactic dehydrogenase (LDH).
3) Aktivitas fisik
Aktivitas fisik dapat menyebabkan:
a) Peningkatan kadar glukosa darah.
b) Perubahan kadar substrat dan ezim, seperti konsentrasi gas darah, kadar
asam urat, kreatinin,CK, LDH, LED, Hb, hitung sel darah dan produksi urine.
4) Demam
Pada waktu demam akan:
a) Terjadi peningkatan gula darah akibat meningkatnya pelepasan insulin.
b) Terjadi penurunan kadar kolesterol dan trigiserida pada awal demam karena
meningkatnya metabolisme lemak. Pada demam yang sudah lama terjadi
peningkatan asam lemak bebas dan benda-benda keton karena penggunaan
lemak yang meningkat.
c) Lebih mudah menemukan parasit malaria dalam darah.
d) Terjadi reaksi anamnestik yang menyebabkan kenaikan titer widal.
5) Trauma
Trauma dengan luka perdarahan menyebabkan penurunan kadar substrat maupun
aktivitas enzim, termasuk kadar Hb, hematokrit dan produksi urine. Hal ini terjadi
karena pemindahan cairan tubuh ke dalam pembuluh darah sehingga darah
menjadi encer. Pada tingkat lanjut akan terjadi peningkatan kadar ureum, kreatinin
serta enzim-enzim dalam otot.
6) Variasi harian
Pada tubuh manusia terjadi perbedaan kadar zat-zat tertentu dari waktu ke waktu
yang disebabkan oleh fluktuasi harian (variasi diurnal), seperti:
a) Kadar besi serum yang diambil sore hari akan lebih tinggi daripada pagi hari.
b) Kadar insulin akan mencapai puncaknya pada pagi hari, sehingga bila tes
toleransi glukosa dilakukan pada siang hari, maka hasilnya akan lebih tinggi
daripada bila dilakukan pada pagi hari.
c) Aktivitas enzim sering berfluktuasi, disebabkan kadar hormon yang berbeda
dari waktu ke waktu.
20
2) Volume mencukupi
3) Kondisi baik : tidak lisis, segar/tidak kadaluwarsa, tidak berubah warna,
tidak berubah bentuk, steril (untuk kultur kuman)
4) Pemakaian antikoagulan atau pengawet tepat
5) Ditampung dalam wadah yang memenuhi syarat
6) Identitas benar sesuai dengan data pasien
2) Volume spesimen
21
Volume spesimen yang diambil harus mencukupi kebutuhan pemeriksaan
laboratorium yang diminta atau dapat mewakili objek yang diperiksa.
22
5) Pengawet spesimen
Beberapa spesimen membutuhkan bahan tambahan berupa bahan pengawet atau
antikoagulan. Kesalahan dalam pemberian pengawet/antikoagulan tersebut dapat
mempengaruhi hasil pemeriksaan. Bahan pengawet/antikoagulan yang dipakai
harus memenuhi persyaratan yaitu tidak mengganggu atau mengubah kadar zat
yang akan diperiksa (Depkes, 2008).
Beberapa contoh pengawet/ anti koagulan, jenis spesimen, volume spesimen,
wadah dan stabilitasnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 3.4. Beberapa spesimen dengan jenis antikoagulan/ pengawet dan wadah
yang dipakai untuk pemeriksaan laboratorium dengan stabilitasnya
Jenis spesimen
pemeriksaan Antikoagulan/ wadah Stabilitas
Jenis Jumlah pengawet
Hematologi
Hematokrit Darah 1 ml K2/K3 - EDTA G/P Suhu Kamar (6 jam
1-1,5 mg/m darah
LED Darah 1 ml K2/K3 - EDTA G/P Suhu Kamar (2 jam)
Westergren 1-1,5 mg/m darah
LED Wintrobe Darah 1 ml K2/K3 - EDTA G/P Suhu Kamar (2 jam)
1-1,5 mg/m darah
Lekosit, hitung Darah 2 ml K2/K3 - EDTA G/P Suhu Kamar (2 jam)
Jumlah 1-1,5 mg/m darah
Jenis spesimen
pemeriksaan Antikoagulan/ wadah Stabilitas
Jenis Jumlah pengawet
Hematologi
Hematokrit Darah 1 ml K2/K3 - EDTA G/P Suhu Kamar (6 jam
1-1,5 mg/m darah
LED Darah 1 ml K2/K3 - EDTA G/P Suhu Kamar (2 jam)
Westergren 1-1,5 mg/m darah
LED Wintrobe Darah 1 ml K2/K3 - EDTA G/P Suhu Kamar (2 jam)
23
1-1,5 mg/m darah
Lekosit, hitung Darah 2 ml K2/K3 - EDTA G/P Suhu Kamar (2 jam)
Jumlah 1-1,5 mg/m darah
24
Jenis spesimen Antikoagulan/
pemeriksaan Jenis Jumlah pengawet wadah Stabilitas
25
Jenis specimen Antikoagulan/ wadah Stabiltas
pemeriksaan pengawet
Jenis Jumlah
TOKSIKOLOGI
Obat
Bahan Napza Serum 2ml G tutup ulir 2-8oC (2-3 hari),
Doping Freezer
Toksin
Pestisida Darah & Darah 10 ml
Logam berat serum Urine 50 ml
Air bersih Air 1000 ml G/P 4 jam
24 jam
URINALISA
Pemeriksaan urine Urine Na Sitrat 1 % P 20-25oC (4 hari)
24 jam
PARASITOLOGI
dan
MIKROBIOLOGI
2 tetes --
Malaria Darah segar kapiler
(tetes tebal)
Mikrofilaria Darah segar / 2 tetes Na2 EDTA 1- -- Langsung
darah 1,5mg/ml dikerjakan
darah
26
Jenis specimen Antikoagulan/ wadah Stabiltas
pemeriksaan Jenis Jumlah pengawet
Candida Sekret Secukupnya
vagina
27