Anda di halaman 1dari 27

Sumber Kesalahan Teknik

alam pendahuluan telah disampaikan bahwa hasil pemeriksaan laboratorium tidak

D
lepas dari kesalahan-kesalahan yang sering terjadi di laboratorium. Pada Topik 1 ini
diharapkan Anda mempunyai kompetensi dalam mengidentifikasi kesalahan-
kesalahan teknik, seperti kesalahan acak dan kesalahan sistematik. Secara umum kesalahan-
kesalahan yang mempengaruhi hasil pemeriksaan laboratorium dikelompokkan menjadi:
1. Pra analitik
a. Ketatausahaan (clerical)
b. Persiapan penderita (patient Praparation)
c. Pengumpulan spesimen (specimen Collection)
d. Penanganan sampel (sampling handling)
2. Analitik
a. Reagen (reagents)
b. Peralatan (instruments)
c. Kontrol & bakuan (control & standard)
d. Metode analitik (analytical method)
e. Ahli Teknologi (Technologist)
3. Pasca analitik
a. Perhitungan (calculation)
b. Cara menilai (method evaluation)
c. Ketatausahaan (clerical)
d. Penanganan informasi (information handling) (Kahar, 2005).

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi telah banyak melahirkan


inovasi di laboratorium klinik. Banyak metode manual telah diubah menjadi otomatisasi
untuk mendapatkan hasil laboratorium yang cepat dan akurat. Namun laboratorium tidak
terlepas dari kerjasama dengan klinisi yang membutuhkan hasil laboratorium dalam
menetapkan diagnosa pasiennya. Upaya untuk mendapatkan hasil laboratorium yang andal
dalam tahap analitik, harus diiringi dengan tahap pra analitik dan pasca analitik yang benar.
Prosedur yang tepat pada tahap pra analitik dan pasca analitik sama pentingnya, tahap
dimana persiapan, pengambilan dan pengolahan spesimen (pra analitik) dan tahap setelah
spesimen dianalisis di laboratorium (pasca analitik) memberikan kontribusi yang besar untuk
keandalan hasil laboratorium (Usman, 2015).

1
Tahap-tahap pemeriksaan spesimen di laboratorium mulai dari tahap pra analitik lalu
tahap analitik dan yang terakhir tahap pasca analitik, yang dapat dilihat pada gambar di
bawah ini.

Gambar 3.1. Tahap-tahap proses pemeriksaan di laboratorium


(Sumber: Usman, 2015)

Pada setiap tahap selalu ada peluang untuk terjadinya kesalahan, baik kesalahan yang
tidak dapat dihindari maupun kesalahan yang sulit untuk diatasi. Kesalahan yang terjadi pada
tahap pra analitik adalah yang terbesar, yaitu dapat mencapai 68%, sedangkan kesalahan
pada tahap analitik sekitar 13%, dan pada tahap pasca analitik kesalahannya sekitar 19%
(Usman, 2015).
Kesalahan yang terjadi di laboratorium selama proses pemeriksaan, dikelompokkan
menjadi 2 jenis kesalahan analitik, yaitu kesalahan teknik dan kesalahan non teknik.
Kesalahan teknis sering terjadi pada tahap analitik, yaitu berhubungan dengan reagensia,
peralatan, bahan kontrol, metode pemeriksaan yang digunakan dan pada tenaga ATLM.
Kesalahan ini sering terjadi pada saat proses pemeriksaan berlangsung, yaitu dapat berupa
kesalahan acak dan kesalahan sistematik.
Kesalahan non teknis sering terjadi pada tahap pra analitik dan pasca analitik. Pada
tahap pra analitik kesalahan yang terjadi berhubungan dengan ketatausahaan, persiapan
pasien, pengumpulan spesimen, dan penanganan spesimen. Pada tahap pasca analitik
kesalahan sering terjadi pada penghitungan hasil (jika masih menghitung cara manual) dan
pada saat penulisan hasil. (Santoso, Witono, dkk, 2008). Kesalahan non teknik akan dibahas
lebih lanjut pada Topik 2 bab ini.

A. KESALAHAN TEKNIK

Pemeriksaan sampel pasien di laboratorium klinik pada dasarnya adalah kegiatan


pengukuran analit yang terkandung di dalam sampel tersebut dengan suatu instrumen dan
2
metode tertentu untuk mengetahui kadar/jumlah analit yang dimaksud. Pengukuran
dilakukan untuk mengetahui kadar atau jumlah kandungan analit tertentu. Misalkan pada
pengukuran kandungan biokimia darah, dilakukan untuk mengetahui kadar glukosa darah,
kadar protein darah, kadar lemak darah dan lain-lain. Pada pengukuran jumlah sel-sel darah,
dilakukan untuk mengetahui jumlah sel darah putih (lekosit), jumlah sel darah merah
(eritrosit), jumlah sel trombosit dan kandungan kadar hemoglobin dalam darah, serta pada
pengukuran kandungan (titer) antibodi atau antigen yang ada dalam tubuh seseorang.
Kegiatan pengukuran tersebut pada dasarnya adalah untuk mengetahui seberapa
banyak kadar/kandungan analit yang terdapat dalam sampel pasien. Kegiatan pengukuran
ini merupakan pekerjaan rutin di laboratorium yang dilaksanakan oleh tenaga Ahli Teknologi
Laboratorium Medik (ATLM). Pengukuran/pemeriksaan merupakan kegiatan yang
dilaksanakan dalam tahap analitik. Setiap hasil pengukuran/pemeriksaan spesimen di
laboratorium akan selalu mengandung kesalahan/error. Tidak ada pengukuran yang bebas
dari kesalahan. Kesalahan ini disebut kesalahan teknik, yaitu kesalahan yang timbul pada
saat melaksanakan pemeriksaan di labortaorium. Kesalahan teknik merupakan kesalahan
yang sudah melekat, bersifat alamiah, selalu ada pada setiap pemeriksaan dan seakan-akan
tidak mungkin dapat dihindari. Usaha perbaikan hanya dapat memperkecil kesalahan tapi
tidak mungkin menghilangkannya, misalnya kesalahan dalam mengatur panjang gelombang
pada fotometer atau kesalahan dalam mengatur suhu waterbath atau kesalahan dalam
pengenceran larutan standar (Depkes, 2008; Santoso, 2008).
Kesalahan teknik atau kesalahan analitik yang terjadi di laboratorium, umumnya
dipengaruhi faktor sebagai berikut:
1) Reagen (reagents)
2) Peralatan (instruments)
3) Kontrol & bakuan (control & standard)
4) Metode analitik (analytical method)
5) Ahli Teknologi (Technologist)

1. Reagen (Reagents)
Reagen adalah zat kimia yang digunakan dalam suatu reaksi untuk mendeteksi,
mengukur, memeriksa dan menghasilkan zat lain.

3
a. Menurut tingkat kemurniannya reagen/zat kimia dibagi menjadi:
1) Reagen tingkat analitis (Analytical Reagen/ AR)
Reagen tingkat analitis adalah reagen yang terdiri atas zat-zat kimia yang
mempunyai kemurnian sangat tinggi. Kemurniannya dicantumkan pada
botol/wadahnya. Penggunaan bahan kimia ini tidak dapat digantikan dengan
bahan kimia tingkat lain.
2) Zat kimia tingkat lain
Zat kimia ini tersedia dalam tingkatan dan penggunaan yang berbeda, yaitu:
a. Tingkat kemurnian kimiawi (Chemically Pure Grade)
b. Tingkat praktis (Practical Grade)
c. Tingkat komersil (Commercial Grade)
Merupakan zat kimia yang bebas diperjualbelikan dipasaran, seperti alkohol
70%.
d. Tingkat teknis (Technical Grade)
Umumnya zat kimia tingkat ini digunakan pada industri kimia
Zat kimia yang mempunyai tingkat kemurnian kimiawi (Chemically Pure Grade) yang
hanya dapat digunakan sebagai reagensia di laboratorium, sedangkan zat kimia lainnya
(practical grade, commercial grade, technical grade) tidak perbolehkan (Depkes, 2008).

b. Menurut cara pembuatannya, dibagi menjadi:


1) Reagen jadi (reagen komersial)
Reagen komersial yaitu reagen yang dibuat oleh pabrik, reagen ini
direkomendasikan sebagi pilihan utama. Jika tidak ada reagen komersial, maka
diperbolehkan menggunakan reagen buatan sendiri.
2) Reagen buatan sendiri
Keuntungan reagen buatan sendiri:
 Dapat dibuat segar sehingga penundaan dan kerusakan akibat transportasi
dan penyimpanan dapat dihindari.
 Penggunaan zat pengawet dapat dihindari.
 Bila timbul masalah, pemecahannya lebih mudah sebab proses
pembuatannya diketahui.
 Bila reagen rusak atau terkontaminasi, maka dapat segera membuat
reagen tersebut. Tidak perlu menunggu pemgiriman reagen tersebut.
 Penghematan dari segi biaya.

4
Kerugian reagen buatan sendiri:
 Sulit distandarisasi
 Biasanya tidak melalui uji Quality Control (QC)
 Tidak dapat ditentukan stabilitasnya (Depkes, 2008).

2. Peralatan (instruments)
Setiap peralatan harus dilengkapi dengan petunjuk penggunaan (instruction manual)
yang disediakan oleh pabrik yang memproduksi alat tersebut. Petunjuk penggunaan tersebut
pada umumnya memuat cara operasional dan hal-hal lain yang harus diperhatikan (Depkes,
2008).
Cara penggunaan/pengoperasian masing-masing jenis peralatan laboratorium harus
ditulis dalam instruksi kerja. Setiap peralatan harus dilakukan pemeliharaan (maintenance)
sesuai dengan petunjuk penggunaan, yaitu agar diperoleh kondisi yang optimal, dapat
beroperasi dengan baik dan tidak terjadi kerusakan. Kegiatan pemeliharaan harus dilakukan
secara rutin. Setiap alat harus mempunyai kartu pemeliharaan yang diletakkan dekat alat
tersebut, kartu ini berisi catatan setiap tindakan pemeliharaan yang dilakukan dan kelainan-
kelainan yang ditemukan. Bila terjadi kerusakan/kelainan pada alat, maka segera dilaporkan
kepada penanggung jawab alat tersebut untuk dilakukan perbaikan (Depkes, 2008).
Keuntungan melakukan pemeliharaan alat (maintenance) akan diperoleh:
a. Peningkatan kualitas produksi
b. Peningkatan keamanan kerja
c. Pencegahan produksi yang tiba-tiba berhenti
d. Penekanan waktu luang/pengangguran bagi tenaga pelaksana
e. Penurunan biaya perbaikan (Depkes, 2008).

3. Kontrol dan Bakuan (Control and Standard)


Bahan kontrol adalah bahan yang digunakan untuk memantau ketepatan suatu
pemeriksaan di laboratorium, atau untuk mengawasi kualitas hasil pemeriksaan sehari-hari.
Persyaratan bahan kontrol:
a. Harus memilki komposisi yang sama dengan spesimen.
Misalnya: untuk pemeriksaan urine digunakan bahan kontrol urine atau menyerupai
urine, untuk pemeriksaan darah digunakan bahan kontrol darah atau menyerupai
darah.
b. Harus stabil
Komponen yang terkandung dalam bahan kontrol harus stabil, artinya tidak akan
berubah dalam masa penyimpanan sampai batas kadaluarsa.
c. Mempunyai sertifikat analisa yang dikeluarkan oleh pabrik pembuatnya.

5
Bahan kontrol dapat dibedakan berdasarkan:
a. Sumber bahan kontrol
Berdasarkan sumbernya, bahan kontrol dapat berasal dari manusia, binatang atau
bahan kimia murni. Untuk pemeriksaan spesimen dari manusia, sebaiknya
menggunakan bahan kontrol dari manusia. Karena dalam bahan kontrol yang berasal
dari binatang ada beberapa zat yang berbeda dengan spesimen dari manusia.
b. Bentuk bahan kontrol
Menurut bentuk bahan kontrol ada yang berupa: bentuk cair, bentuk padat bubuk
(liofilisat) dan bentuk strip. Bentuk liofilisat lebih stabil dan tahan lama dibandingkan
bentuk cair. Bahan kontrol bidang kimia klinik, hematologi dan imunoserologi
umumnya menggunakan bentuk cair dan liofilisat. Bidang urinealisa menggunakan
bentuk cair, liofilisat dan strip.
c. Cara pembuatan bahan kontrol
Bahan kontrol dapat dibuat sendiri atau dibeli dalam bentuk jadi. Bahan kontrol yang
dibuat sendiri dapat menggunakan bahan dari manusia (serum, lisat) atau
menggunakan bahan kimia murni. Bahan kontrol yang diambil manusia harus bebas
dari penyakit menular lewat darah, seperti HIV, hepatitis, HCV dan lain-lain.

Ada bermacam-macam bahan kontrol buatan sendiri, yaitu:


1) Pool sera
Bahan kontrol ini dibuat dari kumpulan sisa serum pasien sehari-hari. banyak
digunakan bidang kimia klinik. Keuntungan pool sera yaitu: mudah didapat,
bahan berasal dari manusia (pasien), tidak perlu dilarutkan (rekonstitusi), dan
murah. Kerugiannya yaitu: merepotkan tenaga teknis untuk membuatnya, harus
membuat kumpulan serum khusus untuk enzim, snalisis statistik harus dikerjakan
setiap 3-4 bulan, stabilitas beberapa komponen kurang terjamin (aktivitas enzim,
bilirubin dan lain-lain), bahaya infeksi sangat tinggi.
2) Bahan kontrol kimia murni
Bahan kontrol ini dibuat dari bahan kimia murni (larutan spikes), banyak
digunakan bidang kimia klinik, urinealisa dan kimia lingkungan.
3) Hemolisat
Bahan kontrol ini dibuat dari lisat, banyak digunakan bidang hematologi
4) Bahan kontrol dari strain murni
Bahan kontrol ini untuk pemeriksaan bidang mikrobiologi.

6
Bahan kontrol yang sudah jadi (komersial), yaitu:
1) Unassayed
Merupakan bahan kontrol yang tidak memiliki nilai rujukan sebagai tolak ukur.
Nilai rujukan dapat diperoleh setelah dilakukan periode pendahuluan. Biasanya
dibuat kadar normal/abnormal (abnormal tinggi atau abnormal rendah).
Keuntungan bahan kontrol
2) Assayed
Merupakan bahan kontrol yang diketahui nilai rujukannya serta batas toleransi
menurut metode pemeriksaannya. Hanya bahan kontrol ini lebih mahal. Bahan
kontrol ini dapat digunakan untuk akurasi kontrol, selain itu dapat digunakan
untuk menilai alat dan cara baru.

4. Metode analitik (Analytical Method)


Ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang laboratorium berkembang dengan pesat,
persaingan antar laboratorium semakin ketat, serta tuntutan pelanggan terus meningkat, hal
ini harus menjadi perhatian laboratorium dalam memilih metode pemeriksaan yang
dibutuhkan. Sehingga dapat dipastikan bahwa metode pemeriksaan yang digunakan tetap
memiliki makna klinis sebagaimana yang dibutuhkan. Mampu mendeteksi analit dengan
sensitifitas dan spesifisitas tinggi, untuk memenuhi kebutuhan pelanggan di bidang
kesehatan. Berkembangnya teknologi automatisasi dan teknologi Informasi di dunia
laboratorium semakin memudahkan dan mempercepat proses pemeriksaan untuk
mendapatkan hasil laboratorium yang akurat.

Faktor yang menjadi pertimbangan dalam pemilihan metode pemeriksaan:


a. Tujuan Pemeriksaan
Metode pemeriksaan yang digunakan dapat untuk uji saring, diagnostik dan evaluasi
hasil pengobatan serta surveilen. Pemilihan metode pemeriksaan harus dengan
kemampuan sensitifitas dan spesifisitas yang tinggi, agar hasil yang didapatkan
mempunyai keandalan dan dapat dipercaya.
b. Kecepatan Hasil Pemeriksaan
Pasien di UGD (Unit Gawat Darurat) memerlukan hasil pemeriksaan laboratorium yang
cepat untuk mengatasi kegawatdaruratannya, sehingga dibutuhkan metode
pemeriksaan yang cepat untuk diagnostik dan pengobatan.
c. Rekomendasi Resmi
Metode pemeriksaan yang digunakan di laboratorium harus yang direkomendasikan
oleh:
1) WHO (World Health Organization)

7
2) IFCC (International Federation of Clinical Chemistry)
Meliputi pemeriksaan kimia klinik
3) NCCLS (National Comittee for Clinical Laboratory Standards)
Meliputi pemeriksaan mikrobiologi
4) ICSH (International Comittee for Standarisationin Hematology)
Meliputi pemeriksaan hematologi

Metode pemeriksaan dan prosedur kerjanya harus sesuai dengan persyaratan standar,
diantaranya:
1) Penerimaan, identifikasi, labeling, penanganan, pengambilan dan penyimpanan
spesimen dan bahan kontrol.
2) Spesifikasi spesimen yang akan diperiksa
3) Metode analisa baik rekomendasi nasional maupun internasional termasuk
metode baku (referensi).
4) Metode-metode lain yang perlu dipertimbangkan oleh pihak klien dan
laboratorium (Imankhasani, 2005)

5. Ahli Teknologi (Technologist)


Seorang Ahli Teknologi Laboratorium Medik (ATLM) mempunyai tugas dan tanggung
jawab dalam mengeluarkan hasil laboratorium, sehingga harus mempunyai kompetensi yang
sesuai. Hasil laboratorium digunakan oleh dokter untuk menangani pasien dalam hal terapi
dan diagnostik, sehingga seorang ATLM berperan penting dalam proses penyembuhan
penyakit pasien. Seorang ATLM yang bekerja di laboratorium harus memperoleh cukup
banyak informasi mengenai pasien dan penyakitnya untuk mengambil keputusan hasil
laboratorium (WHO, 2011).
ATLM dan dokter yang meminta pemeriksaan laboratorium wajib merahasiakan
informasi mengenai hasil pemeriksaannya; hanya dokter yang berhak menerima laporan
hasil laboratorium. Ketika pasien meminta keterangan mengenai hasil pemeriksaan tersebut,
pasien diberi tahu agar menanyakannya kepada dokter (WHO, 2011).
Di kebanyakan negara, terdapat standar perilaku moral dan profesional yang tinggi
bagi para dokter serta personel laboratorium yang kompeten. Setiap pekerja laboratorium
yang bekerja dengan bahan-bahan klinis harus menjaga standar tersebut (WHO, 2011).
Kesalahan teknik yang merupakan kesalahan analitik dilaboratorium terdiri dari 2 jenis
kesalahan, yaitu:
a. Kesalahan acak (random error)
b. Kesalahan sistematik (systematic error)

8
a. Kesalahan Acak (Random Error)
Kesalahan acak (random error) disebabkan oleh faktor-faktor yang secara
acak/random berpengaruh pada proses pengukuran. Kesalahan ini bersumber dari variasi
yang bersifat acak dan dapat terjadi diluar kendali personil yang melakukan pengukuran.
Kesalahan jenis ini menunjukkan tingkat ketelitian (prasisi) pemeriksaan. Kesalahan ini akan
tampak pada pemeriksaan yang dilakukan berulang pada sampel yang sama dan hasilnya
bervariasi, kadang-kadang lebih besar, kadang-kadang lebih kecil dari nilai seharusnya. Hasil
pengukuran berulang tersebut akan terdistribusi di sekitar nilai sebenarnya (true value), dan
mengikuti distribusi normal (Gausian). Faktor kesalahan acak ini sebenarnya dapat dikurangi
dengan melakukan banyak pengulangan pengukuran. Kesalahan acak dapat ditentukan
dengan menggunakan metode statistic (Santoso, 2008; Depkes, 2008).
Kesalahan ini merupakan kesalahan dengan pola yang tidak tetap. Penyebab
kesalahan ini adalah ketidakstabilan, misalnya pada penangas air, reagen, pipet, dan lain-
lain. Kesalahan ini berhubungan dengan prasisi/ketelitian.
Kesalahan acak dalam analitik seringkali disebabkan oleh hal berikut:
1) instrumen yang tidak stabil
2) variasi temperatur, variasi reagen dan kalibrasi
3) variasi teknik pada prosedur pemeriksaan (pipetasi, pencampuran, waktu
inkubasi)
4) variasi operator/analis

Selain beberapa hal tersebut, ada penyebab lain yang dapat menyebabkan kesalahan
acak seperti fluktuasi tegangan listrik dan kondisi lingkungan (Santoso, 2008; Depkes, 2008).

b. Kesalahan Sistematik (Systematic error)


Kesalahan sistematik disebabkan oleh berbagai faktor yang secara sistematis
mempengaruhi hasil pengukuran. Kesalahan jenis ini menunjukkan tingkat ketepatan
(akurasi) pemeriksaan. Sifat kesalahan ini menjurus ke satu arah. Hasil pemeriksaan selalu
lebih besar atau selalu lebih kecil dari nilai seharusnya.
Kesalahan sistematik ini merupakan kesalahan yang terus menerus dengan pola yang
sama. Hal ini dapat disebabkan oleh standar kalibrasi atau instrumentasi yang tidak baik.
Kesalahan ini berhubungan dengan akurasi suatu metode atau alat, dan kesalahan ini dapat
menghasilkan nilai yang tetap atau jika berubah dapat dipradiksi. Jadi kesalahan sistematik
akan memberikan bias pada hasil pengukuran. Bias tersebut dapat bernilai positif atau
negatif. Sifat kesalahan ini menjurus ke satu arah. Hasil pemeriksaan selalu lebih besar atau
selalu lebih kecil dari nilai seharusnya. Kesalahan ini tidak dapat dikurangi dengan cara

9
pengulangan pengukuran. Dalam prakteknya, kesalahan ini sangat sulit untuk
diidentifikasi/ditentukan (Santoso, 2008; Depkes, 2008).
Kesalahan sistematik umumnya disebabkan oleh hal-hal berikut ini:
1) Spesifitas reagen rendah (mutu rendah)
2) Kelemahan metode pemeriksaan
3) Blangko sampel dan blangko reagen kurang tepat (kurva kalibrasi tidak
4) liniear)
5) Mutu reagen kalibrasi kurang baik
6) Alat bantu (pipet) yang kurang akurat
7) Panjang gelombang yang dipakai
8) Salah cara melarutkan reagen

Kesalahan sistematik dibagi dua, yaitu:


a. Kesalahan sistematik konstan (constant systematic error)
Yaitu kesalahan pada tes sistem dimana besarnya kesalahan tetap konstan pada seluruh
rentang dari pengukuran tes.
Kondisi ini disebut juga constant bias.
Contoh: Seluruh nilai hemoglobin terbaca 2 g/dl lebih tinggi dibandingkan nilai benar.

Tabel 3.1. Contoh kesalahan sistematik konstan

Nilai Hb terukur (g/dl) Nilai Hb benar (g/dl)


10 8
11 9
12 10
13 11

b. Kesalahan sistematik proporsional (proportional systematic error)


Yaitu kesalahan pada tes sistem dimana besarnya kesalahan meningkat sesuai dengan
kadar substansi yang terukur.
Contoh: Besarnya bias meningkat secara proporsional dengan besar nilai benar.

10
Tabel 3.2. Contoh kesalahan sistematik proporsional

Nilai Hb terukur (g/dl) Nilai Hb benar (g/dl)


9,0 8
10,5 9
12,0 10
13,5 11
(Sukorini, 2010).

B. CARA MENGATASI KESALAHAN TEKNIK

Kesalahan teknis yaitu kesalahan yang timbul pada saat melaksanakan


pemeriksaan di labortaorium (tahap analitik). Walaupun kesalahan teknik
yang paling kecil jika dibandingkan kesalahan pra analitik dan pasca analitik,
tetapi tetap harus mendapat perhatian. Laboratorium dengan instrumen
otomatis yang terintegrasi dengan komputer, akan lebih mudah melakukan
pelacakan kesalahan yang terjadi selama proses pemeriksaan berlangsung.
Melakukan pemeriksaan bahan kontrol sebelum pemeriksaan spesimen
pasien juga merupakan suatu upaya untuk mencegah terjadinya kesalahan
dalam pemeriksaan laboratorium. Pelaksanaan sistem jaminan mutu di
laboratorium akan membuat semakin kecil kesalahan tahap analitik, sehingga
akan didapatkan hasil laboratorium yang dapat dipercaya oleh pelanggan
(Usman, 2015).
Tahap analitik meliputi mulai dari spesimen yang siap diperiksa dengan
instrumen laboratorium sampai didapatkan hasil pemeriksaannya.
Menyiapkan reagen, melakukan perawatan peralatan laboratorium secara
teratur, melakukan pemantapan mutu internal secara rutin, menggunakan
metode pemeriksaan yang andal dan teknisi laboratorium yang kompeten
akan mengurangi kesalahan yang dapat terjadi pada tahap analitik (Kahar,
2005). Di bawah ini adalah cara mengatasi/ meminimalkan kesalahan teknis
yang berupa kesalahan acak dan sistematik.

Tabel 3.3. Cara meminimalkan kesalahan acak dan sistematik

11
Jenis Kesalahan Cara meminimalkan kesalahan

Ambil lebih banyak data. Kesalahan acak dapat dievaluasi melalui


Kesalahan acak analisis statistik dan dapat dikurangi dengan rata-rata pada sejumlah
besar pengamatan.

Jenis Kesalahan Cara meminimalkan kesalahan

Perhatikan hal-hal berikut ini:


1. Kestabilan instrumen harus dijaga
2. Temperatur harus konstan, reagen dengan lot yang sama dan
lakukan kalibrasi pada alat
3. Prosedur pemeriksaan sesuai SOP (
4. Teknik pipetasi yang benar, pencampuran, dan waktu inkubasi
yang tepat.
5. Teknisi laboratorium (ATLM) harus kompeten

Kesalahan sistematik sulit dideteksi dan tidak dapat dianalisis secara


statistik, karena semua data menuju ke arah yang sama (baik ke
tinggi atau terlalu rendah). Melihat dan mengoreksi kesalahan
sistematis membutuhkan banyak perawatan.
Perhatikan hal-hal berikut ini:
Kesalahan
1. Periksa sistem kontrol kualitas, pastikan bahan kontrol tidak
sistematik
terkontaminasi, atau kadaluarsa.
2. Periksa reagensia yang digunakan
3. Periksa larutan standar
4. lakukan kalibrasi kembali
5. Periksa instrumentasi yang digunakan

Untuk mengatasi kesalahan acak yang terjadi di laboratorium, perlu dilakukan suatu upaya agar
kesalahan tersebut dapat diminimalisir, sehingga didapatkan hasil laboratorium yang andal dan
dipercaya. Di bawah ini adalah alur pemecahan masalah untuk kesalahan acak.

12
Gambar 3.2. Alur pemecahan masalah untuk kesalahan
acak (sumber: PPDS, 2015)

Di bawah ini adalah alur pemecahan masalah untuk kesalahan sistematik, agar didapatkan hasil
laboratorium yang andal dan dipercaya

13
Latihan
Latihan

kerjakanlah Latihan berikut!

1) Jelaskan sumber kesalahan pemeriksaan di laboratorium!


2) Jelaskan tentang kesalahan teknik/analitik!
3) Jelaskan tentang kesalahan acak!
4) Jelaskan tentang kesalahan sistematik!
5) Sebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi pemeriksaan tahap analitik!
6) Sebutkan tingkat kemurnian reagen/ bahan kimia!
7) Sebutkan keuntungan melakukan pemeliharaan/maintenance alat!
8) Jelaskan tentang bahan kontrol yang saudara ketahui!
9) Jelaskan tentang persyaratan bahan kontrol!
10) Jelaskan faktor yang menjadi pertimbangan dalam pemilihan metode pemeriksaan!

14
Ringkasan
Secara umum kesalahan-salahan yang mempengaruhi hasil
pemeriksaan laboratorium dikelompokkan menjadi 3 tahap, yaitu:
1. Tahap Pra analitik
2. Tahap Analitik
3. Tahap Pasca analitik

Kesalahan yang terjadi di laboratorium selama proses pemeriksaan,


dikelompokkan menjadi 2 jenis kesalahan analitik, yaitu:
1. Kesalahan teknik
Kesalahan teknik sering terjadi pada tahap analitik
2. Kesalahan non teknik
Kesalahan non teknik sering terjadi pada tahap pra analitik dan pasca analitik.

Kesalahan teknik atau kesalahan analitik yang terjadi di laboratorium, umumnya


dipengaruhi faktor sebagai berikut:
1. Reagen (reagents)
2. Peralatan (instruments)
3. Kontrol & bakuan (control & standard)
4. Metode analitik (analytical method)
5. Ahli Teknologi (Technologist)

Kesalahan teknik yang merupakan kesalahan analitik dilaboratorium terdiri dari 2 jenis
kesalahan, yaitu:

1. Kesalahan acak (random error)


2. Kesalahan sistematik (systematic error)

Tes 1

Pilihlah salah satu jawaban yang paling benar!

1) Sumber kesalahan yang mempengaruhi hasil pemeriksaan laboratorium


dikelompokkan menjadi ....
A. Pra analitik, analitik, pasca analitik
B. Kesalahan teknik dan kesalahan non teknik.
C. Kesalahan acak dan kesalahan sistematik.
D. Kesalahan sistematik konstan dan kesalahan sistematik proporsional

15
2) Kesalahan teknik/analitik yang terjadi di laboratorium, umumnya
dipengaruhi faktor- faktor ....
A. Reagen, bahan kontrol dan metode analitik
B. Metode analitik dan cara menilai
C. Reagen, pengumpulan spesimen dan teknisi laboratorium
D. Metode analitik dan penanganan sampel

3) Kesalahan yang terjadi pada tahap analitik sebesar ....


A. mencapai 68%
B. mencapai 60%
C. mencapai 19%
D. mencapai 13%
4) Kesalahan analitik yang terjadi di laboratorium selama proses
pemeriksaan, dikelompokkan menjadi ....
A. Pra analitik, analitik, pasca analitik
B. Kesalahan teknik dan kesalahan non teknik.
C. Kesalahan acak dan kesalahan sistematik.
D. Kesalahan sistematik konstan dan kesalahan sistematik proporsional

5) Kesalahan teknik dikelompokkan menjadi ....


A. Pra analitik, analitik, pasca analitik
B. Kesalahan teknik dan kesalahan non teknik.
C. Kesalahan acak dan kesalahan sistematik.
D. Kesalahan sistematik konstan dan kesalahan sistematik proporsional

6) Menurut tingkat kemurniannya reagen dikelompokkan ....


A. Tingkat analitis dan tingkat kemurnian kimiawi, tingkat praktis, tingkat
komersil
B. Tingkat analitis dan tingkat lain (tingkat kemurnian kimiawi,
tingkat praktis, tingkat komersil)
C. Tingkat kemurnian kimiawi, tingkat praktis, dan tingkat komersil
D. Tingkat teknis dan tingkat kemurnian kimiawi

7) Zat kimia yang digunakan sebagai reagen di laboratorium, yaitu ....

16
A. Tingkat komersil
B. Tingkat kemurnian kimiawi
C. Tingkat teknis
D. Tingkat praktis

8) Di bawah ini adalah keuntungan melakukan pemeliharaan alat laboratorium,


kecuali ....
A. Pencegahan produksi yang tiba-tiba berhenti
B. Peningkatan keamanan kerja
C. Peningkatan kualitas produksi
D. Menambah biaya
9) Persyaratan bahan kontrol untuk quality control di laboratorium, kecuali ....
A. Harus memilki komposisi yang sama dengan spesimen
B. Komponen harus stabil
C. Terbuat dari bahan kimia
D. Mempunyai sertifikat analisa
10) Faktor yang menjadi pertimbangan dalam pemilihan metode pemeriksaan, yaitu
....
A. Tujuan pemeriksaan dan hasil pemeriksaan akurat
B. Merupakan rekomendasi resmi dari pemerintah
C. Kecepatan hasil pemeriksaan
D. Ketelitian dan ketepatan hasil

17
Sumber Kesalahan Non Teknik
kesalahan yang dapat terjadi selama proses pemeriksaan di
laboratorium, terbagi dalam 2 jenis kesalahan, yaitu:
1. Kesalahan teknik
Kesalahan teknik sering terjadi pada tahap analitik
2. Kesalahan non teknik
Kesalahan non teknik sering terjadi pada tahap pra analitik dan pasca analitik.

A. KESALAHAN NON TEKNIK

Kesalahan non teknik merupakan kesalahan yang biasanya dijumpai


pada tahap pra analitik atau pasca analitik. Kesalahan pada pra analitik
misalnya kesalahan pada pengambilan sampel seperti kesalahan pada
persiapan pasien, kesalahan pada pemberian identitas, kesalahan pada
pengambilan dan penampungan spesimen, kesalahan pada pengolahan dan
penyimpanan spesimen, kerusakan spesimen karena penyimpanan atau
transportasi. Kesalahan sering pula terjadi pada penghitungan dan penulisan.
Pada pasca analitik kesalahan dapat terjadi berupa penulisan dan
penginputan hasil (Santoso, 2008).

1. Kesalahan Tahap Pra Analitik


Prosedur yang tepat pada tahap pra analitik sangat penting untuk mendapatkan
spesimen yang sesuai untuk pemeriksaan. Dalam pengambilan spesimen penting untuk
memperhatikan keselamatan pasien. Laboratorium merupakan mitra klinisi dalam
mencapai upaya kesembuhan dan kesehatan pasien sehingga keandalan dan kualitas
hasil pengujiannya merupakan fokus yang utama (Usman, 2015).
Teknisi laboratorium terus menerus mencari dan mengembangkan strategi untuk
memperbaiki dan mengurangi kesalahan-kesalahan yang sering terjadi di laboratorium.
Alur kerja di laboratorium adalah suatu proses yang saling berhubungan satu fase
dengan faseberikutnya, sehingga baik secara langsung atau tidak langsung adanya
kesalahan mulai tahap pra analitik sampai tahap terakhir akan sangat berpengaruh
(Usman, 2015).

18
Ada beberapa kesalahan yang mempengaruhi hasil pemeriksaan laboratorium
dalam tahap pra analitik, yaitu:
a. Ketatausahaan (clerical)
b. Persiapan penderita (patient preparation)
c. Pengumpulan spesimen (specimen collection)
d. Penanganan sampel (sampling handling) (Kahar, 2005).

Tahap pra analitik merupakan langkah pertama dalam proses pengujian spesimen
pasien, dimana pada tahap ini dilakukan mulai dari persiapan, pengambilan sampai
pengolahan spesimen. Kesalahan pada tahap pra analitik
adalah yang terbesar jika dibandingkan dengan tahap analitik maupun pasca
analitik. Kesalahannya sampai 68%, dikarenakan tahap pra analitik sulit dikendalikan,
contohnya pada persiapan pasien. Laboratorium sulit mengendalikan hal ini, karena
banyak faktor yang mempengaruhi kondisi pasien.

a. Ketatausahaan (Clerical)

Kesalahan pada ketatausahaan diantaranya adalah penulisan identitas pasien pada


formulir/blanko permintaan pemeriksaan. Sering terjadi penulisan nama yang salah,
data tidak lengkap (misalnya tidak ada nama pasien, umur, jenis kelamin atau nomor
rekam medis), dan tidak adanya diagnosis atau keterangan klinis. Kadang-kadang tulisan
tidak dapat dibaca sehingga mempersulit petugas.
Pemberian identitas pasien dan atau spesimen merupakan hal yang penting pada
formulir/blanko permintaan pemeriksaan, pendaftaran, penulisan label wadah
spesimen, dan pada formulir/blanko hasil pemeriksaan. Kesalahan dalam ketatausahaan
ini dapat berpengaruh terhadap hasil pemeriksaan yang dapat merugikan pasien
(Depkes, 1997).

b. Persiapan pasien (Patient Preparation)

Sebelum pengambilan spesimen, harus dilakukan persiapan pasien untuk


mendapatkan spesimen yang sesuai dengan jenis pemeriksaannya. Ada banyak faktor
yang dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan laboratorium, sehingga laboratorium wajib
menolak spesimen yang tidak memnuhi persyaratan.

Faktor-faktor pada pasien yang mempengaruhi hasil pemeriksaan, yaitu:


1) Makanan dan minuman
Pemeriksaan gula darah puasa dan trigliserida dipengaruhi langsung oleh makanan
dan minuman, karena zat-zat yang dikonsumsi tersebut akan beredar dalam darah
dan ikut terukur pada saat pemeriksaan. Untuk itu pasien ahrus puasa selama 8-10
jam sebelum darah diambil.

19
2) Obat-obatan
Obat-obatan dapat menyebabkan respon tubuh terhadap obat tersebut. Obat yang
diberikan secara intramuskuler dapat menimbulkan jejas pada otot sehingga enzim
pada otot akan masuk ke dalam darah, yang selanjutnya akan mempengaruhi
pemeriksaan seperti Creatinin Kinase (CK) dan Lactic dehydrogenase (LDH).

3) Aktivitas fisik
Aktivitas fisik dapat menyebabkan:
a) Peningkatan kadar glukosa darah.
b) Perubahan kadar substrat dan ezim, seperti konsentrasi gas darah, kadar
asam urat, kreatinin,CK, LDH, LED, Hb, hitung sel darah dan produksi urine.

4) Demam
Pada waktu demam akan:
a) Terjadi peningkatan gula darah akibat meningkatnya pelepasan insulin.
b) Terjadi penurunan kadar kolesterol dan trigiserida pada awal demam karena
meningkatnya metabolisme lemak. Pada demam yang sudah lama terjadi
peningkatan asam lemak bebas dan benda-benda keton karena penggunaan
lemak yang meningkat.
c) Lebih mudah menemukan parasit malaria dalam darah.
d) Terjadi reaksi anamnestik yang menyebabkan kenaikan titer widal.

5) Trauma
Trauma dengan luka perdarahan menyebabkan penurunan kadar substrat maupun
aktivitas enzim, termasuk kadar Hb, hematokrit dan produksi urine. Hal ini terjadi
karena pemindahan cairan tubuh ke dalam pembuluh darah sehingga darah
menjadi encer. Pada tingkat lanjut akan terjadi peningkatan kadar ureum, kreatinin
serta enzim-enzim dalam otot.

6) Variasi harian
Pada tubuh manusia terjadi perbedaan kadar zat-zat tertentu dari waktu ke waktu
yang disebabkan oleh fluktuasi harian (variasi diurnal), seperti:
a) Kadar besi serum yang diambil sore hari akan lebih tinggi daripada pagi hari.
b) Kadar insulin akan mencapai puncaknya pada pagi hari, sehingga bila tes
toleransi glukosa dilakukan pada siang hari, maka hasilnya akan lebih tinggi
daripada bila dilakukan pada pagi hari.
c) Aktivitas enzim sering berfluktuasi, disebabkan kadar hormon yang berbeda
dari waktu ke waktu.

c. Pengumpulan spesimen (Specimen Collection)


Spesimen yang akan diperiksa di laboratorium haruslah memenuhi
persyaratan sebagai berikut :
1) Jenisnya sesuai jenis pemeriksaan

20
2) Volume mencukupi
3) Kondisi baik : tidak lisis, segar/tidak kadaluwarsa, tidak berubah warna,
tidak berubah bentuk, steril (untuk kultur kuman)
4) Pemakaian antikoagulan atau pengawet tepat
5) Ditampung dalam wadah yang memenuhi syarat
6) Identitas benar sesuai dengan data pasien

Beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu:


1) Waktu pengambilan
Pada umumnya pengambilan spesimen dilakukan pada pagi hari, terutama untuk
pemeriksaan kimia klinik, hematologi dan imunologi karena umumnya nilai normal
berdasarkan nilai pada pagi hari. Namun ada beberapa spesimen yang diambil
sesuai dengan perjalanan penyakit dan fluktuasi harian, misalnya:
a) Demam typhoid
Untuk pemeriksaan Widal dilakukan pada fase akut dan konvalesen. Untuk
biakan darah paling baik dilakukan pada minggu I atau II sakit, dan untuk
biakan urine atau tinja dilakukan pada minggu II atau III.
b) Pemeriksaan biakan dan uji kepekaan kuman Spesimen diambil sebelum
pemberian antibiotik.
c) Pemeriksaan Gonorrhoe

Untuk menemukan kuman gonorrhoe, spesimen sekret uretra diambil 2 jam


sebelum berkemih.
a) Pemeriksaan mikrofilaria
Untuk menemukan parasit mikrofilaria, spesimen darah diambil pada waktu
senja dan menjelang tengah malam.
b) Pemeriksaan tuberkulosis
Untuk menemukan kuman tuberkulosis lebih besar, dahak diambil setelah bangun
tidur pada pagi hari, dibandingkan dahak sewaktu
c) Pemeriksaan enzim-enzim jantung
Pengambilan spesimen sebaiknya segera setelah serangan akut jantung,
kemudian diikkuti secara serial.
d) Pemeriksaan kualitas air
Untuk mengetahui dan memantau kualitas air, spesimen air perlu diambil
pada hari dan jam yang berbeda-beda, sehingga dapat diketahui perbedaan
kualitas air setiap hari maupun setiap jam.

2) Volume spesimen

21
Volume spesimen yang diambil harus mencukupi kebutuhan pemeriksaan
laboratorium yang diminta atau dapat mewakili objek yang diperiksa.

3) Lokasi pengambilan spesimen


Sebelum mengambil spesimen harus ditetapkan dahulu lokasi pengambilan yang
tepat dan sesuai dengan jenis pemeriksaan yang diminta, seperti:
 Spesimen darah
Darah vena umumnya diambil dari vena cubiti daerah siku. Darah kapiler
diambil dari ujung jari tengah atau jari manis pada tangan kiri atau tangan
kanan, atau pada daerah tumit 1/3 bagian tepi telapak kaki, atau cuping
telinga pada bayi. Darah arteri diambil dari arteri radialis di pergelangan
tangan atau arteri femoralis di daerah lipatan paha.
 Spesimen biakan
Diambil pada tempat yang sedang mengalami infeksi.

4) Peralatan pengambilan spesimen


Secara umum peralatan yang digunakan harus memenuhi syarat:
 Bersih
 Kering
 Tidak mengandung detergen atau bahan kimia
 Terbuat dari bahan yang tidak mengubah zat-zat yang ada pada spesimen
(inert)
 Mudah dicuci dari bekas spesimen sebelumnya
 Untuk pemeriksaan biakan, harus menggunakan peralatan yang steril
 Pengambilan spesimen yang bersifat invasif harus menggunakan peralatan
yang steril dan disposible.
 Wadah spesimen harus memenuhi syarat:
 Terbuat dari gelas atau plastik
 Tidak bocor atau tidak merembes
 Harus dapat ditutup rapat dengan tutup berulir
 Besar wadah disesuaikan dengan volume spesimen
 Bersih
 Kering
 Tidak mempengaruhi sifat dari zat-zat dalam spesimen
 Untuk pemeriksaan zat dalam spesimen yang mudah rusak atau terurai
karena pengaruh sinar matahari, maka perlu digunakan botol berwarna
coklat (aktinis).
 Untuk pemeriksaan biakan dan uji kepekaan kuman, wadah harus steril
 Untuk wadah spesimen urine, sputum, tinja sebaiknya menggunakan wadah
yang bermulut lebar (Depkes, 2008).

22
5) Pengawet spesimen
Beberapa spesimen membutuhkan bahan tambahan berupa bahan pengawet atau
antikoagulan. Kesalahan dalam pemberian pengawet/antikoagulan tersebut dapat
mempengaruhi hasil pemeriksaan. Bahan pengawet/antikoagulan yang dipakai
harus memenuhi persyaratan yaitu tidak mengganggu atau mengubah kadar zat
yang akan diperiksa (Depkes, 2008).
Beberapa contoh pengawet/ anti koagulan, jenis spesimen, volume spesimen,
wadah dan stabilitasnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 3.4. Beberapa spesimen dengan jenis antikoagulan/ pengawet dan wadah
yang dipakai untuk pemeriksaan laboratorium dengan stabilitasnya

Jenis spesimen
pemeriksaan Antikoagulan/ wadah Stabilitas
Jenis Jumlah pengawet
Hematologi
Hematokrit Darah 1 ml K2/K3 - EDTA G/P Suhu Kamar (6 jam
1-1,5 mg/m darah
LED Darah 1 ml K2/K3 - EDTA G/P Suhu Kamar (2 jam)
Westergren 1-1,5 mg/m darah
LED Wintrobe Darah 1 ml K2/K3 - EDTA G/P Suhu Kamar (2 jam)
1-1,5 mg/m darah
Lekosit, hitung Darah 2 ml K2/K3 - EDTA G/P Suhu Kamar (2 jam)
Jumlah 1-1,5 mg/m darah

Hemostatis Darah 2 ml Sitrat 3,8% dengan G/P 20 – 25 0 C


(PT/APTT) perbandingan 1:9 (4 jam)
Retikulosit, hitung Darah 2 ml K2/K3-EDTA 1-1,5 G/P Suhu Kamar
jumlah mg/ ml darah (6 jam)
Trombosit Darah 2 ml K2/ K3 - EDTA 1-1,5 G/P Suhu Kamar
mg/ml darah (2 jam)
Masa pendarahan
& masa Darah 4 ml Segera diperiksa
pembekuan

Jenis spesimen
pemeriksaan Antikoagulan/ wadah Stabilitas
Jenis Jumlah pengawet
Hematologi
Hematokrit Darah 1 ml K2/K3 - EDTA G/P Suhu Kamar (6 jam
1-1,5 mg/m darah
LED Darah 1 ml K2/K3 - EDTA G/P Suhu Kamar (2 jam)
Westergren 1-1,5 mg/m darah
LED Wintrobe Darah 1 ml K2/K3 - EDTA G/P Suhu Kamar (2 jam)

23
1-1,5 mg/m darah
Lekosit, hitung Darah 2 ml K2/K3 - EDTA G/P Suhu Kamar (2 jam)
Jumlah 1-1,5 mg/m darah

Hemostatis Darah 2 ml Sitrat 3,8% dengan G/P 20 – 25 0 C


(PT/APTT) perbandingan 1:9 (4 jam)
Retikulosit, hitung Darah 2 ml K2/K3-EDTA 1-1,5 G/P Suhu Kamar
jumlah mg/ ml darah (6 jam)
Trombosit Darah 2 ml K2/ K3 - EDTA 1-1,5 G/P Suhu Kamar
mg/ml darah (2 jam)
Masa pendarahan
& masa Darah 4 ml Segera diperiksa
pembekuan
KIMIA KLINIK
20-25 0 C (3 hari)

Gula darah Darah 2 ml NaF-Oksalat G/P


4 oC (7 hari)
4,5 mg/ml darah - 20 oC (3 bulan)

Serum 2 ml G/P 2–8 oC (12 jam)


20 – 25 oC (6 hari)
Kolesterol Serum 1 ml -- G/P 4 oC (6 hari)
- 20 oC (6 bulan)
Bilirubin Serum 1 ml -- G/P Segera mungkin
20-25oC (5 hari)
Amilase Serum 1 ml -- G/P 4oC (5 hari)
-20oC (7 bulan)
20-25oC (5 hari)
Asam urat Serum 1ml -- G/P 4oC (5 hari)
-20oC (6 bulan)

24
Jenis spesimen Antikoagulan/
pemeriksaan Jenis Jumlah pengawet wadah Stabilitas

20 - 25oC (24 hari)


Lipase Serum 1 ml -- G/P 4oC (5 hari)
-20oC (3 bulan)
Protein total Serum 1 ml -- G/P 20-25oC (6 hari)
4oC (6 hari)
-20oC (3 bulan)
Na, K, Cl Serum 1 ml -- G/P 20-25oC (14 hari)
4oC (14 hari)
Fosfatase alkali Serum 1 ml -- G/P 20-25oC (>7hari aktivitas turun
1%)
4oC (7 hari)
-20oC (7 hari)
Kalsium Serum 1 ml -- G/P 20-25oC (10 hari)
4oC (10 hari)
Kreatinin Serum 1 ml -- G/P 20-25oC (7 hari)
4oC (24 jam)
-20oC (8 bulan)
Y Glutamil Serum 1 ml -- G/P 20-25oC (>3 hari
transferase aktivitas turun 10%)
4oC (7 hari)
-20oC (7 hari)
GOT Serum 1 ml -- G/P 4oC (>3 hari aktivitas
turun 8 %)
-20oC (7 hari)
GPT Serum 1 ml - G/P 20-25oC (>3 hari aktivitas
turun 17%)
4oC (>3 hari aktivitas turun
10%)
-20oC (7 hari
SEROLOGI
Widal Serum 1 ml -- G/P 2-8oC (2-3 hari), Freezer
Treponema, Serum 1 ml G/P compartment (1 bulan),
VDRL Deep freezer - 20oC (6 bulan,
tidak boleh gelas)
HbsAg Serum 2 ml G/P

Anti HBs Serum 2 ml G/P

Anti HIV Serum 2 ml -- G/P

25
Jenis specimen Antikoagulan/ wadah Stabiltas
pemeriksaan pengawet
Jenis Jumlah
TOKSIKOLOGI
Obat
Bahan Napza Serum 2ml G tutup ulir 2-8oC (2-3 hari),
Doping Freezer
Toksin
Pestisida Darah & Darah 10 ml
Logam berat serum Urine 50 ml
Air bersih Air 1000 ml G/P 4 jam
24 jam
URINALISA
Pemeriksaan urine Urine Na Sitrat 1 % P 20-25oC (4 hari)
24 jam

Protein, penetapan Toulen 2-5 20-25 oC


kuantitatif Urine 5 ml ml/urine P (secepatnya)
4oC (24 jam)
-- G/P Suhu kamar (1
Reduksi Urine 5 ml jam)
4-8oC
Urine rutin (pH,
BJ, protein, Urine pagi Suhu kamar (1 jam)
15 ml G/P
glukosa, --
4-8 oC
urobilinogen,
bilirubin, keton
Sedimen urine Urine pagi 10 ml -- G/P Suhu kamar (segera)
4-8 oC (2 hari)
Kehamilan Urine pagi 5 ml -- G Secepatnya

PARASITOLOGI
dan
MIKROBIOLOGI

2 tetes --
Malaria Darah segar kapiler
(tetes tebal)
Mikrofilaria Darah segar / 2 tetes Na2 EDTA 1- -- Langsung
darah 1,5mg/ml dikerjakan
darah

Trichomonas Sekret Secukupnya Langsung


vagina/uretra dikerjakan

26
Jenis specimen Antikoagulan/ wadah Stabiltas
pemeriksaan Jenis Jumlah pengawet
Candida Sekret Secukupnya
vagina

6. Cara pengambilan spesimen


Pengambilan spesimen harus dilaksanakan oleh tenaga terampil dengan cara yang benar,
agar spesimen mewakili keadaan yang sebenarnya. Untuk mengurangi atau memperkecil
kesalahan dalam pengambilan spesimen, maka prosedur yang benar harus diikuti. Di
bawah ini disampaikan teknik pengambilan untuk beberapa spesimen yang sering diperiksa
di laboratorium.
• Pengambilan darah vena
• Posisi pasien duduk pasien duduk atau berbaring dengan posisi lengan pasien harus
lurus, jangan membengkokan siku. Pilih lengan yang banyak melakukan aktivasi.
• Pasien diminta untuk mengepalkan tangan
• Pasang “torniquet”±10 cm di atas lipat siku
• Pilih bagian vena mediana cubiti
• Bersihkan kulit pada bagian yang akan diambil darahnya dengan alkohol 70% dan
biarkan kering untuk mencegah terjadinya hemolisis dan rasa terbakar. Kulit yang
sudah dibersihkan jangan dipegang lagi.
 Tusuk bagian vena tadi dengan jarum, lubang jarum menghadap ke atas dengan
sudut kemiringan antara jarum dan kulit 15 derajat, tekan tabung vakum sehingga
darah terisap ke dalam tabung. Bila jarum berhasil masuk vena, akan terlihat darah
masuk dalam semprit. Selanjutnya lepas torniquet dan pasien diminta lepaskan
kepalan tangan.

27

Anda mungkin juga menyukai