Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

“JAMINAN MUTU PEMERIKSAAN HEMATOLOGI”

Oleh:
Kelompok 6: Siti Faridah
Sukmawati
Tri Satya Wulandari
Widia Putri Maqfirah
Yussi Bunga Safitri
Zubaily

Dosen Pembimbing: Dr. Irwana Wahab, SKM, M.Si

JURUSAN D-III TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK


KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES ACEH
2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat,karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat meyelesaikan
makalah tentang Jaminan Mutu Pemeriksaan Hematologi ini dengan baik
meskipun banyak kekurangan didalamnya.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka
menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai Penetapan Mutu Internal
Laboratorium Hematologi dan dapat lebih menjamin dari hasil pemeriksaan
laboratorium untuk lebih valid dan dapat digunakan oleh klinis untuk mengambil
keputusan klinis. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini
terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap
adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat
dimasa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa
saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya. Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami
sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila
terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik
dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.

Banda Aceh, 2 4 Juli 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

Contents
KATA PENGANTAR ........................................................................................................ i
DAFTAR ISI...................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................. 1
A. Latar Belakang ...................................................................................................... 1
B. RumusanMasalah ................................................................................................. 2
C. Tujuan Penulisan .................................................................................................. 3
D. Manfaat .................................................................................................................. 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................................... 4
A. Definisi Mutu ......................................................................................................... 4
B. Pemantapan Mutu Internal bidang hematologi ................................................. 5
C. Aspek-Aspek Teknis bidang Hematologi ............................................................ 6
D. Tujuan Pemantapan Mutu Internal .................................................................... 7
E. Tahapan- Tahaan dalam Pemantapan Mutu Internal ...................................... 7
F. Materian kontrol kualitas .................................................................................. 10
G. Dasar- dasar statistik pemantapan mutu...................................................... 12
BAB III PENUTUP ....................................................................................................... 14
A. Kesimpulan .......................................................................................................... 14
B. Saran .................................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 15

ii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pelayanan laboratorium kesehatan merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Laboratorium
kesehatan sebagai unit pelayanan penunjang medis, diharapkan dapat
memberikan informasi secara teliti dan akurat tentang aspek laboratoris
terhadap spesimen/sampel yang pengujiannya dilakukan dilaboratorium.
Masyarakat menghendaki mutu hasil pengujian laboratorium terus
ditingkatkan seriring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta
perkembagan penyakit. Ahli teknologi laboratorium kesehatan yang terdiri
dari para analis kesehatan dan praktisi laboratorium lainnya harus selalu
senantiasa mengembangkan diri dalam menjawab kebutuhan masyarakat akan
adanya jaminan mutu terhadap hasil pengujian laboratorium dan tuntutan
diberikan layanan yang prima (RI, 2007).
Mutu pelayanan di laboratorium berkaitan dengan data hasil uji
analisa laboratorium. Mutu pelayanan didasari penilaian hasil pelayanan
laboratorium secara keseluruhan, dan salah satu titik penting terletak pada
mutu pemeriksaan atau parameter yang diperiksa. Laboratorium dikatakan
bermutu tinggi apabila data hasil uji laboratorium dikatakan bermutu tinggi
apabila data hasil uji laboratorium tersebut dapat memuaskan pelanggan
dengan memperhatikan aspek-aspek tenis seperti ketelitian (precision) dan
ketepatan (accuracy) yang tinggi dapat dicapai dan data tersebut harus tercatat
dengan baik sehingga dapat dipertahankan secara ilmiah (Notoadmojo,2012).
Pemantapan mutu internal adalah kegiatan pencegahan dan
pengawasan yang dilaksanakan oleh masing-masing laboratorium secara terus
menerus agar tidak terjadi atau mengurangi kejadian error/penyimpangan
sehingga diperoleh hasil pemeriksaan yang tepat. Pemantapan mutu internal
laboratorium (PMI) dilakukan untuk mengendalikan hasil pemeriksaan
laboratorium setiap hari dan untuk mengetahui penyimpangan hasil

1
laboratorium agar segera diperbaiki. Manfaat melaksanakan kegiatan
pemantapan mutu internal laboratorium antara lain mutu presisi maupun
akurasi hasil laboratorium akan meningkat, kepercayaan dokter terhadap hasil
laboratorium akan meningkat. Hasil laboratoriun yang kurang tepat akan
menyebabkan kesalahan dalam penatalaksanaan pengguna laboratorium.
Manfaat lain yaitu pimpinan laboratorium akan mudah melaksanakan
pengawasan terhadap hasil laboratorium. Kepercayaan yang tinggi terhadap
hasil laboratorium ini akan membawa pengaruh pada moral karyawan yang
akan akhirnya akan meningkatkan disiplin kerja dilaboratorium tersebut.
Cakupan objek pemantapan mutu internal meliputi aktivitas: tahap pra-
analitik, tahap analitik dan tahap pasca-analitik. Dengan menjalankan
kegiatan pemantapan mutu, kita dapat melakukan konfirmasi bahwa
performa/penampilan instrumen laboratorium yang digunakan untuk
pemeriksaan sampel pasien dalam keadaan stabil dan tidak mengalami
perubahan dari waktu ke waktu. Kegiatan pemantapan mutu/ quality kontrol
menggunakan bahan kontrol yang dilakukan uji bersamaan dengan sampel
pasien, dengan menerapkan metode statistik yang sesuai terhadap hasil untuk
menegakkan akurasi dan presisi yang merupakan tolok ukur untuk untuk
menetapkan akseptabilitas hasil pemeriksaan. Akseptabilitas hasil
pemeriksaan yaitu tingkat penerimaan hasil pemeriksaan laboratorium oleh
pelanggan/ klinisi.

B. RumusanMasalah
1. Apa itu pemantapan mutu ?
2. Apa itu pemantapan mutu internal ?
3. Apa saja aspek dari pemantapan mutu internal ?
4. Apa saja tujuan dari pemantapan mutu internal ?
5. Apa saja tahap-tahap yang ada dalam pemantapan mutu internal ?
6. Apa saja bahan-bahan kontrol yang digunakan dalam pemantapan mutu
internal?
7. Apa saja dasar-dasar statistik dalam pemantapan mutu ?

2
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian dari pemantapan mutu
2. Untuk mengetahui pengertian pemantapan mutu internal
3. Untuk mengetahui aspek-aspek dari pemantapan mutu internal
4. Untuk memahami tujuan dari pemantapan mutu internal
5. Untuk memahami tahap-tahap yang ada dalam pemantapan mutu internal
6. Untuk menjelaskan bahan-bahan kontrol yang digunakan dalam
pemantapan mutu internal
7. Untuk memahami dasar-dasar statistik dari pemantapan mutu

D. Manfaat
1. Meningkatkan kualitas laboratorium, meningkatkan moral dalam
perilaku petugas didalam laboratorium.
2. Merupakan suatu metode pengawasan (kontrol) yang efektif.
3. Untuk melakukan pembuktian apabila terdapat hasil yang
meragukan dari (konsumen) pasien laboratorium.
4. Penghematan biaya pasien karena berkurangnya kesalahan hasil.
5. Bagi petugas laboratorium dapat memperbaiki kesalahan dalam
pemeriksaan maupun pengujian alat.
6. Bagi laboratorium yaitu dapat meningkatkan kualitas atau mutu
laboratorium.

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Mutu
Mutu adalah mendapatkan hasil yang benar secara langsung setiap
saat dan tepat waktu, menggunakan sumber daya yang efektif dan efisien. Ini
penting dalam semua tahap proses pemeriksaan laboratorium, mulai dari
penerimaan sampel, pemeriksaan hingga pelaporan hasil uji. Mutu suatu
output laboratorium bergantung dari beberapa faktor. Yang paling mendasar
adalah pelaksanaan dan pemeliharaan Sistem Manajemen Mutu didalam suatu
laboratorium. Beberapa tokoh penting yang menjelaskan konsep mutu yaitu:
1. William Edwards Deming (1900-1993)
Mutu ialah kesesuaian dengan kebutuhan pasar atau konsumen.
mutu tidak berarti segala sesuatu yang terbaik, tetapi pemberian kepada
Pelanggan tentang apa yang mereka inginkan dengan tingkat kesamaan
yang dapat diprediksi serta tergantungannya terhadap harga yang mereka
bayar. Perusahaan yang bermutu ialah perusahaan yang menguasai
pangsa pasar karena hasil produksinya sesuai dengan kebutuhan
konsumen, sehingga menimbulkan kepuasan bagi konsumen. Jika
konsumen merasa puas, maka mereka akan setia dalam membeli produk
perusahaan baik berupa barang maupun jasa.
2. Philip B. Crosby (1926 –2001)
Mutu ialah conformance to requirement, yaitu sesuai dengan yang
disyaratkan atau distandarkan. Suatu produk memiliki mutu apabila
sesuai dengan standar atau kriteria mutu yang telah ditentukan, standar
mutu tersebut meliputi bahan baku, proses produksi, dan produk jadi.
Mutu adalah pemenuhan persyaratan dengan meminimalkan kerusakan
yang mungkin timbul yaitu standard of zero defect atau memperlakukan
prinsip benar sejak awal. Philip B Crosby mengungkapkan empat Dalil
Mutu sebagai berikut:

4
a. Definisi mutu adalah kesesuaian dengan persyaratan.
b. Sistem mutu adalah pencegahan.
c. Standar kerja adalah tanpa cacat ( Zero Defect).
d. Pengukuran mutu adalah biaya mutu.

3. J.M. Juran (1904-2008)


Mutu adalah kecocokan penggunaan produk (fitness for use)
untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasan pelanggan. Kecocokan
pengguna produk tersebut didasarkan atas lima ciri utama yaitu :
a. Teknologi yaitu kekuatan
b. Psikologis yaitu rasa atau status
c. Waktu yaitu kehandalan
d. Kontraktual yaitu jaminan
e. Etika yaitu sopan santun
J.M. Juran memperkenalkan tiga proses mencapai mutu (trilogy
Juran) diantaranya sebagai berikut:
a. Perencanaan mutu (quality planning) yang meliputi kualitas
pelanggan, menentukan kebutuhan pelanggan, menyusun sasaran
mutu, dan meningkatkan kemampuan proses.
b. Pengendalian mutu (quality control), terdiri dari memilih dasar
pengendalian, memilih jenis pengukuran, menyusun standar kerja, dan
mengukur kinerja yang sesungguhnya.
c. Perbaikan dan peningkatan mutu (quality improvement), terdiri dari:
mengidentifikasi perbaikan khusus, mengorganisasi lembaga untuk
mendiagonis kesalahan, menemukan penyebab kesalahan peningkatan
kebutuhan untuk mengadakan perbaikan.

B. Pemantapan Mutu Internal bidang hematologi


Pemantapan mutu/ Quality Control (QC) adalah suatu proses atau
tahapan didalam prosedur yang dilakukan untuk mengevaluasi proses

5
pengujian. Quality control dilakukan dengan tujuan untuk menjamin hasil
pemeriksaan laboratorium, mengetahui dan meminimalkan penyimpangan
serta mengetahui sumber dari penyimpangan. Quality control merupakan
produk metode kuantitatif dan statistik yang digunakan didalam laboratorium
untuk menjamin hasil tes yang realibel.
Dilakukannya prosedur quality control bertujuan untuk mendapatkan
hasil tes yang realibel, mendeteksi kesalahan yang terjadi selama proses,
sehingga dapat dicegah kesalahan/kejadian berikutnya. Proses pemantapan
mutu merupakan proses terpadu yang dirancang untuk menjamin hasil
pemeriksaan sampel pasien valid, dan dapat digunakan dokter/ klinisi untuk
membuat keputusan diagnostik dan terapeutik. Dengan menjalankan kegiatan
pemantapan mutu, kita dapat melakukan konfirmasi bahwa
performa/penampilan instrumen laboratorium yang digunakan untuk
pemeriksaan sampel pasien dalam keadaan stabil dan tidak mengalami
perubahan dari waktu ke waktu.

C. Aspek-Aspek Teknis bidang Hematologi


Pemantapan mutu internal bidang hematologi adalah kegiatan
pencegahan dan pengawasan yang dilaksanakan oleh laboratorium klinik
secara terus menerus agar diperoleh hasil pemeriksaan hematologi yang
memenuhi aspek-aspek teknis yaitu presisi dan akurat.
4. Presisi
Kemampuan untuk memberikan hasil yang sama pada setiap
penanggulangan pemeriksaan disebut dengan presisi. Secara kuantitatif,
presisi disajikan dalam bentuk impresisi yang diekspresikan dalam
ukuran koefisien variasi. Presisi terkait dengan reprodusibilitas suatu
pemeriksaan. Presisi yang tinggi, pengulangan pemeriksaan terhadap
sampel yang sama memberikan hasil yang tidak berbeda jauh.
5. Akurasi
Akurasi atau ketepatan adalah kesesuaian antara hasil pemeriksaan
dengan “nilai benar/sebenarnya” (True Value). Penilaian akurasi tidak

6
harus selalu tepat sama dengan (True Value) karena ada rentang nilai
yang bisa digunakan sebagai standar. Rentang nilai (range) tersebut
didapatkan dari hasil pemeriksaan berulang yang dihitung secara statistik
berdasarkan standar deviasi (SD) dimana akurasi dianggap bagus jika
hasil pemeriksaan berada pada ± 2 SD.
Pemantapan mutu internal bidang hematologi dilakukan secara
mandiri oleh laboratorium klinik dengan memonitor prosedur tes-tes
hematologi yang merupakan indikator kinerja laboratorium. Prosedur
kontrol kualitas internal hematologi serupa dengan kontrol kualitas
internal pada umumnya yang melibatkan penggunaan material kontrol
dan pengukuran berulang (repeated measurement) pada spesimen rutin.
Analisis bahan kontrol dilakukan bersamaan dengan sampel pasien
(Sukorini, 2010).

D. Tujuan Pemantapan Mutu Internal


6. Memantapkan dan menyempurnakan metode pemeriksaan dengan
mempertimbangkan aspek analitik dan klinis.
7. Mempertinggi kesiagaan tenaga, sehingga tidak terjadi mengeluarkan
hasil yang salah dan perbaikan kesalahan dapat dilakukan segera.
8. Memastikan bahwa semua proses mulai dari persiapan pasien,
pengambilan spesimen, pengiriman spesimen, penyimpanan serta
pengolahan spesimen sampai dengan pencatatan dan pelaporan hasil
telah dilakukan dengan benar
9. Mendeteksi kesalahan dan mengetahui sumbernya.
10. Membantu perbaikan pelayanan pasien melalui peningkatan
pemantapan mutu internal (Depkes, 2008).

E. Tahapan- Tahaan dalam Pemantapan Mutu Internal


Kegiatan pemantapan mutu internal hematologi mencakup tiga
tahapan proses, yaitu pra analitik, analitik, dan pasca analitik.
11. Tahap Pra Analitik

7
Kegiatan tahap pra analitik adalah serangkaian kegiatan
laboratorium sebelum pemeriksaan spesimen, yang meliputi:
a. Persiapan pasien
b. Pemberian identitas spesimen
c. Pengambilan dan penampungan spesimen
d. Penanganan spesimen
e. Pengiriman spesimen
f. Pengolahan dan penyiapan spesimen
Kegiatan ini dilaksanakan agar spesimen benar-benar representatif
sesuai dengan keadaan pasien, tidak terjadi kekeliruan jenis spesimen, dan
mencegah tertukarnya spesimen-spesimen pasien satu sama lainnya
Tujuan pengendalian tahap pra analitik yaitu untuk menjamin bahwa
spesimen-spesimen yang diterima benar dan dari pasien yang benar pula
serta memenuhi syarat yang telah ditentukan. Kesalahan yang terjadi pada
tahap pra analitik adalah yang terbesar, yaitu dapat mencapai 60% - 70%.
Hal ini dapat disebabkan dari spesimen yang diterima laboratorium
tidak memenuhi syarat yang ditentukan. Spesimen dari pasien dapat
diibaratkan seperti bahan baku yang akan diolah. Jika bahan baku tidak
baik, tidak memenuhi persyaratan untuk pemeriksaan, maka akan
didapatkan hasil/ output pemeriksaan yang salah. Sehingga penting sekali
untuk mempersiapkan pasien sebelum melakukan pengambilan spesimen.
Spesimen yang tidak memenuhi syarat sebaiknya ditolak, dan dilakukan
pengulangan pengambilan spesimen agar tidak merugikan laboratorium.
12. Tahap Analitik
Kegiatan laboratorium yang dilakukan pada tahap analitik meliputi:
a. Pemeriksaan spesimen
b. Pemeliharaan dan kalibrasi alat
c. Uji kualitas reagen
d. Uji ketelitian-ketepatan
Tujuan pengendalian tahap analitik yaitu untuk menjamin bahwa
hasil pemeriksaan spesimen dari pasien dapat dipercaya/ valid, sehingga

8
klinisi dapat menggunakan hasil pemeriksaan laboratorium tersebut untuk
menegakkan diagnosis terhadap pasiennya. Walaupun tingkat kesalahan
tahap analitik (sekitar 10% - 15%) tidak sebesar tahap pra analitik,
laboratorium tetap harus memperhatikan kegiatan pada tahap ini. Kegiatan
tahap analitik ini lebih mudah dikontrol atau dikendalikan dibandingkan
tahap pra analitik, karena semua kegiatannya berada dalam laboratorium.
Sedangkan pada tahap pra analitik ada hubungannya dengan pasien, yang
kadang-kadang sulit untuk dikendalikan.
Laboratorium wajib melakukan pemeliharaan dan kalibrasi alat
baik secara berkala atau sesuai kebutuhan, agar dalam melaksanakan
pemeriksaan spesimen pasien tidak mengalami kendala atau gangguan
yang berasal dari alat laboratorium. Kerusakan alat dapat menghambat
aktivitas laboratorium, sehingga dapat mengganggu performa/ penampilan
laboratorium yang pada akhirnya akan merugikan laboratorium itu sendiri.
Untuk mendapatkan mutu yang dipersyaratkan, laboratorium harus
melakukan uji ketelitian – ketepatan. Uji ketelitian disebut juga
pemantapan presisi, dan dapat dijadikan indikator adanya penyimpangan
akibat kesalahan acak (random error). Uji ketepatan disebut juga
pemantapan akurasi, dan dapat digunakan untuk mengenali adanya
kesalahan sistemik (systemic error). Pelaksanaan uji ketelitian – ketepatan
yaitu dengan menguji bahan kontrol yang telah diketahui nilainya (assayed
kontrol sera). Bila hasil pemeriksaan bahan kontrol terletak dalam rentang
nilai kontrol, maka hasil pemeriksaan terhadap spesimen pasien dianggap
layak dilaporkan.
13. Tahap Pasca Analitik
Kegiatan laboratorium yang dilakukan pada tahap pasca analitik
yaitu sebelum hasil pemeriksaan diserahkan ke pasien, meliputi:
a. Penulisan hasil
b. Interprestasi hasil
c. Pelaporan hasil

9
Seperti pada tahap analitik, tingkat kesalahan tahap pasca analitik
hanya sekitar 15% - 20%. Walaupun tingkat kesalahan ini lebih kecil jika
dibandingkan kesalahan pada tahap pra analitik, tetapi tetap memegang
peranan yang penting. Kesalahan penulisan hasil pemeriksaan pasien dapat
membuat klinisi salah memberikan diagnosis terhadap pasiennya. Ketiga
tahap kegiatan laboratorium ini sama-sama penting untuk dilaksanakan
sebaik mungkin, agar mendapatkan hasil pemeriksaan yang berkualitas
tinggi, mempunyai ketelitian dan ketepatan sehingga membantu klinisi
dalam rangka menegakkan diagnosa, pengobatan atau pemulihan kesehatan
pasien yang ditanganinya.

F. Materian kontrol kualitas


14. Bahan kontrol hematologi
Bahan kontrol yaitu bahan yang digunakan semata-mata untuk
keperluan pemantapan mutu. Bahan kontrol berguna untuk melihat
kebenaran suatu proses analisis, khususnya ketepatan dan ketelitian (akurasi
dan presisi) suatu pemeriksaan di laboratorium. Atau dengan kata lain untuk
mengawasi mutu/kualitas hasil pemeriksaan laboratorium sehari-hari.
Dalam penggunaannya bahan kontrol harus diperlakukan sama dengan
bahan pemeriksaan spesimen, tanpa perlakuan khusus baik pada alat, metode
pemeriksaan, reagen maupun tenaga pemeriksanya. Bahan kontrol
hematologi meliputi :
a. Darah segar
Darah segar (fresh whole blood) merupakan kontrol yang ideal
untuk pemeriksaan darah lengkap karena secara fisik dan biologik
identik dengan bahan yang akan diperiksa. Akan tetapi darah segar
secara alamiah mempunyai keterbatasan untuk digunakan sebagai
kalibrator atau kontrol.
b. Darah manusia terstabilkan
Darah manusia terstabilkan yaitu darah yang disuplai oleh pabrik,
digunakan secara luas oleh sekitar 80% laboratorium klinik. Sampel

10
tersebut mempunyai jangka hidup yang lebih panjang, sel-sel yang
terstabilkan berbeda dengan darah segar dipandang dari sudut ukuran,
bentuk dan kemungkinan berbeda sifatnya dengan reagen.
Syarat-syarat bahan kontrol:
1. Tidak mahal
2. Stabilitas lama
3. Siap periksa
4. Mudah tersuspensi
5. Tidak mudah aglutinasi
15. Standar
Larutan standar primer adalah suatu material rujukan berupa
substansi kimiawi murni yang dapat digunakan untuk kalibrasi suatu
instrumen atau persiapan suatu kurva standar untuk pemeriksaan manual.
Material ini mempunyai komposisi yang pasti, diketahui dan dapat
dipersiapkan dalam bentuk murni yang esensial. Istilah standar primer
juga digunakan untuk tiap material rujukan tersertifikasi yang pada
umumnya diterima atau dikenal resmi sebagai standar satu-satunya
(unique) untuk uji tersebut tanpa mengindahkan tingkat kemurniannya.
Satu-satunya larutan standar di bidang hematologi adalah larutan
cyanmethemoglobin yang dibuat di Rijks Institute di Bilthoven
Netherlands dan yang mendapat rekomendasi dari ICSH (Internationale
Committee for Standards in Hematology).
16. Kalibrator
The Internationale Committee for Standardization in Hematology
(ICSH) memberi batasan suatu substansi yang digunakan untuk
kalibrator, membagi dalam tingkat-tingkat dan mengatur pengukuran
yang dapat dilacak ke arah material rujukan nasional maupun
internasional. Dalam bidang hematologi hanya penetapan hemoglobin
yang dilakukan berdasarkan suatu standar, sedangkan parameter
hematologi lainnya bertumpu pada kalibrator. Hal yang sama juga
dijumpai pada pemeriksaan koagulasi berdasarkan jendalan/clot based

11
coagulation yang mengukur aktivitas enzim.
17. Hubungan antara kontrol, kalibrator, dan standar
Kalibrator dan standar digunakan untuk mengatur instrumen atau
menetapkan suatu kurva standar. Kedua bahan ini sudah diuji oleh suatu
metode rujukan dan mempunyai nilai yang akurat. Material kalibrator dan
kontrol tidak dapat saling menggantikan, karena fungsinya berbeda.
Kontrol harus independen terhadap proses kalibrasi sehingga kesalahan
sistematik yang disebabkan oleh kerusakan kalibrator atau perubahan di
dalam proses analitik dapat terdeteksi. Laboratorium hematologi harus
memverifikasi kalibrasi instrumen setiap bulan atau dapat sewaktu-waktu
bila diperlukan utuk menjamin akurasi sistem.

G. Dasar- dasar statistik pemantapan mutu


Dasar-dasar statistik pada quality control hematologi sama saja dengan
dasar statistik yang digunakan pada quality control pada umumnya, meliputi
penetapan nilai rata- rata/mean ( X ), simpangan baku (SD), dan koefesien
variasi (CV). Teknik statistik pengendalian mutu (Statistical Quality
Control) digunakan untuk mendeteksi, mengurangi, dan memperbaiki
penyimpangan yang terjadi selama proses analisis di laboratorium
dilaksanakan.
18. Nilai Rata-Rata/ Mean ( X )
Nilai rata-rata/mean yaitu nilai yang berada pada pusat distribusi
pemeriksaan. nilai rata-rata merupakan hasil bagi jumlah nilai hasil
pemeriksaan terhadap banyaknya pemmeriksaan. Nilai ini didapat dari
sejumlah hasil pemeriksaan yang dilakukan terhadap spesimen yang
sama dan dilakukan secara berulang, distribusinya merupakan distribusi
normal yang digambarkan dengan kurva Gauss. Nilai yang terdapat
pada bagian tengahnya disebut rata-rata/mean, dan dilambangkan dengan
X . Rata-rata/mean yaitu dalam aritmatika dari suatu data points,
dikalkulasikan dari jumlah seluruh hasil/nilai (a,b,c , z) kemudian dibagi
dengan jumlah data.

12
19. Standard Deviasi/ Simpangan Baku
Standar Deviasi adalah akar varian, merupakan gambaran penyebaran
data hasil pemeriksaan terhadap nilai rata-rata dari distribusi Kurva
Gauss. Dilambangkan dengan SD.
20. Koefesien Variasi/ Coeffecient of Variation (CV)
Koefesien Variasi adalah pengukuran relatif dari variabilitas hasil-
hasil, untuk menentukan ketelitian/ presisi. Ketelitian/ presisi dinyatakan
dalam nilai koefesien variasi (CV), disebut baik jika nilai CV <5% atau
nilai CV tidak melebihi batas maksimum. Semakin kecil nilai CV, maka
semakin teliti sistem/metode tersebut dan sebaliknya.

13
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Didalam suatu laboratorium perlu dilakukannya suatu pemantapan mutu
khususnya bila berada pada laboratorium hematologi baik pada petugas,
reagen, maupun alat yang digunakan didalamnya. Dilakukannya prosedur
quality control bertujuan untuk mendapatkan hasil tes yang realibel, mampu
mendeteksi kesalahan yang terjadi selama proses, sehingga dapat dicegah
kesalahan/kejadian berikutnya dengan dilakukannya quality control pada
hasil akhir maka akan didapatkan sebuah laboratorium yang terakreditasi atau
pengakuan dari pihak yang berwenang, karena laboratorium sudah sesuai
dengan standar akreditasi yang ditentukan.

B. Saran
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya.
Semoga dengan dibuatnya nya materi dalam makalah ini bisa menjadi
penunjang pembelajaran dalam diskusi pembelajaran. Penulis makalah juga
sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun bagi
kelancaran dalam penyusunan makalah yang berikutnya.

14
DAFTAR PUSTAKA

Kementerian Kesehatan RI. 2008. Pedoman Pemantauan Wilayah Setempat Gizi.


Direktorat Bina Gizi Masyarakat, Dirjen Binkesmas.

Keputusan Menteri Kesehatan, RI (2007). Standar Profesi Ahli Teknologi


Laboratorium Kesehatan. Jakarta: KeMenKes RI

Notoadmodjo, S. (2012). Uji Presisi dan Akurasi Serum Gabungan Sebagai


Bahan Kontrol Pada Parameter Asam Urat. Metodologi Penelitian
Kesehatan.

Siregar, M. T., Wulan, W. S., Setiawan, D., & Nuryati, A. (2018). Kendali Mutu.
Jakarta selatan: Pusat Pendidikan Sumber Daya Manusia Kesehatan.

Sukorini, U., Nugroho, K.W., Rizki, M., dan Hendriawan P.J, B.


Pemantapan Mutu Internal Laboratorium Klinik. Yogyakarta : Alfa
Media, 2010.

15

Anda mungkin juga menyukai