Anda di halaman 1dari 43

URINALISA & CAIRAN TUBUH

FISIOLOGI CAIRAN SEMEN

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Urinalisa & Cairan Tubuh yang diampu
oleh Nurul Ni’ma Azis, S.ST.,M.Kes

Oleh
Lutfia Elvira
P419016
A19

PROGRAM STUDI DIII TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS


POLITEKNIK KESEHATAN MUHAMMADIYAH MAKASSAR
TAHUN AKADEMIK 2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena telah memberikan
kesempatan pada penulis untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan hidayah-Nya
lah penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Fisiologi Cairan Semen tepat
waktu.

Makalah disussun guna memenuhi tugas dosen pada mata kuliah Parasitologi 2 di
Politeknik Kesehatan Muhammadiyah Makassar. Selain itu penulis juga berharap agar
makalah ini dapat menambah wawasan bagi pembaca tentang Fisiologi Cairan Semen.

Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada bapak dan ibu selaku
dosen mata kuliah. Tugas yang telah diberikan ini dapat menambah pengetahuan dan
wawasan terkait bidang yang ditekuni penulis. Penulis juga mengucapkan terima kasih pada
semua pihak yang telah membantu proses penyusunan makalah ini.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik
dan saran yang membangun akan penulis terima demi kesempurnaan makalh ini.

Makassar, 23 November 2020

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sperma yang sering disebut juga mani atau semen adalah ejakulat yang
berasal dari seorang pria berupa cairan kental dan keruh, berisi sekret dari
kelenjar prostat, kelenjar-kelenjar lain dan spermatozoa. Pemeriksaan sperma
merupakan salah satu elemen penting dalam penilaian fertilitas atau infertilitas.
Pemeriksaan sperma meliputi maksroskopis (hal-hal yang terlihat dengan mata
telanjang), mikrospkopis, kimia dan imunologi. Namun, di sini yang akan kita
lakukan adalah hanya pemeriksaan sperma secara makroskopis, mikroskopis dan
kimia.
Banyak pria yang sering merasa tidak nyaman dengan adanya pemeriksaan
sperma hal ini mengingat sperma merupakan produk cairan tubuh yang hanya bisa
dikeluarkan sebagai puncak rasa birahi (orgasme). Tidak seperti cairan tubuh lain
yang biasa diperoleh dengan cara yang menyakitkan yaitu disuntik seperti darah,
cairan sumsum tulang, cairan otak maka cairan sperma ini dikeluarkan dengan
cara “tidak menyakitkan”. Tidak semua pria dengan mudah bisa mengeluarkan
sperma apalagi disebuah tempat yang cukup asing seperti rumah sakit atau
laboratorium. Sebenarnya hal ini tidak bisa menjadi alasan karena saat ini rumah
sakit atau laboratorium biasanya telah menyediakan tempat yang dibuat
sedemikian rupa agar pasien bisa melakukan proses mengeluarkan sperma dengan
nyaman.
Yang diartikan mani atau semen (sperma) ialah ejakulat berasal dari seorang
pria berupa cairan kental dan keruh, berisi sekret dari kelenjar prostat, kelenjar-
kelenjar lain dan spermatozoa. Pemeriksaan sperma merupakan salah satu jalan
yang termudah untuk mengetahui tingkat kesuburan/fertilitas dan infertilitas
seorang pria. Tingkat kesuburan ini memberi kesan, akan kemampuan seorang
pria untuk memperoleh keturunan. Sudah jelas bagi kita semua bahwa seorang
pria dengan tingkat kesuburan yang rendah atau dengan kata lain steril sulit
baginya untuk memperoleh keturunan, demikian juga sebaliknya. Oleh karena hal
tersebut diatas, maka seyogyanyalah seorang pria memeriksakan dirinya untuk
mengetahui tingkat kesuburannya.
Menurut kamus kedokteran artinya ilmu tentang pria dengan objek sistem
reproduksi pria. Jadi Andrologi adalah disiplin ilmu kedokteran yang bergerak
dalam bidang sistem reproduksi pria, dimulai dari kandungan sampai dewasa,
berbagai kelainan bawaan/ kelainan dapatan, terapi infertilitas dan gangguan
fungsi seks serta pengaturan fertilitas pada pria.
Setiap pemeriksaan andrologi seyogyanya dilengkapi dengan pemeriksaan
sperma, sebab hasil-hasilnya mempunyai arti penting dalam diagnosa andrologi.
Karena pemeriksaan sperma bertujuan untuk meneliti segala unsur-unsur sperma.

B. Tujuan
1. Untuk mengetahui defenisi cairan semen
2. Untuk mengetahui tinjauan organ pembentuk cairan semen
3. Untuk mengetahui mekanisme pembentukan cairan semen
4. Untuk mengetahui epidemiologi, etiologi, dan aptologi cairan semen
5. Untuk mengetahui diagnosa pemeriksaan secara makroskopis, mikroskopis,
dan kimiawi serta pencegahan cairan semen
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Sperma adalah zat setengah cair atau setengah kental yang terdiri dari dua bagian
yaitu plasma sperma (plasma semen) dan spermatozoa. Plasma sperma dihasilkan
oleh kelenjar-kelenjar prostat, vesika seminalis, epididimis, cowper dan littre.
Sedangkan spermatozoa dihasilkan oleh aktifitas tubuli seminiferi.
Spermatozoa adalah sel tunggal yang terdiri atas kepala, leher dan ekor, panjang ±
50 µ, kepala berbentuk oval (lonjong), berisi nukleus, lebar 2,5-3,5 µ dan panjang 4-5
µ. Akrosom adalah suatu massa yang terdapat pada bagian anterior spermatozoa yang
merupakan struktur berupa selubung yang menutupi 2/3 daerah kepala spermatozoa.
Mengandung enzim-enzim : akrosin, hyaluronidase, CPE (corona penetrating
enzyme). Akrosin adalah enzim proteolitik untuk menembus zona pellusida,
hyaluronidase untuk menembus cumulus ooforus dan CPE untuk menembus corona
radiata.
Spermatozoa abnormal terdapat pada orang yang fertil maupun pada orang yang
infertil. Terjadi karena gangguan pada waktu spermatogenesis dan spermiogenesis.
Sebab-sebab : faktor hormonal, nutrisi, obat, akibat radiasi, penyakit.
Plasma semen yang merupakan sekret kelenjar genital tambahan sebenarnya tidak
dikeluarkan sekaligus sewaktu ejakulasi, tetapi secara bertahap. Ada 4 tahap atau
fraksi yaitu :
1. Fraksi Pre ejakulasi
Hasil sekresi dari kelenjar Cowper / Bulbo urethra dan kelenjar Littre. Sekret ini
dikeluarkan dari penis jauh sebelum ejakulasi, volume ± 0,2 ml. Diduga berfungsi
untuk melicinkan urethra dan melicinkan vagina waktu coitus.
2. Fraksi Awal
Hasil sekresi dari kelenjar Prostat, sekretnya berupa lendir, volume 0,5 ml. lendir
mengandung berbagai zat untuk memelihara spermatozoa ketika berada di luar tubuh.
3. Fraksi Utama
Terdiri dari lendir yang berasal dari vesicula seminalis dan spermatozoa yang berasal
dari epididimis. Volume ± 2 ml.
4. Fraksi Akhir
Terdiri dari lendir yang berasal dari vesicula seminalis dan sedikit sekali spermatozoa
(yang non motil). Volume ± 0,5 ml.

B. Tinjauan Organ Pembentuk Cairan Semen


Kandungan zat kimia semen
1. Fruktosa
- Dihasilkan oleh vesicula seminalis.
- Berada dalam plasma semen
- Sumber energi bagi motiitas spematozoa
- 1,5-7,0 mg/ml.
2. Asam sitrat
- Dihasilkan oleh kelenjar prostat
- Menjaga keseimbangan osmotik semen
- Bila zat ni tidak ditemukan dalam semen berarti ada kelainan pada kelenjar prostat.
- Mencegah terjadinya kalkuli konkresi prostat dengan cara mengikat ion Ca.
3. Spermin
- Dihasilkan oleh kelenjar prostat
- Menyebabkan bau yang khas pada semen seperti bau bunga akasia
- Suatu bakteriostatik.
4. Seminin
- Dihasilkan oleh kelenjar prostat
- Mengencerkan lendir servix.
5. Enzim Phosphatase Asam, Glukoronidase, Lisozim dan Amilase
- Dihasilkan oleh kelenjar prostat.
- Memelihara atau memberi nutrisi bagi spermatozoa di luar tubuh demi
kelangsungan hidup spermatozoa.
6. Prostaglandin
- Dihasilkan oleh kelenjar vesicula seminalis dan kelenjar prostat.
- Merangsang kontraksi otot polos saluran genitalia wanita sewaktu ejakulasi dan
untuk vasodilatasi pembuluh darah.
- Melancarkan spermatozoa saat bermigrasi dari vagina ke tuba fallopi dengan
mengurangi gerakan uterus.
7. Na, K, Zn, Mg
- Dihasilkan oleh kelenjar prostat dan vesicula seminalis
- Memelihara pH plasma semen agar tetap pada pH normal 7,2-7,8.

C. Mekanisme Pembentukan Cairan Semen


Proses pembentukan sperma dipengaruhi oleh beberapa hormon yang
dihasilkan oleh kelenjar hipofisis yaitu LH dan FSH. Fungsi LH (Luteinizing
Hormone) adalah untuk merangsang sel leydig untuk menghasilkan hormon
testosteron. Fungsi FSH juga meliputi perannya pada proses spermiogenesis, yaitu
perubahan dari spermatid menjadi sperma. Selanjutnya juga ada peran dari GH
(Growth Hormone) yang mengatur pembelahan awal spermatogonia.
Spermatogenesis mencakup pematangan sel epitel germinal melalui proses
pembelahan dan diferensiasi sel, yang bertujuan untuk membentuk sperma
fungsional. Pematangan sel terjadi di tubulus seminiferus yang kemudian disimpan di
epididimis. Spermatogenesis berawal dari sel spermatogonia yang terdapat pada
dinding tubulus seminiferus. Setiap spermatogonia yang mengandung 23 pasang
kromosom, mengalami pembelahan mitosis menghasilkan spermatosit primer yang
juga mengandung 23 pasang kromosom.
Spermatosit primer ini kemudian mengalami pembelahan meiosis pertama
menghasilkan 2 spermatosit sekunder yang haploid. Pada tubulus seminiferus
terdapat dinding yang terlapisi oleh sel germinal primitif yang mengalami
kekhususan. Sel germinal ini disebut spermatogonium. Satu testis umumnya
mengandung sekitar 250 lobulus testis. Tubulus seminiferus terdiri dari sejumlah
besar sel epitel germinal (sel epitel benih) yang disebut spermatogonia
(spermatogonium = tunggal).
Berikut adalah tahap pembentukan sperma:
 Spermatositogenesis
Spermatositogenesis adalah pembentukan gametositogenesis yang
memengaruhi pembentukan spermatosit yang mengandung setengah dari materi
genetik. Dalam proses ini terjadi pembelahan spermatogonium hingga menjadi
spermatid. Proses ini terdiri dari dua tahap yaitu mitosis dan meiosis. Spermatogonia
yang bersifat diploid (2n atau mengandung 23 kromosom berpasangan), berkumpul di
tepi membran epitel terminal yang disebut spermatogonia tipe A. Spermatogonia tipe
A membelah secara mitosis menjadi spermatogonia tipe B.
Proses ini merupakan tahap dimana spermatogonia mengalami mitosis dan
menjadi spermatosit primer. Spermatogonia bersifat diploid (2n) atau mengandung 23
pasang kromosom. Spermatosit primer yang terbentuk juga bersifat diploid (2n).
Dimana Spermatosit primer mengandung kromosom diploid (2n) pada inti selnya dan
mengalami meiosis. Satu spermatosit akan menghasilkan dua sel anak, yaitu
spermatosit sekunder.

 Tahapan Meiois
Spermatosit primer menjauh dari lamina basalis, sitoplasma makin banyak
dan segera mengalami meiosis I yang menghasilkan spermatosit sekunder n
kromosom (haploid). Spermatosit sekunder kemudian membelah lagi secara meiosis
II membentuk empat buah spermatid yang haploid juga. Meiosis terjadi Setelah
spermatosit primer terbentuk, maka sitoplasma yang terbentuk juga semakin banyak.
Spermatosit primer berubah menjadi spermatosit sekunder yang sifatnya haploid (n)
pada kromosomnya.
Sitokenesis pada meiosis I dan II ternyata tidak membagi sel benih yang
lengkap terpisah, tapi masih berhubungan lewat suatu jembatan (Interceluler bridge).
Dibandingkan dengan spermatosit I, spermatosit II memiliki inti yang gelap.
Kemudian spermatosit sekunder membelah lagi pada proses meiosis tingkat 2 dan
kemudian membentuk n kromosom yang baru, sehingga membentuk empat buah
spermatid yang sifatnya sama yaitu haploid (n).

 Tahapan Spermiogenesis
Ini merupakan transformasi spermatid menjadi spermatozoa yang meliputi 4 fase
yaitu fase golgi, fase tutup, fase akrosom dan fase pematangan. Hasil akhir berupa
empat spermatozoa (sperma) masak. Ketika spermatid dibentuk pertama kali,
spermatid memiliki bentuk seperti sel-sel epitel. Namun, setelah spermatid mulai
memanjang menjadi sperma, akan terlihat bentuk yang terdiri dari kepala dan ekor.
“Ekor” tersebut akan berubah menjadi aksonema. Bagian depan ekor (bagian
tengah sperma. Disebut midpiece) tampak lebih tebal karena mitokondria terdapat
dibagian sana untuk menghasilkan energi bagi sperma. DNA juga dimasukkan ke
dalam spermatid hingga menjadi kental. Sperma yang matang ini atau spermatozoa
akan dikeluarkan melalui meatus urethra yaitu lubang kemaluan pria bersama dengan
cairan yang dihasilkan oleh kelenjar vesikula seminalis yaitu cairan mani yang kental,
mani atau semen ini banyak mengandung fruktosa, asam askorbat, enzim koagulasi
(vesikulase) dan prostaglandin.
Bila spermatogenesis sudah selesai, maka ABP testosteron (Androgen Binding
Protein Testosteron) tidak diperlukan lagi, sel Sertoli akan menghasilkan hormon
inhibin untuk memberi umpan balik kepada hipofisis agar menghentikan sekresi FSH
dan LH. Selanjutnya sperma bercampur dengan cairan dari kelenjar prostat yang
berupa cairan seperti susu yang bersifat sedikit asam sitrat dan juga enzim PSA
(prostate spesific antigen), cairan ini berperan dalam aktivasi sperma dan jumlahnya
juga banyak, yaitu mencapai 1/3 volume dari pada semen (cairan sperma).
Pembentukan sel sperma pada manusia tidak terlepas dari peran hormon-hormon
reproduksi, yaitu Luteinizing Hormone (LH) dan juga Folicle Stimulating Hormone
(FSH). Peran dari kedua hormone ini adalah sebagai berikut :
Luteinizing Hormone (LH), ini terletak di hipofisis bagian depan (anterior) dan
berfungsi untuk merangsang sel Leydig menghasilkan testosterone, yang mana
testosterone ini sangat berguna untuk pembelahan sel-sel spermatogonium. Selain itu,
LH juga berperan dalam perkembangan kelamin sekunder pada pria, berupa
pertumbuhan kumis dan jenggot, suaya yang lebih berat, dan lain-lain.
Folicle Stimulating Homone (FSH), hormon ini berfungsi untuk merangsang sel
Sertoli untuk membentuk ABP (Androgen Binding Protein) yang merangsang
spermatogonium untuk memulai proses spermatogenesis. Sel sertoli ini juga
berfungsi sebagai bahan makanan untuk spermatozoa.
Growth Hormone (GH), yang berfungsi sebagai pengatur dalam pembelahan
spermatogonium.
Sperma yang sudah terbentuk di dalam testis seperti pada proses di atas,
kemudian akan disalurkan ke bagian epididimis dan kemudian ke vas deferens dan
bercampur dengan sekret dari kelenjar prostat dan cowperi. Dari tempat itu kemudian
dikeluarkan melalui uretra yang terdapat di dalam penis.
D. Epidemiologi

Persiapan dan Persyaratan


Seseorang yang akan memeriksakan spermanya, sebaiknya terlebih dahulu
melakukan pantangan (abstinensi) untuk tidak mengeluarkan sperma sedikit-dikitnya
selama 3 hari (3 x 24 jam) dengan alasan menurut penyelidikan, jangka waktu sebesar
itu sudah cukup untuk suatu spermiogenesis dan untuk sampel yang baik. Tetapi
untuk baiknya pasien diminta supaya tidak mengadakan kegiatan seksual selama 3-5
hari. Pengeluaran ejakulat sebaiknya dilakukan pagi hari sebelum melakukan
aktifitas, sedekat mungkin sebelum pemeriksaan laboratorium.
Cara memperoleh Sperma
Banyak penderita tidak mengerti bagaimana cara memeriksakan sperma. Kita harus
maklum, bahwa pemeriksaan sperma lain dengan pemeriksaan kencing atau tinja,
karena bahan-bahan yang terakhir itu dengan wajar dapat dikeluarkan oleh penderita.
Tetapi masalah memperoleh sperma yang akan diperiksa merupakan persoalan
tersendiri untuk penderita. Hal ini dapat dimengerti, sebab tidak pada setiap
kesempatan seseorang dapat mengeluarkan sperma. Adapun cara-cara yang
digunakan untuk memperoleh sampel sperma yaitu dengan :
1. Masturbasi
Merupakan suatu metode pengeluaran sperma yang paling dianjurkan. Tindakan ini
berupa menggosok kemaluan lelaki (penis) berulang-ulang, sampai terjadi ketegangan
dan pada klimaks akan keluar sperma. Sebelum melakukan masturbasi hendaknya
penis dicuci dahulu agar tidak tercemar oleh kotoran. Untuk mempermudah
masturbasi kadang-kadang dalam menggosok penis diberi pelicin misalnya sabun,
krim atau jelly. Tetapi saat dipakai jangan sampai mencapai lubang keluarnya
sperma. Kebaikan dari cara ini, di samping menghindari kemungkinan tumpah ketika
menampung sperma, juga pencemaran sperma dari zat-zat yang tak diinginkan dapat
dihindari. Tempat penampungan sperma sebaiknya dari botol kaca yang bersih,
kering dan bermulut lebar atau boleh dengan tempat lain dengan syarat tidak
spermatotoksik.
2. Coitus Interuptus
Cara ini dilakukan dengan menyela atau menghentikan hubungan saat akan keluar
sperma. Walaupun cara ini banyak dilakukan untuk memperoleh sampel sperma
untuk diperiksa, namun cara ini kurang baik karena hasilnya kurang dapat
dipertanggungjawabkan, lebih-lebih bila hasil pemeriksaannya mendapatkan hasil
dimana jumlah spermatozoanya di bawah kriteria normal (oligosperma). Tetapi cara
ini kelemahannya dikhawatirkan sebagian telah tertumpah ke dalam vagina sehingga
tidak sesuai lagi untuk pemeriksaan. Seperti yang telah kita ketahui, bahwa sperma
yang dikeluarkan pada waktu ejakulasi terbagi menjadi beberapa tahap, paling sedikit
dua tahap. Tahap pertama adalah merupakan ejakulat yang mengandung spermatozoa
yang terbanyak, sedangkan tahap yang kedua hanya mengandung spermatozoa sedikit
saja atau bahkan sering tidak dijumpai spermatozoa, tetapi mengandung porsi
fruktosa yang terbanyak. Dalam pengendalian orgasme sewaktu melakukan interuptus
tidak menjamin bahwa sebagian besar atau sebagian kecil terlanjur dikeluarkan di
vagina sehingga mengakibatkan kita memperoleh sampel sperma yang tidak lengkap,
sehingga memberikan hasil yang tidak sewajarnya.
3. Coitus Condomatosus
Dengan alasan apapun pengeluaran sperma dengan memakai kondom untuk
menampung mani tidak dianjurkan dan tidak diperkenankan karena zat-zat pada
permukaan karet kondom mengandung suatu bahan yang bersifat spermicidal yang
mempunyai pengaruh melemahkan atau membunuh spermatozoa, biarpun kondom
sudah dicuci dan dikeringkan. Selain daripada itu kemungkinan terjadi tumpahnya
sperma sewaktu pelepasan kondom atau menuangkan ke botol penampung. Tetapi
ada beberapa kondom khusus yang dipergunakan untuk keperluan penampungan
sperma, karena bahan dipakai tidak bersifat spermasida.
4. Vibrator
Masih ada cara lain untuk mempermudah mengeluarkan sperma ialah dengan
vibrator. Alat ini mempunyai berbagai ukuran, terbuat dari plastik dengan permukaan
halus, dapat digerakkan dengan baterai yang menghasilkan getaran lembut. Alat ini
kalau ditempelkan pada glans penis, akan menimbulkan rasa seperti mastrubasi dan
dengan fibrasi yang cukup lama, diharapkan sperma akan keluar.
5. Refluks Pasca Sanggama
Dengan memeriksa sperma yang telah ke vagina. Cara ini tidak dianjurkan karena
dipergunakan cairan fisiologis untuk pembilasan, dan sperma tercampur dengan
sekret vagina, sehingga akan didapatkan hasil yang tidak mencerminkan keadaan
sesungguhnya.

Wadah Penampung
Mani langsung dikeluarkan ke dalam satu wadah terbuat dari gelas atau plastik yang
bermulut lebar dan yang lebih dahulu dibersihkan dan dikeringkan. Wadah harus
dapat ditutup dengan baik untuk menjaga jangan sampai sebagian tertumpah. Pasien
diminta mencatat waktu pengeluaran mani tepat sampai menitnya dan menyerahkan
sampel itu selekasnya kepada laboratorium. Laboratorium juga wajib mencatat waktu
pemeriksaan-pemeriksaan dijalankan.
Penyerahan sampel sperma
Segera setelah sperma ditampung, maka sperma harus secepatnya diserahkan kepada
petugas laboratorium. Hal tersebut perlu dilakukan karena beberapa parameter
sperma mempunyai sifat mudah berubah oleh karena pengaruh luar. Sperma yang
dibiarkan begitu saja akan berubah pH, viskositas, motiltas dan berbagai sifat
biokimianya.
Waktu pemeriksaan
Setelah penderita diberikan penerangan tentang cara-cara serta syarat-syarat
pengeluaran sperma dan lainnya, maka waktu pengeluaran sperma dapat pula
ditetapkan. Hal ini tergantung dari kesiapan pasien dan kesiapan laboratorium. Kalau
syarat-syarat serta semua persiapan baik penderita maupun laboratorium telah
dipenuhi, maka pengeluaran sperma dapat dilakukan.
Segera setelah diterima petugas laboratorium, hendaknya sperma secepatnya
diperiksa. Sperma harus diletakkan di dalam suhu kamar. Contoh sperma tidak boleh
didinginkan dibawah 20OC atau dipanaskan diatas 40OC, oleh karena kedua hal ini
dapat mempengaruhi motilitas dan viabilitas spermatozoa.
Hal-hal lain
Hal lain yang perlu diutarakan pada pasien adalah pada waktu abstinensia janganlah
minum obat - obat apapun, apalagi minum obat-obat perangsang seks, tonikum atau
semacamnya. Hal ini diperlukan agar benar-benar sperma yang diperiksa tidak
dipengaruhi oleh obat – obatan. Kalau perlu dicatat obat yang dimakan dalam 1-2
minggu sebelum analisis dilakukan.
Parameter sperma dapat berupa parameter sperma dasar serta parameter biokimia
sperma. Dalam pemeriksaan rutin atau pemeriksaan dasar, yang dilakukan adalah
mengukur parameter yang diperlukan sebagai dasar umum untuk mendiagnosis
keadaan andrologis, serta yang mudah dilakukan dengan tidak memakai alat-alat serta
pengetahuan yang lebih rumit.
E. Etiologi
Berikut beberapa terminalogi yang dipergunakan dalam spermatologi :
1. Azoospermia : Dalam ejakulat tidak terdapat / ditemukan sperma
2. Aspermatogenesis : Tidak terjadi pembuatan spermatozoa di dalam testis.
3. Aspermia : Tidak terdapat ejakulat
4. Normospermia : Jumlah volume sperma 2-5 ml.
5. Hypospermia : Volume ejakulat kurang dari 1 ml
6. Hyperspermia : Volume ejakulat lebih dari 6 ml
7. Hypospermatogenesis : Proses pembentukan spermatozoa sangat sedikit didalam
testis.
8. Oligospermia : Jumlah spermatozoa di bawah kriteria normal (di bawah 20 juta
tiap ml sperma)
9. Normozoospermia : Jumlah spermatozoa dalam batas normal berkisar antara 40-
200 juta/ml.
10. Asthenospermia : Jumlah spermatozoa yang bergerak dengan baik di bawah 50%.
11. Necrospermia : Semua spermatozoa dalam keadaan mati.
12. Extrem oligospermia : Jumlah spermatozoa di bawah 1 juta untuk tiap 1 ml
ejakulat.
13. Asthenozoospermia : Spermatozoa yang lemah sekali gerak majunya.
14. Teratozoospermia : Bentuk spermatozoa yang abnormal lebih dari 40%.
15. Nekrozoospermia : Bila semua spermatozoa tidak ada yang bergerak atau hidup.
16. Kriptozoospermia : Bila ditemukan spermatozoa yang tersembunyi yaitu bila
ditemukan dalam sedimen sentrifugasi sperma.
17. Polizoospermia : Bila jumlah spermatozoa lebih dari 250 juta per ml sperma
18. Leukospermia : Warna sperma putih keruh serupa susu karena terdapat leukosit
yang banyak.
19. Hemospermia : Warna sperma kemerahan karena terdapat erythrosit yang banyak.
20. Residual Body : Sisa sitoplasma yang melekat pada spermatozoa yang belum
matur.

F. Patologi
Sperma berbentuk seperti kecebong dan terbagi menjadi 3 bagian yaitu: kepala, leher
dan ekor. Kepala berbentuk lonjong agak gepeng berisi inti (nucleus). Bagian leher
menghubungkan kepala dengan bagian tengah. Sedangkan ekor berfungsi untuk
bergerak maju, panjang ekor sekitar 10 kali bagian kepala.
Kepala
Kepala pada sel sperma berbentuk lonjong dan terdapat inti sel (nucleus) dengan
kadungan informasi genetic berupa DNA di dalamnya. Informasi genetic inilah yang
akan bertemu dengan informasi genetic dari sel telur dan akan menentukan apakah
janin nya seorang laki-laki ataupun perempuan. Kepala sperma berbentuk lonjong,
mengandung nukleus (inti), inti tersebut mengandung DNA atau informasi genetik
yang akan diwariskan nantinya.
Pada kepala sperma juga terdapat enzim-enzim, seperti enzim hialuronidase, yang
berfungsi untuk menembus lapisan koronaradiata pada ovum dan enzim akrosin yang
menembus zona pelusida. Pada kepala sel sperma ini juga diselubungi oleh dua enzim
yang membantu sel sperma untuk menembus pertahanan reproduksi wanita.
Kepala (caput), terdiri dari sel berinti tebal dengan hanya sedikit sitoplasma,
mengandung inti (nukleus) dengan kromosom dan bahan genetiknya. Pada bagian
membran permukaan di ujung kepala sperma terdapat selubung tebal yang disebut
akrosom. Akrosom mengandung enzim hialuronidase dan proteinase yang berfungsi
untuk menembus lapisan pelindung ovum.
Midpiece
Bagian tengah sperma ini dibungkus oleh mitokondria yang merupakan sumber
energi bagi sperma yang berguna sebagai sumber energy bagi sel sperma dalam
menjalankan aktivitasnya. Di dalam mitokondria ini, terdapat 11 buah mikrotubulus,
serta mempunyai ATP-ase untuk menghidrolisis (mengolah ATP sebagai bahan
utama sumber energi). Badan (corpus), banyak mengandung mitokondria yang
berfungsi sebagai penghasil energi untuk pergerakan sperma.
Ekor
Ekor sperma berupa flagella (alat gerak) berbentuk sitoskeleton yang berukuran
panjang yang berfungsi untuk mendorong sperma kedepan, dengan kecepaatan 30
inci / jam. Ekor (cauda), berfungsi untuk mendorong spermatozoa masak ke dalam
vas deferens dan ductus ejakulotoris.
Kelainan Pada Sperma
Sperma sangat perlu diperhatikan, kenapa? Karena jika sperma yang dimiliki
seseorang bagus atau sehat, ini akan melakukan pembuahan terhadap sel telur. Yang
akan memberikan anda keturunan atau kehamilan terhadap pasangan anda. Namun,
jika sperma anda punya kelainan, berarti sperma anda tidak normal yang bakalan
mengakibatkan anda susah memiliki keturunan atau bahkan tidak dapat keturunan
atau pria tersebut dapat dikataka mandul.

G. Diangnosa Pemeriksaan Secara Makroskopis, Mikroskopis Dan Kimia


A. Pemeriksaan Makroskopis :
1. Liquefaksi
2. Viscositas
3. pH Sperma
4. Bau Sperma
5. Warna Sperma
6. Volume Sperma

B. Pemeriksaan Mikroskopis :
1. Pergerakan (Motilitas) Spermatozoa
2. Vitalitas Spermatozoa
3. Jumlah Spermatozoa
4. Morfologi Spermatozoa
5. Aglutinasi spermatozoa (khusus)
6. Benda-benda khusus sperma (khusus)
C. Pemeriksaan Kimiawi dan enzim
1. Kadar Fruktosa
2. Acid Phospatase/ACP (khusus)

A. Pemeriksaan Makroskopis
Pemeriksaan makroskopis memperhatikan volume, warna kekeruhan dan kentalnya
mani, selain itu biasanya pH juga diperiksa. Mengukur volume dilakukan dengan
memindahkan ejakulat kedalam gelas ukur 5 atau 10 ml sesuai dengan keadaan yang
dihadapi.
1. Likuefaksi (pencairan)
Sperma yang baru saja dikeluarkan selalu menunjukkan adanya gumpalan diantara
lendir putih yang cair. Liquefaction ini terjadi karena daya kerja dari enzim-enzim
yang diproduksi oleh kelenjar prostat antara lain enzim seminin. Untuk sperma yang
normal gumpalan ini akan mencair setelah waktu 15-20 menit.
Makna Klinis :
Jika liquefaction melebihi dari waktu 20 menit atau lebih lama lagi berarti terjadi
gangguan pada kelenjar prostat dan defisiensi enzim seminin.
2. Pemeriksaan Viscositas (Kepekatan)
Setelah terjadi likuefaksi, biasanya cairan sperma menjadi homogen, tetapi tetap
menunjukkan suatu sifat kepekatan. Untuk mengukur suatu viscositas dari sperma
yang termudah dengan jalan menyentuh permukaan sperma dengan pipet atau batang
pengaduk, kemudian ditarik, maka akan terjadi benang yang panjangnya antara 3-5
cm. makin panjang benang yang terjadi, maka makin tinggi viscositasnya.
Pengukuran viscositas seperti tersebut diatas sifatnya sangat subyektif dan tergantung
dari keterampilan si pemeriksa. Ada suatu cara yang lebih tepat untuk mengukur
suatu viscositas dengan mempergunakan suatu pipet standar yang disebut Pipet
Elliasson. Pipet ini mempunyai volume 0, 1 ml.
Prosedur :
- Sperma diisap dengan pipet Elliason sampai menunjukkan volume 0,1 ml.
- Kemudian tekanan dilepaskan.
- Tetesan pertama diukur dengan stopwatch.
Normal : 1-2 detik
Catatan :
Baik liquefaction maupun viscositas tergantung dari daya kerja enzim-enzim kelenjar
prostat. Perlu ditekankan bahwa viscositas sangat erat hubungannya dengan motilitas
spermatozoa, artinya viscositas yang tinggi sering disertai dengan motilitas yang
rendah.
Makna klinis :
- Jika semen terlalu kental (panjang benang > 5 cm) maka enzim likuefaksi dari
prostat kurang berfungsi.
- Jika terlalu encer (panjang benang <> 8 maka radang akut pada kelenjar genitalia
tambahan atau epiddiymitis. Sedang pada pH <> 6 ml
Hypospermia disebabkan oleh beberapa hal, antara lain :
- Sampel tumpah karena tidak hati-hati, ini disebut kesalahan tehnis.
- Gangguan patologis dan genetis pada organ genitalia
- Vesicula seminalis tidak berfungsi
- Gangguan hormonal atau akibat radang.
Hyperspermia disebabkan oleh abstinensi yang terlalu lama dan kelenjar genitalia
tambahan terlalu aktif.

B. Pemeriksaan Mikroskopis
Pemeriksaan mikroskopis dilakukan setelah sperma mengalami liquefaction. Jadi
kira-kira 20 menit setelah dikeluarkan. Adapun pemeriksaan mikroskopis yang umum
dilakukan meliputi :
1. Pergerakan (Motilitas) Spermatozoa
a. Mekanisme pergerakan
Spermatozoa bergerak (Motil), dengan maksud agar sampai dialat reproduksi wanita
untuk pembuahan. Energi untuk motilitas bersumber pada bagian tengah
spermatozoa. Dibagian tengah itu dapat diibaratkan generator spermatozoa. Energi
dari bagian tengah disalurkan kebagian distal, yaitu ke ekor, kemudian ekor bergerak.
Jadi ekor dapat diibaratkan sebagai kemudi juga sebagai pendorong spermatozoa.
Energi yang keluar menyebabkan dua macam gerakan. Pertama, gerakan
bergelombang keujung ekor. Gelombang itu makin ke ekor makin lemah. Gerakan
kedua bersifat sirkuler. Energi yang keujung ekor itu tidak lurus kebelakang tapi
arahnya melingkari batang tubuh bagian tengah, terus keujung ekor.
Resultante dari dua gerak tersebut menyebabkan motilitas spermatozoa, seluruh tubuh
spermatozoa mulai dari kepala sampai ke ekor bergerak melingkar pada as-nya dan
ke depan. Hal ini menyebabkan gerak lurus ke depan aktif, lincah dengan irama getar
ekor yang teratur.Irama getar ekor spermatozoa normal manusia ialah 15x/detik. Pada
sapi getaran itu kira-kira 20 x/detik.
Maka dari itu dapat dibayangkan bahwa hanya spermatozoa yang normal saja yang
dapat bergerak normal pula. Sebab andaikata bentuk kepala spematozoa tak normal
katakanlah bentuk terato maka arah gerakan tak mungkin lurus ke depan sebab bagian
depan sedemikian tak ideal untuk memperoleh gerak lurus . Demikian pula andaikata
terdapat bagian tengah yang bengkok, bagian ekor yang melingkar, bagian kepala
yang masih tertempel oleh sisa sitoplasma (imatur) kesemuanya mengakibatkan
terganggunya gerak lurus ke depan dan lincah.
b. Macam Motilitas spermatozoa
Berdasarkan mekanisme motilitas tersebut dapat dibedakan dua macam motilitas
spermatozoa, yaitu :
 Spermatozoa Motilitas Baik.
Spermatozoa bergerak lurus kedepan, lincah, cepat dengan beat ekor yang berirama.
 Spermatozoa Motilitas Kurang Baik.
Semua motilitas spermatozoa kecuali yang tersebut spermatozoa motilitas baik,
dianggap spermatozoa dengan motilitas kurang baik atau jelek.
Yang termasuk motilitas spermatozoa kurang baik ialah :
- Motilitas bergetar atau berputar
Spermatozoa hanya bergetar dalam satu bidang saja dan kadang-kadang berhenti.
Ekor hanya bergetar kekiri atau ke kanan tak bergetar rotasi meskipun frekuensi
getarnya dapat tinggi. Karena terdapat kelainan morfologis atau kelainan pengantaran
energi gerak melingkar maka spermatozoa dapat menempuh gerakkan kurva,
spematozoa motilitasnya berputar-putar saja.
- Motilitas tanpa arah
Pada keadaan ini ekor spermatozoa dapat bergetar tinggi atau rendah. Kepala
bergerak tak teratur. Kelainan ini disebabkan adanya bentuk spermatozoa abnormal
maupun distribusi dan pengantaran energi tak normal pada spermatozoa.
- Motilitas karena asimetri kepala atau ekor
Motilitas jenis ini disebabkan karena kelainan morfologi spermatozoa sehingga
memyebabkan motilitasnya melingkar baik searah maupun berlawanan dengan jarum
jam. Kalau morfologi ekor spermatozoa asimetri, amplitudo getaran juga tidak
teratur. Kalau pengantaran energi rotasi ada atau tak teratur sedang ekor asimetri
terjadi motilitas dengan arah melingkar.
- Motilitas spermatozoa imatur
Spermatozoa imatur mungkin berbentuk normal dan mungkin pula tidak normal
karena adanya beban droplet (sisa) sitoplasma maka arah gerak kepala berat sebelah.
Kalau sistem pengantaran energi belum masak pula dapat terjadi motilitas yang
bemacam-macam “rocking” melingkar dan gerak tak teratur. Demikian pula
andaikata sisa sitoplasma terletak dibagian tengah atau ekor spermatozoa motilitas
yang timbul akan bermacam-macam.
- Motilitas spermatozoa teraglutinasi
Motilitas spermatozoa ini terbatas karena spermatozoa melekat satu dengan yang lain
(aglutinasi sejati) atau karena melekat pada benda lain (sel bulat, kristal, bakteri,
protozoa dll) bila terdapat aglutinasi palsu. Tergantung macam aglutinasi (kepala-
kepala, ekor-ekor, dan ekor-kepala) motilitas yang terjadi akan berlainan pula.
- Motilitas spermatozoa terperangkap
Motilitas jenis ini terbatas karena terperangkap oleh sperma yang belum mengalami
likuefaksi total, meskipun telah melewati batas normal waktu likuefaksi. Hal ini akan
terlihat kalau sperma diperiksa motilitas berurutan yaitu langsung setelah ejakulasi
dan setiap setengah jam setelah ejakulasi.
- Motilitas spermatozoa yang lemah
Spema yang kekurangan energi mempunyai gerakan lemah, meskipun arahnya ke
depan beat ekor teratur, lurus namun tak lincah. Hal ini dapat disebabkan karena
sperma telah lama tak diperiksa, sehingga energi untuk motilias berkurang. Dalam hal
ini fruktosa telah banyak dipecah (fruktolisis). Penyebab lain ialah memang cadangan
energi berkurang sejak awal misalnya pada kelainan vesika seminalis.
 Spermatozoa yang tidak bergerak
Spermatozoa yang sama sekali tidak bergerak dan tetap diam ditempat.
c. Pemeriksaan motilitas spermatozoa :
Pemeriksaan motilitas spermatozoa dilakukan dengan cara meneteskan setetes sperma
pada gelas obyek. Tetesan diusahakan sama besarnya untuk setiap pemeriksaan.
Bilamana tetesan tidak sama besarnya pengamatan spermatozoa secara prosentase
dan kuantitatif akan berbeda. Terdapat beberapa cara untuk mendapatkan tetesan
sperma yang sama, yaitu :
- Sperma diteteskan dengan pipet
Diharapkan dengan tetesan pipet volume sperma yang diteteskan sama. Dalam hal ini
untuk setiap sperma harus memakai pipet yang berbeda dan harus baru/bersih benar.
Sebab kalau sebuah pipet telah pernah digunakan untuk satu sperma, kemudian
dipergunakan untuk sperma lainnya akan ada unsur pada sperma pertama yang
terpindahkan ke sperma kedua. Kalau misalnya sperma yang kedua azoospermi maka
kemungkinan akan dinilai tidak azoospermi sebab telah tercampur oleh spermatozoa
dari sampel pertama.
- Sperma diteteskan dengan batang pangaduk terbuat dari pada gelas
Cara ini kebanyakan akan memperoleh tetesan yang sama besar. Apalagi kalau ujung
batang gelas tidak sama besarnya. Keadaan yang mempengaruhi ialah kekentalan
sperma . Bila sperma kental tetesan akan berbeda bilamana sperma encer. Perbedaan-
perbedaan ini dapat diatasi kalau para pemeriksa sperma banyak pengalaman
meneteskan sperma pada gelas objek.
- Sperma diteteskan dengan batang kawat baja berujung bulat
Dengan cara ini memang diperoleh ukuran tetesan yang sama. Untuk menghindari
kontaminasi sperma lain maka setelah loop dipakai untuk satu spesimen sperma,
kemudian dibakar, setelah itu dapat dipergunakan untuk memeriksa sperma yang lain.

Tujuan : untuk mengetahui dan menentukan baik tidaknya pergerakan (motilitas)


spermatozoa dan jumlah prosentase yang bergerak.
Prinsip : Sperma dengan zat tambahan atau tidak dilihat pergerakannya dibawah
mikroskop dengan perbesaran 10x45 dan hasilnya dilaporkan dalam persen ( % ).
Alat : - Objek Glass - Pipet tetes
- Cover glass - Mikroskop
Prosedur :
- Ambil 1 tetes sperma letakkan diatas objek glass.
- Tutup dengan cover glass.
- Periksa dibawah mikroskop perbesaran objektif 40-45x.
- Periksa adanya spermatozoa yang :
• Bergerak aktif (%)
• Bergerak tidak aktif (%)
• Tidak bergerak (%)

d. Penilaian motilitas spermatozoa


Penilaian motilitas spermatozoa dilakukan sebagai berikut :
• Spermatozoa yang bergerak aktif adalah spermatozoa yang bergerak cepat ke depan,
lincah dan aktif (%)
• Spermatozoa yang kurang aktif bergerak adalah spermatozoa yang bergerak
berputar di tempat (%)
• Spermatozoa tidak bergerak (%).
• Jumlah spermatozoa yang aktif ditentukan dalam persen (%). Misalnya : jumlah
spermatozoa 110 yang bergerak aktif 50 maka spermatozoa yang aktif adalah 50/110
x 100% = 45,5%
• Besar kecilnya tetesen dan berat ringannya gelas penutup berpengaruh pada
motilitas spermatozoa. Sebelum diteteskan sperma terlebih dahulu diaduk rata
sehingga homogen. Motilitas spermatozoa biasanya dilihat setelah terjadi likuefaksi
lengkap.
• Pemeriksaan harus segera dilakukan setelah gelas obyek ditempelkan. Bila terlalu
lama dibiarkan baru kemudian diperiksa akan terjadi perbedaan dalam miotilitas
spermatozoa.
• Untuk tahap permulaan sediaan diperiksa dengan pembesaran objektif 10 x. Setelah
itu diganti dengan pembesaran objektif 40 x
• Dalam keadaan normal yang motil aktif harus diatas 70%, yang motil lemah
dibawah 20% dan tidak motil dibawah 0%.
e. Berkurangnya derajat motilitas
Spermatozoa akan berkurang motilitasnya bila dibiarkan setelah ejakulasi. Angka
yang dilaporkan perlu dihubungkan dengan waktu yang sudah berlalu sejak saat
ejakulasi, semakin banyak waktu lewat, semakin berkurang motilitas spermatozoa.
Penilaiannya :
- Biasanya didapat bahwa sampai 1 jam setelah dikeluarkan, mani berisi 70% atau
lebih spermatozoa aktif, angka itu terus menerus menurun sehingga menjadi 50%
sekitar 5 jam lewat ejakulasi.
- Pada keadaan normal kemunduran motilitas terjadi kira-kira 10-20% dalam waktu
2-3 jam.
- Dalam melaksanakan pemeriksaan motilitas berurutan ini temperatur laboratorium
harus dijaga agar konstan, sebab perbedaan suhu juga berpengaruh terhadap motilitas
spermatozoa.
- Dalam pemeriksaan rutin tidak banyak gunanya mengikuti penyusutan motilitas dari
jam ke jam, berkurangnya motilitas banyak dipengaruhi oleh cara menyimpan
sampel.
2. Pemeriksaan Vitalitas Spermatozoa
Spermatozoa yang tidak bergerak, belum tentu mati. Adakalanya lingkungannya tidak
cocok, spermatozoa tidak bergerak. Tetapi kalau keadaan lingkungannya suatu ketika
baik, ada kemungkinan spermatozoa bergerak lagi. Maka dari itu perlu dibedakan lagi
antara spermatozoa yang hidup dengan spermatozoa yang mati. Pemeriksaan ini
adalah pemeriksaan vitalitas spermatozoa.
Untuk memeriksa vitalitas spermatozoa, dilakukan pengecatan vital atau vital
staining. Cara ini digunakan untuk memastikan diagnosa nekrozoospermia.
Metode : Eosin-Nigrosin Supravital Stainning Sperma Viability
Tujuan : Untuk membedakan dan mengetahui sperma yang hidup dan yang mati.
Prinsip : Sampel sperma dibuat hapusan, diwarnai, dikeringkan dan diperiksa sperma
yang mati dan yang hidup dibawah mikroskop perbesaran 10 x 100.

Alat :
- Pipet tetes
- Objek glass
- Mikroskop
- Rak dan bak pewarnaan
- Tabung reaksi
- Botol semprot
Reagensia :
- Eosin 5 %
- Negrosin 10 %
Cara Kerja :
- Sampel sperma diteteskan kedalam tabung reaksi kecil
- Ditambahkan 1 tetes eosin 5 % dan 1 tetes negrosin 10 %, di aduk
- Diambil 1 tetes, dibuat hapusan diatas objek glass, dikeringkan.
- Diperiksa dibawah mikroskop dengan perbesaran 10x100 pada 100 lapang pandang
dan hasil dinyatakan dalam persen ( % ).
Penilaian :
Spermatozoa yang mati akan berwarna merah
Spermatozoa yang hidup akan terlihat tidak berwarna
Nilai Normal : 75 % atau lebih spermatozoa yang hidup.
Catatan :
- Spermatozoa yang mati berwarna kemerahan karena dinding spermatozoa rusak, zat
warna masuk ke dalam sel.
- Spermatozoa yang hidup tetap tidak berwarna karena dinding sel masih utuh, tak
dapat ditembus zat warna.
- Untuk membuat pengecatan vitalitas yang baik, zat warna harus baru, jangan terlalu
kental dan jangan banyak endapan.
3. Pemeriksaan Jumlah Spermatozoa
Menghitung jumlah spermatozoa dapat dilakukan dengan metode hemocytometer
biasa menggunakan pipet Thoma atau dengan modifikasi hemocytometer dengan
pengenceran dalam tabung menggunakan Clinipette. Larutan yang biasa yang
dipergunakan ialah larutan pengencer 5% Natrium bikarbonat dalam aquadest
ditambah dengan formaldehide 1 ml.
Larutan pengencer ini juga bertindak sebagai zat spermisida yang mematikan
spermatozoa, serta merupakan garam fisiologis. Dengan demikian spermatozoa yang
terdapat didalam kamar hitung dapat lebih cermat dihitung.
Jumlah spermatozoa dihitung menurut beberapa cara :
1. Jumlah Spermatozoa per ml ejakulat.
2. Jumlah Spermatozoa per volume ejakulat.
Namun yang umum dipakai adalah spermatozoa per ml ejakulat. Bilamana
menghendaki perhitungan untuk seluruh ejakulat, tinggal mengalikan dengan volume
ejakulat.

Tujuan : Untuk mengetahui jumlah sperma yang terdapat dalam sampel sperma yang
diperiksa.
Prinsip : Sampel sperma diencerkan dalam pipet lekosit dengan larutan pengencer
tertentu, diperiksa dalam bilik hitung.
Alat : - Kamar hitung Improved Neubauer atau Burker
- Pipet Thoma leukosit atau eryhtrosit
- Kertas saring / tissue
Reagensia :
Larutan Pengencer Sperma :
- NaHCO3 ...............................5 gram
- Formalin 5%,..............................1 ml
- Larutan Eosin 2%.......................5 ml
- Aquadest add.........................100 ml
Prosedur :
Cara Pipet Thoma :
- Isap sperma dengan pipet leukosit sampai tanda 0,5 tepat.
- Isap larutan Pengencer Sperma sampai tanda 11 tepat.
- Kocok selama 2 menit, buang cairan 3-4 tetes, masukkan dalam kamar hitung
improved Neubauer dengan menempelkan ujung pipet ditepi kaca penutup.
- Hitung sel sperma yang terdapat dalam 4 kotak sedang
- Hasilnya dinyatakan dalam juta/ml
Cara Tabung dengan Clinipette :
- Masukkan 400 ul cairan pengencer sperma kedalam tabung reaksi dengan clinipette.
- Buang 20 ul dengan clinipette cairan tadi.
- Pipet 20 ul sperma yang telah dihomogenkan dan campur dengan larutan pengencer.
- Kocok beberapa kali tabung atau letakkan diatas pengocok khusus (vibrator).
- Masukkan dalam kamar hitung improved Neubauer dengan menempelkan ujung
clinipette ditepi kaca penutup.
- Hitung sel sperma yang terdapat dalam 4 kotak sedang
- Hasilnya dinyatakan dalam juta/ml
Perhitungan :
Misal jumlah didapat : 200 spermatozoa
200 x 50 = 10.000/mm3
= 10.000 x 1000 = 10 juta/ml
Nilai Normal : 20 – 70 juta / ml

Catatan :
- Untuk mempermudah penghitungan didalam bilik hitung dapat digunakan pipet
eryhtrosit sebagai pipet pengencer dan sperma diisap sampai 0,5 tepat dan pengencer
101. pengenceran pipet 200x dikalikan untuk perhitungan.
- Untuk pengenceran yang lebih teliti sebaiknya menggunakan pengenceran
menggunakan Clinipette dalam tabung. Pengenceran dapat diubah sesuai dengan
keinginan.
- Menurut R. Gandasoebrata bila tidak memiliki larutan pengencer Natrium
bikarbonat maka dapat digunakan aquadest sebagai larutan pengencer.
4. Pemeriksaan Morfologi Spermatozoa
Pemeriksaan morfologi spermatozoa ditujukan untuk melihat bentuk-bentuk
spermatozoa yang didasarkan atas bentuk kepala dari spermatozoa. Seperti diketahui
spermatozoa mempunyai beberapa macam bentuk. Dengan pemeriksaan ini diketahui
beberapa banyak bentuk spermatozoa normal dan abnormal. Bentuk yang normal
adalah spermatozoa yang kepalanya berbentuk oval dan mempunyai ekor yang
panjang. Untuk pemeriksaan morfologi ini dimulai dengan pembuatan preparat smear
di atas objek glass, yang dibiarkan kering dalam temperatur kamar. Setelah preparat
smear tersebut kering, maka selanjutnya dilakukan prosedur pewarnaan.
Agar memperoleh hasil yang baik pemeriksaan morfologi spermatozoa dilakukan
pengecatan khusus. Terdapat berbagai macam pengecatan guna memeriksa morfologi
spermatozoa, diantaranya Giemsa, Wright, Romanowsky, May Grunwald, Kiewit de
Jong.
Tujuan : Untuk mengetahui ada tidaknya kelainan morfologi sperma dalam sampel
yang diperiksa.
Prinsip : Sperma dibuat hapusan diwarnai dengan giemsa, dicuci, dikeringkan dan
diperiksa morfologi sperma dibawah mikroskop dengan anisol perbesaran 10 x 100.
Alat – alat :
- Pipet tetes
- Objek glass
- Rak dan Bak pewarnaan
- Mikroskop
- Botol semprot
- Lampu spritus
Reagensia : Karbol Fuchsin 0,25 %
Cara Kerja :
a. Cara Karbol Fuchsin
- Setetes sperma dibuat hapusan diatas objek glass.
- Difiksasi dengan nyala api 2 – 5 kali
- Diwarnai dengan carbol fuchsin 0,25% selama 5 Menit, dicuci dengan air.
- Dikeringkan dan diperiksa dibawah mikroskop perbesaran 10 x 100 dalam 100
spermatozoa
b. Cara Giemsa
- Sediaan hapus difiksasi dengan metanol selama 10 menit.
- Sisa metanol dibuang, sediaan dibiarkan kering di udara.
- Sediaan dicat dengan larutan Giemsa (17 tetes giemsa dicampur dengan 5 ml
aquades) selama 20 menit.
- Sediaan dibilas dengan aquadest dan dikeringkan. diperiksa dibawah mikroskop
perbesaran 10 x 100 dalam 100 spermatozoa
c. Cara Hematoxilin Meyer
- Sediaan hapus ditetesi larutan formalin 10% selama 1 menit.
- Sediaan dibilas dengan aquadest.
- Sediaan dicat dengan hematoksilin menurut Meyer selama 2 menit.
- Sediaan dibilas dengan aquadest dan dikeringkan diudara. diperiksa dibawah
mikroskop perbesaran 10 x 100 dalam 100 spermatozoa
d. Cara O.Steeno
- Sediaan hapus dimasukkan ke dalam larutan metanol selama 5 menit dan
dikeringkan diudara.
- Sediaan dicelupkan kedalam larutan safranin 0,1% selama 5 menit
- Sediaan dibilas dalam air buffer dua kali.
- Sediaan dicelupkan kedalam larutan kristal violet 0,25% selama 5 menit
- Sediaan dibilas dengan aquadest dan dikeringkan diudara. diperiksa dibawah
mikroskop perbesaran 10 x 100 dalam 100 spermatozoa
e. Cara lain dengan Fast Green, Wright, Bryan/leishman, Papanicolou, Romanowsky
dan lainnya.
Morfologi spermatozoa :
• Spermatozoa Normal :
Spermatozoa yang kepalanya berbentuk oval, reguler, dengan bagian tengah utuh dan
mempunyai ekor tak melingkar dengan panjang 45 um.
• Spermatozoa Abnormal :
Spermatozoa disebut abnormal bilamana terdapat satu atau lebih dari bagian
spermatozoa yang abnormal. Jadi meskipun kepala spermatozoa oval, tetapi kalau
bagian tengah menebal, maka dikatakan abnormal.
 Abnormalitas kepala
- Kepala oval besar
Spermatozoa normal dengan ukuran kepala lebih besar dari normal. Panjang kepala
>5µ dan lebar >3 µ
- Kepala oval kecil
Spermatozoa normal dengan ukuran kepala lebih kecil dari normal. Panjang kepala
<3>2 µ.
- Kepala pipih (tapering head = lepto)
Kepala spermatozoa berbentuk seperti cerutu dengan kedua sisinya sejajar, bentuk
ramping dan agak panjang, akrosomnya dapat berujung lancip atau tidak.
- Kepala berbentuk pir (piriform head)
Kepalanya nyata atau bahkan lebih menyolok berbentuk sebagai tetesan air, bagian
runcing berhubungan dengan bagian tengah.
- Kepala dua (duplicated head)
Spermatozoa dengan memiliki dua kepala.
- Kepala berbentuk amorfous (terato)
Bentuk kepala yang tak menentu atau sangat besar dengan struktur yang aneh.
Abnormalitas bagian tengah
- Bagian tengah tebal
- Bagian tengah patah
- Tak mempunyai bagian tengah
Abnormalitas ekor
- Ekor sangat melingkar
- Ekor patah yang meninggalkan sisa ekor.
- Ekor lebih dari satu
- Ekor sebagai tali terpilin
Spermatozoa imatur
Spermatozoa yang masih mengandung sisa sitoplasma, yang paling tidak besarnya
separuh dari ukuran kepala dan masih terikat, baik pada kepala, bagian tengah
maupun pada ekor spermatozoa.
• Leukosit dalam sperma :
Dalam sperma kecuali terdapat spermatozoa juga terdapat rundzellen / round cell atau
sel bundar yang terdiri dari leukosit dan sel-sel spermiogenesis. Dalam keadaan biasa
terdapat leukosit dalam sperma, jumlahnya meningkat melebihi normal akan
berpengaruh terhadap gambaran spermiogenesis, sehingga perlu dilakukan
penghitungan leukosit.
• Menghitung rundzellen (sel bundar) :
Karena terdiri dari dua sel yaitu sel muda sperma dan leukosit, maka untuk
membedakannya dapat dilakukan penghitungan sebagai berikut :
- 1 tetes sperma ditambah 1 tetes larutan Sedicolor (larutan Methylen Blue) diaduk
rata diobjek glass, dibiarkan beberapa menit, diperiksa di mikroskop dengan
pembesaran 400-600 kali.
- Dilakukan diferensiasi antara sel spermatozoa muda dan leukosit yang dinyatakan
dalam 100%.
- Ciri-ciri sel :
Sel spermiogenesis : Dinding sel tampak tebal dengan inti yang kompak.
Leukosit : Dinding kelihatan tipis dengan inti yang khas untuk leukosit.
- Dihitung 100-200 sel bundar dan cara ini dilakukan jika junlah sel bundar per Lp
lebih dari 6-10.
Jika pada sediaan jelas terlihat adanya leukosit maka dapat dipakai cara tanpa
pengecatan, yaitu :
- 0,1 ml sperma diteteskan diatas objek glass lalu ditutup dengan gelas penutup dan
diperiksa dengan pembesaran 400-600 kali.
- Jika didapat sel leukosit 6-10/Lp atau lebih, kemungkinan menunjukkan adanya
infeksi pada traktus genitalis.
5. Aglutinasi Spermatozoa
Aglutinasi spermatozoa ialah penggumpalan atau perlekatan antara satu spermatozoa
dengan beberapa spermatozoa yang lain. Aglutinasi spermatozoa dapat disebabkan
oleh faktor imunologis dan non-imunologis. Cara membedakan keduanya dengan
mengukur titer antibodi yang terdapat pada pasangan suami isteri. Namun guna
informasi pendahuluan proses aglutinasi spermatozoa, dapat dilakukan cara :
Satu tetes sperma diberi garam fisiologis.
Kalau terjadi aglutinasi sejati, spermatozoa akan tetap melekat satu dengan yang lain.
Kalau dengan penambahan garam fisiologis spermatozoa lepas satu dengan yang lain,
maka aglutinasi tersebut adalah aglutinasi palsu.
Cara lain oleh Hellinga (1976)
Setetes sperma segar, setelah likuefaksi total, diletakkan pada objek glass, lalu ditutup
dengan gelas penutup. Sediaan dibiarkan tidak disentuh sedikitpun selama paling
tidak 1 jam. Pada sperma tertentu akan terjadi penggumpalan satu dengan yang lain.
Macam-macam aglutinasi atau penggerombolan spermatozoa tersebut yaitu :
a. Aglutinasi ekor dan ekor
Pada keadaan ini ujung atau bagian ekor yang lebih proksimal bersentuhan atau
berlekatan satu dengan yang lain, sedangkan kepalanya bebas bergerak. Ini
dinamakan tail to tail agglutination (TT).
b. Aglutinasi kepala dan kepala
Pada keadaan ini kepala spermatozoa saling berlekatan atau bergerombol, sedangkan
kepalanya bebas bergerak. Ini dinamakan head to head agglutination (HH).
c. Aglutinasi kepala dengan ekor
Pafa keadaan ini kepala satu spermatozoa atau lebih berlekatan dengan ekor sebuah
spermatozoa atau lebih. Ini dinamakan head to tail agglutination (HT).
d. Spermatozoa saling menggerombol atau melekat pada suatu sel muda spermatozoa,
epitel atau lain-lain benda pada sperma.
e. Spermatozoa dapat menggerombol seperti benang pada pinggir daerah sperma
tertentu. Ini dinamakan aglutinasi rantai (string agglutination).
6. Benda-benda khusus spermatozoa
Didalam sperma kecuali spermatozoa dan spermatozoa muda, terdapat benda-benda
khusus lainnya. Benda-benda itu berasal dari saluran genital atau kelenjar asesoria
atau benda-benda lain baik hidup maupun benda mati.
a. Benda-benda mati
-Sel epitil
Biasanya berupa sel epitil pipih, yang berasal dari lepasan sel pada saluran
urogenitalis. Sel pada traktus urogenitalis memang mudah lepas, apalagi kalau terjadi
proses keradangan, sehingga tambahan diagnostik untuk sesuatu keradangan.
-Kristal-kristal
Kristal-kristal ini berasal dari kelenjar-kelenjar asesoria.kristal yang banyak dijumpai
pada sperma : fosfat, urat dan sitrat.
-Lemak
Lemak dalam sperma berasal dari kelenjar prostat, berbentuk bundar jernih. Benda ini
tak banyak artinya dalam klinis.
-Benda prostat
Berasal dari prostat, berbentuk bundar tepinya tidak rata, serta tidak berinti.
b. Benda-benda hidup
-Bakteri
Bakteri ini berasal dari infeksi traktus urogenitalis, benruknya tak nampak jelas.
-Protozoa
Infeksi traktus urogenitalis oleh protozoa sering terjadi, misal Trichomonas, amoeba
dan Clamydia trachomatis.
-Jamur
Dapat dijumpaipad pasien yang dermatitis didaerah genitalia atau perineum.

C. Pemeriksaan Kimia
Karbohidrat yang ada dalam mani ialah fruktosa dan kadar fruktosa itu mempunyai
korelasi positif dengan kadar testosteron dalam tubuh. Penetapan kadar fruktosa
memakai reaksi Selivanoff sebagai dasar, pada reaksi itu fruktosa bereaksi dengan
resorcinol dengan menyusun warna merah.
Parameter : Penetapan Fruktosa
Tujuan : Untuk mengetahui dan menentukan kadar fruktosa dalam semen yang
bertalian dengan kadar testosteron.
Prinsip : Fruktosa akan berubah menjadi furfural oleh pengaruh HCl dan pemanasan,
furfural yang terjadi akan berkondensasi dengan resorsinol menyusun senyawa yang
berwarna merah.
Reagensia :
1. Larutan Ba(OH)2 0,3 N dibuat dengan melarutkan 47,5 g Ba(OH)2.8H2O dalam
1000 ml aqusdest.
2. Larutan ZnSO4 0,175 M dibuat dari 50 g ZnSO4.7H2O dalam 1000 ml aquadest.
3. Larutan resorcinol 0,1% dalam 100 ml alkohol 95%, larutan ini bertahan 2 bulan
bila disimpan dalan lemari es.
4. HCl 10 N dibuat dari 1 volume aquadest ditambah 6 volume HCl pekat.
5. a. Standard fruktosa stock 50 mg fruktosa larutkan dalam 100 ml larutan asam
benzoat 0,2%.
b. Standard fruktosa sebagai larutan kerja. 1 ml standard fruktosa stock diencerkan
dengan aquadest sampai 100 ml. Pada cara dicantumkan dibawah, larutan kerja ini
sesuai dengan 200 mg /dl fruktosa mani.

Prosedur Kerja :
1. Lakukan deproteinisasi mani yang akan diperiksa dengan terlebih dahulu
mengencerkan 0,1 ml mani dengan 2,9 ml air. Kemudian tambah 0,5 ml larutan
Ba(OH)2, campur, tambahkan 0,5 ml larutan ZnSO4, campur lagi dan pusinglah
kuat-kuat.
2. Sediakan 3 tabung T (test), S (standard) dan B (blanko). Tabung T diisi 2 ml cairan
atas dari langkah 1, tabung S diisi 2 ml standard fruktosa larutan kerja dan tabung B
diisi 2 ml air/ aquadest.
3. Kepada tabung T, S dan B masing dibubuhkan 2 ml resorsinol dan 6 ml HCl.
4. Campur isi tabung masing-masing, panasilah dalam bejana air 90OC selama 10
menit.
5. Bacalah absorbansi T dan S terhadap B pada 490 nm.
6. Hitunglah kadar fruktosa dengan rumus AT/AS x 200 = mg / dl fruktosa mani.

H. Pencegahan
Sel sperma manusia adalah sel sistem reproduksi utama dari laki-laki. Sel
sperma memiliki jenis kelamin laki-laki atau perempuan. Sel sperma manusia terdiri
atas kepala yang berukuran 5 µm x 3 µm dan ekor sepanjang 50 µm. Sel sperma pada
manusia bersifat haploid yang berjumlah 23 kromosom, sehingga jika nantinya sel
sperma bertemu dengan sel telur pada wanita, maka lengkaplah sel tersebut menjadi
sel yang bersifat diploid yang memiliki jumlah kromosom sebanyak 46 buah.
Spermatozoa mamalia dihasilkan melalui spermatogenesis dalam gonad jantan
(testis) melalui pembelahan meiosis. Proses spermatozoon awal memakan waktu
sekitar 70 hari. Tahap spermatid adalah di mana sperma mengembangkan ekor. Tahap
berikutnya dimana ia menjadi sepenuhnya matang memakan waktu sekitar 60 hari
dan selanjutnya disebut spermatozoa. Sel sperma dikeluarkan dari tubuh laki-laki
dalam cairan yang dikenal sebagai air mani.
Sperma ini dibawa bersama cairan semen (mani) ketika dikeluarkan
(diejakulasikan) melalui lubang urethra pada penis, yang selanjutnya akan menuju ke
vagina untuk melakukan fungsi utamanya, yaitu sebagai fungsi reproduksi juga
berkembang biaknya manusia dan juga hewan, dengan kemampuan sperma untuk
menembus lapisan terluar dari ovum sehingga terjadi fertilisasi (pembuahan).
Sel sperma yang bergerak disebut juga dengan spermatozoa, sedangkan sel
sperma yang tidak bergerak disebut dengan spermatium. Sel sperma terkandung di
dalam cairan semen. Jadi, air mani yang disebut oleh orang awam adalah gabungan
dari cairan semen dan sel sperma.
Selain jumlah, faktor lain yang tak kalah penting adalah pergerakan sperma. Gerak
sperma ada empat macam, yaitu:
Gerak lurus cepat, Gerak lurus lambat, Gerak di tempat, dan Tidak bergerak.
Tidak semua sel sperma yang dilepaskan ke dalam vagina akan bertahan
sampai leher rahim. Hanya sel sperma hidup yang sehat dan lurus akan memiliki
kesempatan untuk mencapai sel telur. Jika tidak ada sel telur untuk dibuahi, sel-sel
sperma dapat tetap hidup hingga lima hari atau lebih dalam saluran reproduksi
wanita.
Sel sperma adalah satu sel tunggal yang tidak bisa membelah diri. Bentuk sel
ini memiliki 3 bagian yaitu bagian kepala, tengah, dan ekor. Pada bagian kepala
terdapat inti sel (nukleus), bagian tengah mengandung banyak mitokondria yang
berfungsi sebagai sumber energi untuk pergerakan dan bagian ekor bertugas untuk
mendorong sehingga sel sperma ini dapat bergerak.
Sperma yang diejakulasikan di tampung dalam wadah yang bersih dan tidak bereaksi
apa-apa terhadap sperma, yang biasa digunakan adalah tabung reaksi berukuran 50-
100 ml ataupun kaca. Kemudian tempat tersebut ditutup agar tidak terkontaminasi.
Oleh karena itu, kelainan pada sperma yaitu sebagai berikut.
Kelainan jumlah sperma
Jumlah sperma yang normal bagi seorang pria adalah minimum sekitar 39 juta
sperma per ejakulasi. Seseorang yang memiliki jumlah sperma lebih rendah dari
jumlah normal, terkadang disebut sebagai oligospermia. Jika tidak ada sel sperma
yang ditemukan, ini bisa disebut sebagai azoospermia. Sedangkan sel sperma sendiri
ialah benih yang diperlukan untuk membuahi sel telur wanita.
Azoospermia timbul akibat berbagai hal, diantaranya adalah karena memang testis
tidak bisa memproduksi sel sperma atau bisa juga karena ada saluran sperma yang
tersumbat yang menyebabkan sel sperma tidak terkandung dalam air mani.
Penyebab kelainan ini bisa berasal dari sumbatan pada saluran sperma (Vas deferens)
ataupun karena kelainan bawaan. Jika penyebabnya adalah sumbatan pada saluran
sperma maka masih bisa diatasi dengan jalan operasi untuk membersihkan sumbatan
tersebut dan kemungkinan kehamilan masih bisa terjadi. Terkecuali jika disebabkan
oleh kelainan bawaan yang menyebabkan testis tidak dapat memproduksi sel sperma
penanganannya akan lebih sulit.
Kelainan bentuk sperma (morfologi)
Kelainan sperma ini mengacu pada kelainan bentuk sel-sel sperma. Setidaknya,
sperma dinyatakan masih dapat berfungsi dengan baik jika memiliki 4% sperma yang
berbentuk normal. Untuk melihat kelainan sperma ini, sperma harus diperiksa di
bawah mikroskop. Bentuk sperma normal adalah sebagai berikut:
Memiliki bentuk oval dengan panjang 5-6 mikrometer dan lebar 2,5-3,5 mikrometer.
Memiliki sebuah tutup terdefinisi (akrosom), yang mencakup 40%-70% dari kepala
sperma.
Tidak ada kelainan yang terlihat dari leher, bagian tengah, atau ekor.
Tidak ada tetesan cairan di kepala sperma yang lebih besar dari satu setengah ukuran
kepala sperma.
Teratospermia adalah kondisi dimana bentuk sperma abnormal sangat banyak dan
jumlah morfologi sperma normal kurang dari 30%. Kelainan ini belum diketahui
pasti, namun kelainan hormonal terjadi pada testis yang menyebabkan infeksi dan
tumor yang dapat mempengeruhi morfologi sperma. Teratospermia masalah
utamanya terletak pada kelainan bentuk dan juga ukuran sel sperma.
Pria dengan kelainan bentuk sperma cenderung memiliki lebih banyak kesulitan pada
kehamilan, tetapi kita tidak bisa mengatakan dengan pasti apakah kesulitan tersebut
hanya disebabkan oleh bentuk sperma itu sendiri atau dengan alasan yang lain, yang
menyebabkan bentuk sperma berbeda. Setidaknya untuk memperoleh keberhasilan
kehamilan, sekurang-kurangnya 50% dari seluruh sel sperma harus memiliki bentuk
yang normal, dibawah nilai itu sudah dikatakan teratospermia, dalam arti semakin
sedikit sperma yang bentuknya normal maka peluang kehamilan sangat kecil.
Kelainan gerakan sperma (motilitas)
Motilitas adalah persentase sperma yang bergerak. Agar terjadi fertilisasi, sperma
harus berenang ke saluran reproduksi wanita untuk membuahi telur. Kemampuan
berenang menuju tujuan adalah penting. Motilitas total mengacu pada setiap gerakan,
sedangkan motilitas progresif mengacu pada sperma yang meneruskan gerakan baik
dalam garis atau dalam lingkaran besar. Pergerakan atau motilitas sperma juga jadi
faktor penentu terjadinya pembuahan, karena sperma hanya bisa bertahan hidup
dalam waktu singkat.
Oleh karenanya sel sperma harus memiliki gerakan yang cepat dan gesit untuk
mencapai sel telur. Pria dianggap memiliki motilitas normal jika 40% dari
keseluruhan sperma bergerak dan setidaknya 32% harus berenang dalam gerakan
maju atau di dalam lingkaran besar. Gerakan sel sperma sendiri sebenarnya
bermacam-macam tergantung pada strukturnya. Beberapa mungkin ada yang
mengalami kelainan seperti bentuk ekor yang lebih pendek sehingga menyebabkan
gerakannya tidak lincah ketika menuju rahim.
Penyebab kelainan jumlah sperma juga banyak yang menyebabkan kelainan gerakan
sperma. Kelainan motilitas dapat terjadi meskipun jumlah sperma yang dimiliki
tergolong banyak, dan hal itu dapat menyebabkan masalah kesuburan.
Nah, itulah tadi penjelasan mengenai sperma tersebut. Sperma merupakan sesuatu
yang sangat penting bagi kehidupan pria. Sperma ini sangat berperan penting dalam
membangun hubungan keluarga. Karena sepasang suami istri pastinya mengharapkan
keturunan untuk melengkapi rumah tangganya. Jika sperma yang dimiliki pasangan
tersebut normal atau bagus, maka mereka akan cepat mendapatkan keturunan. Karena
sperma akan dibuahi di dalam sel telur. Semoga ulasan ini dapat menambah wawasan
anda.
Semen, sehari-hari disebut pula mani, air mani, cairan putih, atau pejuh, adalah cairan
yang membawa sel-sel sperma yang dikeluarkan oleh organ-organ seksual jantan.
Fungsi utama semen adalah untuk mengantarkan sel-sel sperma untuk membuahi sel
telur yang dihasilkan oleh individu betina. Proses pengeluaran semen dalam situasi
normal disebut ejakulasi.
Berikut beberapa gaya hidup sehat yang dapat meningkatkan kualitas sperma.
1. Perhatikan asupan makanan Anda
makan sayur cara efektif menurunkan berat badan
Tahukah Anda bahwa makanan yang Anda konsumsi sehari-hari dapat memengaruhi
kualitas sperma? Ya, salah satu faktor yang dapat memengaruhi kualitas sperma pria
adalah asupan makanan. Nutrisi dalam makanan berperan penting dalam
meningkatkan kualitas sperma sehingga membantu sperma untuk bergerak dan
melakukan pembuahan.
Oleh sebab itu, penting bagi Anda untuk memastikan bahwa makanan yang Anda
makan sehari-hari mengandung gizi dan nutrisi seimbang. Selain membuat Anda
lebih sehat dan bugar, makanan yang kaya nutrisi juga membantu meningkatkan
kualitas sperma serta gairah seksual pria.
Kalau tubuh Anda sehat, gairah seksual dan kualitas sperma Anda juga baik. Dengan
begitu, tingkat kesuburan Anda pun akan meningkat. Ini artinya, peluang
keberhasilan program hamil yang Anda dan pasangan rencanakan bisa lebih besar.
2. Berhenti merokok
Merokok adalah kebiasaan tidak sehat yang memiliki banyak sekali dampak negatif
pada tubuh. Salah satu yang mungkin terjadi adalah mengganggu kesuburan. Ya,
beberapa penelitian telah menyebutkan bahwa pria perokok aktif berisiko tinggi
mengalami impotensi. Selain itu, kualitas dan kuantitas sperma pria yang merokok
juga diketahui lebih buruk dibandingkan orang yang tidak merokok.
Itu sebabnya, jika Anda ingin memiliki anak, berusahalah untuk berhenti merokok
sekarang juga. Meski tidak mudah, hal ini bukan berarti sama sekali tidak bisa Anda
lakukan, bukan? Bila perlu, jangan ragu untuk meminta dukungan dari orang-orang
terdekat Anda agar upaya Anda untuk berhenti merokok bisa berjalan lancar dan
optimal.
3. Rajin olahraga
Kegemukan alias obesitas, dapat mengganggu kualitas dan kuantitas sperma, baik
dari bentuk maupun pergerakannya yang tidak bagus. Itu sebabnya menjaga berat
badan ideal juga merupakan salah satu perubahan hidup sehat yang perlu Anda
lakukan. Nah, salah satu cara untuk mengendalikan berat badan secara optimal adalah
dengan olahraga teratur. Lebih jauh, olahraga juga dapat membuat tubuh Anda lebih
bugar sekaligus menurunkan kadar stres Anda. Tingkat stres yang rendah dapat
menimbulkan perasaan senang serta pikiran positif pada diri Anda. Hal ini tentu baik
untuk keberhasilan program kehamilan bersama pasangan Anda.
Anda tak perlu melakukan olahraga dengan intensitas tinggi. Pilihlah jenis olahraga
yang memang sesuai dengan kondisi kesehatan serta yang Anda sukai. Yang
terpenting, buatlah tubuh Anda bergerak setiap hari.
4. Jaga organ reproduksi Anda
Menjaga suhu testis juga merupakan cara lain untuk meningkatkan kualitas sperma.
Hal ini bisa dilakukan dengan cara menghindari kebiasaan berendam di dalam air
panas ataupun mengenakan celana yang ketat. Pasalnya, suhu tinggi di sekitar testis
dapat menurunkan kualitas sperma sehingga produksi sperma Anda terhambat.
5. Terapkan seks sehat dengan pasangan
Anda juga perlu membersihkan penis sebelum berhubungan intim untuk mendapatkan
seks yang sehat, karena aktivitas seks adalah sumber penyebaran infeksi yang paling
besar. Jika Anda ingin menggunakan alat bantu, seperti sex toy, cucilah benda itu
sampai bersih setiap kali Anda ingin berhubungan seksual.
Hindari berganti-ganti pasangan saat melakukan hubungan seksual agar terhindar dari
risiko penyakit menular seksual. Selain itu, sebaiknya Anda tidak melakukan
hubungan seks saat mabuk karena hal tersebut justru dapat memicu tindakan berisiko.
Hello Health Group dan Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis,
maupun pengobatan. Silakan cek laman kebijakan editorial kami untuk informasi
lebih detail.
Mengenal Berbagai Macam Kelainan Sperma
Sekitar 13 dari 100 pasangan kesulitan untuk memiliki anak meskipun sudah
berhubungan seksual secara rutin. Salah satu penyebabnya adalah kelainan sperma.
Kelainan ini bisa terletak pada jumlah, bentuk, ataupun kemampuan gerak sel-sel
sperma.
Sel sperma atau spermatozoa dihasilkan di testis atau buah zakar. Produksi sel sperma
dipengaruhi oleh banyak faktor, seperti kadar hormon testosteron dan temperatur
buah zakar. Saat pria ejakulasi, berjuta-juta sel sperma akan dikeluarkan melalui
penis bersama cairan yang disebut semen atau air mani.
Mengenal Berbagai Macam Kelainan Sperma - Alodokter
Sel-sel sperma ini kemudian akan bergerak di dalam rahim menuju ke tuba fallopi
atau saluran telur wanita, di mana sel sperma dapat membuahi sel telur dan
menyebabkan kehamilan. Bila terdapat kelainan pada jumlah, bentuk, atau
kemampuan gerak sperma, pembuahan sel telur akan lebih sulit terjadi.
Untuk memastikan kondisi sel-sel sperma, dokter akan menyarankan analisis semen
atau pemeriksaan sperma. Pada pemeriksaan ini, air mani yang diejakulasikan saat
masturbasi akan ditampung di sebuah wadah steril dan diperiksa di laboratorium
untuk menemukan ada tidaknya kelainan sperma.
Kelainan Sperma dari Segi Jumlah
Sedikitnya jumlah sperma menyebabkan peluang terjadinya pembuahan menurun.
Hal ini karena tidak semua sel sperma yang berhasil masuk ke dalam rahim akan
berhasil melewati tuba fallopi dan membuahi sel telur.
Seorang pria dikatakan mengalami oligozoospermia bila jumlah sel sperma yang
dikeluarkannya saat ejakulasi kurang dari 15 juta sel per mililiter air mani, dan
dikatakan azoospermia bila air maninya tidak memiliki sperma sama sekali.
Beberapa kondisi yang dapat menyebabkan oligozoospermia atau azoospermia
adalah:
Gangguan hormonal, misalnya kadar hormon testosteron yang rendah
Riwayat testis tidak turun ke kantung zakar (kriptorkismus) saat masih kanak-kanak
Pelebaran pembuluh darah vena di dalam kantung zakar (varikokel)
Infeksi pada testis atau struktur di sekitarnya akibat bakteri, seperti chlamydia dan
gonorrhea; atau infeksi akibat virus, seperti gondongan
Sumbatan atau kerusakan pada saluran epididimis dan vas deferens yang berfungsi
mengantar sperma keluar dari testis
Kebiasaan merokok, mengonsumsi alkohol secara berlebihan, atau menggunakan
obat-obatan terlarang
Berat badan berlebih (overweight) atau obesitas
Penggunaan obat-obatan antibiotik dan kortikosteroid tertentu
Riwayat kemoterapi atau radioterapi
Kelainan Sperma dari Segi Kemampuan Geraknya
Sperma yang dapat bergerak di dalam rahim dan mencapai tuba fallopi adalah sperma
yang memiliki motilitas atau kemampuan bergerak yang baik. Sebaliknya, sperma
yang memiliki motilitas buruk bergerak dengan lambat, berputar-putar, atau bahkan
tidak bergerak sama sekali.
Sperma dikatakan motil (aktif bergerak) bila mampu bergerak maju, paling tidak 25
mikrometer setiap detiknya.
Bila seorang pria memiliki jumlah sperma dengan motilitas normal kurang dari 40%
total sperma yang dikeluarkannya, maka pria tersebut dikatakan mengalami
asthenozoospermia. Semakin sedikit persentase sperma yang motil, semakin kecil
pula peluang terjadinya pembuahan.
Beberapa hal yang dapat meningkatkan risiko seorang pria mengalami
asthenozoospermia adalah:
Faktor genetik atau keturunan
Kebiasaan merokok, terutama bila menghisap lebih dari 10 batang rokok per hari
Varikokel, yaitu pelebaran pembuluh vena dalam kantung zakar
Kelainan pada kelenjar reproduksi pria, misalnya kelenjar vesikula seminalis yang
menghasilkan air mani
Kelainan Sperma dari Segi Bentuknya
Sel sperma yang normal memiliki bagian kepala yang berbentuk oval dan bagian ekor
yang panjang. Bentuk kepala sel sperma akan sangat memengaruhi kemampuan
sperma tersebut menembus sel telur dan melakukan pembuahan. Bagian ekor sperma
juga penting untuk menentukan kemampuan gerak sperma.
Bila bentuk sel sperma tidak normal, peluang terjadinya pembuahan akan menurun.
Seseorang pria dikatakan mengalami teratozoospermia bila jumlah sperma yang
bentuknya normal kurang dari 14% total sperma yang dihasilkannya. Semakin kecil
angka tersebut, semakin rendah pula tingkat kesuburan seorang pria.
Beberapa hal yang bisa menyebabkan kelainan pada bentuk sperma adalah:
Usia lanjut
Konsumsi alkohol yang berlebihan
Penggunaan obat-obatan terlarang
Kebiasaan merokok
Paparan radiasi atau bahan kimia yang berbahaya
Kelainan sperma, baik dari segi jumlah, bentuk, maupun kemampuan geraknya, dapat
mengganggu kesuburan pria. Untuk menurunkan risiko terjadinya kelainan pada
sperma dan meningkatkan kualitas sperma, Anda perlu menerapkan gaya hidup yang
sehat, seperti rutin berolahraga dan mengonsumsi makanan bernutrisi.
Penelitian menunjukkan bahwa mencukupi asupan antioksidan, seperti
vitamin C dan beta karoten, dapat membantu menjaga kesehatan sperma. Antioksidan
ini banyak terdapat pada sayur dan buah.
Bila Anda telah melakukan hubungan seksual secara rutin selama 1 tahun
namun belum berhasil memiliki anak sebaiknya Anda dan pasangan berkonsultasi
dengan dokter. Dokter akan melakukan serangkaian pemeriksaan untuk mencari tahu
penyebabnya, termasuk pemeriksaan air mani untuk mengetahui ada tidaknya
kelainan sperma.
Air mani (disebut juga cairan semen) adalah cairan yang mengandung sperma
yang keluar melalui penis ketika ejakulasi. Normalnya, air mani memiliki konsistensi
yang kental dan berwarna putih susu, namun tekstur dan warna ini bisa berubah
karena beberapa faktor. Air mani yang encer, misalnya, bisa mengindikasikan
sedikitnya jumlah sperma yang dibawanya.
Meski sebagian besar air mani encer hanya sementara dan tidak butuh
perawatan khusus, Anda tetap dapat menempuh pengobatan tertentu bila merasa
kondisi tersebut membuat Anda khawatir.
Penyebab air mani encer
Untuk mengobati air mani encer, Anda harus mengetahui terlebih dahulu
penyebabnya. Air mani encer sendiri dapat terjadi karena beberapa faktor di bawah
ini.
1. Sedikitnya jumlah sperma
Seorang pria dikatakan memiliki jumlah sperma yang sedikit bila pada 1 mililiter air
maninya mengandung kurang dari 15 juta sperma.
Kondisi ini tidak menandakan Anda infertil, hanya saja sel sperma akan menjadi sulit
membuahi sel telur.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pemeriksaan sperma merupakan salah satu jalan yang termudah untuk mengetahui
tingkat kesuburan/fertilitas dan infertilitas seorang pria. Tingkat kesuburan ini
memberi kesan, akan kemampuan seorang pria untuk memperoleh keturunan.
Seorang pria dengan tingkat kesuburan yang rendah atau steril sulit baginya untuk
memperoleh keturunan. Oleh karena hal tersebut diatas, maka seyogyanyalah seorang
pria memeriksakan dirinya untuk mengetahui tingkat kesuburannya.
Seseorang yang akan memeriksakan spermanya, sebaiknya terlebih dahulu
melakukan pantangan (abstinensi) untuk tidak mengeluarkan sperma sedikit-dikitnya
selama 3 hari (3 x 24 jam) dengan alasan menurut penyelidikan, jangka waktu sebesar
itu sudah cukup untuk suatu spermiogenesis dan untuk sampel yang baik.
Segera setelah diterima petugas laboratorium, hendaknya sperma secepatnya
diperiksa. Sperma harus diletakkan di dalam suhu kamar. Contoh sperma tidak boleh
didinginkan dibawah 20OC atau dipanaskan diatas 40C, oleh karena kedua hal ini
dapat mempengaruhi motilitas dan viabilitas spermatozoa.
DAFTAR PUSTAKA

Koentjoro Soehadi.T, K.M.Arsyad, Analisis Sperma, Fakultas Kedokteran UNAIR


Surabaya, FK Univ. Sriwijaya Palembang .Juli 1982.
IDI, Pengaruh pajanan Pb terhadap kualitas spermatozoa, Majalah Kedokteran
Indonesia (The Journal of the Indonesian Medical Association), Vol.51
.No.5,Mei 2001.
Depkes RI, PusLabkes, Petunjuk Pelaksanaan Pemantapan Mutu Internal
Lab.kes,1997.
Penuntun Laboratorium Klinik, R.Gandasoebrata, Penerbit Dian Rakyat, Jakarta,
1989
Tinjauan Klinis atas Hasil Pemeriksaan Laboratorium, Frances.K.Widmann, Penerbit
Buku Kedokteran EGC, Jakarta, 1995
Diktat Kimia Klinik Jilid I, Pusdiknakes, Departemen Kesehatan RI, Jakarta, 1989
Diktat Penuntun Praktikum Kimia Klinik, Muhamad Muslim, SMAK Depkes
Banjarmasin, Banjarbaru, 1991
Ronald A.Sacher, Richard A. Mc.Pharson, Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan
Laboratorium, Edisi 11, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai