PEMRIKSAAN URIN
DI SUSUN OLEH
NIM : P07172319031
TINGKAT : II A
M. K : KIMIA KLINIK
Assalamu’alaikum wr.wb
Puji syukur Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan Rahmat
,Inayah, Taufik, dan HidayahNya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan
tugas makalah dengan judul “ PEMERIKSAAN URIN ” ini dengan tepat waktu.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas dari Ibu Ramdhani M.Natsir, S.Farm.,M.Si.,Apt pada mata kuliah Kimia
Klinik. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah pengetahuan
tentang PEMERIKSAAN URIN bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
DAFTAR ISI
COVER
KATA PENGANTAR
BAB I : PENDAHULUAN
a. Latar belakang
b. Rumusan masalah
c. Tujuan
BAB II : PEMBAHASAN
a. Pengertian urin
b. Tahapan pemeriksaan
c. Contoh hasil pemeriksaan
a. Kesimpulan
b. Saran
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Laboratorium klinik adalah sarana kesehatan yang melaksanakan
pengukuran, penetapan dan pengujian terhadap bahan dari manusia untuk
penentuan jenis penyakit, kondisi kesehatan atau faktor yang dapat
berpengaruh pada kesehatan perorangan dan masyarakat (Sukorini,
dkk.,2010). Kondisi kesehatan setiap orang tentunya saling berbeda antara
satu dengan yang lainnya.Aktivitas metabolisme setiap orang berbedabeda
dikarenakan hal tersebut, sehingga berpengaruh terhadap komponen yang
terkandung didalamnya. Tubuh manusia terdapat dua komponen hasil
metabolisme, yaitu komponen yang masih dapat dipergunakan kembali
yang nantinya akan diserap oleh tubuh melalui tubulus ginjal dan
komponen yang tidak diperlukan oleh tubuh yang nantinya akan dibuang
dalam bentuk urine. Komponen yang jumlahnya tidak sesuai dengan nilai
normal, tentunya akan menyebabkan ketidakseimbangan didalam tubuh
atau bahkan menjadikan indikasi abnormalnya fungsi organ tertentu.
Pemeriksaan urine tidak hanya dapat memberikan fakta-fakta
tentang ginjal dan saluran urine, tetapi juga mengenai faal berbagai organ
dalam tubuh seperti hati, saluran empedu, pancreas, cortex adrenal, dll
(Gandasoebrata, 2007). Untuk itu diperlukan adanya pemantauan
kandungan didalam urine secara berkala. Pemantauan tersebut sering
dikenal dengan istilah urinalisis.
Urinalisis adalah pemeriksaan sampel urine secara maksroskopis,
kimia dan mikroskopis untuk skrining infeksi saluran kemih, penyakit
ginjal dan penyakit organ lain yang dapat dari metabolit abnormal dari
urine penderita. Tes makroskopis meliputi warna, kejernihan,pH, berat
jenis, bau dan pengukuran volume. Tes mikroskopis untuk mengetahui
unsur-unsur yang terdapat pada sedimen urine dan kimia urine yang
meliputi protein dan glukosa dengan menggunakan mikroskop, sedangkan
tes kimia dilakukan dengan menggunakan carik celup yang dilakukan
secara manual maupun dengan alat Urine Analyzer (Fitriyani, 2014). Hasil
dari pemeriksaan laboratorium tersebut tentunya digunakan untuk tindak
lanjut keputusan penanganan pasien, maka dari itu hasil pemeriksaan
laboratorium harus bermutu.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana tahapan pra analitik, analitik dan pasca analitik pada
pemeriksaan urin ?
C. Tujuan
Untuk mengetahui proses tahapan pemeriksaan urin
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian urin
Urinalisis (urinalysis) berasal dari kata urine dan analysis yang
diartikan sebagai pemeriksaan terhadap air kencing secara kimiawi dan
mikroskopis (Moeliono dkk, 2001). Urinalisis merupakan pemeriksaan
terhadap bahan yang berasal dari cairan tubuh manusia berupa air kencing
atau urine secara fisik, kimia, dan mikroskopis (Gandasoebrata, 2013).
Manfaat pemeriksaan urinalisis antara lain:
Diagnostik infeksi saluran kemih
Pemeriksaan batu ginjal
Pemeriksaan ginjal
Skrining kesehatan
Evaluasi berbagai penyakit ginjal
Memantau perkembangan penyakit ginjal
1. Proses Pembentukan
Organ yang berperan dalam pembentukan urine yaitu ginjal. Di dalam
ginjal, zat sisa metabolisme akan dipilah-pilah kembali. Hasil pemilahan
tersebut berupa zat yang sudah tidak berguna dan zat yang masih bisa
dipergunakan kembali. Zat yang tidak berguna tersebut akan dikeluarkan
dari tubuh, sedangkan zat-zat yang masih dapat dipergunakan lagi akan
dikembalikan ke sirkulasi (Riswanto, dan Rizki, 2015).
Nefron terdiri atas seperangkat glomerulus dan tubulus.
Glomerulus mempunyai fungsi filtrasi, sedangkan tubulus mempunyai
fungsi sekresi dan reabsorbsi. Setidaknya salah satu dari tiga proses
berikut akan dialami suatu zat ketika diangkut melalui darah ke sistem
filtrasi kompleks ginjal, yaitu filtrasi glomerular, sekresi tubular dan
reabsorbsi tubular (Riswanto, dan Rizki, 2015).
Filtrat glomerulus memiliki zat-zat yang masih dibutuhkan oleh
tubuh, sehingga filtrat akan berpindah dari dalam tubulus ke plasma
kapiler peritubulus. Perpindahan ini disebut sebagai reabsorpsi tubulus.
Zat-zat yang direabsorpsi tidak keluar sebagai urine, tetapi akan diangkut
oleh kapiler peritubulus ke sistem vena dan kembali ke jantung untuk
diedarkan. Zat-zat yang akan diserap kembali adalah glukosa, sodium,
klorida fosfat, dan beberapa ion bikarbonat yang terjadi secara pasif di
tubulus proksimal. Jika tubuh masih membutuhkan sodium dan ion
bikarbonat maka terjadi penyerapan kembali secara aktif pada tubulus
distal (reabsorbsi fakultatif) dan sisanya dialirkan ke papilla renalis
(Lauralee, 2011). Tubulus proksimal berfungsi menahan ion-ion (K+,
Na+, Cl-, HCO3-), reabsorbsi glukosa dan asam amino, serta
mengeliminasi ureum dan kreatinin. Ansa Henle berperan dalam
pembentukan tekanan osmotik (Sudiono, Iskandar, Halim, et al., 2006).
Setelah zat yang masih dibutuhkan tubuh diserap kembali, proses
selanjutnya adalah sekresi tubulus yaitu perpindahan selektif zatzat dari
darah kapiler peritubulus ke lumen tubulus. Sisa dari penyerapan kembali
yang terjadi di tubulus distal dialirkan ke papilla renalis selanjutnya
diteruskan ke luar tubuh dalam bentuk urine (Lauralee, 2011).
B. Tahapan Pemeriksaan
1. Pemeriksaan makroskopis
Pemeriksaan makroskopis ini dilakukan dengan mengamati keadaan yang ada
pada sampel urin meliputi:
1. Warna
Urin normal memiliki warna khusus yang menunjukkan adanya penyakit
atau infeksi.
Urin normal berwarna kuning karena pigmen urokrom dan urobilin.
Urin encer hampir tidak berwarna
Urin pekat berwarna kuning tua atau sawo matang
2. Pemeriksaan mikroskopis
Yang dimaksud dengan pemeriksaan mikroskopik urin yaitu pemeriksaan
sedimen urin. Pemeriksaan mikroskopis dilakukan dengan memutar
(centrifuge) urin lalu mengamati endapan urin di bawah mikroskop. Tes ini
bertujuan untuk mengetahui unsur-unsur organik (sel-sel : eritrosit, lekosit,
epitel), silinder, silindroid, benang lendir; unsur anorganik (kristal, garam
amorf); elemen lain (bakteri, sel jamur, parasit Trichomonas sp.,
spermatozoa).
1. Eritrosit
Dalam keadaan normal, terdapat 0 – 2 sel eritrosit dalam urin. Jumlah
eritrosit yang meningkat menggambarkan adanya trauma atau perdarahan
pada ginjal dan saluran kemih, infeksi, tumor, batu ginjal.
2. Leukosit
Dalam keadaan normal, jumlah lekosit dalam urin adalah 0 – 4 sel.
Peningkatan jumlah lekosit menunjukkan adanya peradangan, infeksi atau
tumor.
3. Epitel
Ini adalah sel yang menyusun permukaan dinding bagian dalam ginjal dan
saluran kemih. Sel-sel epitel hampir selalu ada dalam urine, apalagi yang
berasal dari kandung kemih (vesica urinary), urethra dan vagina.
4. Silinder (cast)
Ini adalah mukoprotein yang dinamakan protein Tam Horsfal yang
terbentuk di tubulus ginjal. Terdapat beberapa jenis silinder, yaitu :
silinder hialin, silinder granuler, silinder eritrosit, silinder lekosit, silinder
epitel dan silinder lilin (wax cast). Silinder hialin menunjukkan kepada
iritasi atau kelainan yang ringan. Sedangkan silinder-silinder yang lainnya
menunjukkan kelainan atau kerusakan yang lebih berat pada tubulus
ginjal.
5. Kristal
Dalam keadaan fisiologik / normal, garam-garam yang dikeluarkan
bersama urine (misal oksalat, asam urat, fosfat, cystin) akan terkristalisasi
(mengeras) dan sering tidak dianggap sesuatu yang berarti. Pembentukan
kristal atau garam amorf dipengaruhi oleh jenis makanan, banyaknya
makanan, kecepatan metabolisme dan konsentrasi urin (tergantung
banyak-sedikitnya minum).Yang perlu diwaspadai jika kristal-kristal
tersebut ternyata berpotensi terhadap pembentukan batu ginjal. Batu
terbentuk jika konsentrasi garam-garam tersebut melampaui
keseimbangan kelarutan. Butir-butir mengendap dalam saluran urine,
mengeras dan terbentuk batu.
6. Benang lendir
Ini didapat pada iritasi permukaan selaput lendir saluran kemih.
3. Berat jenis
Pengukuran berat jenis urin menggunakan alat yang disebut urinometer.
Urinometer adalah hidrometer untuk penentuan bobot jenis dari urine dan
ditera khusus untuk penentuan tersebut. Urinometer memiliki skala
1.0000-1.0060 (tiga desimal) dan umumnya dipergunakan pada
temperatur 60oF atau 15,5 oC.
Prosedur pemeriksaan:
40 mL urin dimasukkan ke dalam gelas ukur, lepas pelan-pelan
urinometer ke dalam gelas ukur.
Pembacaan:
Rumus : berat jenis terbaca + (suhu kamar-suhu kamar)/3x0.001
4. pH urin
pH urin adalah asam. pH urin diukur menggunakan ph universal yang
dicelupkan ke dalam urin. Perubahan warna paha ph universal disamakan
pada skala pH yang ada pada bungkus pH universal. Urin yang akan
diperiksa harus memiliki pH asam karena jika pH urin sudah basa maka
bisa dikatakan bahwa urin tersebut sudah rusak karena aktivitas
mikroorganisme yang ada di dalam urin yang mengubah ureum menjadi
amoniak sehingga pH menjadi basa. Perubahan pH menjadi basa tersebut
membutuhkan waktu tidak 1 menit 2 menit jadi bisa dikatakan jika ph
urin tersebut sudah berubah menjadi basa maka senyawa-senyawa yang
ada dalam urin tersebut juga sudah berubah baik bentuk maupun struktur
kimia (rusak, teroksidasi, kadar turun, dll) sehingga tidak baik digunakan
untuk digunakan sebagai sampel untuk pemeriksaan.
5. Kejernihan urin
Kekeruhan biasanya terjadi karena kristalisasi atau pengendapan urat
(dalam urine asam) atau fosfat (dalam urine basa). Kekeruhan juga bisa
disebabkan oleh bahan selular berlebihan atau protein dalam urin.
6. Volume urin
Volume urin normal orang dewasa 600 – 2500 ml/ hari. Jumlah ini
tergantung pada masukan air, suhu luar, makanan dan keadaan mental/
fisik individu, produk akhir nitrogen dan kopi, teh serta alkohol
mempunyai efek diuretic.
7. Buih
Pada urin normal yang baru saja dikeluarkan tidak akan langsung
menimbulkan buih namun jika dikocok akan menimbulkan buih putih.
Pada urin yang baru saja dikeluarkan langsung membentuk buih putih
maka urin tersebut mengandung protein. Pada urin yang berbuih kuning
maka urin tersebut mengandung bilirubin.
8. Bau
Urin normal beraroma seperti zat-zat yang sudah dimakan.
3. Pemeriksaan kimia
Metode strip reagen dinilai lebih bagus dibandingkan uji kimia basah
tradisional karena lebih spesifik untuk glukosa dan waktu pengujian relatif
singkat. Strip reagen untuk glukosa dilekati dua enzim, yaitu glukosa
oksidase dan peroksidase, serta zat warna (kromogen), seperti orto-tuluidin,
kalium iodida, tetrametilbensidin atau 4- aminoantipirin. Perubahan warna
yang terjadi tergantung pada kromogen yang digunakan dalam reaksi. Hasil
tes positif harus dikaitkan dengan temuan yang lain, seperti berat jenis,
keton dan albumin. Namun yang lebih penting, korelasi harus dilakukan dengan
kadar glukosa darah serta riwayat penyakit, riwayat keluarga dan gambaran klinis
(Riswanto,2015)
2) Protein
3) Bilirubin
4) Urobilinogen
5) pH
6) Berat jenis
Penetapan berat jenis urin menggunakan strip reagen lebih praktis, cepat,
dan tepat daripada metode konvensional. Strip mengandung tiga bahan
utama, yaitu polielektrolit, substansi indkator dan buffer. Pembacaan
dilakukan dalam interval 0,005 dari berat jenis 1,000 sampai 1,030. Urine
yang mengandung glukosa atau urea tinggi menyebabkan berat jenis
cenderung tinggi dan protein sedang atau ketoasidosis dapat menyebabkan
berat jenis cenderung rendah (Riswanto, dan Rizki, 2015).
7) Darah
Pemeriksaan dengan strip reagen mendeteksi eritrosit, hemoglobin bebas,
maupun mioglobin, namun reaksi sensitif terhadap hemoglobin dan
mioglobin daripada eritrosit. Pad reagen diresapi dengan kromogen
tetrametilbenzidin dan peroksida. Adanya eritrosit utuh akan memberikan
reaksi berupa bintik – bintik hijau, sedangkan hemoglobin bebas dan
mioglobin akan memberikan warna hijau atau hijau- biru tua (Mundt dan
Shanahan, 2011).
8) Keton
9) Nitrit
Dasar tes kimia nitrit adalah kemampuan bakteri tertentu untuk mereduksi
nitrat (NO3) menjadi nitrit (NO2). Nitrit terdeteksi oleh reaksi Greiss,
dimana nitrit pada pH asam bereaksi dengan amina aromatik (asam p-
arsanilat atau sulfanilamide) membentuk senyawa diazonium yang
kemudian bereaksi dengan tetrahidrobenzoquinolin menghasilkan warna azo
yang merah muda (Strasinger dan Lorenzo, 2008). Spesimen yang baik
untuk pemeriksaan nitrit adalah urine pagi pertama (McPherson dan Pincus,
2011).
10) Leukosit
Uji strip reagen mendeteksi esterase leukosit yang ditemukan dalam granula
azurofilik leukosit granulositik (neutrofil, eosinofil dan basofil ), serta
monosit dan makrofag. Prinsipnya adalah aksi esterase leukosit memecah
ester yang diresapkan dalam pad reagen membentuk senyawa aromatik.
Segera setelah hidrolisis ester, reaksi azocoupling terjadi antara senyawa
aromatik yang dihasilkan dan garam azodium yang disediakan dalam pad
tes menghasilkan warna azo dari krem sampai ungu (Riswanto, dan Rizki,
2015).