Anda di halaman 1dari 8

1.

) Pembangunan wilayah berkelanjutan

Menurut laporan Brundtland dari PBB (1987), Pembangunan berkesinambungan


adalah proses pembangunan baik lahan, kota, bisnis, masyarakat dan lain sebagainya
yang berprinsip mencukupi kebutuhan sekarang tanpa mengorbankan kebutuhan
generasi masa depan.

Proses pembangunan berkesinambungan ini mengoptimalkan penggunaan sumber


energi alam, sumber energi manusia dan iptek. Dengan menserasikan ketiga
komponen
selanjutnya sehingga mampu berkesinambungan.Pembangunan berkesinambungan
atau pembangunan berkesinambungan adalah pembangunan yang berorientasi pada
pemenuhan kebutuhan manusia lewat penggunaan sumber energi alam bersama
dengan bijak, efektif dan perhatikan pemanfaatannya baik untuk generasi sekarang
maupun generasi masa depan.

2.) Menurut UUNo. 26 Tahun 2007 (disingkat UUPR)

sebagai land policy instrument, akan menjadi dasar kebijakan dan perencanaan
pemanfaatan lahan yang amat penting. karena di dalamnya setiap unsur dapat
dikendalikan dan diarahkan agar tidak lebih menambah kompleksitas permasalahan
ruang, tidak hanya ditujukan untuk mengantisipasi urban form tertentu, tetapi justru
yang lebih fundamental adalah mengupayakan agar dapat meningkatkan efisiensi dan
distribusi tanah perkotaan, mempertahankan daya dukung lingkungan yang nyaman,
sehat, dan lestari. UUPR merupakan formalisasi kegiatan perencanaan pemanfaatan
ruang di Indonesia, yang berarti bahwa pada setiap aktivitas pembangunan, proses
penyusunan rencana, legalisasi dan implementasinya, didasarkan atas jalur-jalur legal
formal yang telah ditetapkan. Untuk itu, selain disyaratkan memenuhi unsur-unsur
legal formal dan filosofis, juga harus memperhatikan ke-kuatan berlaku secara
sosiologis di masyarakat.

Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional adalah arahan kebijakan dan strategi


pemanfaatan ruang wilayah negara yang dijadikan acuan untuk perencanaan jangka
panjang. Jangka waktu Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional adalah 20 (dua puluh)
tahun, ditinjau kembali satu kali dalam lima tahun.

3.) Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN)

1. Penyusunan rencana pembangunan jangka panjang nasional;


2. Penyusunan rencana pembangunan jangka menengah nasional;

3. Pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang di wilayah nasional;

4. Pewujudan keterpaduan, keterkaitan, dan keseimbangan perkembangan


antarwilayah provinsi, serta keserasian antarsektor;

5. Penetapan lokasi dan fungsi ruang untuk investasi;

6. Penataan ruang kawasan strategis nasional;

7. Penataan ruang wilayah provinsi dan kabupaten/kota.

Kebijakan dan Strategi Penataan Ruang Wilayah Nasional

Kebijakan dan strategi penataan ruang wilayah nasional meliputi kebijakan


pengembangan struktur ruang dan pola ruang.

Struktur ruang wilayah nasional:

1. Akses pelayanan perkotaan dan pusat pertumbuhan ekonomi wilayah.


2. Kualitas dan jangkauan pelayanan jaringan prasarana transportasi,
telekomunikasi, energi, dan sumber daya air.

Pola ruang wilayah nasional:

1. Kawasan lindung.
2. Kawasan budi daya.
3. Kawasan strategis nasional.

Tujuan Penataan Ruang Wilayah Nasional


Penataan ruang wilayah nasional bertujuan untuk mewujudkan:

1. Ruang wilayah nasional yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan;


2. Keharmonisan antara lingkungan alam dan lingkungan buatan;
3. Keterpaduan perencanaan tata ruang wilayah nasional, provinsi, dan
kabupaten/kota;
4. Keterpaduan pemanfaatan ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk
ruang di dalam bumi dalam kerangka negara kesatuan republik indonesia;
5. Keterpaduan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah nasional, provinsi, dan
kabupaten/kota dalam rangka pelindungan fungsi ruang dan pencegahan
dampak negatif terhadap lingkungan akibat pemanfaatan ruang;
6. Pemanfaatan sumber daya alam secara berkelanjutan bagi peningkatan
kesejahteraan masyarakat;
7. Keseimbangan dan keserasian perkembangan antarwilayah;
8. Keseimbangan dan keserasian kegiatan antarsektor;
9. Pertahanan dan keamanan negara yang dinamis serta integrasi nasional.
Secara lengkap mengenai perencanaan tata ruang wilayah nasional bisa kalian ketahui
dari Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2008 Tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional. 

4.) Pengaruh pusat dalam manfaat dalam berbagai macam aspek


kemasyarakatan

Wilayah yang mengalami pertumbuhan dalam berbagai bidang memiliki


beragam pengaruh terhadap kondisi di sekitarnya. Bidang sosial yang mengubah cara
hidup dan sudut pandang terhadap lingkungan hidup tempat para manusia tinggal dan
berkembang.

1. Fungsi Pusat Pertumbuhan

Bagian-bagian dari wilayah di permukaan bumi itu tidak tumbuh bersama-sama


secara teratur, tetapi disengaja atau tidak disengaja ada bagian-bagian yang tumbuh
dan maju atau berkembang lebih cepat dari bagian lain. Cepatnya pertumbuhan di
tempat ini dapat menjadi pendorong bagi bagian lain yang tingkat pertumbuhannya
kurang cepat.

Secara umum fungsi pusat pertumbuhan, yaitu sebagai berikut.

 Memudahkan koordinasi dan pembinaan.


 Melihat perkembangan wilayah maju atau mundur.
 Meratakan pembangunan di seluruh wilayah.

2. Konsep Dasar Wilayah Pusat Pertumbuhan

Istilah pertumbuhan dalam geografi yang dimaksud, yaitu pertumbuhan


pembangunan, baik pembangunan fisik wilayah maupun pembangunan sosial budaya.
Dalam kerangka pendekatan perwakilan, Indonesia dapat dibagi menjadi beberapa
wilayah pembangunan. Setiap wilayah pembangunan mempunyai sebuah kota yang
menjadi pusat pertumbuhan yang disebut juga kutub pertumbuhan (growth pole).

Faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya wilayah pusat pertumbuhan antara lain


sebagai berikut.

 Faktor alam: pegunungan, dataran tinggi, dataran rendah, cuaca, iklim,


rawa-rawa, dan kesuburan tanah.
 Faktor ekonomi: perbedaan kebutuhan antara tempat yang satu dengan
yang lain.
 Faktor industri: kebutuhan tenaga kerja, tempat tinggal, dan peralatan
rumah.
 Faktor sosial: pendidikan, pendapatan, dan kesehatan.
 Faktor lalu lintas: jenis transport, kondisi jalan, dan fasilitas lalu lintas.
3. Wilayah Pusat Pertumbuhan di Indonesia

Bappenas membagi wilayah di Indonesia menjadi empat buah pusat pertumbuhan


wilayah dari A sampai D. Masing-masing wilayah tersebut dibagi lagi menjadi
beberapa wilayah pembangunan.

Pembagian tersebut seperti pada tabel berikut.

Tabel 1. Regional Pusat Pertumbuhan dengan Wilayahnya di Indonesia

No. Regional Pusat Per- Wilayah Meliputi Daerah-daerah


tumbuhan
1. A Medan I II Aceh, Sumatera Utara, pusatnya di Medan.
Sumatera Barat, Riau, pusatnya di Pekan
Baru.
2. B Jakarta III IV V Jambi, Sumatera Selatan, Bengkulu,
pusatnya di Palembang.

Lampung, Jakarta, Jawa Barat, Jawa


Tengah, Yogyakarta, pusatnya di Jakarta.
Kalimantan Barat, pusatnya di Pontianak.

3. C Surabaya VI Jawa Timur, Kalimantan Timur, Kalimantan


Selatan, pusatnya di Balikpapan dan
Samarinda.
4. D Ujung VIII IX NTB, NTT, Sulawesi Selatan, Sulawesi
pandang Utara, pusatnya di Ujungpandang. Sulawesi
Tengah, Sulawesi utara, pusatnya di
X
Manado. Maluku, Papua, pusatnya di
Sorong.

(Sumber: Wardiyatmoko dan Bintarto, 2004)

Pembagian wilayah tersebut dapat bermanfaat bagi negara yang besar dan luas seperti
Indonesia. Pembagian itu bermanfaat untuk menjamin tercapainya pembangunan yang
serasi dan seimbang, baik antarsektor di dalam suatu wilayah pembangunan maupun
antarwilayah pembangunan.

Prinsip perwilayahan tersebut di atas dapat juga diterapkan di dalam skala yang lebih
kecil di dalam provinsi-provinsi itu sendiri, dengan cara memperhatikan hubungan
yang saling terkait antara kabupaten dan kecamatan dalam satuan wilayah
administrasi yang lebih kecil.

4. Kaitan Wilayah Pusat Pertumbuhan dan Pengaruh Pusat Pertumbuhan

a. Pengaruh Pusat-pusat Wilayah Pertumbuhan Terhadap Pemusatan


dan  Persebaran Sumber Daya

Kemunculan pusat pertumbuhan akan menarik jumlah tenaga kerja yang banyak,
dapat dilihat dari arus mobilitas dan migrasi penduduk dari desa ke kota maupun
antarprovinsi. Arus migrasi penduduk dari pedesaan menuju kota besar maupun kota
kecil di Indonesia, menunjukkan angka yang terus meningkat sejalan dengan pesatnya
pertumbuhan kota.

b. Pengaruh Pusat-pusat Wilayah Pertumbuhan Terhadap Perkembangan  Ekonomi

Terjadinya peluang kerja di berbagai sektor yang relatif terbuka dan adanya gerakan
arus barang agar membawa dampak terjadinya peluang kerja di berbagai sektor yang
relatif terbuka. Adanya gerakan arus barang agar membawa dampak terhadap alat
transportasi, perhubungan, perdagangan, perkantoran, jasa, dan lain-lainnya.

Contoh: Meningkatkan kebutuhan masyarakat terhadap fasilitas transportasi seperti


mobil telah memacu tumbuhnya pemasaran alat-alat transportasi dan sarana
perbekalan.

Bertambah padatnya jumlah penduduk wilayah tersebut maupun pertambahan alami


akan memacu tumbuhnya sarana-sarana dan fasilitas pemukiman, pemasaran, hiburan,
kesehatan, dan lain-lain. Sektor-sektor ekonomi yang bersifat nonformal pun dapat
ditempuh dan berkembang dengan pesat seiring bertambahnya penduduk dan
meningkatnya pendapatan masyarakat. Misalnya, munculnya rumah- rumah kos dan
kontrakan, perbengkelan, dan perdagangan kaki lima.

c. Pengaruh Pusat-pusat Wilayah Pertumbuhan di Bidang Sosial dan


Lingkungan Hidup
Semakin maraknya kemajuan pusat-pusat pertumbuhan akan mempengaruhi kondisi
sosial dan lingkungan hidup masyarakat. Pengaruh kemajuan pusat pertumbuhan
adalah sebagai berikut.

 Terbukanya lapangan pekerjaan yang banyak dan luas akan meningkatkan


taraf hidup masyarakat secara otonomi sehingga status sosial mereka akan
lebih baik.
 Melatih masyarakat untuk mengatur waktu, disiplin, bersikap hemat, dan
menyeleksi mana kebutuhan primer dan sekunder supaya tidak terpengaruh
oleh tuntutan barang dan jasa yang berlebihan.
 Akan memotivasi masyarakat untuk saling berlomba memiliki
pengetahuan, keterampilan, dan kesiapan untuk menghadapi perubahan
sosial budaya.
 Akibat mobilitas penduduk baik melalui migrasi maupun pertambahan
alami dari berbagai latar belakang budaya, akan terjadi akulturasi dan
asimilasi nilai budaya.
 Terbukanya arus informasi dan komunikasi akan mempercepat laju
pertumbuhan daerah tersebut.
 Makin banyaknya penduduk yang datang akan berpengaruh terhadap
keadaan lingkungan hidup di sekitarnya antara lain pemukiman, sanitasi,
keamanan, lalu lintas, dan pencemaran.

5.) Pengembangan Kawasan Ekonomi Terpadu (KAPET)

Kawasan ekonomi terpadu merupakan upaya pemerintah dalam meningkatkan


pertumbuhan ekonomi di tiga belas wilayah Indonesia. Salah satunya di Provinsi
Papua, yang dikenal dengan nama KAPET Biak, dipayungi oleh keppres No. 90 tahun
1996 yang terus mengalami revisi hingga terbitnya keppres No. 150 Tahun 2000.
Definisi Kapet adalah suatu wilayah geografis dengan batas-batas tertentu yang
mempunyai syarat antara lain
a) memiliki potensi untuk cepat tumbuh dan atau;
b) mempunyai sektor unggulan yang dapat menggerakkan pertumbuhan ekonoi di
wilayah sekitarnya dan atau;
c) memiliki potensi pengembalian investasi yang besar. Kapet Biak menerapkan pola
nodal yaitu terdiri dari inti (Biak Numfor) dan beberapa hinterland (Supiori,
Kepulauan Yapen, Waropen dan Nabire), dengan pendekatan pembangunan ekonomi
sebagai indikator. Hal ini dipertegas oleh Rostow yang menyatakan bahwa hakekat
pembangunan secara sederhana adalah terjadinya pertumbuhan ekonomi (Rustiadi,
Saefulhakim, & Panuju, 2011).

Secara kelembagaan pemerintah telah membentuk badan pengelola Kapet Biak yang
bertugas memberi rekomendasi teknis kepada pemerintah daerah yang berkaitan
dengan investasi, penyederhanaan perijinan dan peraturan melalui pelayanan satu
atap, pelayanan data dan informasi bagi investor, serta pengembangan konsep
ekonomi terpadu. Lembaga ini telah menetapkan beberapa sektor yang dapat memacu
pertumbuhan perekonomian di kawasan tersebut antara lain pariwisata, pertanian dan
perindustrian, namun sektor-sektor ini kurang memberikan dampak terhadap
pertumbuhan perekonomian di kawasan tersebut, catatan BPS melaporkan bahwa
sektor yang memberikan kontribusi tertinggi di wilayah Kapet Biak adalah sektor
bangunan dan jasa (Badan Pusat Statistik Provinsi Papua, 2013).Tanpa adanya
infrastruktur pendukung yang memadai dan kualitas sumberdaya manusia yang
rendah, maka sulit terjadi pertumbuhan ekonomi di kawasan ini. Selain itu
sumberdaya bersama yang dimiliki Kapet Biak adalah laut. Sumberdaya ini memiliki
potensi pelagis besar, pelagis kecil, demersal dan biota laut lainnya sehingga dapat
dikelola untuk pengembangan wilayah. Tujuan umum dari penelitian ini adalah
mendeskripsikan
pertumbuhan Kapet Biak dalam kurung waktu lima belas tahun dan tujuan spesifiknya
ialah menganalisis tipologi wilayah, menganalisis sektor unggulan dan menganalisis
potensi sumberdaya ikan.

TUGAS
NAMA : NURHAYATI UMASUGI

KELAS : XII MIPA 1

MAPEL : GEOGRAFI

SMA NEGERI 1 SANANA

KABUPATEN KEPULAUAN SULA

Anda mungkin juga menyukai