Anda di halaman 1dari 7

PERAN BIOMEDIS LIPID DALAM OBESITAS, DIABETES MELITUS DAN

ATEROSKLEROSIS

NAMA : NURHAYATI UMASUGI


NIM : P07172319031
M.K : BIOKIMIA

KEMENETRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALUKU
PROGRAM STUDI ANALIS KESEHATAN
AMBON
2020
ESAY
PERAN BIOMEDIS LIPID

Lipid adalah sekelompok senyawa heterigen, meliputi lemak, minyak, steroid,


malam (wax), dan senyawa terkait, yang berkaitan lebih karena sifat fisiknya dari
pada sifat kimiannya. Lipid memiliki sifat umum berupa (1) relatif tidak larut dalam air
dan (2) larut dalam pelarut non polar misalnya eter dan kloroform. Senyawa ini
merupakan konstituen makanan yang penting tidak saja karena nilai energinnya yang
tinggi, tetapi juga karena vitamin larut-lemak dan asam lemak esensi yang
terkandung didalam lemak makanan alami. Lemak disimpan dijaringan adiposa,
tempat senyaa ini juga berfungsi sebagai insulator listrik, dan memungkinkan
penjalaran gelombang depolarisasi yang cepat disepanjang saraf bermielin.
Kombinasi lipid dan protein (lipoprotein)berfungsi sebagai pengakut lipid dalam darh.
Lipid memiliki peran sangat penting dalam nutrisi serta kesehatan, dan pengetahuan
tentang biokimia lipid diperlukan untuk memahami banyak kondisi biomedis penting,
misalnya obesitas, diabetes melitus dan aterosklerosis.

A. OBESITAS

Seiring dengan berkembangnya zaman serta perubahan tren dan pola hidup yang
kurang sehat, saat ini banyak sekali jumlah masyarakat yang menderita obesitas.
Obesitas dianggap sebagai sinyal pertama munculnya kelompok penyakit–penyakit non
infeksi (Non Communicable Diseases) yang banyak terjadi di negara maju maupun
negara berkembang. Fenomena ini sering diberi nama “New World Syndrome” atau
sindroma dunia baru dan hal ini telah menimbulkan beban sosial–ekonomi serta
kesehatan masyarakat yang sangat besar.Obesitas diartikan sebagai peningkatan berat
badan di atas 20% dari batas normal dan berhubungan dengan kadar lipoprotein serum
tidak normal. Setiap lipoprotein terdiri atas kolesterol, trigliserida, fosfolipid, dan
apoprotein.Trigliserida merupakan penyimpan lipid utama dalam jaringan adiposa. Pada
penderita obesitas kadar trigliserida dalam darah lebih tinggi dibandingkan orang yang
tidak obesitas.
Kadar trigliserida dalam darah dapat dipengaruhi oleh berbagai sebab, seperti diet
tinggi karbohidrat, tingginya asupan protein, peningkatan asupan lemak, diet rendah
serat, faktor genetik, usia, stress, penyakit hati, dan hormon-hormon dalam darah.
Penumpukan lemak berlebihan yang terjadi pada penderita obesitas mengakibatkan
meningkatnya jumlah asam lemak bebas yang dihidrolisis oleh lipoprotein lipase
endotel.Peningkatan ini memicu produksi oksidan yang berefek negatif terhadap retikulum
endoplasma dan mitokondria.Free Fatty Acid yang dilepaskan karena adanya
penimbunan lemak yang berlebihan juga menghambat terjadinya lipogenesis sehingga
menghambat klirens serum triasilgliserol dan mengakibatkan peningkatan kadar
trigliserida darah.
Terdapat berbagai macam faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang
mengalami kegemukan. Faktor-faktor tersebut diantaranya pola makan, riwayat
keturunan, pola hidup, faktor psikis, lingkungan, individu, serta biologis yang dapat
memengaruhi asupan dan pengeluaran energi

 penanganan yang dapat dilakukan untuk mengobati obesitas Menjaga pola makan
yang seimbang, olah raga, dan melakukan operasi dapat dilakukan untuk mengurangi
berat badan. olah raga, dan pola makan sehat seimbang adalah jalan terbaik untuk
mengurangi berat badan dan menjaga kesehatan.

Anda dapat berkonsultasi pada ahli gizi untuk mengukur kadar kalori yang bisa
Anda konsumsi setiap hari.  Dalam sesi konsultasi, biasanya dokter atau ahli gizi
kesehatan dapat memberitahu informasi tentang Bagaimana memilih makanan
sehat,Memilih kehidupan yang sehat, Cara membaca kandungan nutrisi sebelum
mengonsumsinya, Mengatur pola makan

B. DIABETES MELITUS

Diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit yang terjadi akibat berkurangnya


produksi hormon insulin yang berfungsi mengubah gula menjadi tenaga. Diabetes melitus
(kencing manis) adalah penyakit pada sistem eksresi yag ditandai dengan kadar glukosa
darah melebihi batas normal karena kekurangan hormon insulin. Pola makan
mempengaruhi stabilitas kesehatan penderita DM tipe 2.
Menurut World Health Organization (WHO), pada tahun 2010 sebanyak 60% dari
jumlah kematian di dunia disebabkan oleh Penyakit Tidak Menular (PTM) yang antara lain
adalah DM. DM menduduki peringkat ke-6 dari penyebab kematian di dunia (Kementrian
Kesehatan RI, 2013). Hasil dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Kementrian
Kesehatan tahun 2013 diperkirakan jumlah penderita diabetes di Indonesia pada tahun
tersebut adalah 12 juta. Proporsi jumlah penduduk usia 15 tahun ke atas yang
terdiagnosis dan merasakan gejala DM di wilayah Jawa Timur tergolong cukup tinggi
(2,5%) khususnya apabila dibandingkan dengan wilayah Indonesia lainnya seperti Jawa
Barat (2%) dan Jawa Tengah (1,9%; Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI,
2014). DM2 adalah salah satu jenis diabetes yang biasa terjadi pada usia dewasa hingga
lansia dan biasa dikenal sebagai diabetes yang disebabkan oleh gaya hidup, terutama
pola makan yang salah (Hartono, 2006).
Faktor risiko kejadian penyakit Diabetes Mellitus tipe dua antara lain usia, aktifitas
fisik, terpapar asap, indeks massa tubuh (IMT), tekanan darah, stres, gaya hidup, adanya
riwayat keluarga, kolesterol HDL, trigliserida, DM kehamilan, riwayat ketidaknormalan
glukosa dan kelainan lainnya (Morton et al, 2012; Koes Irianto 2012; De Graaf et al,
2016). Penelitian yang dilakukan oleh Trisnawati (2012) menyatakan bahwa riwayat
keluarga, aktifitas fisik, umur, stres, tekanan darah serta nilai kolesterol berhubungan
dengan terjadinya DM tipe dua, dan orang yang memiliki berat badan dengan tingkat
obesitas berisiko 7,14 kali terkena penyakit DM tipe dua jika dibandingkan dengan orang
yang berada pada berat badan ideal atau normal.
Penanganan diabetes melitus pada anak diatasi dengan penyuntikan insulin
secara rutin. Diabetes melitus pada orang dewasa dapat diatasi dengan mengatur diet,
olahraga dan pemberian obat-obatan penurun kadar glukosa darah. Keadaan yang tidak
tertolong bagian tubuh yang terkena gangren harus diaputasi.

C. ATEROSKLEROSIS

Aterosklerosis adalah suatu perubahan yang terjadi pada dinding arteri yang
ditandai dengan dengan akumulasi lipid ekstra sel, rekrutmen dan akumulasi leukosit,
pembentukan sel busa, migrasi dan proliferasi miosit, deposit matrik ekstra sel (misalnya:
kolagen, kalsium), yang diakibatkan oleh multifactor berbagai patogenesis yang bersifat
kronik (asupan lemak yang berlebihan dalam waktu yang lama) progresif, fokal atau difus
serta memiliki manifestasi akut ataupun kronik yang menimbulkan penebalan dan
kekakuan pada pembuluh arteri (Rahman, 2012). Definisi lain dari aterosklerosi yaitu
penyakit yang menyebabkan lebih dari separuh kematian di negara maju di barat.
Penyakit arteri yang secara perlahan berkembangkarena adanya penebalan lapisan
intima yang terjadi akibat menumpuknya jaringan fibrosa yang secara bertahap menjadi
tempat perdarahan dan pembentukan trombus (Silbernagl, 2006).
Plak aterosklerosis (ateroma atau fibrous plaque) terdiri dari lemak atau sel-sel
mati ditutupi oleh lapisan fibrotic cap yang terdiri dari campuran sel otot polos dan matriks
ekstraseluler. Ada dua jenis plak aterosklerosis, yaitu: plak yang stabil dan plak yang labil.
Plak yang stabil biasanya terdiri dari small lipid core dan ditutupi oleh lapisan tipis
fibromuscular cap dengan sel otot polos dan matriks ekstraseluler sedangkan plak yang
labil seringkali terdiri dari large lipid core, thin cap, dan sel-sel inflamasi dalam jumlah
besar. Plak labil mempunyai kecenderungan untuk pecah. Pecahan tersebut bias
membentuk gumpalan/endapan dengan darah dan menyumbat pembuluh darah.
Penyumbatan pembuluh darah akibat pecahnya plak inilah yang menyebabkan serangan
jantung dan stroke (Lusis, 2000; Libby, 2002; Fan & Watanabe, 2003; Libby, 2004).
Salah satu faktor resiko menyebabkan hal di atas terjadi adalah diet aterogenik
atau diet tinggi lemak yang bermanifestasi terjadinya aterosklerosis di arteri koroner.
Pembuluh darah yang sering terkena adalah arteri koroner, aorta, dan arteri-arteri
serebral. Aterosklerosis menyebabkan penimbunan lipid dan jaringan fibrosa di pembuluh
darah, sehingga secara progresif mempersempit lumen pembuluh darah.
Faktor risiko aterosklerosis dapat dibedakan menjadi faktor risiko mayor atau
utama dan faktor risiko minor. Faktor risiko mayor diantaranya adalah umur, jenis kelamin,
keturunan (ras), merokok, hiperlipidemia, hipertensi, kurang aktivitas fisik, diabetes
mellitus, obesitas, dan hiperhomosistein. Sedangkan yang termasuk faktor risiko minor
adalah stress, alkohol, diet dan nutrisi (Rahman, 2012).
Gejala Aterosklerosis pada jantung Aterosklerosis pada jantung bisa
menyebabkan penyakit jantung koroner dan serangan jantung. Kedua gangguan tersebut
memiliki sejumlah gejala yang serupa, yaitu: Nyeri dada seperti ditekan atau diremas
(angina),Nyeri atau tekanan pada pundak, lengan, rahang, atau punggung,Gangguan
irama jantung (aritmia), Sesak napas, berkeringat, dan gelisah.
Penangan aterosklerosis dapat dilakukan melalui tiga hal, yaitu perubahan gaya
hidup, obat-obatan, serta prosedur medis. Perubahan gaya hidup sehari-hari merupakan
hal utama yang perlu dilakukan. Penderita dianjurkan untuk lebih sering berolahraga guna
meningkatkan kesehatan jantung dan pembuluh darah, serta mengurangi konsumsi
makanan yang banyak mengandung kolesterol.

DAFTAR PUSTAKA
1. WHO.Global Status Report on Noncommunicable Diseases. Switzeland: WHO; 2014
2. Dashty M. A Quick Look at Biochemistry : Lipid Metabolism. Department of Cell
Biology, University Medical Center Groningen, University of Groningen, The
Netherlands. J Diabetes & Metabolism. 2014; 5(1):1-17.
3. Butryn, M.L., Clark, V.L. & Coletta, M.C. (2012). Behavioral approaches to the
treatment of obesity. In S. R. Akabas, S. A. Lederman & B.J. Moore, eds. Textbook of
Obesity: Biological, Phychological and Cultural Infl uences. United Kingdom (UK):
Wiley Blackwell, John Wiley & Sons, 153–272.
4. Coelho, D.F., Pereira-Lancha, L.O., Chaves, D. S., Diwan, D., Ferraz, R., Campos-
Ferraz, P. L., Poortmans, J. R. & Lancha, A. H. (2011). Effect of high-fat diets on
body composition, lipid metabolism and insulin sensitivity, and the role of exercise on
these parameters. Brazilian Journal of Medical and Biological Research, 44(10), 966–
972.
5. CDC. (2011). Family History as a Tool for Detecting Children at Risk for Diabetes and
Cardiovascular Disease
6. Irawan, Dedi. (2010). Prevalensi dan Faktor Risiko Kejadian Diabetes Mellitus Tipe
dua Di Daerah Urban Indonesia. Tesis dipublikasikan. Jakarta: Univesitas Indonesia
Suiraoka. (2012). Penyakit Degeneratif. Yogyakarta: Nuha Medika
7. Kementerian Kesehatan. (2010). Petunjuk Teknis Pengukuran Faktor Risiko Diabetes
Mellitus. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI
8. ADA. (2012). Diagnosis and Classification of Diabetes Mellitus. Diabetes Care, 35 (1),
(care.diabetesjournals.org)
9. Sherwood L. Fisiologi manusia dari sel ke sistem. Jakarta: Buku kedokteran EGC.
2011; 357- 358. 3.
10. Price A. Patofisiologi konsep klinis proses-proses penyakit volume 1 edisi 6. Jakarta:
Buku Kedokteran EGC. 2006; 576- 588
11. Corwin J. Buku saku patofisiologi edisi revisi 3. Jakarta: EGC. 2009; 480-481
12. https://www.alodokter.com/aterosklerosis

Anda mungkin juga menyukai