ATEROSKLEROSIS
A. OBESITAS
Seiring dengan berkembangnya zaman serta perubahan tren dan pola hidup yang
kurang sehat, saat ini banyak sekali jumlah masyarakat yang menderita obesitas.
Obesitas dianggap sebagai sinyal pertama munculnya kelompok penyakit–penyakit non
infeksi (Non Communicable Diseases) yang banyak terjadi di negara maju maupun
negara berkembang. Fenomena ini sering diberi nama “New World Syndrome” atau
sindroma dunia baru dan hal ini telah menimbulkan beban sosial–ekonomi serta
kesehatan masyarakat yang sangat besar.Obesitas diartikan sebagai peningkatan berat
badan di atas 20% dari batas normal dan berhubungan dengan kadar lipoprotein serum
tidak normal. Setiap lipoprotein terdiri atas kolesterol, trigliserida, fosfolipid, dan
apoprotein.Trigliserida merupakan penyimpan lipid utama dalam jaringan adiposa. Pada
penderita obesitas kadar trigliserida dalam darah lebih tinggi dibandingkan orang yang
tidak obesitas.
Kadar trigliserida dalam darah dapat dipengaruhi oleh berbagai sebab, seperti diet
tinggi karbohidrat, tingginya asupan protein, peningkatan asupan lemak, diet rendah
serat, faktor genetik, usia, stress, penyakit hati, dan hormon-hormon dalam darah.
Penumpukan lemak berlebihan yang terjadi pada penderita obesitas mengakibatkan
meningkatnya jumlah asam lemak bebas yang dihidrolisis oleh lipoprotein lipase
endotel.Peningkatan ini memicu produksi oksidan yang berefek negatif terhadap retikulum
endoplasma dan mitokondria.Free Fatty Acid yang dilepaskan karena adanya
penimbunan lemak yang berlebihan juga menghambat terjadinya lipogenesis sehingga
menghambat klirens serum triasilgliserol dan mengakibatkan peningkatan kadar
trigliserida darah.
Terdapat berbagai macam faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang
mengalami kegemukan. Faktor-faktor tersebut diantaranya pola makan, riwayat
keturunan, pola hidup, faktor psikis, lingkungan, individu, serta biologis yang dapat
memengaruhi asupan dan pengeluaran energi
penanganan yang dapat dilakukan untuk mengobati obesitas Menjaga pola makan
yang seimbang, olah raga, dan melakukan operasi dapat dilakukan untuk mengurangi
berat badan. olah raga, dan pola makan sehat seimbang adalah jalan terbaik untuk
mengurangi berat badan dan menjaga kesehatan.
Anda dapat berkonsultasi pada ahli gizi untuk mengukur kadar kalori yang bisa
Anda konsumsi setiap hari. Dalam sesi konsultasi, biasanya dokter atau ahli gizi
kesehatan dapat memberitahu informasi tentang Bagaimana memilih makanan
sehat,Memilih kehidupan yang sehat, Cara membaca kandungan nutrisi sebelum
mengonsumsinya, Mengatur pola makan
B. DIABETES MELITUS
C. ATEROSKLEROSIS
Aterosklerosis adalah suatu perubahan yang terjadi pada dinding arteri yang
ditandai dengan dengan akumulasi lipid ekstra sel, rekrutmen dan akumulasi leukosit,
pembentukan sel busa, migrasi dan proliferasi miosit, deposit matrik ekstra sel (misalnya:
kolagen, kalsium), yang diakibatkan oleh multifactor berbagai patogenesis yang bersifat
kronik (asupan lemak yang berlebihan dalam waktu yang lama) progresif, fokal atau difus
serta memiliki manifestasi akut ataupun kronik yang menimbulkan penebalan dan
kekakuan pada pembuluh arteri (Rahman, 2012). Definisi lain dari aterosklerosi yaitu
penyakit yang menyebabkan lebih dari separuh kematian di negara maju di barat.
Penyakit arteri yang secara perlahan berkembangkarena adanya penebalan lapisan
intima yang terjadi akibat menumpuknya jaringan fibrosa yang secara bertahap menjadi
tempat perdarahan dan pembentukan trombus (Silbernagl, 2006).
Plak aterosklerosis (ateroma atau fibrous plaque) terdiri dari lemak atau sel-sel
mati ditutupi oleh lapisan fibrotic cap yang terdiri dari campuran sel otot polos dan matriks
ekstraseluler. Ada dua jenis plak aterosklerosis, yaitu: plak yang stabil dan plak yang labil.
Plak yang stabil biasanya terdiri dari small lipid core dan ditutupi oleh lapisan tipis
fibromuscular cap dengan sel otot polos dan matriks ekstraseluler sedangkan plak yang
labil seringkali terdiri dari large lipid core, thin cap, dan sel-sel inflamasi dalam jumlah
besar. Plak labil mempunyai kecenderungan untuk pecah. Pecahan tersebut bias
membentuk gumpalan/endapan dengan darah dan menyumbat pembuluh darah.
Penyumbatan pembuluh darah akibat pecahnya plak inilah yang menyebabkan serangan
jantung dan stroke (Lusis, 2000; Libby, 2002; Fan & Watanabe, 2003; Libby, 2004).
Salah satu faktor resiko menyebabkan hal di atas terjadi adalah diet aterogenik
atau diet tinggi lemak yang bermanifestasi terjadinya aterosklerosis di arteri koroner.
Pembuluh darah yang sering terkena adalah arteri koroner, aorta, dan arteri-arteri
serebral. Aterosklerosis menyebabkan penimbunan lipid dan jaringan fibrosa di pembuluh
darah, sehingga secara progresif mempersempit lumen pembuluh darah.
Faktor risiko aterosklerosis dapat dibedakan menjadi faktor risiko mayor atau
utama dan faktor risiko minor. Faktor risiko mayor diantaranya adalah umur, jenis kelamin,
keturunan (ras), merokok, hiperlipidemia, hipertensi, kurang aktivitas fisik, diabetes
mellitus, obesitas, dan hiperhomosistein. Sedangkan yang termasuk faktor risiko minor
adalah stress, alkohol, diet dan nutrisi (Rahman, 2012).
Gejala Aterosklerosis pada jantung Aterosklerosis pada jantung bisa
menyebabkan penyakit jantung koroner dan serangan jantung. Kedua gangguan tersebut
memiliki sejumlah gejala yang serupa, yaitu: Nyeri dada seperti ditekan atau diremas
(angina),Nyeri atau tekanan pada pundak, lengan, rahang, atau punggung,Gangguan
irama jantung (aritmia), Sesak napas, berkeringat, dan gelisah.
Penangan aterosklerosis dapat dilakukan melalui tiga hal, yaitu perubahan gaya
hidup, obat-obatan, serta prosedur medis. Perubahan gaya hidup sehari-hari merupakan
hal utama yang perlu dilakukan. Penderita dianjurkan untuk lebih sering berolahraga guna
meningkatkan kesehatan jantung dan pembuluh darah, serta mengurangi konsumsi
makanan yang banyak mengandung kolesterol.
DAFTAR PUSTAKA
1. WHO.Global Status Report on Noncommunicable Diseases. Switzeland: WHO; 2014
2. Dashty M. A Quick Look at Biochemistry : Lipid Metabolism. Department of Cell
Biology, University Medical Center Groningen, University of Groningen, The
Netherlands. J Diabetes & Metabolism. 2014; 5(1):1-17.
3. Butryn, M.L., Clark, V.L. & Coletta, M.C. (2012). Behavioral approaches to the
treatment of obesity. In S. R. Akabas, S. A. Lederman & B.J. Moore, eds. Textbook of
Obesity: Biological, Phychological and Cultural Infl uences. United Kingdom (UK):
Wiley Blackwell, John Wiley & Sons, 153–272.
4. Coelho, D.F., Pereira-Lancha, L.O., Chaves, D. S., Diwan, D., Ferraz, R., Campos-
Ferraz, P. L., Poortmans, J. R. & Lancha, A. H. (2011). Effect of high-fat diets on
body composition, lipid metabolism and insulin sensitivity, and the role of exercise on
these parameters. Brazilian Journal of Medical and Biological Research, 44(10), 966–
972.
5. CDC. (2011). Family History as a Tool for Detecting Children at Risk for Diabetes and
Cardiovascular Disease
6. Irawan, Dedi. (2010). Prevalensi dan Faktor Risiko Kejadian Diabetes Mellitus Tipe
dua Di Daerah Urban Indonesia. Tesis dipublikasikan. Jakarta: Univesitas Indonesia
Suiraoka. (2012). Penyakit Degeneratif. Yogyakarta: Nuha Medika
7. Kementerian Kesehatan. (2010). Petunjuk Teknis Pengukuran Faktor Risiko Diabetes
Mellitus. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI
8. ADA. (2012). Diagnosis and Classification of Diabetes Mellitus. Diabetes Care, 35 (1),
(care.diabetesjournals.org)
9. Sherwood L. Fisiologi manusia dari sel ke sistem. Jakarta: Buku kedokteran EGC.
2011; 357- 358. 3.
10. Price A. Patofisiologi konsep klinis proses-proses penyakit volume 1 edisi 6. Jakarta:
Buku Kedokteran EGC. 2006; 576- 588
11. Corwin J. Buku saku patofisiologi edisi revisi 3. Jakarta: EGC. 2009; 480-481
12. https://www.alodokter.com/aterosklerosis