Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kolesterol saat ini menjadi suatu masalah yang di tangani oleh Negara-negara
maju maupun Negara berkembang. Kolesterol merupakan salah satu penyebab
penyakit kardiovaskuler yang merupakan penyakit mematikan dan telah menjadi
masalah serius. Organisasi kesehatan sedunia (WHO) dan organisasi Federasi Jantung
Sedunia (World Heart Federation) memprediksi bahwa penyakit jantung akan menjadi
penyebab utama kematian di Negara-negara asia. Di Indonesia sendiri saat ini penyakit
kardiovaskuler merupakan pembunuh nomor satu seiring dengan perubahan pola
makan yang cenderung tinggi lemak dan rendah serat.
Sejalan dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan perkembangan teknologi
menjadi faktor utama yang menyebabkan gaya hidup modern dalam masyarakat.
Banyak masyarakat yang memilih untuk mengkonsumsi makanan instant atau siap saji
yang enak tanpa menyadari makanan ini mengandung lemak dan kolesterol serta tidak
mengetahui efek samping dari makanan tersebut. Gaya hidup inilah yang sering
dikaitkan dengan penyakit hyperlipidemia dan penyakit jantung (aterosklerosis).
Hyperlipidemia adalah gangguan pada sistem metabolisme lemak yang
menyebabkan peningkatan kadar kolesterol total, LDL, trigliderida darah dan
penurunan HDL. Pada umumnya hyperlipidemia dikendalikan dengan diet, olahraga
dan terapi obat-obatan dalam hal ini adalah obat sintetik salah satunya simvastatin,
yang telah diketahui memiliki efek samping bagi tubuh seperti miopati, hepatotoksik,
neuropati perifer, pusing, diare dan alergi (Herman, 2019)
Kolesterol total adalah salah satu variable lemak yang berpengaruh besar
terhadap kadar lemak plasma. Meningkatnya kadar kolesterol LDL (Low Density
Lipoprotein) dan menurunya kadar kolesterol HDL (High Density Lipoprotein) dapat
menyebabkan penyakit hiperkolesterolemia dimana kolesterol di dalam darah
meningkat melebihi batas normal. Hiperkolesterolemia jika tidak ditangani dengan
baik dapat memicu penyakit lain seperti jantung coroner yang dapat menyebabkan
kematian.
Konsumsi asupan lemak dengan kadar kolesterol mempunyai hubungan yang
positif dengan penyakit jantung coroner. Salah satu penyebab meningkatnya kadar
kolesterol adalah pola konsumsi makanan yang mengandung lemak. Penyakit jantung

1
coroner dipengaruhi oleh berbagai faktor yang tidak dapat diubah meliputi umur, jenis
kelamin, genetic, ras dan geografis, sedangkan faktor yang dapat diubah yaitu
kolesterol, diabetes mellitus, hipertensi, pola makan, merokok, obesitas, kurang
aktivitas, stress dan gaya hidup (Soeharto,2004)
Berdasarkan uraian diatas, maka dilakukan percobaan analisis efek obat
hipokolesterolemia fenofibrat, gemfibrozil dan simvastatin yang diujikan pada hewan
uji mencit dengan Na-CMC sebagai kelompok kontrol.
1.2 Tujuan Percobaan
Menganalisis efek obat hipokolesterolemia dengan mengamati serta menentukan
penurunan kadar kolesterol total pada hewan uji mencit (Mus musculus) setelah
pemberian obat hipokolesterolemia oral.
1.3 Manfaat Praktikum
Agar mahasiswa dapat mengetahui dan memahami efek obat
hiperkolesterolemia dengan mengamati serta menentukan penurunan kadar kolesterol
total pada hewan uji mencit (Mus musculus) setelah pemberian obat
hiperkolesterolemia oral.
1.4 Prinsip Percobaan
Efek obat hipokolesterolemia oral dapat diamati dengan membandingkan kadar
kolesterol darah mencit sebelum pemberian dan setelah pemberian obat
hipokolesterolemia oral.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Dasar Teori
2.1.1 Definisi Dislipidemia
Dislipidemia adalah keadaan kadar lipid yang abnormal pada plasma dan
mencakup spectrum yang luas. Kelainan fraksi lipid yang utama adalah kenaikan
kadar kolesterol total, Low Density Lipoprotein (LDL), dan trigliserida serta
penurunan kadar High Density Lipoprotein (HDL) (Dipiro et al, 2015).
Dislipidemia didefinisikan sebagai kelainan metabolisme lipid yang ditandai
dengan peningkatan maupun penurunan fraksi lipid dalam plasma. Kelainan fraksi
lipid yang utama adalah kenaikan kadar kolesterol total (K-total), kolesterol Low
Density Lipoprotein (K-LDL), trigliserida , serta penurunan kolesterol High Density
Lipoprotein (K-HDL). Dalam proses terjadinya aterosklerosis semuanya mempunyai
peran yang penting dan erat kaitannya satu dengan yang lain, sehingga tidak mungkin
dibicarakan tersendiri. Agar lipid dapat larut dalam darah, molekul lipid harus terikat
pada molekul protein (yang dikenal dengan nama apoprotein, yang sering disingkat
dengan nama Apo. Senyawa lipid dengan apoprotein dikenal sebagai lipoprotein.
Tergantung dari kandungan lipid dan jenis apoprotein yang terkandung maka di kenal
lima jenis liporotein yaitu kilomikron, very low density lipoprotein (VLDL),
intermediate density lipoprotein (IDL), low density lipoprotein (LDL), dan high
density lipoprotein (HDL) (Arsana, dkk, 2015).
2.1.2 Epidemiologi
Data di Indonesia yang diambil dari riset kesehatan dasar nasional,
menunjukkan ada 35.9% dari penduduk Indonesia yang berusia ≥15 tahun dengan
kadar kolesterol abnormal (berdasarkan National Cholesterol Education Program,
Adul Treatment Panel III (NCEP ATP III)), dengan kadar kolesterol ≥200 mg/dl)
dimana perempuan lebih banyak dari laki-laki dan perkotaan lebih banyak dari di
pedesaan. Data Riskesdas juga menunjukkan 15,9% populasi yang berusia ≥15 tahun
mempunyai proporsi LDL yang sangat tinggi (≥190 mg/dl), 22,9% mempunyai kadar
HDL yang kurang dari 40 mg/dl, dan 11,9% dengan kadar trigliserid yang sangat
tinggi (≥500 mg/dl). Dislipidemia merupakan faktor risiko primer untuk PJK dan
mungkin berperan sebelum faktor risiko utama lainnya muncul. Data epidemiologi
menunjukkan bahwa hiperkolesterolemia merupakan faktor risiko untuk stroke

3
iskemia. Grundy dkk menunjukkan bahwa untuk setiap penurunan LDL sebesar 30
mg/dL maka akan terjadi penurunan risiko relatif untuk PJK sebesar 30% (Arsana,
dkk., 2015).
2.1.3 Patofisiologi Dislipidemia
Kolesterol, trigliserida, dan fosfolipid diangkut dalam darah sebagai kompleks
lipid dan protein (lipoprotein). Lipid dalam darah diangkut dengan 2 cara yaitu jalur
eksogen dan jalur endogen. Jalur eksogen yaitu trigliserida dan kolesterol yang berasal
dari makanan dalam usus dikemas sebagai kilomikron. Selain kolesterol yang berasal
dari makanan dalam usus juga terdapat kolesterol dari hati yang diekskresi bersama
empedu ke usus halus. Baik lemak di usus halus yang berasal dari makanan maupun
yang berasal dari hati disebut lemak eksogen. Jalur endogen yaitu trigliserida dan
kolesterol yang disintesis oleh hati mengalami hidrolisis dalam sirkulasi oleh
lipoprotein lipase yang juga menghidrolisis kilomikron menjadi partikel lipoprotein
yang lebih kecil. LDL merupakan lipoprotein yang mengandung kolesterol paling
banyak (60-70%). Lipoprotein dikelompokkan menjadi 6 kategori yaitu : I
(Kilomikron), IIa (LDL), IIb (LDL+very-low-density lipoprotein [VLDL]), III
(intermediate density lipoprotein), IV (VLDL), V (VLDL+kilomikron) (Dipiro et al,
2015).
2.1.4 Klasifikasi Dislipidemia
Klasifikasi dislipidemia berdasarkan proses terjadinya penyakit yaitu :
1. Dislipidemia Primer
Dislipidemia primer yaitu dislipidemia yang disebabkan karena kelainan
penyakit genetik dan bawaan yang dapat menyebabkan kelainan kadar lipid
dalam darah. Dislipidemia primer yang berhubungan dengan obesitas ditandai
dengan peningkatan trigliserida, penurunan kadar High Density Lipoprotein,
Low Density Lipoprotein, dan komposisi abnormal (Arsana, dkk., 2015).
2. Dislipidemia Sekunder
Dislipidemia Sekunder yaitu dislipidemia yang disebabkan oleh suatu keadaan
seperti hiperkolesterolemia yang diakibatkan oleh hipotiroidisme, syndrome
nefrotik, kehamilan, anoreksia nervosa, dan penyakit hati obstruktif.
Hipertrigliserida disebabkan oleh diabtes mellitus, konsumsi alkohol, gagal
ginjal kronik, miokard infark, dan kehamilan. Selain itu dislipidemia dapat
disebabkan oleh gagal ginjal akut, dan penyakit hati (Arsana, 2015).

4
2.1.5 Cara Menurunkan Kolesterol
Peningkatan kolesterol beresiko untuk terjadinya arterosklerosis (pengerasan
pembuluh darah). Proses arterosklerosis dipengaruhi oleh usia. Pada usia 50 tahun
memang umumnya sudah terjadi arterosklerosis. Kadar kolesterol yang berlebih akan
menjadi masalah, oleh karena itu kadar kolesterol harus diturunkan. Salah satu cara
untuk menurunkan kadar kolesterol adalah dengan menggunakan obat golongan
dislipidemia (Dipiro, et al 2015).
2.1.6 Golongan Obat Dislipidemia
1. Golongan Statin
Golongan Statin dapat menghambat reduktase 3-hydroxy-3-methylglutaryl
coenzyme (HMG-CoA), menghambat HMG-CoA menjadi mevalnoat,
mengurangi katabolisme Low Density Lipoprotein. Bila digunakan sebagai
terapi golongan Statin paling banyak digunakan (Dipiro, 2015).
Terapi kombinasi antara Statin dengan BARs (Bile Acis Resins) rasional
karena jumlah Low Density Lipoprotein dapat meningkat, menyebabkan
kolesterol Low Density Lipoprotein menurun lebih tinggi. Terapi kombinasi
Statin dengan Ezetimibe juga rasional karena Ezetimibe dapat menghambat
penyerapan kolesterol di usus. Efek samping pada penggunaan golongan Statin
terjadi konstipasi 10%, peningkatan kreatinin kinase, dan miopati (Dipiro et al,
2015).
2. Golongan Fibrat
Terapi Fibrat yaitu Gemfibrozil, Fenofibrat, dan Clofibrat. Golongan fibrat
efektif dalam mengurangi Low Density Lipoprotein, dan nilai kolesterol total.
Konsentrasi High Density Lipoprotein dalam plasma dapat meningkat menjadi
10%-15%. Gemfibrozil dapat mengurangi sintesis Low Density Lipoprotein
dan lebih beresiko menyebabkan miopati dibandingkan fenofibrat jika
dikombinasi dengan Statin. Jika Fibrat diberikan bersamaan dengan statin
maka sebaiknya waktu pemberiannya dipisah, misalnya Fibrat pada pagi hari
dan Statin diberikan pada malam hari. Penggunaan Clofibrate kurang efektif
dibandingkan Gemfibrozil atau Niacin dalam mengurangi produksi Low
Density Lipoprotein (Dipiro et al, 2015).

5
Fenofibrat merupakan golongan fibrat yang baik jika dikombinasi dengan
Statin untuk menurunkan kadar trigliserida dan meningkatkan kadar kolesterol
High Density Lipoprotein dengan Dislipidemia campuran dan penyakit jantung
koroner (Goldfine et al, 2011). Efek samping Fibrat yaitu gangguan
gastrointestinal (GI) terjadi pada 3%- 5%, ruam, pusing, pandangan kabur,
vertigo, sembelit, diare (Dipiro et al, 2015).
3. Bile Acid Resins
BARs (cholestyramine, colestipol, colesevelam) dapat bekerja dengan cara
mengikat asam empedu di dalam usus dan meningkatkan Low Density
Lipoprotein. BARs digunakan untuk mengobati hiperkolesterolemia primer.
Dosis harian Cholestyramine yaitu 4 mg–24 mg, Colestipol 5 mg–30 mg, dan
Colesevalam 3,8 mg-4,5 mg. penggunaan dosis tinggi Cholestyramine atau
Colestipol dapat menurunkan konsentrasi Low Density Lipoprotein sebesar
18%-25%. Pada dosis maksimum obat ini sering menimbulkan rasa tidak
nyaman pada abdomen (Dipiro et al, 2015).
Efek samping BARs yaitu konstipasi, kembung, obstruksi Gastrointestinal, dan
mengurangi bioavailabilitas obat seperti warfarin, asam nikotinat,
asetaminofen, loperamid, hydrochortison. Interaksi obat dapat dihindari dengan
selang waktu 6 jam atau lebih antara BARs dengan penggunaan obat lain
(Dipiro et al, 2015).
4. Ezetimibe
Ezetimibe merupakan obat penurun lipid yang dapat menghambat kolesterol
tanpa mempengaruhi absorbsi nutrisi yang larut dalam lemak dan merupakan
pilihan yang tepat untuk meningkatkan efektivitas terapi yang dikombinasi
dengan Statin. Dosis yang direkomendasikan adalah 10 mg/hari 19 diberikan
dengan atau tanpa makanan. Ezetimibe bila digunakan tanpa kombinasi akan
menyebabkan penurunan kolesterol Low Density Lipoprotein 18%. Bila
dikombinasi dengan Statin maka dapat menurunkan Low Density Lipoprotein
lebih besar (12%-20%). Ezetimibe 10 mg dapat dikombinasi dengan
Simvastatin dengan kekuatan 10 mg, 20 mg, 40 mg, atau 80 mg (Dipiro, 2015).
Efek samping Ezetimibe yaitu dapat mengalami gangguan gastrointestinal (GI)
4%, sakit kepala, kelelahan, miopati, hepatitis (Dipiro et al, 2015).
5. Golongan Niacin (Asam Nikotinat)

6
Niacin merupakan obat penurun lipid yang dapat mengurangi sintesis dalam
hati dari Low Density Lipoprotein. Niacin juga dapat meningkatkan High Density
Lipoprotein dengan mengurangi katabolisme. Penggunaan Niacin digunakan untuk
terapi dislipidemia campuran atau sebagai kombinasi untuk hiperkolesterolemia. Pada
dosis maksimum Niacin diberikan dengan makanan secara perlahan-lahan untuk
meminimalkan dosis Niacin. Obat golongan Niacin sangat baik bila dikombinasi
dengan Statin karena dapat menghasilkan kadar lipid dalam plasma yang signifikan
(Dipiro et al, 2015).
2.2 Uraian Bahan
2.2.1 Alkohol (Dirjen POM, 1979; Dirjen POM, 1995; Rowe, 2009)
Nama resmi : AETHANOLUM
Nama lain : Etanol
Rumus molekul : C2H5OH
Berat molekul : 46,07 g/mol
Rumus Struktur :

Pemerian : Cairan tak berwarna, jernih, tidak berwarna. Bau khas dan
menyebabkan rasa terbakar pada lidah. Mudah menguap
walaupun pada suhu rendah dan mendidih pada suhu 78 .
Mudah terbakar
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, dalam kloroform P dan
dalam eter P
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat jauh dari nyala api
Khasiat : Sebagai antimikroba, disinfektan, dan pelarut
Kegunaan : Pensteril pada alat laboratorium.
2.2.2 Aquadest (Dirjen POM, 1979)
Nama resmi : AQUA DESTILLATA
Nama lain : Air suling
Rumus molekul : H2O
Berat molekul : 18,02 g/mol
Rumus struktur :

7
Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak
mempunyai rasa
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Pelarut.

2.2.3 Na-CMC (Dirjen POM; Rowe, 2009)


Nama resmi : CARBOXYMETHYCELLULOSUM NATRICUM
Nama lain : Karboksimetilselulosa natrium, CMC sodium
Rumus molekul : C6H10O2
Berat molekul : 206,28 g/mol
Rumus struktur :

Pemerian : Serbuk atau granul, putih sampai krem; higroskopik


Kelarutan : Mudah terdispersi dalam air membentuk larutan kolodial,
tidak larut dalam etanol, dalam eter, dan dalam pelarut
organik lain
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Khasiat : Agen pensuspensi, agen pelapis, zat penstabil, disintegran,
pengikat
Kegunaan : Kelompok kontrol negatif.
2.3 Uraian Obat
2.3.1 Fenofibrat (Dirjen POM, 1995; IAI, 2017; MIMS, 2018)
Nama resmi : FENOFIBRATE
Nama lain : Fenofibrat
Rumus molekul : C20H21CIO4
Berat molekul : 360,08 g/mol
Rumus struktur :

8
Pemerian : Berbentuk Kristal padat putih
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, sedikit larut dalam methanol,
etanol, larut dalam aseton, eter, benzene, kloroform
Kegunaan : Obat hiperkolesterolemia
Dosis : 300 mg sehari
Indikasi : Hiperlipidemia tipe IIa, IIb, III, IV, dan V pada pasien
yang tidak cukup memberikan respons terhadap diet dan
tindakan-tindakan lain yang sesuai
Kontraindikasi : Gangguan hati atau ginjal berat, hipoalbuminemia, sirosis
empedu primer, penyakit kandung empedu, sindrom
nefrotik, kehamilan dan menyusui
Efek samping : Saluran cerna (mual, anoreksia, nyeri lambung), pruritus,
ruam kulit, urtikaria, impotensi, sakit kepala, pusing,
vertigo, letih, rambut rontok, miotoksisitas (dengan
miastenia atau mialgia) risiko khusus pada gangguan
ginjal
Interaksi obat : Cholestyramin, ciclosporin, simvastatin, kolkisin,
warfarin, ezetimibe
Farmakodinamik : Antihiperlipidemia adalah dengan mempengaruhi faktor
transkripsi lipid, lipoprotein, dan transporter lipid
Farmakokinetik : Semua derivate asam fibrat diabsorbsi lewat usus secara
cepat dan lengkap (<90%), terutama bila diberikan
bersama makanan. Pemecahan ikatan ester terjadi sewaktu
absorbsi dan kadar puncak plasma tercapai dalam 1-4 jam
2.3.2 Gemfibrozil (Dirjen POM, 1995; IAI, 2017; MIMS, 2018)
Nama resmi : GEMFIBROZILUM
Nama lain : Gemfibrozil
Rumus molekul : C15H22O3
Berat molekul : 250,34 g/mol
Rumus stuktur :

9
Pemerian : Hablur padat serupa lilin, putih
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, larut dalam etanol, dalam
methanol dan dalam kloroform
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan : Obat hiperkolesterolemia
Dosis manusia : 2 dd 600 mg ½ jam a.c, pemeliharaan 900-1500 mg sehari
Indikasi : Menurunkan kadar TG (VLDL) dan kolesterol (LDL),
sedangkan HDL dinaikkan
Kontraindikasi : Pada pasien dengan gangguan hati, dan ginjal, pada wanita
hamil dan masa menyusui
Efek samping : Gangguan saluran cerna (mual, mencret, perut kembung)
yang terjadi pada 10% pasien
Interaksi obat : Warfarin, imunosupressan, niasin, eritromisin, antiprin,
propanolol, digoksin
Farmakokinetik : Semua derivate asam fibrat diabsorbsi lewat usus secara
cepat dan lengkap (<90%), terutama bila diberikan
bersama makanan. Pemecahan ikatan ester terjadi sewaktu
absorbsi dan kadar puncak plasma tercapai dalam 1-4 jam
Farmakodinamik : Sebagai hipolipidemik, obat-obat ini bekerja dengan cara
berikatan dengan reseptor peroxisome proliferator
activates receptors (PPARs), yang mengatur transkripsi
gen
2.3.3 Simvastatin (Dirjen POM, 1995; IAI, 2017; MIMS, 2018)
Nama resmi : SIMVASTATIN
Nama lain : Simvastatin
Rumus molekul : C25H38O5
Berat molekul : 418,6 g/mol
Rumus stuktur :

Pemerian : Serbuk Kristal putih atau hampir putih

10
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, mudah larut dalam etanol,
dan sangat larut dalam diklorometana, mudah larut dalam
kloroform dan metal alkohol, sedikit larut dalam propilen
glikol, sangat tidak larut dalam petroleum
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan : Obat hiperkolesterolemia
Dosis manusia : Dosis awal untuk pasien hiperkolesterolemia ringan
sampai sedang 5 mg/hari
Indikasi : Hiperkolesterolemia primer, homozygous familial
hiperkolesterolemia atau tipe hiperkolesterolemia
campuran pada pasien yang tidak menunjukkan respon
yang kuat terhadap diet dan tindakan lain yang sesuai
Kontraindikasi : Pasien dengan penyakit hati yang aktif, pada kehamilan
dan menyusui, porphyria
Efek samping : Myositis, reversible, sakit kepala, mempengaruhi hasil
fungsi hati, paraesthasia, nyeri abdomen, flatulence,
konstipasi, diare, mual dan muntah, myalgia, alopesia,
aremia, pusing, neuropati perifer, hepatitis, jaundice,
pankreatitis
Farmakodinamik : Bekerja dengan cara menghambat sintesis kolesterol
dalam hati, dengan menghambat enzim HMG CoA
reduktase
Farmakokinetik : Produk dalam bentuk lakton dan harus dihidrolisis lebih
dahulu menjadi bentuk aktif asam beta hidroksi
2.4 Uraian Hewan
2.4.1 Klasifikasi Mencit
Menurut Nugroho (2018), klasifikasi mencit yaitu :
Kerajaan : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Mamalia
Ordo : Rodentia
Marga : Mus Gambar 1. Mencit
Jenis : Mus musculus L. (Mus musculus)

11
2.4.2 Morfologi Mencit
Menurut Ifnaini (2019) Mencit membutuhkan makanan setiap harinya sekitar
3-5 g, diantaranya faktor yang perlu diperhatikan dalam memberikan makanan kepada
mencit yaitu kualitas bahan pangan terutama daya cerna dan palatabilitas. Hal ini
dikarenakan kualitas makanan mencit akan berpengaruh terhadap kondisi mencit
secara keseluruhan diantaranya kemampuan untuk tumbuh, berbiak ataupun perlakuan
terhadap pengobatan. Morfologi Mencit (Mus musculus) dewasa meiliki berat badan
sekitar 20-40 g pada hewan jantan, sedangkan 18-35 g pada hewan betina.
Kedewasaan dicapai pada saat usia 35 hari.
Mencit memiliki rambut yang berwarna keabu-abuan atau putih. Mencit
memliki mata berwarna merah atau hitam, kulit berpigmen dan memiliki warna perut
sedikit pucat. Mencit dewasa pada umur 35 hari dan memiliki waktu kehamilan 19-21
hari. Mencit dapat melahirkan 6-15 ekor. Mencit jantan dan betina siap melakukan
kopulasi pada umur 8 minggu. Siklus estrus atau masa birahi 4-5 hari dengan lama
estrus 12-14 jam (Bella Dheta, 2017).

12
BAB III
METODE KERJA
3.1 Waktu dan Pelaksanaan Praktikum
Praktikum Farmakologi & Toksikologi 2 percobaan Efek obat
hipokolesterolemia pada hewan uji dilaksanakan pada hari Sabtu, 13 November 2021
pukul 08:00 sampai dengan 11:00 WITA, bertempat di Laboratorium Farmakologi &
Toksikologi, Jurusan Farmasi, Fakultas Olahraga dan Kesehatan, Universitas Negeri
Gorontalo.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
Adapun alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu batang pengaduk, botol,
dispo, gelas ukur, gelas kimia, kolesterol tetster, lap halus, lap kasar, lumpang dan alu,
pot salep, sonde oral, spidol, stik kolesterol, timbangan, dan wadah.
3.2.2 Bahan
Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu alkohol 70%, aqua
destilata, fenofibrat, gemfibrozil, kertas perkamen, kuning telur, label, mencit, Na-
CMC, simvastatin, tisu dan triton WR 1339.
3.3 Cara Kerja
1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2. Dibersihkan alat dengan menggunakan alkohol 70%
3. Ditimbang mencit jantan sebanyak 4 ekor
4. Sebelum perlakukan mencit diambil darahnya melalui pembuluh darah yang
ada di vena ekor dengan cara di potong ekor mencit tersebut ± 0,5 cm dari
ujung ekor dengan menggunakan gunting yang telah di usap dengan alkohol
70%
5. Darah yang keluar di teteskan pada strip Kolesterol yang terpasang pada alat.
Kadar Kolesterol darah yang muncul pada alat kemudian dicatat sebagai kadar
Kolesterol awal
6. Setelah penentuan kadar Kolesterol awal pada mencit, kemudian semua mencit
diberikan injeksi triton WR 1339 yang dilarutkan dalam infus NaCl 0,9%
dengan dosis400 mg/Kg BB mencit secara intraperitoneal
7. Mencit kemudian dikelompokkan ke dalam 4 kelompok, dimana kelompok I
sebagai kontrol, diberikan larutan Na.CMC 1%, kelompok II diberi suspensi

13
Simvastatin, kelompok III diberi suspensi Fenofibrat dan kelompok IV diberi
suspensi Gemfibrozil.
8. Setelah 30 menit pemberian injeksi triton, setiap mencit diberikan perlakuan,
kelompok I diberi larutan Na.CMC 1%, kelompok II diberi suspensi
Simvastatin, kelompok III diberi suspensi Fenofibrat dan kelompok IV diberi
suspensi Gemfibrozil, semua perlakukan secara oral dengan volume pemberian
adalah 1 mL.
9. Mencit kemudian diukur kadar kolesterol akhir.

14
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.1.1 Tabel Hasil Pengamatan
Kelompok Volume Kadar glukosa darah (mg/dl)
Mencit
pemberi
H-3 H-1 30 menit 30 menit Setelah
an (mL)
sblm setelah diberikan
diinduksi diinduksi obat
Kontrol 1 mL 143 161 201 214 212
Fenofibrat 1 mL 121 149 117 195 150
Simvastatin 1 mL 145 105 109 198 150
Gemfibrozil 1 mL 145 165 173 198 154

4.2 Perhitungan
a. Gemfibrozil
Dosis lazim untuk manusia = 300 mg
Konversi dosis untuk mencit = Dosis lazim x faktor konversi
= 300 mg x 0,0026
= 0,78 mg
Untuk mencit berat 22 g = (22 g/20 g) x 0,78 mg
= 0,858 mg
Dosis ini diberikan dalam volume = 1 mL
Dosis larutan persediaan = 10 mL
Jumlah Gemfibrozil yang ditimbang = (10 mL/1 mL) x 0,858 mg
= 8,58 mg
= 0,00858 g
% kadar Gemfibrozil = (0,00858 g/ 10 mL) x 100%
= 0,0858 %
Jumlah berat 1 tablet = 0,4327 g
Jumlah Gemfibrozil yang ditimbang = (0,00858 g/ 0,3 g) x 0,4327 g
= 0,01237522 g
b. Simvastatin
Perhitungan dosis oral Simvastatin
Dosis lazim simvastatin untuk manusia : 10 mg

15
Konversi dosis untuk mencit BB 20 g : Dosis Lazim × Faktor Konversi
: 10 mg × 0,0026 = 0,026 mg
26 g
Untuk mencit dengan berat 26 g : × 0,026 mg
10 g
: 0,0676 mg
Dosis yang diberikan dalam volume : 1 mL
Dibuat larutan persediaan sebanyak : 10 mL
10 mL
Jumlah Simvastatin yang digunakan : × 0,0676 mg
1 mL
: 0,676 mg = 0,000676 g
0 ,000676 g
% Kadar simvastatin : × 100 %
10 mL
: 0,00676 %
Berat Tablet : 0,1701 g
0,000676 g
Serbuk : x 0,1701 g
0,02 g
: 0,00574938 g
c. Fenofibrat
Perhitungan dosis oral Fenofibraat
Dosis lazim fenofibrat untuk manusia : 100 mg
Konversi dosis untuk mencit BB 20 g : Dosis Lazim × Faktor Konversi
: 100 mg × 0,0026 = 0,26 mg
27 g
Untuk mencit dengan berat 27 g : × 0,26 mg
20 g
: 0,351 mg
Dosis yang diberikan dalam volume : 1 mL
Dibuat larutan persediaan sebanyak : 10 mL
10 mL
Jumlah Spironolakton yang digunakan : × 0,351 mg
1 mL
: 3,51 mg = 0,00351 g
0,00351 g
% Kadar Spironolakton : × 100 %
10 mL
: 0,0351 %
Berat Tablet : 0,6430 g

16
0,00351 g
Serbuk : x 0,6430 g
0,1 g
: 0,0225 g
4.3 Pembahasan
Kolesterol merupakan lemak dari golongan sterol yang beredar dalam darah.
Tubuh membutuhkan kolesterol untuk membuat dan memelihara sel-sel saraf serta
untuk mensintesis hormon di dalam tubuh. Akan tetapi apabila mengkonsumsi
makanan lemak jenuh dengan kadar tinggi, hati akan memproduksi kolesterol lebih
banyak sehingga berakibat kadar kolesterol menjadi berlebihan. Kadar kolesterol yang
berada pada level normal dapat bermanfaat bagi tubuh, tetapi jika semakin tinggi kadar
kolesterol dalam tubuh maka semakin besar pula bahaya yang mengancam kesehatan
tubuh (Margarita , 2018)
Praktikum kali ini, dilakukan percobaan antihiperkolesterolemia dimana hewan
coba yang digunakan yaitu 4 ekor mencit yang dikelompokkan ke dalam 4 kelompok
yaitu, kelompok obat fenofibrat, gemfibrozil, simvastatin, dan kelompok Na-CMC
sebagai kontrol.
Mencit diberikan diet tinggi lemak yaitu kuning telur yang dapat meningkatkan
kadar kolesterol dalam darah selama 5 hari dan dilakukan pengukuran kadar kolesterol
pada hari rabu dan jumat. Hal ini dikarenakan pemberian telur puyuh sebagai asupan
pilihan diet tinggi kolesterol ini menyebabkan konsentrasi kolesterol dalam tubuh
meningkat dan juga menyebabkan penurunan dari sintesis dan aktivtas reseptor LDL
(Botham, 2017). Setelah diberikan perlakuan selama 5 hari, diukur kembali kadar
kolesterol darah mencit sebelum diinduksi dengan triton. Mencit kemudian diinduksi
triton secara intraperitonial, hal ini dikarenakan menurut Frans (2016), triton
merupakan sediaan yang digunakan dalam peningkatan kadar kolesterol pada hewan
uji. Mencit yang sudah diinduksi dengan triton dibiarkan selama 30 menit dan diukur
kembali kadar kolesterolnya. Masing-masing mencit diberikan obat fenofibrat,
gemfibrozil dan simvastatin melalui oral kemudian diukur kolesterol akhir dari mencit.
Pada praktikum, mencit yang diberi Na-CMC sebagai kontrol hasil yang
diperoleh kadar kolesterol akhir 212 mg/dl. Dimana dari perbandingan kadar awal
adalah 143 mg/dl dengan mengalami peningkatan kadar kolesterol total 48,25%. Ini
sesuai dengan literatur yakni Na-CMC hanya berfungsi sebagai agen pensuspensi

17
maka tidak akan terjadi peningkatan maupun penurunan kadar kolesterol pada hewan
uji mencit (Fitri, 2019)
Dari pengukuran kadar kolesterol total pada mencit, didapatkan hasil
persentase peningkatan kadar kolesterol pada mencit yang diberi obat fenofibrat
sebesar 23,96%, obat gemfibrozil sebesar 6,20%, dan obat simvastatin sebesar 3,44%.
Hal ini dikarenakan pertama mekanisme dari masing-masing obat yang berbeda.
Dimana, mekanisme kerja dari simvastatin yaitu dapat menurunkan kadar kolesterol
dengan cara menghambat aktivasi enzim HMG-CoA reduktase yang mengubah asetil
CoA menjadi asam mevalonat. Pada proses sintesis kolesterol di hati simvastatin dapat
meningkatkan aktivitas reseptor LDL oleh hati menjadi lebih cepat dan simpanan LDL
plasma menjadi berkurang (Katzung, 2015).
Obat ini termasuk dalam golongan yang sama dengan fenofibrat dimana obat
ini bekerja dengan cara berikatan dengan reseptor peroxime proliferator – activated
receptors (PPARs), yang mengatur transkripsi gen. Akibat interaksi obat ini dengan
PPAR isotipe α (PPARα), maka terjadi peningkatan oksida asam lemak, sintesis LPL
dan penurunan ekspresi Apo C-III. Peninggian kadar LPL meningkatkan klirens
lipoprotein yang kaya akan trigliserida. Penurunan produksi Apo C-III hati akan
menurunkan VLDL. HDL meningkat secara moderat karena peningkatan ekspresi Apo
A-I dan Apo A-II tersebut. Penurunan kadar LDL disebabkan meningkatnya afinitas
LDL terhadap reseptor LDL dan meningkatnya jumlah reseptor LDL karena produksi
SREBP-1 (Sterol Regulatory Element Binding Proteins-1) hati yang diinduksi oleh
PPARα (Ganiswarna, 2019).
Mekanisme kerja dari fenofibrat yaitu mengaktifkan reseptor α peroxisome
proliferator-activated reseptor (PPAR-α) yang mengatur metabolisme lipid. Fenofibrat
menurunkan konsentrasi trigliserida dengan cara mengurangi laju sintesis dan
meningkatkan laju hidrolisis lipoprotein trigliserida (Dipiro et al, 2020).
Berdasarkan hasil pengamatan dapat disimpulkan bahwa kelompok obat
simvastatin lebih efektif untuk menurunkan kadar kolesterol dibandingkan kedua obat
lainnya. Hal ini sesuai dengan literatur Rusdi (2018), bahwa obat simvastatin sangat
efektif dalam menurunkan kolesterol total dan LDL dikarenakan pada simvastatin
terjadi perbaikan perlemakan hati. Golongan statin dapat menurunkan kolesterol total
20%-45% dan menurunkan trigliserida 10-45%. Sedangkan golongan fibrat mamp
menurunkan kadar LDL hanya sebesar 2% (Wulandari, 2015).

18
Kemungkinan kesalahan yang terjadi yaitu saat pemberian obat sehingga
hewan uji merasa tersiksa, kesalahan dalam pengukuran, serta kesalahan dalam alat
pengukur kadar kolesterol.

19
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari hasil pengamatan dapat disimpulkan bahwa efek simvastatin dapa
menurunkan kadar kolesterol pada mencit dengan mekanisme kerja menghambat
HMG-CoA reduktase dalam sintesis kolesterol. Sedangkan pada obat gemfibrozil
tidak dapat menurunkan kadar kolesterol pada mencit karena mekanisme kerja dari
obat ini memicu aktivitas lipase lipoprotein sehingga menghidrolisis trigliserida pada
klomikron VLDL. Golongan statin dapat menurunkan kolesterol total 20%-45% dan
menurunkan trigliserida 10-45%. Sedangkan golongan fibrat mamp menurunkan kadar
LDL hanya sebesar 2%.
5.2 Saran
5.2.1 Saran Untuk Jurusan
Pihak jurusan sebaiknya mempersiapkan mahasiswa agar mempunyai
kemampuan akademik, sehingga mahasiswa yang bersangkutan mampu melakukan
praktikum dibagian apapun.
5.2.2 Saran Untuk Laboratorium
Saran untuk laboratorium, sebaiknya alat-alat yang ada di laboratorium lebih
diperhatikan dan dirawat lagi agar saat praktikum bisa dipergunakan dengan baik dan
maksimal tanpa ada kekurangan.
5.2.3 Saran Untuk Praktikan
Untuk praktikan diharapkan lebih banyak menguasai materi mengenai diuretik
ini, praktikan diharapkan dapat tepat waktu dalam proses pelaksanaan praktikum.

20
DAFTAR PUSTAKA

Arsana, P.M., Rulli, R., Asman, M., AAG, B., Hikmat, P. 2015. Panduan Pengelolaan
Dislipidemia di Indonesia. Penerbit: PB PERKENI. Hal. 30- 32.

DiPiro J.T., Wells B.G., Schwinghammer T.L. and DiPiro C.V. 2015.
Pharmacotherapy Handbook. Ninth Edit., McGraw-Hill Education.
Companies, Inggris.

DiPiro J.T., Wells B.G., Schwinghammer T.L. and DiPiro C.V. 2020.
Pharmacotherapy Handbook. Eleven Edit., McGraw-Hill Education.
Companies, Washington DC.

Dirjen POM. 1979. Farmakope Indonesia. Edisi Ketiga. Jakarta: Departemen


Kesehatan RI.

Dirjen POM. 1995. Farmakope Indonesia. Edisi IV. Jakarta : Departemen Kesehatan
RI.

Erni., A. Mu’nisa & A. Faridah., A. 2016. Pengaruh Pemberian Minyak Mandar yang
ditambahkan Bubuk Daun Sukun (Arthocarpus altilis) terhadap Kadar
Kolesterol Mencit (Mus musculus). Jurnal Bionature 15 (2).

Erwinanto, Anwar, S., Nugroho, E.P., Pradana, T., Rurus, S., Sodiqur, R., Sutono, K.
2015. Pedoman Tatalaksana Dislipidemia edisi ke-1. Penerbit: Centra
Communication. Hal. 27-28.

Ikatan Apoteker Indonesia. 2017. ISO Informasi Spesialis Obat Indonesia. Jakarta: PT
ISFI Penerbitan.

Junendri Ardian, Ari Natalia Probandari, Kusnandar. 2018. Jus Pepaya (Carica
papaya L) Dapat Menurunkan Kadar LDL Dan Kolesterol Total Pada Usia
40-70 Tahun. Jurnal Kesehatan Kusuma Husada.

Katzung, B.G., and Trevor, A.J. 2015. Basic and Clinical Pharmacology. 13th edition.
San Fransisco, USA: McGraw-Hill.

Kemenkes RI. 2017. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta: Kemenkes RI.

Nanang Yunarto, Nurul Aini, Indah Sulistyawati. 2019. Aktivitas Antioksidan Serta
Penghambatan HMG CoA Dan Lipase Dari Kombinasi Ekstrak Daun
Binahong-Rimpang Temulawak. Jurnal Kefarmasian Indonesia.

Rowe, R.C. et Al. 2009. Handbook Of Pharmaceutical Excipients, 6th Ed, The
Pharmaceutical Press, London.

Rudy, Nugroho. 2018. Mengenal Mencit Sebagai Hewan Laboratorium. Mulawarman


University Press. Samarinda.

21
Tim Editorial MIMS. 2018. MIMS Petunjuk Konsultasi. Jakarta: Medikon.

22

Anda mungkin juga menyukai