Anda di halaman 1dari 7

GRANULASI BASAH

Dasar Teori

Granulasi basah merupakan salah satu cara pembuatan tablet kompresi yang paling banyak
digunakan. Caranya yaitu dengan memproses campuran partikel zat aktif dengan eksipien menjadi
partikel yang lebih besar dengan menambahkan cairan pengikat dalam jumlah yang tepat sehingga
terjadi massa lembab yang dapat digranulasi. Metode ini biasanya digunakan apabila zat aktif tahan
terhadap lembab dan panas. Umumnya untuk zat aktif yang sulit dicetak langsung karena sifat aliran dan
kompresibilitasnya tidak baik. Prinsip dari metode granulasi basah adalah membasahi massa tablet
dengan larutan pengikat tertentu sampai mendapat tingkat kebasahan tertentu pula, kemudian masa
basah tersebut digranulasi.

Metode ini membentuk granul dengan cara mengikat serbuk dengan suatu perekat (cairan pengikat)
sebagai pengganti pengompakan, tehnik ini membetuhkan larutan, suspense atau bubur yang
mengandung pengikat yang biasanya ditambahkan ke dalam campuran serbuk atau dapt juga bahan
tersebut dimasukkan kering kedalam campuran serbuk atau cairan dimasukkan terpisah. Cairan yang
ditambahkan memiliki peranan yang sangat penting dimana jembatan cair yang terbentuk di antara
partikel dan kekuatan ikatannya akan meningkat bila jumlah cairan yang ditambahkan meningkat. Gaya
tegangan permukaan dan tekanan kapiler paling penting pada awal pembentukan granul, bila cairan
sudah ditambahkan pencampuran dilanjutkan sampi tercapai dispersi yang merata dan semua bahan
pengikat sudah bekerja, jika sudah diperoleh masa basah atau lembab maka massa dilewatkan pada
ayakan dan diberi tekanan dengan alat penggiling atau oscillating granulator tujuannya agar terbentuk
granul segingga luas permukaan meningkat dan proses pengeringan menjadi lebih cepat, setelah
pengeringan granul diayak kembali.

Keuntungan metode granulasi basah:

 Memperoleh aliran yang baik


 Meningkatkan kompresibilitas dan sifat kohesinya
 Untuk serbuk dengan BJ nyata rendah (voluminous) sehingga dapat mencegah kontaminasi silang
 Dapat digunakan untuk tablet dengan system pelepasan zat aktif terkendali
 Mencegah segregasi komponen sehingga diperoleh sediaan dengan keseragaman kandungan yang
baik
 Distribusi keseragaman kandungan
 Meningkatkan kecepatan disolusi untuk obat yang kurang larut (dengan cara pemilihan larutan
pengikat dan pengikat yang sesuai atau penambahan zat pengikat kelarutan obat)

Kekurangan metode Granulasi Basah

 Banyak tahap dalam proses yang harus dikalibrasi


 Biaya cukup tinggi karena diperlukan ruang, energy, dan peralatan yang basar
 Zat aktif yang sensitive terhadap lembab dan panas tidak dapat dikerjakan dengan cara ini
 Rendemen akan lebih kecil karena hilangnya massa campur pada setiap tahap
1. Zat Aktif
a. Parasetamol
Paracetamol adalah derivat p-aminofenol yang mempunyai sifat antipiretik/analgesik
Sifat antipiretik disebabkan oleh gugus aminobenzen dan mekanismenya diduga berdasarkan efek
sentral.
Sifat analgesik parasetamol dapat menghilangkan rasa nyeri ringan sampai sedang.
Sifat antiinflamasinya sangat lemah sehingga sehingga tindak digunakan sebagai antirematik.
1. Nama senyawa :
N-acetyl-para-aminophenol

Asetaminofen (parasetamol)

4-hidroksi asetanilid,

p-hidroksi asetanilid,

p-asetamidofenol,

p-asetaminofenol,

pasetilaminofenol,

Nama dagang : Pamol

2. Struktur molekul :
C8H9NO2

3. Berat molekul :
BM 151.17
4. Pemerian :
Serbuk hablur, putih atau hampir putih; rasa pahit dan tidak berbau.
5. Kemurniaan :
Mengandung tidak kurang dari 98,0 % dan tidak lebih dari 101,0% C8H9NO2 dihitung
terhadapzat anhidrat.
6. Kelarutan :
Kelarutan Larut dalam 70 bagian air, larut dalam 20 bagian air mendidih, larut dalam 7 bagian
alkohol, larut dalam 13 bagian aseton, larut dalam 50 bagian kloroform, larut dalam 40 bagian
gliserol, larut dalam 10 bagian metil alkohol dan larut dalam 9 bagian propilenglikol, tidak larut
dalam eter, larut dalam natrium hidroksida
7. Densitas:
1.263 g/cm³
8. Massa Molar:
151.17 g/mol
9. Titik Lebur:
169 °C (336 °F)
10. Keasaman/kebasaan :
pKa = 9.51 at 25°C
11. Ksp:
1.4 g/100 ml or 14 mg/mL (20 °C)
12. Stabilitas :
Stabil pada pH > 6, dan tidak stabil pada pH asam atau pada kondisi alkaline
13. Dosis:
Nyeri akut dan demam bisa diatasi dengan 325-500 mg empat kali sehari dan secara proposional
dikurangi untuk anak-anak. Keadaan tunak (steady state) dicapai dalam sehari (Katzung, 1989).
Untuk nyeri dan demam oral 2-3 sehari 0,5-1 g, maksimum 4 g / hari, pada penggunaan kronis
maksimum 2,5 g/hari. Anak-anak 4-6 tiap hari 10 mg / kg, yakni rata-rata usia 3-1 bulan 60 mg,
1-4 tahun 120-180 mg, 4-6 tahun 180 mg, 7-12 tahun 240-360 mg, 3-6 kali sehari. Rektal 20 mg /
kg setiap kali, dewasa 4 tiap hari 0,5-1 g, anak-anak usia 3-12 bulan 2-3 dd 120 mg, 1-4 tahun 2-3
sehari 240 mg, 4-6 tahun 4 sehari 240 mg, dan 7-12 tahun 2-3 tiap hari 0,5 g (Tjay dan Rahardja,
2002).
14. Indikasi :
Sebagai antipiretik/analgesik, termasuk bagi pasien yang tidak tahan asetosal. Sebagai analgesik,
misalnya untuk mengurangi rasa nyeri pada sakit kepala, sakit gigi, sakit waktu haid dan sakit
pada otot.menurunkan demam pada influenza dan setelah vaksinasi.
15. Kontra indikasi :
Hipersensitif terhadap parasetamol dan defisiensi glokose-6-fosfat dehidroganase.tidak boleh
digunakan pada penderita dengan gangguan fungsi hati.
16. Komposisi :
Parasetamol mengandung tidak kurang dari 98,0% dan tidak lebih dari 101,0% C8H9NO2,
dihitung terhadap zat anhidrat (Anonim, 1995)
17. Efek samping :
Jarang terjadi, antara lain reaksi hipersensitifitas dan kelainan darah. Pada penggunaan kronis
dari 3-4 g sehari dapat terjadi kerusakan hati, pada dosis di atas 6 g mengakibatkan nekrose hati
yang reversible. Hepatotoksisitas ini disebabkan oleh metabolit-metabolitnya, yang pada dosis
normal dapat ditangkal oleh glutation (suatu tripeptida dengan –SH). Pada dosis diatas 10 g,
persediaan peptida tersebut habis dan metabolit-metabolit mengikat pada protein dengan –SH
di sel-sel hati, dan terjadilah kerusakan irreversible. Parasetamol dengan dosis diatas 20 g sudah
berefek fatal. Over dosis bisa menimbulkan antara lain mual, muntah, dan anorexia.
Penanggulanganya dengan cuci lambung, juga perlu diberikan zat-zat penawar (asam amino N-
asetilsisten atau metionin) sedini mungkin, sebaiknya dalam 8-10 jam setelah intoksikasi (Tjay
dan Rahardja, 2002) Wanita hamil dapat menggunakan parasetamol dengan aman, juga selama
laktasi walaupun mencapai air susu ibu.
18. Farmakodinamik
Efek analgetik parasetamol serupa dengan salisilat, yaitu menghilangkan atau mengurangi nyeri
ringan sampai sedang. Parasetamol menurunkan suhu tubuh dengan mekanisme yang diduga
berdasarkan efek sentral seperti salisilat. Efek anti-inflamasi parasetamol sangat lemah, oleh
karena itu parasetamol tidak digunakan sebagai antireumatik (Ganiswara, 1995)
19. Farmakokinetik
Parasetamol diabsorbsi cepat dan sempurna melalui saluran cerna. Konsentrasi tertinggi dalam
plasma dicapai dalam waktu ½ jam dan masa paruh plasma antara 1 sampai 3 jam (Ganiswara,
1995)
20. Interaksi
Pada dosis tinggi dapat memperkuat efek antikoagulansia, dan pada dosis biasa tidak interaktif.
Kombinasi dengan obat penyakit AIDS zidovudin meningkatkan resiko neutropenia (Tjay dan
Rahardja, 2002)
21. Cara penyimpanan :
Simpan di tempat sejuk dan kering.

Zat tambahan

Amylum

1. Sinonim : Amido; amidon; amilo; amylum


2. Struktur molekul : (C6H10O5)n , n =300-1000
3. Pemerian : Sedikit berbau dan sedikit berasa, serbuk berwarna putih.
4. Kelarutan : Praktis tidak larut dalam etanol dingin (95%) dan dalam air dingin.
5. Fungsi : Glidant, diluents tablet, desintegran tablet, pengikat tablet
6. pH : 5,5-6,5 untuk 2% w/v larutan disperse dari amilum jagung, pada suhu 25 oC
7. Stabilitas dan kondisi penyimpanan : Kering, amilum tidak hangat stabil jika di lindungi dari
kelembapan tinggi. Ketika digunakan sebagai diluents atau desintegran pada sediaan padat,
amilum menjadi inert dibawah kondisi penyimpanan normal. Meskipun, pemanasan pasta
amilum secara fisik tidak stabil dan dengan mudah diserang oleh mikroorganisme dari berbagai
jenis dari turunan amilum dan modofikasi amilum. Amilum seharusnya disimpan pada tempat
yang dingin, dan kering.
8. Inkompatibilitas : -
Pasta Amylum

1. Sinonim : Amido; amidon; amilo; amylum


2. Struktur molekul : (C6H10O5)n , n =300-1000
3. Pemerian : Sedikit berbau dan sedikit berasa, serbuk berwarna putih.
4. Kelarutan : Praktis tidak larut dalam etanol dingin (95%) dan dalam air dingin.
5. Fungsi : Glidant, diluents tablet, desintegran tablet, pengikat tablet
6. pH : 5,5-6,5 untuk 2% w/v larutan disperse dari amilum jagung, pada suhu 25 oC
7. Stabilitas dan kondisi penyimpanan : Kering, amilum tidak hangat stabil jika di lindungi dari
kelembapan tinggi. Ketika digunakan sebagai diluents atau desintegran pada sediaan padat,
amilum menjadi inert dibawah kondisi penyimpanan normal.
8. Meskipun, pemanasan pasta amilum secara fisik tidak stabil dan dengan mudah diserang oleh
mikroorganisme dari berbagai jenis dari turunan amilum dan modofikasi amilum. Amilum
seharusnya disimpan pada tempat yang dingin, dan kering.
9. Inkompatibilitas : -
Talkum

1. Sinonim : Talk
2. Pemerian : Serbuk sangat hablur, putih hingga putih keabuan, tidak berbau
3. Kelarutan : Praktis tidak larut dalam asam encer dan alkali
4. Stabilitas : Talkum adalah zat yang stabil
5. OTT : Senyawa ammonium kuartener
6. Fungsi : Glidant, pengisi tablet dan kapsul, lubrikan tablet dan kapsul
7. Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
8. Khasiat : Zat tambahan (Glidan & lubrikan).
9. Konsetrasi : 1-10%
Magnesium Stearat (HOPE & FI 3)

1. Nama lain : Magnesium octadecanoate; octadecanoic acid, magnesium salt


2. Stuktur Molekul : C36H70MgO4 , BM = 591.34
3. Pemerian : Serbuk halus; putih ; licin dan mudah melekat pada kulit; bau lemah khas.
4. Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, dalam etanol (95%) dan dalam eter.
5. Kegunaan : Sebagai lubrikan pada tablet
6. Kestabilan dan penyimpanan : Magnesium stearate stabil dan harus diletakan dalam wadah
tertutup baik yang dingin, dan kering.
7. Inkompatibilitas : Inkompatibilitas dengan asam kuat, basa, dan garam besi. Jauhi pencampuran
dengan bahan pengoksidasi kuat. Magnesium stearat tidak dapat digunakan dalam produk yang
mengandung aspirin, beberapa vitamin, dan garam alkaloid.
8. Konsentrasi : 0,25-5%
Laktosa

(Lachman Tablet)
 Inkompatibel dengan: senyawa yang sangat basa, asam askorbat, salisilamid, pyrilamine maleat,
phenilephrine HCl
 Granul laktosa hidrat mengandung kadar lembab 4-5%
 Laktosa adalah gula peredukasi bereaksi dengan amin menghasilkan reaksi Maillard
 Isomer: α dan β (dalam campuran berada dalam kesetimbangan kedua bentuk)

(Lachman Industri)
 Pengisi yang paling umum, ada 2 bentuk: hidrat dan anhidrat
 Jarang bereaksi dengan obat (hidrat dan anhidrat)
 Untuk GB pakai laktosa HIDRAT; laktosa anhidrat tidak mengalami reaksi Maillard (dengan zat
aktif mengandung amina dengan adanya logam stearat), tetapi menyerap lembab.
 Secara umum tablet menunjukkan release rate yang baik, granulnya cepat kering, disintegrasi
tablet tidak banyak dipengaruhi oleh kekerasan

(Handbook of Pharm Excipient)


 Keburukan: laktosa dpr berubah warna dengan adanya basa amin dan Mg-stearat
 Dikenal 4 macam bentuk: granul kasar (60-80 mesh), granul halus (80-100 mesh), granul spray
dried (100-200 mesh), dan laktosa anhidrat
 Dikenal sebagai gula susu.

Anda mungkin juga menyukai