Anda di halaman 1dari 31

Laporan Praktikum

TEKNOLOGI SEDIAAN PADAT


“TABLET”

OLEH

KELOMPOK : III (TIGA)


KELAS : B-S1 FARMASI 2021
ASISTEN : BAARIQ AKMAL ASYROF JAHJA
SHYNTA NURIAH LIHAWA

LABORATORIUM TEKNOLOGI FARMASI


JURUSAN FARMASI
FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2023

i
Lembar Pengesahan
TEKNOLOGI SEDIAAN PADAT
“TABLET”
OLEH
KELOMPOK: III (TIGA)
KELAS: B-S1 FARMASI 2021

1. MUHAMMAD RIDHO JASIN (821421077)


2. ANDINI PUTRI L. LAPUNA (821421079)
3. ANJENG RAMDAENI (821421065)
4. FARDINA SAFITRI SAMSUDIN (821421071)
5. KANAYA ITINIO (821421064)
6. NURFATRA MUTHIA DJAFAR (821421076)
7. PRISTIYA T. AHMAD (821421078)
8. RAHMAWATI PERMATA ASE (821421070)
9. RAISA PONTUT (821421097)
10. SEPTIAN Y. TOWADI (821421096)

Gorontalo, Februari 2023


Mengetahui
Asisten I Asisten II

BAARIQ AKMAL ASYROF JAHJA SHYNTA NURIAH LIHAWA

NILAI

ii
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
Laporan Praktikum Teknologi Sedian Padat Percobaan “Serbuk”.
Tidak lupa kami mengucapkan terimakasih terhadap bantuan dari asisten
yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun
materinya. Dan juga kami berterimakasih kepada Penanggung jawab
Laboratorium Teknologi Farmasi Bapak Dr.rer.medic. Robert Tungadi S.Si. M.Si
Apt. Kami berharap semoga laporan praktikum Teknologi sediaan padat
percobaan Tablet ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
pembaca.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun kami butuhkan demi
kesempurnaan laporan ini. Akhir kata, kami berharap semoga Laporan Praktikum
ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Gorontalo, Maret 2023

Kelompok III

iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ......................................................................................... i
DAFTAR ISI ...................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1
1.1 LatarBelakang ...................................................................................... 1
1.2 MaksudPercobaan ................................................................................ 2
1.3 TujuanPercobaan ................................................................................. 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................... 3
2.1 Dasar Teori .......................................................................................... 3
2.2 Uraian Bahan ....................................................................................... 7
BAB III MEKANISME KERJA .................................................................... 16
3.1 Waktu dan Tempat ............................................................................. 16
3.2 Alat danBahan .................................................................................. 16
3.3 Cara Kerja.......................................................................................... 16
BAB IV HASIL PENGAMATAN ................................................................. 18
4.1 Formula ............................................................................................. 18
4.2 Perhitungan ........................................................................................ 18
4.3 Hasil .................................................................................................. 19
4.4 Evaluasi ............................................................................................. 19
BAB V PEMBAHASAN ............................................................................... 20
BAB VI PENUTUP ........................................................................................ 23
6.1 Kesimpulan ........................................................................................ 23
6.2 Saran ................................................................................................. 24
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN – LAMPIRAN

iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan negara kepulauan yang kaya akan flora dan fauna.
Kekayaan flora Indonesia ini, banyak termasuk ke dalam kategori tanaman obat.
Di Indonesia terdapat sekitar 30.000 jenis tanaman, dimana 7.000 spesies
diantaranya memiliki khasiat obat. Kekayaan alam berupa aneka jenis tumbuhan
obat di negara Indonesia sangatlah bermanfaat bagi Kesehatan. Selain itu, bangsa
Indonesia juga memiliki banyak etnis yang menyimpan sejumlah pengetahuan
lokal mengenai pemanfaatan tumbuhan sebagai obat. Keanekaragaman tanaman
obat yang tinggi dimanfaatkan oleh sebagian ahli dalam rangka meningkatkan
pelayanan kesehatan masyarakat yang lebih luas, salah satunya yaitu ahli farmasi
(Setiawan dan Maryatul, 2014).
Farmasi adalah ilmu yang mempelajari mengenai cara membuat,
mencampur, meracik, memformulasi, mengidentifikasi, mengkombinasi,
menganalisis, serta menstandarkan obat dan pengobatan juga sifat-sifat obat
beserta pendistribusian dan penggunaanya secara aman, salah satunya adalah
memanfaatkan tanaman obat (Syamsuni, 2006).
Obat adalah bahan yang dimaksudkan untuk digunakan dalam
menetapkandiagnosa, mencegah, menghilang, menyembuhkan penyakit atau
gejala penyakit,luka atau kelainan fisik dan mental pada manusia atau hewan,
memperolok badan atau bagian badan manusia. Berbagai bentuk sediaan obat
yang ada dipasaran antara lain kapsul, serbuk bagi, salep, suppositoria,
suspense,emulsi, sirup dan eliksir, serta tablet.
Tablet merupakan bentuk sediaan padat, kompak dan dibuat dengan cara
kempa cetak yang mengandung bahan obat satu jenis atau lebih tanpa atau dengan
zat tambahan, berbentuk tabung pipih dan sirkuler dengan kedua permukaan rata
atau cembung. kualitas tablet mempuyai hubungan dengan formulasi, bentuk
sediaan, kestabilan dan keamanan obat.
Glibenklamid adalah obat golongan sulfonylurea, dan digunakan untuk
pengobatan diabetes tipe 2. Glibenklamid dapat menurunkan kadar gula darah

1
dengan meningkatkan produksi insulin oleh pankreas dan membantu tubuh
menggunakan insulin lebih efisien.Glibenklamid berupa tablet yang diminum
melalui mulut, biasanya diberikan sekali sehari pada saat makan pagi.
Berdasarkan latar belakang diatas maka dilakukan praktikum teknologi
sediaan padat percobaan tablet yang bertujuan agar mahasiswa dapat mengetahui
dan memahami cara memfromulasikan sediaan tablet.
1.2 Maksud percobaan
1. Agar mahasiswa mengetahui dan memahami apa itu tablet
2. Agar mahasiswa mengetahui dan memahami cara pembuatan sediaan
tablet
3. Agar mahasiswa dapat mengetahui dan memahami apa saja evaluasi uj
sediaan tablet
1.3 Tujuan percobaan
1. Mahasiswa mengetahui dan memahami apa itu tablet
2. Mahasiswa mengetahui dan memahami cara pembuatan sediaan tablet
3. Mahasiswa mengetahui dan memahami apa saja evaluasi uji sediaan tablet

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Dasar Teori
2.1 Tinjauan Pustaka
2.1.1 Pengertian Tablet
Menurut Tungadi (2017), Tablet adalah suatu bentuk sediaan padat yang
kompak, berbentuk pipih atau sirkula, permukaan rata atau cembung,
mengandung satu atau lebih bahan obat dengan atau tanpa bahan tambahan dan
dibuat dengan cara dicetak atau dikempa.
Tablet adalah sediaan padat mengandung bahan obat dengan atau tanpa
bahan pengisi. Berdasarkan metode pembutan, dapat digolongkan sebagai tablet
cetak dan tablet kempa. Sebagian besar tablet dibuat dengan cara pengempaan dan
merupakan bentuk sediaan yang paling banyak digunakan. Tablet kempa dibuat
dengan memberikan tekanan tinggi pada serbuk atau granul menggunakan cetakan
baja. Tablet dapat dibentuk dengan berbagai ukuran, bentuk dan penandaan
permukaan tergantung pada mesin cetakan. Tablet cetak dibuat dengan cara
menekan massa serbuk lembab dengan tekanan rendah kedalam lubang cetakan.
Kepadatan tablet tergantung pada ikatan kristal yang terbentuk selama proses
pengeringan selanjutnya dan tidak tergantung pada kekuatan tekanan yang
diberikan (DepKes RI, 2014).
2.1.2 Komponen Tablet
Menurut DepKes RI (2014), Sediaan tablet mengandung bahan aktif dan
bahan lain yang disebut sebagai bahan pembantu di antaranya sebagai berikut.
a. Bahan Pengisi
Bahan pengisi diperlukan terutama untuk zat aktif berdosis kecil. Bahan
pengisi, umumnya ditambahkan dalam rentang 5-10% (bergantung pada jumlah
zat aktif dan bobot tablet yang diinginkan). Fungsi lain bahan pengisi adalah
untuk memperbaiki kompresibilitas dan sifat alir bahan aktif. Kriteria yang baik
untuk pengisi adalah tidak bereaksi dengan zat aktif dan bahan tambahan lain,
tidak memiliki aktifitas fisiologis dan farmakologis, memiliki kestabilan fisika-
kimia yang baik, dan tidak mempengaruhi disolusi dan bioavailabilitas sediaan

3
tablet. Bahan pengisi yang dapat digunakan adalah laktosa, dekstrosa,
Microcrystalline cellulose, glukosa, sukrosa, amilum, kalsium karbonat, dikalsium
fosfat, dan magnesium karbonat (Anwar, 2012)
b. Bahan Pengikat
Bahan pengikat memberikan daya adhesi pada massa serbuk sewaktu
granulasi dan pada tablet kempa serta menambah daya kohesi yang telah ada pada
bahan pengisi. Zat pengikat dapat ditambahkan dalam bentuk kering, tetapi lebih
efektif jika ditambahkan dalam larutan. Bahan pengikat yang umum meliputi
gelatin, sukrosa, povidon, metilselulosa, karboksimetilselulosa dan pasta pati
terhidrolisis. Bahan pengikat kering yang paling efektif adalah selulose
mikrokristal, yang umumnya digunakan dalam membuat tablet kempa langsung.
c. Bahan Penghancur
Disintegran atau disebut juga sebagai bahan penghancur merupakan suatu
bahan yang membantu hancurnya tablet setelah ditelan. Kandungan disintegran,
cara penambahan dan derajat kepadatan berperan dalam efektifitas dayan hancur
tablet.
d. Bahan Pelicin
Lubrikan atau bahan pelicin mengurangi gesekan selama proses
pengempaan tablet dan juga berguna untuk mencegah massa tablet melekat pada
cetakan. Senyawa asam stearat dengan logam, asam stearat. Pada umumnya
lubrikan bersifat hidrofobik, sehingga cenderung menurunkan kecepatan
disintegrasi dan disolusi tablet. Oleh karena itu kadar lubrikan yang berlebihan
harus dihindarkan. Polietilen glikol dan beberapa garam lauril sulfat digunakan
sebagai lubrikan yang larut, tetapi lubrikan seperti ini umumnya tidak
memberikan sifar lubrikasi yang optimal, dan diperlukan dengan kadar yang lebih
tinggi.
2.1.3 Persyaratan Tablet
Menurut Tungadi (2017) persyaratan tablet antara lain :
a. Ketahanan fisik yang cukup terhadap gangguan mekanis pada waktu
proses produksi, pengemasan, dan transport

4
b. Bebas dari kerusakan fisik yaitu tidak retak, berkeping dan tidak
terkontaminasi dengan zat lain
c. Mampu melepaskan zat aktif yang sama dari tiap tablet dalam kondisi
yang dikehendaki
d. Memenuhi persyaratan resmi yang berlaku sesuai Farmakope Indonesia
2.1.4 Metode Pembuatan Tablet
Tablet dibuat dengan dua metode yaitu:
a. Metode Peleburan
Tablet yang diproduksi dengan cara peleburan disebut dengan pastilles.
Dalam pembuatannya dibutuhkan tekanan tinggi dan bahan pengikat yang banyak.
Tablet jenis ini dibentuk dengan jalan peleburan atau molded. Bahan-bahan tablet
yang akan dibentuk dipanaskan dan mencair seperti sirup gula yang padat. Cairan
bahan penyusun tablet dibiarkan hingga mengeras kemudian dipotong dengan
ukuran dan ketebalan yang sesuai (Goeswin, 2018).
b. Metode Pengempaan atau Kompresi
Metode pengempaan atau kompresi dibagi menjadi tiga yaitu:
1. Metode Granulasi Basah
Metode granulasi basah merupakan yang terluas digunakan orang dalam
memproduksi tablet kompresi. Langkah-langkah yang dibutuhkan dalam
pembuatan tablet dengan metode ini dapat dibagi sebagai berikut:
a. Menimbang dan mencampur bahan-bahan
b. Pembuatan granlasi basah
c. Pengayakan adonan lembab menjadi pellet atau granul
d. Pengeringan
e. Pengayakan kering
f. Pencampuran bahan pelincir
g. Pembuatan tablet dengan kompresi (Widiati, 2016).
2. Metode Granulasi Kering
Pada metode granulasi kering, granul dibentuk oleh pelembaban atau
penambahan bahan pengikat kedalam campuran sebuk obat tetapi dengan
cara memadatkan massa yang jumlahnya besar dari campuran serbuk dan

5
setelah itu memecahkannya kemudian menjadikan pecahan-pecahan ke
dalam granul yang lebih kecil. Metode ini khususnya untuk bahan yang
tidak dapat diolah dengan metode granulasi basah, karena kepekaannya
terhadap uap air atau karena untuk mengeringkannya diperlukan
temperature yang dinaikkan (Siregar & Wikarsa, 2010).
3. Metode Kempa Langsung
Metode ini dipergunakan untuk beberapa bahan seperti kalium iodida,
amonium klorida, dan metanamin yang mempunyai sifat mudah mengalir
sebagaimana sifat kohesinya yang memungkinkan untuk langsung
dikompresi dalam tablet tanpa memerlukan granulasi basah atau kering
(Siregar dan Wikarsa, 2010).
2.1.5 Keuntungan dan Kerugian tablet
a. Keuntungan
Menurut Tungadi (2017) keuntungan sediaan tablet antara lain :
1. Volumenya kecil sehingga mudah dikemas, disimpan atau dibawa
kemana-mana
2. Mengandung zat aktif yang seragam
3. Mengandung zat aktif besar tetapi volumenya kecil sehingga mudah
diberikan kepada anak-anak
4. Stabilitas kimia, mekanik, dan mikrobiologinya tinggi dibandingkan
dengan sediaan lainnya
5. Rasa dan bau yang tidak enak akan berkurang karena langsung ditelan
sehingga kontak dengan selaput lender (mulut) tidak lama
6. Tablet dapat disalut dengan tujuan untuk melindungi zat aktif, menutupi
rasa dan bau yang tidak enak atau untuk terapi enteric
7. Pelepasan zat aktif dapat diatur
8. Dapat dibuat secara besar-besaran sehingga dapat menurunkan harga
9. Cara pemakaiannya mudah

6
10. Pemberian tanda pengenal produk pada tablet lebih mudah karena tidak
memerlukan langkah pengerjaan tambahan jika menggunakan permukaan
pencetak
11. Tersedia dalam berbagai dosis dan konsentrasi
12. Regimen dosis dari pasien dapat dipertahankan oleh pasien sendiri sesuai
anjuran dokter
b. Kerugian tablet
Menurut Tungadi (2017) kerugian tablet antara lain :
1. Zat aktif yang cair atau higroskopis sukar diformulasikan karena
memerlukan prosedur tertentu dan waktu lama untuk membuat tabletnya
2. Cara pembuatannya cukup rumit, zat tambahan, pabrikasi dan alat-alat
yang digunakan
3. Tidak dapat diberikan untuk penderita yang tidak dapat makan (menelan),
muntah atau tidak sadar
4. Tidak dapat langsung diberikan pada bayi
5. Tablet dengan bentuk dan warna menarik, bau dan rasa enak dapat
menarik perhatian anak-anak sehingga bila hari-hari dalam penyimpanan
dapat keracunan
Efek terapi secara umum lebih lambat dibandingkan dengan larutan,
karena zat aktif tidak langsung diabsorpsi dan harus dilepaskan terlebih dahulu
dari bentuk sediaannya
2.2 Uraian Bahan
2.2.1 Aerosil (Rowe, 2009)
Nama Resmi : AEROSIL
Nama Lain : Colloidal anhydrous silica
Rumus Molekul : SiO2

7
Rumus Struktur :

Berat Molekul : 60,08 g/mol


Pemerian : Serbuk koloid silikon dioksida dengan ukuran
partikel sekitar 15 nm, ringan, warna putih-
kebiruan, tidak berbau, tidak berasa dan serbuk
amorf.
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, pelarut organik dan
asam, kecuali asam hidrofluorat; Larut dalam
larutan panas alkali hidroksida.
Inkompatibilitas : Sediaan dietilstilbestrol
Stabilitas : Higroskopis, dapat menyerap air dalam jumlah
besar tanpa menjadi cair. Ketika digunakan dalam
suatu sistem larutan pada pH 0-7,5.
Khasiat : Pelincir
Kegunaan : Sebagai zat tambahan
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik pada tempat kering
dan sejuk
2.2.2 Alkohol (Dirjen POM, 1979; Dirjen POM, 2020; PubChem, 2022)
Nama Resmi : AETHANOLUM
Nama Lain : Alkohol, Etanol, Ethyl Alkohol
Rumus Molekul : C2H6O
Rumus Struktur :

CH3 OH

Berat Molekul : 46,07 g/mol

8
Pemerian : Cairan mudah menguap, jernih, tidak berwarna,
bau khas dan menyebabkan rasa terbakar pada
lidah. Mudah menguap walaupun pada suhu
rendah dan mendidih pada suhu 78 %, mudah
terbakar.
Kelarutan : Bercampur dengan air dan praktis bercampur
dengan semua pelarut organik
Khasiat : Sebagai cairan antiseptik, sebagai cairan
pembersih pada permukaan elektronik dll.
Kegunaan : Sebagai zat pembersih alat yang digunakan
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, jauh dari api
2.2.3 Amilum (Dirjen POM, 2014; Arina, 2019 )
Nama Resmi : AMYLUM
Nama Lain : Amilum
Rumus Molekul : C6H20O10. H2O
Rumus Struktur : O

H H

Berat Molekul : 50.000-160.000 g/mol


Pemerian : Serbuk halus kadang-kadang serupa gumpalan
kecil, tidak berbau, tidak berasa
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air dingin dan dalam
etanol (95%)
Kegunaan : Sebagai carrier metanol
Konsentrasi : 18,5 %
2.2.4 Glibenklamida (Dirjen POM, 1995; Suharto 1995)
Nama Resmi : Glibenclamidum
Nama Lain : Glibenklamida
Rumus Molekul : C23H28ClN3O5S

9
Rumus Struktur :

Berat Molekul : 494,00 9/mol


Pemerian : Serbuk hablur, putih atau hampir putih; tidak
berbau atau hampir berbau
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air dan dalam eter; sukar
larut dalam etanol dan dalam methanol; larut
sebagian dalam kloroform
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Segai zat aktif dan sebagai anti-diabeti
Farmakodinamik : Penurunan kadar glukosa daraah yang terjadi
setelah pemberian sulfonilurea disebabkan oleh
perengsang sekresi insulin di pankreas. Sifat
perangsangan ini berbeda dengan perangsangan
oleh glukosa, karena ternyata pada saat
hiprglikemia gagal merangsang sekresi dalam
jumlah yang mencukupi obat-obat tersebut masih
mampu merangsang sekresi insulin. Itulah
sebabnya mengapa obat-obat ini sangat
bermanfaat pada panderita diabetes dewasa yang
pankreasnya masih mampu memproduksi insulin.
Pada penderita dengan kerusakan sel B pulau
Langhans pemberian obat derivat sulfonilures
tidak bermanfaat
Farmakokinetik : Absorbsi derivat sufilurea melalui usus baik,
sehingga dapat diberikan per oral. Setelah
absorbsi, obat ini tersebar keseluruh cairan

10
eksternal. Dalam plasma sebagian terikat protein
plasma terutama albumin
Indikasi : Memilih sulfonilurea yang tepat untuk penderita
tertentu sangat penting untuk suksesnya terapi
yang menentukan bukanlah umur penderita waktu
terapi dimulai, tetapi umur penderita waktu
penyakit diabetes melitus mulai timbul. Pada
umumnya hasil yang baik diperoleh pada
penderita yang diabetesnya mulai timbul dapa
umur diatas 4 tahun
Kontraindikasi : sulfonilurea tidak boleh diberikan sebagai obat
tunggal pada penderita diabetes yuvenil,
penderita yang kebutuhan insulinnya tidak stabil,
diabetes melitus berat, kehamilan
2.2.5 Laktosa (Dirjen POM, 2020)
Nama Resmi : LACTOSUM
Nama Lain : Laktosa anhidrat
Rumus Molekul : C12H22O11
Rumus Struktur :

Berat Molekul : 342,30 g/mol


Pemerian : Serbuk putih atau hampir putih
Kelarutan : Mudah larut dalam air; praktis tidak larut dalam
etanol
Inkompatibilitas : Laktosa anhidrat tidak sesuai dengan oksidator
kuat. Kapan campuran yang mengandung
antagonis leukotrien hidrofobik dan laktosa
anhidrat atau laktosa monohidrat disimpan
selama enam minggu pada 408C dan 75% RH,

11
campuran mengandung anhidrat laktosa
menunjukkan penyerapan air yang lebih besar
dan degradasi obat. Studi juga menunjukkan
bahwa dalam campuran roxifiban acetate (DMP-
754) dan laktosa anhidrat, adanya laktosa
anhidrat mempercepat hidrolisis ester dan
amidina grup.
Stabilitas : Pertumbuhan jamur dapat terjadi pada kondisi
lembab (80% RH dan di atas). Laktosa dapat
berkembang menjadi warna coklat pada
penyimpanan reaksi dipercepat oleh kondisi
hangat dan lembab; lihat Bagian 2. Pada suhu
808C dan RH 80%, tablet mengandung laktosa
anhidrat telah terbukti mengembang 1,2 kali
setelah satu hari.
Khasiat : Zat tambahan
Kegunaan : Sebagai pengisi
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
2.2.6 PVP (Dirjen POM, 1979; Rowe, et al., 2009)
Nama Resmi : POVINYL PIROLIDON
Nama Lain : Povinil pirolidon, Povidon, PVP
Rumus Molekul : (C3H4O2)n
Rumus Struktur :

Berat Molekul : 0,29-0,39 g/mol

12
Pemerian : Serbuk sangat halus, berwarna putih sampai
krem, tidak larut dalam eter, hidrokarbon dan
minyak.
Kelarutan : Larut dalam asam, kloroform, etanol, keton,
metanol, dan air. Praktis tidak larut dalam eter,
hidrokarbon dan minyak.
Inkompatibilitas : Ditambahkan thimerosol akan membentuk
senyawa kompleks. Kompatibel terhadap gerak
organik alami, resin sintetik dan senyawa lainnya.
Akan terbentuk senyawa sulfathiazole, sodium
salisilat, asam salisilat, fenobarbital dan
komponen lainnya.
Khasiat : Zat tambahan
Kegunaan : Sebagai pengikat
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
2.2.7 PEG 400 (Dirjen POM, 2014; Arina, 2019)
Nama Resmi : POLYETHYLENE GLYCOL 400
Nama Lain : PEG 400; Polietilen glikol 400
Rumus Molekul : C5H15NO2
Rumus Struktur :

Berat Molekul : 121, 18 g/mol


Pemerian : Cairan kental jernih, tidak berwarna, praktis tidak
berwarna, bau khas lemah, agak higroskopis
Kelarutan : Larut dalam air, dalam etanol (95%), dalam
aseton P, dalam glikol lain, dan hidrokarbon
aromatik, PEG 400 praktis tidak larut dalam eter
P dan dalam hidrokarbon alifatik

13
Inkompatibilitas : Dengan beberapa pewarna, pengawet paraben,
fenol, dan sorbitol
Kegunaan : Sebagai pelarut non volatil
Konsentrasi : 6%
2.2.8 Sodium Starch Glycolate (Hope, 2006)
Nama Resmi : Sodium Starch Glycolate
Nama Lain : Pati karboksimetil, explotab
Rumus Molekul : -
Rumus Struktur :

Berat Molekul : 5 × 105 – 1 × 106


Pemerian : Berwarna putih tidak berbau, tidak berasa
Kelarutan : larut dalam etanol 95%, tidak larut dalam air
Penyimpanan : Sangat stabil, disimpan dalam wadah tertutup dari
kelembapan dan temperatur sedang
Inkompatibilitas : Asam Askorbat
2.2.9 Talk (Dirjen POM, 1979)
Nama Resmi : TALCUM
Nama Lain : Talk
Rumus Molekul : Mg3Si4O10(OH)2
Rumus Struktur :

Berat Molekul : 379,259 g/mol

14
Pemerian : Serbuk hablur, sangat halus, putih atau putih
kelabu, berkilat, mudah melekat pada kulit dan
bebas dari butiran debu.
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam larutan asam dan alkalis,
pelarut organik dan air.
Inkompatibilitas : Tidak tercampurkn dengan campuran ammonium
guartener.
Khasiat : Zat tambahan
Kegunaan : Sebagai pengikat
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

15
BAB III
MEKANISME KERJA
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum Teknologi Sesiaan Padat dengan percobaan “Tablet“
dilaksanakan pada hari Sabtu, tanggal 04 Maret 2023, pada pukul 10.00-13.00
WITA, dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Farmasi, Jurusan Farmasi,
Fakultas Olahraga dan Kesehatan, Universitas Negeri Gorontalo.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
Adapun alat yang digunakan pada praktikum kali ini yaitu Lumpang dan
alu, neraca analitik, mixer, mesin cetak tablet, wadah
3.2.2 Bahan
Adapun bahan yang digunakan pada praktikum kali ini yaitu alkohol 70%,
amilum sagu pregelatin, aerosil, brosur, etiket, glibenclamide, kemasan primer,
kemasan sekunder, kertas perkamen, PEG 400, SSG (Sodium Starch Glycolate),
laktosa, talk, tisu
3.3 Cara kerja
1. Disiapkan alat dan bahan
2. Dibersihkan menggunakan alkohol 70%
3. Ditimbang semua bahan sesuai formula
4. Dimasukkan glimenklamid dan pelarut PEG 400 kedalam mortir dan
diaduk hingga rata sehingga membentuk supensi
5. Dimasukkan amilum sagu pregelatin dan diaduk dalam mortir selama 5
menit
6. Dimasukkan campuran aerosol sebagai coating dan diaduk selama 5 menit
7. Dimasukkan campuran kedalam cube mixer dan diaduk selama 15 menit
dengan kecepatan 50 rpm
8. Dikeluarkan massa serbuk kering kemudian diayak dengan pengayak mesh
nomor 16
9. Dicampur hingga homogen selama 15 menit didalam cube mixer
10. Diuji sifat alir serbuk dan diuji homogenitas serbuk

16
11. Dikempa serbuk menjadi tablet dan dilakukan pengujian tablet
12. Dikemas dan dilakukan uji evaluasi

17
BAB IV
HASIL PENGAMATAN
4.1 Formula
Glibenklamide 5 mg
PEG 6 %
Amilum sagu pregelatin 18,5 %
Aerosil 3%
PVP 1%
SSG 4%
Talk 5%
Laktosa ad 100%
4.2 Perhitungan
a. Glibenklamide = 5 mg
6
b. PEG = × 200 = 12 mg
100
18,5
c. Amilum sagu pregelatin = ×200 = 37 mg
100
3
d. Aerosil = ×200 = 6 mg
100
1
e. PVP = ×200 = 2 mg
100
4
f. SSG = ×200 = 8 mg
100
5
g. Talk = ×200 = 10 mg
100

h. Laktosa = 200 mg – (5+12+37+6+2+8+10) mg


= 200 mg – 80 mg
= 120 mg

18
4.3 Hasil

Gambar 4.3
Hasil

4.4 Evaluasi
Uji Literatur Hasil Pengamatan
Bentuk: Lingkaran Bentuk : Lingkaran pipih
Uji Organoleptik cembung Warna : Putih
Warna : Putih kekuningan
Bau : Tidak berbau Bau : Tidak berbau
(Fitriani, 2022) .

Kerapuhan tablet dianggap W0 = 2496,3


Uji Kerapuhan cukup baik bila hasilnya W1 = 2481,6
kurang dari 1 % (Robert, W0-W1 x 100 %
2496,3 – 2481,6
2018) = x 100 %
2496,3
14,7
= 2496,3 x 100 % = 0,58 %

19
BAB V
PEMBAHASAN
5.1 Pembahasan
Tablet adalah sediaan padat mengandung bahan obat dengan atau tanpa
bahan pengisi. Berdasarkan metode pembutan, dapat digolongkan sebagai tablet
cetak dan tablet kempa. Sebagian besar tablet dibuat dengan cara pengempaan dan
merupakan bentuk sediaan yang paling banyak digunakan. Tablet kempa dibuat
dengan memberikan tekanan tinggi pada serbuk atau granul menggunakan cetakan
baja. Tablet dapat dibentuk dengan berbagai ukuran, bentuk dan penandaan
permukaan tergantung pada mesin cetakan. Tablet cetak dibuat dengan cara
menekan massa serbuk lembab dengan tekanan rendah kedalam lubang cetakan.
Kepadatan tablet tergantung pada ikatan kristal yang terbentuk selama proses
pengeringan selanjutnya dan tidak tergantung pada kekuatan tekanan yang
diberikan (DepKes RI, 2014).
Pada praktikum kali ini dilakukan pembuatan sediaan Tablet Liquisolid.
Menurut Chang (2005), Tablet likuisolid merupakan salah satu metode untuk
meningkatkan kelarutan dan laju disolusi dari obat.
Adapun alat dan bahan yang digunakan pada praktikum kali ini, yaitu alat
berupa ayakan mesh, friability tester, lumping alu, mesin cetak tablet, neraca
analitik, spatula, sudip oven dan mixer. Terdapat pula bahan yang digunakan saat
pratikum yakni alcohol 70%, aluminium foil, amilum sagu pregelatin, aerosol,
kertas perkamen, laktosa, PEG 400, PVP, talk dan tisu.
Langkah pertama yang dilakukan pada praktikum ini yaitu disiapkan alat
dan bahan lalu dibersihkan alat yang akan digunakan menggunakan alkohol 70%.
Tujuan digunakannya alkohol 70% saat proses pembersihan alat itu disebabkan
oleh alkohol 70% yang bersifat disinfektan terhadap benda mati dan dapat
mempercepat proses pembersihan alat dari mikroorganisme. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Aditia (2015), dimana alkohol 70% digunakan sebagai desinfektan
yang dapat menghambat atau menghancurkan mikroorganisme pada benda mati,
biasanya disinfektan ini digunakan untuk mensterilkan alat-alat laboratorium.

20
Setelah semua alat dibersihkan selanjutnya ditimbang semua bahan yang
akan digunakan sesuai dengan formula, selanjutnya dioven laktosa pada suhu
60℃, laktosa dalam sediaan kali ini digunakan sebagai pengisi, laktosa dalam
formulasi tablet berfungsi sebagai bahan pengisi yang baik karena dapat
memadatkan massa granul untuk metode granulasi basah juga pada metode kempa
langsung (Edge et al., 2006).
Selanjutnya dimasukkan glibenklamid dan pelarut PEG 400 kedalam
mortar dan diaduk rata hingga membentuk suspense. Glibenklamid dalam
formulasi ini digunakan sebagai zat aktif, menurut Buana (2016) Glibenklamid
merupakan obat antidiabetik oral golongan sulfonylurea yang digunakan untuk
pengobatan diabetes mellitus tipe II dan termasuk dalan BCS II yang memiliki
kelarutan rendah dalam air dan memiliki permeabilitas tinggi. Adapun PEG 400
digunakan sebagai pelarut non volatile dimana menurut Hasnita (2006), PEG 400
merupakan pelarut kuat yang mampu meningkatkan kelarutan bahan obat secara
signifikan.
Setelah terbentuk suspense dimasukkan amilum sagu pregelatin kedalam
mortir dan diaduk selama 5 menit. Amilum sagu disini berfungsi sebagai carrier
material menurut Prabowo (2019), Carrier material merupakan bahan
yang berfungsi sebagai penyerap liquid medication dalam formulasi
tablet liquisolid. Setelah itu dimasukkan aerosol dan diaduk selama 5 menit.
Menurut Chang (2005) aerosol beerfungsi sebagai coating material, aerosol
memiliki daya adsorpsi yang tinggi untuk menghasilkan serbuk kering dan meiliki
laju alir yang baik.
Dimasukkan campuran kedalam cube mixer dan dicampurkan selama 15
menit, setelah itu dikeluarkan massa serbuk kering kemudian diayak dengan
ayakan mesh, kemudian dimasukkan serbuk yang telah di ayak kedalam cube
mixer dan ditambahkan PVP, SSG, talk dan laktosa yang telah ditimbang,
dicampur hingga homogeny selama 15 menit dalam cube mixer.
Setelah tercampur serbuk yang dihasilkan kemudian dikempa menjadi
tablet dan dilakukan pengujian tablet.

21
Adapun evaluasi yang dilakukan pada praktikum pembuatan tablet kali ini
meliputi uji organoleptik dan uji keraphan. Pada pengujian pertama dilakukan uji
organoleptik menggunakan panca indera sebagai penilaian, yang meliputi bentuk,
warna dan bau. Adapun didapatkan hasil bentuk lingkaran pipih, warna putih
kekuningan dan tidak berbau. Pada pengujian kerapuhan didapatkan hasil 0,58%
hal ini sesuai dengan Tungadi (20180 yang menyatakan kerapuhan tablet
dianggap cukup baik bila hasilnya kurang dari 1%
Adapun kemungkinan kesalahan yang dapat terjadi selama praktikum yaitu
kesalahan pada saat menimbang bahan sehingga dapat memperoleh hasil yang
tidak akura.

22
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
1. Tablet adalah bentuk sediaan padat yang kompak, berbentuk pipih atau
sirkula, permukaan rata atau cembung, mengandung satu atau lebih bahan
obat dengan atau tanpa bahan tambahan dan dibuat dengan cara dicetak
atau dikempa.
2. Tablet dapat dibuat dengan tiga macam cara, yaitu dengan cara granulasi
basah, granulasi kering dan kempa langsung. Berikut uraian mengenai
ketiga cara pembuatan tablet tersebut:
a. Metode granulasi basah
Metode ini yang paling luas digunakan diindustri dalam memproduksi
tablet kempa. Granul dibuat dengan cara mengikat serbuk dengan suatu
perekat sebagai pengganti pengompakkan.
b. Metode granulasi kering
Granulasi kering adalah metode yang telah lama digunakan, merupakan
teknik yang berharga terutama pada keadaan dimana obat peka terhadap
pemanasan atau kelembaban yang menghalangi dalam metode granulasi
basah, ataupun dosis terlalu besar untuk kempa langsung.
c. Metode kempa langsung
Metode kempa langsung adalah proses pembuatan tablet dengan cara
mengempa zat aktif atau zat campuran tanpa proses granulasi basah
maupun kering.
3. Beberapa uji evaluasi pada sediaan tablet yaitu evaluasi granul yang
meliputi uji waktu alir, uji sudut diam, uji indeks kompresibiltas dan rasio
houser dan terakhir evaluasi tablet yang meliputi uji organoleptik, uji
keseragaman bobot, uji keseragaman ukuran, uji kekerasan tablet, uji
kerapuhan, uji waktu hancur, uji disolusi dan uji friabilitas dan
friksibilitas.

23
6.2 Saran
6.2.1 Saran Jurusan
Agar kiranya dari pihak jurusan dapat meningkatkan fasilitas-fasilitas yang
ada pada laboratorium yang digunakan.
6.2.2 Saran Laboratorium
Agar kiranya dapat meningkatkan kelengkapan alat-alat yang ada dalam
laboratorium. Agar praktikum dapat lebih mudah, cepat dan lancer dalam
melakukan suatu percobaan atau penelitian.
6.2.3 Saran Asisten
Kami mengharapkan agar kiranya dapat terjadi Kerjasama yang lebih baik
lagi antar asisten dan praktikan saat berada didalam laboratorium maupun diluar
laboratorium. Sebab, Kerjasama yang baik akan lebih mempermudah proses
penyaluran pengetahuan dari asisten kepada praktikan.

24
DAFTAR PUSTAKA
Ahmed, S. R., & Mukta, S. 2017. On Stevia RebaudianaAs A Non-Caloric
Natural Sweetener Producing Plant. Journal Of The Sylhet Agricultural
University, 4(1), 15-25.

Anam, C., Kawiji, Dan Setiawan, R.D., 2013. Kajian Karakteristik Fisik Dan
Sensori Serta Aktivitas Antioksidan Dari Granul Effervescent Buah Beet
(Beta Vulgaris) Dengan Perbedaan Metode Granulasi Dan Kombinasi
Sumber Asam. Jurnal Tekno sains Pangan, 2(2), 21-28.

Andarwulan N, Batari R, Sandrasari Da, Bolling B. 2006. Flavonoid Content And


Antioxidant Activity Of Vegetables From Indonesia. Food Chemistry. 121:
1231–1235.

Anief,M. 1997. Ilmu Meracik Obat, Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Anief,M. 2006, Ilmu Meracik Obat, Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Anief, M. 2007. Ilmu Meracik Obat. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Ansel, H. C. 2005.Pengantar Bentuk Sediaan FarmasiEdisi IV. UI Press. Jakarta

Ansel. 2008. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Universitas Indonesia


Press.Jakarta.

Bahri, Pasaribu, F., Sitorus, P., S. 2012. Uji Ekstrak Etanol Kulit Buah Manggis
(Garcinia Mangostana L.) TerhadapPenurunan Kadar Glukosa
Darah. Journal Of Pharmaceutics And Pharmacology, 1(1), 1-8.

Chang, Raymond. 2005. Kimia Dasar. Jakarta:Erlangga.

Dirjen POM. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta : Depkes Ri.

Dirjen POM., 2014, Farmakope Indonesia. Edisi V, Departemen Kesehatan


Republik Indonesia, Jakarta

Egeten, K. R., Yamlean, P. V. & Supriati, H. S., 2016. Formulasi Dan Pengujian
Sediaan Granul Effervescent Sari Buah Nanas. Pharmacon Jurnal Ilmiah
Farmasi, Volume 5(3), P. 118

Gupta, A., Madhavan, M. V., Sehgal, K., Nair, N., Mahajan, S., Sehrawat, T. S. &
Landry, D. W. (2020). Extrapulmonary Manifestations Of Covid-
19. Nature Medicine. 26(7), 1017-1032.

TirtasariN. L. 2017. Artikel Indonesian Journal Of Chemical Science Uji


Kalibrasi (Ketidakpastian Pengukuran) Neraca Analitik Di Laboratorium
Biologi Fmipa Unnes,” Vol. 6, No. 2, Pp. 2–6.
Parrott, E.L., 1971. Pharmaceutical Technology Fundamental Pharmaceutics,
3th. Burgess Publishing Company. Minneapolis

Putra, S. D. R. 2013. KualitasMinumanSerbukInstanKulitBuah Manggis


(Garcinia Mangostana Linn.) DenganVariasiMaltodekstrin Dan
SuhuPemanasan. Doctoral Dissertation. Uajy.

Raini, M. Dan A. I. 2012. Kajian: Khasiat Dan Keamanan Stevia


SebagaiPemanisPengganti Gula. Media Of Health Research And
Development. 21(4): 145–156.

Robert Tuangadi. 2018. TeknologiSediaanSolida. Wade Group. Ponorogo.

Rowe R.C, Sheskey. 2009. Handbook Of Pharmaceutical Excipients, Sixth


Edition. Pharmaceutical Press.Usa.

Supriyatna, N. (2012). Produksi Dekstrin Dari Ubi JalarAsal Pontianak Secara


Enzimatis. BiopropalIndustri, 3(2), 51-56.

Syamsunarto, D., &Yohanes. 2018. Studi Eksperimental Pengaruh Variasi


Mekanis Empat Batang Pada Mesin Pengayak Terhadap Kapasitas
Produksi Ayakan.Jurnal Fakultas Teknik Volume 5 Edisi 1.

Syamsuni, 2006, Farmasetika Dasar Dan Hitungan Farmasi, Penerbit Buku


Kedokteran. EGC, Jakarta.

Talha, M., Hussain, I., Ullah, R., & Khan, L. (2012). Analysis Of SteviosideIn
Stevia Rebaudiana. J Med Plants Res, 6(11), 2216-2219.

Tobing, R. L., &Sitompul, F. 2019. Panduan Praktikum Blok XxGerontologi.

Voight, R. 1995. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Universitas Gajah Mada.


Yogyakarta.

Waafiyatul Amanah. 2019. Biokonversi Antosianin Menjadi Antosianidin Dan Uji


Aktivitas Antioksidan Dari Kubis Ungu (Brassica Oleracea Var. Capitata
L.) Melalui Fermentasi Ragi Tempe (Rhyzopus Oligosporus). Program
Studi Kimia. Universitas Islam Indonesia. Yogyakarta.

Winangsih, Prihastanti, E., Parman, S. 2013. Pengaruh Metode Pengeringan


Terhadap Kualitas Simplisia Lempuyang Wangi (Zingiber Aromaticum
L.). Jurnal Anatomi Dan FisiologI.

Wulan, D. 2021. Uji Antioksidan Ekstrak Kulit Buah Manggis Menggunakan


Metode Dpph. Doctoral Dissertation. Akademi Farmasi Surabaya.
Yasir Aditia, L. 2015. Uji Kualitas Mikrobiologis Pada Makanan Jajanan Di
Kampus Ii Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar. Jurnal
Ilmiah Biologi. Vol 3(2).

Anda mungkin juga menyukai