Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

TEHNOLOGI FARMASI SEDIAAN SOLID

“Evaluasi Granul dan Tablet”

OLEH

RETI DAYANTI

(70100117043)

FARMASI A

JURUSAN FARMASI

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR

ROMANGPOLONG-GOWA

2019
DAFTAR ISI

Kata Pengantar………………………………………………………..…i

Daftar isi………………………………………………………………...ii

Bab I Pendahuluan……………………………………………………...1

A. Latar Belakang………………………………………………..1

B. Maksud dan Tujuan Penulisan……………………………......2

C. Rumusan Masalah…………………………………………….2

D. Manfaat Penulisan…………………………………………….2

BAB II Pembahasan…………………………………………………….3

A. Evaluasi Granul……………………………………………….3

B. Evaluasi Tablet………………………………………………..9

BAB III Penutup………………………………………………………...13

A. Kesimpulan…………………………………………………...13

B. Saran...………………………………………………………..13

Kepustakaan...…………………………………………………………..14
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya

sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai . Makalah ini dibuat untuk

menunjang pengetahuan pada mata kuliah Farmasi Fisika pada jurusan Farmasi

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri alauddin

Makassar yang disusun dengan judul “Evaluasi Granul dan Tablet”

Dan harapan penulis semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan

dan pengalaman bagi para pembaca, Untuk kedepannya dapat memperbaiki

bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.

Pada kesempatan ini penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Ibu

doosen selaku dosen pembimbing serta kepada seluruh pihak yang terlibat di

dalam penulisan makalah Evaluasi Granul dan Tablet ini. Karena keterbatasan

pengetahuan maupun pengalaman penulis, Penulis yakin masih banyak

kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan

saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Romangpolong, 11 April 2019

Reti Dayanti
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Berlakang

Pembuatan tablet dipengaruhi oleh granul yang menyusunnya.

Keruskan pada tablet sering menjadi hal yang tidak baik untuk terlihat

konsumen, hal ini menyebabkan sebelum terjun dalam pemasaran, granul dan

tablet yang diproduksi dalamindustri harus dilakukan evaluasi terlebih

dahulu.

Proses granulasi juga mempengaruhi proses absorbsi dan distribusi dari

suatu obat terutama pada tablet dan kapsul. Agar suatu obat diabsorbsi, mula-

mula obat tersebut harus larutan dalam cairan pada tempat absorbsi. Tablet

atau kapsul tidak dapat diabsorbsi sampai partikel-partikel obat larut dalam

cairan pada suatu tempat dalam saluran lambung-usus. Dalam hal

dimana kelarutan suatu obat tergantung dari apakah medium asam atau

medium basa, obat tersebut akan dilarutkan berturut-turut dalam lambung dan

dalam usus halus. Proses melarutnya suatu obat disebut disolusi. Bila suatu

tablet atau sediaan obat lainnya dimasukkan dalam saluran cerna,

obat tersebut mulai masuk ke dalam larutan dari bentuk padatnya. Kalau tablet

tersebut tidak dilapisi polimer, matriks padat juga mengalami disintegrasi

menjadi granul-granul, dan granul-granul ini mengalami pemecahan menjadi

partikel-partikel halus. Disintegrasi, deagregasi dan disolusi bisa berlangsung

secara serentak denganmelepasnya suatu obat dari bentuk dimana obat

tersebut diberikan.
Tablet merupakan bentuk sediaan oral yang banyak diproduksi dan disukai

oleh masyarakat karena tablet mempunyai beberapa keuntungan diantaranya

adalah ketepatan dosis, mudah cara pemakaiannya, relatif stabil dalam

penyimpanan, mudah dalam transportasi dan distribusi kepada konsumen, serta

harganya relatif murah.

Pada makalah ini, akan dibahas lebih dalam mengenai evaluasi granul dan

tablet beserta pokok-pokok penting dalam evaluasi granul dan tablet serta

parameter dan metode evaluasi granul dan tablet yang akan menunjang wawasan

kefarmasian mengenai tehnologi farmasi sediaan solid.

B. Maksud dan Tujuan Penulisan

Adapun maksud dan tujuan penulisan makalah ini anatara lain:

1. Mampu mengetahui mengenai evaluasi granul dan tablet

2. Mampu memahami parameter yang dilakukan untuk evaluasi granul dan

tablet

C. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang akan dibahas pada makalah ini antara lain:

1. Apa defenisi granul?

2. Apa yang dimaksud dengan tablet?

3. Apa itu granulasi?

4. Bagaimana cara melakukan evaluasi granul dan tablet?

5. Bagaimana alat dan metode yang digunakan pada evaluasi granul dan

tablet?
D. Manfaat Penulisan

Adapun manfaat dari penulisan makalah ini antara lain:

1. Dapat menunjang pengetahuan dasar mengenai mata kuliah tehnologi

farmasi sediaan solid

2. Dapat memberi wawasan mengenai evaluasi granul dan tablet

3. Dapat memberi dasar pengaplikasian evaluasi granul dan tablet


BAB II

PEMBAHASAN

A. Evaluasi Granul

1. Pengertian Granulasi

Granulasi berasal dari bahasa latin granulatum yang berarti butiran.

Proses granulasi adalah semua proses penggabungan partikel – partikel kecil

membentuk ukuran yang lebih besar, yang memiliki massa permanen yang

partikel partikelnya dapat diidentifikasi. Granulasi merupakan proses

perlekatan partikel serbuk menjadi partikel yang lebih besar.

(Fudholi, 2013 : 66)

2. Tujuan Granulasi

Tujuan proses granulasi adalah

1. Mencegah segresi campuran serbuk

2. Memperbaiki sifat alir serbuk atau campuran.

3. Meningkatkan densitas ruahan produk

4. Memperbaiki komprebilitas serbuk

5. Mengontrol kecepatan pelepasan obat

6. Memperbaiki penampilan produk

(Fudholi, 2013 : 66 – 67 )

Tujuan Proses granulasi

a. Membuat zat atau bahan mengalur bebas

b. Memadatkan (density) zat

c. Membuat campuran seragam dan tidak memisah

d. Memperbaiki karakteristik pengempaan zat aktif


e. Mengendalikan laju pelepasan zat aktif

f. Memberi kemudahan pengukuran atau dispersing volume\

g. Memperbaiki penampilan tablet

( Siregar, Charles. 2010:

187).

3. Pengaruh Granulasi

Beberapa pengaruh dari proses granulasi antara lain :

a. Keseragaman bobot dalam pembuatan tablet yang disebabkan oleh

aliran

granul yang kurang baik.

b. Memberikan kelarutan pada massa tablet apabila menggranulasi

dengan

air pada zat aktif yang larut air.

c. Kelengketan pada cetakan tablet saat dilakukan pencetakan,

sehingga

pada granulasi yang kasar harus banyak dikurangi.

d. Granul yang teralalu halus dan kering akan menyebabkan tablet

mudah

hancur dan terbelah.

4. Efektivitas Granulasi

Efektivitas dan hasil dari suatu granulasi bergantung pada beberapa

sifat,

a. Besarnya ukurn partikel dan bahan aktif serta bahan tambahan


b. Tipe bahan pengikat yang digunakan

c. Jumlah eksipient yang digunakan

d. Efektvitas dan proses pengadukan

e. Kecepatan pengeringan

(Fudholi, 2013 : 67)

5. Evaluasi Granul

Evaluasi dan karakteristik dari serbuk granu menurut Goeswin,

Agus. 2012 : 279 – 284 meliputi luas permukaan spesifikasi, ukuran

partikel, sudut istirahat, porositas void dan volume keruahan, indeks

komprebilitas.

1. Luas permukaan spesifik

Luas permukaan spesifik dari suatu serbuk ditentukan melalui

adsorbs fisika dari suatu gas pada permukaan padatan, dan dengan

menghitung jumlah adsorbs gas pada permukaan dalam bentuk

monolayer ditentukan luas permukaan spesifik.

2. Ukuran Partikel

Cara penentuan ukuran partake yaitu :

 Jumlah partikel yang dihitung tidak kurang dari 200 partikel

untuk satu peritungan

 Digunakan ocular yang sudah terkalibrasi atau dapat

digunakan mikroskop yang dilengkapi alat memproyeksikan

objek yang di ukur lalu difoto


 Ukuran yang panjang
 Jumlah sampe yang di ambil 300 jadi lebih besar dari 200

 Melakukan pengklasifikasian ukuran

3. Sudut istirahat

Sudut istirahat merupakan cara / teknik yang relative sederhana

untuk memperkirakan sifat alir suatu serbuk , mudah ditentukan

dengan cara membiarkan serbuk mengalir melalui suatu crong dan

jatuh secra bebas pada suatu permukaan. Tinggi dan diameter kone

yang terbentuk dihitung dan sudut istirahat daei ekuasi berikut

Tan o = h/r

Dimana :

h = tinggi

r= jari jari cone

(Goeswin, Agoes. 2012 : 279 – 284)

a. Granulometri

Granulometri adalah analisis ukuran dan repartisi granul

(penyebaran ukuran-ukuran granul). Dalam melakukan analisis

granulometri digunakan susunan pengayak dengan berbagai ukuran.

Mesh terbesar diletakkan paling atas dan dibawahnya disusun

pengayak dengan mesh yang makin kecil.


Tujuan granulometri adalah untuk melihat keseragaman dari

ukuran granul. Diharapkan ukuran granul tidak terlalu berbeda.

Granulometri berhubungan dengan sifat aliran granul. Jika ukuran

granul berdekatan, aliran akan lebih baik. Diharapkan ukuran granul

mengikuti kurva distribusi normal.

Beberapa parameter uji sediaan granul diantaranya adalah

granulometri, BJ, Uji aliran, kompresibilitas, kelembaban dan distribusi

ukuran partikel.

b. Bobot Jenis

1). Bobot jenis sejati

BJ sejati dapat dilakukan dengan menggunakan alat

piknometer, yaitu dengan cara ditimbang bobot piknometer

kosong, masukka 1 gram granul pada piknometer yang telah

ditimbang tadi, kemudian masukkan 1 gram granul dan cairan

pendispersi pada piknometer yang kedua, dan berikutnya

masukkan cairan pendispersi pada piknometer ketiga, catat hasil

yang diperoleh kedalam rumus sebagai berikut :

Bj = (B – a) x Bj cairan pendispersi

(B+d)–(a+c)

Keterangan :

a = Bobot piknometer kosong


B = Bobot piknometer 1 gram granul

c = Bobot piknometer 1 gram granul dan cairan pendispersi

d = Bobot piknometer cairan pendispersi.

2). Bobot jenis nyata

BJ nyata dapat dilakukan dengan menggunakan alat yaitu gelas

ukur, dengan cara ditimbang bobot granul, misalnya 50 gram

dimasukkan kedalam gelas ukur. Kemudian dimasukkan kedalam

rumus sebagai berikut :

𝐖
P= 𝐕

Keterangan :

W = Bobot granul setelah ditimbang

V = Volume granul tanpa pemampatan

c. Obat jenis nyata setelah pemampatan

BJ mampat dapat dilakukan dengan alat gelas ukur, dengan cara

ditimbang bobot ganul yang akan dilakukan evaluasi, kemudian

dimasukkan kedalam gelas ukur, dan lihat volume granul setelah

dilakukan 500 kali katuk pada gelas ukur tersebut. Dengan rumus

sebagai berikut :
Pn = W

Vn

W = Bobot granul setelah ditimbang

Vn = Bobot granul setelah dilakukan pemampatan

c. Sifat Aliran

1). Metode corong

Mengukur kecepatan aliran 100 g granul menggunakan

corong kaca dengan dimensi sesuai. Metode corong dapat

dilakukan dengan 2 cara :

 cara bebas

 cara tidak bebas (paksa) digetarkan

Menggunakan corong yang dipasang pada statif yang diletakkan

dengan ketinggian tertentu. Awalnya granul ditimbang, berat

granul dicatat sebagai m. Lalu granul tersebut dialirkan melalui

corong dan ditampung pada bagian bawahnya. Waktu yang

diperlukan oleh granul untuk melewati corong dicatat sebagai t.

Biasanya jika 100 g granul mengalir dalam 10 detik maka aliran

baik.

2). Metode sudut istirahat (α)

Alat : Corong alat uji waktu alir

Caranya :
 Timbang seksama 25 gram granul tempatkan pada corong alat

 Uji waktu alir dalam keadaan tertutup

 Buka penutupnya lalu biarkan granul mengalir

 Catat waktu (menggunakan Stopwatch)

 Lakukan sebanyak 3 kali

 Kemudian untuk mengukur sudut istirahat dengan menghitung

jari – jari dan tinggi dari tumpukan granul setelah metode

corong

 Kemudian masukkan dalam rumus, dan didapat α yang

menentukan kecepatan alir dari suatu granul tersebut.

Metode sudut istirahat ini mempunyai nilai α = arc tag h/r,

dimana:

α 25 – 35 ° = sangat mudah mengalir

α 30 – 38 ° = mudah mengalir

α > 38° = kurang mengalir

d. Uji Kompresibilitas

Merupakan pengukuran persen kemampatan.

Alat : Jolting Volumeter

Caranya :

 Timbang 100 gram granul masukkan ke dalam gelas ukur dan

dicatat volumenya
 Kemudian granul dimampatkan sebanyak 500 kali ketukan

dengan alat uji, catat volume uji sebelum dimampatkan (Vo)

 Volume setelah dimampatkan dengan pengetukan 500 kali (V)

Perhitungan :

Persen (%) kemampatan (K) dengan rumus :

% K = BJ mampat – Bj nyata x 100%

Bj mampat

% K = 5-15 % aliran sangat baik

16-25% aliran baik

>/ 26% aliran buruk

e. Distribusi Ukuran Partikel

Alat : Sieve Shaker

Caranya :

 Masukkan sebanyak 100 gram granul lalu latakn di atas ayakan

yang telah tersusun dan ditara

 Mulai dari ayakan mesh 20 sampai dengan ayakan mesh 100

pada alat sieve shaker


 Setelah pengujian selesai, masing–masing ayakan ditimbang

kembali dan dihitung distribusi granul pada tiap – tiap ayakan

(%).

(Ansel, Howard. 1989).

B. Evaluasi Tablet

1. Definisi Tablet

Tablet dapat di defiisikan sebagai bentuk sediaan solid yang

mengandung satu atau lebih zat aktif, dengan atau tanpa berbagai eksipien

(yang meningkatkan mutu sediaan tablet, kelancaran sifat alir bebas, sifat

kohesivitas, kecepatan disintegrasi, dan sifat antilekat) dan dibuat dengan

mengempa campuran serbuk dalam tablet (Sitegar, Charles: 2010: 1).

Zat tambahan yang digunakan dapat berfungsi sebagai:

 Zat pengisi, yaitu untuk memperbesar volume tablet. Biasanya yang

digunakan Saccharum Lactis, Amylum Manihot, Calcii Phoshas, Calcii

Carbonas dan zat lain yang dikocok.

 Zat pengikat, yaitu agar tablet tidak pecah atau retak, dapat merekat.

Biasanya yang digunakan adalah Mucilago Gummi Arabici 10-20%,

Solutio Methyl-cellulosum 5%. - Zat penghancur, yaitu agar tablet

dapat hancur dalam perut. Biasanya yang digunakan Amylum Manihot

kering, Gelatinum, Agar-agar, Natrium Alginat.

 Zat pelicin, yaitu agar tablet tidak lekat pada cetakan. Biasanya yang

digunakan Talcum 5%, Magnesii Stearas, Acidum Stearinicum. Dalam

pembuatan tablet, zat berkhasiat, zat-zat lain kecuali pelicin dibuat

granul (butiran kasar), karena serbuk yang halus tidak mengisi cetakan
tablet dengan baik maka dibuat granul agar mudah mengalir mengisi

cetakan serta menjaga agar tablet tidak retak (Anief, 1994).

2. Evaluasi Tablet

Untuk menjaga mutu tablet tetap sama, dilakukan uji-uji sebagai

berikut:

a. Uji keseragaman bobot \

Tablet harus memenuhi uji keseragaman bobot. Keseragaman bobot ini

ditetapkan untuk menjamin keseragaman bobot tiap tablet yang dibuat.

Tablettablet yang bobotnya seragam diharapkan akan memiliki

kandungan bahan obat yang sama, sehingga akan mempunyai efek

terapi yang sama. Keseragaman bobot dapat ditetapkan sebagai

berikut: ditimbang 20 tablet, lalu dihitung bobot rata-rata tiap tablet.

Kemudian timbang tablet satu persatu, tidak boleh lebih dari 2 tablet

bobotnya menyimpang dari bobot rata-rata lebih besar dari yang

ditetapkan pada kolom A dan tidak boleh satu tablet pun bobotnya

menyimpang dari bobot ratarata lebih besar dari yang ditetapkan pada

kolom B. Jika perlu gunakan 10 tablet yang lain dan tidak satu tablet

yang bobotnya menyimpang lebih besar dari bobot rata-rata yang

ditetapkan dalam kolom A maupun kolom B (Dirjen POM, 1995):


b. Uji kekerasan Ketahanan tablet terhadap goncangan pada waktu

pembuatan, pengepakan dan distribusi bergantung pada kekerasan

tablet. Kekerasan dinyatakan dalam satuan kg dari tenaga yang

diperlukan untuk memecahkan tablet. Alat yang digunakan untuk uji

ini adalah hardness tester, alat ini diharapkan dapat mengukur berat

yang diperlukan untuk memecahkan tablet. Persyaratan kekerasan

tablet umumnya berkisar 4-8 kg, bobot tersebut dianggap sebagai batas

minimum untuk menghasilkan tablet yang memuaskan.

c. Uji keregasan Kekerasan tablet bukanlah indikator yang mutlak dari

kekuatan tablet. Cara lain untuk menentukan kekuatan tablet ialah

dengan mengukur keregasannya. Gesekan dan goncangan merupakan

penyebab tablet menjadi hancur. Untuk menguji keregasan tablet

digunakan alat roche friabilator. Sebelum tablet dimasukkan kedalam

alat friabilator, tablet ditimbang terlebih dahulu. Kemudiann tablet

dimasukkan kedalam alat, lalu alat dioperasikan selama 4 menit atau

100 kali putaran. Tablet ditimbang kembali dan dibandingkan dengan

berat mula-mula. Selisih berat dihitung sebagai keregasan tablet.

Persyaratan keregasan harus lebih kecil dari 0,8% (Ansel, H.C., 1989).

d. Uji waktu hancur Agar bahan obat dapat secara utuh diserap pada

sistem pencernaan, maka tablet harus hancur dan melepaskan bahan

obat kecairan tubuh. Waktu hancur adalah waktu yang dibutuhkan oleh

tablet untuk menjadi partikel-partikel kecil. Tablet biasanya

diformulasikan dengan bahan pengembang yang menyebabkan tablet


hancur didalam air atau cairan lambung (Soekemi, A. R., 1987).

Universitas Sumatera Utara Peralatan uji waktu hancur terdiri dari rak

keranjang yang mempunyai enam lubang yang terletak vertikal diatas

ayakan mesh nomor 10. Selama percobaan tablet diletakkan pada tiap

lubang keranjang, kemudian keranjang tersebut bergerak naik turun

dalam larutan transparan dengan kecepatan 29-32 putaran permenit.

Interval waktu hancur adalah 5-30 menit (Ansel, H.C., 1989).

e. Uji penetapan kadar zat berkhasiat Uji penetapan kadar zat berkhasiat

dilakukan untuk mengetahui apakah tablet tersebut memenuhi syarat

sesuai dengan etiket. Bila kadar obat tersebut tidak memenuhi syarat

maka obat tersebut tidak memiliki efek terapi yang baik dan tidak

layak dikonsumsi. Uji penetapan kadar dilakukan dengan

menggunakan cara-cara yang sesuai pada masing-masing monografi

antara lain di Farmakope Indonesia (Dirjen POM, 1995).

f. Uji disolusi Obat yang telah memenuhi persyaratan kekerasan, waktu

hancur, keregasan, keseragaman bobot, dan penetapan kadar, belum

dapat menjamin bahwa suatu obat memenuhi efek terapi, karena itu uji

disolusi harus dilakukan pada setiap produksi tablet. Disolusi adalah

proses pemindahan molekul obat dari bentuk padat kedalam larutan

pada suatu medium (Dirjen POM, 1995).


BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Granulasi adalah pembentukan partikel-partikel besar dengan

mekanisme pengikatan tertentu.. Beberapa parameter uji sediaan granul

diantaranya adalah granulometri, BJ, kadar pemampatan, metode alir,

kompresibilitas, distribusi ukuran partikel dan kelembaban. Evalusi granul

perlu dilakukan karena granul merupakan bahan awal untuk membentuk

tablet, bagus atau tidak nya tablet dipengaruhi dari granul penyusunnya.

Tablet dapat di defiisikan sebagai bentuk sediaan solid yang

mengandung satu atau lebih zat aktif, dengan atau tanpa berbagai eksipien

(yang meningkatkan mutu sediaan tablet, kelancaran sifat alir bebas, sifat

kohesivitas, kecepatan disintegrasi, dan sifat antilekat) dan dibuat dengan

mengempa campuran serbuk dalam tablet. Evalusi tablet perlu dilakukan

karena layak tidaknya penggunaan suatu sediaan tablet ditentukan melalui

evaluasi tablet.

B. Saran

Diharapkan mahasiswa dan mahasiswi bisa melakukan dan mengetahui

parameter parameter pada pembuatan atau evaluasi dari granul dan tablet.
KEPUSTAKAAN

Ansel, Howard. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. UI Press: Jakarta.

2008.

Dirjen POM. Farmakope Indonesia Edisi Kelima. Kemenkes RI:

Jakarta.

2014.

Fudhli, Ahmad . Sediaan Solida. Pustaka Pelajar : Yogyakarta. 2012

Goeswin, Agoes. Sediaan Farmasi Padat : ITB. Bandung . 2012

Siregar, Charles. Teknologi Farmasi Sediaan Tabet. EGC: Jakarta.

2010

Anda mungkin juga menyukai