Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN PRAKTIKUM

SEDIAAN SEMISOLID
BLOK 20 PRAKTIKUM 1

DISUSUN OLEH

NAMA KELOMPOK : NURUL AISYAH 20140350086


RATIH FADILLAH 20140350093
NURUL ASHFIHANI 20140350082
MUNAWARAH SARRIFUDIN 20140350091
ANITA FERDIANA 20140350077
DEBBY ANGGA CONITA 20140350099
GITA HUSNA RAHMADANI 20140350083
MUHAMMAD FARHAD 20140350096
KELOMPOK : 1
TGL PRAKTIKUM : 26 OKTOBER 2017
ASISTEN :

KONTROL LAPORAN
PENGUMPULA
N

PENGAMBILAN

PENYERAHAN

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2017

SEDIAAN SEMISOLID

A. Tujuan
Mahasiswa diharapkan mampu:
1. Mampu melakukan teknik pembuatan beberapa jenis sediaan semisolida (salep, krim,
gel),
2. Mampu melakukan beberapa uji fisik sediaan semisolida,
3. Mampu melakukan uji pelepasan obat dari sediaan semisolida,
4. Mampu membandingkan cara pembuatan, karakteristik fisik dan pelepasan obat dari
berbagai jenis (basis) sediaan semisolid.
B. Dasar Teori
SALEP
I. DEFINISI
Salep adalah sediaan semipadat ditujukan untuk pemakaian topical pada kulit
atau selaput lender. Dasar salep yang digunakan sebagai pembawa dibagi dalam
empat kelompok yaitu dasar salep senyawa hidrokarbon, dasar salep serap, dasar
salep yang dapat dicuci dengan air dan dasar salep larut dalam air. Salep obat
menggunakan salah satu dari dasar tersebut (Depkes RI, 1995).
Tujuan pembuatan salep :
Pengobatan lokal pada kulit
Melindungi kulit (pada luka agar tidak terinfeksi)
Melembabkan kulit
II. FORMULA
A. Formula Umum/Standar
Formula umum salep :
R/ Zat aktif
Basis
Zat tambahan
III. EVALUASI SEDIAAN
A. Evaluasi Fisik
1. Homogenitas (Depkes RI, 1979)
Jika dioleskan pada sekeping kaca atau bahan transparan lain yang cocok
harus menujukkan susunan yang homogen.
2. Konsistensi, dengan piknometer
3. Bau dan warna : untuk melihat terjadinya perubahan fasa
4. pH : berhubungan dengan stabilitas zat aktif, efektifitas pengawet, keadaan
kulit.
5. Isi minimum
6. Pengujian difusi bahan akti dari sediaan salep.
B. Evaluasi Kimia
Identifikasi zat aktif
Penetapan kadar zat aktif
C. Evaluasi Biologi
Uji penetapan potensi antibiotik (Depkes RI, 1995)
Pengukuran potensi beberapa zat antibiotik yang dipakai secara
topikal.

KRIM
I. DEFINISI
Krim adalah bentuk sediaan setengah padat, mengandung satu atau lebih bahan
terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai (Depkes RI, 1995).
II. TEORI
A. Penggolongan krim
Berdasarkan tipe
- Tipe M/A atau O/W
Krim M/A (vanishing Krim) yang digunakan melalui kulit akan hilang tanpa
bekas. Pembuatan krim M/A sering menggunakan zat pengemulsi campuran
dari surfaktan ( jenis lemak yang ampifil) yang umumnya yang merupakan
rantai panjang alcohol walaupun untuk beberapa sediaan kosmetik
pemakaian asam lemak lebih popular.
- Tipe A/M atau M/O
- Krim berminyak mengandung zat pengemulsi A/M yang spesifik seperti
adeps lanae, wool alcohol atau ester asam lemak dengan atau garam dari
asam lemak dengan logam bervalensi 2, missal Ca. krim A/M dan M/A
membutuhkan emulgator yang berbeda-beda. Jika emulgator tidak tepat,
dapat terjadi pembalikan fasa.
Berdasarkab pemakaian
- Untuk kosmetik, contoh: cold cream
- Untuk pengobatan, contoh : krim neomisin
B. Keuntungan sediaan krim
Keuntungan sediaan krim adalah :
- Mudah dicuci dan kehilangan dari kulit dan pakaian
- Tidak lengket (emulsi m/a)
GEL
I. DEFINISI
Gel merupakan sistem semipadat terdiri dari suspense yang dibuat dari partikel
anorganik yang kecil atau molekul organic yang besar, terpenetrasi oleh suatu
cairan. Gel kadang-kadang disebut jeli (Depkes RI, 1995).
II. Keuntungan dan kekurangan sediaan gel.
Keuntungan sedian gel:
Untuk hydrogel : efek pendinginan pada kulit saat digunakan; penampilan sediaan
yang jernih dan elegan: pada pemkaian dikulit setelah kering meninggalkan film
tembus pandang, elastis, daya lekat tinggi yang tidak menyumbat pori sehingga
pemanasan pori tidak terganggu; mudah dicuci dengan air; pelepasan obatnya
baik; kemampuan penyebaran pada kulit baik.
Kekurangan sediaan gel :
Untuk hydrogel : harus menggunakan zat aktif yang larut didalam air sehingga
diperlukan penggunaan peningkatan kelarutan seperti surfaktan agar gel tetap
jernih pada berbagai perubahan temperature, tetapi gel tersebut sangat mudah
dicuci atau hilang ketika berkeringat.
Penggunaan emolien golongan ester harus diminimalkan atau dihilangkan
Untuk hidroalkoholik: gel dengan kandungan alkohol yang tinggi dapat
menyebabkan pedih pada wajah.
III. Komponen gel
1. Gelling agents ( gum alam, turunan selulosa, karbomer)
2. Bahan tambahan (pengawet, penambah bahan higrokopis)
3. Chelating agent

IV. Formula
A. Formula umum/standar
R/ Zat aktif
Basis gel
Zat tambahan
V. Evaluasi gel
A. Evaluasi fisik
1. Penampilan
2. Homogenitas
3. Viskositas/rheology
4. Distribusi ukuran partikel
5. Uji kebocoran
6. Isi minimum
7. Penetapan pH
8. Uji pelepasan bahan aktif
9. Uji difusi bahan aktif
10. Stabilitas gel
C. Evaluasi Kimia
Identifikasi zat akti
Penetapan zat aktif
D. Evaluasi biologi
Uji penetapan potensi
Uji sterilitas
C. Alat dan Bahan

Alat :
Mortir Milimeter blok
Stamper Alat daya lekat
Cawan porselen Perlengkapan uji disolusi
Gelas arloji Spektrofotometer
Botol timbang Kuvet
Gelas ukur 10 ml
Sudip
Spatula
Beker glass
Kertas saring
Alat daya sebar

Bahan :

Parafin padat/cair Asam salisilat


Cetil alcohol Aquades
Vaselin Penoftalein
Propilen glikol KOH 0,1 N
Polygel Kertas saring
PEG 4000 Alkohol 96%
PEG 400 Pot salep
HPMC Gliserin
Tween 80 Span 80
D. Cara Kerja dan Hasil Penimbangan

Jumlah Bahan Cara Kerja Hasil penimbangan

FORMULASI 1: FORMULASI 1:

1. Asam salisilat 5 Asam salisilat + etanol sebagai pelarut


Asam salisilat 5,06 gram
2. Etanol qs dan untuk menghilangkan bentuk jarum
3. Vaselin add 50 Etanol 3 ml
Masukkan vaselin secara geometris
Vaselin 45,07 gram
Homogenkan

FORMULASI 3:
FORMULASI 3:
1. Asam salisilat 5
Timbang semua bahan yang diperlukan
2. Etanol qs
3. Poly gel 2,5 Asam Salisilat 5,071 gram
polygel dikembangkan dengan cara
4. aquadest 50
direndam dengan 20 ml aqua Etanol qs ( 4 tetes)
Polygel 2,508 gram
Asam salisilat + etanol (digerus)
Aqua ad 50 ml
Masukkan poly gel yang sudah
mengembang kedalam lumpang yang
sudah berisi asam salisilat

Gerus perlahan hingga homogen

Masukkan gel kedalam alat pengisi gel


FORMULASI 5:
Menggunakan alat pengisi gel ,
1. Asam salisilat 5 masukkan gel dalam wadah gel
2. Etanol qs Asam salisilat 5,012 gr
3. Parafin cair 7,5 Etanol qs
4. Cetl alkohol 0,25 FORMULASI 5:
5. Gliserin 2,5 Timbang bahan Parafin cair 7,5 gr
6. Tween 80 Cetil alkohol 0,25 gr
Basis minyak, cetil alkohol; parafin
dilelehkan di water bath Gliserin 2,5 gr
7. Span 80 Tween 80 25,3 gr
8. Aqua add 50 ml Gliserin, air panas 70 derajat celcius

Emulsifier dicampurkan kedalam fase Span 30 9,45 gram


minyak 70 derajat celcius
Aqua add 34,75 ml
Asam salisilat + etanol secukupnya
RHLB parafin cair = 12
digerus

RHLB cetil alkohol = 15


HLB tween 80 = 15
Kemudian masukkan fase minyak + HLB span 30 = 4.3
emulgator (gerus) Elmugator 50 gr
( 5+7,5+0,25+2.5)gr
=34.75gr
Masukkan fase air sambil terus di gerus HLBcampuran =
(W1/WtotxHLB1)+(W2/Wtotx
HLB2)
=(7.5/7.75 x 12)+(0.25/7.75 x 1
=12.09
HLBcampuran x Wtot = (HLB1 x W1)+
(HLB2xW2)
=12.09 x 34,75 = (15 x W1)+(4.3 x
W2)
420.1275 = 15W1 + 149.425
4.3W1

420,1275 - 149,425 = 15 W1 4,3


W1
270,70 = 10,7 W1
FORMULASI 7:
1. asam salisilat 5 W1 = 25,29 (Tween)
W2 = 34.75 - 25.29 = 9.46 gr (Span)
2. Etanol qs
3. PEG 400 25 Asam Salisilat 5,051 gram
4. PEG 4000 15 Etanol qs
FORMULASI 7:
5. Propilen glikol 5 PEG 400 25,03 gram
PEG 4000 dilelehkan (waterbath) PEG 4000 15,07 gram
Dicampurkan PEG 400 dan propilen Propilen glikol 5,097 gram
glikol

Asam salisilat + etanol a digerus


FORMULASI 9:
Masukkan lelehan basis secara
1. Asam salisilat 5
geometris
2. Etanol qs
homogenkan
3. CMC Na 1,5 Asam salisilat 51,198 gram
4. HPMC 1,5 Etanol secukupnya qs (4 tetes)
FORMULASI 9 :
5. Gliserin 2,5 Poly GEL 15,882 gram
Poly gel (pengganti CMC-Na) HPMC 15 ,204 gram
6. aqua add 50 dikembangkan Gliserin 25 ,319 gram
Aqua ad 50 ml
HPMC dikembangkan menggunakan air
dingin
Untuk mengembangkan Polygel
Poly gel dan HPMC dicampurkan, lalu
aduk menggunakan ultra turrax 20 ml
Untuk melarutkan HPMC 10 ml
Asam salisilat dimasukkan kedalam
Aquades = 500,000-51,198-
mortir lalu tambahkan etanol, gerus
hingga halus (sampaihilang bentuk 15,882-15,204-25,319-200,000-
kristal jarum) 100,000 = 92,397 mg atau 92,397
ml.
Masukkan lelehan basis campuran
antara poly gel& HPMC secara
geometris

Lalu tambahkan basis air gliserin,


tambahkan aquades hingga 50ml

Masukkan gel kedalam alat pengisi gel

Masukkan gel kedalam wadah (tube)


E. Data Pengamatan

A). Uji SD

Daya Formulasi Terlampir Rata-rata (Standar CV

Sebar Deviasi)
Replikasi Replikasi Replikasi

1 2 3
B). Uji F.1 21,9 detik 20,9 detik 20,5 detik 21,1 detik 0,721 0,0341
F.3 2,2 detik 2,5 detik 2,0 detik 2,23 detik 0,251 0,1125
Daya F.5 3,4 detik 3,2 detik 3,6 detik 3,4 detik 0,2 0,0588
F.7 27,5 detik 28,7 detik 26,7 detik 27,63 detik 1,006 0,0364
Rekat F.9 1,0 detik 0,8 detik 1,5 detik 1,1 detik 0,360 0,327

(detik)

Replikasi Replikasi Replikasi


Keterangan
1 2 3
C). uji Daya proteksi
F.1 Detik ke-1 Detik ke-4 Detik ke-1 1,732 0,866
Daya kurang bagus
Daya proteksi
Proteksi F.3 Detik ke-2 Detik ke-2 Detik ke-2 0 0
kurang bagus
(detik Daya proteksi
F.5 Detik ke-5 Detik ke-2 Detik ke-2 1,732 0,5773
atau kurang bagus
Tidak Tidak Tidak
menit) Daya proteksi
F.7 muncul muncul muncul - -
bagus
warna pink warna pink warna pink
Daya proteksi
F.9 Detik ke-2 Detik ke-2 Detik ke-2 0 0
kurang bagus

a. Uji daya sebar

SALEP (formula Replikasi 1 Replikasi 2 Replikasi 3 Rata-rata diameter


SD CV
1) (cm)
Tanpa Beban 2,1 3 2,3 2,46 0,472 0,191
50 gr 2,3 3,4 2,4 2,7 0,608 0,225
100 gr 2,3 3,8 2,4 2,8 0,838 0,299
200 gr 2,4 4,1 2,5 3 0,953 0,317
300 gr 2,4 4,6 2,5 3,1 1,248 0,4
500 gr 2,4 5 2,5 3,3 1,473 0,446

SALEP Tanpa
50 gr 100 gr 200 gr 300 gr 500 gr SD CV
(formula beban
1) R L R L R L R L R L R L
Replikasi
1,05 3,46 1,15 4,15 1,15 4,15 1,2 4,52 1,2 4,52 1,2 4,52
1
Replikasi
1,5 7,06 1,7 9,07 1,9 11,3 2,05 13,19 2,3 13,19 2,5 13,1
2
Replikasi
1,15 4,15 1,2 4,52 1,2 4,52 1,25 4,90 1,25 4,90 1,25 4,90
3
Rata-rata
luas (cm
4,89 5,91 6,65 7,53 7,53 7,53
pangkat
2)

Keterangan :
R = jari jari L = x r
L = luas lingkaran
= 3,14 x 1,05 cm x 1,05 cm
= 3,46

GEL (formula 3) Replikasi 1 Replikasi 2 Replikasi 3 Rata-rata diameter SD CV


(cm)
Tanpa Beban 2,1 2,8 3,1 2,667 0,513 0,192
50 gr 2,1 3,2 3,3 2,867 0,665 0,231
100 gr 2,2 3,5 3,3 3 0,7 0,233
200 gr 2,2 4,2 3,8 3,4 1,058 0,311
300 gr 2,3 4,5 4 3,6 1.153 0,320
500 gr 2,3 4,8 4,1 3,73 1,289 0,345

GEL Tanpa beban 50 gr 100 gr 200 gr 300 gr 500 gr SD CV


(formula
3) R L R L R L R L R L R L
Replikasi 1,05 1,05 1,1 1,1 3,8 1,1 4,1 1,15
3,46 3,46 3,80 5 4,15
1 0 5
Replikasi 1,4 1,6 1,75 2,1 13, 2,2 15, 2,4 18,0
6,15 8,04 9,62 5
2 86 89 8
Replikasi 1,55 1,65 1,65 1,9 11, 2 12, 2,05 13,1
7,54 8,55 8,55
3 34 56 9
Rata-rata 5,72 6,68 7,32 9,67 10,86 11,80
luas (cm
pangkat
2)

Keterangan :
R = jari jari L = x r
L = luas lingkaran
= 3,14 x 1,05 cm x1,05 cm
= 3,46

KRIM (formulasi Rata-rata SD CV


Replikasi 1 Replikasi 2 Replikasi 3
5) diameter (cm)
Tanpa Beban 2,5 4,2 4,9 3,88 1,234 0,318
50 gr 2,6 4,4 5 4 1,248 0,312
100 gr 2,6 4,4 5,3 4,10 1,374 0,335
200 gr 2,6 4,6 5,3 4,16 1,401 0,336
300 gr 2,7 4,7 5,6 4,33 1,484 0,342
500 gr 2,7 4,7 6 4,46 1,662 0,372

KRIM Tanpa beban 50 gr 100 gr 200 gr 300 gr 500 gr SD CV


(formula
5) R L R L R L R L R L R L
Replikasi 5,3 5,3 1,3 5,7 1,3 5,7
1,25 4,90 1,3 5,30 1,3 1,3
1 0 0 5 2 5 2
Replikasi 15,1 15, 16, 2,3 17, 2,3 17,
2,1 13,8 2,2 2,2 2,3
2 9 19 6 5 34 5 34
Replikasi 18,8 19,6 2,6 22, 2,6 22, 24, 28,
2,45 2,5 2,8 3
3 4 2 5 05 5 05 61 2
Rata-rata
luas (cm
12,51 13,37 14,18 14,65 15,89 17,10
pangkat
2)
Keterangan :
R = jari jari L = x r
L = luas lingkaran
= 3,14 x cm x cm
= 3,46

GEL (formulasi 7) Replikasi 1 Replikasi 2 Replikasi 3 Rata-rata SD CV


diameter (cm)
Tanpa Beban 2,2 1,9 2,8 2,30 0,458 0,199
50 gr 2,2 2 2,8 2,33 0,416 0,178
100 gr 2,2 2,1 2,8 2,36 0,378 0,160
200 gr 2,3 2,2 2,8 2,43 0,321 0,132
300 gr 2,3 2,2 2,9 2,46 0,378 0,153
500 gr 2,3 2,3 2,9 2,50 0,346 0,138

GEL Tanpa beban 50 gr 100 gr 200 gr 300 gr 500 gr SD CV


(formula
7) R L R L R L R L R L R L
Replikasi 3,7 1,1 4,1 1,1 4,1 1,1 4,1
1,1 3,79 1,1 3,79 1,1
1 9 5 5 5 5 5 5
Replikasi 0,95 2,83 1 3,14 1,0 3,4 1,1 3,7 1,1 3,7 1,1 4,1
2 5 6 9 9 5 5
Replikasi 6,1 6,1 1,4 6,6 1,4 6,6
1,4 6,15 1,4 6,15 1,4 1,4
3 5 5 5 0 5 0
Rata-rata
luas (cm
4,25 4,36 4,46 4,69 4,48 4,96
pangkat
2)

Keterangan :
R = jari jari L = x r
L = luas lingkaran
= 3,14 x1,1 cm x 1,1cm
= 3,79

KRIM Replikasi Replikasi Replikasi 3 Rata-rata SD CV


(formulasi 9) 1 2 diameter (cm)
Tanpa Beban 5,1 5,3 5,5 5,3 0,2 0,037
50 gr 6 5,9 6,1 6 0,1 0,016
100 gr 6,5 6,3 6,9 6,56 0,305 0,046
200 gr 6,8 6,6 8,1 7,16 0,814 0,113
300 gr 7,1 7,4 8,9 7,8 0,964 0,123
500 gr 7,6 8 9,9 8,5 1,228 0,144
KRIM Tanpa
50 gr 100 gr 200 gr 300 gr 500 gr SD CV
(formula beban
9) R L R L R L R L R L R L
Replikasi
2,55 20,41 3 28,26 3,25 33,16 3,4 36,29 3,55 39,57 3,8 45,34
1
Replikasi
2,65 22,05 2,95 27,32 3,15 31,15 3,3 34,19 3,7 42,89 4 50,24
2
Replikasi
2,75 23,74 3,05 38,46 3,45 37,37 4,05 51,50 4,45 62,17 4,95 76,93
3
Rata-
rata luas
(cm 22,06 31,34 34,89 40,66 48,21 57,50
pangkat
2)

Keterangan :
R = jari jari L = x r
L = luas lingkaran
= 3,14 x 2,55 cm x 2,55 cm
=20,41
F. Pembahasan

Pada praktikum ini bertujuan untuk mengetahui dan membuat serta membandingkan
formulasi sediaan salep, krim dan gel yang berbahan aktif asam salisilat, cara pembuatan
sediaan, serta melakukan evaluasi terhadap sediaan semisolida. Pada pembuatan sediaan
ini digunakan asam salisilat 5 gram sebagai zat aktif, dimana fungsinya adalah sebagai
antifungal dan antikeratolitik. Kelompok kami mendapatkan 5 formulasi yaitu formula
nomor 1, 3, 5, 7, dan 9. Dari masing-masing formula tersebut kita mendapatkan berbagai
jenis sediaan. Dan dilakukan uji terhadap masing-masing sediaan, yaitu uji daya sebar,
uji daya rekat, dan uji daya proteksi sediaan.
a. Formula 1
Pada praktikum formula 1 ini sediaan yang akan dibuat adalah sediaan salep dengan
vaselin album sebagai basisnya. Asam salisilat sebagai zat aktif merupakan suatu zat
aktif kimia berbentuk kristal yang tidak larut dalam air namun larut dalam etanol. Asam
salisilat dalam sediaan farmasi sering digunakan sebagai obat kulit untuk mengobati
jerawat, jamur, dan penebalan kulit. Sedangkan vaselin album merupakan basis salep
jenis hidrokarbon yang tidak mudah larut dalam air. Etanol dalam formula ini digunakan
untuk membasahi atau melarutkan kristal dari asam salisilat. Tidak ada ketentuan khusus
mengenai jumlah penggunaanya karena hanya digunakan sebagai penolong dalam
pembuatan formula.
Uji yang pertama adalah uji daya sebar. Pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui
daya sebar yang dapat ditempuh sediaan yang dibuat. Dari pengujian ini didapatkan rata-
rata hasil tanpa beban ; 4,89 cm 2 , beban 50 gram ; 5,91 cm 2, beban 100 gram ; 6,65 cm 2,
beban 200 gram ; 7,53 cm2, beban 300 gram ; 7,53 cm2, dan beban 500 gram ; 7,53 cm2.
Dari pengujian tersebut dapat dikatakan bahwa sediaan salep tersebut tidak mampu
menyebar luas apabila diaplikasikan pada permukaan kulit. Untuk standar deviasi dari uji
daya sabar formulasi 1 yaitu 0,472; 0,608; 0,838; 0,953; 1,242; 1,473. Dari nilai tersebut
didapatkan nilai standar deviasi yang kecil dibandingkan dengan rata rata diameter
yang diperoleh dengan nilai 2,4 sampai 3,3 yang berarti menunjukan sampel tidak
beragam. Standar deviasi ini menyatakan besarnya keragaman sampel yang didapatkan.
Semakin besar nilai standar deviasi yang didapatkan maka semakin besar pula
keragaman sampel, begitu pula sebaliknya yakni jika standar deviasi yang didapatkan
kecil maka sampel semakin tidak beragam (Anonim, 2012). Sedangkan untuk nilai
koefisien variasinya adalah 0,191; 0,225; 0,299; 0,317; 0,4; 0,446, dari nilai tersebut
didapatkan nilai CV yang kecil yang berarti data homogen. Besarnya koefisien variasi
akan berpengaruh terhadap kualitas sebaran data. Jadi jika koefisien variasi semakin
kecil maka datanya semakin homogen dan jika koefisien korelasi semakin besar maka
datanya semakin heterogen.
Uji yang kedua adalah uji daya rekat. Uji ini dilakukan untuk mengetahui lamanya
daya rekat sediaan. Pengujian ini dengan melihat lamanya sediaan melekat pada gelas
objek setelah diberi beban kemudian beban dilepaskan. Hasil yang didapat dari pengujian
ini untuk formula 1 adalah replikasi 1 : 21,9 detik, replikasi 2 : 20,9 detik, dan replikasi 3
: 20,5 detik. Dari hasil tersebut didapat rata-rata 21,1 detik. Jadi dari pengujian daya
rekat tersebut sediaan formula 1 (salep) memiliki daya rekat 21,1 detik pada kulit.
Menurut teori, syarat agar memenuhi daya rekat kuat yaitu tidak timbul warna sampai 5
menit. Sedangkan kelompok kami, timbul warna pada rata-rata ke 21,1 detik. Salep
dikatakan baik jika daya rekatnya itu besar pada tempat yang diobati karena obat tidak
mudah lepas sehingga dapat menghasilkan efek yang diinginkan. Untuk standar deviasi
uji daya rekat formula 1 adalah 0,721 dan CV 0,0341. Sehingga standar deviasinya relatif
kecil dibandinginkan nilai rata rata replikasinya yaitu 21,1 detik sehingga data tidak
beragam, sedangkan untuk CV menunjukan nilai yang kecil sehingga data homogen.
Uji yang ketiga adalah uji proteksi. Uji ini dilakukan untuk mengetahui sediaan
tersebut apakah memiliki daya proteksi terhadap pengaruh luar. Uji proteksi
menggunakan KOH 0,1 N, kelompok kami meneteskan 2 tetes KOH 0,1 N, lalu dilihat
waktu munculnya noda merah muda (pink) pada kertas uji. Hasil yang didapat pada
pengujian ini replikasi 1 : detik ke-1, replikasi 2 : detik ke-4, dan replikasi ke-3 : detik
ke-1. Dari pengamatan tersebut dapat disimpulkan bahwa daya proteksi sediaan formula
1 kurang baik. Menurut teori, uji daya proteksi yang baik adalah tidak munculnya warna
merah muda (pink) hingga > 5 menit. Untuk standar deviasi uji proteksi adalah 1,732 dan
CV 0,866. Sehingga standar deviasinya relatif kecil sehingga data tidak beragam,
sedangkan untuk CV menunjukan nilai yang kecil sehingga data homogen.
b. Formula 3
Pada praktikum formula 3 membahas tentang pembuatan gel dan uji fisiknya. Kami
melakukan identifikasi bahan yang tersedia dalam laboratorium yang dapat dijadikan
pembuatan gel asam salisilat dipilih untuk zat aktif pada pembuatan gel.
Uji yang pertama adalah uji daya proteksi. Uji ini dilakukan untuk mengetahui
kemampuan sediaan gel dalam melindungi kulit dari pengaruh luar. Pada uji daya proteksi
menggunakan kertas saring, phenolftalein, paraffin, dan KOH 0,1 N. KOH 0,1 N bersifat
basa kuat yang dimana KOH dapat mempengaruhi efektivitas gel terhadap kulit. KOH
dapat bereaksi dengan phenolftalein lalu akan membentuk warna pink, terbentuknya
warna pink juga dapat terjadi karena pengolesan gel yang kurang merata, dan
pengeringan kertas saring yang dibasahi dengan phenolftalein belum kering dengan
sempurna.
Pada replikasi 1 dihasilkan warna pink pada detik ke 2, pada replikasi 2 dihasilkan
warna pink pada detik ke 2, pada replikasi 3 dihasilkan warna pink pada detik ke 2.
Tujuan dari replikasi ini adalah untuk mendapatkan data yang tepat dan akurat, sedangkan
warna pink menandakan gel ini tidak mampu memberikan proteksi terhadap pengaruh
luar (kurang bagus), sedangkan gel yang baik seharusnya mampu melindungi kulit
terhadap pengaruh luar, ditandai dengan tidak terbentuknya noda merah pada saat ditetesi
dengan KOH 0,1 N.
Uji yang kedua adalah uji daya sebar. Uji ini dilakukan untuk melihat kemampuan
sediaan gel menyebar pada kulit, dimana suatu basis gel sebaiknya memiliki daya sebar
yang baik untuk menjamin pemberian bahan obat yang memuaskan. Uji daya sebar ini
dilakukan dengan 3 kali replikasi, sehingga didapatkan rata-rata daya sebar tanpa beban
2,667 cm2, beban 50 gr adalah 2,867 cm2, beban 100 gr adalah 3cm2, beban 200 gr adalah
3,4 cm2, beban 300 gr adalah 3,6 cm2 dan beban 500 gr adalah 3,73 cm2. Perbedaan daya
sebar yang dihasilkan tiap beban berbeda-beda, semakin berat beban yang digunakan
berarti semakin besar diameter yang akan dihasilkan sehingga menunjukkan gel yang
dihasilkan sudah baik. Persyaratan daya sebar untuk sediaan topikal yaitu sekitar 5-7 cm2
ini menunjukkan bahwa sediaan gel yang dibuat sudah memenuhi persyaratan daya sebar
yang baik. Daya sebar yang baik akan menimbulkan kontak antara kulit dengan obat
semakin luas sehingga absorpsi obat akan berlangsung cepat (Hani, 2014). Untuk standar
deviasi uji daya sebar yaitu didapatkan nilai 0,514; 0,665; 0,7; 1,058; 1,153; 1,289.
Standar deviasi ini menyatakan besarnya keragaman sampel yang didapatkan.
Semakin besar nilai standar deviasi yang didapatkan maka semakin besar pula keragaman
sampel, begitu pula sebaliknya yakni jika standar deviasi yang didapatkan kecil maka
sampel semakin tidak beragam (Anonim, 2012). Sedangkan untuk nilai koefisien
variasinya adalah dan CV 0,192; 0,231; 0,233; 0,311; 0,32; 0,345, dari nilai tersebut
didapatkan nilai CV yang kecil yang berarti data homogen. Besarnya koefisien variasi
akan berpengaruh terhadap kualitas sebaran data. Jadi jika koefisien variasi semakin kecil
maka datanya semakin homogen dan jika koefisien korelasi semakin besar maka datanya
semakin heterogen.
Uji yang ketiga adalah uji daya rekat. Uji ini dilakukan replikasi sebanyak 3 kali yang
bertujuan untuk memperoleh data yang akurat dan tepat. Semakin lama waktu yang
dibutuhkan maka semakin lama daya kerja obat. Hasil yang diperoleh pada replikasi 1
adalah 2,3 detik, replikasi 2 adalah 2,5 detik dan replikasi 3 adalah 2,0 detik. Sehingga
rata-rata uji daya rekat formula 3 ini adalah 2,26 detik. Menurut teori, syarat agar
memenuhi daya rekat kuat yaitu tidak timbul warna sampai 5 menit. Sedangkan formula
3muncul warna pink pada rata-rata ke 2,26 detik. Untuk standar deviasi uji daya rekat
didapatkan nilai 0,251 dan CV 0,1125. Standar deviasinya relatif kecil sehingga data tidak
beragam, sedangkan untuk CV menunjukan nilai yang kecil sehingga data homogen
c. Formula 5
Setelah itu kami juga melakukan pembuatan sediaan krim berdasarkan formula 5.
Untuk membuat formula tersebut langkah pertama yang kami lakukan adalah menyiapkan
alat dan bahan. Setelah alat dan bahan siap, langkah kedua adalah menimbang bahan
sesuai dengan perhitungan yang ada. Langkah ketiga, setelah penimbangan bahan adalah
praktikan membuat basis krim terlebih dahulu, pembuatan basis dengan cara melebur
dengan cawan porselen bahanbahan seperti parafin dan cetil akohol diatas waterbath.
Kemudian langkah keempat adalah memulai pembuatan krim asam salisilat. Dari
formulasi kegunaan dari masing-masing bahan yaitu asam salisilat sebagai zat aktif,
etanol sebagai pembantu pelarut asam salisilat (tidak benar-benar larut hanya
memperkecil ukuran partikel), parafin padat yang dicairkan dan cetil alkohol sebagai fase
minyak untuk pembuatan krim tipe o/w, aquadest dan gliserin (pelembab atau humektan
bersifat higroskopis) sebagai fase air, tween 80 dan span 80 sebagai elmugator dalam
pencampuran fase air dan minyak untuk memperoleh krim yang lembut yang bersifat
emolien. Langkah kelima, adalah evaluasi sediaan. Evaluasi sediaan yang dilakukan
adalah uji daya sebar, uji daya rekat, dan uji daya proteksi.
Uji yang pertama adalah uji daya sebar. Uji ini dilakukan untuk mengetahui daya
sebar yang dapat ditempuh sediaan krim yang dibuat. Pada praktikum kali ini krim
diharapkan mampu menyebar dengan mudah tanpa tekanan yang berarti agar mudah
dioleskan dan tidak menimbulkan rasa sakit saat dioleskan sehingga tingkat kenyamanan
pengguna dapat meningkat. Daya sebar sediaan semisolid yang baik adalah 50-70 mm
sehingga nyaman saat digunakan (Susanti dan Kusmiyarsih, 2011). Berdasarkan uji
daya sebar didapat rata-rata kurang lebih 25 mm yang berarti formulasi untuk daya sebar
masih kurang baik yang disebabkan oleh faktor adanya pencampuran bahan kurang sesuai
atau bahan yang dipakai tidak bersih untuk data-data uji daya sebar ini dilihat didata
formulasi 5. Untuk standar deviasi uji daya sebar didapatkan nilai 1,234; 1,248; 1,374;
1,401; 1,484; 1,662. Dari nilai tersebut didapatkan nilai standar deviasi yang kecil yang
berarti menunjukan sampel tidak beragam. Untuk CV didapatkan nilai 0,318; 0,312;
0,335; 0,336; 0,342; 0,372, yang menunjukan bahwa nilai CV kecil yang berarti sampel
homogen.
Uji yang kedua adalah uji daya rekat. Uji ini dilakukan untuk mengetahui lamanya
daya rekat sediaan krim yang dibuat. Uji ini menggunakan alat yang bernama alat uji
daya rekat. Tujuan dari uji ini krim yang baik harus memiliki daya rekat yang lama
dengan kulit karena semakin lama ikatan antara krim dengan kulit semakin baik
sehingga absorbsi obat oleh kulit akan semakin tinggi. Sebaliknya jika ikatan antara
krim dengan kulit kurang optimal obat akan mudah terlepas dari kulit. Adapun syarat
waktu daya rekat yang baik adalah tidak kurang dari 4 detik (Susanti dan
Kusmiyarsih, 2011). Berdasarkan uji daya rekat dari formulasi krim pada praktikum
kami untuk uji rekat kurang dari 4 detik dengan jumlah replikasi 3 kali. Pada replikasi 1
diperoleh hasil 3.4 detik, replikasi 2 diperoleh hasil 3.2 detik, dan replikasi 3 diperoleh
hasil 3.6 detik dan rata-rata yang kami dapatkan 3.4 detik. Ini berarti krim yang kami buat
memiliki daya rekat yang kurang baik. Untuk standar deviasi uji daya rekat didapatkan
nilai 0,2 dan CV 0,0588. Standar deviasinya relatif kecil sehingga data tidak beragam,
sedangkan untuk CV menunjukan nilai yang kecil sehingga data homogen.
Uji yang ketiga adalah uji proteksi. Uji ini dilakukan yang pada prinsipnya untuk
mengetahui sediaan krim tersebut memberikan proteksi atau tidak. Pada formula 5 kertas
saring berwarna pink setelah ditetesi KOH sebanyak 2 tetes yang berarti bahwa daya
proteksi pada sediaan tersebut kurang baik hal tersebut dapat disebabkan oleh bahan dan
alat yang tidak bersih serta penimbangan bahan yang tidak tepat. Hasil replikasi 1 muncul
warna merah muda (pink) pada detik ke-5, replikasi 2 muncul warna merah mudah pada
detik ke-2, replikasi ke 3 muncul warna merah muda pada detik ke-2, yang dapat
dikatakan daya proteksi krim kurang bagus. Untuk standar deviasi uji daya protekai
didapatkan nilai 1,732 dan CV 0,5773. Standar deviasinya relatif kecil sehingga data tidak
beragam, sedangkan untuk CV menunjukan nilai yang kecil sehingga data homogen.
d. Formula 7
Pada praktikum formula 7 membahas tentang pembuatan gel dan uji fisiknya. Kami
melakukan identifikasi bahan yang tersedia dalam laboratorium yang dapat dijadikan
pembuatan gel, asam salisilat dipilih untuk zat aktif pada pembuatan gel.
Uji yang pertama adalah uji daya proteksi. Uji ini dengan melakukan replikasi 1, 2,
dan 3, setelah ditunggu hingga 5 menit tapi tetap tidak muncul warna pink. Tujuan dari
replikasi ini adalah untuk mendapatkan data yang tepat dan akurat. Jika di uji proteksi ini
muncul warna pink, maka itu menandakan salep ini tidak mampu memberikan proteksi
terhadap pengaruh luar (kurang bagus), sedangkan salep yang baik seharusnya mampu
melindungi kulit terhadap pengaruh luar, ditandai dengan tidak terbentuknya noda merah
(pink) pada saat ditetesi dengan KOH 0,1 N. Pada formula 7 ini, didapatkan hasil setelah
replikasi 3 kali tidak muncul warna pink, artinya salep ini memiliki daya proteksi yang
bagus, berarti salep ini mampu melindungi kulit dari pengaruh luar.
Uji yang kedua adalah uji daya sebar. Uji daya sebar ini dilakukan untuk melihat
kemampuan sediaan gel menyebar pada kulit, dimana suatu basis gel sebaiknya memiliki
daya sebar yang baik untuk menjamin pemberian bahan obat yang memuaskan. Uji daya
sebar ini dilakukan dengan 3 kali replikasi, sehingga didapatkan rata-rata daya sebar
tanpa beban 2,667 cm2, beban 50 gr adalah 2,867 cm2, beban 100 gr adalah 3 cm2, beban
200 gr adalah 3,4 cm2, beban 300 gr adalah 3,6 cm2 dan beban 500 gr adalah 3,73 cm2.
Perbedaan daya sebar yang dihasilkan tiap beban berbeda-beda, semakin berat beban
yang digunakan berarti semakin besar diameter yang akan dihasilkan sehingga
menunjukkan gel yang dihasilkan sudah baik.
Persyaratan daya sebar untuk sediaan topikal yaitu sekitar 5-7 cm2 ini menunjukkan
bahwa sediaan gel yang dibuat sudah memenuhi persyaratan daya sebar yang baik. Daya
sebar yang baik akan menimbulkan kontak antara kulit dengan obat semakin luas
sehingga absorpsi obat akan berlangsung cepat (Hani, 2014). Untuk standar deviasi uji
daya sebar didapatkan nilai 0,458; 0,416; 0,378; 0,321; 0,378;0,346. Dari nilai tersebut
didapatkan nilai standar deviasi yang kecil yang berarti menunjukan sampel tidak
beragam dan CV 0,199; 0,178; 0,16; 0,132; 0,153; 0,138 menunjukan nilai yang kecil
sehingga sampel homogen.
Uji yang ketiga adalah adalah uji daya rekat. Uji daya rekat ini dilakukan untuk
mengetahui lamanya daya rekat sediaan salep yang dibuat. Uji ini menggunakan alat yang
bernama alat uji daya rekat. Pengujian ini dengan melihat lamanya sediaan melekat pada
gelas objek setelah diberi beban kemudian beban dilepaskan. Hasil yang didapat dari
pengujian ini untuk formula 7 adalah replikasi 1 : 27,5 detik, replikasi 2 : 28,7 detik, dan
replikasi 3 : 26,7 detik. Dari hasil tersebut didapat rata-rata 27,63 detik, jadi dari
pengujian daya rekat tersebut sediaan formula 7 (salep) memiliki daya rekat 27,63 detik
pada kulit. Menurut teori, syarat agar memenuhi daya rekat kuat yaitu tidak timbul warna
sampai 5 menit. Sedangkan formula 7, timbul warna pada rata-rata ke 27,63 detik. Salep
dikatakan baik jika daya rekatnya besar pada tempat yang diobati karena obat tidak
mudah lepas sehingga dapat menghasilkan efek yang diinginkan (Farida, 2011). Untuk
standar deviasi uji daya rekat didapatkan nilai 1,006 dan CV 0,0364. Standar deviasinya
relatif kecil sehingga data tidak beragam, sedangkan untuk CV menunjukan nilai yang
kecil sehingga data homogen.
e. Formula 9
Pada praktikum formula 9 membahas tentang pembuatan gel dan uji fisiknya. Kami
melakukan identifikasi bahan yang tersedia dalam laboratorium yang dapat dijadikan
pembuatan gel asam salisilat dipilih untuk zak aktif pada pembuatan gel. Menurut
farmakope indonesia III bahwa asam salisilat hampir tidak larut dalam aquades sehingga
kita menambahkan secukupnya etanol untuk melarutkan asam salisilat sebelum
mencampurtkan dengan bahan yang lain. Gelling Agent yang di gunakan adalah Poly gel
(pengganti CMC-Na) gelling agent di ganti di karenakan bahan CMC-Na yang terdapat
di laboratorium sudah menurun efektifitasnya dan harus di kembangkan selama 24 jam
dahulu. Kembangkan gelling agent menggunakan air panas. Menurut teori, syarat CMC-
Na mengembang adalah dengan menggunakan air panas (suhu tinggi) dikarenakan suhu
tinggi ini akan menyebabkan ikatan CMC-Na merenggang sehingga menarik air
disekitarnya sehingga CMC-Na dapat mengembang (Anonim, 2015). Dalam formula 9 ini
kami juga menggunakan HPMC (Hydroxypropyl Methylsellulose) yang perlu
dikembangkan juga. Kami menggunakan air bersuhu normal dikarenakan pengembangan
HPMC menggunakan air bersuhu tinggi dapat merusak HPMC itu sendiri.
Setelah itu masukkan lelehan basis campuran antara poly gel dan HPMC secara
geometris. Namun pada praktikum ini gel yang kami buat tidak terbentuk sempurna
karena penggunaan basis yang kurang sesuai dan proses pengadukan terlalu kuat,
sehingga gel terlalu encer dan berbusa karena pada saat mencampur dengan utraturrax
kami menggunakan tekanan yang tinggi yang mengakibatkan bahan tersebut
bergelembung.
Pada praktikum kali ini pembuatan sediaan gel menggunakan asam salisilat sebagai
zat aktifnya berkhasiat mengatasi permasalahan pada kulit seperti psoriasis dan jerawat.
Etanol sebagai pelarut, polygel dan HPMC sebagai emulgator dan gliserin sebagai
pembasah. Salah satu kriteria sediaan semisolid agar dapat diterima oleh masyarakat
adalah memiliki sifat fisik dan stabilitas yang baik. Sifat fisik yang diuji meliputi, daya
sebar, daya rekat dan daya proteksi.
Uji yang pertama adalah uji daya sebar. Uji daya sebar sediaan gel bertujuan untuk
mengetahui daya penyebaran gel pada permukaan kulit sehingga dapat diketahui
penyebaran zat aktif dari sediaan gel. Uji daya sebar formulasi 9 tanpa beban memiliki
daya sebar 4,25 cm2 ,beban 50 gr daya sebarnya 4,36 cm2, beban 100 gr daya sebarnya
4,46 cm2, beban 200 gr daya sebarnya 4,69 cm2, beban 300 gr daya sebarnya 4,84 cm2,
dan untuk beban 500 gr memiliki daya sebar 4,96 cm 2 dari data tersebut jika di
bandingkan dengan teori menunjukan bahwa daya sebar dari formula 9 tidak memiliki
daya sebar yang baik pada permukaan kulit bisa dilihat dari parameter untuk daya sebar
gel yang baik adalah antara 5 sampai 7 cm yang akan menimbulkan kontak antara kulit
dengan obat semakin luas sehingga absorpsi obat akan berlangsung cepat (Hani, 2014),
sedangkan pada formula 9 daya sebarnya kurang dari 5 sampai 7 cm yang artinya formula
9 memiliki daya sebar yang kurang baik (Garg, Sanjay, & Anil, 2002). Untuk standar
deviasi uji daya sebar didapatkan nilai 0,2; 0,1; 0,305; 0,814; 0,964; 1228. Dari nilai
tersebut didapatkan nilai standar deviasi kecil yang berarti menunjukan sampel tidak
beragam dan CV 0,037; 0,016; 0,046; 0,113; 0,123; 0,144 dengan nilai kecil yang berarti
sampel homogen.
Uji yang kedua adalah uji daya rekat. Uji ini bertujuan untuk mengetahui daya rekat
sediaan salep yang dibuat. Uji ini menggunakan alat uji daya rekat. Uji ini dilakukan
dengan 3 kali replikasi, replikasi pertama daya rekatnya 1,0 detik, replikasi kedua 0,8
detik, replikasi ketiga 1,5 detik. Sehingga rata-rata uji daya rekat formula 9 adalah 1,13
detik. Ini menunjukkan daya rekat sediaan gel ini kurang baik. Kemampuan daya rekat
gel akan mempengaruhi efek terapi, semakin lama kemampuan gel melekat pada kulit
maka gel dapat memberikan efek terapi yang lebih lama (Anonim, 2011). Untuk standar
deviasi uji daya rekat didapatkan nilai 0,36 dan CV 0,327. Standar deviasinya relatif kecil
sehingga data tidak beragam, sedangkan untuk CV menunjukan nilai yang kecil sehingga
data homogen.
Uji yang ketiga adalah uji daya proteksi. Uji ini dilakukan untuk mengetahui
kemampuan sediaan gel dalam melindungi kulit dari pengaruh luar. Pada uji daya proteksi
menggunakan kertas saring, phenolftalein, paraffin,dan KOH 0,1 N. KOH 0,1 N bersifat
basa kuat dimana KOH dapat mempengaruhi efektifitas gel terhadap kulit. KOH dapat
bereaksi dengan phenolftalein lalu akan membentuk warna pink, terbentuknya warna pink
juga dapat terjadi karena pengolesan gel yang kurang merata, pengeringan kertas saring
yang dibasahi dengan phenoftalein belum kering dengan sempurna, sediaan yang dibuat
memang tidak mampu memproteksi dari lingkungan luar, dan pengaruh dari bahan-bahan
formula yang digunakan.
Pada replikasi 1, 2 dan 3 dihasilkan warna pink pada detik ke 2. Tujuan dari replikasi
ini adalah untuk mendapatkan data yang tepat dan akurat. Sedangkan warna pink
menandakan gel ini tidak mampu memberikan proteksi yang baik terhadap pengaruh luar
(kurang protektif). Sedangkan gel yang baik seharusnya mampu melindungi kulit
terhadap pengaruh luar, ditandai dengan tidak terbentuknya noda merah pada saat ditetesi
dengan KOH 0,1 N. Untuk standar deviasi uji daya proteksi didapatkan nilai 0 dan CV 0.
Standar deviasinya relatif kecil sehingga data tidak beragam, sedangkan untuk CV
menunjukan nilai yang kecil sehingga data homogen.
`

Kesimpulan
1. semua formula homogeny atau tidak ?
2. yang memiliki daya rekat paling baik karena memenuhi syarat adalah ?
3. yang memiliki daya sebar paling baik karena memenuhi syarat ?
4. yang memiliki daya proteksi paling baik karena memenuhi syarat adalah formula ?
5. pengaruh basis terhadap sifat fisik sediaan semisolid yang dihasilkan apa ?
6. pengaruh gelling agent terhadap sifat fisik sediaan gel yang dihasilkan apa?
Daftar Pustaka

Anonim, 1979. Farmakope Indonesia. Edisi III, Departemen Kesehatan Republik


Indonesia, Jakarta.
Anonim, 1995. Farmakope Indonesia edisi IV, Jakarta. J.
Indon Med ASSOC. vol : 62 nomor 7 July 2012.
Anonim, 1995. Farmakope Indonesia. Edisi IV. Depkes RI. Jakarta. pp. 7 8.
Ansel.(1989). Pengantar Bentuk SediaanFarmasi. Edisi IV. UniversitasIndonesia Press :
Jakarta.
Arvin, B.K. 2000. Ilmu Kesehatan Anak Nelson Ed.5 Vol.3. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran, EGC.
Allen, L.V., 2002. The Art, Science, and Technology of Pharmaceutical Compounding, 2nd
Edition, American Pharmaceutical Association, Washington, D.C., pp. 302.
Anief. 2006. Ilmu Meracik Obat. Yogyakarta.Gadjah Mada University press.
Garg, A., Deepika, A., Sanjay, G., & Anil, K. S.,2002. Spreading of Semisolid
Formulations: An Update,178-180, Pharmaceutical Technology, USA.
Kibbe, A., H., 2004. Handbook of Pharmaceutical Excipients. Third Edition. 18 -19.
462-469, 629-631, Pharmaceutical Press, London.
Lachman,L., Herbert A.L., and Joseph L.K, 1994. Teori dan Praktek Farmasi Industri ed.
3.Jakarta: UI Press.
Lieberman, A. H., Lachman, L., and Kanig L. J., 1996. Teori dan Praktek Farmasi Industri,
diterjemahkan oleh Suyatmi S., Edisi ketiga. Jakarta : UI Press.
McEvoy, G.K. 2002. AHFS Drug Information. USA: American Society of Health-System
Pharmacistsm,Inc.
Nurtjahja, Kiki., Dwi Suryanto dan Lavarina Winda. 2006. Identifikasi Jenis dan Jumlah
Bakteri Pada Pasien Mikosis Kulit vol.1, No 1, hlm.1-2 ISSN 1907-5537. Medan:
Departemen Biologi, FMIPA Universitas Sumatera Utara
Rowe, Raymond C.2009. Handbook of Pharmaceutical Excipients. 6th ed. London:
pharmaceutical Press.
Syamsuni, H. A. 2005. Ilmu Resep. Jakarta: EGC.
Tjay,H.T dan Rahardja, Kirana. 2003. Obat-obat penting. Jakarta: Elex Media Komputindo.
Voigt, R.,1994. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. diterjemahkan oleh Soewandhi. S.N.,
UGMPress, Yogyakarta.
Voigt, R. 1995. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Yogyakarta: UGM Press.
Zats, J.L., dan Kushla, G.P., 1996. Gels, in Lieberman, H.A., Lachman, L.,and Schwatz, J.B.,
Pharmaceutical Dosage Forms: Dispers System, Vol. 2, 2nd edition, Marcel Dekker
Inc., NewYork, pp. 399-405, 408-409, 415.
Lampiran
1. Hasil formula 1 2. Hasil formula 3

Sediaan salep Sediaan gel

3.Hasil formula 5 4. Hasil formula 7

Sediaan krim Sediaan gel

5.Hasil formula 9

Sediaan krim

Cara pengujian salah satu formula :


Ini adalah proses pada waktu uji Ini pada waktu uji daya Ini adalah proses pada waktu uji
daya sebar. proteksi daya rekat

Anda mungkin juga menyukai