Anda di halaman 1dari 8

REVIEW JURNAL

PENGARUH BASIS SALEP TERHADAP FORMULASI SEDIAAN


SALEP EKSTRAK DAUN KEMANGI (Ocimum sanctum L) PADA
KULIT PUNGGUNG KELINCI YANG DIBUAT INFEKSI
Staphylococcus aureus

DISUSUN OLEH :
ARIFFATUL
IRA DWI NINGSIH
LUBIENSCA ENCARNCAO
MALTUFA
RICO CAHYANTO

S1 FARMASI
FAKULTAS FARMASI
INSTITUT ILMU KESEHATAN KEDIRI
2014

BAB I
PENDAHULUAN
1.1

PENDAHULUAN
Jurnal ini menjelaskan tentang penerapan tamanan obat ditengah tengah

kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan saat ini. Salah satu tanaman obat yang
sering digunakan oleh masyarakat ialah Kemangi ( Ocimum sanctum L ).
Kemangi digunakan masyarakat sebagai lalapan, kemangi juga mempunyai
khasiat mengatasi bau mulut dan badan, badan lesu serta panas dalam. Selain itu,
tanaman ini juga digunakan sebagai peluruh haid dan peluruh ASI(Permadi,
2008).
Penelitian tentang khasiat daun kemangi sebagai antibakteri telah
dilakukan oleh khalil (2013). Ekstrak etanol daun kemangi memiliki aktivitas
antibakteri terhadap Staphylococcus aureus dan Eschrichia coli dengan diameter
zona hambat 21 mm pada konsentrasi 200mg/ml untuk bakteri Staphylococcus
aureus. Berdasarkan aktivitas antibakteri yang dimiliki oleh daun kemangi maka
perlu dikembangkan suatu sediaan farmasi utuk meningkatkan penggunaannya.
Salah satu sediaan yang dapat memudahkan penggunaannya ialah salep, karena
salep merupakan sediaan dengan konsistensi yang cocok untuk terapi penyakit
kulit yang disebabkan oleh bakteri.
Salep terdiri dari bahan obat yang terlarut ataupun terdispersi di dalam
basis atau basis salep sebagai pembawa zat aktif. Basis salep digunakan dalam
sebuah formulasi obat harus bersifat inert (Anief,2007). Berdasarkan hal tersebut
maka perlu diteliti lebih lanjut pengaruh penggunaan basis salep terhadap daya
antibakteri sediaan salep esktrak daun kemangi.

BAB II
ABSTRAK
Tanaman Kemangi (Ocimum sanctum L.) memiliki kandungan alkaloid,
triterpenoid, flavonoid yang mampu memberikan efek antibakteri. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui pengaruh tipe basis terhadap sifat fisik dan daya
antibakteri salep ekstrak daun Kemangi pada kulit punggung kelinci (Oryctolagus
cuniculus) yang terinfeksi Staphylococcus aureus. Ekstraksi dilakukan dengan
cara soxhlet dengan menggunakan pelarut etanol 95%. Pengamatan waktu
penyembuhan dilakukan dengan cara mengamati lamanya penyembuhan infeksi
pada kulit punggung kelinci setelah pemberian salep ekstrak daun Kemangi yang
ditandai dengan hilangnya eritema dan nanah. Hasil penelitian menunjukkan
perbedaan tipe basis berpengaruh terhadap sifat fisik salep yang meliputi bentuk,
warna, pH, dan daya sebar, namun tidak berpengaruh pada bau dan homogenitas
sediaan. Salep ekstrak daun Kemangi dengan tipe basis hidrokarbon memberikan
efek penyembuhan infeksi yang lebih cepat, diikuti dengan tipe basis larut air,
absorpsi dan tercuci air.

BAB III
PEMBAHASAN
3.1

METODOLOGI PENELITIAN
Alat yang digunakan dalam penelitian ini ialah alat alat gelas, timbangan

analitik, oven, blender, ayakan 65 mesh, rangkaian alat soxhlet, evaporator,


waterbath, mortir, sudip, laminar air flow, autoklaf, jarum ose, inkubator, gunting.
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun kemangi, etanol
95%,vaselin album,minyak mineral,adeps lanae,stearil alkohol,cera alba,natrium
lauril sulfat, propilen glikol, PEG 4000, PEG 400, aquadest, PH stik universal,
H2SO4, BaCl2, 2H2O, NaCl, hewan uji kelinci, nutrient agar (NA) dan bakteri uji
Staphylococcus aureus.
Penilitian ini berjenis deskriptif laboratorium untuk menguji dan
mengamati sifat fisik dan aktivitas antibakteri sediaan salep ekstrak daun kemangi
dengan variasi tipe basis salep.
3.2

FORMULASI DAN EVALUASI


Penulis menggunakan formulasi salep dengan konsentrasi 10% sebanyak

25 g untuk pemakaian 3 kali sehari selama 9 hari.


a. Salep ekstrak daun Kemangi dengan basis hidrokarbon
R/ Ekst daun Kemangi
2,5 g
Basis salep
22,5 g
m.f salep 25 g
b. Salep ekstrak daun Kemangi dengan basis absorpsi
R/ Ekst daun Kemangi
2,5 g
Basis salep
22,5 g
m.f salep 25 g
c. Salep ekstrak daun Kemangi dengan basis tercuci air
R/ Ekst daun Kemangi
2,5 g
Basis salep
22,5 g
m.f salep 25 g
d. Salep ekstrak daun Kemangi dengan basis larut air
R/ Ekst daun Kemangi
2,5 g

Basis salep

22,5 g
m.f salep 25 g

Formulasi basis salep


Bahan
Vaselin album
Minyak
mineral
Adeps lanae
Steril alkohol
Cera alba
Na lauryl
sulfat
Propilen
glikol
PEG 4000
PEG 400
Aquadest

Hidrokarbon
31,5 g
3,5 g

Tipe Basis
Absorpsi
Tercuci Air
30,1 g
8,75 g
-

Larut Air
-

1,05 g
1,05 g
2,8 g
-

8,75 g
0,35 g

4,2 g

m.f salep 35 g

m.f salep 35 g

12,95 g
m.f salep 35 g

14 g
21 g
m.f salep 35
g

Evaluasi sediaan alep ekstrak daun kemangi yang dilakukan penulis sudah
cukup lengkap yaitu :
a. Uji Organoleptik, yaitu pengamatan sediaan salep dari betuk, bau dan
warna sediaan
b. Uji pH salep, yaitu dengan pengenceran 0,5 g salep pada 5 ml
aquadestkemudian pHstik dicelupkan selama 1 menit
c. Uji homogenitas, dengan cara sediaan pada bagian bawah, tengah dan atas
diambil kemudian diletakkan pada pelat kaca lalu digosok dan diraba
d. Uji daya sebar, yaitu sebanyak 0,5 g salep diletakkan diatas kaca bulat
berdiameter 15 cm, kaca lain diletakkan diatasnya dan dibiarkan selama 1
menit. Diameter sebar salep diukur kemudian ditambah beban 100 g
selama 1 menit untuk kemudian diukur diameter yang konstan.

3.2

PENGUJIAN EFEKTIVITAS

Sebelum dilakukan pengujian, penulis membuat suspensi bakteri S. Aureus


sebanyak 1 ose dengan NaCl0,9% aseptis dalam tabung reaksi. Kekeruhan setelah
pengocokan disetarakan larutan Mc. Farland.
Penulis melakukan pengujian pada 5 ekor kelinci dengan berat badan 1,5-2
kg. Hewan coba tersebut diaklimatisasi 5 hari. Bulu punggung kelinci dicukur 3
lokaasi dengan jarak kuranglebih 1 cm, kemudian disuntikkan suspensi bakteri
sebanyak 0,1 ml. Penyembuhan infekksi diamati berdasarkan hilangna eritema
dan nanah setelah diberi 0,5 g sediaansalep ekstrak daun kemangi yang diberikn 3
kali sehari.
3.3

HASIL DAN PEMBAHASAN


Dalam pengujian penulis mengemukakan bahwa organoleptik sediaan

salep ekstrak daun Kemangi menunjukkan bahwa tipe basis salep mempengaruhi
bentuk, bau dan warna salep. Basis hidrokarbon, massa salep lembek, karena
parafin cair menurunkn viskositas. Sedangkan basis salep larut air akan
menghasilkan konsistensi lebih kaku.Hasil warna salep juga berbeda, tergantung
jenis basis salep yang digunakan.
Salep ekstrak daun Kemangi dengan variasi tipe basis salep yang
digunakan penulis aman digunakan karena memiliki pH sesuai kriteria pH kulit
yaitu pH 4,5-6,5.
Jenis Salep
Hidrokarbon
Absorpsi
Tercuci air
Larut air

Nilai pH
5-6
4-5
5
4-5

Proses pembuatan salep juga dilakukan dengan baik oleh penulis. Kaena
dari variasi penggunaan basis salep yang digunakan seluruhnya homoogen dan
tidak menggumpal. Daya sebar pada variasi basis salep juga berbeda pada tiap
basis salep yang digunakan. Karena sipengaruhi konsistensi salep yang dihasilkan.
Semakin lembek, maka semakin luas daya sebar salep tersebut. Salep dengan
basis hidrokarbon memilii daya sebar yang paling luas, dengan begitu absorpsi
bahan obat dalam variasi basis salep hidrokarbon lebih cepat.

Jenis Salep
Hidrokarbon
Absorpsi
Tercuci air
Larut air

Daya Sebar
4,2
4,0
3,6
3,0

Hal yang mendasari pemikiran penulis untuk membuat salep ekstrak daun
Kemangi yaitu kandungan alkaloid, flavonoid, saponin dan terpenoid yang
merupakan antibakteri.Sedangkan proses absorpsi obat menurut penulis selain
dipengaruhi sifat fisika kimia obat juga tergantung sifat pembawa dan kondisi
kulit.
Berdasarkan pengamatan penyembuhan luka yang penulis laksanakan
diketahui bahwa salep ekstrak daun Kemangi dengan basis hidrokarbon lebih
cepat dalam proes penyembuhan infeksi yang ditandai hilangnya nanah dan
eritema pada punggung kelinci. Penulis mengmukakan bahwa karena kemampuan
basis hidrokarbon dalam efek hidrasi pada stratum korneum meningkatkan
absorpsi. Salep dengan basis larut air dapat meningkatkan hidrasi dan
meningkatkan penetrasi. Basis absorpsi menyerupai basis hidrokarbon, tetapi
derajat penutupan pada kulit lebih rendah. Basis tercuci air yang diformulasi
penulis tidak mempunyai derajat penutupan seperti pada basis hidrokarbon dan
absosrpsi, sehingga absorpsi obat tidak begitu cepat.
Selain itu, penulis juga mengungkapkan bahwa waktu kontak sediaan
dengan kulit mempengaruhi absorpsi obat. Basis hidrokarbon dan absorpsi
memiliki waktu kontak yang besar sehingga konsentrasi obat yang diabsorpsi
meningkat. Sedangkan, basis tercuci air dan larut air waktu kontak relatif cepat.

Judul

: Pengaruh basis salep terhadap formulasi sediaan salep

ekstrak daun kemangi (Ocimum sanctum L) pada kulit


punggung kelinci yang dibuat infeksi Staphylococcus aureus
Tahun

: 2013

Penulis

: Olivia H. Naibaho, Paulina V. Y. Yamlean, Weny Wiyono

Sumber

: PHARMACON, Jurnal Ilmiah Farmasi-UNSRAT Vol. 2 No. 2


ISSN 2302-2493

Anda mungkin juga menyukai