2019
Wahyuni, Novita
Universitas Sumatera Utara
http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/24208
Downloaded from Repositori Institusi USU, Univsersitas Sumatera Utara
PENGARUH SUHU TERHADAP EKSTRAKSI
FLAVONOID DARI KULIT BUAH ALPUKAT (Persea
Americana MILL.) DENGAN PELARUT ETANOL
SKRIPSI
Oleh
NOVITA WAHYUNI
140405098
SKRIPSI
Oleh
NOVITA WAHYUNI
140405098
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan
karunia-Nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Tulisan ini merupakan Skripsi
dengan judul “Pengaruh Suhu terhadap Ekstaksi Flavonoid dari Kulit Buah Alpukat
(Persea americana Mill.) dengan Pelarut Etanol”, berdasarkan hasil penelitian yang
penulis lakukan di Departemen Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Sumatera
Utara. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana
teknik.
Selama pelaksanaan penelitian dan penulisan skripsi ini, penulis banyak
memperoleh bantuan dari berbagai pihak, untuk itu penulis mengucapkan
terimakasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada:
1. Ibu Erni Misran, S.T., M.T., Ph.D selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak
memberikan ilmu dan arahan dalam pelaksanaan penelitian serta penyelesaian
skripsi ini.
2. Bapak Ir. Bambang Trisakti, M.T selaku Koordinator Skripsi Departemen
Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.
3. Ibu Maya Sarah, ST, MT, Ph.D., IPM selaku Dosen Penguji I yang turut
memberikan arahan dan saran untuk kemajuan penelitian serta penyelesaian
skripsi.
4. Bapak Dr. Eng. Rondang Tambun, S.T, M.T selaku Dosen Penguji II yang turut
memberikan arahan dan saran untuk kemajuan penelitian serta penyelesaian
skripsi.
5. Ibu Maya Sarah, ST, MT, Ph.D., IPM selaku Ketua Departemen Teknik Kimia,
Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.
6. Seluruh staf pengajar dan pegawai Departemen Teknik Kimia, FakultasTeknik,
Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan banyak ilmu yang berharga
kepada penulis.
7. Rizki Harahap selaku rekan penelitian yang selama ini bekerjasama, bertukar
pikiran, dan berjuang bersama dalam penelitian dan penyelesaian skripsi demi
meraih gelar sarjana teknik bersama-sama.
iv
Universitas Sumatera Utara
8. Alvina Wijaya selaku rekan mahasiswa stambuk 2014 yang telah memberikan
masukan untuk penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna untuk
itu adanya kritik serta saran yang membangun sangat diperlukan untuk
penyempurnaan skripsi ini. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini ada
manfaatnya bagi penulis dan para pembaca.
Novita Wahyuni
v
Universitas Sumatera Utara
DEDIKASI
vi
Universitas Sumatera Utara
RIWAYAT HIDUP PENULIS
Asal Sekolah:
SDN 101230 Janjimanaon, Tahun 2002 –2008
SMP Negeri 1 Sigalangan, Tahun 2008 – 2011
SMA Negeri 3 Padangsidimpun, Tahun 2011 – 2014
Pengalaman Organisasi/Kerja:
1. Himpunan Mahasiswa Teknik Kimia (HIMATEK) FT USU sebagai Anggota
(2014 – 2018).
2. Covalen Study Group (CSG) sebagai anggota (2014-2018).
3. Kerja Praktek di PT. Toba Pulp Lestari (2017).
vii
Universitas Sumatera Utara
ABSTRAK
Kulit buah alpukat memiliki kandungan metabolit sekunder seperti flavonoid, tanin,
dan antosianin. Flavonoid merupakan golongan senyawa fenolik yang berfungsi
sebagai senyawa antioksidan dan antikanker. Penelitian ini bertujuan untuk
menganalisis pengaruh suhu ekstraksi terhadap koefisien perpindahan massa (KL)
dan aktivitas antioksidan dari flavonoid hasil ekstraksi kulit buah alpukat dengan
metode DPPH. Pada penelitian ini dilakukan ekstraksi kulit buah alpukat
menggunakan pelarut etanol 96% untuk mengambil flavonoidnya. Penelitian ini
memvariasikan suhu ekstraksi yaitu 40 oC, 50 oC, 60 oC dan 70 oC dimana pada
setiap 5 menit dilakukan pengambilan sampel untuk mengetahui kadar total
flavonoid yang terekstrak. Ekstraksi dihentikan jika kadar total flavonoid relatif
konstan. Penelitian ini mendapatkan kadar total flavonoid semakin meningkat seiring
dengan peningkatan suhu dan waktu ekstraksi. Meskipun pada suhu 70 oC terjadi
penurunan kadar total flavonoid. Koefisien perpindahan massa yang diperoleh
mengikuti persamaan KL = A𝑒 −𝐸𝑎/𝑅𝑇 adalah KL= 9.575,854𝑒 27,188/𝑅𝑇 . Aktivitas
antioksidan ekstrak flavonoid pada suhu 40 oC, 50 oC dan 70 oC tergolong sedang
dan pada suhu 60 oC tergolong aktif.
Kata kunci: Ekstraksi, flavonoid, koefisien perpindahan massa, kulit buah alpukat
viii
Universitas Sumatera Utara
ABSTRACT
ix
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR ISI
Halaman
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ii
PENGESAHAN iii
PRAKATA iv
DEDIKASI vi
RIWAYAT HIDUP PENULIS vii
ABSTRAK viii
ABSTRACT ix
DAFTAR ISI x
DAFTAR GAMBAR xiii
DAFTAR TABEL xv
DAFTAR LAMPIRAN xvi
DAFTAR SINGKATAN xviii
DAFTAR SIMBOL xix
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 LATAR BELAKANG 1
1.2 PERUMUSAN MASALAH 4
1.3 TUJUAN PENELITIAN 4
1.4 MANFAAT PENELITIAN 4
1.5 RUANG LINGKUP PENELITIAN 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6
2.1 ALPUKAT 6
2.2 ANTIOKSIDAN 7
2.2.1 Pengertian Antioksidan 7
2.2.2 Klasifikasi Antioksidan 8
2.3 FLAVONOID 9
2.4 METODE DPPH SEBAGAI UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN 11
2.5 EKSTRAKSI 12
2.5.1 Metode Ekstraksi 12
2.5.2 Ekstraksi Padat Cair (Leaching) 15
x
Universitas Sumatera Utara
2.6 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSTRAKSI 16
2.7 PELARUT 17
2.8 PERPINDAHAN MASSA 18
BAB III METODOLOGI PERCOBAAN 21
3.1 LOKASI PENELITIAN 21
3.2 LANGKAH-LANGKAH PENELITIAN 21
3.3 BAHAN DAN PERALATAN PENELITIAN 22
3.3.1 Bahan Penelitian 22
3.3.2 Peralatan Penelitian 22
3.3.3 Rangkaian Peralatan Penelitian 23
3.4 RANCANGAN PERCOBAAN PENELITIAN 24
3.5 PROSEDUR PENELITIAN 24
3.5.1 Pretreatment Sampel Kulit Buah Alpukat 24
3.5.2 Analisa Kadar Air Kulit Buah Alpukat 24
3.5.3 Ekstraksi Kulit Buah Alpukat 25
3.5.4 Penentuan Rendemen Ekstrak 26
3.5.5 Prosedur Penentuan Kadar Flavonoid Total 26
3.5.5.1 Pembuatan Kurva Larutan Standar Kuersetin 26
3.5.5.2 Penentuan Kadar Flavonoid Total Sampel 27
3.5.6 Penentuan Koefisien Perpindahan Massa 27
3.5.7 Penentuan Aktivitas Antioksidan Kulit Buah Alpukat
dengan Metode DPPH 28
3.5.8 Analisa FTIR (Fourier Transform Infrared) 28
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 29
4.1 KADAR AIR KULIT BUAH ALPUKAT 29
4.2 PENGARUH SUHU EKSTRAKSI TERHADAP JUMLAH
EKSTRAK TOTAL FLAVONOID PER SATUAN WAKTU 30
4.3 KOEFISIEN PERPINDAHAN MASSA 33
4.4 PENGARUH SUHU EKSTRAKSI TERHADAP AKTIVITAS
ANTIOKSIDAN 39
4.5 KARAKTERISTIK FTIR FLAVONOID DARI EKSTRAKSI
KULIT BUAH ALPUKAT 42
xi
Universitas Sumatera Utara
4.6 PENGARUH SUHU EKSTRAKSI TERHADAP RENDEMEN
EKSTRAK 44
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 46
5.1 KESIMPULAN 46
5.2 SARAN 46
DAFTAR PUSTAKA 48
xii
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Kerangka Flavonoid secara Umum 10
Gambar 2.2 Reaksi Penghambatan Radikal DPPH 11
C* - CL
Gambar 2.3 Hubungan ln vs t 19
C* - CL0
C* - CL
Gambar 4.3 Hubungan ln vs Waktu Ekstraksi pada Suhu 50 oC 34
C* - CL0
C* - CL
Gambar 4.4 Hubungan ln dengan Waktu Ekstraksi pada Suhu 60 oC 35
C* - CL0
C* - CL
Gambar 4.5 Hubungan ln dengan Waktu Ekstraksi pada Suhu 70 oC 35
C* - CL0
xiii
Universitas Sumatera Utara
Gambar L2.5 Hasil Absorbansi Flavonoid pada Ekstaksi Suhu 70 oC dengan
Kecepatan Pengadukan 300 rpm 64
Gambar L2.6 Hasil Absorbansi Blanko 65
Gambar L2.7 Hasil Absorbansi Aktivitas Antioksidan Vitamin C 65
Gambar L2.8 Hasil Absorbansi Aktivitas Antioksidan pada Ekstaksi Suhu 40 oC
dengan Kecepatan Pengadukan 300 rpm 66
Gambar L2.9 Hasil Absorbansi Aktivitas Antioksidan pada Ekstaksi Suhu 50 oC
dengan Kecepatan Pengadukan 300 rpm 66
Gambar L2.10 Hasil Absorbansi Aktivitas Antioksidan pada Ekstaksi Suhu 60 oC
dengan Kecepatan Pengadukan 300 rpm 67
Gambar L2.11 Hasil Absorbansi Aktivitas Antioksidan pada Ekstaksi Suhu 70 oC
dengan Kecepatan Pengadukan 300 rpm 67
Gambar L3.1 Kurva Standar Kuersetin 71
C* - CL
Gambar L3.2 ln vs Waktu Ekstraksi pada Suhu 40 oC 73
C* - CL0
1
Gambar L3.3 KL versus T 74
xiv
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.1 Rangkuman Penelitian Terdahulu tentang Ekstraksi Sntioksidan, Uji
Aktivitas Antioksidan dan Penentuan Koefisien Perpindahan Massa 3
Tabel 2.1 Kandungan Metabolit Sekunder Buah Alpukat 7
Tabel 3.1 Kombinasi Perlakuan pada Rancangan Percobaan 24
Tabel 4.1 Tingkatan Aktivitas Antioksidan Menggunakan Metode DPPH 42
Tabel 4.2 Analisa Gugus Fungsi FT-IR 43
Tabel L1.1 Kadar Air Kulit Buah Alpukat 56
Tabel L1.2 Absorbansi Ekstrak Kulit Buah Alpukat pada Berbagai Suhu
dengan Kecepatan Pengadukan 300 rpm 57
Tabel L1.3 Koefisien Perpindahan Massa Ekstraksi Kulit Buah Alpukat pada
Berbagai Suhu dengan Kecepatan Pengadukan 300 rpm 58
Tabel L1.4 Aktivitas Antioksidan Kulit Buah Alpukat pada Berbagai Suhu
dengan Kecepatan Pengadukan 300 rpm 59
Tabel L1.5 Rendemen Ekstrak Kulit Buah Alpukat pada Berbagai Suhu dengan
Kecepatan Pengadukan 300 rpm 59
Tabel L3.1 Konsentrasi inhibisi pada Ekstraksi Suhu 60 oC dengan Kecepatan
Pengadukan 300 rpm 75
xv
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
LAMPIRAN 1DATA PENELITIAN 56
L1.1 KADAR AIR KULIT BUAH ALPUKAT 56
L1.2 ABSORBANSI EKSTRAK KULIT BUAH
ALPUKAT 57
L1.3 KOEFISIEN PERPINDAHAN MASSA
EKSTRAKSI KULIT BUAH ALPUKAT 58
L1.4 AKTIVITAS ANTIOKSIDAN KULIT
BUAH ALPUKAT 59
L1.5 RENDEMEN EKSTRAK KULIT BUAH ALPUKAT 59
LAMPIRAN 2 HASIL ANALISA 60
L2.1 HASIL ANALISA FLAVONOID STANDAR 60
L2.2 HASIL ANALISA ABSORBANSI
FLAVONOID EKSTRAK KULIT BUAH ALPUKAT 61
L2.3 HASIL ANALISA ABSORBANSI
AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK
KULIT BUAH ALPUKAT 65
LAMPIRAN 3 CONTOH PERHITUNGAN 68
L3.1 PEMBUATAN LARUTAN KIMIA 68
L3.1.1 Pembuatan Larutan Standar Kuersetin 68
L3.1.2 Pengenceran Larutan Kuersetin 68
L3.1.3 Pembuatan Larutan AlCl3 10% 69
L3.1.4 Pembuatan Larutan Na-asetat 1 M 69
L3.2 PENENTUAN KADAR AIR KULIT BUAH
ALPUKAT 69
L3.3 PENENTUAN KADAR TOTAL FLAVONOID 70
L3.3.1 Penentuan Kadar Total Flavonoid Percobaan 71
L3.4 PENENTUAN KOEFISIEN PERPINDAHAN MASSA 72
L3.5 PENENTUAN AKTIVITAS ANTIOKSIDAN 75
L3.6 PENENTUAN RENDEMEN EKSTRAK
xvi
Universitas Sumatera Utara
FLAVONOID 76
LAMPIRAN 4 DOKUMENTASI PENELITIAN 78
L4.1 FOTO SAMPEL KULIT BUAH ALPUKAT 78
L4.2 FOTO ALAT PENGERING/OVEN 79
L4.3 FOTO PROSES EKSTRAKSI 79
L4.4 FOTO ALAT SPEKTROFOTOMETRI
UV-VIS 80
L4.5 FOTO HASIL EKSTRAKSI 80
L4.6 FOTO HASIL RENDEMEN EKSTRAK 81
xvii
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR SINGKATAN
Singkatan Keterangan
AlCl3 Aluminium Klorida
DPPH 1,1-diphenyl-2-picrylhydrazyl
FTIR Fourier Transform Infra-Red
CRT Cathode Ray Tube
Na-asetat Natrium asetat
UV-VIS Ultraviolet Visible
xviii
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR SIMBOL
xix
Universitas Sumatera Utara
BAB I
PENDAHULUAN
2.1 ALPUKAT
Alpukat berasal dari Amerika dan menyebar hingga ke negara tropis dan sub-
tropis seperti Indonesia. Tanaman ini tumbuh baik di dataran rendah maupun dataran
tinggi dan biasanya lebih suka hidup di daerah dengan iklim yang basah dengan
curah hujan sekitar 1.500-3.000 mm per tahun. Hampir semua lapisan masyarakat di
Indonesia mengenal dan menyukai buah alpukat karena mempunyai kandungan gizi
yang baik (Putri, 2018). Tanaman alpukat berupa pohon dengan ketinggian 3-10 m,
rating tegak dan berambut halus, daun berdesakan di ujung ranting, bentuk bulat telur
atau corong, awalnya berbulu pada kedua belah permukaannya dan lama-kelamaan
menjadi licin (Felistiani, 2017).
Pada umumnya tanaman alpukat dapat tumbuh di dataran rendah sampai
dataran tinggi, yaitu 5-1500 m di atas permukaan laut. Tanaman ini akan tumbuh
subur dengan hasil yang memuaskan pada ketinggian 200-1000 m dpl. Suhu optimal
untuk pertumbuhan alpukat berkisar antara 12,8-28,3 °C. Mengingat tanaman alpukat
dapat tumbuh di dataran rendah sampai tinggi, tanaman alpukat dapat mentolelir
suhu udara antara 15-30 °C. Kebutuhan cahaya matahari untuk pertumbuhan alpukat
berkisar 40-80% (Sadwiyanti dkk., 2009). Alpukat termasuk dalam famili tumbuhan
Lauraceae yang banyak tumbuh di daerah tropis dan subtropis. Tanaman ini
merupakan salah satu tanaman obat yang sangat penting dan dimanfaatkan sebagai
obat tradisional untuk pengobatan seperti sariawan, kencing batu, darah tinggi, kulit
muka kering, sakit gigi, bengkak karena peradangan dan kencing manis (Katja dkk.,
2009).
Di Indonesia, buah alpukat sering dijumpai di pasar atau pusat perbelanjaan
karena memiliki manfaat yang banyak mulai dari biji, daging dan kulit buah (Yuan,
2017). Alpukat merupakan salah satu jenis buah yang digemari masyarakat karena
selain rasanya yang enak juga kandungan antioksidannya yang tinggi. Menurut
Vinha et al., dalam Pradita (2017), biji dan kulit buah alpukat memiliki kandungan
yang hampir sama, sehingga keduanya memiliki aktivitas sebagai antioksidan.
Bahkan aktivitas antioksidan dari kulit dan biji buah alpukat lebih tinggi
2.2 ANTIOKSIDAN
2.2.1 Pengertian Antioksidan
Antioksidan adalah suatu senyawa yang pada konsentrasi rendah secara
signifikan dapat menghambat atau mencegah oksidasi substrat dalam reaksi rantai.
Antioksidan dapat melindungi sel-sel dari kerusakan yang disebabkan oleh molekul
tidak stabil yang dikenal sebagai radikal bebas. Antioksidan dapat mendonorkan
elektronnya kepada molekul radikal bebas, sehingga dapat menstabilkan radikal
bebas dan menghentikan reaksi berantai. Contoh antioksidan antara lain β karoten,
likopen, vitamin C, vitamin E, dan sebagainya.
Secara kimia senyawa antioksidan adalah senyawa pemberi elektron ( elektron
donor). Secara biologis, pengertian antioksidan adalah senyawa yang dapat
menangkal atau meredam dampak negatif oksidan. Antioksidan bekerja dengan cara
2.3 FLAVONOID
Flavonoid adalah suatu kelompok senyawa fenol, terdapat sebanyak 4000
dalam bentuk senyawa polifenol yang dapat ditemukan di alam. Nama flavonoid
secara bahasa Latin “flavus” yang berarti bewarna kuning, yang merupakan jenis dari
metabolit sekunder (Borisha, 2017).
Flavonoid merupakan metabolit sekunder yang paling banyak jumlahnya yaitu
sekitar 5-10% total metabolit sekunder. Senyawa ini terdapat dalam tanaman
terutama yang berpembuluh (kecuali alga). Diperkirakan 2% dari karbon yang
Aglikon flavonoid mempunyai sifat kimia senyawa fenol, yaitu bersifat agak
asam sehingga dapat larut dalam basa. Kelarutan dalam larutan basa secara
berkelanjutan dan di samping itu terdapat oksigen, banyak yang akan terurai. Karena
10
11
2.5 EKSTRAKSI
Ekstraksi adalah suatu metode isolasi senyawa organik menggunakan pelarut
tertentu. Prinsipnya yaitu pemisahan didasarkan pada perpindahan dari zat yang
terlarut masuk ke dalam pelarut. Proses ekstraksi komponen kimia dalam sel sampel
yaitu pelarut organik akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel
yang mengandung zat aktif, zat aktif akan larut dalam pelarut organik di luar sel,
maka larutan terpekat akan berdifusi keluar sel dan proses ini akan berulang terus
sampai terjadi keseimbangan antara konsentrasi cairan zat aktif di dalam dan di luar
sel (Putri, 2018). Metode-metode ekstraksi dapat dibagi menjadi beberapa bagian,
yaitu dengan cara dingin, panas dan lainnya.
12
13
14
15
16
2.7 PELARUT
Pelarut harus mempunyai kemampuan untuk melarutkan solut sesempurna
mungkin. Kelarutan solut terhadap pelarut yang tinggi akan mengurangi jumlah
penggunaan pelarut, sehingga menghindarkan terlalu besarnya perbandingan antara
pelarut dan padatan (Nasir dkk., 2009). Pelarut yang digunakan harus dapat
mengekstrak substansi yang diinginkan tanpa melarutkan material lainnya. Pada
ekstraksi padat cair atau leaching merupakan transfer difusi komponen terlarut dari
padatan inert ke dalam pelarutnya. Proses ini bersifat fisik karena komponen terlarut
kemudian dikembalikan lagi ke keadaan semula tanpa mengalami perubahan
17
18
C* - CL KL A
ln * = -( )t (2.3)
C - CL0 V
C* - CL
Dengan membuat grafik hubungan ln vs t, maka KL sebagai koefisien
C* - CL0
perpindahan zat terlarut ke pelarut yang diam dapat ditentukan seperti yang
ditampilkan di grafik pada Gambar 2.3.
Y = a + bx
ln (CAS - CA) / (CAS - CAO)
-------------
y
b=
x
a --------------------------------
t (s)
C* - CL
Gambar 2.3 Hubungan ln vs t
C* - CL0
19
20
Analisa Kadar
Kulit buah alpukat Air Sampel
Proses ekstraksi
Filtrat Residu
Koefisien
Perpindahan Massa
21
22
3
6
1 7
Keterangan Gambar:
1. Statif
2. Klem
3. Batang pengaduk
4. Beaker glass
5. Hot Plate
6. Motor Pengaduk
7. Termometer
8. Aluminium foil
23
24
25
26
27
28
29
30
80
Kadar Total Flavonoid (ppm)
70
60
50
40 (oC)
40
50 (oC)
30 60 (oC)
20 70 (oC)
10
0
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
Waktu (menit)
Lama kontak zat terlarut dengan pelarut akan meningkatkan kelarutan material
yang diekstrak sehingga kecepatan ekstraksi juga meningkat (Ibrahim dkk., 2015).
Keadaan tersebut akan terus berlanjut hingga padatan dan cairan mengalami
kejenuhan sesuai dengan hukum kedua Fick tentang difusi yang menyatakan bahwa
setelah waktu tertentu, akan terjadi kesetimbangan antara zat terlarut (padatan)
dengan pelarut (Chew dkk., 2011). Waktu ekstraksi sangat berpengaruh terhadap
senyawa yang dihasilkan. Waktu ekstraksi yang tepat akan menghasilkan senyawa
yang optimal. Waktu ekstraksi yang terlalu lama akan menyebabkan ekstrak
terhidrolisis, sedangkan waktu ekstraksi yang terlalu singkat menyebabkan tidak
semua senyawa aktif terekstrak dari bahan (Yuliantari dkk., 2017).
Yield pada suhu 40 oC naik ke suhu 50 oC pada kondisi keadaan setimbang,
dengan persentase kenaikan sebesar 69,28% kemudian dari suhu 50 oC ke suhu 60 oC
mengalami kenaikan lagi dengan persentase sebesar 30,94%. Namun, yield dari suhu
60 oC menuju suhu 70 oC mengalami penurunan yaitu sebesar 49,43%. Persentase
kenaikan yield kadar total flavonoid secara signifikan terjadi dari suhu 40 oC menuju
50 oC.
31
32
C* - CL
hubungan ln vs waktu digunakan untuk memperoleh nilai koefisien
C* - CL0
C* - CL
perpindahan massa (KL). Hubungan antara waktu ekstraksi dengan ln pada
C* - CL0
berbagai suhu ekstraksi dapat dilihat pada Gambar 4.2, Gambar 4.3, Gambar 4.4, dan
Gambar 4.5.
33
-1.5
-2.0
y = -0,040x
-2.5 R² = 0,937
-3.0
-3.5
-4.0
t (menit)
C* - CL
Gambar 4.2 Hubungan ln vs Waktu Ekstraksi pada Suhu 40 oC
C* - CL0
0.0
-0.5 0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65
-1.0
ln (C* - CL) / (C* - CLO)
-1.5
-2.0
-2.5 y = -0.0634x
-3.0 R² = 0.8935
-3.5
-4.0
-4.5
-5.0
t (menit)
C* - CL
Gambar 4.3 Hubungan ln vs Waktu Ekstraksi pada Suhu 50 oC
C* - CL0
34
C* - CL
Gambar 4.4 Hubungan ln dengan Waktu Ekstraksi pada Suhu 60 oC
C* - CL0
0.0
-0.5 0 5 10 15 20 25 30 35 40 45
-1.0
ln (C* - CL) / (C* - CLO)
-1.5
-2.0
-2.5
-3.0
-3.5
y = -0.1053x
-4.0 R² = 0.9047
-4.5
-5.0
-5.5
t (menit)
C* - CL
Gambar 4.5 Hubungan ln dengan Waktu Ekstraksi pada Suhu 70 oC
C* - CL0
C* - CL
Dari nilai slope yang diperoleh pada hubungan ln dengan waktu
C* - CL0
ekstraksi pada berbagai suhu, maka dapat ditentukan nilai koefisien perpindahan
massa yang terjadi selama proses ekstraksi berlangsung. Nilai koefisien perpindahan
35
0.8
0.700
0.7
0.6
0.487
KL (cm/det)
0.5 0.420
0.4
0.267
0.3
0.2
0.1
0
35 40 45 50 55 60 65 70 75
T (OC)
Gambar 4.6 Nilai Koefisien Perpindahan Massa pada Setiap Suhu Ekstraksi
Dari Gambar 4.6 terlihat bahwa nilai KL semakin besar dengan meningkatnya
suhu ekstraksi. Hal ini karena semakin tinggi suhu ekstraksi, maka semakin banyak
kadar total flavonoid yang terekstrak seiring dengan bertambahnya waktu ekstraksi
sehingga koefisien perpindahan massa juga semakin meningkat. Adapun pada suhu
70 oC, kadar total flavonoid menurun tetapi nilai koefisien perpindahan massa
meningkat. Hal ini dapat disebabkan karena pada suhu 70 oC senyawa flavonoid
mulai terdekomposisi dan pelarut etanol yang memiliki titik didih 78,3 oC (Putri,
2017) mulai mengalami penguapan sehingga menyebabkan ekstrak padatan
flavonoid dalam larutan ekstraksi ikut menguap sehingga kadar total flavonoid
semakin rendah dimana pada penelitian ini, galat suhu yang digunakan adalah ± 5 oC.
Namun suhu tinggi dapat mengakibatkan difusivitas zat terlarut pada pelarut
berlangsung lebih cepat sehingga nilai koefisien perpindahan massa meningkat.
36
37
-0.2
-0.4
-0.6
ln KL
R² = 0,970
-0.8
-1.0
-1.2
Dari persamaan regresi linear pada Gambar 4.7 diperoleh nilai ln KL= -
3,2709/T + 9,1673. Dari persamaan Ea/R=slope, maka diperoleh nilai Ea sebesar
3,2709.R J/mol, dengan nilai R = 8,314 J/Kmol sehingga diperoleh nilai energi
aktivasi (Ea) sebesar 27,188 J/mol. Nilai faktor frekuensi (A) diperoleh dari ln A
yang merupakan nilai intersep dari persamaan regresi, dimana ln A = 9,1673
sehingga diperoleh nilai A sebesar 9.575,854. Maka persamaan Arrhenius pada
Persamaan 2.6 dapat ditulis menjadi Persamaan 4.1.
KL = 9.575,854 𝑒 27,188/𝑅𝑇 (4.1)
Dari persamaan di atas dapat dilihat bahwa energi aktivasi minimum dibutuhkan agar
perpindahan massa dapat terjadi adalah sebesar 27,188 J/mol dan faktor frekuensi
sebesar 9.575,854.
Frekuensi pada proses ekstraksi merupakan jumlah tumbukan yang terjadi
antara molekul-molekul flavonoid dalam pelarut etanol per satuan waktu. Faktor
frekuensi dan energi aktivasi dapat mempengaruhi nilai koefisien perpindahan massa
pada proses ekstraksi. Dari Gambar 4.7 dengan mengikuti persamaan arrhenius yang
diperoleh pada Persamaan 4.1, dapat dilihat bahwa semakin tinggi nilai faktor
38
39
100
80.318
80
60
36.720
40
18.674
20
0
Vitamin C Flavonoid 40 (⁰C) 50 (⁰C) 60 (⁰C) 70 (⁰C)
Daun
Bayam
Merah
Antioksidan
40
41
Berdasarkan Tabel 4.1 maka dapat disimpulkan bahwa pada hasil penelitian
ini, ekstraksi pada suhu 60 oC memiliki aktivitas antioksidan yang bersifat aktif
sedangkan pada suhu 40 oC, 50 oC dan 70 oC memiliki aktivitas antioksidan yang
sedang.
42
60
C-H
40
O-H 1650,3
20 3350,2
651,4
0
3900 3400 2900 2400 1900 1400 900 400
Wavenumber (cm-1)
300
Gambar 4.9 Karakteristik FTIR (Fourrier Transform Infra Red) Flavonoid dari
Ekstraksi Kulit Buah Alpukat Suhu 60 oC dengan Kecepatan
Pengadukan 300 rpm
43
7
6.20
Rendemen Ekstrak (%)
6 5.27
5.06
5 4.33
4
3
2
1
0
40 50 60 70
T (oC)
44
45
5.1 KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian yang telah dilakukan adalah:
1. Kulit buah alpukat memiliki kadar air sebesar 77,878%.
2. Kadar total flavonoid pada setiap variasi suhu meningkat seiring dengan
semakin lamanya waktu ekstraksi.
3. Kadar total flavonoid semakin meningkat seiring dengan meningkatnya
suhu ekstraksi, namun pada suhu 70 oC kadar total flavonoid mengalami
degradasi.
4. Kadar total flavonoid tertinggi diperoleh pada ekstraksi suhu 60 oC yaitu
67,055 ppm dengan waktu kesetimbangan ekstraksi selama 50 menit.
5. Nilai koefisien perpindahan massa (KL) tertinggi diperoleh pada suhu 70 oC
yaitu sebesar 0,486 cm/det.
6. Persamaan koefisien perpindahan massa pada proses ekstraksi adalah KL =
27,188
9.575,854 𝑒 RT .
7. Jenis aktivitas antioksidan yang diperoleh dari ekstraksi kulit buah alpukat
adalah bersifat kuat pada suhu 60 oC dan sedang pada suhu 40, 50 dan 70
o
C.
8. Rendemen ekstrak yang diperoleh meningkat seiring dengan bertambahnya
suhu ekstraksi, namun pada suhu 70 oC rendemen ekstrak mengalami
penurunan.
9. Nilai rendemen ekstrak tertinggi terdapat pada suhu 60 oC yaitu sebesar
6,20%.
5.2 SARAN
Penelitian selanjutnya disarankan untuk:
1. Memvariasikan rasio padatan-cairan yang digunakan pada proses ekstraksi
kulit buah alpukat lebih lanjut.
2. Meneliti tentang ekstraksi senyawa metabolit sekunder lainnya pada kulit
buah alpukat.
46
47
Abubakar, Andi Nur Fitriani., Aisyah, dan Maswati Baharuddin. 2014. Isolasi
Senyawa Aktif Ekstrak Etanol Biji Alpukat (Persea americana) dan Uji
Toksisitas terhadap Artemia salina Leach. Jurnal Kimia 2(1): 25–32.
Amanto, Bambang Sigit., Siswanti dan Angga Atmaja. 2015. Kinetika Pengeringan
Temu Giring (Curcuma heyneana Valeton dan van Zijp) menggunakan Cabinet
Dryer dengan Perlakuan Pendahuluan Blanching. Jurnal Teknologi Hasil
Pertanian 8(2): 107-114.
Aminah., Nurhayati Tomayahu dan Zainal Abidin. 2017. Penetapan Kadar Flavonoid
Total Ekstrak Etanol Kulit Buah Alpukat (Persea Americana Mill.) dengan
Metode Spektrofotometri Uv-Vis. Jurnal Fitofarmaka Indonesia 4(2):226-230.
AOAC. 1995. Official Methods of Analysis of the Association of Official
Analyticial. Chemists. Washington.
Benchikh Yassine dan Hayette Louaileche. 2014. Effect of Extraction Conditions on
the Recovery of Phenolic Compounds and In Vitro Antioxidant Activity of
Carob (Ceratonia siliqua L.) Pulp. Acta Botanica Gallica 161(2): 175-181.
Borisha, Inggit. 2017. Isolasi, Karakterisasi, dan Uji Bioaktivitas Antibakteri
Senyawa Flavonoid dari Fraksi Semi Polar Kulit Akar Tumbuhan Pudau
(Artocarpus kemando Miq.). Skripsi. Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Lampung. Bandar Lampung.
Budi, Faleh Setia dan Setia Budi Sasongko. 2009. Koefisien Transfer Massa pada
Proses Ekstraksi Kayu Manis (Cinnamomum burmanni). Reaktor 12(4): 232-
238.
Budiyati, Eni dan Asha Tridayana. 2013. Pengaruh Kecepatan Putaran Pengaduk
terhadap Konsentrasi Polifenol, kca, dan De pada Ekstraksi Polifenol dari Kulit
Apel Malang. Simposium Nasional RAPI XII: 82-88.
Cai, Weirong., Xiaohong Gu, dan Jian Tang. 2010. Extraction, Purification, and
Characterisation of the Flavonoids from Opuntia milpa alta Skin. Czech
Journal of Food Sciences 28(2):108–116.
Chew, K.K., Kho, M.Z., Ng, S.Y., Thoo, Y.Y., Wan Aida, W.M dan Ho, C.W. 2011.
Effect of Ethanol Concentration, Extraction Time and Extraction Temperature
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65
66
67
V1 = 1 ml
L3.1.2.2 Membuat Larutan dengan Konsentrasi 30 ppm dan Volume 10 ml
M1 x V1 = M2 x V2
100 ppm x V1 = 30 ppm x 10 ml
30 ppm x 10 ml
V1 =
100 ppm
V1 = 3 ml
L3.1.2.3 Membuat Larutan dengan Konsentrasi 50 ppm dan Volume 10 ml
M1 x V1 = M2 x V2
100 ppm x V1 = 50 ppm x 10 ml
50 ppm x 10 ml
V1 =
100 ppm
V1 = 5 ml
68
V1 = 7 ml
m 1000
M= x
mr V
m 1000
1M= x
82,03 10
m = 0,8 g
69
10,03 2,25
Kadar air (basis kering) x 100%
10,03
70
2.0
Absorbansi
1.5
y = 0.0219x + 0.0745
R² = 0.9778
1.0
0.5
0.0
0 20 40 60 80 100 120
Konsentrasi (ppm)
x = 67,05 ppm
71
sebagai koefisien perpindahan zat terlarut ke pelarut yang diam dapat ditentukan.
Perpindahan massa zat terlarut ke dalam badan pelarut dapat terjadi karena adanya
perubahan konsentrasi sehingga semakin lama waktu ekstraksi maka diperoleh
beda konsentrasi yang semakin kecil hingga tidak ada lagi senyawa flavonoid
yang berpindah.
o
Contoh perhitungan untuk suhu ekstraksi 40 C dengan kecepatan
pengadukan 300 rpm
CL (konsentrasi pada waktu t = 5 menit) : 5,27 ppm
C* (Konsentrasi pada waktu setimbang ) : 30,25 ppm
CL0( Konsentrasi pada waktu awal ) : 0 ppm
A (Luas Permukaan sampel ) : 1 x 1 cm2
V (volume pelarut ) : 400 cm3
Sehingga,
C* - CL 30,251−5,274
ln * = ln
C - CL0 30,251−0
= - 0,192
C* - CL
Dengan menggunakan cara yang sama dihitung ln sampai waktu
C* - CL0
kesetimbangan terjadi. Sehingga data yang didapat dapat dilihat pada Tabel L1.2.
C* - CL
Dari data tersebut, diperoleh grafik antara ln dengan waktu (t) seperti pada
C* - CL0
72
C* - CL
Gambar L3.2 ln vs Waktu Ekstraksi pada Suhu 40 oC
C* - CL0
Sehingga:
KL A
−( ) = slope
V
KL A
−( )= - 0,040
V
𝐾𝐿 1 𝑐𝑚2
−( ) = - 0,040
400 𝑐𝑚3
KL = 0,267 cm/det
Penentuan koefisien perpindahan massa (KL) bertujuan untuk mengetahui
proses perpindahan massa yang terjadi pada ekstraksi dan variabel-variabel yang
mempengaruhi perilaku perpindahan massa dalam sistem seperti ukuran padatan,
kecepatan putar pengadukan, temperatur dalam cairan, serta jenis dan konsentrasi
cairan. Sehingga dapat dipelajari pengaruh variabel-variabel tersebut terhadap
koefisien perpindahan massanya. Nilai koefisien perpindahan massa (KL) semakin
besar dengan semakin tingginya temperatur dalam proses ekstraksi, hal tersebut
73
-0.2
-0.4
R² = 0.9701
-0.8
-1.0
-1.2
Sehingga,
𝐸𝑎
− ( ) = slope *R = konstanta gas = 8,314 J/Kmol
𝑅
𝐸𝑎
−( ) = - 3,270
8,314
Ea = 27,188 J/mol
ln A = 9,167
A = 9.575,854
74
75
Y = 0,44x + 14,66
50 = 0,44x + 14,66
50-14,66
x= 0,44
x = 80,318
Maka didapat nilai IC50 pada sampel ekstraksi suhu 60 oC dengan kecepatan
pengadukan 300 rpm adalah 80,318.
76
0,65
Rendemen = 15 x 100%
Rendemen = 4,33%
Adapun hasil rendemen ekstrak flavonoid kulit buah alpukat dapat dilihat
pada Tabel L1.6.
77
78
79
80
81