Anda di halaman 1dari 73

EKSTRAKSI MINYAK TERPENTIN DARI GETAH

PINUS DENGAN METODE MICROWAVE ASSISTED


HYDRO-DISTILLATION (MAHD)

SKRIPSI

OLEH:

JUWAIRIAH SIREGAR
150405048

DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
SEPTEMBER 2020
EKSTRAKSI MINYAK TERPENTIN DARI GETAH
PINUS DENGAN METODE MICROWAVE ASSISTED
HYDRO-DISTILLATION (MAHD)

SKRIPSI

Oleh

JUWAIRIAH SIREGAR
150405048

SKRIPSI INI DIAJUKAN UNTUK MELENGKAPI


SEBAGIAN PERSYARATAN MENJADI SARJANA
TEKNIK

DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
SEPTEMBER 2020
i
ii
iii
iv
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan
kasih dan karunia-Nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Tulisan ini
merupakan Skripsi dengan judul “Ekstraksi Minyak Terpentin dari Getah
Pinus dengan Metode Microwave Assisted Hydro-Distillation (MAHD)”
berdasarkan hasil penelitian yang penulis lakukan di Laboratorium Penelitian
Departemen Teknik Kimia, Universitas Sumatera Utara, Sumatera Utara. Skripsi
ini merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana teknik.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi gambaran kepada dunia industri
tentang penggunan getah pinus sebagai bahan baku dalam pembuatan minyak
terpentin ramah lingkungan sehingga dihasilkan produk yang dapat digunakan
sebagai bahan baku industri cat, batik, sabun, tinta cetak, politer, farmasi,
kosmetik, dll.

Selama melakukan penelitian sampai penulisan skripsi ini, penulis banyak


mendapat bantuan dari berbagai pihak, untuk itu penulis mengucapkan terima
kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada :
1. Ibu Dra. Siswarni MZ., MS., selaku Dosen Pembimbing I yang telah
memberikan pengarahan dan masukan selama melakukan penelitian dan
penulisan skripsi ini.
2. Ibu Maya Sarah, ST., MT., Ph.D, IPM., selaku Dosen Pembimbing II yang
telah dan memberikan pengarahan dan masukan selama melakukan penelitian
dan penulisan skripsi ini dan selaku Ketua Departemen Teknik Kimia,
Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Dr. Eng. Rondang Tambun, ST, MT., selaku Dosen Penguji I dan
Bapak Okta Bani, ST, MT., selaku Dosen Penguji II yang telah memberikan
saran dan masukan yang membangun dalam penulisan skripsi ini.
4. Bapak Ir. Bambang Trisakti, M.T selaku Koordinator Penelitian.
5. Seluruh Dosen/Staf Pengajar dan Pegawai Administrasi Departemen Teknik
Kimia.
6. Keluarga tercinta, Umi, Buya, Ujing, Abang Abuzar Al-gifari Siregar, Kakak
Hafizah Siregar, Abang Muhammad Huzaifah Siregar, Adik Kaffy Hanzallah,

v
vi
DEDIKASI

Skripsi ini saya persembahkan untuk :

Umi & Buya yang kucinta


Diapari siregar & Ratna Mauli Lubis

Kepada dua insan yang bahagiaku, surga mereka


dan piluku, duka mereka
Tak perduli hari masih berselimutkan kabut dan embun pagi yang
dingin menusuk tulang belakang
Kalian sudah siap untuk melangkah, mencari nafkah demi kami,
keempat anakmu yang Allah kehendaki tumbuhnya berasal dari
tetes keringatmu
Selalu terbesit, ketika kepolosanku masih mengudara,
nasihatmu terdengar riuh di telinga
Namun kini, nasihat-nasihat itulah yang kupegang erat
dalam menjalani hidup ini
Kini, satu langkah besar sudah kuselesaikan, umi..buya..
Tak mungkin bisa tanpa do’a yang selalu kalian panjatkan
Terima kasih Yaa Allah..
Kau jadikan mereka, orang tua ku

vii
RIWAYAT HIDUP PENULIS

Nama: Juwairiah Siregar


NIM: 150405048
Tempat/Tgl. Lahir: Medan/01 April 1998
Nama Orang Tua : Dr. Ir. Diapari Siregar, MP. & Ir. Ratna Mauli
Lubis, MP.
Alamat Orang Tua : Jalan Genteng Ujung Gang. Keluarga No. 09
Medan Delitua Km. 11

Asal Sekolah :
 TK MIS Islamiyah Guppi, tahun 2002-2003
 SD MIS Islamiyah Guppi, tahun 2003-2009
 SMP Negeri 2 Medan ,tahun 2009-2012
 SMA Negeri 13 Medan, tahun 2012-2015
 Universitas Sumatera Utara Fakultas Teknik Jurusan Teknik Kimia
tahun 2015-2020
Pengalaman Organisasi/Kerja:
1. Himpunan Mahasiswa Teknik Kimia (HIMATEK) FT USU periode
2015/2019 sebagai anggota.
2. Covalen Study Group (CSG) Teknik Kimia USU periode 2016/2017
sebagai anggota dakwah.
3. Kerja Praktek di PT. Semen Padang.

viii
EKSTRAKSI MINYAK TERPENTIN DARI GETAH PINUS
DENGAN METODE MICROWAVE MICROWAVE ASSISTED
HYDRO-DISTILLATION (MAHD)

ABSTRAK

Minyak terpentin merupakan hasil distilasi getah pohon pinus. Kandungan utama minyak
terpentin adalah α-pinene yang dapat digunakan untuk sintesis senyawa organik seperti
cat dan karbol. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari proses ekstraksi minyak
terpentin dengan metode Microwave Assisted Hydro-Distillation (MAHD). Dalam
penelitian ini dipelajari pengaruh waktu, daya dan volume bahan baku pada proses
MAHD. Variabel yang diamati pada penelitian ini adalah waktu (30, 60 dan 90 menit),
daya (300, 450 dan 600 Watt) dan volume bahan baku (150, 200 dan 250 mL). Kualitas
minyak terpentin seperti warna, berat jenis, dan indeks bias diuji sesuai SNI 7633-2011,
sedangkan kadar α-pinene dianalisis menggunakan GCMS. Penelitian ini menghasilkan
yield tertinggi 27,31% pada ekstraksi bahan baku sebesar 150 mL menggunakan daya
600Watt selama 60 menit dengan kandungan α-pinene 68,53%, 3-carene 14,31% dan β-
pinene 5,23%. Minyak terpentin memiliki karakteristik berwarna bening dengan indeks
3
bias 1,467 dan berat jenis 0,853 g/cm . Hasil penelitian menyimpulkan energi microwave
berpotensi besar digunakan sebagai sumber energi bagi proses ekstraksi minyak terpentin
dari getah pinus karena dapat menghasilkan minyak terpentin dalam waktu singkat.

Kata Kunci : minyak terpentin, microwave hydro-distillation, getah pinus.

ix
TURPENTINE OIL EXTRACTION FROM PINE RESIN BY
MICROWAVE ASSISTED HYDRO-DISTILLATION (MAHD)

ABSTRACT

Turpentine oil obtained from pine resin plant consists of α-pinene utilized to
synthesize organic compound used to produce paint and disinfectant for example.
This project aims to study extraction of turpentine oil by Microwave Assisted
Hydro-Distillation (MAHD). This study evaluates effect of time, power and
volume of pine resin to turpentine oil characteristic. Variables observed in this
study are time (30 to 90 min), power (300 to 600 Watt) and material (150 to 250
mL). Turpentine oil quality such as color, density and refractive index are
identified with respect to SNI 7633-2011 while α-pinene concentration
determined using GCMS. Highest yield is 27.31% obtained from extraction of
150 mL pine resin using 600 Watt of microwave power for about 60 min.
Chemical composition of turpentine oil at that certain condition are α-pinene of
68,53%, 3-carene of 14,31% and β-pinene of 5,23% respectively. Turpentine oil
product has characteristic of clear color with refractive index of 1.467 and density
of 0.853 g/cm3. This study concludes microwave energy very potential to be
utilized as source of energy to extract turpentine oil from pine resin as it
proceeding very rapidly.

Keywords: turpentine oil, microwave hydro-distillation, pine resin

x
DAFTAR ISI

Halaman
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI i
LEMBAR PENGESAHAN ii
LEMBAR PERSETUJUAN iii
PRAKATA v
DEDIKASI vi
RIWAYAT HIDUP PENULIS viii
ABSTRAK ix
ABSTRACT x
DAFTAR ISI xi
DAFTAR GAMBAR xiv
DAFTAR TABEL xv
DAFTAR LAMPIRAN xvi
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 LATAR BELAKANG 1
1.2 PERUMUSAN MASALAH 2
1.3 TUJUAN PENELITIAN 3
1.4 MANFAAT PENELITIAN 3
1.5 RUANG LINGKUP PENELITIAN 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5
2.1 POHON PINUS 5
2.2 MINYAK PINUS/TERPENTIN 6
2.3 KANDUNGAN KIMIA MINYAK TERPENTIN ...........................8
2.4 EKSTRAKSI MINYAK TERPENTIN ............................................9
2.5 METODE EKSTRAKSI MINYAK TERPENTIN ........................10
2.5.1 Ekstraksi Minyak Terpentin Menggunakan Metode Destilasi
Fraksinasi ..............................................................................10
2.5.2 Ekstraksi Minyak Terpentin Menggunakan Metode Destilasi
Uap ........................................................................................10
2.5.3 Metode Microwave Assisted Hydrodistillation (MAHD) .....11

xi
BAB III METODOLOGI PERCOBAAN ..............................................................13
3.1 LOKASI PENELITIAN .................................................................13
3.2 BAHAN DAN PERALATAN .......................................................13
3.2.1 BAHAN .................................................................................13
3.2.2 PERALATAN .......................................................................13
3.3 RANCANGAN PENELITIAN ......................................................14
3.4 RANCANGAN PERCOBAAN .....................................................15
3.5 PROSEDUR PERBOBAAN ..........................................................16
3.5.1 Persiapan Bahan Baku ..........................................................16
3.5.2 Perhitungan Kadar Air Bahan Baku ......................................16
3.5.3 Proses Ekstraksi .....................................................................16
3.5.4 Pengukuran Rendemen Minyak ............................................16
3.5.4 Penentuan Densitas Minyak ..................................................17
3.5.5 Penentuan Indeks Bias Minyak .............................................17
3.5.7 Analisa Kadar α-pinena ........................................................17
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN................................................................18
4.1 PROSES EKSTRAKSI MINYAK TERPENTIN DARI GETAH
PINUS MENGGUNAKAN METODE MICROWAVE
HYDRODISTILLATION .................................................................18
4.2 PROFIL SUHU PADA MINYAK TERPENTIN ..........................19
4.3 PARAMETER YANG BERPENGARUH PADA EKSTRAKSI
MINYAK TERPENTIN MENGGUNAKAN METODE MAHD .20
4.3.1 Pengaruh Daya Microwave terhadap Yield Minyak
Terpentin ...............................................................................20
4.3.2 Pengaruh Daya Micrwave terhadap Volume Minyak
Terpentin ...............................................................................24
4.3.3 Pengaruh Waktu Ekstraksi terhadap Yield Minyak
Terpentin ...............................................................................26
4.3.4 Pengaruh Daya Microwave terhadap Densitas Minyak
Terpentin ...............................................................................26
4.3.5 Pengaruh Daya Microwave terhadap Indeks Bias Minyak
Terpentin ...............................................................................28

xii
4.4 IDENTIFIKASI KOMPOSISI MINYAK TERPENTIN
MENGGUNAKAN GCMS 30
4.5 HASIL KUALITAS MINYAK TERPENTIN ..............................32
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN................................................................33
5.1 KESIMPULAN ..............................................................................33
5.2 SARAN ...........................................................................................33
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................34
LAMPIRAN A DATA PERCOBAAN ...............................................................38
LAMPIRAN B CONTOH PERHITUNGAN 42
LAMPIRAN C DOKUMENTASI PENELITIAN 44
LAMPIRAN D HASIL UJI LABORATORIUM 48
LAMPIRAN E FLOWCHART PERCOBAAN 50

xiii
DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 2.1 Pohon Pinus Merkusii.......................................................................5
Gambar 2.2 Stuktur Senyawa Penyusun Minyak Terpentin ................................8
Gambar 3.1 Rangkaian Peralatan Microwave Hydrodistillation........................13
Gambar 3.2 Skema Rancangan Penelitian .........................................................14
Gambar 4.1 Profil Suhu untuk Berbagai Daya Microwave pada Volume
Bahan Baku 150 mL .....................................................................20
Gambar 4.2 Pengaruh Daya Microwave terhadap Yield Minyak Terpentin.......21
Gambar 4.3 Pengaruh Daya Microwave terhadap Volume Minyak Terpentin ..24
Gambar 4.4 Pengaruh Daya Microwave terhadap Densitas Minyak Terpentin 27
Gambar 4.5 Pengaruh Daya Microwave terhadap Indeks Bias Minyak
Terpentin ........................................................................................29
Gambar 4.6 Anlisis GC-MS terhadap Minyak Terpentin menggunakan Metode
Microwave Hydrodistillation dengan Volume Bahan Baku 150 mL
dan Daya 600 Watt Pada Waktu 60 Menit .....................................31
Gambar C.1 Sampel Getah Pinus Merkusii ....................................................44
Gambar C.2 Kadar Air Getah Ppinus Merkusii 44
Gambar C.3 Ekstraksi Minyak Terpentin 45
Gambar C.4 Hasil Ekstraksi Minyak Terpentin 45
Gambar C.5 Minyak Terpentin Berbagai Variasi 46
Gambar C.6 Minyak Terpentin Ekstraksi Microwave hydrodistillation 46
Gambar C.7 Alat GC-MS 47
Gambar D.1 Anlisis GC-MS (Gas Chromatography Spectrofotometer) ............48
Terhadap Minyak Terpentin Menggunakan Metode Microwave
Hydrodistillation dengan Volume Bahan Baku 150 mL dan
Daya 600 Watt Pada Waktu 60 Menit
Gambar E.1 Flowchart Persiapan Bahan Baku 50
Gambar E.2 Flowchart Perhitungan Kadar Air .................................................51
Gambar E.3 Flowchart Proses Ekstraksi Minyak Terpentin 52
Gambar E.4 Flowchart Pengukuran Densitas Minyak Terpentin 53

xiv
Gambar E.5 Flowchart Analisis Indeks Bias 53

xv
DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 2.1 Standar Mutu Minyak Terpentin Berdasarkan Sifat Fisika dan Sifat
Kimiawi Menurut SNI 7633-2011 ...........................................................8
Tabel 2.2 Komponen Kimia dalam Getah Pinus .....................................................9
Tabel 2.3 Nilai Konstanta Dieletrik (dielectric constant) (ℇ ’) untuk Beberapa
Pelarut pada 2450 MHz dan Temperatur Kamar (Metaxas, 1996)........12
Tabel 3.1 Rancangan Percobaan Penelitian ...........................................................15
Tabel 4.1 Hasil Analisa Kualitatif Minyak Terpentin ...........................................32
Tabel A.1 Massa Minyak dan Rendemen Minyak Terpentin dari Getah Pinus
dengan Daya Microwave 300 Watt 38
Tabel A.2 Massa Minyak dan Rendemen Minyak Terpentin dari Getah Pinus
dengan Daya Microwave 450 Watt 38
Tabel A.3 Massa Minyak dan Rendemen Minyak Terpentin dari Getah Pinus
dengan Daya Microwave 600 Watt 39
Tabel A.4 Massa Jenis dan Indeks Bias Minyak Terpentin dari Getah Pinus
dengan Daya Microwave 300 Watt 39
Tabel A.5 Massa Jenis dan Indeks Bias Minyak Terpentin dari Getah Pinus
dengan Daya Microwave 450 Watt 40
Tabel A.6 Massa Jenis dan Indeks Bias Minyak Terpentin dari Getah Pinus
dengan Daya Microwave 600 Watt 40
Tabel A.7 Data GC-MS dari Minyak Terpentin dari Getah Pinus Menggunakan
Metode Microwave Hydro-distillation 41

xvi
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman
LAMPIRAN A DATA HASIL PERCOBAAN 38
LA-1 MASSA DAN RENDEMEN MINYAK TERPENTIN
DARI GETAH PINUS DENGAN DAYA MICROWAVE
300 WATT 38
LA-2 MASSA DAN RENDEMEN MINYAK TERPENTIN
DARI GETAH PINUS DENGAN DAYA MICROWAVE
450 WATT 38
LA-3 MASSA DAN RENDEMEN MINYAK TERPENTIN
DARI GETAH PINUS DENGAN DAYA MICROWAVE
600 WATT 39
LA-4 MASSA JENIS DAN INDEKS BIAS MINYAK
TERPENTIN DARI GETAH PINUS DENGAN DAYA
MICROWAVE 300 WATT 39
LA-5 MASSA JENIS DAN INDEKS BIAS MINYAK
TERPENTIN DARI GETAH PINUS DENGAN DAYA
MICROWAVE 450 WATT 40
LA-6 MASSA JENIS DAN INDEKS BIAS MINYAK
TERPENTIN DARI GETAH PINUS DENGAN DAYA
MICROWAVE 600 WATT 40
LA-7 DATA GC-MS MINYAK TERPENTIN DARI GETAH
PINUS MENGGUNAKAN METODE MICROWAVE
HYDRO-DISTILLATION 41
LAMPIRAN B CONTOH HASIL PERHITUNGAN 42
LB-1 CONTOH PERHITUNGAN KADAR AIR 42
LB-2 CONTOH PERHITUNGAN DENSITAS 42
LB-3 CONTOH PERHITUNGAN YIELD MINYAK
TERPENTIN 43
LAMPIRAN C DOKUMENTASI HASIL PENELITIAN 44
LC-1 SAMPEL GETAH PINUS MERKUSI 44

xvii
LC-2 MENGHITUNG KADAR AIR SAMPEL GETAH
PINUS MERKUSII 44
LC-3 EKSTRAKSI MINYAK TERPENTIN MICROWAVE
HYDRODISTILLATION 45
LC-4 HASIL EKSTRAKSI MINYAK TERPENTIN 45
LC-5 MINYAK TERPENTIN BERBAGAI VARIASI 46
LC-6 MINYAK TERPENTIN EKSTRAKSI MICROWAVE
HYDRODISTILLATION 46
LC-7 ALAT GC-MS 47
LAMPIRAN D HASIL UJI LABORATORIUM 48
LD-1 HASIL UJI GC-MS 48
LAMPIRAN E FLOWCHART PERCOBAAN 50
LE-1 FLOWCHART PERSIAPAN BAHAN BAKU 50
LE-2 FLOWCHART PERHITUNGAN KADAR AIR 51
LE-3 FLOWCHART PROSES EKSTRAKSI MINYAK
TERPENTIN 52
LE-4 FLOWCHART PENGUKURAN DENSITAS
MINYAK TERPENTIN 53
LE-5 FLOWCHART ANALISIS INDEKS BIAS 53

xviii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Indonesia termasuk salah satu negara penghasil minyak terpentin. Minyak
terpentin sering disebut dengan spirits of turpentine berupa cairan yang mudah
menguap, berasal dari hasil penyulingan getah pohon pinus. Di Indonesia jenis
pohon pinus penghasil minyak terpentin hampir seluruhnya berasal dari Pinus
merkusii yang merupakan tanaman asli Indonesia dimana keberadaannya terus–
menerus dikembangkan dan diperluas penanamannya untuk penghasil kayu,
produksi getah dan konservasi lahan (Eka dan Florentina, 2017).
Terpentin adalah cairan lengket berwarna kuning muda hingga coklat yang
diperoleh dari olahan getah berbagai pohon pinus. Getah tersebut bila disuling
akan menghasilkan minyak terpentin dan juga dapat menghasilkan residu lain,
misalnya resin. Cara umum di Indonesia untuk memisahkan minyak terpentin dan
gondorukem ialah dengan cara distilasi uap (disuling), yaitu dengan cara
mengeluarkan minyak terpentin bersama uap air, sisanya itulah yang
disebut gondorukem (Hidayati, et al., 2014). Disamping itu hasil penyadapan
memiliki banyak manfaat yaitu sebagai bahan baku minyak terpentin,
gondorukem, bahan sabun, perekat, cat, dan kosmetik (Kencanawati, 2017).
Beberapa metode ekstraksi telah dilakukan salah satunya adalah ekstraksi
dengan pelarut menggunakan metode destilasi fraksinasi. Metode ini terbukti
mampu mengekstrak kandungan suatu bahan dengan maksimal. Namun metode
destilasi fraksinasi ini memiliki beberapa kelemahan diantaranya dibutuhkan
pelarut untuk mengekstrak kandungan minyak sehingga meningkatkan biaya
produksi minyak, selain itu dibutuhkan waktu lama sehingga kurang efisien. Oleh
karena itu, dikembangkan metode ekstraksi terbaru dengan menggunakan sistem
destilasi dengan memanfaatkan pemanasan gelombang mikro yang dikenal
dengan istilah microwave hydrodistillation (Saputra, et al., 2017).
Pada penelitian terdahulu, Amini et al. (2014) telah melakukan penelitian
analisis minyak terpentin dengan menggunakan GC-MS dengan memperoleh 13
senyawa penyusun minyak terpentin perusahaan lokal dengan senyawa dominan

1
α-pinena mencapai 64,63%. Sedangkan pada minyak terpentin perdagangan
terdapat sedikitnya 10 senyawa penyusun dengan kandungan αpinena yang lebih
rendah yaitu 55,75%. Setelah dilakukan distilasi fraksinasi pengurangan tekanan
terhadap minyak terpentin perdagangan, diperoleh fraksi pertama dengan
kandungan α-pinena yang lebih tinggi yaitu 88,2% dan δ-karena 11,8%.
Muharani et al. (2015) melakukan penelitian dengan metode destilasi
fraksinasi dan refluks dengan pengujian minyak terpentin menggunakan GC-MS.
Variabel yang digunakan yaitu waktu reaksi (1, 4, 5, 6 dan 7 jam) dan
perbandingan larutan α-pinena H2SO4 dan aquadest dengan perbadingan 1:1:5
direfluks dengan medium aseton pada temperature 80-85oC. Hasil yang didapat
yaitu minyak terpentin yang awalnya memiliki kandungan α-pinene 33,90%
setelah dilakukan destilasi fraksinasi meningkat menjadi 85,40 dengan waktu
optimum untuk reaksi konversi α-pinene menjadi terpenol selama 6 jam dengan
jumlah 82,2% dan selektifitas terpeniol 60,21%. Selanjutnya, pada penelitian
Kencanawati et al. (2017) mengatakan bahwa semakin tinggi temparatur
pemanasan maka densitinya akan meningkat, terjadi perubahan warna pada getah
pinus. Temperatur pemanasan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
terhadap kandungan asam abietat dalam getah pinus. Metode yang dilakukan
dengan menggunakan Fourier Transform Infra Red (FTIR) dan X-Ray
Fluorescent Elemental Analyzer (XRF) dengan variable suhu 150, 160, 170 dan
180oC, waktu pemanasan 150 menit serta kecepatan magnetik stirerr 400 rpm.
Penelitian ini melakukan ekstraksi minyak terpentin dari getah pinus
dengan metode microwave hydrodistillation. Getah pinus dipilih sebagai bahan
baku dikarenakan banyaknya tanaman pinus di Indonesia, namun tanaman ini
belum banyak dibudayakan padahal pada tanaman ini dapat dijadikan bahan baku
sebagai pembuatan minyak terpentin.

1.2 PERUMUSAN MASALAH


Ekstraksi minyak terpentin selama ini lebih banyak menggunakan metode
destilasi fraksinasi. Namun metode destilasi fraksinasi ini memiliki beberapa
kelemahan diantaranya dibutuhkannya pelarut untuk mengekstrak kandungan
minyak dan waktu yang lama dalam memperoleh hasil ekstraksi. Oleh karena itu,

2
dikembangkan metode ekstraksi terbaru dengan menggunakan sistem distilasi
pemanasan gelombang mikro (microwave hydrodistillation). Pemilihan metode ini
diharapkan terjadinya kenaikan persen rendemen dan kualitas minyak terpentin
yang dihasilkan.

1.3 TUJUAN PENELITIAN


Adapun tujuan dari penelitian ini ialah:
1. Mempelajari kinerja metode microwave hydrodistillation untuk ekstraksi
minyak terpentin dari getah pinus.
2. Mempelajari pengaruh daya terhadap proses ekstraksi minyak terpentin
dari getah pinus dengan metode microwave hydrodistillation.

1.4 MANFAAT PENELITIAN


Adapun manfaat yang diperoleh pada penelitian ini adalah:
1. Memberikan alternatif metode ekstraksi minyak terpentin dari getah pinus
yang lebih efisien menggunakan iradiasi gelombang mikro (microwave).
2. Mendapatkan daya yang lebih efisien dalam proses ekstraksi getah pinus
untuk menghasilkan minyak terpentin.

1.5 RUANG LINGKUP PENELITIAN


Penelitian ini akan dilakukan di Laboratorium Penelitian, Departemen
Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara. Penelitian ini
menggunakan bahan utama getah pinus dan bahan pendukung air yang digunakan
sebagai pelarut.
Ruang lingkup penelitian ini adalah:
1. Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah getah pinus yang
diperoleh dari Balai Penelitian dan Pengembangan Lingkungan Hidup dan
Kehutanan Aek Nauli.
2. Variabel tetap:
- Volume pelarut (aquadest) : 250 mL
3. Variabel berubah:
- Volume bahan baku getah pinus : 150 mL, 200 mL dan 250 mL

3
- Daya microwave : 300 W, 450 W dan 600 W
- Waktu ekstraksi : 30 menit, 60 menit dan 90 menit
4. Parameter yang diukur:
- Penentuan Densitas dengan menggunakan alat Piknometer.
- Penentuan Indeks Bias dengan menggunakan alat Refraktometer.
5. Penentuan kandungan α-pinena menggunakan Gas Chromatography-Mass
Spectrometry (GC-MS)

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 POHON PINUS (Pinus merkusii Jungh. Et de Vriese)


Pinus mekusii merupakan satu-satunya jenis pinus yang tumbuh asli di
Indonesia. Pinus merkusii termasuk dalam jenis pohon serba guna yang terus
menerus dikembangkan dan diperluas penanamannya pada masa mendatang untuk
penghasil kayu, produksi getah, dan konservasi lahan. Di Pulau Jawa, pinus atau
tusam dikenal sebagai penghasil kayu, resin dan gondorukem yang dapat diolah
lanjut sehingga mempunyai nilai ekonomi yang lebih tinggi (Rianto, 2012).
Pemilihan jenis pinus tersebut disebabkan oleh beberapa faktor yaitu: tersedianya
benih cukup banyak, laju pertumbuhannya cepat bahkan dapat menjadi jenis
pionir dan dapat tumbuh pada lahan-lahan yang marginal (Sallata, 2013).
Pohon pinus merkusii merupakan pohon yang tidak berpori namun
mempunyai saluran dammar aksial yang menyerupai pori dan tidak mempunyai
dinding sel yang jelas, tidak berbanir. Daun pinus terdapat 2 jarum dalam satu
ikatan dengan panjang 16–25 cm, warna daun hijau muda hingga hijau kebiru –
biruan. Batang lurus berbentuk silindris, Tegakan pinus dewasa dapat mencapai
tinggi 30 m dan diameter 60–80 cm, sedangkan tegakan tua dapat mencapai tinggi
45 m dan diameter 140 cm. Pohon pinus berumah satu dengan bunga berkelamin
tunggal, bunga jantan dan betina berada dalam satu tunas. Kulit luar kasar
berwarna coklat kelabu sampai coklat tua, tidak mengelupas dan beralur lebar
serta dalam. Buah pinus berbentuk kerucut, silindris dengan panjang 5–10 cm dan
lebar 2–4 cm, lebar setelah terbuka lebih dari 10 cm (Rianto, 2012).

Gambar 2.1 Pohon Pinus Merkusii


(Sallata., 2013)

5
Getah pinus (oleoresin) merupakan getah hasil sadapan pada sel parenchim
pohon pinus yang telah mencapai umur tertentu melalui proses distilasi, akan
menghasilkan terpentin sebagai distilat , yang umumnya mengandung beberapa
jenis monoterpine dan gondorukem (rosin) sebagai bottom product. Jenis dan
komposisi getah adalah berbeda-beda untuk masing-masing jenis pinus. Pinus
yang ada di Indonesia adalah jenis merkusii (mercusii acid) yang banyak tersebar
di benua Asia . Getah pinus yang disadap dari pohon pinus bila diolah akan
menghasilkan 15-25 % terpentin dan 70-80 % gondorukem.
Secara umum getah pinus memiliki komposisi 90 % material bersifat asam
dan 10 % material bersifat netral. Material asam mengandung campuran dari
monobasic asam resin yang memiliki rumus empiris C 20H30O2, sedangkan
material netral mengandung diterpen aldehid dan alkohol yang memiliki struktur
sama dengan asam resin, namun memiliki gugus aldehid (-CHO) atau alkohol (-
OH) serta material lain yaitu sesqui diterpen (C 15H24) dan diterpen hidrokarbon.
Gondorukem terdiri dari 90-80 % senyawa asam yang secara garis besar dapat
dipisah dalam dua kelompok yaitu tipe abietik (asam abietik, levopinaric,
neoabietic, dehydroabietik, tetrahydroabietik) dan tipe pimaric (asam
dextropimaric, isodextropimaric). Asam abietic mudah terisomeri oleh panas dan
mudah teroksidasi oleh oksigen. Sedang tipe pimaric lebih stabil sehingga tidak
berubah selama proses pengolahan (Riwayati, 2005).
Tanaman pinus merkusii sudah sejak lama dibudidayakan di Indonesia. Sifat
pohon pinus ini tidak berbanir, kulit kasar berwarna coklat kelabu sampai coklat
tua, tidak mengelupas dan beralur lebar serta dalam dan memiliki serat yang
panjang. Tinggi pohon pinus Sumatra bisa mencapai ketinggian ± 35 m. Bentuk-
bentuk batang pohon pinus merskusii ada 4 macam, yaitu: silinder, paraboloid,
kerucut, dan neiloid. Tanaman pinus merkusii ini termasuk kingdom plantae,
kelas dicotyledonae, ordo coniferalas, divisi spermatophyte dan family pinaceae
(Rianto, 2012).

2.2 MINYAK PINUS/TERPENTIN


Minyak yang didapat dari getah pinus digolongkan sebagai oleoresin yang
merupakan cairan asam-asam resin dalam terpentin yang menetes keluar apabila

6
pohon jenis daun jarum tersayat atau pecah. Getah pinus tersusun atas 66% asam
resin, 25% terpentin, 7% bahan netral yang tidak mudah menguap dan 2% air
(Kramer dan Kozlowski, 1960). Getah pinus merupakan campuran asam-asam
resin yang larut dalam pelarut netral atau pelarut organik non polar seperti eter
dan heksan. Getah pinus terdapat pada saluran resin (saluran interseluler). Dalam
kayu, saluran getah memiliki tekanan yang tinggi (70 atm), sehingga pelukaan
pada kayu menyebabkan getah mengalir keluar karena tekanan tersebut (Azis,
2010).
Terpentin beraroma harum, karena keharumannya itu terpentin bisa
digunakan untuk bahan pewangi lantai atau desinfektan yang biasa kita beli, tapi
ada lagi kegunaan lain dari terpentin sebagai bahan baku pembuat parfum, minyak
esensial dari getah pinus ini diekstrak sehingga bisa menghasilkan terpinol yaitu
alfa-terpinol merupakan salah satu dari 3 jenis alkohol isomer beraroma harum.
Terpineol bisa bermanfaat untuk kesehatan yaitu untuk relaksasi bila digunakan
sebagai bahan campuran minyak pijat. Produk olahan dari getah atau resin pinus
yang lain adalah gondorukem. Gondorukem adalah getah dari pohon P. merkusii
yang kemudian diolah dan menjadi gondorukem. Kegunaan gondorukem adalah
untuk bahan baku industri kertas, keramik, plastik, cat, batik, sabun, tinta cetak,
politer, farmasi, kosmetik, dll. Produksi getah pinus bervariasi tergantung tingkat
umur tanaman tersebut (Rianto, 2012).
Minyak terpentin sering disebut dengan spirit of turpentine berupa cairan
yang mudah menguap, berasal dari hasil penyulingan getah jenis pohon yang
tergolong dalam genus pinus. Menurut Badan Standardisasi Nasional (2011:1)
menyatakan bahwa minyak terpentin merupakan minyak atsiri yang diperoleh dari
getah Pinus (Pinus sp) dengan cara penyulingan uap pada suhu dibawah 180ºC.
Minyak terpentin yang ada di Indonesia hampir secara keseluruhan merupakan
hasil penyulingan dari getah pinus merkusii Jungh et de Vr. Jumlah minyak
terpentin yang terkandung dalam getah pinus berkisar antara 10 sampai 17,5
persen komponen utama dari kedua sampel (getah pinus dan minyak terpentin)
adalah α-pinen, Δ-3-karen dan β-pinen. Proses untuk mendapatkan minyak
terpentin secara garis besar dibagi menjadi dua jenis, yaitu yang dihasilkan dari
getah pinus dan yang dihasilkan dari kayu pohon pinus (Kurniawan, 2016).

7
Mutu minyak terpentin dapat ditentukan berdasarkan kriteria fisis yaitu
warna, bobot jenis, dan indeks bias. Ataupun secara kimia yaitu alpha pinene
total. Tabel 2.1 menunjukkan kriteria fisis dan kimia minyak terpentin
berdasarkan Standar Nasional Indonesia nomer 7633-2011. Dari Tabel 2.1 dapat
dilihat standar mutu yang baik untuk diekspor ke luar baik dari segi senyawa
kimia total yang diperbolehkan di dalam minyak terpentin tersebut, dan dari nilai
indeks bias, serta massa jenis yang baik dari minyak atsiri yang diperoleh dari
pohon pinus.

Tabel 2.1 Standar Mutu Minyak Terpentin Berdasarkan Sifat Fisika


dan Sifat Kimiawi Menurut SNI 7633-2011

Karakteristik Syarat
Bentuk Cair
Bau Berbau khas terpentin
Warna Jernih
Bobot jenis pada suhu 25oC 0,848 - 0,865
Titik nyala 33oC – 38oC
Titik didih awal 150oC - 160oC
Putaran optic pada suhu 27,5oC +≥ 32oC
Kadar sulingan ≥ 90%
Sisa penguapan ≤ 2%
Bilangan asam ≤ 2,0
Alpha pinene ≥ 80%
SNI 7633-2011

2.3 KANDUNGAN KIMIA MINYAK TERPENTIN


Kandungan terbesar dalam minyak terpentin adalah α-pinene. Minyak
terpentin Indonesia mengandung 65 - 85% α-pinene, kurang 1% camphene, 1-3%
β-pinene, 10-18% 3-carene dan limonene 1-3% (Fleig, 2005). Struktur senyawa
penyusun minyak terpentin ditunjukkan pada Gambar 2.1.

Gambar 2.2 Stuktur Senyawa Penyusun Minyak Terpentin (a) 3-carene, (b)
α-pinene (c) β-pinene, (d) Limonene, (e) Champene (Wijayati, 2016)

8
Komponen utama dari minyak terpentin adalah α-pinene. Dimana α-pinene
sering digunakan sebagai bahan sintesis senyawa organik. Selain α-pinene
terdapat juga 3-carene. Salah satu upaya pengembangan 3-carene adalah dengan
pengkonversian sebagian dari 3-carene menjadi 4-carene (Hidayati, 2014).
Tabel 2.2. Komponen Kimia dalam Getah Pinus
Komponen Pinus merkusii
-Pinene 37.4
Kamfen 0.3
- Pinene 0.3
Myrcene 0.2
Dipentene 0.2
-Terpineol 0.1
Longifolene -
Trans-Carryophylene Tr
Farnesene 0.3
8, 15 Asam Isopimarat 0.1
Asam Pimarat 0.3
Asam Communic 0.1
Asam Sandarakopimarat 3.7
Asam Isopimarat 10.6
Asam Rosin (Palustrat dan Levopimarat ) 24.3
Asam Dehydroabietat 1.2
Asam Abietat 8.2
Asam Neoabietat 2.7
Asam Mercusic 8.2
(Suluhingtyas, 2009)

2.4 EKSTRAKSI MINYAK TERPENTIN


Ekstraksi adalah penyarian zat-zat aktif dari bagian tumbuhan. Adapun tujuan
dari ekstraksi yaitu untuk menarik komponen kimia yang terdapat dalam suatu
sampel. Ekstraksi ini didasarkan pada perpindahan massa komponen zat padat ke
dalam pelarut dimana perpindahan mulai terjadi pada lapisan antar muka,
kemudian berdifusi masuk ke dalam pelarut (Siahaan, 2010).
Kurniawan (2017), menyatakan bahwa secara umum minyak terpentin dapat
diperoleh dengan 4 cara, yaitu:
1. Destilasi getah pinus yang diperoleh dengan menyadap pohon pinus yang
masih hidup (terpentin dari getah).

9
2. Ekstraksi potongan-potongan/irisan ujung batang pohon pinus yang tua,
dilanjutkan dengan destilasi (terpentin kayu hasil destilasi uap dan ekstraksi).
3. Destilasi destruktif, yaitu destilasi terhadap potongan kayu pinus yang
berumur tua (terpentin kayu hasil destilasi destruktif).
4. Proses sulfat, yaitu pemasakan bubur kayu pinus yang masih berumur muda
(terpentin kayu hasil proses sulfat).
Dalam proses ekstraksi, ada empat faktor yang mempengaruhi ekstraksi,
yaitu:
1. Solven
2. Temperatur
3. Tekanan
4. Jumlah stage
5. Kondisi kontak ekstraksi
6. Luas permukaan materi yang akan diekstrak.
(Faizal et al., 2010)

2.5 METODE EKSTRAKSI MINYAK TERPENTIN


2.5.1 Metode Destilasi Fraksinasi
Dalam tahap ini diperoleh tiga fraksi yang dibedakan berdasarkan titik
didihnya yaitu dengan cara memutar labu jantung tiga keposisi yang kosong
ketika titik didih fraksi awal mengalami kenaikan dan fraksi yang selanjutnya ini
disebut fraksi kedua begitu seterusnya. Dari beberapa fraksi yang diperoleh
kemudian ditentukan fraksi yang memiliki titik didih mendekati titik didih α-
pinen. Dari fraksi-fraksi tersebut titik didih yang paling mendekati dengan titik
didih terpineol adalah fraksi ketiga yang mempunyai titik didih sebesar 110 oC
(Muharani et al., 2015).

2.5.2 Metode Destilasi Uap


Terpentin adalah bahan cair berwarna kuning muda hingga coklat yang
diperoleh dari olahan getah berbagai pohon pinus (P. halepensis, maritima,
cembra, palustris, dll). Minyak terpentin diperoleh dari hasil destilasi uap yang
kemudian destilatnya dipisahkan secara ekstraksi menggunakan corong pisah
dengan penambahan nheksana. Setiap 1 kg tanaman pinus menghasilkan 20 mL

10
minyak terpentin. Minyak terpentin yang dihasilkan kemudian diuji secara fisik
dan laboratoris untuk mengetahui sifat-sifat minyak tersebut (Saputra et al., 2017).

2.5.3 Metode Microwave Assisted Hydrodistillation (MAHD)


MAHD adalah metode yang merupakan kombinasi dari hidrodistilasi
dengan pemanasan menggunakan MAE dan HD, di mana distilasi uap digerakkan
dengan memanaskan menggunakan gelombang mikro. Metode MHD dipilih
karena lebih hemat energi, ramah lingkungan, cepat, aman, dan hemat biaya
dibandingkan proses ekstraksi menggunakan metode lain. Pada metode ini
memiliki alat utama yaitu microwave yang berfungsi sebagai pemanas dan
kondensor yang berfungsi sebagai sistem pendingin (Kusuma and Mahfud, 2016).
Pada metode ekstraksi ini, gelombang mikro mempercepat minyak atsiri keluar
dari bahan dan terbawa uap air yang kemudian mengembun, sehingga minyak
atsiri yang tidak larut dalam air akan memisah (Fadel et al., 2010).
Dalam proses ekstraksi, pemilihan pelarut memegang peranan yang penting
untuk menentukan berhasil tidaknya proses ekstraksi tersebut. Pemilihan pelarut
umumnya dipengaruhi oleh selektivitas, kelarutan, kemampuan tidak saling
bercampur, kerapatan, reaktivitas dan titik didih (Guenther et al., 1987; Novia et
al., 2009). Pemilihan pelarut yang sesuai dapat membuat proses ekstraksi berjalan
lebih efisien. Dalam pemilihan pelarut ini sendiri juga tergantung pada beberapa
hal seperti: kelarutan komponen yang akan diekstrak, kemampuan penetrasi dan
interaksinya terhadap matriks dari sampel atau bahan, serta konstanta dielektrik
(dielectric constant) (Chen et al., 2008). Berbeda dengan ekstraksi menggunakan
metode destilasi fraksinasi, pada ekstraksi minyak terpentin dengan menggunakan
metode microwave hydrodistillation pemilihan pelarut merupakan hal yang
penting untuk mendapat yield yang optimal. Hal ini disebabkan karena pada
ekstraksi minyak terpentin dengan menggunakan metode microwave
hydrodistillation pemilihan pelarut juga perlu mempertimbangkan kapasitas dari
pelarut untuk menyerap energi microwave dan kemampuan pemanasannya
(Routray dan Orsat, 2011; Eskillsson dan Bjourklund, 2000; Mandal et al., 2007;
Chan et al., 2011).
Secara umum, kapasitas dari pelarut untuk menyerap energi microwave akan
tinggi apabila pelarut yang digunakan memiliki nilai konstanta dielektrik

11
(dielectric constant) yang tinggi (Spigno dan De Faveri, 2009). Sebagai ukuran
relatif dari densitas energi microwave (Raju, 2003). Selain itu, konstanta dielektrik
(dielectric constant) juga berperan penting dalam menentukan interaksi antara
medan listrik dengan matriks. Sehingga dengan semakin tinggi nilai konstanta
dielektrik (dielectric constant) yang dimiliki oleh pelarut, maka pelarut tersebut
akan semakin baik dalam menyerap energi microwave. Oleh karena itu pada
penelitian ini digunakan air sebagai pelarut. Pemilihan air sebagai pelarut pada
penelitian ini juga didasarkan pada hal yang telah dijelaskan sebelumnya yaitu
akuades memiliki nilai konstanta dielektrik (dielectric constant) yang tinggi,
yakni sebesar 80,4 (Metaxas, 1996). Diasumsikan air yang digunakan sebagai
pelarut memiliki konstanta dielektrik yang sama dengan akuades karena keduanya
sama-sama memiliki senyawa dominan yaitu H2O. Apabila dibandingkan dengan
beberapa pelarut lain seperti metanol, etanol, dan heksana, maka akuades dapat
dikatakan memiliki nilai konstanta dielektrik (dielectric constant) yang lebih
tinggi. Nilai konstanta dielektrik (dielectric constant) untuk beberapa pelarut
dapat dilihat pada Tabel 2.3.

Tabel 2.3 Nilai Konstanta Dielektrik (dielectric constant) (ε’) untuk Beberapa
Pelarut pada 2450 MHz dan Temperatur Kamar (Metaxas, 1996)
Pelarut Dielectric Constant (ε’)
Aquadest 80,4
DMSOa 45,0
DMFb 37,7
Etilen Glikol 37,0
Metanol 32,6
Etanol 24,3
Kloroform 4,8
Toluena 2,4
Heksana 1,9
DMSOa, dimethyl sulfoxide
DMFb, dimethylformamide

12
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 LOKASI PENELITIAN


Penelitian ini akan dilakukan di Laboratorium Penelitian, Departemen
Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.

3.2 BAHAN DAN PERALATAN


3.2.1 Bahan
Adapun bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah:
1. Getah Pinus
2. Aquadest

3.2.2 Peralatan
Proses ekstraksi minyak terpentin dilakukan dengan menggunakan metode
microwave hydrodistillation. Rangkaian perlatan ditunjukkan pada gambar 3.1.

Kondensor Thermocouple

Microwave
Statif dan
Klem
Selang
Konektor
Erlenmeyer

Labu Destilasi
Gambar 3.1 Rangkaian Peralatan Microwave Hydrodistillation
Selain peralatan utama, ada juga peralatan pendukung yang digunakan pada
penelitian ini adalah:
1. Refraktometer
2. Picknometer

13
3. Viskocimeter Ostwald
4. Beaker Glass
5. Neraca Analitik
6. Gelas Ukur
7. Oven

3.3 RANCANGAN PENELITIAN


Adapun tahapan awal yang dilakukan pada penelitian ini adalah persiapan
bahan baku. Bahan baku yang digunakan pada penelitian ini adalah getah pinus
(Pinus Merkusii). Pada tahap yang kedua perhitungan kadar air bahan baku yang
bertujuan untuk mengetahui berapa banyak kadar air yang masih terkandung
didalam getah pinus tersebut. Pada tahap ketiga dilakukan proses ekstraksi dengan
rancangan percobaan seperti pada tabel 3.1. Proses ekstraksi akan dilakukan
dengan metode microwave hydro-distillation. Minyak hasil ekstraksi tersebut
akan diperiksa rendamennya dan dilakukan penentuan densitas minyak, indeks
bias minyak, serta analisa kadar α-pinena yang terkandung dalam minyak.
Rancangan penelitian tersusun sebagaimana skema berikut:

Persiapan Bahan
Baku

Analisis Kadar Air


Bahan Baku

Ekstraksi metode
microwave hydro-distillation

Rendamen

Penentuan Densitas, Indeks bias


minyak dan analisis kadar α-
pinena

Gambar 3.2 Skema Rancangan Penelitian

14
3.4 RANCANGAN PERCOBAAN
Pada penelitian ini dilakukan variasi terhadap waktu ekstraksi dan daya
microwave pada proses pembuatan minyak terpentin dengan menggunakan
metode microwave hydrodistillation. Tahapan ini ditunjukkan pada rancangan
percobaan sebagai berikut:
Tabel 3.1 Rancangan Percobaan Penelitian
Run Daya Microwave Volume Bahan Waktu Ekstraksi
(Watt) Baku (mL) (Menit)
1 30
2 150 60
3 90
4 30
5 300 200 60
6 90
7 30
8 250 60
9 90
10 30
11 150 60
12 90
13 30
14 450 200 60
15 90
16 30
17 250 60
18 90
19 30
20 150 60
21 90
22 30
23 600 200 60
24 90
25 30
26 250 60
27 90

15
3.5 PROSEDUR PERCOBAAN
3.5.1 Persiapan Bahan Baku
Prosedur penelitian ini diawali dengan tahap persiapan bahan, bahan yang
akan digunakan adalah getah pinus (Pinus Merkusii).

3.5.2 Perhitungan Kadar Air Bahan Baku


Getah pinus ditimbang sebanyak 1-2 gram pada wadah yang sudah
diketahui beratnya lalu dikeringkan dalam oven pada suhu 105 oC selama 2 jam,
kemudian didinginkan dalam desikator dan ditimbang. Sampel dipanaskan
kembali dalam oven selama 30 menit, didinginkan dalam desikator dan ditimbang,
perlakuan ini diulangi sampai tercapai berat konstan. Kadar air dihitung
berdasarkan rumus:

(3.1)

dimana:
a = berat kering cawan (g)
b = berat kering cawan dan sampel awal(g)
c = berat kering cawan dan sampel setelah dikeringkan (g)
(Kumesan, dkk., 2017)

3.5.3 Proses Ekstraksi


Ekstraksi minyak terpentin dengan MAHD dilakukan pada variasi anatara
lain waktu 30 menit, 60 menit dan 90 menit dengan volume air 250 mL. Variasi
waktu dilakukan untuk mencari rendemen minyak yang optimal. Proses ekstraksi
dilakukan dengan variasi daya microwave oven 300 W, 450 W, dan 600 W.
Minyak diambil setelah ekstraksi dihentikan.

3.5.4 Pengukuran Rendemen Minyak


1. Minyak yang sudah dipindahkan ke dalam botol terlebih dahulu ditimbang.
2. Kemudian dihitung rendemen minyak dengan menggunakan rumus:
( ) (3.2)
( )

dimana:
x = kadar air

16
volume bahan = volume bahan sebelum diekstrak
(Megawati dan Fitria, 2015)

3.5.5 Penentuan Densitas Minyak


1. Piknometer kosong ditimbang dalam keadaan bersih, setelah itu kemudian
diisi air lalu direndam dalam bejana yang berisi es hingga mencapai suhu
25oC.
2. Setelah mencapai suhu 25oC, piknometer yang berisi air ditutup, diangkat
dan dilap menggunakan tisue hingga kering kemudian ditimbang.
3. Setelah itu, piknometer kosong diisi minyak atsiri hingga penuh. Kemudian
direndam dalam bejana yang berisi es hingga mencapai suhu 25 oC.
4. Setelah mencapai suhu 25oC, piknometer yang berisi mnyak atsiri ditutup,
diangkat dan dilap menggunakan tisue hingga kering kemudian ditimbang.
5. Hitung densitas minyak atsiri dengan menggunakan rumus:

( ) ( )
(3.4)
( )

3.5.6 Penentuan Indeks Bias Minyak


1. Dialirkan air melalui refraktometer agar alat ini berada pada suhu dimana
pembacaan akan dilakukan.
2. Diatur suhu agar tidak lebih dari 25oC dan harus dipertahankan.
3. Diatur suhu minyak agar sama dengan suhu alat yaitu 25 oC dimana
pengukuran akan dilakukan.
4. Dilakukan pembacaan bila suhu sudah stabil

3.5.7 Analisa Kadar α-Pinena


Gas Chromatography-Mass Spectrometry (GC-MS) merupakan metode
pemisahan senyawa organik yang menggunakan dua metode analisis senyawa
yaitu chromatography gas (GC) untuk menganalisis jumlah senyawa secara
kuantitatif dan spectrometry mass (MS) untuk menganalisis struktur molekul
senyawa secara kualitatif.

17
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 PROSES EKSTRAKSI MINYAK TERPENTIN DARI GETAH PINUS


MENGGUNAKAN METODE MICROWAVE HYDRODISTILLATION
Microwave hydrodistillation adalah metode yang merupakan kombinasi dari
hidrodistilasi dengan pemanasan menggunakan microwave dan distilasi uap
microwave, di mana distilasi uap digerakkan dengan memanaskan menggunakan
gelombang mikro. Metode Microwave hydrodistillation dipilih karena lebih hemat
energi, ramah lingkungan, cepat, aman, dan hemat biaya dibandingkan proses
ekstraksi menggunakan metode lain seperti destilasi fraksinasi. Pada metode ini
memiliki alat utama yaitu microwave yang berfungsi sebagai pemanas; dan
kondensor yang berfungsi sebagai sistem pendingin (Kusuma and Mahfud, 2016).
Pada metode ekstraksi ini, gelombang mikro mempercepat minyak keluar dari
bahan dan terbawa uap air yang kemudian mengembun, sehingga minyak atsiri
yang tidak larut dalam air akan memisah (Fadel et al., 2010).
Pada ekstraksi minyak terpentin dengan metode microwave
hydrodistillation, volume pelarut (akuades) yang digunakan adalah sebanyak 250
mL. Pemilihan volume pelarut (akuades) yang digunakan tersebut didasarkan atas
kebutuhan pelarut untuk dapat merendam seluruh bahan yang akan diekstrak serta
untuk menghindari terjadinya bumping. Bumping sendiri merupakan suatu
fenomena yang terjadi karena meningkatnya tekanan pada distiller akibat dari
naiknya temperatur pemanasan secara cepat selama proses radiasi microwave
berlangsung sehingga melebihi stabilitas bahan (Esckillsson dan Bjourklund,
2000). Pemilihan air sebagai pelarut pada penelitian ini juga didasarkan pada hal
yang telah dijelaskan sebelumnya yaitu aquadest memiliki nilai konstanta
dielektrik yang tinggi yakni sebesar 80,4 (Metaxas, 1996). Selain itu penggunaan
air pada saat proses ektraksi bertujuan untuk membantu proses pemanasan bahan
sekaligus untuk menjaga bahan agar tetap dalam kondisi basah sehingga bahan
tidak mudah terbakar.

18
4.2 PROFIL SUHU PADA EKSTRAKSI MINYAK TERPENTIN
Daya adalah banyaknya energi yang dihantarkan persatuan waktu. Dalam
proses ekstraksi, daya memiliki pengaruh terhadap yield minyak terpentin yang
dihasilkan. Daya microwave sangat terkait dengan suhu proses, dimana semakin
besar daya yang digunakan maka suhu sistem pada proses ektraksi akan semakin
cepat meningkat. Profil suhu terhadap waktu pada masing-masing daya yang
digunakan dalam proses ekstraksi dapat dilihat pada Gambar 4.1.
Radiasi gelombang mikro akan diserap oleh minyak. Hal ini akan
menyebabkan atom-atom pada minyak berotasi/bergetar dan saling bertabrakan.
Dari sinilah akan timbul panas. Proses pemanasan dalam sintesis organik dengan
gelombang mikro melibatkan agitasi molekul polar atau ion yang bergetar di
bawah medan magnet atau listrik yang bergetar. Molekul polar yang berada dalam
medan elektromagnetik yang berosilasi dengan frekuensi yang sesuai berusaha
untuk mengikuti medan dan menjajarkan diri agar sefasa dengan medan. Adanya
gaya dalam molekul menyebabkan molekul polar tidak dapat mengikuti orientasi
medan. Peristiwa tersebut menghasilkan pergerakan partikel acak yang akan
menghasilkan panas (Dewi et al., 2012). Molekul-molekul pada bahan bersifat
dipol, jika sebuah molekul terkena radiasi gelombang mikro maka dipol mencoba
untuk mensejajarkan dengan bentuk gelombang mikro. Jika gelombang terus
dipancarkan secara cepat dipol akan terus menerus mengikuti gerak gelombang
tersebut (Veera et al., 2013; Megawati dan Fitria, 2015). Pergantian molekul
tersebut akan menyebabkan gesekan dan menimbulkan panas. Pada metode
ekstraksi ini, gelombang mikro mempercepat minyak terpentin keluar dari bahan
dan terbawa uap air yang kemudian mengembun, sehingga minyak terpentin yang
tidak larut dalam air akan memisah (Fadel et al., 2010; Megawati dan Fitria,
2015).
Secara umum, efisiensi ekstraksi meningkat seiring dengan meningkatnya
daya microwave dari 30-150 W (Shu dan Ko, 2003). Meningkatnya efisiensi pada
daya rendah dicapai pada ekstraksi dengan durasi yang singkat. Namun demikian
pada daya yang lebih tinggi (400-1200W), variasi daya tidak memberikan
pengaruh yang nyata pada rendemen ekstraksi (Gao et al., 2006).

19
140

120

100
Suhu (oC)

80
300 W
60
450 W
40 650 W
20

0
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65 70 75 80 85 90
Waktu (Menit)

Gambar 4.1 Profil Suhu untuk Berbagai Daya Microwave pada Volume Bahan
Baku 150 mL

4.3 PARAMETER YANG BERPENGARUH PADA EKSTRAKSI


MINYAK TERPENTIN MENGGUNAKAN METODE MAHD
4.3.1 Pengaruh Daya Microwave terhadap Yield Minyak Terpentin
Daya adalah banyaknya energi yang dihantarkan per satuan waktu
(Joule/sekon). Daya microwave dan suhu saling berhubungan, karena daya yang
tinggi dapat menaikkan suhu operasi di atas titik didih pelarut dan menghasilkan
peningkatan yield hasil ekstraksi. Daya microwave berperan sebagai driving force
untuk untuk memecah struktur membran sel tanaman, sehingga minyak dapat
terdifusi keluar dan larut dalam pelarut. Jadi, penambahan daya secara umum akan
meningkatkan yield dan mempercepat waktu ekstraksi (Liang et al., 2008; dan
Erliyanti dan Elsa, 2017).
Daya microwave memiliki pengaruh yang signifikan terhadap % yield
minyak terpentin. Hal ini dikarenakan semakin besar daya, maka suhu operasi
meningkat dan laju penyulingan (penguapan) menjadi semakin besar. Perbedaan
rendemen ini dikarenakan pemanasan gelombang mikro meningkat untuk cairan
ataupun padatan yang dapat mengubah energi elektromagnetik menjadi panas.
Semakin lama waktu ekstraksi, maka semakin banyak energi elektromagnetik
yang dirubah menjadi energi panas sehingga suhu semakin meningkat (Elwin,
2014; Wildan, 2015).

20
35
30 30 menit, 150 mL

25 60 menit, 150 mL
90 menit, 150 mL
Yield (%) 20
30 menit, 200 mL
15 60 menit, 200 mL

10 90 menit, 200 mL
30 menit, 250 mL
5
60 menit, 250 mL
0 90 menit, 250 mL
300 450 600
Daya (Watt)
Gambar 4.2 Pengaruh Daya Microwave terhadap Yield Minyak Terpentin

Gambar 4.2 dapat diperhatikan bahwa pada waktu ekstraksi 30 menit, pada
volume bahan baku 150 mL dan pada daya 300 watt yang diperoleh yield 16,06%,
pada daya 450 watt yield yang diperoleh bertambah yaitu 18,47% dan pada daya
600 watt yield yang diperoleh semakin bertambah pula yaitu 21,69%. Pada
volume bahan baku 200 mL dan pada daya 300 watt yang diperoleh yield 14,46%,
pada daya 450 watt diperoleh yield 16,27% dan pada daya 600 watt diperoleh
yield 17,47%. Pada volume bahan baku 250 mL dan pada daya 300 watt yang
diperoleh yield 12,05%, pada daya 450 watt yield yang diperoleh yaitu 12,53%
dan pada daya 600 watt yield yang diperoleh yaitu 14,46%. Pada waktu ekstraksi
60 menit, pada volume bahan baku 150 mL dan daya 300 watt yield yang
diperoleh yaitu 18,47%, pada daya 450 watt yield yang dihasilkan yaitu 24,10%
dan pada 600 watt didapat didapat yield sebesar 27,31%. Pada volume bahan baku
200 mL dan daya 300 watt yield yang didapat yaitu 15,66%, pada daya 450 watt
didapat yield 19,88% dan pada daya 600 watt diperoleh yield sebesar 22,29%.
Pada volume bahan baku 250 mL dan daya 300 watt diperoleh yield sebesar
13,01%, pada daya 450 watt 16,46%, dan pada daya 600 watt yield yang diperoleh
yaitu 14,94%. Pada waktu ekstraksi 90 menit, pada volume 150 mL dan daya 300
watt yield yang dihasilkan yaitu 22,49%, pada daya 450 watt dan yield yang
diperoleh 22,49%, pada 450 watt yield yang diperoleh bertambah yaitu 27,31%
dan pada 600 watt yield yang diperoleh semakin bertambah pula yaitu 29,72%.

21
Pada volume 200 mL dan daya 300 watt diperoleh yield sebesar 18,07%, pada
daya 450 watt didapat yield sebesar 22,49% dan pada daya 600 watt yield yang
diperoleh yaitu 23,49%. Pada volume 250 mL dan daya 300 watt dihasilkan yield
sebesar 14,94%, pada daya 450 watt diperoleh yield sebesar 16,39% dan pada
daya 600 watt yield yang dihasilkan yaitu 15,90%.
Berdasarkan Gambar 4.2, terlihat peningkatan yield seiring dengan kenaikan
daya. Sehingga secara umum dapat dikatakan bahwa semakin besar energi yang
diterima bahan dalam bentuk energi panas, maka yield minyak terpentin semakin
banyak. Namun pada beberapa variabel, yield akan mencapai nilai tertinggi,
kemudian nilai yield menurun saat daya pada microwave terus ditingkatkan.
Hasil ekstraksi minyak terpentin dari bahan baku getah pinus dengan
menggunakan microwave hydrodistillation diperoleh yield tertinggi pada daya 600
Watt, dengan volume bahan baku 150 mL dalam waktu 90 menit yaitu 27,31%.
Dari Gambar dibawah dapat dilihat bahwa semakin meningkatnya daya
microwave maka yield minyak terpentin yang diperoleh akan meningkat. Maka
dapat disimpulkan bahwa hubungan antara daya microwave dengan yield minyak
terpentin adalah berbanding lurus. Kecenderungan naiknya yield ini dikarenakan
besarnya volume bahan sehingga kandungan air yang terdapat di dalam bahan
juga semakin banyak dan mengakibatkan bahan tetap bisa diekstrak dengan
adanya penambahan daya tersebut.
Pengaruh volume bahan baku terhadap yield minyak terpentin dengan waktu
ekstraksi 30 menit, daya 300 watt dan volume bahan baku 150 mL yield yang
dihasilkan yaitu 16,06%, pada volume 200 ml yield yang diperoleh 14,46% dan
pada volume bahan baku 250 mL dan pada daya yang sama yield yang diperoleh
semakin kecil yaitu 12,05%. Pada daya 450 watt dan volume bahan baku 150 ml
yield yang diperoleh sebesar 18,47%, pada volume bahan baku 200 mL yield yang
dihasilkan yaitu 16,27% dan pada volume bahan baku 250 mL yield yang
diperoleh yaitu 12,53%. Pada daya 600 watt dan volume bahan baku 150 mL
diperoleh yield sebesar 21,69%, pada volume bahan baku 200 mL yield yang
dihasilkan yaitu 17,47% dan pada volume bahan baku 250 mL diperoleh yield
sebesar 14,46%. Sedangkan pada waktu ekstraksi 60 menit, pada daya 300 watt
dan volume bahan baku 150 mL yield yang diperoleh yaitu 18,47%, pada volume

22
bahan baku 200 mL yield yang dihasilkan yaitu 15,66% dan pada volume bahan
baku 250 mL diperoleh yield 13,01%. Pada daya 450 watt dan volume bahan baku
150 mL dihasilkan yield sebesar 24,10%, pada volume bahan baku 200 mL yield
yang dihasilkan yaitu 19,88% dan pada volume bahan baku 250 mL yield yang
dihasilkan semakin kecil yaitu 14,46%. Pada daya 600 watt dan volume bahan
baku 150 mL yield yang dihasilkan yaitu 27,31%, pada volume bahan baku 200
mL diperoleh yield sebesar 22,29% dan volume bahan baku 250 mL yield yang
diperoleh yaitu 14,94%. Pada waktu 90 menit, pada daya 300 watt dan volume
bahan baku 150 mL yield yang dihasilkan 22,49%, pada volume bahan baku 200
mL didapat yield sebesar 18.07% dan pada volume bahan baku 250 mL dihasilkan
yield yang semakin kecil yaitu 14,49%. Pada daya 450 watt, pada volume bahan
baku 150 mL 27,31%, pada volume bahan baku 200 mL diperoleh yield sebesar
22,29% dan pada volume bahan baku 250 mL yield yang dihasilkan semakin kecil
yaitu 16,39%. Pada daya 600 watt, pada volume bahan baku 150 mL yield yang
dihasilkan yaitu 29,72%, pada volume bahan baku 200 mL diperoleh yield sebesar
23,49% dan pada volume bahan baku 250 mL yield yang dihasilkan semakin kecil
yaitu 15,90%.
Dapat disimpulkan bahwa yield yang diperoleh pada bahan baku 150 mL
lebih besar dibandingkan pada saat volume bahan baku 250 gram. Sehingga
terlihat bahwa semakin bertambah volume bahan baku maka yield yang diperoleh
juga semakin menurun. Hal ini disebabkan oleh faktor kepadatan bahan. Faktor
kepadatan yaitu massa bahan baku (getah pinus) yang digunakan sudah terlampau
banyak (padat) dan hampir memenuhi labu distiller. Dimana hal ini
mengakibatkan uap menjadi sulit berpenetrasi dalam bahan untuk membawa
molekul minyak atsiri terdifusi keluar dari bahan. Tingkat kepadatan bahan
berhubungan erat dengan besar ruangan antar bahan. Kepadatan bahan yang
terlalu tinggi dan tidak merata dapat menyebabkan terbentuknya jalur uap “rat
holes” yang dapat menurunkan yield dan mutu minyak atsiri (Guenther, 1990;
Syahputra et al, 2017). Selain itu dengan semakin tingginya kepadatan bahan juga
akan mengakibatkan laju penyulingan atau penguapan minyak terpentin akan
menjadi semakin lambat. Hal ini dikarenakan terhambatnya ruang gerak uap untuk
bisa menguap menuju kondensor, yang akhirnya menyebabkan berkurangnya

23
yield minyak terpentin yang diperoleh dan menurunkan efisiensi penyulingan
(Syahputra et al, 2017).
Volume pelarut merupakan hal yang harus diperhatikan dalam suatu proses
ekstraksi. Volume pelarut harus cukup guna meyakinkan bahwa seluruh bahan
terendam dalam pelarut (Mandal et al, 2007). Umumnya dalam teknik ekstraksi
konvensional, volume bahan baku yang lebih besar akan meningkatkan perolehan
ekstrak, namun dalam ekstraksi gelombang mikro volume bahan baku yang lebih
besar dapat mengakibatkan turunnya perolehan ekstrak (Mandall et al., 2007;
Chen et al., 2007; Wang et al., 2010). Adapun penurunan yield yang terjadi pada
saat bahan baku 200 mL dan 250 mL dapat disebabkan oleh kondisi bahan,
dimana komponen-komponen minyak terpentin dalam getah pinus yang
digunakan menguap atau hilang terlebih dahulu sebelum diekstrak dan pelarut
yang digunakan sudah habis terekstrak sehingga bahan menjadi gosong dan tidak
dapat terekstrak lagi.
4.3.2 Pengaruh Daya Microwave terhadap Volume Minyak Terpentin
Daya pada alat pembangkit gelombang mikro serta lama waktu ekstraksi
merupakan dua faktor yang saling mempengaruhi. Kombinasi daya yang rendah
dan waktu ekstraksi yang panjang merupakan pilihan yang bijak mengingat
kombinasi tersebut dapat menghindari terjadinya degradasi termal produk
(Mandal et al., 2009). Secara umum, semakin besar daya microwave oven maka
volume minyak terpentin semakin tinggi dan waktunya lebih singkat (Huda,
2014).

40 150 mL, 30 menit


Volume Minyak Terpentin (mL)

200 mL, 30 menit


30
250 mL, 30 menit
150 mL, 60 menit
20
200 mL, 60 menit
250 mL, 60 menit
10
150 mL, 90 menit
200 mL, 90 menit
0
300 450 600 250 mL, 90 menit
Daya (Watt)

Gambar 4.3 Pengaruh Daya Microwave terhadap Volume Minyak Terpentin

24
Pada gambar 4.3 dapat diperhatikan bahwa pada daya 300 watt selama 30
menit dan volume bahan baku 150 mL diperoleh volume minyak terpentin sebesar
20 mL, pada volume bahan baku 200 mL diperoleh volume minyak terpentin
sebesar 24 mL dan pada volume bahan baku 250 mL diperoleh volume minyak
terpentin sebesar 25 mL. Pada daya 450 watt dan volume bahan baku 150 mL
diperoleh volume minyak terpentin sebesar 23 mL, pada volume bahan baku 200
mL diperoleh volume minyak terpentin sebesar 27 mL, dan volume bahan baku
250 mL diperoleh volume minyak terpentin sebesar 26 mL. Pada daya 600 watt
dan volume bahan baku 150 mL diperoleh volume minyak terpentin 27 mL,
volume bahan baku 200 mL diperoleh volume minyak terpentin sebesar 29 mL
dan volume bahan baku 250 mL diperoleh volume minyak terpentin sebesar 30
mL. Pada daya 300 watt selama 60 menit dan volume bahan baku 150 mL
diperoleh volume minyak terpentin sebesar 23 mL, pada volume bahan baku 200
mL diperoleh volume minyak terpentin sebesar 26 mL dan volume bahan baku
250 mL diperoleh volume minyak terpentin sebesar 27 mL. Pada daya 450 watt
dan volume bahan baku 150 mL diperoleh volume minyak terpentin sebesar 30
mL, volume bahan baku 200 mL diperoleh volume minyak terpentin sebesar 33
mL dan volume bahan baku 250 mL diperoleh volume minyak terpentin sebesar
30 mL. Pada daya 600 watt dan volume bahan baku 150 mL diperoleh volume
minyak terpentin sebesar 34 mL, volume bahan baku 200 mL diperoleh volume
minyak terpentin sebesar 37 mL dan volume bahan baku 250 mL diperoleh
volume minyak terpentin sebesar 31 mL. Pada daya 300 watt selama 90 menit dan
volume bahan baku 150 mL diperoleh volume minyak terpentin sebesar 28 mL,
volume bahan baku 200 mL diperoleh volume minyak terpentin sebesar 30 mL
dan volume bahan baku 250 mL diperoleh volume minyak terpentin sebesar 31
mL, Pada daya 450 watt dan volume bahan baku 150 mL diperoleh volume
minyak terpentin sebesar 34 mL, volume bahan baku 200 mL diperoleh volume
minyak terpentin sebesar 37 mL dan volume bahan baku 250 mL diperoleh
volume minyak terpentin sebesar 34 mL. Pada daya 600 watt dan volume bahan
baku 150 mL diperoleh volume minyak terpentin sebesar 37 mL, volume bahan
baku 200 mL diperoleh volume minyak terpentin sebesar 39 mL dan volume
bahan baku 250 mL diperoleh volume minyak terpentin sebesar 33 mL.

25
Berdasarkan gambar 4.3 dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi daya akan
menghasilkan volume hasil ekstraksi semakin besar meskipun dalam peningkatan
daya yang terjadi berjalan secara naik turun dalam menghasilnya jumlah volume
hasil ekstraksi. Adapun yang mengakibatkan naik turunnya volume hasil ekstraksi
yaitu daya yang terlalu tinggi mengakibatkan degradasi thermal pada senyawa
yang diekstrak (Chemat and Cravotto, 2013).
4.3.3 Pengaruh Waktu Ekstraksi Terhadap Yield Minyak Terpentin
Pada ekstraksi minyak terpentin dengan menggunakan metode microwave
hydrodistillation, waktu ekstraksi juga merupakan salah satu faktor yang perlu
diperhatikan. Secara umum dengan semakin lama waktu ekstraksi, maka yield
yang diperoleh juga akan semakin besar. Akan tetapi dengan semakin lamanya
waktu ekstraksi, maka peningkatan yield yang diperoleh menjadi semakin kecil
(Wang et al., 2008). Semakin lama waktu ekstraksi semakin tinggi rendemen yang
dihasilkan karena kesempatan bersentuhan antara bahan dengan pelarut semakin
besar. Hal ini disebabkan karena semakin lama waktu antara pelarut dengan bahan
proses penetrasi pelarut dalam sel bahan maka akan cenderung semakin banyak
senyawa aktif yang berdifusi keluar sel (Sembiring et al., 2006). Dapat
disimpulkan yield yang diperoleh berdasarkan Gambar 4.2 metode microwave
hydrodistillation menunjukkan peningkatan yang cepat seiring berjalannya waktu
ekstraksi.
4.3.4 Pengaruh Daya Microwave terhadap Densitas Minyak Terpentin
Densitas dalam penelitian ini merupakan berat massa jenis suatu benda yang
diteliti pada suatu peneltian, dimana pada penelitian ini yang akan diteliti adalah
massa jenis minyak yang dihasilkan dari proses ektraksi minyak terpentin dari
getah pinus dengan menggunakan pelarut aquadest.
Menurut Prasetyo (2018), Densitas atau berat jenis minyak merupakan
kumpulan berat molekul dari berbagai komponen penyusun suatu minyak atsiri
dalam volume yang telah ditentukan. Harga densitas berkaitan dengan fraksi berat
komponen yang terdapat dalam minyak terpentin. Berat molekul senyawa
berbanding lurus dengan densitas minyak. Semakin besar berat molekul suatu
senyawa, maka akan menghasilkan densitas yang besar. Untuk menentukan mutu
minyak terpentin dari parameter densitas, dilakukan pengamatan hasil uji minyak

26
yang dihasilkan berdasarkan rentang harga SNI 7633-2011 yaitu 0,848 - 0,865
g/ml pada suhu 25oC. Dalam penelitian ini bahan yang digunakan berupa getah
pinus serta pelarut yang digunakan adalah aquadest dengan variasi daya 300 W,
450 W dan 600 W.. Pengaruh kenaikan densitas memberikan kecenderungan
peningkatan kelarutan minyak terpentin. Pengaruh bahan baku yang semakin
rendah perbandingan dapat mempengarui berat jenis minyak terpentin, semakin
tinggi berat jenis menunjukkan minyak memiliki kualitas yang baik (Guenther,
1987). Adapun pengaruh daya Microwave terhadap densitas minyak terpentin
dapat dilihat pada gambar 4.4.
0.865 Maksimum
0.860
Densitas (g/ml)

0.855
0.850
Minimum
0.845
0.840 30 menit
0.835 60 menit
0.830 90 menit
300 450 600
Daya (W)

a)
0.865 Maksimum
0.860
Densitas (g/ml)

0.855
0.850 Minimum
0.845
0.840
30 menit
0.835 60 menit
0.830 90 menit
300 450 600
Daya (W)

b)

0.865 Maksimum
Densitas (g/ml)

0.860
0.855
0.850
0.845 Minimum
0.840
0.835 30 menit
0.830
60 menit
300 450 600
90 menit
Daya (W)

c)
Gambar 4.4 Pengaruh Daya Microwave terhadap Densitas Minyak
Terpentin pada Volume Bahan Baku a) 150 mL b) 200 mL dan
c) 250 mL

27
Gambar 4.4 dapat dilihat bahwa pada penelitian ini untuk analisa densitas
yang didapat mencapai SNI 7633-2011 minyak terpentin yaitu 0,848 - 0,865
gr/ml. Dari hasil penelitian pada gambar a) dapat dilihat densitas yang terbaik
didapat dengan volume bahan baku 150 mL dengan waktu ekstraksi 30 menit
yaitu densitas yang didapat sebesar 0,856 g/ml. Pada gambar b) dapat dilihat
densitas yang terbaik didapat dengan volume bahan baku 150 mL dengan waktu
ekstraksi 30 menit diperoleh densitas sebesar 0,857 g/ml. Sedangkan pada gambar
c) dapat dilihat densitas yang baik diperoleh dengan volume bahan baku 200 dan
250 mL dengan waktu ekstraksi 60 dan 90 menit yaitu densitas yang diperoleh
sebesar 0,855 g/ml. Dari hasil tersebut dapat kita lihat bahwa besarnya daya
microwave tidak mempengaruhi densitas dalam minyak.
4.3.5 Pengaruh Daya Microwave terhadap Indeks Bias Minyak Terpentin
Sifat fisika yang juga dianalisa sebagai parameter kualitas minyak terpentin
adalah indeks bias minyak. Faktor yang mempengaruhi nilai indeks bias yaitu
kandungan air dalam minyak tersebut. Semakin banyak kandungan air dalam
minyak, maka semakin kecil nilai indeks biasnya. Hal ini disebabkan karena sifat
dari air yang mudah untuk membiaskan cahaya yang datang. Minyak terpentin
dengan harga indeks bias yang besar memiliki kualitas lebih baik dibandingkan
minyak dengan indeks bias kecil (Guenther, 1987).
Pengaruh daya microwave dan waktu ekstraksi terhadap indeks bias yang
didapatkan dari penelitian ini terhadap masing-masing pelarut dengan daya
microwave yaitu 300 W, 600 W dan 900 W. dengan jumlah pelarut 250 ml dan
waktu ekstraksi 30 menit, 60 menit dan 90 menit. Untuk hasilnya dapat dilihat
pada Gambar 4.5. Analisa indeks bias bertujuan untuk menentukan kemurnian
minyak yang dihasilkan serta untuk melihat hasil yang paling baik yang
memenuhi SNI 7633-2011.

28
1.478 Maksimum
1.474
1.470

Indeks Bias
1.466 Minimum
1.462
1.458
1.454 30 menit
1.450 60 menit
300 450 600 90 menit
Waktu (Menit)

a)

1.478 Maksimum
1.474
1.470
1.466
Indeks Bias

Minimum
1.462
1.458
1.454 30 menit
1.450 60 menit
300 450 600 90 menit
Waktu (Menit)

b)

1.478 Maksimum
1.474
1.470
1.466
Indeks Bias

Minimum
1.462
1.458
1.454 30 menit
1.450 60 menit
300 450 600 90 menit
Waktu (Menit)

c)
Gambar 4.5 Pengaruh Daya Microwave terhadap Indeks Bias Minyak
Terpentin pada Volume Bahan Baku a) 150 mL b) 200 mL
dan c) 250 mL

Indeks bias semakin tinggi menunjukkan semakin panjang rantai karbon,


dan semakin banyak ikatan rangkap. Jadi minyak terpentin dengan nilai indeks
bias yang besar lebih baik dibandingkan dengan dengan minyak terpentin dengan

29
nilai indeks bias kecil. Ini dimungkinkan kandungan α-pinena yang terdapat di
dalam minyak semakin besar (Hartono, 2011).
Dari gambar 4.5 dijelaskan bahwa pada penelitian ini untuk analisa indeks
bias yang didapat sesuai degan SNI 7633-2011 minyak terpentin yaitu 1.464 –
1.478. Dari hasil penelitian pada gambar a) dapat dilihat bahwa indeks bias yang
terbaik didapat dengan volume bahan baku 150, 200 dan 250 mL pada waktu
ekstraksi 30 dan 60 menit yaitu indeks bias yang didapat 1,468. Pada gambar b)
dapat dilihat bahwa indeks bias yang terbaik diperoleh dari volume bahan baku
250 mL dengan waktu ekstraksi 30 dan 90 menit sebesar 1,470. Sedangkan pada
gambar c) dapat dilihat bahwa indeks bias yang terbaik diperoleh dari volume
bahan baku 200 mL dengan waktu ekstraksi 60 menit sebesar 1,470.
Tinggi indeks bias dipengaruhi oleh waktu ekstraksi sehingga peningkatan
antara zat pelarut dengan pelarut lebih sempurna sehingga berpengaruh pada
kemurnian minyak yang dihasilkan. Indeks bias merupakan perbandingan antara
kecepatan cahaya didalam udara dengan kecepatan cahaya didalam minyak
tersebut. indeks bias minyak berhubungan erat dengan komponen-komponen yang
tersusun dalam minyak yang dihasilkan. Semakin banyak komponen berantai
panjang atau komponen bergugus oksigen ikut tersuling, maka kerapatan minyak
akan bertambah sehingga cahaya yang datang akan lebih sukar di biaskan. Hal ini
menyebabkan indeks bias minyak lebih besar. Indeks bias bertujuan untuk
mengidentifikasi zat dan mendeteksi kemurnian minyak yang dihasilkan (Suryati
et al., 2015). Indeks bias dipengaruhi oleh panjang rantai karbon dan jumlah
ikatan rangkap.

4.4 IDENTIFIKASI KOMPOSISI MINYAK TERPENTIN


MENGGUNAKAN GC-MS

Analisis GC-MS terhadap minyak terpentin yang dihasilkan dengan


menggunakan microwave hydrodistillation bertujuan untuk mengidentifikasi
komposisi senyawa-senyawa yang terkandung didalam minyak terpentin. Analisis
GC-MS terhadap minyak terpentin dapat dilihat pada kromatogram yang
ditunjukkan pada Gambar 4.6.

30
α-pinena

β-pinena 3-carene

α-terpinolene

Gambar 4.6 Anlisis GC-MS terhadap Minyak Terpentin menggunakan Metode


Microwave Hydrodistillation dengan Volume Bahan Baku 150 mL
dan Daya 600 Watt pada Waktu 60 Menit

Dari kromatogram tersebut, diketahui terdeteksi 9 jenis senyawa yang


terkandung dalam minyak terpentin. Adapun komponen utama pada minyak
terpentin dari getah pinus, diperoleh kadar α- pinene (68,53%) pada waktu retensi
3,301 menit. Kadar β-pinene (5,23%) pada waktu retensi 4,093 menit, kadar 3-
Carene (14,31%) pada waktu retensi 5,204 menit dan kadar α-terpinolene (2,53%)
pada waktu retensi 8,431 menit.
Minyak terpentin yang dihasilkan pada penelitian ini memiliki kandungan α-
pinena yang lebih rendah dibandingkan dengan kandungan α-pinena yang
dihasilkan pada penelitian Muharani et al (2015). Pada penelitiannya mereka
menggunakan metode destilasi fraksinasi, sebanyak 100 mL minyak terpentin
dimasukkan dalam labu leher tiga. Kemudian proses distilasi fraksinasi dilakukan
sampai destilat keluar dan ditampung dalam labu jantung 1, ketika temperatur
meninhkat labu jantung digeser ke labu jantung 2 untuk menampung destilat yang
selanjutnya. Waktu optimum yang didapat yaitu 6 jam, minyak terpentin yang
awalnya kandungan α-pinena 33,90% setelah dilakukan destilasi fraksinasi maka
kandungan α-pinena meningkat menjadi 85,84%.
Penelitian yang dilakukan Amini et al (2014) mengekstraksi minyak
terpentin menggunakan metode destilasi fraksinasi yang diambil dari hasil
produksi perusahaan lokal dan perdagangan. Hasil pengukuran menunjukkan

31
sedikitnya ada 13 senyawa penyusun minyak terpentin perusahaan lokal dengan
senyawa dominan α-pinena mencapai 64,63%. Sedangkan pada minyak terpentin
perdagangan terdapat sedikitnya 10 senyawa penyusun dengan kandungan
αpinena yang lebih rendah yaitu 55,75%. Setelah dilakukan distilasi fraksinasi
pengurangan tekanan terhadap minyak terpentin perdagangan, diperoleh fraksi
pertama dengan kandungan α-pinena yang lebih tinggi yaitu 88,2% dan δ-karena
11,8%. Kesimpulan yang dapat ditarik bahwa metode hydrodistillation dengan
menggunakan microwave sebagai media pemanas lebih rendah dari sisi kuantitas
(% rendemen lebih tinggi) dan sisi kualitas (% kadar α-pinena lebih rendah).
Kesimpulan lain yang dapat ditarik adalah metode microwave hydrodistillation
layak digunakan dan dikembangkan lagi dalam proses ekstraksi minyak terpentin.

4.5 HASIL KUALITAS MINYAK TERPENTIN


Hasil ekstraksi minyak terpentin dianalisis karakteristiknya dan
dibandingkan dengan standar mutu minyak terpentin berdasarkan SNI 7633-2011
seperti yang ditujukan pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1 Hasil Analisa Kualitatif Minyak Terpentin
Minyak Terpentin
Minyak Terpentin
Parameter Berdasarkan SNI
Hasil Ekstraksi
7633-2011
Warna Jernih Jernih
Berat Jenis, 25oC (gr/cm3 ) 0,853 0,848 - 0,865
Indeks Bias, 25oC 1,465 1.464 – 1.478

Dari tabel 4.1 dapat dilihat bahwa minyak terpentin yang dihasilkan masih
dalam rentang standar mutu minyak atsiri berdasarkan SNI 7633-2011.

32
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 KESIMPULAN
Adapun kesimpulan yang dapat diambil pada penelitian ini adalah:
1. Semakin lama waktu ekstraksi yang digunakan yield/rendemen minyak
terpentin yang didapat semakin tinggi.
2. Kondisi operasi yang menghasilkan yield terbaik untuk ekstraksi minyak
terpentin adalah pada daya 600 W dengan waktu ekstraksi 60 menit diperoleh
yield sebesar 27,31 % dengan kandungan α- pinene (68,53%), β-pinene
(5,23%), 3-Carene (14,31%) dan α-terpinolene (2,53%).
3. Semakin tinggi suhu proses ekstraksi semakin cepat, pada suhu 100 – 120oC
mencapai konstan dengan waktu 90 menit.
4. Densitas minyak terpentin terbaik diperoleh dari volume bahan baku 150 mL
dengan daya 450 watt dan waktu ekstraksi 30 menit sebesar 0,857 g/ml.
5. Indeks bias minyak terpentin terbaik diperoleh dari volume bahan baku 250
mL dengan daya 300 watt dan waktu ekstraksi 90 menit adalah 1,465.

5.2 SARAN
Adapun saran yang dapat diberikan adalah:
1. Peneliti menyarankan untuk menambah pelarut atau memvariasikan pelarut
agar sampel tidak gosong pada variasi daya dan waktu ekstraksi yang
panjang.
2. Penelitian selanjutnya disarankan untuk memodifikasi alat microwave
hydrodistillation dengan menambah selang atau konektor lain supaya adanya
alur balik pelarut menuju ekstraktor sehingga sampel yang ada pada
ekstraktor tidak gosong pada variasi waktu ekstraksi yang panjang.
3. Peneliti menyarankan untuk memvariasikan pelarut lain seperti dimethyl
sulfoxide, dimethylformamide, etilen glikol, metanol dan lain-lain.

33
DAFTAR PUSTAKA

Amini, R. Wika., Masruri. dan M. F. Rahman. 2014. Analisis Minyak Terpentin


(Pinus Merkusii) Hasil Produksi Perusahaan Lokal dan Perdagangan
Menggunakan Kromatografi Gas-Spektroskopi Massa (Kg-Sm) Serta
Metode Pemurniannya. Kimia Student journal 1(1): 147-153. Universitas
Brawijaya. Malang.
Azis, F. 2010. Peningkatan Produktivitas Getah Pinus Melalui Penggunaan
Stimulansia Organik. Skripsi. Departemen Manajemen Hutan Fakultas
Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Chan, C-H., Yusoff, R., Ngoh, G-C., dan Kung, FW-L. 2011. Microwave-assisted
Extractions of Active Ingredients from Plants. Journal of Chromatography
A, 1218, 6213–6225.
Chemat F. and Cravotto G. 2013. Microwave-assisted Extraction for Bioactive
Compounds : Theory and Practice. Springer. New York. Hal 1-52.
Chen, L., Song, D., Tian, Y., Ding, L., Yu, A., dan Zhang, H. 2008. Application
of On-line Microwave Sample-Preparation Techniques. Trends in
Analytical Chemistry, 27, 151–159.
Dewi, Ray., ING. Wardana., dan Nurkholis Hamidi. 2012. Pengaruh Daya
Penyinaran Gelombang Mikro Terhadap Karakteristik Pembakaran Droplet
Minyak Jarak Pagar. Jurnal Rekayasa Mesin 3(2) Tahun 2012 : 305-316
ISSN 0216-468X. Jurusan Teknik Mesin Program Magister dan Doktor
Fakultas Teknik Universitas Brawijaya. Malang.
Eka P., Christina., dan Florentina. 2017. Ekstraksi Tanin dari Kulit Kayu Pinus
dengan Bantuan Microwave: Pengaruh Daya Microwave, Jenis Pelarut dan
Waktu Ekstraksi. Jurnal Integrasi Proses 6(4): 155–161. Departemen
Teknik Kimia Fakuktas Teknik. Universitas Sumatera Utara. Medan.
Elwin. 2014. Analisa Pengaruh Waktu Pretreatment dan Konsentrasi Naoh
Terhadap Kandungan Selulosa, Lignin dan Hemiselulosa Eceng Gondok
Pada Proses Pretreatment Pembuatan Bioetanol. Universitas Brawijaya.
Malang.
Erliyanti, Nove Kartika dan Elsa Rosyidah. 2017. Pengaruh Daya Microwave
Terhadap Yield pada Ekstraksi Minyak Atsiri dari Bunga Kamboja
(Plumeria Alba) Menggunakan Metode Microwave Hydrodistillation.
Jurnal Rekayasa Mesin 8(3) Tahun 2017: 175-178 ISSN 2477-6041.
Program Studi Teknik Kimia Universitas Nahdlatul Ulama Sidaorjo. Jawa
Timur.
Eskillsson, C.S., Bjourklund, E. 2000. Analytical-Scale Microwave-Assisted
Extraction, Journal of Chromatography.A, 902(1), 227-250.
Fadel, O. et al. 2010. Comparison of MicrowaveAssisted Hydrodistillation and
Traditional Hydrodistillation Methods for the Rosmarinus Eriocalyx
Essential Oils from Eastern Morocco. J. Mater. Environ. Sci. 2/2: 112-117.
Faizal, H. M., K. Huda., dan S. Achmad. 2010. Pengaruh Rasio
(Ethanol/Mengkudu) dan Jumlah Siklus Ekstraksi terhadap Yield Minyak
Biji Mengkudu. Jurnal Teknik Kimia 17(3). Universitas Sriwijaya.
Palembang.
Fleig, H. 2005. Turpentines. Chap 14. Wileyvch Verlag Gmbh and Co. Kgaa.

34
Weinheim.
Gao, M., Song, B., Lin, C., 2006, Dynamic Microwave Assisted Extraction Of
Flavonoids From Saussurea Medusa Maxim. Cultured Cells, Biochemical
Engineering Journal, 332: 79-83.
Guenther, E. 1987. Essential oil, Robert E. Krieger Publishing Co., Inc. New
York.
Guenther, E. 1990. Minyak Atsiri, Jilid IVB. diterjemahkan oleh Ketaren. Jakarta:
UIPress.
Hartono, R., 2011. Karakterisasi Minyak Atsiri dari Limbah Daun Cengkeh.
Prosiding Seminar Nasional Teknik Kimia”Kejuangan”. Yogyakarta 22
Februari 2011.
Hidayati, B. N., T. S. Julianto., dan D. Rubiyanto. 2014. Studi Perlakuan Reaksi
Isomerisasi 3-Carene Menjadi 4-Carene Menggunakan Katalis Natrium-O-
Klorotoluena. Indonesian Journal Of Chemical Research – Indo.J.Chem.Res
2(1). Universitas Islam Indonesia. Yogyakarta.
Huda, I. M. 2014. Pengaruh daya microwave-assisted Hydrodistillation terhadap
kebutuhan energi Ekstraksi dan rendemen minyak nilam. Universitas
Brawijaya. Malang.
Kencanawati, CIPK., I. K. G. Sugita., NPG Sardana., dan I. W. B. Suyasa. 2017.
Karakteristik dan Analisis Awal Getah Pinus Merkusii (Pine Resin) dengan
Variasi Suhu Pemanasan Sebagai Alternatif Resin pada Komposit.
Proceeding Seminar Nasional Tahunan Teknik Mesin XVI (SNTTM XVI).
Universitas Udayana. Surabaya.
Kramer, D.J. dan T.T Kozlowsky. 1960. Physiology Of Trees, Dalam Pengkajian
Penerapan Teknik Budidaya Rhizophora Mucronata Dengan Stek Hipokotil,
Mulyani, N., C. Kusmana, Dan Supriyanto. 1999. Jurnal Manajemen Hutan
Tropika 5 : 57-65.
Kurniawan, R. 2016. Pengaruh Penambahan Minyak Terpentin (Pinus Sp) Dan
Minyak Cengkeh Pada Bahan Bakar Premium Terhadap Performa Dan
Emisi Kendaraan Bermotor. Skripsi. Jurusan Teknik Mesin Fakultas
Teknik. Universitas Negeri Semarang. Semarang.
Kusuma, H. S. and M. Mahfud. 2017. Kinetic Studies on Extraction of Essential
Oil from Sandalwood (Santalum album) by Microwave Air-
Hydrodistillation Method. Alexandria Engineering Journal. Department of
Chemical Engineering, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya,
Indonesia.
Liang, H., Hu, Z., Cai, M. 2008. Desirability Function Approach for the
Optimization of Microwave-Assisted Extraction of Saikosaponins from
Radix Bupleuri, Sep Purif Technology 61 (3) : 266 – 275.
Mandal, V., Mohan, Y., Hemalath, S. 2007. Microwave Assisted Extraction- An
Innovative and Promising Extraction Tool for Medicinal Plant Research.
Pharmacognosy Reviews, 1(1), 7– 18.
Megawati dan Fitriya Murniyawati. 2015. Microwave Assisted Hydrodistillation
untuk Ekstraksi Minyak Atsiri dari Kulit Jeruk Bali Sebagai Lilin
Aromaterapi. Jurnal Bahan Alam Terbarukan. Universitas Negeri
Semarang. Semarang.
Metaxas, A.C. 1996. Foundations of Electroheat: A Unified Approach, Wiley,
New York.

35
Muharani, D., T. S. Julianto., D. Rubiyanto. 2015. Pengaruh Waktu Reaksi Pada
Konversi Α-Pinen Menjadi Terpineol Menggunakan Katalis Asam Sulfat.
Indonesian Journal Of Chemical Research. Universitas Islam Indonesia.
Yogyakarta.
Novia., Haerani Yuliati., dan Riska Yuliandhika. 2009. Pemanfaatan Biji Karet
Sebagai Semi Drying Oil dengan Metode Ekstraksi Menggunakan Pelarut
N-Heksana. Jurnal Teknik Kimia 16(4). Jurusan Teknik Kimia Fakultas
Teknik. Universitas Sriwijaya. Palembang.
Prasetyo, Ferry Yuda. 2018. Ekstraksi Minyak Atsiri dari Bunga Cengkeh Dengan
Menggunakan Metode Ultrasonik. Skripsi. Program Studi Teknik Kimia.
Fakultas Teknik. Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Raju, G.G. 2003. Dielectrics in Electric Fields, Dekker, New York.
Rianto, A. 2012. Karakteristik Biometrik Pohon Pinus Merkusii Jungh Et. De
Vriese di Hutan Pendidikan Gunung Walat, Kabupaten Sukabumi, Jawa
Barat. Skripsi. Departemen Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan. Institut
Pertanian Bogor. Bogor.
Riwayati, I. 2005. Pengaruh Jumlah Adsorben Karbon Aktif dan Waktu Proses
Bleaching pada Pengolahan Gondorukem. Momentum 1(2) 9-14. Jurusan
Teknik Kimia. Fakultas Teknik. Universitas Wahid Hasyim. Semarang.
Routray, W. dan Orsat, V. 2011. Microwave-assisted Extraction of Flavonoids: A
Review. Food and Bioprocess Technology, 5(2), 1–16.
Sallata, M. Kudeng. 2013. Pinus (Pinus Merkusii Jungh Et De Vriese) dan
Keberadaannya di Kabupaten Tana Toraja, Sulawesi Selatan. Balai
Penelitian Kehutanan Makassar. Info Teknis Eboni 10(2) 85 – 98.
Saputra, Randy., N. A. Wigraha., dan G. Widayana. 2017. Pengaruh Pencampuran
Bahan Bakar Pertalite Dengan Minyak Terpentin dan Minyak Atsiri
Terhadap Penurunan Emisi Gas Buang Sepeda Motor Supra X 125. Jurnal
Jurusan Pendidikan Teknik Mesin (JJPTM) 8(2). Universitas Pendidikan
Ganesha Singaraja. Bali.
Sembiring, B. B., Ma’mun, dan Ginting, E. I. 2006. Pengaruh Kehalusan Bahan
dan Lama Ekstraksi terhadap Mutu Ekstrak Temulawak (Curcuma
xanthorriza Roxb.). Bul. Littro. 17 (2): 53-58.
Siahaan, M. Arianto. 2010. Isolasi Senyawa Diterpenoida dari Ekstrak Metanol
Daun Tumbuhan Merambung (Vernonia Arborea Buch-Ham). Tesis.
Program Pasca Sarjana Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.
Universitas Sumatera Utara. Medan.
Shu, Y.Y., Ko, M.Y., 2003, Microwave Assisted Extraction of Ginsenosides from
Ginseng Root, Microchemical Journal, 74:131- 139.
Spigno, G. dan De Faveri, D.M. 2009. Microwave-assisted Extraction of Tea
Phenols: A Phenomenological Study. Journal of Food Engineering, 93,
210– 217.
Standar Nasional Indonesia. 2011. Minyak Terpentin. Badan Standarisasi
Nasional 7633:2011.
Suluhingtyas, L. Citra. 2009. Kajian Sintesa Asam Abietat Kasar dari Getah
Pinus (Pinus Merkusii) Menggunakan Katalis Nikel Melalui Reaksi
Isomerisasi. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor.
Bogor.
Suryati., Amri Ismail., dan Afriyanti. 2015. Proses Pembuatan Minyak Dedak

36
Padi (Rice Brain Oil) Menggunakan Metode Ekstraksi. Jurnal Teknologi
Kimia Unimal 4:1 37 – 45. Jurusan Teknik Kimia. Fakultas Teknik.
Universitas Malikussaleh. Aceh.
Syahputra, Mahmud Erfandi dan Defina Parasandi. 2017. Ekstraksi Minyak Atsiri
dari Daun Nilam (Pogostemon Cablin Benth) dengan Menggunakan
Metode Microwave Hydrodistillation dan Solvent-Free Microwave
Extraction. Skripsi. Departemen Teknik Kimia. Fakultas Teknologi Industri.
Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Surabaya.
Veera, G. G., Prafulla., Edith, M. G., Shuguang, D., Nagamany, N. 2013.
Microwave Energy Potential for Biodiesel Production. Civil and
Environmental Engineering Department, Mississippi StateUniversity,
Mississippi State, MS 39762, USA.
Wang, Y., You, J., Yu, Y., Qu, C., Zhang, H., Ding, L. 2008. Analysis of
Ginsenosides in Panax Ginseng in High Pressure Microwave-Assisted
Extraction, Food Chemistry, 110(1), 161–167.
Wijayati, N. 2016. Monograf Biotranformasi Alfa Pinena dari Minyak Terpentin.
Penerbit UNNES PRESS.
Wildan, Syaeful Barqi. 2015. Pengambilan Minyak Mikroalga Chlorella sp.
dengan Metode Microwave Assisted Extraction. Jurnal Bahan Alam
Terbarukan 4 (1) (2015) 34-41. Prodi Teknik Kimia D3, Fakultas Teknik,
Universitas Negeri Semarang. Semarang.

37
LAMPIRAN A
DATA HASIL PERCOBAAN

LA.1 MASSA DAN RENDEMEN MINYAK TERPENTIN DARI GETAH


PINUS DENGAN DAYA MICROWAVE 300 WATT
Tabel A.1 Massa Minyak dan Rendemen Minyak Terpentin dari Getah Pinus
dengan Daya Microwave 300 Watt
Run Daya Volume Bahan Waktu Volume Minyak Yield (%)
Microwave Baku (mL) (menit) (mL)
(watt)
1 30 20 16,06
2 150 60 23 18,47
3 90 28 22,49
4 30 24 14,46
5 300 200 65 26 15,66
6 90 30 18,07
7 30 25 12,05
8 250 60 27 13,01
9 90 31 14,49

LA.2 MASSA DAN RENDEMEN MINYAK TERPENTIN DARI GETAH


PINUS DENGAN DAYA MICROWAVE 450 WATT
Tabel A.2 Massa Minyak dan Rendemen Minyak Terpentin dari Getah Pinus
dengan Daya Microwave 450 Watt
Run Daya Volume Bahan Waktu Volume Minyak Yield (%)
Microwave Baku (mL) (menit) (mL)
(watt)
1 30 23 18,47
2 150 60 30 24,10
3 90 34 27,31
4 30 27 16,27
5 450 200 60 33 19,88
6 90 37 22,29
7 30 26 12,53
8 250 60 30 14,46
9 90 34 16,39

38
LA.3 MASSA DAN RENDEMEN MINYAK TERPENTIN DARI GETAH
PINUS DENGAN DAYA MICROWAVE 600 WATT
Tabel A.3 Massa Minyak dan Rendemen Minyak Terpentin dari Getah Pinus
dengan Daya Microwave 600 Watt
Run Daya Volume Bahan Waktu Volume Minyak Yield (%)
Microwave Baku (mL) (menit) (mL)
(watt)
1 30 27 21,69
2 150 60 34 27,31
3 90 37 29,72
4 30 29 17,47
5 600 200 60 37 22,29
6 90 39 23,49
7 30 30 14,46
8 250 60 31 14,94
9 90 33 15,90

LA.4 MASSA JENIS DAN INDEKS BIAS MINYAK TERPENTIN DARI


GETAH PINUS DENGAN DAYA MICROWAVE 300 WATT
Tabel A.4 Massa Jenis dan Indeks Bias Minyak Terpentin dari Getah Pinus
dengan Daya Microwave 300 Watt

Run Daya Volume Bahan Waktu Massa Jenis


Microwave Baku (mL) (menit) (gram/mL) Indeks Bias
(watt)
1 30 0,856 1,468
2 150 60 0,855 1,467
3 90 0,855 1,467
4 30 0,852 1,467
5 300 200 60 0,853 1,468
6 90 0,852 1,467
7 30 0,855 1,466
8 250 60 0,851 1,468
9 90 0,853 1,465

39
LA.5 MASSA JENIS DAN INDEKS BIAS MINYAK TERPENTIN DARI
GETAH PINUS DENGAN DAYA MICROWAVE 450 WATT
Tabel A.5 Massa Jenis dan Indeks Bias Minyak Terpentin dari Getah Pinus
dengan Daya Microwave 450 Watt
Run Daya Volume Bahan Waktu Massa Jenis
Microwave Baku (mL) (menit) (gram/mL) Indeks Bias
(watt)
1 30 0,857 1,468
2 150 60 0,850 1,466
3 90 0,856 1,469
4 30 0,851 1,468
5 450 200 60 0,854 1,468
6 90 0,853 1,468
7 30 0,856 1,470
8 250 60 0,852 1,468
9 90 0,852 1,470

LA.6 MASSA JENIS DAN INDEKS BIAS MINYAK TERPENTIN DARI


GETAH PINUS DENGAN DAYA MICROWAVE 600 WATT
Tabel A.6 Massa Jenis dan Indeks Bias Minyak Terpentin dari Getah Pinus
dengan Daya Microwave 600 Watt
Run Daya Volume Bahan Waktu Massa Jenis
Microwave Baku (mL) (menit) (gram/mL) Indeks Bias
(watt)
1 30 0,851 1,466
2 150 60 0,853 1,467
3 90 0,854 1,466
4 30 0,854 1,469
5 600 200 60 0,855 1,470
6 90 0,855 1,466
7 30 0,855 1,467
8 250 60 0,854 1,469
9 90 0,853 1,469

40
LA.7 DATA GC-MS MINYAK TERPENTIN DARI GETAH PINUS
MENGGUNAKAN METODE MICROWAVE HYDRO-DISTILLATION
Tabel A.7 Data GC-MS dari Minyak Terpentin dari Getah Pinus
Menggunakan Metode Microwave Hydro-distillation
Peak R.Time Area% Name
1 3.301 68.53 ALPHA.-PINENE
2 3.732 3.27 Camphene
3 4.093 5.23 2-.BETA.-PINENE
4 4.855 1.21
5 5.204 14.31 DELTA.3-Carene
6 6.286 1.1 2-.BETA.-PINENE
7 6.893 1.85 D-Limonene
8 7.252 1.97 Benzene, methyl(1-methylethyl)- (CAS) Cymol
9 8.431 2.53 .ALPHA.-TERPINOLENE
100.00

41
LAMPIRAN B
CONTOH PERHITUNGAN

LB.1 CONTOH PERHITUNGAN KADAR AIR


Massa aluminium foil = 3,17 gram
Massa awal (massa getah pinus + foil) = 5,17 gram
Massa akhir (massa kering getah pinus + foil) = 3,69 gram
Massa awal getah pinus = 2,00 gram
Massa kering getah pinus = 0,53 gram
Kadar air dihitung berdasarkan persamaan 3.1

massa awal getah pinus - massa kering getah pinus


Kadar air (%) = ×100%
massa awal getah pinus

2,00-1,66
= ×100%
2,00
= 0,17%

LB.2 CONTOH PERHITUNGAN DENSITAS


Sampel: Hasil Minyak Terpentin pada Daya 600 watt, 60 menit, 150 mL
Massa piknometer kosong (m) = 15,12 gram
Massa piknometer + air (m1) = 24,20 gam
Massa air (m-m1) = 24,20 – 15,12
= 9,08 gram
Massa piknometer + minyak (m2) = 23,56 gram
Massa minyak (m2-m) = 8,44 gram
Densitas air (dair) = 0,9982 gram/ml (pada suhu 20C)
Densitas dari minyak dihitung menggunakan persamaan 3.4

dminyak m2 - m
dair m1 -m
dminyak 8,44
0,9982
dminyak = 0,853 gram/ml

42
LB.3 CONTOH PERHITUNGAN YIELD MINYAK TERPENTIN
Sampel: Hasil Minyak Terpentin pada Daya 300 watt, 60 menit, 150 mL
Volume getah pinus yang digunakan = 150 mL
Kadar air = 0,17 %
Volume minyak yang dihasilkan = 34 mL
Yield dari minyak dihitung menggunakan persamaan 3.2
olume minyak
Yield (%) = ×100%
olume getah ( 1-kadar air)
34
Yield (%) = ×100%
150 (1-0,17)
Yield (%) = 27,31%

43
LAMPIRAN C
DOKUMENTASI HASIL PENELITIAN

LC.1 SAMPEL GETAH PINUS MERKUSI

Gambar C.1 Sampel Getah Pinus Merkusii

LC.2 MENGHITUNG KADAR AIR SAMPEL GETAH PINUS MERKUSII

Gambar C.2 Kadar Air Getah Pinus Merkusii

44
LC.3 EKSTRAKSI MINYAK TERPENTIN MICROWAVE
HYDRODISTILLATION

Gambar C.3 Ekstraksi Minyak Terpentin

LC.4 HASIL EKSTRAKSI MINYAK TERPENTIN

Gambar C.4 Hasil Ekstraksi Minyak Terpentin

45
LC.5 MINYAK TERPENTIN BERBAGAI VARIASI

Gambar C.5 Minyak Terpentin Berbagai Variasi

LC.6 MINYAK TERPENTIN EKSTRAKSI MICROWAVE


HYDRODISTILLATION

Gambar C.6 Minyak Terpentin Ekstraksi Microwave hydrodistillation

46
LC.7 ALAT GC-MS

Gambar C.7 Alat GC-MS

47
LAMPIRAN D
HASIL UJI LABORATORIUM

LD.1 HASIL UJI GC-MS (GASS CHROMATOGRAPHY-MASS


SPECTROFOTOMETRI)

Sample Information
Analyzed by : Ibrahim, ST
Analyzed : 12/10/2019 3:33:17 PM
Sample Type : Unknown
Vial # :4
Sample Name : Minyak Terpentin, 600 W, 60 menit
Injection Volume : 0.2 mikroliter
Data File : E:\Terpentin\Minyak Terpentin 600 W 60 mnt.qgd
Method File : E:\Minyak Terpentin.qgm
Report File :C:\GCMSsolution\Project1\AreaNormalization_baru28032013.qgr
Tuning File : C:\GCMSsolution\System\Tune1\101219 tuning2.qgt

Gambar D.1 Anlisis GC-MS (Gas Chromatography Spectrofotometer) Terhadap


Minyak Terpentin Menggunakan Metode Microwave
Hydrodistillation dengan Volume Bahan Baku 150 mL dan Daya
600 Watt Pada Waktu 60 Menit

48
Peak Report TIC
Peak# R.Time Area Area% Name
1 3.301 .ALPHA.-PINENE, (-)- $$ Bicyclo[3.1.1]hept-2-ene,
23157894 68.53
2,6,6-trimethyl- (CAS) Pinene
2 3.732 1105010 3.27 Camphene
3 4.093 2-.BETA.-PINENE $$ Bicyclo[3.1.1]heptane, 6,6-
1767340 5.23
dimethyl-2-methylene- (CAS) .beta.-Pinene
4 4.855 408887 1.21
5 5.204 .DELTA.3-Carene $$ Bicyclo[4.1.0]hept-3-ene, 3,7,7-
4835685 14.31
trimethyl- (CAS) (+)-3-CARENE
6 6.286 2-.BETA.-PINENE $$ Bicyclo[3.1.1]heptane, 6,6-
371716 1.1
dimethyl-2-methylene- (CAS) .beta.-Pinene
7 6.893 D-Limonene $$ Cyclohexene, 1-methyl-4-(1-
625158 1.85
methylethenyl)-, (R)- $$ p-Mentha-1,8-diene, (R)
8 7.252 Benzene, methyl(1-methylethyl)- (CAS) Cymol $$
665709 1.97
Cymene $$ Thymene $$ Isopropyltoluene
9 8.431 .ALPHA.-TERPINOLENE $$ Cyclohexene, 1-methyl-4-
854946 2.53
(1-methylethylidene)
33792345 100.00

49
LAMPIRAN E
FLOWCHART PERCOBAAN

LE.1 Flowchart Persiapan Bahan Baku


Adapun flowchart persiapan bahan baku yaitu :

Mulai

Getah pinus dibersihkan dari kotoran-kotoran

Getah pinus diambil sebanyak 150 ml dan dimasukkan ke


labu destilasi

Selesai

Gambar E.1 Flowchart Persiapan Bahan Baku

50
LE.2 Flowchart Perhitungan Kadar Air
Adapun flowchart perhitungan kadar air yaitu :

Mulai

Getah pinus ditimbang 2 gram menggunakan


wadah yang sudah diketahui beratnya

Dikeringkan dalam oven pada suhu 105oC selama 2 jam

Didinginkan pada desikator lalu ditimbang

Dipanaskan kembali selama 30 menit

Didinginkan kembali pada desikator lalu ditimbang

Tidak
Apakah sudah
konstan ?

Ya

Kadar air dihitung

Selesai

Gambar E.2 Flowchart Perhitungan Kadar Air

51
LE.3 Flowchart Proses Ekstraksi Minyak Terpentin
Adapun flowchart proses ekstraksi yaitu :

Mulai

Dimasukkan getah pinus ke dalam labu destilasi sebanyak 150 ml dan


tambahkan aquadest 250 ml

Dimasukkan labu destilasi ke dalam microwave

Diatur daya pada 300 watt dan waktu selama 30 menit

Diukur volume dan massa distilat yang didapat

Dihitung rendemen yang didapat

Ya
Apakah ada
variabel lain ?

Tidak

Selesai

Gambar E.3 Flowchart Proses Ekstraksi Minyak Terpentin

52
LE.4 Flowchart Pengukuran Densitas Minyak Terpentin
Adapun flowchart pengukuran densitas minyak atsiri yaitu :

Mulai

Dimasukkan minyak terpentin ke dalam piknometer sampai penuh

Ditutup piknometer dan diukur temperatur minyak terpentin

Dicatat massa yang dibutuhkan

Dihitung densitas minyak terpentin

Selesai

Gambar E.4 Flowchart Pengukuran Densitas Minyak Terpentin

LE.5 Flowchart Analisis Indeks Bias


Adapun flowchart analisis indeks bias yaitu :

Mulai

Dialirkan air melalui refraktometer dan dijaga pada 25oC

Diatur suhu minyak 25oC dan harus dipertahankan

Dilakukan pembacaan

Selesai

Gambar E.5 Flowchart Analisis Indeks Bias

53

Anda mungkin juga menyukai