E-mail : nizarar14@gmail.com
Abstrak
Batu bata merah adalah bata yang dibuat dari tanah liat yang dicetak
kemudian dibakar dengan suhu tinggi sehingga menjadi benar-benar kering,
mengeras dan berwarna kemerah-merahan. Indonesia merupakan negara
yang kaya akan hasil alam termasuk bebatuan dan mineral. Tanah liat yang
merupakan bagian dari mineral adalah suatu zat yang terbentuk dari kristalkristal yang sedemikian kecilnya hingga tidak dapat dilihat walaupun telah
menggunakan mikroskop biasa. Semakin berkembangnya zaman dan
teknologi banyak dilakukan penelitian tentang pemanfaatan batuan alam
atau mineral sebagai adsorben seperti pemanfaatan tanah liat sebagai
adsorben ion-ion logam berat. Hal ini tidak menutup kemungkinan jenis-jenis
mineral yang lain dapat dimanfaatkan sebagai adsorben seperti batu bata
merah yang terbuat dari tanah liat. Salah satu faktor yang mempengaruhi
adsorpsi adalah ukuran atau luas permukaan adsorben, untuk itu dalam
penelitian ini selain fokus dalam pembuatan adsorben dilakukan pula analisa
terhadap pengaruh ukuran adsorben terhadap daya adsorbansinya. Proses
pembuatan adsorben batu bata merah melalui dua proses aktivasi yaitu
aktivasi fisika dengan pemanasan dan aktivasi kimia dengan perendaman
menggunakan larutan asam sulfat (H2SO4) 4N. Sedangkan uji daya
adsorbansinya dengan menggunakan larutan Metilen Blue 10 ppm dan
CuSO4 2%. Hasilnya dari ketiga variasi ukuran adsorben yaitu kecil, sedang
dan besar, adsorben dengan ukuran kecil memiliki daya adsorbansi yang
paling baik, sebab semakin kecil ukuran adsorben maka semakin besar luas
permukaannya, dimana semakin luas permukaan adsorben maka semakin
baik daya adsorbansinya karena banyak pula situs-situs aktif yang tersedia
pada adsorben untuk kontak dengan adsorbat.
Kata Kunci: Batu Bata Merah, Adsorben, Luas Permukaan, Daya Adsorbansi
PENDAHULUAN
Bata merah merupakan salah satu jenis bebatuan buatan sebagai bahan
dasar pembangunan rumah yang sudah sangat umum digunakan di
Indonesia dari zaman dulu hingga zaman modern seperti saat ini. Bata
merah memang sudah menjadi salah satu bahan wajib di dalam membangun
rumah, meskipun saat ini masyarakat Indonesia lebih cenderung
menggunakan batu bata putih. Namun secara kualitas, batu bata merah
memiliki kekuatan yang lebih baik dari batu bata putih atau batu bata kapur
(Anonim, 2013)
Bata merah yang dimaksud adalah bata yang dibuat dari tanah yang dicetak
kemudian dibakar dengan suhu tinggi sehingga menjadi benar-benar kering,
mengeras dan berwarna kemerah-merahan. Tanah yang digunakan adalah
tanah liat sehingga bisa menyatu saat proses pencetakan.
Indonesia merupakan negara yang kaya akan hasil alam termasuk bebatuan
dan mineral. Tanah liat yang merupakan bagian dari mineral adalah suatu
zat yang terbentuk dari kristal-kristal yang sedemikian kecilnya hingga tidak
dapat dilihat walaupun telah menggunakan mikroskop biasa. Kristal-kristal ini
terbentuk terutama terdiri dari mineral-mineral yang disebut kaolinit.
Semakin berkembangnya zaman dan teknologi banyak dilakukan penelitian
tentang pemanfaatan batuan alam atau mineral sebagai adsorben ion-ion
logam berat. Sebagaimana pada tahun 1997 telah dilakukan penelitian
tentang pemanfaatan beberapa jenis tanah liat sebagai penyerap ion logam
besi, krom dan timbal (Siti Sulastri dan Sutiman, 1997). Hal ini tidak menutup
kemungkinan jenis-jenis mineral yang lain dapat dimanfaatkan sebagai
adsorben seperti batu bata merah yang terbuat dari tanah liat.
Adsorpsi secara umum adalah proses terakumulasinya atom atau molekul
pada permukaan. Zat yang teradsorpsi disebut adsorbat, sedangkan material
tempat terakumulasinya adsorbat disebut adsorben (Atkins, 1996:427).
Adsorpsi terjadi pada permukaan zat padat karena adanya gaya tarik antar
atom atau molekul zat padat. Energi potensial permukaan akan turun
dengan mendekatnya molekul ke permukaan (Farrington, 1983:254).
Adsorpsi dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu adsorpsi fisik dan adsorpsi
kimia (Zahrul Mufrodi, dll , 2008). Menurut Benefield (1982) dalam Asep
Saepudin (2009:17-18), faktor faktor yang mempengaruhi proses adsorpsi
salah satunya adalah luas permukaan adsorben. Semakin luas permukaan
adsorben maka semakin banyak adsorbat yang teradsorpsi sebab semakin
banyak pula situs-situs aktif yang tersedia pada adsorben untuk kontak
dengan adsorbat. Luas permukaan sebanding dengan jumlah situs aktif
adsorben.
Potensi pemanfaatan batu bata merah sebagai adsorben cukup besar karena
bahan dasarnya sendiri adalah tanah liat yang pada penelitian-penelitian
sebelumnya telah dilakukan
pemanfaatannya sebagai adsorben dan
berhasil. Untuk itu dalam penelitian kali ini akan dilakukan pemanfaatan batu
bata merah sebagai adsorben dengan mengkaji pula pengaruh luas
(Luas
Permuka
an
Besar)
sangat
bening dan
proses
adsorbansi
berjalan
dengan
cepat
sedikit
bening dan
proses
adsorbansi
berjalan
dengan
cepat
Larutan
Larutan
menjadi
menjadi
Ukuran
sedikit
sedikit
Sedang
bening dan bening dan
(Luas
proses
proses
Permuka adsorbansi adsorbansi
an
berjalan
berjalan
Sedang)
cukup
cukup
cepat
cepat.
Larutan
Larutan
tetap
menjadi
berwarna
sedikit
biru tapi
bening
sedikit
namun
Ukuran
bening dan proses
Besar
proses
adsorbansi
(Luas
adsorbansi berjalan
Permuka berjalan
dengan
an Kecil) dengan
lambat
lambat
Penelitian ini bertujuan untuk memanfaatkan batu bata merah sebagai
adsorben dengan mengkaji pula pengaruh luas permukaannya terhadap
daya adsorbansinya terhadap larutan-larutan berwarna. Proses aktivasi batu
bata merah sebagai adsorben dilakukan dengan pemanasan dan juga
perendaman menggunakan larutan asam yaitu asam sulfat (H2SO 4) 4N.
Aktivasi menggunakan larutan asam sulfat ini dapat meningkatkan luas
permukaan spesifik pori. Perlakuan aktivasi dengan menggunakan asam
sulfat dapat melarutkan pengotor pada material tersebut sehingga mulut
pori menjadi lebih terbuka sehingga luas permukaan spesifik pori meningkat.
Hal ini berpengaruh terhadap daya adsorpsi, semakin meningkat luas
permukaan spesifik pori maka daya adsorpsi akan semakin meningkat.
Dalam proses pembuatan adsorben ini pH adsorben harus dikontrol pula
agar tidak bersifat asam maupun basa sebab dapat mempengaruhi
adsorbansinya.
Dalam penelitian ini uji adsorbansi adsorben yang telah terbentuk dilakukan
terhadap larutan-larutan berwarna yaitu Metilen Blue 10 ppm dan CuSO 4 2%
yang keduanya memiliki warna yang sama yaitu biru. Dari tabel di atas
KESIMPULAN
Berdasarkan
kesimpulan:
penelitian
yang
telah
dilakukan
maka
dapat
diambil