Anda di halaman 1dari 10

PRATIKUM NON HAYATI

“Pemanfaatan limbah Ampas Tahu sebagai Adsorben untuk Logam Zink (Zn)”

KELOMPOK 4

1. Aprilia Melisa 20035114


2. Sarah Rodiatul 20035143
3. Gifran Noval Rahmadoni 20035123
4. Rahmatul Husna 20035137

Dosen Pengampu:

1. Trisna Kumala Sari, S.Si., M.Si., Ph.D.


2. Romy Dwipa Yamesa Away, S.Si., M.Eng., Ph.D.

Asisten Dosen:

1. Fadhilatul Zikra, S.Si.


2. Irfan Ananda Ismail, S.Pd.

JURUSAN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKAN DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2022
Desain Proyek kelompok 4

1. Judul Praktikum Judul praktikum non hayati kali ini adalah “Pemanfaatan Limbah
Ampas Tahu Sebagai Adsorben Logam Zink (Zn)”
2. Tujuan Praktikum

Ada beberapa tujuan praktikum kita kali ini, dalam memecahkan permasalahan –
permasalahan berikut ini :

a) Untuk mengetahui ampas tahu dapat diajadikan sebagai adsorben logam zink.
b) Untuk mengetahui massa adsorben optimum untuk adsorpsi logam zink.
c) Untuk mengetahui waktu kontak optimum adsorbsi logam zink menggunakan
adsorben limbah ampas tahu.

3. Waktu dan Tanggal Praktikum

Praktikum dilaksanakan pada :

a. Minggu ke-12 proses pembuatan reagen dan preparasi biosorben

Tanggal : Senin, 7 November 2022

Waktu : 07:00 – 12:20 WIB

Tempat :Laboratorium Kimia Anorganik Universitas Negeri Padang

b. Minggu ke-13 proses preparasi biosorben

Tanggal : Senin, 14 November 2022

Waktu : 07:00 – 12:20 WIB

Tempat :Laboratorium Kimia Anorganik Universitas Negeri Padang

c. Minggu ke-14 proses adsorbsi variasi massa

Tanggal : Senin, 21 November 2022

Waktu : 09:40 – 12:20 WIB

Tempat :Laboratorium Kimia Anorganik Universitas Negeri Padang


d. Minggu ke-15 proses adsorbsi variasi waktu

Tanggal : Senin, 28 November 2022

Waktu : 09:40 – 12:20 WIB

Tempat :Laboratorium Kimia Anorganik Universitas Negeri Padang

4. Teori Dasar Secara umum


Adsorpsi merupakan suatu fenomena yang berkaitan erat dengan permukaan
dimana terlibat interaksi antara molekul-molekul cairan atau gas dengan molekul
padatan. Interaksi ini terjadi karena adanya gaya tarik atom atau molekul yang menutupi
permukaan tersebut. Kapasitas adsorpsi karbon aktif tergantung pada jenis pori dan
jumlah permukaan yang dapat digunakan untuk mengadsorpsi (Manocha, 2003).[1]
Adsorpsi karbon aktif terhadap sifat kationik dan anionik pewarna telah dipelajari
dari dua sudut pandang yaitu penghilangannya dari air limbah dan karakterisasi dari
permukaan karbon aktif untuk luas permukaaan, karakter mikropori, dan polaritasnya.
Untuk penghilangan pewarna dari air limbah menggunakan adsorpsi karbon aktif, sifat
asam permukaan karbon aktif sangat berpengaruh terhadap adsorpsi pewarna bermuatan
kation atau anion. Kehadiran gugus asam pada permukaan karbon cenderung mengurangi
adsorpsi pewarna anionik secara signifikan selaras dengan konsentrasi gugus ini (Bansai
& Goyal, 2005) [1]. Zat warna memiliki kecenderungan untuk beragregasi (berasosiasi)
pada larutan. Agregasi dapat terjadi akibat polimerisasi dimana molekul zat warna
menjadi kompleks. Molekul zat warna harus dapat masuk ke dalam pori agar dapat
dihilangkan dari larutan. Oleh karena itu, keberadaan mesopori pada struktur adsorben
umumnya lebih penting dari muatan negatif pada permukaan adsorben (Mall et al., 2005).
Maka, adsorpsi zat warna kationik dan anionik oleh karbon aktif dari larutan sangat
bergantung pada sifat kimia dari permukaan karbon dan stuktur pori dari permukaan
karbon (Bansai & Goyal, 2005)[1]
Pemanfaatan limbah tahu ini sebagai penyerap (pengadsorpsi) karena tahu
mengandung protein yang memiliki daya serapan dari asam-asam amino yang
membentuk zwitter ion (bermuatan dua). Protein yang memiliki sisi-sisi (gugus) aktif
ini dapat mengikat ion-ion logam ataupun senyawa lainnya. Logam-logam berbahaya
seperti kadmium, timbal, merkuri, krom dan arsen yang bersifat toksik dapat diikat
dengan protein sebagai metalotionein . Pemanfaatan limbah ampas tahu sebagai
bahan penjerap logam Cr, Cd dan Fe dalam air lindi TPA menunjukan hasil bahwa,
kemampuan maksimum adsorben dari limbah ampas tahu mengadsorpsi krom dalam
limbah air lindi TPA sebesar 100% dan besi sebesar 95,53 %, sedangkan
kemampuan maksimum limbah tahu dalam mengadsorpsi logam cadmium tidak
diperoleh.[2]
Logam tembaga termasuk penghantar listrik paling baik setelah perak, sehingga
banyak dimanfaatkan pada bidang elektronik. Saat kondisi normal, tembaga pada
perairan ditemukan dalam bentuk senyawa CuCO3 dan Cu(OH)2. Jika dalam perairan
terjadi peningkatan kelarutan logam tembaga lebih dari batas yang sewajarnya, maka
terjadi peristiwa biomagnifikasi pada berbagai biota perairan. Dilihat dari kasus tersebut,
maka sangat penting dilakukan treatment pada air limbah untuk menghilangkan maupun
mereduksi kadar tembaga yang ada di lingkungan. Perlakuan terhadap polutan logam
tembaga telah dilakukan dengan banyak metoda, diantaranya : ion exchange, presipitasi,
reverse osmosis, elektrodialisis, adsorpsi maupun ultrafiltrasi. Metoda adsorpsi dengan
menggunakan adsorben bahan baku alami yang sering disebut biosorpsi pada saat ini
sedang menarik perhatian. Metoda adsorpsi dianggap lebih ekonomis, efektif, dan banyak
digunakan pada treatment air limbah (Selvi, dkk., 2011). Beberapa adsorben yang sering
dipakai untuk penanganan air limbah, diantaranya : karbon aktif, silika gel, alumina,
zeolit dan adsorben lain yang mempunyai aktivitas untuk mengadsorpsi zat kimia
misalnya ampas tahu. Penggunaan ampas tahu biasanya hanya terbatas sebagai pakan
ternak dan bahan baku tempe gembus padahal terdapat ptensi alin yaitu untuk adsorben
alami untuk menyerap logam.[3]
Pengolahan limbah cair dengan berbagai metode, seperti menggunakan lumpur
aktif, koagulasi-flokulasi, dan metode lainnya. Salah satu metode yang sering digunakan
adalah metode adsorpsi. Proses adsorpsi adalah proses penyerapan dimana zat yang
terserap terikat pada permukaan partikel adsorben (Mattel, 1991). Adsorben yang dapat
digunakan antara lain adalah karbon aktif, zeolit, bentonit, kitosan dan bahan bahan
lainnya yang memiliki aktivitas untuk menyerap suatu zat kimia seperti ampas tahu.
Ampas tahu hanya diguankan oleh petani sebagai pakan ternak dan bahan baku dalam
pembuatan tempe gembus. Terdapat potensi lain untuk pemanfaatan ampas tahu, yaitu
sebagai adsorben. Nohong (2010) melaporkan bahwa 1000 mg ampas tahu mampu
menyerap logam krom hingga 100 % dan logam besi 95,53 % dengan waktu kontak 150
menit. Hal ini menunjukkan bahwa adsorpsi dengan limbah ampas tahu memerlukan
konsentrasi adsorben yang tinggi dan waktu yang relatif lama. Masalah ini dapat diatasi
dengan cara mengubah limbah ampas tahu menjadi karbon aktif.[4]
Ampas tahu merupakan limbah dari pembuatan tahu yang dapat mencemari
lingkungan, namun ampas tahu dapat dimanfaatkan sebagai adsorben. Menurut
Shimofuruya et al. (2011), ampas tahu merupakan adsorben yang cepat dan efektif
terhadap methyl orange hingga kemampuan adsorpsi 85%. Ampas tahu cukup efektif
dalam mengadsorpsi limbah, namun waktu kontak yang diperlukan cukup tinggi. Salah
satu cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi hal tersebut yaitu dengan menjadikan
ampas tahu sebagai karbon aktif teraktivasi. Aktivasi dilakukan untuk membuka pori-pori
dengan memanfaatkan senyawa kimia berupa asam ataupun garamnya sehingga kapasitas
adsorpsinya menjadi lebih tinggi.[5]
5. Alat dan Bahan

Berikut alat dan bahan yang digunakan :

Alat

1. Gelas piala 2. Labu semprot 3. Neraca digital

4. Heater magnetik 5. Labu ukur 250 mL 6. Kaca Arloji


7. Corong 8. Batang pengaduk 9. Spatula

10. Pipet tetes 11. Kertas saring 12. Magnetic stirrer

13. Oven 14. Cawan Penguap 15. Atomic Absorption


Spectroscopy (AAS)
Bahan
1. Ampas tahu 2. Serbuk ZnCl2.5H2O
3.Aquadest

6. Prosedur Kerja
A. Pembuatan larutan induk Zn 1000ppm dari ZnCl2 sebanyak 250mL
Gelas Piala 1
Timbang dan masukkan serbuk ZnCl2.5H2O sebanyak 0,5211gram
Larutkan dengan sedikit aquadest
Labu ukur
Labu ukur
Tambah aquadest hingga tanda batas 250mL
Homogenkan
Larutan ZnCl2 1M

B. Preparasi adsorben limbah ampas tahu


Wadah
250g limbah ampas tahu padat dikeringkan pada suhu ruang
Ampas tahu kering

Cawan Penguap

Limbah ampas tahu kerimg dipanaskan dalam oven dengan suhu 60 0 selama
kurang lebih 14 jam

Limbah ampas tahu yang sudah kering dihaluskan dengan blender

Serbuk limbah tahu diayak dengan ayakan 60 mesh

Adsorben ampas tahu


C. Variasi massa adsorben

Gelas piala 100mL

Timbang variasi massa ampas tahu sebanyak 1g, 2g, dan 3g dan masukkan ke
dalam gelas piala tersebut.

Masukkan 25mL larutan ZnCl2 10ppm lalu masukkan magnetik bar.

Letakkan gelas piala di atas magnetik stirrer selama 60 menit.

Saring menggunakan kertas saring.

Uji kadar tembaga menggunakan instrument AAS

Sampel

D. Variasi waktu kontak adsorpsi

Gelas piala 100mL

Timbang ampas tahu sebanyak 3g dan masukkan ke dalam gelas piala tersebut.

Masukkan 25mL larutan ZnCl2 10ppm, lalu masukkan magnetik bar.

Letakkan gelas piala di atas magnetik stirrer dengan variasi waktu 30 menit, 60
menit, dan 90 menit.

Saring menggunakan kertas saring.

Uji kadar tembaga menggunakan instrument AAS.

Sampel
7. Referensi

M, Eka Riskhi; SITORUS, S. (2017). Pemanfaatan Ampas Tahu Sebagai Arang Aktif Dalam
Menurunkan Kadar Cod , Nitrit Dan Nitrat Pada Limbah Cair Industri Tahu Utilization of
Dregs As Activated Charcoal in Lowering Cod , Nitrite and Nitrate in Tofu Industry Liquid
Waste. PROSIDING SEMINAR KIMIA, [S.L.], 124–128.

Ma’rifah, Jamaluddin, Yuyun, Y., & Widodo, A. (2018). Effect of the Addition of Activator in
the Production of Activated Carbon of Soybean Curd Residue as Used Cooking Oil
Adsorbent. Jurnal Riset Kimia, 4(1), 88–97.

Putra, S. E., Khairuddin, K., Puspitasari, D. J., & Sosidi, H. (2019). PEMANFAATAN
KARBON AKTIF AMPAS TAHU TERAKTIVASI NaCl SEBAGAI PENYERAP ZAT
WARNA CONGO RED. KOVALEN: Jurnal Riset Kimia, 5(1), 109–115.
https://doi.org/10.22487/kovalen.2019.v5.i1.11474

Tanasale, M. F. J. D. P., Male, Y. T., & Garium, N. B. (2020). Kinetika Adsorpsi Zat Warna
Tartrazina Menggunakan Limbah Ampas Tahu sebagai Adsorben. Fullerene Journal of
Chemistry, 5(2), 63. https://doi.org/10.37033/fjc.v5i2.160
Tasanif, R., Isa, I., & Kunusa, W. R. (2020). Potensi Ampas Tebu Sebagai Adsorben Logam
Berat Cd, Cu dan Cr. Jambura Journal of Chemistry, 2(1), 35–45.
https://doi.org/10.34312/jambchem.v2i1.2608

Wogo, H. E., Kadang, L., & Mir, M. A. (2014). Termodinamika Adsorpsi Ca(II) dan Cd(II) pada
Adsorben Ampas Tahu. Jurnal Sains Dan Terapan Kimia, 8(2), 120–128.

Zulichatun, S., Jumaeri, & Kusumastuti, E. (2018). Manufacture of Activated Carbon Tofu Pulp
and Application as Adsorbent Crystal Violet Color Substance and Congo Red. Indonesian
Journal of Chemical Science, 7(3), 228–235.

Anda mungkin juga menyukai