Anda di halaman 1dari 30

MEDAN NATIONAL CONFERENCE

FESTIVAL ILMIAH MAHASISWA


(MNC-FILM) 2017

SINTESIS NANOSILIKA DARI SEKAM PADI SEBAGAI ADSORBEN


LOGAM TEMBAGA PADA LIMBAH CAIR ELEKTROPLATING

LINGKUNGAN

Diusulkan Oleh:

Gian Habli Maulana NIM. 161424011 2016


Asri Nurdiana NIM. 141424007 2014
Sariwulan NIM. 151411057 2015

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

BANDUNG

2017
2

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ii
HALAMAN PENGESAHAN iii

LEMBAR ORISINILITAS KARYA iv

KATA PENGANTAR v

ABSTRAK vi

BAB I. PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Rumusan Masalah 2

1.3 Tujuan Penelitian 2

1.4 Manfaat Penelitian 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3

2.1 Sekam Padi 3

2.2 Silika Nanopartikel 4

2.3 Elektroplating 5

2.4 Tembaga 9

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 13

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 13

3.2 Alat dan Bahan 13

3.3 Prosedur Penelitian 13

BAB IV PEMBAHASAN 15

BAB V PENUTUP 17

DAFTAR PUSTAKA 18

DAFTAR RIWAYAT HIDUP 20


3
4
5

LEMBAR ORISINALITAS KARYA

Yang bertanda tangan di bawah ini:

1. Nama : Gian Habli Maulana


Jurusan : D-4 Teknik Kimia Produksi Bersih
Jabatan : Ketua Kelompok
2. Nama : Asri Nurdiana
Jurusan : D-4 Teknik Kimia Produksi Bersih
Jabatan : Anggota I
3. Nama : Sariwulan
Jurusan : D-3 Teknik Kimia
Jabatan : Anggota II

Judul Karya Tulis :

SINTESIS NANOSILIKA DARI SEKAM PADI SEBAGAI ADSORBEN


LOGAM TEMBAGA PADA LIMBAH CAIR ELEKTROPLATING

menyatakan bahwa karya tersebut asli buatan sendiri, bukan jiplakan dan belum
pernah menjuarai lomba sejenis sebelumnya.

Pernyatan ini kami buat dengan sebenar-benarnya. Apabila dikemudian


hari terbukti tidak benar, saya bersedia menerima sanksi yang ditetapkan oleh
pihak panitia LOMBA KARYA TULIS NASIONAL MEDAN NASIONAL
CONVERENCE FESTIVAL ILMIAH MAHASISWA (MNC-FILM) 2017

Bandung, 01 Maret 2017

Ketua Kelompok,

Gian Habli Maulana


6

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa
atas segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
karya tulis ilmiah yang berjudul Sintesis Nanosilika dari Sekam Padi Sebagai
Adsorben Logam Tembaga Pada Limbah Cair Elektroplating

Karya tulis ilmiah ini ditujukan untuk mengikuti Lomba Karya Tulis
Ilmiah Medan National Conference-Festival Ilmiah Mahasiswa 2017. Melalui
karya tulis ilmiah ini, penulis ingin memberikan solusi terhadap upaya
penyelamatan lingkungan di kawasan industry dari limbah logam berat.

Ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kami


sampaikan kepada Drs. Haryadi, M.Sc., Ph.D. selaku dosen pendamping yang
telah memberikan banyak bimbingan dan arahan kepada kami dalam penyusunan
karya tulis ilmiah ini. Tidak lupa penulis juga mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan pada kami.

Kami menyadari terdapat banyak kekurangan baik dari segi materi,


ilustrasi, contoh, dan sistematika penulisan dalam pembuatan karya tulis ilmiah
ini. Oleh karena itu, saran dan kritik dari para pembaca yang bersifat membangun
sangat kami harapkan.

Bandung, 01 Maret 2017

Penulis
7

SINTESIS NANOSILIKA DARI SEKAM PADI SEBAGAI ADSORBEN


LOGAM TEMBAGA PADA LIMBAH CAIR ELEKTROPLATING

Gian Habli Maulana, Asri Nurdiana, Sariwulan

D-4 Teknik Kimia Produksi Bersih, Teknik Kimia, Politeknik Negeri Bandung

D-4 Teknik Kimia Produksi Bersih, Teknik Kimia, Politeknik Negeri Bandung

D-3 Teknik Kimia, Teknik Kimia, Politeknik Negeri Bandung

gianhablimaulana@gmail.com

ABSTRAK

Industri elektroplating merupakan salah satu industri yang menghasilkan limbah


cair berbahaya dan beracun. Proses elektroplating tersebut menghasilkan limbah
cair logam tembaga yang bersumber dari bahan baku pelapisan logam. Kandungan
logam tembaga pada limbah cair dapat dikurangi menggunakan adsorben
berbentuk nanosilika. Pertimbangan pemilihan silika yaitu inert, sifat adsorpsi dan
pertukaran ion yang baik, kestabilan mekanik dan termal yang tinggi
(Fransiska,2008). Nanosilika dibuat dari sekam padi yang telah dibuat menjadi
abu sebanyak 80 gram yang dicampur dengan 500 mL KOH 1 M. Dilakukan
pemanasan nanosilika pada suhu 90oC selama 1 jam dan penetralan dengan
menambahkan HCl. Gel silika mulai terbentuk saat dilakukan pengadukan,
kemudian dilakukan pengeringan hingga berbentuk serbuk. Nanosilika yang telah
dibuat dikarakterisasi menggunakan UV spectra untuk mengetahui kadar logam
tembaga yang teradsorpsi (Dagiisuren, 2014). Nanosilika sebagai adsorben
berbasis nanopartikel lebih murah dari sisi biaya, lebih efisien waktu, mudah
diproduksi serta terbukti mampu menanggulangi pencemaran air oleh logam berat
(Diah, 2014). Sehingga adsorben berupa nanosilika dapat menurunkan kadar
tembaga dalam limbah cair elektroplating dinilai lebih efektif dan
menguntungkan.

Kata Kunci : Sekam Padi, Nanosilika, Industri Elektroplating, Logam tembaga


8

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Salah satu sektor industri yang memberikan kontribusi di dalam


peningkatan pertumbuhan ekonomi adalah industri pelapisan logam
(elektroplating). Industri ini berkembang pesat seiring dengan meningkatnya
kebutuhan masyarakat. Akan tetapi selain memberikan dampak positif, juga
menimbulkan dampak negatif berupa limbah yang ditimbulkan dari proses
produksi, dalam hal ini limbah cairnya. Limbah yang dihasilkan dari proses
elektroplating merupakan limbah logam berat yang diperoleh akibat
penggunaan logam-logam berat itu sendiri pada proses elektroplating.
Beberapa unsur logam yang terdapat dalam limbah elektroplating diantaranya
adalah Cr, Cu, dan Ni (Ginting, 1992).

Kadar Cu yang tinggi dapat memberikan dampak negatif terhadap


lingkungan biotik maupun abiotik. Hal ini karena Cu termasuk dalam
golongan logam berat. Logam berat merupakan unsur yang stabil dan tidak
mudah rusak, sehingga Cu yang masuk ke tanah akan cenderung terakumulasi
dan kandungannya akan meningkat secara terus menerus. Peningkatan kadar
Cu yang terlalu tinggi dapat memberikan dampak negatif bagi hewan dan
manusia karena sifatnya yang karsinogenik dan terakumulasi dalam jaringan
tubuh (Hardiani, 2009). Salah satu cara untuk menanggulangi limbah Cu di
lingkungan yaitu dengan metode adosorbensi menggunakan silica nano
partikel.

Melimpahnya jumlah produksi padi di Indonesia membuat semakin


banyak pula sekam padi yang dihasilkan. Sekam padi merupakan sumber
silica yang tersedia di alam dan bisa disintesis menjadi silica nanopartikel
yang dapat digunakan sebagai adsorben Cu. Penggunaan silica nanopartikel
dari sekam padi sebagai adsorben limbah cair Cu dari Industri Elektroplating
dapat mencegah pencemaran limbah logam berat di lingkungan.
9

Berdasarkan uraian latar belakang diatas peneliti tertarik melakukan


penelitian menggunakan bahan dasar abu sekam padi dengan judul Sintesis
Nanosilika dari Sekam Padi Sebagai Adsorben Logam Tembaga Pada Limbah
Cair Elektroplating

1.2. Rumusan Masalah


a. Apakah bisa membuat silika nanopartikel dari sekam padi?
b. Bagaimana kinetika adsorpsi silica nanopartikel terhadap limbah cair
tembaga (Cu) sisa electroplating?

1.3. Tujuan Penulisan


a. Untuk mengetahui cara pembuatan silica nanopartikel dari sekam padi
b. Untuk mengetahui kinetika adsorpsi silica nanopartikel terhadap limbah
tembaga (Cu)

1.4. Manfaat Penulisan

Karya tulis ilmiah ini diharapkan bermanfaat sebagai alternatif solusi


pengolahan limbah logam berat tembaga sisa electroplating dari bahan yang
tersedia di alam yaitu sekam padi.
10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Sekam Padi

Sekam padi merupakan salah satu limbah pertanian yang paling


banyak ditemukan di seluruh negara penghasil beras. Sekitar 600 juta ton padi
dihasilkan setiap tahun dan 20% di dalamnya adalah sekam padi yaitu sekitar
120 juta ton (Giddel dkk ,2007). Komposisi kimia sekam padi sangat
bervariasi, hal ini disebabkan karena perbedaan jenis padi, iklim dan kondisi
geografis pada tempat padi diperoleh. Namun secara umum komposisi kimia
sekam padi yaitu, silikon terhidrasi dan materialmaterial organik seperti
selulosa (sebanyak 55-60%, termasuk selulosa dan hemiselulosa), dan 22%
lignin (Muthadi, et al., 2007). Menurut Muthadi et al., (2007), komposisi
kimia dari dari sekam padi setelah dianalisis dapat dilihat pada Tabel 2.1
dibawah ini:

Tabel 2.1. Komposisi Kimia Hasil Analisis Sekam Padi (Muthadi, et


al., 2007)

Sekam padi biasanya dibakar atau dibiarkan sebagai limbah buangan.


Dengan membakar sekam padi akan menghasilkan residu berupa abu sekam
padi (Koteswara, et al., 2006). Abu ini sangat kaya akan silika amorf karena
dapat mencapai 88.32% (Habeeb, et al., 2010). Tanaman padi banyak
11

mengandung silika amorf karena secara alami tanaman padi menyerap dan
mengangkut silikon dalam bentuk asam silikat pada epidermis tanaman padi
(Singh, et al., 1978). Menurut Habeeb, et al., (2010), komposisi kimia dari
abu sekam padi dapat dilihat pada Tabel 2.2 dibawah ini:

Table 2.2. Komposisi Kimia Dari Abu Sekam Padi (Habeeb,et al., 2010)

Tingginya kadar silika dalam abu sekam padi memungkinkan untuk


memisahkannya dengan cara ekstraksi pada temperatur rendah dan energi
yang kecil (Thuadaij, et al., 2008). Proses pengarangan sekam padi juga
mempengaruhi silika yang diperoleh, dimana semakin tinggi temperatur pada
proses pengarangan sekam dalam oven maka akan diperoleh kemurnian SiO2
yang makin tinggi (Hwang, et al., 1989)

2.2. Silika Nano Partikel


Nanopartikel silika merupakan silika yang dibuat dalam skala nano
(10-9 m) yang saat ini penggunaannya pada bidang industri semakin
meningkat. Kondisi ukuran partikel bahan baku yang diperkecil membuat
produk memiliki sifat berbeda yang dapat meningkatkan kualitas.
Pemanfaatan silika yang paling banyak digunakan dan komersial adalah
sebagai bahan utama industri gelas dan kaca serta sebagai bahan baku
pembuatan sel surya. Silika digunakan sebagai filler dalam pembuatan produk
karet ban kendaraan untuk meningkatkan kinerja ban pada kondisi basah dan
menambah keawetan ban serta mengurangi dampak gesekan antara jalan
dengan permukaan ban (Siswanto et al, 2012). Nanopartikel silika memiliki
12

kestabilan yang baik, inert secara kimia, bersifat biokompatibel yang mampu
bekerja selaras dengan sistem kerja tubuh, dan membentuk sperik tunggal
(Fernandez, 2012).
Nanopartikel silika telah terbukti penting dalam beberapa aplikasi
bioteknologi dan biomedis seperti biosensor, pembawa obat, pelindung sel,
agen pembeda pada Magnetic Resonance Imaging (MRI) dan ultrasound, dan
alat terapi pada sistem pelepasan obat atau enzim (Neethirajen et al, 2009).
Sintesis nanosilika dapat dilakukan dengan 2 metode pendekatan utama,
yaitu: top-down dan bottom-up. Top-down ditandai dengan mengurangi
dimensi 5 6 dari ukuran aslinya dengan memanfaatkan teknik reduksi
(pendekatan fisik). Bottom-up atau pendekatan kimia melibatkan rute umum
yang digunakan untuk memproduksi nanopartikel silika dari skala atom atau
molekul. Beberapa metode yang banyak digunakan untuk mensintesis
nanopartikel silika diantaranya sol-gel, mikroemulsi terbalik dan sintesis api.
Sol-gel secara luas digunakan untuk memproduksi silika murni karena
kemampuannya untuk mengontrol ukuran partikel, distribusi ukuran dan
morfologi melalui pemantauan sistematis parameter reaksi (Rahman &
Padavettan, 2012).
Sintesis nanopartikel silika menjadi penelitian yang sangat menarik
perhatian dikarenakan potensinya dalam berbagai aplikasi di industri
(peralatan elektronik, isolator, katalis, dll.) dan farmasi (enkapsulasi enzim,
pengantar obat, dan penanda sel) (Jafarzadeh et al, 2009).

2.3. Electroplating
2.3.1. Definisi Elektroplating
Proses elektroplating merupakan proses pelapisan logam dengan
bantuan arus listrik yang berlangsung secara reaksi reduksi oksidasi dari
logam pelapis (sebagai anoda korban teroksidasi) ke benda kerja (sebagai
katoda yang dilapisi). Pada katoda terjadi proses penangkapan elektron
sedangkan pada anoda terjadi reaksi pelepasan elektron, sehingga proses
pengendapan berlangsung di katoda yang berdampak terhadap
penambahan ketebalan dan berat benda.
Menurut Anton J Hartono, Elektroplating ialah elektrodeposisi pelapis atau
coating logam melekat ke elektroda untuk menjaga substrat dengan
13

memberikan permukaan dengan sifat dan dimensi berbeda daripada logam


basisnya tersebut. (Anton J. Hartomo dan Tomijiro Kaneko, 1992)

Elektroplating dilakukan dengan maksud memberi perlindungan


benda kerja terhadap bahaya korosi, membentuk sifat keras permukaan
dan sifat teknis atau mekanis tertentu, serta memberi nilai dekoratif
terhadap logam dasar. Pada proses elektroplating logam yang dilapisi
berfungsi sebagai katoda (elektroda negatif), sedangkan logam pelapis
sebagai anoda (elektroda positif). Dalam proses plating, arus mengalir dari
kutub positif ke kutub negatif sedangkan aliran elektron mengalir dari
kutub negatif ke kutub positif. Pada elektroplating arus yang dipakai
adalah arus searah (DC). Pada elektroplating yang terpenting bukanlah
mencari berat total logam yang terdeposisi pada katoda. ( Agus Dwi Catur
dan Lagiyono , 2008 )

Mekanisme terjadinya pelapisan logam adalah dimulai dari


dikelilinginya ion-ion logam oleh melekul-molekul pelarut yang
mengalami polarisasi. Di dekat permukaan katoda, terbentuk daerah
Electrical Double Layer (EDL) yang bertindak seperti lapisan dielektrik.
Adanya lapisan EDL memberi beban tambahan bagi ion-ion untuk
menembusnya. Dengan gaya dorong beda potensial listrik dan dibantu
oleh rekasi-reaksi kimia, ion-ion logam akan menuju permukaan katoda
dan menangkap elektron dari katoda, sambil mendeposisikan diri di
permukaan katoda. Dalam kondisi equilibrium, setelah ion-ion mengalami
discharge menjadi atom-atom kemudian akan menempatkan diri pada
permukaan katoda dengan mula-mula menyesuaikan mengikuti susunan
atom dari material katoda. ( Doddi, 2008 )

Pada proses ini , komponen bersama dengan batangan atau


lempengan logam yang akan disalutkan, direndam dalam suatu elektrolit
yang mengandung garam-garam logam penyalut (plating metal). Apabila
suatu potensial diberikan ke dalam sel itu sehingga komponen menjadi
katoda dan batangan atau lempengan logam penyalut menjadi anoda, ion-
ion logam penyalut dari larutan akan mengendap ke permukaan komponen
14

sementara dari anoda ion-ion juga terus terlarut. Dengan larutan-larutan


dan anoda-anoda yang diformulasikan dengan tepat, kita dapat menyepuh
bukan saja logam murni tetapi juga logamlogam paduan. Di tangan
mereka yang ahli, ketebalan lapisan dapat dikendalikan dengan baik,
demikian pula kehalusan ukuran butirannya sehingga lapisan
kemungkinan besar bisa bebas dari porositas. Dalam metode ini kita
mengenal istilah throwing power yang diartikan dengan kemampuan
larutan penyalut untuk menghasilkan lapisan dengan ketebalan merata
tertentu sejalan dengan terus berubahnya jarak antara anoda dan
permukaan komponen selama proses pelapisan. ( Kanneth R. Trethewey
dan John Chamberlain, 1991 )

2.3.2. Prinsip Kerja Elektroplating


Prinsip kerja dasar pelapisan logam adalah penempatan ion-ion
logam pelapis diatas substrat yang akan dilapisi melalui metode
elektrolisis yakni dengan adanya arus searah maka senyawa kimia akan
terurai dalam larutan elektrolit. Ion-ion positif akan bergerak ke katoda
dan ion-ion negatif akan bergerak menuju anoda sehingga terjadi pelapisan
pada substrat atau benda yang akan dilapisi. Anoda merupakan elektroda
yang menghasilkan elektron sedangkan katoda adalah elektroda yang
menerima elektron yang merupakan tempat pengendapan pada saat
elektroplating. Sebagai anoda digunakan platina karena bersifat inert
sedangkan katodanya merupakan substrat yang dipakai untuk membuat
lapisan tipis, misalnya jika ingin melapisi bahan dengan Cr maka larutan
elektrolitnya asam kromat dan sebagai anodanya adalah Cr (Herman
Ramada, 2012: 3).

Reaksi yang terjadi pada katoda adalah sebagai berikut :

Mn+ + ne M0
Reaksi yang terjadi pada anoda adalah sebagai berikut :
M0 Mn+ + ne
2.3.3. Limbah Elektroplating
15

Proses elektroplating selain menghasilkan produk yang berguna,


menghasilkan pula limbah padat, emisi gas dan limbah cair. Limbah padat
berasal dari proses penghilangan kerak maupun kotoran sisa pada bak
elektroplating. Limbah berupa emisi gas pada umumnya berasal dari
penguapan larutan elektrolit, uap asam, maupun cairan pembersih.

Limbah cair berupa air limbah yang berasal dari pencucian,


pembersihan dan proses elektroplating. Air limbah mengandung logam-
logam terlarut, solven dan senyawa organik maupun anorganik terlarut
lainnya. Limbah yang dihasilkan proses electroplating sangat beraga
kandungannya tergantung proses platingnya atau pelapisannya. Secara
umum efluen dari industri elektroplating yang mungkin dapat terjadi dapat
dilihat pada

Tabel 2.1 Effluent Dari Industri Elektroplating

Sumber: (World Bank, 1998).

2.4. Tembaga

Tembaga dengan nama kimia cupprum dilambangkan dengan Cu.


Unsur logam ini berbentuk kristal dengan warna kemerahan. Dalam tabel
periodik unsurunsur kimia, tembaga menempati posisi dengan nomor atom 29
dan mempunyai bobot atau berat atom 63,546. Unsur tembaga di alam dapat
16

ditemukan dalam bentuk logam bebas, akan tetapi lebih banyak ditemukan
dalam bentuk persenyawaan atau sebagai senyawa padat dalam bentuk
mineral (Palar, 2004).

Tembaga selain ditemukan dalam bentuk sulfida, juga berada di alam


sebagai unsur meski dalam jumlah yang sedikit. Hal ini karena
kereaktifannya yang rendah. Tembaga merupakan unsur logam essensial yang
dibutuhkan agar eritrosit dapat berkembang secara tepat. Tembaga
mempermudah penyerapan Fe dalam sintesis hemoglobin. Karena itu
kekurangan logam ini akan menyebabkan anemia (Lu, 1995).

Tembaga biasanya diperoleh dari udang, hati sapi, tiram, minyak


zaitun, kacang buncis, suplemen larutan CuSO4 dalam kadar mikrogram dan
air Cu dengan kadar dalam batas 0,005 sampai 1,5 mg/L (Gabriel, 2001).

2.4.1. Sifat-Sifat Tembaga (Cu)

Secara kimia, senyawa-senyawa dibentuk oleh logam Cu


(tembaga) mempunyai bilangan valensi +1 dan +2. Berdasarkan pada
bilangan valensi yang dibawanya, logam Cu dinamakan cuppro untuk
bervalensi +1 dan cuppri untuk bervalensi +2 (Palar, 2004). Kedua jenis
ion Cu tersebut dapat membentuk kompleksion-kompleksion yang sangat
stabil. Sebagai contoh adalah senyawa Cu(NH3)6.Cl2. Logam Cu dan
beberapa bentuk persenyawannya, seperti CuO, CuCO3, Cu(OH)2 dan
Cu(CN)2, tidak dapat larut dalam air dingin atau panas, tetapi mereka
dapat dilarutkan dalam asam. Logam Cu sendiri dapat dilarutkan dalam
senyawa asam sulfat panas dan dalam larutan basa amonium hidroksida.
Senyawa CuO dapat larut dalam ammonium klorida dan kalium sianida
(Palar, 2004).

Secara fisik kuprum tidak bermagnet, termal konduktor yang


tinggi, tahanan listrik yang rendah, sangat keras, diperoleh dalam 2 bentuk
yaitu murni dan ikatan. Bentuk murni dalam jumlah kecil, bentuk ikatan
17

terdapat dalam jumlah cukup besar dalam bentuk ikatan sulfida, ikatan
oksida (Gabriel, 2001).

2.4.2. Manfaat Cu Sebagai Mikroelemen Tubuh

Tembaga (Cu) mempunyai sifat baik dan buruk bagi kesehatan


makhluk hidup. Dalam jumlah kecil, Cu dibutuhkan untuk mepertahankan
kesehatan. Namun, dalam konsentrasi yang tinggi Cu bersifat toksik dan
bisa mengganggu kesehatan. Kebutuhan akan Cu adalah 0,005 mg/hari/kg
berat badan. Manusia dewasa membutuhkan Cu sebesar 30 g/kg berat
badan, anak-anak membutuhkan Cu 40 g/kg berat badan sedangkan bayi
membutuhkan Cu 80 g/kg. Konsumsi Cu yang baik untuk manusia
adalah sebesar 2,5 mg/kg berat badan/hari dan 0,05 mg/kg berat badan/hari
untuk anak-anak atau bayi, kadar Cu yang paling tinggi ditemukan di otak
dan hati (Widowati, 2008).

Sebagai logam berat tembaga (Cu) berbeda dengan logam-logam


berat lainnya Hg, Cd, dan Cr. Logam berat Cu digolongkan ke dalam
logam berat dipentingkan atau logam berat essensial, artinya meskipun Cu
merupakan logam berat beracun, unsur logam ini sangat diperlukan oleh
tubuh meskipun sedikit. Karena itu Cu termasuk kedalam logam logam
essensial bagi manusia seperti besi (Fe) dan lain-lain (Palar, 2004).

2.4.3. Efek Keracunan Tembaga (Cu)

Unsur Cu bisa ditemukan pada berbagai jenis makanan, air, dan


udara sehingga manusia bisa terpapar Cu melalui jalur makanan, minuman
dan saat bernapas. Cu merupakan unsur yang dibutuhkan manusia dalam
jumlah kecil. Apabila jumlah Cu telah melampaui batas aman, akan
muncul toksisitas. Manusia biasanya terpapar Cu melalui tanah, debu,
makanan serta minuman yang tercemar Cu yang berasal dari pipa bocor
pada pertambangan Cu atau industri yang menghasilkan limbah Cu
(Widowati, 2008).
18

2.4.4. Bentuk-Bentuk Keracunan Tembaga (Cu)

Sesuai dengan sifatnya sebagai logam berat beracun, Cu dapat


mengakibatkan keracunan secara akut dan kronis. Keracunan akut dan
kronis ini terjadinya ditentukan oleh besarnya dosis yang masuk dan
kemampuan organisme untuk menetralisir dosis tersebut (Palar, 2004).

A. Keracunan Akut

Gejala-gejala yang dapat dideteksi sebagai akibat keracunan


akut tersebut adalah

1. Adanya rasa logam di pernapasan penderita.

2. Adanya rasa terbakar pada epigastrum dan muntah yang terjadi


secara berulang ulang.

Pada 14 orang penderita lainnya terjadi pula diare pada hari


pertama dan kedua setelah terpapar oleh CuSO 4. Sementara itu pada 20
orang penderita lainnya gejala tersebut berlanjut dengan terjadinya
pendarahan pada jalur gastrointestinal. Selanjutnya melalui biopsi yang
dilakukan terhadap hati beberapa orang penderita menunjukkan
terjadinya centrobularnecrosis dan biliary statis (Palar, 2004).

B. Keracunan Kronis

Pada manusia keracunan Cu secara kronis dapat dilihat dengan


timbulnya penyakit Wilson dan Kinsky. Gejala dari penyakit Wilson ini
adalah terjadinya kerusakan pada otak serta terjadinya penurunan kerja
ginjal dan pengendapan Cu dalam kornea mata. Penyakit Kinsky dapat
diketahui dengan terbentuknya rambut yang kaku dan berwarna
kemerahan pada penderita. Sementara pada hewan seperti kerang, bila
dalam tubuhnya telah terakumulasi dalam jumlah tinggi, maka bagiam
otot tubuhnya akan memperlihatkan warna kehijauan. Hal ini dapat
menjadi petunjuk apakah kerang tersebut masih bisa dikonsumsi oleh
manusia (Palar, 2004).
19
20

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan selama 2 bulan. Preparasi sampel serta analisis


fisik, kimia dan uji kuantitatif ion logam dilakukan di Laboratorium
Instrumentasi Analitik Politeknik Negeri

Bandung.

3.2 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Atomic Absorption


Spectrofotometer (AAS) SHIMADZU, furnace, oven listrik, kertas saring
Whatman 42, corong buchner mortar dan peralatan gelas lainnya. Sedangkan
bahan yang digunakan diantaranya sekam padi, CuSO4.5H2O, HNO3 (p.a),
larutan HCl pekat, larutan KOH, aquadest dan larutan ion logam Cu.

3.3 Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian ini terdiri dari tiga tahap. Pertama adalah pembuatan
abu sekam padi. Kedua adalah pembuatan nanosilika dari abu sekam padi. Ketiga
pengujian kemampuan penyerapan Ion Logam Cu oleh nanosilika. Berikut ini
adalah prosedur penelitian.

Tahap 1. Pembuatan Abu Sekam Padi

Pencucian dan pengeringan sekam padi

Isolasi Silika dalam sekam padi melalui perlakuan awal sekam padi
menggunakan larutan asam HCL selama 1 jam

Proses pengabuan sekam padi dengan diabukan dalam furnace


pada suhu 650oC- 750oC selama 3 jam.
21

Tahap 2. Pembuatan Nanosilika

Abu sekam padi sebanyak 80 gram dicampur dengan 500 mL KOH 1 M

Pemanasan silika pada suhu 90oC selama 1 jam

Larutan natrium silika kemudiandisaring dengan kertas saring Whatman


42 dan dicuci dengan aquademin.

Penetralan silika dengan menambahkan HCl pekat hingga pH filtrat


mendekati netral

Larutan natrium silika diaduk sampai terbentuk gel nanosilika

Gel nanosilika dikeringkan dalam oven pada suhu 100 oC selama 24 jam

Nanosilika dihaluskan dengan mortar

Tahap 3. Pengujian Kemampuan Penyerapan Ion Logam Cu oleh Nanosilika


22

Adsorben nanosilika ditimbang sebanyak 0,5 gram , kemudian


ditambahkan larutan ion logam Cu dengan konsentrasi 20 ppm dan pH 6

Larutan ion logam Cu yang telah ditambahkan adsorben diaduk selama


30 menit dengan kecepatan 180 rpm

Larutan ion logam Cu ditampung dan ditepatkan volumenya sampai 10


mL dengan aquadest dan dipastikan dalam keadaan pH yang sama

Penambahan 1 tetes larutan HNO3

Pengukuran konsentrasi ion logam Cu dengan Atomic Absorption


Spectrofotometer (AAS) SHIMADZU

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN


23
24
25

BAB V

PENUTUP

1 Simpulan
Berdasarkan penjelasan diatas, maka dapat diambil simpulan sebagai
berikut:
1. Silika Nanopartikel tidak dapat disintesis dari sekam padi secara
langsung, melainkan sekam padi tersebut harus dibakar terlebih dahulu
menjadi abu sekam padi agar didapat SiO2 yang kemudian dibuat
menjadi silica nanopartikel
2. Pembuatan silica nanopartikel menggunakan metode sol gel, dengan
melarutkan silica yang terkandung dalam abu sekam padi dengan KOH
1M sebanyak 500 mL kemudian di netrakan menggunakan asam kuat
yaitu HCl
3. Silika nanopartikel dapat berfungsi sebagai adsorben Cu pada limbah
cair industry electroplating dan konsentrasi ion logam Cu yang terserap
menggunakan Atomic Absorption Spectrofotometer (AAS) SHIMADZU

2 Saran

Pengembangan penelitian terhadap nanosilika semakin pesat,


sehingga perlu adanya penelitian yang lebih mutakhir terkait proses sintesis
ataupun aplikasinya pada kehidupan sehari-hari. Pada aplikasi sebagai
adsorben logam berat perlu diteliti lebih lanjut agar hasil uji daya serap
silica partikel mendekati 100%

DAFTAR PUSTAKA
26

Agus Solehudin dan Wita S. 2008. Karakterisasi Sifat Mekanik dan Sifat Daya
Lekat Hasil Pelapisan Cu-Ni pada Baja Karbon ST-37 untuk Aplikasi Logam
Dekoratif. Jurnal Pendidikan IPA Volume VI nomor 7. Bandung : FPTK-UPI.

Aisyah, L dan Hardiani, H. 2009. Fitoremediasi Tanah Terkontaminasi Logam Cu


Limbah Padat Proses Deinking Industri Kertas Oleh Tanaman Bunga Matahari
(Helianthus annuus) Dengan Penambahan Mikoriza. BS, Vol. 44, No. 1.

Ginting, P. 1992. Mencegah dan Mengendalikan Pencemaran Industri. Edisi.


Pertama. Pustaka Sinar Harapan, Jakarta.

Muthadi, A. dan Kothandaraman, S., 2010. Optimum Production Conditions for


Reactive Rice Husk Ash, Mater. Struct

Koteswara R.D., and Pranav., 2006. Stabilization of expansive soil with rice husk
ash, lime and gypsum. An experimental study International Journal of Engineering
Science and Technology (IJEST)

Habeeb, G.A., and Mahmud, H., 2010. Study on properties of rice husk ash and its
use as cement replacement material. Journal of Materials. 13:185-190.

Singh, R. and Dhindaw, B. K., 1978. Production of high purity silicon for use in
solar cells. Materials Science and Engineering. 776-781.

Thuadaij, N., and Nuntiya, A., 2008. Preparation of nanosilica powder from rice
husk ash by preparation method. Journal Science. 35:206-211

Hwang, C.L., and Wu, D.S., 2002. Properties of cement paste containing rice husk
ash. ACI Third International Conference Proceedings.

Fernandez, B. R. 2012. Sintesis Nanopartikel SiO2 Menggunakan Metoda Sol-gel


Dan Aplikasinya Terhadap Aktifitas Sitotoksik Sel Dalam Review Jurnal
Nanoteknologi. Review Jurnal Nanoteknologi. Padang: Jurusan Kimia, Program
Pascasarjana Universitas Andalas.

Siswanto, M. Hamzah, Mahendra, & Fausiah. 2012. Perekayasaan Nanosilika


Berbahan Baku Silika Lokal Sebagai Filler Kompon Karet Rubber Air Bag
Peluncur Kapal Dari Galangan. Prosiding InSINas 2012. Jakarta: Badan
Pengkajian dan Penerapan Teknologi.

Rahman, I. A., & V. Padavettan. 2012. Synthesis of Silica Nanoparticles by


SolGel: Size-Dependent Properties, Surface Modification, And Applications In
Silica-Polymer Nanocomposites In Review. Journal of Nanomaterials, Vol. 2012:
1-15.
27

Jafarzadeh, M., I.A. Rahman, & C.S. Sipaut. 2009. Synthesis of Silica
Nanoparticles by Modified Sol-gel Process: The effect of Mixing Modes of The
Reactants and Drying Techniques. Journal of Sol-Gel Science Technology, Vol.
50:328-336.

Hartomo, Anton J. dan Kaneko, Tomijiro. 1992. Mengenal Pelapisan Logam


(Elektroplating). Yogyakarta: Andi Offset.

Palar, H. 2008. Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat. Rineka Cipta. Jakarta.

Lu F.C., 1995. Toksikologi Dasar , Ed. 2, UI-Press, Jakarta

Gabriel. J. F. 2001. Fisika Lingkungan. Jakarta: Penerbit Hipokrates.

Widowati, W., dkk. (2008). Efek Toksik Logam. Yogyakarta: Penerbit Andi. Hal.
109- 110, 119-120, 125-126.

Lampiran 1. Datar Riwayat Hidup Anggota


A. Identitas Diri
28

1 1 Nama
Nama Lengkap
Lengkap (dengan
(dengan gelar)
gelar) AsriHabli
Gian Nurdiana
Maulana
2 2 Jenis
Jenis Kelamin
Kelamin Perempuan
Laki-Laki
3 3 Program
Program Studi
Studi D-4
D-4 Teknik
Teknik Kimia
Kimia Produksi
Produksi Bersih
Bersih
4 4 NIM/NIDN
NIM/NIDN 161424011
141424007
5 5 Tempat
Tempatdandan
Tanggal Lahir
Tanggal Lahir Bandung, 7 Februari
Tasikmalaya, 1998
28 Mei 1995
6 6 E-mail
E-mail gianhablimaulana@gmail.com
asrinurdiana.spa@gmail.com
7 B. Riwayat
Nomor Pendidikan
Telepon/HP 088218519176
7 Nomor Telepon/HP 081321496295

SD SMP SMA
Nama Institusi SDN Babakan SMPN 10 Bandung SMK Farmasi
Tanjung Bumi Siliwangi
Jurusan - - Farmasi
C. Pemakalah Seminar Ilmiah (Oral Presentation)
Tahun Masuk-Lulus 2004-2010 2010-2013 2013-2016

No Nama Pertemuan Ilmiah Judul Artikel Ilmiah Waktu dan


/ Seminar Tempat
1 -
2 D. Penghargaan dalam 10 tahun Terakhir (dari pemerintah, asosiasi atau institusi
3
lainnya)

Jenis Penghargaan Institusi Pemberi Tahun


No.
Penghargaan
1 -
2
3

Bandung, 1 Maret 2016


Pengusul,

Lampiran 2. Daftar Riwayat Hidup Anggota

A. Identitas Diri
Gian Habli Maulana
29

B. Riwayat Pendidikan

SD SMP SMA
Nama Institusi SDN 2 Cipakat SMPN 1 Singaparna MAN Model
Cipasung
C. Pemakalah Seminar Ilmiah (Oral Presentation)
Jurusan - - IPA
Tahun Masuk-Lulus 2002-2008 2008-2011 2011-2014

No Nama Pertemuan Ilmiah Judul Artikel Ilmiah Waktu dan


/ Seminar Tempat
1 D. Penghargaan
Chemistry dalam 10 tahun
Creative Terakhir
Keripik (dariMangostana
Garcinia pemerintah,Skin
asosiasi atau UPI
2012, institusi
Contest (C3) EXPO Kimia Sebagai Alternatif Makanan Sehat
lainnya)
UPI 2012
Kaya Manfaat

Jenis Penghargaan Institusi Pemberi Tahun


No.
Penghargaan
1 Best Field Commando Marching Band Tingkat Asia Plaza 2008
Priangan Timur Tasikmalaya
2 Juara 2 Mading Perkemahan Pramuka Santri Departemen Agama 2012
Nusantara Republik Indonesia

Bandung, 7 Maret 2017


Pengusul,

Asri Nurdiana
30

Lampiran 3. Biodata Anggota

A. Identitas Diri
1 Nama Lengkap (dengan gelar) Sariwulan
2 Jenis Kelamin Perempuan
3 Program Studi D-3 Teknik Kimia
4 NIM/NIDN 151411057
5 Tempat dan Tanggal Lahir Tasikmalaya,24 Juni 1996
6 E-mail Sariwulan.tkim15@polban.ac.id
7 Nomor Telepon/HP 081221207434
B. Riwayat Pendidikan
SD SMP SMA
Nama Institusi SDN 5 Mangunreja SMPN 1 Mangunreja MAN Model
Cipasung
Jurusan - - IPA
Tahun Masuk-Lulus 2003-2009 2009-2012 2012-2015
C. Pemakalah Seminar Ilmiah (Oral Presentation)

No Nama Pertemuan Ilmiah Judul Artikel Ilmiah Waktu dan


/ Seminar Tempat
1 -
2
3
D.Penghargaan dalam 10 tahun Terakhir (dari pemerintah, asosiasi atau institusi la
innya)

Jenis Penghargaan Institusi Pemberi Tahun


No.
Penghargaan
1 Harapan II Olimpiade Matematika MK2MA 2013
Kab.Tasikmalaya
2 Juara III Musabaqah Fahmil Quran Polban 2016
3

Bandung, 01 Maret 2017


Pengusul,

Sariwulan

Anda mungkin juga menyukai