Anda di halaman 1dari 13

TUGAS MAKALAH

SINTESIS MATERIAL KARBON NANODOTS DARI BUAH SIRSAK


DENGAN LOGAM BESI DAN KAJIAN SPEKTRUM SERAPANNYA

Oleh :

NURUL IZMI
(F1B119058)

JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2020

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas kehendak-Nya maka makalah dengan judul
“Sintesis Material Karbon Nanodots Dari Buah Sirsak Dengan Logam Besi Dan Kajian
Spektrum Serapannya” ini dapat diselesaikan dengan tepat waktu.

Makalah ini menjelaskan penelitian tentang proses fabrikasi, sintesis dan analisis
spektrum serapan material karbon nanodots (K-dots) dari buah sirsak asal Kabupaten Kupag,
Propinsi Nusa Tenggara Timur. Dimana proses fabrikasi material K-dots ini menggunakan
metode microwave.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
dosen mata kuliah Seminar Fisika yang telah memberikan tugas kepada kami. penulis juga ingin
mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang turut membantu dalam pembuatan makalah
ini.

Penulis menyadari bahwa penyusunan makalah kami jauh dari sempurna.oleh karena itu,
keterbatasan waktu dan kemampuan kami,maka kritik dan saran yang senantiasa kami harapkan.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi saya pada khususnya dan bagi pembaca yang
berkepentingan pada umumnya.

Kolaka, Oktober 2021

Penulis ,

NURUL IZMI
DAFTAR ISI
ii

JUDUL........................................................................................................................... i

KATA PENGANTAR................................................................................................... ii

DAFTAR ISI................................................................................................................. iii

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.............................................................................. 3
C. Tujuan Masalah.................................................................................. 3
D. Manfaat Masalah................................................................................ 3

BAB II. PEMBAHASAN

A. Ion Logam Besi Fe..............................................................................4


B. Karbon Nanodots (K-dots).................................................................4
C. Spektrum Serapan UV-Vis.................................................................5
D. Microwave...........................................................................................6
E. Proses Fabrikasi, Sintesis dan Analisis Spektrum Serapan
Material Karbon Nano dots (K-dots)................................................6

BAB III. PENUTUP

A. KESIMPULAN....................................................................................9
B. SARAN.................................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................10
BAB I
iii
PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Penelitian dan penerapan di bidang teknologi nano telah berkembang pesat dalam dekade
terakhir. Teknologi terbaru tersebut sudah merambah ke berbagai sektor kehidupan, seperti
tekstil, pangan, komestik, kesehatan, kemasan pangan, dan berbagai produk konsumen lainnya.
Menurut Hoerudin dan Irawan (2015) perkembangan teknologi nano yang pesat merupakan
tantangan dan peluang bagi suatu negara untuk ikut berperan dalam pasar dunia atau hanya akan
menjadi tujuan pasar. Saat ini di banyak negara maju, seperti Amerika Serikat, Inggris, dan
Australia, penelitian dan pengembangan penerapan teknologi nano di bidang pertanian dan
pengolahan pangan semakin berkembang pesat. Irawan et al. (2014) melaporkan bahwa sejumlah
negara telah membangun riset teknologi nano nasionalnya dengan serius, misalnya Amerika
Serikat yang mendirikan National Nanotechnology Initiative (NNI). Selain pengembangan
penelitian di tingkat nasional, jaringan penelitian teknologi nano antarnegara dan kawasan juga
berkembang pesat. Dua organisasi besar dunia, yaitu Food and Agriculture Organization (FAO)
dan World Health Organization (WHO) (2009) meyakini bahwa teknologi nano sangat potensial
untuk pengembangan produk inovatif pertanian, perlakuan air, produksi pangan, pengolahan,
pengawetan, dan pengemasan, sehingga berpotensi meningkatkan nilai tambah dan daya saing
produk, serta keuntungan bagi petani, industri pangan, dan konsumen. Dalam hal ini, teknologi
nano merupakan suatu pendekatan teknologi mutakhir yang sangat memberi harapan bagi
kemajuan di berbagai bidang, termasuk pertanian dan pengolahan pangan. Namun, teknologi ini
juga menimbulkan berbagai pertanyaan menyangkut dampaknya terhadap lingkungan, kesehatan,
keamanan pangan, etika, serta isu kebijakan dan pengaturan (Ariningsih, 2016).

Salah jenis material dalam ukuran nano yang terbuat dari bahan organik adalah material
karbon nanodots (K-dots). Sejauh ini, material K-dots telah digunakan sebagai sensor untuk
mengukur konsentrasi ion-ion logam baik dalam tubuh manusia maupun dalam lingkungan
sekitarnya merupakan sesuatu yang menarik dan perlu dilakukan secara efisien dan efektif .
Salah satu sifat khusus material K-dots sehingga dapat digunakan sebagai sensor adalah material
K-dots berfluoresens dengan memancarkan warna tertentu.

Sejauh ini, material K-dots telah digunakan sebagai sensor untuk mengukur konsentrasi
ion-ion logam baik dalam tubuh manusia maupun dalam lingkungan sekitarnya merupakan
sesuatu yang menarik dan perlu dilakukan secara efisien dan efektif . Salah satu sifat khusus
material K-dots sehingga dapat digunakan sebagai sensor adalah material K-dots berfluoresens
dengan memancarkan warna tertentu. Material K-dots memiliki beberapa kelompok fungsional
material seperti amino, epoxy, ether, carbonyl, hydroxyl and asam carboxylic. Gugus hydroxyl
inilah yang menyebabkan K-dots memiliki kelarutan yang baik dalam air. Ukuran K-dots
mempengaruh sifat fluoresensnya. Semakin besar ukurannya, spektrum fluoresensnya bergeser
ke arah panjang gelombang yang lebih besar, yang berarti nilai celah energinya semakin kecil
sehingga material K-dots dapat berfungsi sebagai material semikondukting.

Penggunaan k-Dots sebagai sensor ion logam telah banyak dilakukan pada penelitian
sebelumnya. Yan, et al; (2014) menjelaskan bahwa k-Dots yang disintesis dari asam sitrat
anhidrat dan etilendiamina menunjukkan hasil yang selektif terhadap ion logam Hg2+ . Penelitian
ini telah dilakukan pengujian larutan k-Dots dari asam askorbat-urea 75 % pada beberapa jenis
larutan ion logam. Larutan ion logam yang digunakan di antaranya, Fe 2+, Mn2+ , Hg2+ , Cr3+ , Cr6+
dan Pb2+. Konsentrasi masing-masing ion logam yang ditambahkan ke dalam larutan C-Dot,
yaitu 1000 ppm. Sedangkan konsentrasi larutan k-Dots dari asam askorbat-urea 75 % sebesar 1
mg/mL. Setelah kedua larutan tersebut dicampurkan dan diuji di bawah lampu UV 366 nm,
terlihat beberapa sampel mengalami peningkatan intensitas emisi cahaya (pendaran) dan lainnya
mengalami penurunan intensitas emisi cahaya (pendaran). Selain itu, diketahui bahwa ion logam
Cr6+ dapat menurunkan intensitas emisi cahaya dari k-Dots. Hal ini menunjukkan bahwa larutan
k-Dots selektif terhadap ion logam Cr6+ . Hasil yang didapat diketahui bahwa dengan adanya
penambahan ion logam Cr6+ mampu menurunkan intensitas k-Dots yang mengalami perubahan
warna (berpendar).

Pada makalah ini menjelaskan mengenai penelitian tentang k-Dots dengan menggunakan
metode microwave berbahan buah sirsak yang di sintesis dengan ion logam Fe3+ . Pada penelitian
ini, mendemonstrasikan proses fabrikasi, sintesis dan analisis spektrum serapan material karbon
nanodots (K-dots) dari buah sirsak .

2
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada Makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Menjelaskan apa yang di maksud dengan ?
a. Ion logam Besi Fe
b. Karbon Nanodots (K-dots)
c. Spektrum serapan UV-Vis
d. Microwave
2. Bagaimana proses fabrikasi, sintesis dan analisis spektrum serapan material karbon
nanodots (K-dots) dari buah sirsak ?

C. Tujuan Masalah
Adapun tujuan pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui penjelasan mengenai Ion logam besi Fe, Karbon Nanodots (K-dots),
Spektrum serapan UV-Vis dan Microwave.
2. Mengetahui bagaimana proses fabrikasi, sintesis dan analisis spektrum serapan material
karbon nanodots (K-dots) dari buah sirsak.

D. Manfaat Masalah
Hasil dari makalah ini diharapkan dapat membuka peluang yang besar dalam
pengembangan material-material produk lokal sebagai material sensing pada piranti-piranti
elektronik.

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Ion Logam Besi Fe

Pada umumnya semua logam berat tersebar di seluruh permukaan bumi, tanah,
air, maupun udara. Beberapa diantaranya berperan penting dalam kehidupan makhluk
hidup dan disebut sebagai hara mikro esensial. Secara biologis beberapa logam
dibutuhkan oleh makhluk hidup pada konsentrasi tertentu dan dapat berakibat fatal
apabila tidak dipenuhi. Oleh karena itu logam-logam tersebut dinamakan logam-logam
esensial masuk dalam tubuh dengan jumlah berlebihan, akan berubah fungsi menjadi
racun bagi tubuh (Nirmala dkk, 2015).

Keberadaan besi pada kerak bumi menempati posisi keempat terbesar. Besi
ditemukan dalam bentuk kation ferro (Fe2+ )dan ferri (Fe3+ ). Pada perairan alami dengan
pH sekitar 7 dan kadar oksigen terlarut yang cukup, ion ferro bersifat mudah larut
dioksidasi menjadi ion ferri. Pada oksidasi ini terjadi pelepasan elektron. Pada reduksi
ferri menjadi ferro terjadi penangkapan elektron. Menurut Efendi dalam Kiswanto
(2018), bahwa kadar besi yang berlebihan dapat menghambat fiksasi unsur lainnya
(Kiswanto dkk, 2020).

B. Karbon Nanodots (K-dots)


Berbagai metode yang digunakan dalam sintesis C-dots diklasifikasikan ke dalam
dua cara, yaitu metode top-down dan bottom-up. Sintesis nanopartikel dengan cara
memecah partikel berukuran besar menjadi partikel berukuran nanometer disebut metode
top-down. Metode top-down diantaranya terdiri dari metode arc discharge, laser ablation,
electrochemical oxidation, chemical oxidetion, dan ultrasonic synthesis. Metode bottom-
up menggunakan atom-atom atau molekul-molekul yang membentuk partikel berukuran
nanometer yang dikehendaki, seperti Microwave synthesis, thermal decompo-sition,
hydrothermal treatment, templated routes, dan plasma treatment (Putro dkk, 2019).

4
Kedua metode sintesis nanopartikel ditunjukan pada gambar 1.1 berikut
(Abdullah, 2008).

Gambar 1.1. Metode sintesis top-down dan bottom-up (Sumber : Abdullah, 2008).

C. Spektrum Serapan UV-Vis


Metode Spektrofotometri Ultra-violet dan Sinar Tampak telah banyak diterapkan
untuk penetapan senyawa-senyawa organik yang umumnya dipergunakan untuk
penentuan senyawa dalam jumlah yang sangat kecil. Dalam suatu larutan gugus molekul
yang dapat mengabsorpsi cahaya dinamakan gugus kromofor, contohnya antara lain: C =
C, C = O, N = N, N = O, dan sebagainya. Molekul-molekul yang hanya mengandung satu
gugus kromofor dapat mengalami perubahan pada panjang gelombang seperti tertera
pada Tabel 1 (Triyati, 1985).

Spektrometer UV-Vis adalah alat yang digunakan untuk mengkaji sifat absorbsi
dari material sebagai fungsi panjang gelombang.Spektrofotometer UV-Vis digunakan
untuk mengkaji sifat absorpsi dari material dalam rentang panjang gelombang ultraviolet

5
(mulai sekitar 200 nm) hingga mencangkup semua panjang gelombang cahaya tampak
(sampai sekitar 700 nm). UV-Vis adalah singkatan dari ultraviolet-visible (Due dkk,
2019).

D. Microwave
Gelombang elektromagnetik dengan frekuensi super tinggi (Super High
Frequency, SHF) disebut sebagai gelombang mikro atau microwave. Frekuensi dari
microwave berada diantara 300 MHz – 300 GHz (3 x 10 9 Hz). Rentang panjang
gelombang pada microwave adalah antara 0,01 hingga 1m . Nilai sifat - sifat dielektrik
dari bahan dan sebaran muatan elektromagnetik sebanding dengan kapasitas panas dari
radiasi microwave (Erliyanti dkk, 2020).

metode microwave menyediakan energi yang intensif, homogen dan efisien, serta
dapat mencapai suhu tinggi dan memulai reaksi dalam waktu yang sangat singkat .
Prinsip dari metode microwave adalah menggetarkan molekul sehingga C-Dots dari
metode microwave lebih unggul karena prosesnya penggetaran (vibrasi) yang
menyebabkan rantai-rantai karbon mengalami penyusunan ulang sehingga hasilnya tidak
banyak mengurangi kadar air dalam larutan dan tidak akan dihasilkan C-Dots berupa gel
(Rahmayanti dkk, 2015).

E. Proses Fabrikasi, Sintesis dan Analisis Spektrum Serapan Material Karbon Nano
dots (K-dots)

Dalam proses fabrikasi, sintesis dan analisis spektrum serapan material karbon
nanodots (K-dots) dari buah sirsak , daging buah sirsak (Gambar 2a) diblender untuk
menghasilkan jus sirsak. Jus sirsak (10 gram, 10 mL aquades) dipanaskan dengan
microwave (900 watt, 1 jam) dan hasilnya berwarna hitam (Gambar 2b). Warna hitam
kecoklatan ini menunjukkan bahwa material K-dots dari daging buah sirsak telah
terbentuk. Sampel ini didinginkan pada suhu kamar, kemudian ditambahkan 60 mL
aquades untuk disonikasi dan disentrifugasi untuk memisahkan partikel-partikel besar
(Gambar 2c) dan disaring dengan kertas saring. Sampel ini dimurnikan lagi dengan
aquades selama 24 jam. Tujuan proses sonikasi ini untuk homogenitas larutan material K-
dots dalam aquades.
6

Gambar 2. Daging buah sirsak a) sebelum dipanaskan, b) setelah


dipanaskan dengan microwave, c) sampel setelah disentrifugasi, d) material
K-dots sebelum diradiasi, e) material K-dots setelah diradiasi dengan lampu
UV 365 nm

Berdasarkan hasil foto iradiasi dengan lampu UV 365 nm seperti yang ditunjukkan
pada Gambar 2e, material K-dot ini memancarkan warna biru keabuan. Sedangkan tanpa
diiradiasi, material K-dots berwarna kuning (Gambar 2d). Hasil ini menunjukkan bahwa
Material-K dots memiliki fluoeresens atau pendaran biru keabuan. Pendaran material K-
dots ini berpeluang untuk diaplikasikan sebagai material sensing pada berbagai piranti
elektronik seperti sensor, laser dan lain-lain.

Material K-dots dengan pendaran warna warna biru keabuan ini sesuai dengan hasil
yang telah temukan oleh ilmuan lain. Penemuan material K-dots berbasis produk lokal
daerah NTT ini akan memberikan prospek yang besar dalam pengembangan produk-
produk lokal daerah NTT sebagai material fungsional pada berbagai piranti elektronik.
Gambar 3. Normalisasi spektrum serapan K-dots (hitam) dan K-dots_Fe (merah)

Spektrum serapan material K-dots (warna hitam) dan material K-dots yang
disintesis dengan ion logam Besi (Fe3+) (warna merah) ditunjukkan pada Gambar 3.
Berdasarkan Gambar 3, jangkauan spektrum serapan material K-dots adalah 200 – 450 nm.
Puncak serapann dan tepi serapannya terjadi pada panjang gelombang masing-masing 241
nm dan 450 nm yang merupakan karakteristik dari serapan material K-dots. Hasil-hasil ini
juga sesuai dengan hasil-hasil yang telah ditemukan oleh peneliti-peneliti sebelumnya . Hal
yang menarik adalah ketika material K-dots berinteraksi dengan ion logam Fe3+, intensitas
serapan material K-dots pada daerah 241-300 nm menurun (grafik warna merah). Hasil ini
menunjukkan bahwa material K-dots dapat berikatan dengan ion logam Fe3+ untuk
membentuk material K-dots kompleks. Ikatan ini terjadi antara atom O dari material K-dots
dengan logam Fe. Penelitian ke depannya adalah material K-dots ini dapat diuji sebagai
material sensing untuk menentukan konsentrasi ion logam Fe3+ dengan mengukur
perubahan intensitas fluoresensnya.

8
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Material K-dots dari daging buah sirsak dapat diperoleh dengan menggunakan
metode microwave. Material K-dots, dengan menggunakan iradiasi lampu UV 365
memancarkan warna biru keabuan dan jangkauan spektrum serapannya dari 200 sampai
450 nm dengan puncak serapan terjadi pada 241-300 nm yang merupakan karakteristik
spektrum serapan dari material K-dots. Ketika material K-dots ini berinteraksi dengan ion
logam Fe3+, intensitas serapan material K-dots pada daerah 241-300 nm menurun karena
terjadinya ikatan antara material K-dots dengan ion logam Fe3+. Penurunan intensitas
serapan mengindikasikan bahwa material K-dots berpeluang digunakan sebagai sensing
untuk ion logam Fe dan ion-ion logam lainnya. Hasil-hasil penelitian ini dapat membuka
peluang besar dalam pengembangan riset pada pemanfaatan material-material produk
lokal daerah NTT sebagai material fungsional pada berbagai piranti elektronik.

B. SARAN
Penelitian ini perlu dilanjutkan ke depannya dengan pengukuran spektrum
fluoresens material K-dots sebelum dan sesudah disintesis dengan logam Fe untuk
mengetahui keefektifan material K-dots sebagai sensing ion logam Fe3+ .

9
DAFTAR PUSTAKA

Ariningsih, E. 2016. “Prospek Penerapan Teknologi Nano Dalam Pertanian Dan Pengolahan
Pangan Di Indonesia”. Forum Penelitian Agro Ekonomi, Vol. 34 (1) : 2.

Abdullah, M., Yudistira, V., Nirmin, Khairurrijal. 2008. “Review : Sintesis Nanomaterial”. Jurnal
Nanosains & Nanoteknologi, Vol 1(2) :34.

Due, Y., P., Minsyahril, B., Albert, Z., J. 2019. “Kajian Awal Spektrum Serapan UV−Vis Senyawa
Hasil Ekstrak Daun Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia) Asal Tarus Kabupaten Kupang”.
Jurnal fisika dan sains. Vol 4(1) : 37.

Erliyanti, N., K., Erwan , A., S., Rachmad, R., Y., Elsa, R. 2020. “Aplikasi Metode Microwave
Hydrodistillation pada Ekstraksi Minyak Atsiri dari Bunga Kamboja (Plumeria alba)”.
Jurnal IPTEK, Vol 24 (1): 39.

Kiswanto, Wintah, Nur, L., R. 2020. “Analisis Logam Berat (Mn, Fe , Cd), Sianida Dan Nitrit Pada
Air Asam Tambang Batu Bara”. JURNAL LITBANG KOTA PEKALONGAN, VOL.
18(1): 21.

Nirmala, Vanny M., A., Tiwow, dan Suherman. 2015. Adsorpsi Ion Tembaga (Cu) Dan Ion Besi
(Fe) Dengan Menggunakan Arang Hayati (BIOCHARCOAL) Kulit Pisang Raja (Musa
sapientum)”. Volume 4(4): 189.

Putro , P., A., Liszulfah, R., Isnaeni. 2019. “Karakterisasi Sifat Optik C-Dots Dari Kulit Luar
Singkong Menggunakan Teknik Microwave”. JURNAL TEKNOLOGI
TECHNOSCIENTIA, vol 11 (2): 129.

Rahmayanti, D., H., Aji, P., M., dan Sulhadi. 2015. “Sintesis Carbon Nanodots Sulfur (C-Dots
Sulfur) Dengan Metode Microwave”. Unnes Physics Journal, Vol 4 (1): 2.

Triyati, E. 1985. “Spektrofotometer Ultra-Violet Dan Sinar Tampak Serta Aplikasinya Dalam
Oseanologi“.Oseana, Vol 10(1): 40-41.

10

Anda mungkin juga menyukai