JUDUL PENELITIAN
Oleh:
Rahmadayanti Aryadinata
1617011023
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS LAMPUNG
2018
ii
LEMBAR PENGESAHAN
NIM : 1617011023
Jurusan : Kimia
Akan melaksanakan penelitian yang diajukan sejak tahun 2018. Penelitian akan
DAFTAR ISI
2.1 Adsorpsi.................................................................................................... 5
DAFTAR GAMBAR
Perairan sering tercemar oleh berbagai jenis logam berat berbahaya yang banyak
dihasilkan dari proses industri. Setiap logam berat mempunyai toksisitas berbeda
Logam Cd merupakan salah satu unsur kimia yang banyak digunakan sebagai
lapisan tahan korosi pada baja atau plastik, pewarna, alatalat elektronik, serta
baterai nikel atau kadmium. Logam ini termasuk logam non esensial yang sangat
berbahaya bila ditemukan dalam konsentrasi tinggi dalam lingkungan (tanah, air,
dan udara), karena logam tersebut mempunyai sifat merusak jaringan tubuh
menggunakan arang aktif. Arang aktif adalah salah satu mineral atau zat penyerap
ion atau gas di dalamnya pada sistem adsorpsi dalam padatan. Penyerapan
menggunakan arang aktif efektif untuk menghilangkan logam berat. Arang aktif
mampu mengadsorpsi anion, kation, dan molekul dalam bentuk senyawa organik
2
dan anorganik, baik sebagai larutan maupun gas, serta mempunyai sifat
penyerapan yang selektif, yaitu lebih menyukai bahan-bahan non polar daripada
bahan polar. Arang aktif dapat dipreparasi dari berbagai bahan dasar, diantaranya
biji tanaman kelor, kayu, batubara muda, tulang, tempurung kelapa, tempurung
kelapa sawit, tandan kelapa sawit, limbah pertanian seperti kulit buah kopi, kulit
buah coklat, sekam padi, jerami, tongkol, pelepah jagung, dan lain-lain.
Pada saat ini mulai dikembangkan penggunaan adsorben alternatif yang berasal
dari alam karena lebih ekonomis dan mudah diperoleh, sebagai contohnya biji
lumpur serta logam yang terkandung dalam limbah suspensi dengan partikel
sehingga layak minum. Kelebihan biji buah kelor sebagai koagulan dibanding
koagulan kimia yang biasa digunakan seperti tawas adalah kemampuannya untuk
Dchulundt serta Grabow dkk menunjukkan bahwa serbuk biji kelor mampu
pencemaran air oleh bakteri-bakteri tadi. Serbuk biji kelor juga dapat menurunkan
kadar ion Fe, Cu dan Mn serta kekeruhan dari sungai sehingga memenuhi syarat
Untuk lebih meningkatkan daya adsorpsi biji kelor, maka dilakukan modifikasi
agar adsorben memiliki kapasitas dan selektivitas yang besar terhadap adsorbat
yang teradsorpsi serta dapat memisahkan adsorbat dengan cepat (Peng et al., 2010;
kelor dengan magnetit dapat menghasilkan adsorben yang efektif dan hemat
energi terhadap perairan serta bersifat ramah lingkungan karena tidak memiliki
produk samping seperti padatan tersuspensi. Biji kelor memiliki potensi besar
tetapi pemanfaatan biji kelor sebagai adsorben logam berat belum belum banyak
sehingga diperoleh adsorben yang efektif untuk menyerap logam berat seperti Cd.
Hal ini yang menjadikan alasan penulis memanfaatkan biji kelor tersebut sebagai
biosorben alternatif untuk adsorpsi logam berat di perairan yang tercemar dan
2. Apakah teknik pelapisan magnetit pada biomassa dari biji kelor dapat
2. Mempelajari proses adsorpsi logam berat Cd oleh adsorben dari biji kelor
2.1 Adsorpsi
ionatau atom yang terjadi pada batas antara dua fasa. Adsorpsi menyangkut
akumulasi atau pemutusan substansi adsorbat pada adsorben dan padahal ini dapat
terjadi pada antar muka dua fasa. Fasa yang menyerap disebut adsorben danfasa
yang terserap disebut adsorbat (Alberty and Daniel, 1987). Adsorpsi merupakan
proses akumulasi adsorbat pada permukaan adsorben yang disebabkan oleh gaya
tarik antar molekul atau suatu akibat dari medan gaya pada permukaan padatan
(adsorben) yang menarik molekul-molekul gas, uap, atau cairan. Gaya tarik-
menarik dari suatu padatan dibedakan menjadi dua jenis gaya, yaitu gaya fisika
Adsorpsi fisika adalah proses interaksi antara adsorben dengan adsorbat yang
melibatkan gaya-gaya antar molekul seperti gaya Van der Waals, sedangkan
gaya yakni gaya Van der Waals, gaya elektrostatik, ikatan hidrogen serta ikatan
ditimbulkan oleh ion-ion logam terlarut terutama yang banyak berasal dari limbah
industri dengan konsentrasi yang cukup tinggi, perlu dilakukan upaya untuk
mengurangi kerugian yang muncul dengan cara meminimalkan kadar ion logam
satu upaya untuk menurunkan pencemaran ion logam berat adalah melalui metode
Sifat ion logam yakni: (1) ukuran ion logam, makin kecil ukuran ion logam maka
kompleks yang terbentuk semakin stabil, (2) polarisabilitas ion logam, makin
tinggi polarisabilitas ion logam maka kompleks yang terbentuk semakin stabil,
dan (3) energi ionisasi, makin tinggi energi ionisasi suatu logam maka kompleks
Sifat ligan yakni: (1) kebasaan, makin kuat basa Lewis suatu ligan maka semakin
stabil kompleks yang terbentuk, (2) polarisabilitas dan momen dipol, makin tinggi
polaritas dan polarisabilitas suatu ligan makin stabil kompleks yang terbentuk,
dan (3) faktor sterik, tingginya rintangan sterik yang dimiliki oleh ligan akan
b. Pengaruh pH sistem
Selain dari faktor interaksi ion logam dalam logam, pelarut, pH sistem juga
berpengaruh dalam proses adsorpsi. Pada kondisi pH tinggi maka silika gel akan
(kondisi larutan asam) akan bermuatan netto positif sampai netral (Spiakov,
7
logam juga berkompetisi dengan H+ untuk terikat pada ligan permukaan. Pada pH
tinggi, dimana jumlah ion OH- besar menyebabkan ligan permukaan cenderung
terdeprotonasi sehingga pada saat yang sama terjadi kompetisi antara ligan
permukaan dengan ion OH- untuk berikatan dengan kation logam (Stumand
Morgan, 1996).
a. Kinetika Adsorpsi
Kinetika adalah deskripsi laju reaksi. Kinetika adsorpsi tergantung pada luas
konsentrasi spesies yang bereaksi. Orde reaksi ditentukan secara empiris, tetapi
tidak berkaitan dengan stoikiometri reaksi. Sebaliknya, kinetika diatur oleh proses
reaksi. Selain itu, kinetika juga dapat digunakan untuk menentukan kecepatan
keseluruhan dipengaruhi oleh perubahan sifat dan komponen pelarut, serta ukuran
partikel dan suhu. Kinetika reaksi adsorpsi juga tergantung pada gugus fungsional
dan konsentrasi. Tingginya tingkat substitusi gugus fungsional pada polimer inert
Analisis kinetika didasarkan pada kinetika reaksi terutama pseudo orde pertama
persamaan sistem pseudo order pertama oleh Lagergren dan mekanisme pseudo
order kedua (Buhani et al., 2010). Persamaan ini digunakan untuk menguji data
percobaan dari konsentrasi awal, suhu dan berat ion-ion logam dalam larutan
(Zhang et al., 2003). Model kinetika (pseudo urutan pertama dan persamaan orde
dua) dapat digunakan dengan asumsi bahwa konsentrasi diukur sama dengan
adalah salah satu yang paling banyak digunakan untuk adsorpsi zat terlarut dari
larutan cair (Liu et al., 2010). Untuk konstanta laju kinetika pseudo orde satu:
Dengan qe adalah jumlah ion logam divalen yang teradsorpsi (mg/g) pada waktu
keseimbangan, qt adalah jumlah ion logam divalen yang teradsorpsi pada waktu t
diperoleh konstanta k1. Untuk konstanta kecepatan reaksi pseudo orde kedua
proses kemisorpsi:
qt = qt, memberikan:
9
kinetika pseudo order kedua dapat disusun untuk mendapatkan bentuk linear :
b. Isoterm Adsorpsi
adsorben terdapat sejumlah tertentu situs aktif yang sebanding dengan luas
permukaan. Setiap situs aktif hanya satu molekul yang dapat diadsorpsi. Ikatan
antara zat yang teradsorpsi dengan adsorben dapat terjadi secara fisika atau secara
kimia. Ikatan tersebut harus cukup kuat untuk mencegah perpindahan molekul
teradsorpsi per gram adsorben, b adalah kapasitas adsorpsi dan K adalah tetapan
maka dapat ditentukannilai b dari kemiringan (slope) dan K dari intersep kurva.
Energi adsorpsi (Eads) yang didefinisikan sebagai energi yang dihasilkan apabila
10
satu mol ion logam teradsorpsi dalam adsorben dan nilainya ekuivalen dengan
nilai negatif dari perubahan energi bebas Gibbs standar, ΔG◦, dapat dihitung
menggunakan persamaan:
Dengan R adalah tetapan gas umum (8,314 J/mol K), T temperatur (K) dan K
dan energi total adsorpsi adalah sama dengan energi bebas Gibbs (Oscik, 1982).
adsorbat yang terbentuk pada permukaan adsorben adalah multilayer. Hal tersebut
berkaitan dengan ciri-ciri dari adsorpsi secara fisika dimana adsorpsi dapat terjadi
pada banyak lapisan (multilayer) (Husin and Rosnelly, 2005). Asumsi yang
digunakan :
11
kimia.
Dimana:
Persamaan di atas dapat diubah kedalam bentuk linier dengan mengambil bentuk
logaritmanya:
diperoleh dari kemiringan garis lurusnya dan 1/n merupakan harga slop. Bila n
diketahui Kf dapat dicari, semakin besar harga Kmaka daya adsorpsi akan semakin
baik dan dari harga Kf yang diperoleh, maka energi adsorpsi akan dapat dihitung
(Rousseau, 1987). Selain itu, untuk menentukan jumlah logam teradsorpsi, rasio
distribusi dan koefisien selektivitas pada proses adsorpsi ion logam terhadap
Q = (Co-Ca)V/W (10)
konsentrasi awal dan kesetimbangan dari ion logam (mmol/L), W adalah massa
adsorben (g), V adalah volume larutan ion logam (L) (Buhani et al., 2009).
2.2 Kelor
Tanaman kelor, menurut sejarahnya berasal dari kawasan sekitar Himalaya dan
yang kering dan gersang dengan ditanami kelor karena tanaman kelor mudah
Di Indonesia, tanaman kelor mempunyai nama lokal yaitu kelor (Jawa, Sunda,
hidup, pembatas tanah atau penjalar tanaman lain. Penanaman kelor yang paling
umum dilakukan adalah dengan cara stek batang tua atau cukup tua. Caranya
dengan langsung ditancapkan ke dalam tanah. Persemaian biji kelor yang tua
Tanaman kelor merupakan leguminosa, maka bagus ditanam secara tumpang sari
dengan tanaman lain karena dapat menambah unsur nitrogen dari lahan. Pohon
kelor sering digunakan sebagai pendukung tanaman lada atau sirih. Daun, bunga,
dan buah mudanya, merupakan bahan sayuran yang digemari masyarakat didaerah
Melawi. Daun kelor telah banyak digunakan sebagai makanan ternak, terutama
14
sapi dan kambing maupun pupuk hijau. Remasan daunnya dipakai sebagai parem
penutup bekas gigitan anjing dan dapat dibalurkan pada payudara ibu yang
kelor berdasarkan berat keringnya mengandung protein sekitar 27 persen dan kaya
Akar kelor sering digunakan sebagai bumbu campuran untuk merangsang nafsu
makan, tetapi jika terlalu banyak dikonsumsi ibu yang sedang mengandung dapat
menyebabkan keguguran. Tumbukan halus akar dapat dibuat bedak untuk tapel
perut bayi yang baru lahir, sebagai pencegah iritasi kulit, dan sering digunakan
sebagai obat penyakit kulit (jerawat) dan bisul, serta parem untuk bengkak-
bengkak pada penyakit beri-beri dan bagi pengobatan kaki yang terasa pegal dan
lemah.
Biji kelor berkhasiat mangatasi muntah atau mual. Biji kelor yang masak dan
kering mengandung pterigospermin yang pekat hingga bersifat germisida. Biji tua
kelor yang dicampur dengan kulit jeruk dan buah pala dapat menjadi stimulan,
demam, dan rematik. Sedangkan biji tua dengan kulit biji kelor bisa digunakan
diisolasi dari fase asetat dari ekstrak etanol polong kelor. Pengolahan biji
Biji kelor mempunyai zat-zat yang sangat bermanfaat bagi manusia. Biji kelor
biji kelor. Dalam pengujian di sebuah tong air berukuran 25 liter, biji kelor
mampu menyerap zat warna. Ternyata biji kelor memiliki kandungan kimia antara
lain myrosin, asam gliserid, asam palmitat, asam stearat, minyak, dan senyawa
Hasil penelitian yang telah dilaporkan, bungkil ampas perasan minyak moringa
masih banyak mengandung zat koagulan. Bungkil biji kelor dapat dikeringkan dan
Minyak biji kelor memiliki mutu gizi dan fungsional tinggi, dan juga memiliki
nilai jual (harga) yang tinggi. Minyak moringa adalah baik untuk minyak goreng
dan pembuatan sabun. Bagi masyarakat Malawi, minyak dari biji kelor secara
tangga. Minyak biji kelor dapat pula digunakan sebagai bahan kerosin atau
internasional baik dalam kaleng maupun dalam bentuk segar, serta keadaan beku
atau "chilled". Sayuran biji yang masih hijau dan segar dijual sebagai "drumstick"
Manfaat lain dari biji kelor yang sudah diteliti melalui Program UNDP (United
untuk menjernihkan air secara cepat, murah, dan aman. Biji kelor juga berkhasiat
Mada, Yogyakarta, serbuk biji kelor mampu membersihkan 90 persen dari total
bakteri Eschericia coli dalam satu liter air sungai (Aliya, 2006).
Magnetit (Fe3O4) atau oksida besi hitam adalah oksida besi yang paling kuat
beberapa besioksida dan termasuk spinel, para peneliti dapat mensintesis partikel
yang palingsederhana karena prosedurnya lebih mudah dan dapat dilakukan pada
suhu reaksiyang rendah (< 100 °C) (Xu et al., 2007). Penemuan baru
Logam Kadmium (Cd) merupakan logam yang bernomor atom 48 dan massa
atom 112,41. Logam ini termasuk dalam logam transisi pada periode V dalam
bumi adalah 0,13 µg/g. Pada lingkungan akuatik, Cd relatif bersifat mudah
dan efluen pabrik yang menggunakan logam ini dalam proses kerjanya. Di
1,0µg/g bobot kering. Pada umumnya di air permukaan, baik Cd terlarut maupun
terlarut pada perairan sungai di dunia berkisar dari 104 sampai 105. Fluks input
antropogenik secara global per tahun jauh melebihi emisi Cd dari sumber
garam dari laut dan partikel biogenik sampai dengan satu tingkatan magnitude
Secara global sumber utama Cd adalah dari deposisi atmosferik, proses smelting
dan refining dari logam non ferrous, proses industri terkait produksi bahan kimia
dan metalurgi, serta air buangan limbah domestik. Hanya 15% saja dari deposisi
dilepaskan per tahun ke atmosfer dari smelters dan pabrik-pabrik yang mengolah
Cd. Pelepasan Cd ke dalam perairan alamiah sebagian besar berasal dari industri
galvanik, sumber lain polusi Cd adalah industri batrei, pupuk dan fungisida yang
mengandung Cd dan Zn juga merupakan sumber potensial polusi kedua logam ini
Kadmium (Cd) merupakan logam yang bersifat kronis dan pada manusia biasanya
kesehatan paru-paru, tulang, hati, kelenjar reproduksi dan ginjal. Logam ini juga
(Anwar, 1996).
BAB III. METODE PENELITIAN
Penelitian ini akan dilaukan selama 5 bulan. Penelitian ini akan dilaksanakan di
buah kelor (Moringa olaifera) yang berasal dari daerah Lampung dan Penentuan
3.2.1 Alat
adsorben dari biji kelor dengan pelapisan magnetit adalah gelas kimia, wadah
3.2.2 Bahan
Bahan utama yang digunakan dalam pembuatan adsorben adalah biji kelor kering.
Bahan tambahannya yakni NaOH 1,5 M, NaCl, CaCl2, HNO3 2M , dan H2O,
20
tercemar logam Cd dengan konsentrasi 100 ppm, buffer sitrat,dan buffer posfat.
Pada tahap pertama dilakukan preparasi bahan baku. Bahan baku dipisahkan dari
kulitnya. Kemudian bahan baku dikeringkan dengan sinar matahari selama 2 hari
Bahan baku dalam keadaan kering dikarbonisasi di dalam furnace selama 2 jam
dengan suhu pembakaran 600°C. Arang yang dihasilkan digiling di krus porselin,
kemudian diayak dengan ukuran 125 mesh. Kemudian arang diaktifasi di dalam
larutan aktivator 3% dengan variasi aktivator HCl, NaCl, CaCl2, dan waktu
aktivasi 20, 22, 24 jam. Sampel kemudian disaring dengan kertas saring, dan
dicuci dengan aquadest hingga pH 7. Sampel dikeringkan dalam oven dari suhu
kamar sampai suhu 110°C selama 2 jam. Berat akhir hasil pengeringan ditimbang
Sintesis magnetit dilakukan sesuai dengan prosedur Entezari et al., 2013 dan
ditambahkan NH4OH 1 M tetes demi tetes (kurang lebih sampai pH > 10,5)
menit. Endapan hitam yang terbentuk disaring dengan kertas saring Whatmann
21
No.42. Setelah itu endapan tersebut dibilas dengan aquades dan etanol (60:40)
hingga pH ≈ 7. Endapan kemudian dioven pada suhu 60°C selama 2-3 jam hingga
Sebanyak 8, 16, dan 24 g material biji kelor yang telah dihidrolisis dilarutkan
dalam 150 mL dari 5 mg/mL Fe3O4. Kemudian dipanaskan selama 5 jam pada
a. Variasi pH
Interaksi antara adsorben dan larutan air tercemar dilakukan selama 60 menit pada
et al., 2013).
b. Laju Adsorpsi
waktu dari 5, 15, 30, 60, dan 120 menit. Masing-masing labu erlenmeyer dibuat
pH asam, yaitu pada kisaran nilai pH 3.0 – 6.0. Sedangkan buffer posfat
digunakan pada pH basa, yaitu pada kisaran nilai pH 7.0 – 9.0. Setelah selesai,
c. Isoterm Adsorpsi
larutan buffer sitrat digunakan untuk kisaran pH asam, yaitu pada kisaran nilai pH
3.0 – 6.0. Sedangkan buffer posfat digunakan pada pH basa, yaitu pada kisaran
al., 2013).
ini :
(𝐶𝑜− 𝐶𝑒 )
𝐴𝑑𝑠𝑜𝑟𝑝𝑠𝑖(%) = 𝑥 100
𝐶𝑜
Dimana Co dan Ce (mg/L) adalah konsentrasi ion logam sebelum dan setelah
proses adsorpsi.
24
DAFTAR PUSTAKA
Alberty, R.A., and F. Daniel. 1987. Physical Chemistry. 5th ed. SI Version. John
Willey and Sons Inc. New York.
Allen, S.J., G. Mckay, and J.F. Porter. 2004. Adsoption isotherm models for basic
dye adsorption by peat in single and binary component systems. J. of
Colloid and Sons Inc. New York.
Bharathi, K.S. and Ramesh, S.T. 2013. Removal of Dyes using Agricultural Waste
as Low-cost Adsorbents. 3 (773‒790). Department of Civil
EngineeringNational Institute of TechnologyTiruchirappalli. India.
Buhani, Rinawati, Suharso, D.P. Yuliasari, Suripto D.Y. 2017. Removal of Ni(II),
Cu(II), and Zn(II) Ions from Aqueous Solution using Tetraselmis sp.
biomass Modified with Silica Coated Magnetite Nanoparticle. Desalination
and Water Treatment. Volume 80 :203–213.
25
Buhani, Suharso, Sumadi. 2010. Adsorption kinetics and isotherm of Cd(II) ion on
Nannochloropsissp biomassimprinted ionic polymer. Desalination. 259:140-
146.
Csuros, M and Csuros, C. 2002. Sample Collection for Metal Analysis. A CRC
Press Company. Boca Raton.
Horsfall, M., Abia, A.A., and Spiff, A.I. 2006. Kinetic Studies on The Adsorption
of Cd2+, Cu2+ and Zn2+ Ions from Aqueous Solutions by Cassava (Manihot
sculenta Cranz) Tuber Bark Waste,Bioresour. Technol., 97, 283–291.
Huheey, J.E., E.A. Keiter. And R.L keiter. 1993. Inorganic Chemistry : Principle
of Structure and Reactivity. 4th edition. Harpelcolling College Publisher.
New York.
Kurniasih. 2013. Khasiat dan Manfaat Daun Kelor untuk Penyembuhan Berbagai
Penyakit. Pustaka Baru pess. Yogyakarta.
Liu, Q. Q., and Pan, C. Y., 2012, A Novel Route to Treat Wastewater Containing
Cationic Dyes, Sep. Sci. Technol., 47, 630.
Liu, Y., Y. Zeng, W. Xu, Xu, C.Yang., and J.Zhang. 2010. Biosorption
ofCopper(II) by Immobilizing Saccharomyces cerevisiae on the Surface of
Chitosan Coated Magnetic Nanoparticles from Aguaes Solution. Journal of
Hazardous Materials.177.676-682.
Martell, A. E., and R.D. Hancock. 1996. Metal complexes in Aqueose Solution.
Plenum Press. New York.
26
Noll, K,E., V. Gournaris, and W.S Hou. 1992. Adsorption technology for air and
water pollution control. Pp. 1-8. Lewis Publisher Inc.michigan.
Spiakov, B.Y. 2006. Solid Phase Extraction on Alkyl Bonded Silica Gels in
Inorganics Analysis. Analytica Chimica Acta. 22: 45-60.
Stum. W. and Morgan, J.J., 1981. Aquatic Chemistry. John Wiley and Sons. New
York. 323-363.
Suharso and Buhani. 2011. Biosorption of Pb(II), Cu(II), and Cd(II) from
Aqueous Solution Using Cassava Peel Waste Biomass.Asian Journal of
Chemistry. Volume 23(3): 1112-1116
Tilong, A.D. 2012. Ternyata, Kelor Penakluk Diabetes. DIVA Press. Yogyakarta.
Weiner, E.R. 2008. Applications of Environmental Aquatic Chemistry, A practical
guide, 2nd Ed. CRC Press. Taylor and Francis Group.
Xu, C-Y, He, Kai, Zhen, L., Shao, En-Z.,2007, Hydrothermal Synthesis and
Chacterization of Single Crystalline Fe3O4 Nanowires with High Aspect
Radio and Uniformity, Materials Letter, Volum 61
Zhang, L. Y., G.X. Chend, and C. Fu. 2003. Synthesis and characteristic of
tyrosinase imprinted beads vis suspension polymerization. Reaction
functional Polymer. 56: 167-173.