Anda di halaman 1dari 26

Sintesis Hijau dari Material Magnetik Bentonit dan

Penerapannya dalam Menghilangkan MC-LR di Air


Makalah ini Ditujukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Kimia Mineral

Nama :
1. Isni Putri Setyoningsih (11140960000069)
2. Mutia Dewi (11140960000048)

PROGRAM STUDI KIMIA


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2017 M / 1438 H
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan
karunia-Nya. Shalawat serta salam tak lupa penulis panjatkan kehadirat Nabi
Muhammad SAW karena berkat jasa beliaulah manusia dibawa dari zaman
jahiliyah ke zaman yang terang benderang oleh ilmu pengetahuan. Alhamdulillah
penulis dapat menyelesaikan makalah kimia mineral dengan judul “Sintesis Hijau
dari Material Magnetik Bentonit dan Penerapannya dalam Menghilangkan
MC-LR di Air”

Makalah ini tidak mungkin selesai tanpa pihak-pihak yang terus


memberikan bimbingan serta dukungannya. Penulis menyadari dalam penyusunan
makalah ini tidak lepas dari kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
membangun sangat penulis harapkan. Semoga makalah ini memiliki suatu nilai
manfaat.

Ciputat, 17 Oktober 2017

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR .......................................................................................... ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ iii
BAB 1 PENDAHULUAN .....................................................................................1
1.1 Latar Belakang .................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah .............................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan ...............................................................................................3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................4
2.1 Bentonit ..............................................................................................................4
2.2 Mikrositin-LR ....................................................................................................5
2.3 Adsorpsi……. ................................................................................................... 5
2.4 Studi Isoterm ..................................................................................................... 6
2.4.1 Isoterm Langmuir .................................................................................... 6
2.4.2 Isoterm Freundlich .................................................................................. 6
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN ...............................................................8
3.1 Bahan ................................................................................................................8
3.2 Prosedur Kerja ...................................................................................................8
3.2.1. Sintesis bentonit berpillar (Al-B)..........................................................8
3.2.2. Karakteristik .........................................................................................8
3.2.3 Analisis HPLC dari MC-L .....................................................................8
3.2.4 Penggunaan Fe3O4@Al-B ...................................................................9
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................11
4.1 Karakteristik Fe3O4@Al-B .............................................................................11
4.2 Pengaruh jumlah adsorben pada ekstraksi MC-LR ..........................................15
4.3 Kinetik MC-LR dihilangkan oleh Fe3O4@Al-B .............................................16
4.4 Pengaruh pH pada penghilangan MC-LR ........................................................18
4.5 Studi Isoterm ....................................................................................................19
4.6 Aplikasi untuk Air ............................................................................................21
BAB 5 PENUTUP.................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................23

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Eutrofikasi menjadi permasalahan serius di dunia pada bidang lingkungan.
Eutrofikasi terjadi akibat pertumbuhan fitoplankton yang berlebih (blooming)
sehingga menyebabkan pencemaran yang akan menurunkan kualitas air, membuat
air menjadi keruh, oksigen terlarut rendah, serta timbul gas-gas beracun dan
berbahaya (Sugiura et al., 2004).
Mikrosistin merupakan salah satu toksin hasil eutrofikasi. Mikrosistin adalah
racun yang dihasilkan oleh mikrosistis aeruginosa. Mikrosistin (MCs) merupakan
monosiklik heptapeptida yang terdiri dari 5 D-asam amino dan 2 variabel L-asam
amino yang merupakan toksin dari kelas cyanobacteria (Soares et al., 2007).
Mikrosistin secara luas terdistribusi dalam sistem akuatik. Jika mikrosistin masuk
ke dalam tubuh, mereka akan berkembang di sana, yang dengan serius
mengancam kesehatan manusia untuk aktivitas promotif tumor yang manjur
melalui penghambatan protein phosphatases (Song et al., 2005).
Berbagai metode, termasuk ozonasi, fotokatalisis dan biodegradasi, telah
diterapkan dalam menghilangkan polutan mikrosistin beracun. Namun, metode ini
dibatasi oleh konsumsi yang memakan waktu atau efisiensi rendah serta produk
sampingan yang juga bisa menjadi racun. Di antara perlakuan fisikokimia,
adsorpsi sangat efektif dalam menghilangkan polutan dengan cepat dari larutan
berair. Banyak peneliti melaporkan keberhasilan penghapusan MCs dari berbagai
sumber air menggunakan karbon aktif atau nanotube karbon (Wang et al., 2007).
Tapi tingginya biaya membatasi aplikasi yang luas. Penghapusan MC oleh tanah
liat adalah biaya yang sederhana dan murah. Namun, permasalahan berikut masih
ada kaitannya dengan teknik lempung tanah liat: (1) kapasitas adsorpsi rendah
yang tidak dapat diterima; (2) sulit untuk memisahkan limbah padat yang
dihasilkan oleh proses pengolahan.
Oleh karena itu, memecahkan masalah di atas menjadi sangat penting. Untuk
mencapai bahan tanah liat yang lebih efektif dan untuk memperbaiki efisiensi
metode pemisahan berikut tidak diragukan lagi batu-batu keras untuk menerapkan

1
tanah liat sebagai adsorben dalam penghilangan mikrosistin. Bahan magnetik,
yang dapat dikumpulkan dengan mudah di bawah medan magnet eksternal,
memiliki keunggulan unik dalam pemisahan dan daur ulang (Chen et al., 2011).
Chen et al. (2011) melaporkan penyelesaian sederhana untuk pembuatan
mikrosfer seragam yang terdiri dari inti magnetit dan silikat nanotube tembaga
silikat untuk penghapusan PC dengan cepat di air. Liu et al. (2011) melaporkan
sebuah metode untuk membuat medan magnet Fe3O4@ NiSiO3 micro
multifungsi. Dengan mengambil keuntungan dari mesopori pada cangkang nikel
dan afinitas Ni2 +
yang tinggi terhadap protein progesternya, nanopartikel dapat
diaplikasikan untuk menangkap secara selektif plasmabiomolekul dari campuran
kompleks dan untuk memisahkan pemberian zat warna dari lisat sel E. coli.
Mengingat keunggulan sifat material magnetik, kami mengusulkan material
bentonit magnetik multifungsi yang baru (Fe3O4@Al-B) yang mengandalkan
sintesis solvothermal untuk menghilangkan mikrokritis-LR (MC-LR) dari air.
Fe3O4@Al-B terdiri dari dua kompon yang berbeda, bentonit pilar dan Fe3O4
microspheres, yang merupakan bahan dengan dua fungsi, adsorpsi dan pemisahan
yang berbeda pada saat bersamaan. Sementara ruang antar-lapisan bentonit yang
unik memberikan kondisi yang diperlukan untuk difusi mikroprosesor difiltrasi,
luas permukaan yang besar akan meningkatkan lokasi antar-tindakan antara
molekul polutan dan adsorben, dan perbaikan lebih lanjut dari kapasitas adsorpsi
untuk Fe3O4@Al-Bare tercapai.
Akhirnya, material multifungsi dapat difiltrasi oleh medan magnet eksternal
karena Fe3O4 yang kemudian diadsorp dengan adsorben MC-LR cepat dipisahkan
dari larutan. Oleh karena itu, Fe3O4@Al-B yang disintesis adalah bahan yang
berguna untuk menghilangkan kontaminan biologis, seperti MC-LR dalam larutan
berair, efisien dan ekonomis.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah dari review jurnal ini adalah:
1. Bagaimana karakteristik bentonit yang disintesis dari Fe3O4 dengan
metode green synthesis?
2. Apakah sintesis bentonit dapat digunakan sebagai adsorben kontaminan
biologi suatu limbah cair?

2
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu:
1. Mengetahui karakteristik bentonit yang disintesis dari Fe3O4 dengan
metode green synthesis
2. Mengetahui kemampuan adsorbsi bentonit untuk menghilangkan
kontaminan biologi suatu limbah cair

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Bentonit
Bentonit adalah clay yang sebagian besar terdiri dari montmorillonit dengan
mineral-mineral minor seperti kwarsa, kalsit, dolomite, feldspars, dan mineral
minor lainnya. Montmorillonit merupakan bagian dari kelompok smectit dengan
komposisi kimia secara umum (Mg,Ca)O.Al2O3.5SiO2.nH2O. Bentonit berbeda
dari clay lainnya karena hampir seluruhnya (75%) merupakan mineral
montmorillonit. Mineral ini terdiri dari partikel yang sangat rapat dan sangat kecil
sehingga hanya dapat diketahui melalui studi menggunakan XRD (X-Ray
Diffraction). Struktur mineral ini memiliki konfigurasi 2:1 yang terdiri dari dua
silikonoksida octahedral. Pada tetrahedral, 4 atom oksigen berikatan dengan atom
silicon di ujung struktur. Empat ikatan silicon terkadang disubtitusi oleh tiga
ikatan alumunium. Pada octahedral atom alumunium berkoordinasi dengan enam
atom oksigen atau gugus-gugus hidroksil yang berlokasi pada ujung octahedron
Al3+ dapat digantikan oleh Mg2+, Fe2+, Zn2+, Ni+, Li+ dan kation lainnya. Subtitusi
isomorphous dari Al3+ untuk Si4+ pada tetrahedral dan Mg2+ atau Zn2+ untuk Al3+
pada octahedral menghasilkan muatan negative pada permukaan clay, hal ini
diimbangi dengan adsorpsi kation di lapisan interlayer (Alemdar, 2005)
Bentonit

4
2.2. Mikrositin-LR
Mikrosistin-LR adalah toksin yang diproduksi secara alami oleh
cyanobacteria yang dikenal juga sebagai ganggang hijau-biru. Mikrosistin
merupakan jenis toksin monosiklik heptapeptida hepatotoksin penyebab kematia
ikan air tawar (Encah, 2009). Ketika cyanobacteria tumbuh berlebih di perairan,
mereka membentuk alga mekar, yang kerap muncul sebagai lapisan sampah hijau.
Namun, tidak semua sampah hijau di perairan merupakan ganggang. Tidak semua
alga mekar mengandung jens cyanobacteria yang berproduksi mikrosisrin-LR.
Ada banyak jenis mikrosistin, salah satunya mikrosistin-LR ini yang merupakan
salah satu varietas yang lebih beracun dan dipelajari dengan baik (Minnesotta
Departement of Health, 2015).
Mikrosistin adalah bahan kimia alami. Tindakan manusia seperti membebani
danau dengan nutrisi dari pupuk atau air limbah bisa member makan alga mekar
dan meningkatkan mikrosistin di permukaan air. Alga mekar adalah gejala
perairan yang tidak sehat. Keseimbangan biologis terganggu dengan terhalangnya
sinar matahari , dan menipisnya oksigen. Konsentrasi mikrosistin di perairan yang
terkena dampak bisa sangat bervariasi dengan lokasi dan waktu . Kondisi
mikrosistin di luar sel akan terdegradasi dalam kurun waktu seminggu
(Minnesotta Departement of Health, 2015).

2.3. Adsorpsi
Adsorpsi merupakan suatu proses penyerapan oleh padatan tertentu terhadap
zat tertentu yang terjadi pada permukaan zat padat karena adanya gaya tarik atom
atau molekul pada permukaan zat padat tanpa meresap kedalam. Bila gas atau uap
bersentuhan dengan permukaan padatan yang bersih, maka gas atau uap tadi akan
teradsorpsi pada permukaan padatan tersebut. Permukaan padatan disebut sebagai
adsorben, sedangkan gas atau uap disebut sebagai adsorbat. Semua padatan dapat
menyerap gas atau uap pada permukaan. Banyak gas yang teradsorpsi yang
bergantung pada suhu dan tekanan gas serta luas permukaan padatan. Padatan
yang paling efisien adalah padatan yang sangat porous seperti arang dan butiran
padatan yang sangat halus (Bird,T., 1993).
Proses adsorpsi dapat terjadi karena adanya gaya tarik atom atau molekul pada
permukaan padatan yang tidak seimbang. Adanya gaya ini, padatan cenderung

5
menarik molekul-molekul lain yang bersentuhan dengan permukaan padatan, baik
fasa gas atau fasa larutan kedalam permukaannya. Akibatnya konsentrasi molekul
pada permukaan menjadi lebih besar dari pada dalam fasa gas zat terlarut dalam
larutan. Pada adsorpsi interaksi antara adsorben dengan adsorbat hanya terjadi
pada permukaan adsorben (Tandy,E., 2012)

2.4. STUDI ISOTERM


Isoterm adsorpsi merupakan adsorpsi yang terjadi pada kondisi temperatur
konstan. Adsorpsi yang terjadi harus dalam keadaan kesetimbangan, yaitu laju
desorpsi dan adsorpsi berlangsung relatif sama. Kesetimbangan adsorpsi biasanya
digambarkan dengan persamaan isoterm. Parameternya menunjukkan sifat
permukaan dan afinitas dari adsorben pada kondisi temperatur dan pH tetap.
Informasi kesetimbangan adsorpsi penting untuk dipahami, dalam merancang dan
melaksanakan proses. Temperatur mempengaruhi kapasitas adsorpsi dari
adsorben. Dengan demikian, isoterm dapat memberikan hubungan antara jumlah
zat terlarut yang teradsorpsi pada suhu konstan dan konsentrasi dalam larutan
kesetimbangan Dalam penelitian ini, digunakan dua permodelan isoterm adsorpsi
yang diterapkan untuk mengevaluasi adsorpsi MC-LR menggunakan adsorben
Fe3O4@Al-B yaitu : Langmuir dan Freundlich.
2.4.1 Isoterm Langmuir
Isoterm ini berdasarkan asumsi bahwa :
a) Adsorben mempunyai permukaan yang homogen dan hanya dapat
mengadsorpsi satu molekul adsorbat untuk setiap molekul
adsorbennya. Tidak ada interaksi antara molekul-molekul terjerap.
b) Semua proses adsorpsi dilakukan dengan mekanisme terjerap.
c) Hanya terbentuk satu lapisan tunggal saat adsorpsi maksimum.
d) Tiap atom teradsorpsi pada lokasi tertentu di permukaan adsorben.
e) Tiap bagian permukaan hanya dapat menampung satu molekul atau
atom.
2.4.2 Isoterm Freundlich
Untuk rentang konsentrasi yang kecil dan campuran yang cair, isoterm
adsorpsi dapat digambarkan dengan persamaan empirik yang dikemukakan
oleh Freundlich. Isoterm Freundlich berdasarkan asumsi bahwa adsorben

6
mempunyai permukaan yang heterogen dan tiap molekul mempunyai potensi
penjerapan yang berbeda-beda. Persamaan ini merupakan persamaan yang
paling banyak digunakan saat ini. Dari isoterm Freundlich akan diketahui
kapasitas adsorben dalam menjerap. Isoterm Freundlich digunakan dalam
penelitian yang dilakukan karena dari isoterm Freundlich dapat ditentukan
efisiensi dari suatu adsorben.

7
BAB III

METODOLOGI

3.1. Bahan
Bentonit yang digunakan dalam penelitian ini disediakan oleh Lembaga
Penelitian Guangfu, kimia industri di Tianjin, China. MC-LR dibeli dari Algal
Science Inc. (95% dengan HPLC, Taiwan). HPLC kelas Asetonitril (ACN) dan
asam pospat dibeli dari Damao (Tianjin, China) Semua bahan kimia lainnya
memiliki nilai analitik dan digunakan seperti yang diterima.

3.2. Prosedur Kerja


3.2.1. Sintesis Bentonit Berpillar (Al-B)
Al-B disintesis melalui metode modifikasi berdasarkan laporan baru-baru
ini(20). Bentonit murni diaduk dengan 1 mol/L Nacl selama 24 jam untuk
menukarkan ke bentuk natrium (Na-Bentonit). Larutan Al-Pilar disiapkan dengan
perlahan-lahan menambahkan 0.5 mol/L NaOH ke 100 ml 0.2 mol/L Larutan
AlCl3 pada 60 C, dengan pengadukan yang kuat sampai perbandingan molar dari
OH-/AL3+ sama. Larutannya di aduk selama 2 jam. Kemudian, bentonit berpilar
disintesis dengan penambahan larutan perlahan-lahan ke 2 wt% Larutan Na-
bentanoit sampai perbandingan alumunium ke bentonit 10 mmol/g. Campuran
tersebut dibiarkan berekasi di suhu ruang selama 24 jam. Terakhir, Tanah tersebut
dipisahkan, dicuci, dikeringkan kemudian ditumbuk sampai 100 mesh.

3.2.2. Sintesis Bentonit magnetik (Fe3O4@Al-B)


Pertama-tama, Al-B (0,50 gram), FeCl3.6H2O (1,35 gram), natrium asetat
anhidrat (3,60 gram) dan polietilen glikol (1,00 gram) dilarutkan dalam 40 mL
etilen glikol. Kemudian larutan dipindahkan kedalam autoklaf (50 mL) dan
kemudia dipanaskan pada 190 C selama 8 jam. Setelah itu didinginkan, padatan
sudah terbentuk dengan magnet dan dicuci dengan etanol dan air deionisasi
beberapa kali. Terakhir, produk dikeringkan pada suhu 60 C didalam oven selama
6 jam.

8
3.2.3. Karakterisasi
Percobaan dengan Transmisi Elektron Mikroskop (TEM) dilakukan
dengan H-7500 TEM (Hitachi, Japan) beroperasi pada 80 kV. Gambar Scanning
Elektron Mikroskop (SEM) diambil dengan a JEOL JSM-6700F (FESEM, 20
kV). Pola bahan-bahan dengan XRD didapatkan pada suhu ruang pada
Difraktometer canggih Bruker D8 menggunakan Ni-Filter Cu K radiasi, operasi
pada 40 kV dan 40 mA. Karakterisasi magnetik dilakukan dengan menggunakan
perangkat interferensi kuantum superkonduktor (SQUID) magnetometer (MPMS
XL-5, Quantum Design, USA) pada temperatur 300 K dengan bidang sampai
10.000 Oe. Isoterms adsorpsi-desorpsi N2 telah direkam oleh Mikromeritics
ASAP 2020 M analisis serapan otomatis. Luas permukaan dihitung dengan
metode Brunauer-Emmett-Teller (BET). Potensi zeta permukaan dari bentonit
magnetik diukur dengan analisis zeta potensial (Zetasizer Nano ZS, Malvern, UK)

Gambar 1. Sintesis Fe3O4@Al-B dan aplikasinya untuk menghilangkan MC-LR

3.2.4. Analisis HPLC dari MC-LR


Konsentrasi MC-LR dianaisis pada 238 nm menggunakan Kromatorgrafi
Cair Kinerja Tinggi (HPLC) (Shimadzu Corporation LC-20AT) dengan detektor
UV dan 4.6 x 250 mm C18 Kolom analitis (Agilent Technologies, Wilmington,
DE). HPLC dioperasikan di bawah kondisi isokratik menggunakan fase gerak
yang terdiri dari 35% asetonitril dan 65% buffer asam fosfat (0.1%) pada tingkat 1
mL/menit. Kolom bekerja pada suhu konstan 25 C dan injeksi volume pada 10
mikroL. Efisiensi pemindahan diukur dengan perbedaan dari perbandingan area
puncak MC-LR sebelum dan setelah inkubasi.

9
3.2.5. Penggunaan Fe3O4@Al-B untuk menghilangkan MC-LR
Pertama-tama, beberapa konsentrasi dari Fe3O4@Al-B mulai dari 0
sampai 6.0 µg ditambahkan kedalam larutan encer MC-LR (1 ml, 0,25 µg/mL)
untuk menyelidiki efisiensi penghilangan MC-LR dengan Fe3O4@Al-B.
Kemudian percobaan kinetika digunakan digunakan untuk menentukan jumlah
MC-LR yang teradsorpsi sebagai fungsi dari waktu kontak pada konsentrasi yang
berbeda. Pada bagian ini, 1,5 gram Fe3O4@Al-B ditambahkan sebanyak 1 mL
pada larutan MC-LR (0.25; 0.50; 0.75 dan 1.00 µg/mL) dan campuran diaduk
pada suhu ruang di tabung. Setelah diinkubasi pada waktu tertentu, 200 µL
larutan emulsi diambil dari tabung dan dipisahkan dengan magnet, dilakukan juga
terhadap supernatan untuk analisis HPLC.
Untuk mempelajari pengaruh pH pada penghilangan MC-LR, pengujian
adsorpsi dilakukan pada rentan pH 2,1 sampe 10. Yang disesuaikan dengan 0.1
mol/L larutan NaOH dan HCl. Selain itu, persamaan langmuir dan freundlich
digunakan untuk mensimulasikan kesetimbangan adsorpsi isoterm untuk
mendapatkan kapasitas adsorpsi MC-LR pada Fe3O4@Al-B. Selain itu, samper
air lingkungan mengandung berbagai kotoran, seperti bahan organik, sedimen,
garam, dan lain-lain. Hal ini diperlukan untuk mengevaluasi kapasitas adsorpsi
dari adsorben magnetik dalam sampel air sebenarnya. Akibatnya, penerapan
Fe3O4@Al-B untuk menghilangkan MC-LR dari sampel air sungai (diambil dari
sungai Songhua, China) dipelajari dibawah dengan kondisi yang sama yang telah
dideskripsikan diatas.

10
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Karakterisasi Fe3O4@Al-B


Strategi sintesis ditunjukkan pada gambar 1. Tujuan spesifik dari strategi
ini yaitu untuk meningkatkan kemampuan adsorpsi dari bentonit dan untuk
memecahkan masalah dari pemisahan. Pertama-tama Al-B dibuat dengan metode
konvensional pillaring yang melibatkan reaksi bentonit dengan larutan encer
pillaring. Bermula dari Al3+ anorganik pilar dalam bentonit alam meningkatkan
ketahanan dan kestabilan, meningkatkan poroitas mikro dan terdapat luas
permukaan yang lebih besar. Pendekatan serupa dilaporkan sebelumnya (21,22).
Kemudian, bahan magnetik bentonit disiapkan oleh reaksi solvotermal. Ketika
campuran kuning dipanaskan pada waktu tertentu pada suhu tinggi di autoklaf,
magnetik nanopartikel Fe3O4 akan dihasilkan dan dirakit di permukaan bentonit
berpilar. Berdasarkan penelitian sebelumnya (23,24). Fe3O4 bahan bentonit dapat
diperoleh dengan pengendapan co. Namun, adsorben dengan ukuran terkontrol
dan magnetik tinggi merupakan penting secara teknologi karena adanya korelasi
kuat antara parameter ini dan proses adsorpsi. Berbekal dengan pengetahuan
diatas, disini, bahan Al-bentonit magnetik disiapkan dengan reaksi solvotermal
untuk pertama kalinya. Pada suhu tinggi, nanopartikel Fe3O4 dengan ukuran
tekontrol terbentuk pada permukaan bentonit yang homogen karena pelarut
mendidih kuat. Akhirnya, Campuran magnetik Fe3O4@Al-B diproduksi dan
digunakan untuk penghilangan MC-LR.

Gambar 2. TEM (a dan b) dan SEM (c dan d) dari material Fe3O4@Al-B

11
Morfologi dari Fe3O4@Al-B dipelajari dengan menggunakan TEM dan
SEM. Mikrografi TEM dari Fe3O4@Al-B ditunjukkan pada gambar 2a dan b,
ilustrasi nanopartikel Fe3O4 memiliki ukuran hampir seragam sekitar 200 nm dan
berbentuk bulat. Dalam mengkonfirmasikan hal itu, dibandingkan dengan metode
pengendapan-co konvensional, persiapan nanopartikel Fe3O4 menggunakan
strategi ini memiliki permukaan yang halus dan distribusi ukuran yang sempit.
Selain itu, mikrosfer ini merupakan distribusi yang homogen pada permukaan
bentonit selain aglomerasi. Gambar 2c dan d merupakan gambaran SEM dari
sintesis bahan magnetik Fe3O4@Al-B. Hal ini dapat dilihat dari gambar tersebut,
setelah dimodifikasi terdapat tampillan yang dilepaskan, longgar dan keriting
memotong lapisan di permukaan bentonit. Hasil menunjukkan bahwa proses
pillaring dapat membantu untuk menghasilkan bentonit dengan luas permukaan
lebih besar. Sementara itu, mikrografi dari Fe3O4@Al-B menunjukkan juga
memiliki banyak nanopartikel di permukaan, yang mikrosfer Fe3O4 disintesis
pada bentonit dengan proses reaksi solvotermal. Hal ini dalam kesesuaian yang
baik pada pengamatan TEM. Dalam penelitian sebelumnya (25), ukuran
nanopartikel Fe3O4 relatif lebih besar (250 nm), tetapi memiliki morfologi
permukaan yang serupa. Hasil penelitian TEM dan SEM menunjukkan bahwa ada
bentonit yang mengurangi ukuran partikel Fe3O4 dalam proses sintesis
solvotermal.

Gambar 3. Sudut rendah pola difraksi XRD bentonit dan Fe3O4@Al-B dan sudut lebar
pola difraksi XRD dari Fe3O4@Al-B

12
Sifat kristal dan komposisi produk yang disintesis, dikarakterisasi dengan
XRD. Pada gambar 3 menunjukkan pola difraksi X-Ray sudut rendah dari Na-
Bentonite Fe3O4@Al-B. Seperti yang ditunjukkan dalam gambar, puncak difraksi
dari bentonit adalah 6.02O, Jarak basal 1.47 nm. Setelah penambahan dengan
polikation alumunium, puncak ini menghilang dan bergerak menuju sudut rendak
(4.60o), Jarak basal 1.92 nm. Ini adalah bukti untuk keberhasilan penambahan
polikation hidroksi alumunium ke dalam ruang antar lapisan bentonit. Menurut
laporan terbaru (26), panjang maksimum molekul MC-LR yang mungkin disetiap
sudut adalah 2.94 nm dan batas minimum adalah 1.33 nm. Yang menegaskan
kemungkinan molekul MC-LR memasuki antar lapisan Fe3O4@Al-B. Mungkin
ini merupakan salah satu alasan utama Fe3O4@Al-B yang secara efektif
menghilangkan MC-LR dari larutan air. Selain itu, sudut lebar difraksi X-ray
Fe3O4@Al-B (gambar 3.) terlepas dari refleksi bentonit, adanya puncak
tambahan bahwa jelas berasal dari oksida Fe3O4@Al-B pada 2θ = 30.1o; 35.5o;
43.1o; 53.4o; 57.1o dan 62.8o.

Gambar 4. Histeresis Loop magnetik Fe3O4@Al-B

Karakterisasi magnetik menunjukkan bahwa Fe3O4@Al-B memiliki nilai


saturasi magnetik 36.18 emu/g (Gambar 4). Seperti magnetisasi yang tinggi terkait
dengan pembuatan nanopartikel Fe3O4 pada permukaan bentonit selama proses
sintesis solvotermal. Selain itu, tidak ada remanensi yang terdeteksi untuk
Fe3O4@Al-B, yang berarti menunjukkan ciri superparamagnetik karena
mikrosfer Fe3O4 berukuran nano. Sebagai hasil sifat magnetik yang bagus,

13
magnet Fe3O4@Al-B tersuspensi dalam air dengan cepat dipisahkan dari
dispersinya dengan magnet.

Gambar 5. Adsorpsi-desorpsi Isoterm bentonit dan Fe3O4@Al-B ke N2

Adsorpsi/desorpsi nitrogen isoterm dari bentonit alami dan magnetik


Fe3O4@Al-B ditunjukkan pada gambar 5. Dua sampel menunjukkan jenis
isoterm serapan tipe IV dengan tipe H3 lingkaran histeresis yang merupakan
karakteristik dari pori-pori seperti celah. Lingkaran histeresis yang jelas dapat
diamati pada dua isoterm, menunjukkan terjadinya kondensasi kapiler dan
keberadaan mesopores. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa Luas
permukaan BET dari campuran bentonit adalah 53 m2/g. Setelah modifikasi, ini
meningkat menjadi 110 m2/g. Peningkatan nilai-nilai luas permukaan terkait
dengan perluasan dari jarak lapisan bentonit dan mesopor selama sintesis Al-B.
Karena luas permukaan yang besar dan mesopore Fe3O4@Al-B, MC-LR dapat
secara bebas menyebar dan bergerak di mesopori besar.

14
Gambar 6. Efisiensi penghilangan MC-LR dengan sejumlah Fe3O4@Al-B

4.2 Pengaruh Jumlah adsorben pada ekstraksi MC-LR


Pengaruh dosis adsorben pada persentasi penghilangan MC-LR telah
dipelajari (Gambar 6). Percobaan yang sedang dilakukan menggunakan 1 mL 0.25
µg/mL larutan MC-LR, diinkubasi setelah penambahan Fe3O4@Al-B pada
jumlah yang berbeda (0-6 µg) selama 50 menit. Hal ini diamati bahwa persentase
kenaikan adsorpsi dengan jumlah adsorben. Ketika jumlah adsorben lebih besar
dari 3 µg, penghilangan efisien MC-LR dapat dicapai lebih dari 94%. Hal ini
menunjukkan bahwa adsorben dapat diterapkan untu menghilangkan MC-LR dari
sumber air minum karena efisiensi tinggi dan non-toksik alami dari Fe3O4@Al-B.

Gambar 7. Kapasitas penghilangan MC-LE sebagai fungsi waktu dalam air Mili-Q pada perbedaan
konsentrasi

15
4.3 Kinetik MC-LR dihilangkan oleh Fe3O4@Al-B
Untuk mempelajari kinetika MC-LR yang dihilangkan oleh Fe3O4@Al-B,
pengaruh konsentrasi pada proses telah diselidiki. Interaksi yang cepat dari
polutan untuk dipisahkan dengan adsorben yang diinginkan dan bermanfaat untuk
penerapan adsorpsi praktis. Hal ini dapat diamati dari gambar 7. Bahwa
penyerapan MC-LR pada Fe3O4@Al-B merupakan proses yang sangat cepat .
ketika konsentrasi MC-LR 0.25 µg/mL, adsorpsi esensial terjadi di 5 menit
pertama dengan kontribusi lebih dari 90% dari jumlah adsorpsi utama, dan
kemudian meningkatnya secara perlahan dan mendekati kesetimbangan adsorpsi
sekitar 10 menit. Seperti ditunjukkan dalam gambar 7, kapasitas adsorpsi dan
kesetimbangan waktu sangat dipengaruhi oleh konsentrasi. Meskipun lebih
banyak waktu yang dibutuhkan untuk mencapai kesetimbangan adsorpsi akhir,
lebih banyak polutan yang diadsorpsi oleh adsorben dalam berbagai konsentrasi
dari 0,50 sampai 1,00 µg/mL. Hal ini disebabkan fakta bahwa konsentrasi awal
yang lebih besar memberikan kekuatan pendorong yang lebih kuat untuk MC-LR
dari larutan adsorben, sehingga menghasilkan lebih banyak tabrakan antara
molekul MC-LR dan situs aktif adsorben.
Data adsorpsi kemudian dianalisis dengan menggunakan model kinetik
pseudo-orde pertama dan pseudo-orde kedua, yang dapat dinyatakan sebagai
persamaan (1) dan (2) :

log (qe − qt ) = (1)

+ (2)

Dimana qe dan qt adalah jumlah MC-LR yang diserap pada Fe3O4@Al-B


(mg/g) pada kesetimbangan dan pada waktu t, masing-masing K1 dan K2 adalah
konstanta dari pseudo-orde pertama (1/min) dan pseudo-orde kedua (g/mg/min)
persamaan adsorpsi.

16
Untuk menggambarkan adsorpsi lokal dengan interaksi spesifik, model
difusi intra-partikel yang diusulkan oleh Weber dan Morris (27), yang diterapkan
untuk menganalisis proses adsorpsi, yang dapat dinyatakan sebagai berikut :

(3)

Dimana Kp adalah konstanta laju difusi intrapartikel (mg/g/min-1/2) yang


ditentukan dari dari pola garis qt vs t1/2 dan biasanya digunakan untuk
membandingkan kecepatan transfer massa .

Gambar 8. Pengaruh pH terhadap serapan MC-LR dengan Fe3O4@Al-B

Parameter yang diperoleh dengan regresi linear untuk tiga model tercantum
dalam Tabel 1. Korelasi koefisien untuk model Pseudo-orde kedua relatif lebih
tinggi (R2 > 0.99), menunjukkan bahwa adanya sistem adsorpsi mengikuti
didominasi model kinetik pseudo-orde kedua. Menurut model difusi intra-partikel,
pola dari qt vs t1/2 harus linear jika difusi intra-partikel terlibat dalam proses
adsorpsi dan jika garis lurus melewati titik asal, kemudian difusi intra-partikel itu
menilai langkah pengendalian (28,29), koefisien korelasi (r2) diberikan dalam
tabel 1 yang terletak antara 0.85 an 0.95, lebih rendah daripada model kinetik

17
pseudo-orde kedua. Koefisien regresi rendah menunjukkan difusi intra-partikel
bukan satu-satunya langkah pengendalian laju. Permukaan adsorpsi dan difusi
intra-partikel mungkin berbarengan beroperasi selama interaksi dengan molekul
MC-LR dan Fe3O4@Al-B.

4.4 Pengaruh pH pada Penghilangan MC-LR


Semua Pecobaan dilakukan dengan mengagitasi 3 µg Fe3O4@Al-B dengan 1
ml dari 0.50 µg/mL larutan MC-LR dibawah berbagai kondisi pH (2,1-10).
Gambar 8 menunjukkan hasil adsorpsi MC-LR di Fe3O4@Al-B. Jelas bahwa
kapasitas penyerapan MC-LR sedikit dipengaruhi oleh larutan pH, yang mungkin
terutama disebabkan oleh pengaruhnya pH pada heterogenitas muatan permukaan
dari adsorbat (MC-LR) dan adsorben Fe3O4@Al-B. Lebih jauh lagi, Adsorpsi
lebih besar MC-LR diamati pada pH 2.1, menunjukkan bahwa rendahnya larutan
pH, semakin tinggi mengikat afinitas atara MC-LR dan Fe3O4@Al-B.

Untuk adsorben, muatan tergantung pH berkembang pada permukaan internal


dan ekternal hidroksil terutama yang terletak di tepi dan akhiran Al-OH. Dari
Tabel 2 kita bisa mengetahui bahwa pH meningkat, muatan positif terhadap
penurunan Fe3O4@Al-B dan muatan negatif meningkat. Untuk adsorbat, MC-LR
memiliki kelompok karboksilat bebas terionisasi dan satu kelompok amino bebas
terionisasi. Fungsi kelompok ini mengubah keadaan ionisasi dan perubahan
muatan bersih dengan nilai pH. ketika pH terletak antara 2.1 dan 10. Permukaan
MC-LR dikenakan muatan negatif (31) oleh karena itu, MC-LR mudah untuk
dihilangkan karena Fe3O4@Al-B dan MC-LR memiliki muatan permukaan yang
berlawanan untuk menarik satu sama lain dalam kisaran pH 2.1 sampai 4. Namun,
ketika pH diatas 4, baik Fe3O4@Al-B maupun MC-LR memiliki muatan negatif
yang sama. Sehingga efisiensi penghilangan MC-LR akan menurun dengan
meningkatnya pH. Menariknya, menurunnya adsorpsi yang tidak serius dalam
larutan netral dan basa. Mungkin karena adanya fakta bahwa adsorpsi MC-LR

18
digabung dengan pelepasan anion hidroksil Fe3O4@Al-B. Selain itu, dibawah
kondisi asam, hidrofobisitas keduanya baik MC-LR dan adsorben lebih kuat dari
yang dibawah kondisi basa (3). Hidrofobisitas serupa pada adsorben dan adsorbat
dibawah kondisi asam juga berkontribusi pada kapasitas adsorpsi yang tinggi.

4.5 Studi Isoterm


Persamaan Langmuir dan Freunlich digunakan untuk mensimulasikan isoterm
kesetimbangan adsorpsi untuk mendapatkan kemampuan adsorpsi Fe3O4@Al-B
untuk MC-LR.
Isoterm adsorpsi Langmuir dinyatakan sebagai:

(4)

Dimana qe (mg/g) adalah kapasitas kesetimbangan adsorpsi, Ce (mg/L)


adalah konsentrasi kesetimbangan MC-LR dalam larutan, qmax (mg/g) adalah
kapasitas adsorpsi monolayer dan b (L/mg) adalah konstanta langmuir.
Karakteristik penting dari isoterm langmuir dapat dinyatakan dengan
sebuat konstanta berdimensi yang disebut parameter kesetimbangan RL yang
didefinisikan oleh persamaan berikut :

(5)

Dimana b merupakan konstanta langmuir, adsorpsi menguntungkan


dilaporkan ketika nilai RL antara 0 dan 1 (32).

Isoterm adsorpsi Freundlich dinyatakan sebagai :


(6)

Dimana Kf dan n merupakan konstanta freundlich terkait dengan kapasitas


adsorpsi dan intensitas adsorpsi masing-masing.

19
Persamaan regresi dan konstanta dihitung oleh persamaan Langmuir dan
Freundlich ditunjukkan pada tabel 3. Persamaan langmuir lebih efektif daripada
persamaan freundlich untuk menjelaskan adsorpsi MC-LR dengan Fe3O4@Al-B,
yang mengasumsikan bahwa tidak adanya interaksi antara spesier terserap. Dari
tabel 3, nilai-nilai n dan RL mencerminkan adsorpsi yang bermanfaat. Selanjutnya
dihitung nilai Kf adalah 202.35 yang menunjukkan Fe3O4@Al-B memiliki
afinitas yang kuat mengikat MC-LR dalam larutan. Secara signifikan, kapasitas
adsorpsi MC-LR ke Fe3O4@Al-B dihitung 161.29 mg/g dengan persamaan
Langmuir. Hasil tersebut cukup baik dibandingkan dengan yang dilaporkan
sebelumnya (tabel 4). Oleh karena itu Fe3O4@Al-B dapat dijadikan sebagai
adsorben efisiensi tinggi untuk menghilangkan MC-LR.

20
Gambar 9. Kromatogram 0.25 µg/mL larutan MC-LR dan setelah perlakuan dengan
Fe3O4@Al-B dalam air sungai

4.5 Aplikasi untuk air


Efisiensi Penghilangan MC-LR dengan Fe3O4@Al-B menunjukkan lebih
lanjut dengan menggunakan samper air nyata, air sungai (dikumpulkan dari sungai
Songhua, China). Gambar 9 menunjukkan spektrum HPLC untuk 0.25 µg/mL
MC-LR sebelum dan setelah penghilangan dengan Fe3O4@Al-B (1.5 µg) untuk 1
mL air sungai. Sebelum perlakuan, intensitas MC-LR sangat kuat dengan luas
puncak 7799.0, setelah proses penghilangan (50 menit) dsalam air sungai, luas
puncak menurun secara signifikan menjadi 934.4. efisensi penghilangan (88%)
untuk MC-LR dalam sampel air nyata yaitu lebih rendah dari air Mili-Q (94.4%)
yang mungkin disebabkan oleh adanya gangguan kotoran dalam air nyata.

21
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Kesimpulan, Megnetik campuran Fe3O4@Al-B yang disiapkan melalui
metode sintesis solvotermal untuk pertama kalinya dan produknya dengan berhasil
diterapkan untuk menghilangkan MC-LR melalui analisis HPLC langsung.
Pendekatan ini merupakan metode sederhana, efisien dan murah untuk persiapan
multifungsi bahan bentonit yang memiliki tanggung jawab magnetik dan
dispersibilitas pelarut yang baik. Fe3O4@Al-B juga dievaluasi untuk
menghasilkan adsorptivitas yang bail untuk MC-LR. Meskipun beberapa teknik
masih perlu diperbaiki sebelum materi ini dapat diaplikasikan secara luas dalam
sistem perlakuan air, Fe3O4@Al-B dianjurkan untuk aplikasi potensial untuk
menghilangkan kontaminasi biologi dari air tercemar.

22
DAFTAR PUSTAKA

Alemdar. 2005. Effects of Polyethyleneimine Adsorption on Rheology of Bentonite


Suspensions. Bull. Mater. Sci. no. 28 p287-291
B.L. Chen, Z.M. Chen, S.F. Lv. A Novel Magnetic Biochar Efficiently Sorbs
Organicpollutants and Phosphate. Bioresource Technology 102 (2011) 716–
723.
Bird, Tony. 1993. Kimia Fisika Untuk Universitas. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Utama
Lian, lili.,dkk. 2014. A Green Synthesized of Magnetic Bentonite Material and Its
Application for Removal of Microcystin-LR in Water. Journal of Applied
Surface Science (289) 245-251
Minnesotta Departement of Health. 2015. Microcystin-LR in Drinking Water.
R.M. Soares, V.R. Cagido, R.B. Ferraro. Effects of microcystin-LR on mouse
lungs. Toxicon 50 (2007) 330–338.
Sugiura, N., M. Utsumi, B. Wei, N. Iwami, K. Okano, Y. Kawauchi, T. Maekawa.
2004. Assessment for the Complicated Occurrence of Nuisance Odours from
Phytoplankton and Environmental Factors in a Eutrophic Lake. Lake &
Resenoirs:Res.and Mqn.,9:l 95-20 I .
Tandy, E. 2012. Kemampuan Adsorben Limbah Lateks Karet Alam Terhadap
Minyak Pelumas Dalam Air. Jurnal Teknik Kimia USU. Volume 1 No. 2.
Departemen Teknik Kimia Fakultas Teknik. USU
W.H. Song, T. Teshiba, K. Rein, K. O’Shea. Ultrasonically Induced Degradation
Anddetoxification of Microcystin-LR (cyanobacterial toxin). Environmental
Science& Technology 39 (2005) 6300–6305.
X. Wang, M. Utsumi, Y. Yang, K. Shimizu, D. Li. Removal of microcystins (-
LR,-YR, -RR) by highly efficient photocatalyst Ag/Ag3PO4under simulated
solarlight condition. Chemicial Engineering Journal 230 (2013) 172–179.
Z. Liu, Meng Li, X.J. Yang, M.L. Yin. The Use of Multifunctional Magnetic
Meso-porous Core/Shell Heteronanostructures in a Biomolecule Separation
System. Biomaterials 32 (2011) 4683–4690.

23

Anda mungkin juga menyukai