Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH BIOFISIKA

KARAKTERISTIK FLUKS MEMBRAN DALAM PROSES FILTRASI LIMBAH


CAIR INDUSTRI PELAPISAN LOGAM

Oleh:

1. Sisi Gusti Putri (17034028)


2. Fithratul Aini (17034042)
3. Riki Permanda S. (17034055)
4. Rizka Fauziah (17034056)

Dosen Pembimbing:

1. Dra. Yenni Darvina, M.Si


2. Rahmat Hidayat, S.Pd, M.Si

JURUSAN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2019
2
ABSTRAK

Pencemaran lingkungan oleh limbah industry pelapisan logam dapat diatasi dengan teknologi
membran. Kitosan dan silika adalah material yang sudah banyak digunakan dalam proses
pengolahan limbah dan juga mudah dibentuk menjadi membran. Tujuan dari penelitian ini
adalan menganalisa karakteristik fluks membran, yang merupakan salah satu indikator kualitas
kinerja membran. Membran yang digunakan dalam proses filtrasi dibuat dari kitosan dan silika
sekam padi (biosilika) dengan teknik inversa fasa. Variasi rasio massa kitosan dan biosilika
adalan 1, 1,5, 2 dan 3 untuk membrane A, B, C, dan D. Hasil perhitungan fluks pada masing-
masing membrane menunjukkan bahwa terjadi penurunan fluks membran secara eksponensial
seiring bertambahnya waktu. Membran B mempunyai karakteristik fluks yang lebih baik
dibandingkan dengan yang lainnya karena fluks rata-rata pada filtrasi limbah elektroplating
paling besar dibandingkan yang lainnya yaitu 19115,62 L/m2jam dengan nilai porsitas paling
tinggi yaitu 87,79 %. Mekanisme fouling pada membran kitosan-biosilika disebabkan karena
terjadinya penutupan sejumlah pori membran yang dijelaskan melalui pendekatan kurva
penurunan fluks dengan data eksperimen.

Kata kunci : limbah, membran, fluks, fouling.

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Yang Maha Kuasa atas karunia yang telah diberikan, penulis
dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu. Makalah ini disusun setelah presentasi kelompok
dan sebagai objek penilaian Ujian Tengah Semester pada mata kuliah Bio Fisika. Makalah ini
berjudul Karakteristik Fluks Mmembran Dalam Proses Filtrasi Limbah Cair Industri Pelapisan
Logam.

Dalam penyelesaian makalah ini penulis tidak terlepas dari berbagai bantuan dari banyak
pihak. Untuk itu penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih untuk kedua orang tua yang
telah memberi bantuan materi dan moril, dosen pembimbing mata kuliah yang telah memberikan
banyak bimbingan selama perkuliahan berlangsung, teman-teman seperjuangan yang telah
memberikan semangat dan motivasi di dalam masa perkuliahan serta pihak-pihak lain yang tidak
bisa disebutkan satu per satu dalam makalah ini.

Makalah ini sangat jauah dari kesempurnaan, untuk itu kritik dan saran dari pembaca
yang sifatnya membangun sangat diharapakan, untuk perbaikan di masa yang akan datang.

Padang, 12 Desember 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................... i


DAFTAR ISI .................................................................................................. ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ......................................................................................... 1


B. Tujuan ...................................................................................................... 2
C. Rumusan Masalah .................................................................................... 2

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Membran .................................................................................... 3


B. Klasifikasi Membran ................................................................................ 3
C. Karakteristik Membran ............................................................................ 7
D. Keunggulan dan kelemahan Teknologi Membran…………………….... 9
E. Kinerja Membran …………………………………………………........ 10
F. Teknik Pembuatan Membran………………………………………....... 11
G. Membran Komposit Kitosan-PVA…………………………………...... 12
H. Parameter Limbah Cair……………………………………………........ 15

BAB III

PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN

BAB IVPENUTUP

A. KESIMPULAN ......................................................................................... 19
B. SARAN ................................................................................................ 20
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………................... 21

iii
iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pencemaran lingkungan merupakan salah satu dampak negatif yang disebabkan oleh
perkembangan teknologi industri yang pesat. Industri pelapisan logam (elektroplating) adalah
salah satu penyumbang limbah berbahaya bagi lingkungan karena limbah cair industri tersebut
mengandung bahan kimia yang berbahaya seperti seng, nikel, kromium dan besi . Pencemaran
lingkungan oleh limbah industry pelapisan logam dapat diatasi dengan teknologi membran.
Kitosan dan silika adalah material yang sudah banyak digunakan dalam proses pengolahan
limbah dan juga mudah dibentuk menjadi membran.

Silika merupakan bahan kimia yang pemanfaatan dan aplikasinya sangat luas. Salah satu
pemanfaatan serbuk silika adalah sebagai bahan pembuat membran padat. Membran silika
dimanfaatkan untuk menyeleksi atau mereduksi kandungan unsur Fe, Mn, dan Mg dalam air
(Mahmoud, 2007). Kitosan merupakan salah satu produk alam yang merupakan turunan kitin.
Kitosan mengandung gugus amina bebas yang memberikan karakteristik sebagai penukar ion.
Pelarutan kitosan dalam asam akan membentuk larutan kental yang dapat digunakan untuk
pembuatan gel dalam berbagai variasi seperti butiran, membran, ataupun serat

Pada umumnya, limbah akhir dari proses produksi akan dibuang ke perairan setelah
melewati proses pengolahan, namun masih ada beberapa industri yang belum memenuhi standar
limbah buangan yang telah ditentukan sehingga menyebakan pencemaran pada peraian terutama
sungai. Permasalahan pencemaran tersebut harus diatasi dengan cara menyediakan sistem
pengolahan limbah yang efektif dan efisien. Salah satu teknologi pengolahan limbah cair yang
banyak digunakan pada saat ini adalah teknologi membran.. Membran merupakan suatu lapisan
tipis semipermeabel diantara dua fasa yang berbeda karakter Fasa pertama adalah feed atau
larutan pengumpan dan fasa kedua adalah permeate atau hasil pemisahan. Sifat yang paling
penting dari membran adalah kemampuan membran untuk mengontrol laju perembesan partikel

1
melewati membran.. Pemilihan terhadap teknik ini dikarenakan berbagai sifat membran yang
menguntungkan dan dapat dipergunakan luas untuk berbagai proses pemisahan

B. TUJUAN

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah:

1. Untuk Mengetahui Apa Itu Membran


2. Mengetahui Klasifikasi dari Membran
3. Untuk Mengetahui Karakteristik Membran
4. Untuk Mengetahui Keunggulan dan kelemahan Teknologi Membran
5. Untuk Mengetahui Kinerja Membran
6. Untuk Mengetahui Teknik Pembuatan Membran

7. Membran Komposit Kitosan-PVA

8. Parameter Limbah Cair

C. RUMUSAN MASALAH

1. Apa itu membran ?


2. Bagaimana klasifikasi dari membran ?
3. Bagaimana karakteristik membran?
4. Apa saja keunggulan dan kelemahan teknologi membran?
5. Bagaimana kinerja dari membran ?
6. Apa saja teknik pembuatan membran?

7. Apa itu membran komposit kitosan-pva?

8. Apa saja parameter limbah cair?

2
BAB II

Tinjauan pustaka

A. Definisi Membran

Membran didefinisikan sebagai suatu media berpori, berbentuk film tipis, bersifat
semipermeabel yang berfungsi untuk memisahkan partikel dengan ukuran molekuler (spesi)
dalam suatu sistem larutan. Spesi yang memiliki ukuran yang lebih besar dari pori membran
akan tertahan sedangkan spesi dengan ukuran yang lebih kecil dari pori membran akan lolos
menembus pori membrane (Kesting, RE, 2000).
Proses pemisahan dengan membran dapat terjadi karena adanya perbedaan ukuran pori,
bentuk, serta struktur kimianya. Membran demikian biasa disebut sebagai membran
semipermiable, artinya dapat menahan spesi tertentu, tetapi dapat melewatkan spesi yang
lainnya. Fasa campuran yang akan dipisahkan disebut umpan (feed), hasil pemisahan disebut
sebagai permeat (Heru pratomo, 2003).

B.Klasifikasi Membran

1. Berdasarkan Jenis

Dilihat dari jenisnya membran dibagi menjadi 2, yakni:

1) Membran non komposit


Membran non komposit merupakan media berpori yang tersusun dari satu polimer yang
memiliki karakteristik yang kurang baik, seperti selektifitas yang dimilikinya relatif rendah.
2) Membran komposit
Membran komposit merupakan membran asimetrik yang terdiri dari lapisan berpori rapat
dan lapisan pendukung dengan material yang berbeda. Membran ini dapat memberikan suatu
kineja yang optimal terhadap selektifitas, laju permeasi dan kestabilan termal.

3
2. Berdasarkan morfologinya

Dilihat dari morfologinya, membran dapat digolongkan dalam dua bagian (Kesting, RE, 2000)
yaitu :

a. Membran Asimetrik
Membran asimetrik adalah membran yang terdiri dari lapisan tipis yang merupakan
lapisan aktif dengan lapisan pendukung dibawahnya. Ukuran dan kerapatan pori untuk membran
asimetris tidak sama, dimana ukuran pori dibagian kulit lebih kecil dibandingkan pada bagian
pendukung. Ketebalan lapisan tipis antara 0,2-1,0 𝜇𝑚 dan lapisan pendukung sublayer yang
berpori dengan ukuran antara 50-150 𝜇𝑚 .
b. Membran Simetrik
Membran simetris adalah membran yang mempunyai ukuran dan kerapatan pori yang
sama disemua bagian, tidak mempunyai lapisan kulit. Ketebalannya berkisar antara 10-200 𝜇𝑚 .
Membran ultrafiltrasi terdiri atas struktur asimetris dengan lapisan kulit yang rapat pada suatu
permukaan. Struktur demikian mengakibatkan solut didalam umpan tertahan dipermukaan
membrandan mencegah terjadinya pemblokiran didalam pori.

3. Berdasarkan kerapatan pori

Dilihat kerapatan porinya, membran dapat dibedakan dalam dua bagian (Kesting,
RE, 2000) yaitu :

a. Membran rapat (Membran tak berpori)


Membran rapat ini mempunyai kulit yang rapat dan berupa lapisan tipis denganukuran
pori dari 0,001𝜇𝑚 dengan kerapatan lebih rendah. Membran ini sering digunakan untuk
memisahkan campuran yang memiliki molekul-molekul berukuran kecil dan ber BM rendah,
sebagai contoh untuk pemisahan gas dan pervaporasi. Permeabilitas dan permselektifitas
membran ini ditentukan oleh sifat serta type polimer yang digunakan.

4
b. Membran berpori
Membran ini mempunyai ukuran lebih besar dari 0,001 𝜇𝑚 dan kerapatan pori yang lebih
tinggi. Membran berpori ini sering digunakan untuk proses ultrafiltrasi, mikrofiltrasi,
hyperfiltrasi. Selektifitas membran ini ditentukan oleh ukuran pori dan pengaruh bahan polimer.

4. Beradasarkan fungsinya

Proses pemisahan dengan membran dapat terjadi karena adanya gaya dorongan (Δ𝑃 ) yang
mengakibatkan adanya perpindahan massa melalui membran. Berdasarkan fungsinya membran
dibagi menjadi tujuh macam, yaitu membrane yang digunakan pada proses reverse osmosis,
ultrafiltrasi, mikrofiltrasi, dialisa, dan elektrodialisa (Wenten, 1995).

a. Reverse Osmosis
Reverse osmosis merupakan proses perpindahan pelarut dengan gaya dorong perbedaan
tekanan, dimana beda tekanan yang digunakan harus lebih besar dari beda tekanan osmosis.
Ukuran pori pada proses osmosa balik antara 1-20 𝜇𝑚 dan berat molekul solut yang digunakan
antara 100-1000 . Dengan adanya pengembangan membran asimetrisproses osmosis balik
menjadi sempurna, terutama digunakan untuk memproduksi air tawar dari air laut.

b. Ultrafiltrasi
Ultrafiltrasi mempunyai dasar kerja yang sama dengan osmosa balik, tetapi berbeda
dengan ukuran porinya. Untuk ultrafiltrasi ukuran diameter pori yang digunakan yaitu 0,01-0,1
𝜇𝑚 dengan BM solut antara 1000-500.000 g/mol. Proses pemisahannya ukuran molekul yang
lebih kecil dari diametr pori akan menembus membran, sedangkan ukuran molekul yang lebih
besar akan tertahan oleh membran.

c. Mikrofiltrasi
Milkrofiltrasi mempunyai prinsip kerja yang sama dengan ultrafiltrasi, hanya berbeda
pada ukuran molekul yang akan dipisahkan. Pada mikrofiltrasi ukuran molekul yang akan

5
dipisahkan 500-300.000 , dengan BM solut dapat mencapai 500.000 g/mol, karena itu proses
mikrofiltrasi sering digunakan untuk menahan partikel-partikel dalam larutan suspensi.

d. Dialisa
Dialisa merupakan proses perpindahan molekul (zat terlarut atau solut) dari suatu cairan
ke cairan lain melalui membran yang diakibatkan adanya perbedaan potensial kimia dari solut.
Membran dialisa berfungsi untuk memisahkan larutan koloid yang mengandung elektrolit
dengan berat molekul kecil. Proses secara dialisa sering digunakan untuk pencucian darah pada
penderita penyakit ginjal.

e. Elektrodialisa
Elektrodalisa merupakan proses dialisa dengan menggunakan bantuan dayadorong
potensial listrik. Elektrodalisa berlangsung relatif lebih cepat dibandingkan dengan dialisa.
Pemakaian utamanya adalah desalinasi (penurunanmkadar garam) dari juice.

f. Pervaporasi
Pervaporasi merupakan proses perpindahan massa melalui membran dengan melibatkan
perubahan fasa didalamnya dari fasa cair ke fasa uap. Gaya dorong proses pervaporasi adalah
perbedaan aktifitas pada kedua sisi membran yang menyebabkan terjadinya penguapan karena
tekanan parsial lebih rendah daripada tekanan uap jenuh.

5. Berdasarkan strukturnya

Berdasarkan strukturnya, membran dibedakan menjadi dua golongan (Mulder, 1996 ), yaitu :
a. Membran Homogen
Membran Homogen merupakan membran yang tidak berpori, mempunyai sifat sama
setiap titik, tidak ada internal layer dan dalam perpindahan tidak ada hambatan.
b. Membran Heterogen
Membran Heterogen adalah suatu membran berpori atau tidak berpori, tersusun secara
seri dari type yang berbeda, sehingga dalam perpindahan mengalami hambatan.

6
C.Karakteristik Membran

Untuk memahami proses pemisahan dengan membran, akan ditentukan karakteristik


membran yang dalam hubungannya dengan sifat dan struktur membran seperti kandungan air,
ukuran pori, jumlah pori, luas membran, dan ketebalan membran.

1. Kandungan air
Kandungan air merupakan tingkat kemampuan polimer untuk menyerap air. Sifat ini
ditunjukan oleh adanya gugus yang bersifat hidrofilik dalam rantai polimer. Polimer yang
banyak mengandung gugus hidroksil akan bersifat hidrofilik. Kandungan air ini akan
mempengaruhi difusivitas penetran melalui membran karena semakin banyak yang terikat
dengan membran, akan menyebabkan rantai polimer bebas bergerak, sehingga molekul semakin
mudah menembus membran polimer melewati ruang kosong antara rantai polimer dengan rantai
lainnya.
2. Ukuran dan Jumlah pori
Pada proses pemisahan menggunakan membran ukuran dan jumlah pori merupakan faktor
yang harus dipertimbangkan agar memenuhi standar ultrafiltrasi. Ukuran pori akan menentukan
sifat selektifitas membran, yaitu kemampuan dari membran untuk menahan molekul-molekul zat
terlarut, sehingga tidak ada yang lolos menembus pori membran. Sedangkan jumlah pori
menentukan sifat permeabilitas membran yaitu kemudahan membran untuk melewatkan
molekul-molekul air, dimana jika permeabilitas membran yang dihasilkan tinggi, maka membran
layak digunakan.
3. Ketebalan Membran Ketebalan membran merupakan salah satu karakterisasi membran
yang diukur untuk mengetahui laju permeasi membran. Ketebalan membran polysulfon diukur
dengan menggunakan mikrometer. Ukuran ketebalan membran menurut standar ultrafiltrasi
adalah 50-150 𝜇𝑚 (Rautenbach., 1997).
4. Luas Membran
Luas membran yang telah dibuat disesuaikan dengan luas modul membran dari
rancangan alat, dimana pengukuran panjang dan lebar membran ini dilakukan secara manual
dengan menggunakan mistar.

7
5. Prinsip Proses Pemisahan dengan Membran
Proses Pemisahan dengan menggunakan media membran dapat terjadi karena membran
mempunyai sifat selektifitas yaitu kemampuan untuk memisahkan suatu partikel dari
campurannya (Kesting, RE., 2000).
Hal ini dikarenakan partikel memiliki ukuran lebih besar dari pori membran. Untuk lebih
jelasnya mengenai proses pemisahan dengan menggunakan membran dapat dilihat pada gambar
berikut :

Gambar 2.2 Proses Pemisahan dengan Membran (Wenten., 1999)

Faktor-faktor yang berpengaruh dalam proses pemisahan dengan membran meliputi :


a. Interaksi membran dengan larutan

b. Tekanan

c. Temperatur , dan

d. Konsentrasi polarisasi

Dalam penggunaannya, pemilihan membran didasarkan kepada sifat-sifat sebagai berikut :


a. Stabil terhadap perubahan temperatur

b. Mempunyai daya tahan terhadap bahan-bahan kimia

c. Kemudahan untuk mendeteksi kebocoran

d. Kemudahan proses penggantian

8
D. Keunggulan dan kelemahan Teknologi Membran

Jika dibandingkan dengan teknologi pemisahan lainnya, keunggulan dari teknologi


membran antara lain adalah :
- Proses pemisahan dapat dilaksanakan secara berkesinambungan (continuous)
- Konsumsi energi umumnya rendah
- Dapat dengan mudah dipadukan dengan teknologi pemisahan lainnya (hybrid)
- Umumnya dioperasikan dalam kondisi sedang (bukan pada tekanan dan temperatur tinggi) dan
sifat membran mudah untuk dimodifikasi
- Mudah untuk melakukan up-scaling
- Tidak memerlukan aditif

Namun demikian, dalam pengoperasiannya, perlu juga diperhatikan halhal berikut :


- Penyumbatan/fouling
- Umur membran yang singkat
- Selektivitas yang rendah

Fouling atau penyumbatan merupakan masalah yang sangat umum terjadi, yang terjadi
akibat kontaminan yang menumpuk di dalam dan permukaan pori membran dalam waktu
tertentu. Fouling tidak dapat dielakkan, walaupun membran sudah melalui proses pre-treatment.
Jenis fouling yang terjadi sangat bergantung pada berbagai faktor, termasuk diantaranya kualitas
umpan, jenis membran, bahan membran, dan perancangan serta pengendalian proses.
Tiga jenis fouling yang sering terjadi pada membran adalah fouling akibat partikel,
biofouling, dan scaling. Kontaminasi ini menyebabkan perlunya beban kerja lebih tinggi, untuk
menjamin kapasitas membran yang berkesinambungan.
Pada titik tertentu, beban kerja yang diterapkan akan menjadi terlalu tinggi, sehingga
proses tidak lagi ekonomis. Fouling dapat diminimalisasi dengan cara menaikkan pH sistem,
menerapkan sistem backwash, serta penggunaan zat disinfectant untuk mencegah bakteri yang
dapat menyerang membran. Sedangkan cara untuk menyingkirkan fouling adalah dengan
flushing atau chemical cleaning.

9
E. Kinerja Membran

Kinerja atau efisiensi membran dalam ultrafiltrasi ditentukan oleh dua parameter yaitu
fluks dan rejeksi.

1.Fluks

Fluks didefinisikan sebagai banyaknya spesi yang dapat menembus membran tiap satuan
luas membran persatuan waktu. Fluks ditentukan oleh jumlah pori membran. Fluks demikian
dinyatakan sebagai fluks volume (Jv) yang dinyatakan sebagai berikut (Mulder, M, 1995) :
𝑉
𝐽𝑣 =
𝐴×𝑡
Dimana :
Jv = Fluks volume (ml/ 𝑐𝑚2 .det)
V = volume permeat (ml)
A = Luas membran (𝑐𝑚2 )
t = watu tempuhan (det)

2.Rejeksi

Rejeksi didefinisikan sebagai fraksi konsentrasi zat terlarut yang tidak menembus
membran. Rejeksi ditentukan oleh ukuran pori membran. Rejeksi yang diamati adalah rejeksi
yang tidak melibatkan molekul yang menempel pada membran atau tanpa terjadi akumulasi.
Rejeksi dinyatakan sebagai berikut (Mulder, M, 1995) :
𝑐𝑝
R=1 − 100% .........................................(2)
𝑐𝑓

Dimana :

R =Koefisienrejeksi(%)
Cp=Konsentrasizat terlarutdalampermeat
Cf=Konsentrasizat terlarutdalamumpan

10
Harga rejeksi bergantung pada berat molekul zat terlarut yang digunakan,
bila R = 100 % , berarti membran tersebut menolak sempurna zat terlarut atau
menahan sempurna zat terlarut, sehingga hampir tidak adazat terlarut yang
berhasil menembus pori membran.

F. Teknik Pembuatan Membran

Teknik-teknik yang digunakan pada proses pembuatan membran antara lain sintering,
stretching, track-etching, template leaching, pelapisan (coating), dan inversi fasa (Widayanti, N;
2013).

a. Sintering
Sintering adalah teknik yang sangat sederhana, bisa dilakukan baik pada bahan anorganik
maupun organik. Bubuk dengan ukuran tertentu dikompresi dan disintering pada temperatur
tinggi. Selama sintering antar muka antara partikel yang berkontak hilang membentuk pori.
Teknik ini menghasilkan membran dengan ukuran pori 0,1 sampai 10 μm.

b. Stretching
Stretching adalah suatu metode pembuatan membran dimana film yang telah diekstrusi
atau foil yang dibuat dari bahan polimer semi kristalin ditarik searah proses ekstruksi sehingga
molekul-molekul kristalnya akan terletak paralel satu sama lain. Jika stress mekanik
diaplikasikan maka akan terjadi pemutusan dan terbentuk struktur pori dengan ukuran 0,1 sampai
0,3 μm.

c. Track-Etching
Track-Etching merupakan metode dimana film atau foil ditembak oleh partikel radiasi
berenergi tinggi tegak lurus ke arah film. Partikel akan merusak matriks polimer dan membentuk
suatu lintasan. Film kemudian dimasukkan ke dalam bak asam atau basa dan matriks polimer
akan membentuk goresan sepanjang lintasan untuk selanjutnya membentuk pori silinder yang
sama dengan distribusi pori yang sempit.

11
d. Template-Leaching
Template-Leaching merupakan suatu teknik lain untuk membuat membran berpori yaitu
dengan cara melepaskan salah satu komponen (leaching). Teknik ini dapat digunakan untuk
membuat membran gelas berpori.

e. Inversi fasa
Proses pembuatan membran pada umumnya menggunakan metode inversi fasa yaitu
perubahan bentuk polimer dari fasa cair menjadi fasa padatan. Proses pemadatan (solidifikasi) ini
diawali dengan transisi dari fase satu cairan menjadi fase dua cairan (liquid-liquid demixing).
Suatu tahap selama demixing, salah satu dari fase cairan tersebut (fase polimer berkonsentrasi
tinggi) akan menjadi padat sehingga terbentuk matriks padatan (Widayanti, N ; 2013). Teknik
inversi fasa mempunyai beberapa kelebihan diantaranya mudah dilakukan, pembentukan pori
dapat dikendalikan dan dapat digunakan berbagai macam polimer (Wenten, I. G. 2000). Tahapan
proses secara umum dalam inversi fasa antara lain: homogenasi, pencetakan, penguapan
sebagian pelarut selama waktu penguapan dan dimasukkan ke dalam bak koagulasi.

G. Membran Komposit Kitosan-PVA

1.Kitosan
Kitosan merupakan salah satu material yang dapat digunakan dalam pembuatan
membran. Dalam penelitian ini telah dilakukan pembuatan membrane menggunakan kitosan
sebagai bahan dasar pembuatan membran. Membran kitosan disintesis dengan cara
menambahkan serbuk kitosan dengan pelarut tertentu.
Kitosan adalah poli-(2-amino-2-deoksi-β(1-4)-D-glukopiranosa) dengan rumus molekul
(C6H11NO4)n yang dapat diperoleh dari deasetilasi kitin. Kitosan juga dijumpai secara alamiah
di beberapa organisme (Sugita, 2009). Kitosan berbentuk serbuk warna putih, tidak berbau, tidak
beracun, tidak larut dalam air, tidak larut dalam basa kuat dan asam sulfat, sedikit larut dalam
asam hidroksida dan asam fosfat.
Proses deasetilasi kitosan dapat dilakukan dengan cara kimiawi maupun ezimatik. Proses
kimiawi menggunakan basa misalnya NaOH, dan dapat menghasilkan kitosan dengan derajat

12
deasetilasi yang tinggi, yaitu mencapai 85- 93%. Namun proses kimiawi menghasilkan kitosan
dengan bobot molekul yangberagam dan deasetilasinya juga sangat acak , sehingga sifat fisik dan
kimia kitosan tidak seragam (Sugita, 2009).
Kitosan mengandung gugus amina bebas yang memberikan karakteristik sebagai penukar
ion. Karakteristik ini menjadikan kitosan dapat digunakan sebagai bahan dasar pembuatan
membran. Kitosan tidak larut dalam air sehingga perlu digunakan pelarut tertentu untuk
melarutkan kitosan. Pelarut yang dapat digunakan salah satunya yaitu larutan asam asetat.
Membran yang disintesisdengan menggunakan kitosan saja umumnya kurang mempunyai
karakteristik yang baik. Penambahan material tertentu dalam kitosan dapat meningkatkan
karakteristik membran tersebut. Penambahan silika dalam biomaterial kitosan dapat
meningkatkan permeabilitas terhadap oksigen, biocompatibility dan biodegradability, serta
ketahanan fisik terhadap suhu tinggi.

Gambar 2.3 Kitosan

2.Silika Abu Sekam Padi


Silika merupakan senyawa anorganik yang banyak terdapat di alam. Sumber silika
umumya dapat diperoleh secara alami maupun sintesis buatan. Sumber silika yang banyak
terdapat di alam salah satunya adalah sekam padi. Sekam padi merupakan bagian terluar dari
bulir padi. Sekam padi ini menurut Harsono (2002) mengandung banyak silika. Silika yang
diperoleh dari alam umumnya mempunyai kelebihan dan kekurangan. Kelebihan sintesis silika
berbahan dasar sumber daya alam yaitu ketersediaan bahan baku yang sangat melimpah,
sedangkan kekurangannya yaitu silika yang dihasilkan kemurniannya berkurang. Silika sekam
padi ini dapat disintesis dari abu sekam padi.Abu sekam merupakan hasil dekarbonisasi sekam,
agar optimal menjadi adsorben perlu dilakukan satu tahap kembali yaitu aktivasi. Proses aktivasi

13
kimia abu sekam padi dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain jenis agen aktivator dan
waktu perendaman.
Pada proses pembakaran sekam padi, senyawa-senyawa seperti hemiselulosa, selulosa
dan lain-lain akan diubah menjadi CO2 dan H2O. Abu berwarna keputih-putihan (silika) yang
dihasilkan dari proses pembakaran sekam padi banyaknya adalah 13,1% – 29,04% berat kering
(Handayani, 2009). Silika yang terdapat dalam sekam padi adalah dalam bentuk amorf terhidrat .
Tapi jika pembakaran dilakukan secara terus menerus pada suhu di atas 650°C akan menaikkan
kristalinitasnya dan akhirnya akan terbentuk fasa cristobalite dan tridymite dari silika sekam
padi. Silika (SiO2) atau disebut juga silox merupakan senyawa kimia yang berwujud bubuk putih
dalam keadaan murninya pada suhu kamar. Silika merupakan senyawa tidak reaktif dan hanya
dapat dilarutkan dalam asam fluoride (HF) dan lelehan NaOH menurut reaksi berikut:
SiO2(s) + 6 HF (aq) → SiF6(aq) + 2H+ (aq) + 2H2 (g)
SiO2(s) + 2NaOH(aq) → Na2SiO3(s) + H2O(l)

Silika merupakan bahan kimia yang pemanfaatan dan aplikasinya sangat luas mulai dari
bidang elektronik, mekanik, medis, seni hingga bidang-bidang lainnya. Salah satu pemanfaatan
serbuk silika yang cukup luas adalah sebagai penyerap kadar air di udara sehingga
memperpanjang masa simpan bahan dan sebagai bahan campuran untuk membuat keramik seni.
Sedangkan silika amorf terbentuk ketika silika teroksidasi secara termal. Silika amorf terdapat
dalambeberapa bentuk yang tersusun dari partikel-partikel kecil yang kemungkinan ikut
tergabung. Biasanya silika amorf mempunyai kerapatan 2,21 g/𝑐𝑚3 .

Sifat kimia dari silika (SiO2):


a. Silika bersifat inert terhadap halogen kecuali Flourin dan juga inert
terhdap semua asam kecuali HF, reaksi dengan HF akan
menghasilkan asam silicon heksaflorid.
Reaksi :
SiO2(s) + 6HF(aq) → H2(SiF6)(aq) + 2H2O(l)

14
b. Basa pekat misalnya NaOH dalam kondisi panas secara perlahan dapat mengubah
silika menjadi natrium silikat yang larut dalam air.

Reaksi :
SiO2(s) + 2NaOH (aq) → Na2O. xSiO2 + 2H2O(l)

H. Parameter Limbah Cair

1. Padatan tersuspensi Total (TSS)

Padatan tersuspensitotal(TSS) adalah bahan-bahan tersuspensi(diameter >1μm) yang


tertahan pada saringan Millipore dengan diameter pori 0,45μm (Effendi,200 3).TSS terdiri atas
lumpur dan pasir halus serta jasad-jasad renik,yang terutama disebabkan oleh kikisan tanah atau
erosi tanah yang terbawa ke badan air.
TotalSuspendedSolid(TSS) , adalah salah satu parameter yang digunakan untuk
pengukuran kualitasair. Pengukuran TSS berdasarkan pada berat kering partikel yang
terperangkap oleh filter,biasanya dengan ukuran poriter tentu. Umumnya,filter yang digunakan
memiliki ukuran pori 0.45μm. Nilai TSS dari contoh air biasanya ditentukan dengan cara
menuangkan air dengan volume tertentu, biasanya dalam ukuran liter,melalui sebuah filter
dengan ukuran pori-pori tertentu. Sebelumnya ,filter ini ditimbang dan kemudian beratnya akan
dibandingkan dengan berat filter setelah dialirkan air setelah mengalami Pescod(1973)
mengatakan bahwa nilai Ph menunjukkan tinggi rendahnya konsentrasi ion hydrogen dalam
air.Kemampuan air untuk mengikat atau melepaskan sejumlah ion hydrogen akan menunjukkan
apakah perairan tersebut Bersifat asam atau basa (Barus pengeringan.Berat filter tersebut akan
bertambah disebabkan oleh terdapatnya partikel-partikel tersuspensi yang terperangkap dalam
filter tersebut. Padatan yang tersuspensi ini dapatberupabahan-bahan organic dan
inorganik.Satuan TSS adalah miligram per liter (mg/l).
Kandungan TSSmemiliki hubungan yang erat dengan kecerahan perairan. Keberadaan
padatan tersuspensi tersebut akan menghalangi penetrasi cahaya yang masuk keperairan sehingga
hubungan antaraTSS dan kecerahan akan menunjukkan hubungan yang berbanding terbalik.
Nilai TSS umumnya semakin Rendah ke arah laut.

15
2. Derajat Keasaman (pH)
Pescod(1973) mengatakan bahwa nilai pH menunjukkan tinggi rendahnya konsentrasi ion
hydrogen dalam air.Kemampuan air untuk mengikat atau melepaskan sejumlah ion hydrogen
akan menunjukkan apakah perairan tersebut bersifat asam atau basa (Barus,2002). Selanjutnya
beliau menambahkan bahwa nilai pH perairan dapat berfluktuasi karena dipengaruhi oleh
aktivitas fotosintesis, respirasi organisme akuatik, suhu dan keberadaan ion-ion di perairan
tersebut.
Perubahan pH air dapat menyebabkan berubahnya bau,rasa,dan warna. Pada proses
pengolahan air seperti koagulasi, desinfeksi,dan pelunakan air,nilai pH harus dijaga sampai
rentang dimana organism partikulat terlibat. Skala pH berkisar antara 0 – 14. Klasifikasi nilai pH
adalah sebagai berikut :
a. pH 7 menunjukkan keadaan netral
b.0 < pH < 7 menunjukkan keadaan asam
c.7 < pH < 14 menunjukkan keadaan basa (alkalis)

3. COD (Chemical Oxygen Demand)


COD menyatakan jumlah total oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi semua
bahan organic yang terdapat diperairan, menja di CO2 dan H2O (Hariyadi,2001). Pada prosedur
penentuan COD,oksigen yang dikonsumsi setara dengan jumlah dikromat yang diperlukan dalam
mengoksidasi air sampel (Boyd,1982).Bila BOD memberikan gambaran jumlah bahan organic
yang dapat terurai secara biologis (bahan organic mudah urai,biodegradableorganicmatter)
,maka COD memberikan gambaran jumlah total bahan organik yang mudah urai maupun yang
sulit terurai (nonbiodegradable) (Hariyadi, 2001).
Analisa COD berbeda dengan analisa BOD,namun perbanding anantara angka COD
dengan angka BOD dapat ditetapkan. Angka perbandingan yang semakin rendah menunjukkan
adanya zat-zat yang bersifat racun dan berbahaya bagi mikroorganisme (Alaerts dan Santika,
1984).

16
BAB III

PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN

1. EKSPERIMENTAL

Bahan yang digunakan dalam penelitian adalah kitosan, silika sekam padi, asam asetat
2% dan NaOH 5 % untuk pembuatan membran dengan teknik inversa fasa. Membran dibuat
dengan memvariasikan massa kitosan dan silika sekam padi (biosilika). Silika berfungsi sebagai
pembentuk bahan permeabel pada membran. Rasio massa kitosan dan biosilika
(mkitosan/mbiosilika) yang digunakan adalah 1(A); 1,5 (B) ; 2 (C); dan 3 (D).
Proses penyaringan dilakukan pada dua buah jenis limbah yaitu limbah buatan dan
limbah dari industri pelapisan logam. Limbah buatan dibuat dengan cara Limbah buatan dibuat
dengan melarutkan larutan kalium dikromat (K2Cr2O7) dalam akuades dengan konsentrasi
Cr(VI) sebesar 300 ppm, sedangkan limbah industri pelapisan logam mempunyai konsentrasi
Cr(VI) sebesar 172 ppm.
Karakteristik fluks membran dihitung dengan menggunakan rumus berikut:2

dimana V adalah volume permeat (L), A menunjukkan luas permukaan membran, (m2),
dan t adalah durasi pengukuran (jam).

2. HASIL DAN PEMBAHASAN

Fluks atau kecepatan permeat merupakan salah satu parameter yang menentukan kinerja
membran. Nilai fluks menentukan jumlah permeat yang dapat dilewatkan oleh membran tiap
satuan luas per satuan waktu. Variasi massa kitosan dan biosilika yang digunakan dalam
pembuatan membran mempengaruhi karakteristik fluks membran dalam proses filtrasi.
Pada Gambar 1 nilai fluks membran ditampilkan dalam bentuk nilai rasio J/Jw karena
rentang ukuran pori antar fluks jauh yaitu 0,12 – 2,58 𝜇𝑚. Nilai J/Jw menunjukkan fluks permeat
limbah buatan pada waktu tertentu (J) dengan fluks akuades yang dilewatkan pada membran
sebelum digunakan untuk menyaring limbah (Jw). Jumlah kitosan dan biosilika yang digunakan

17
sangat mempengaruhi kinerja dari membran pada proses filtrasi, karena salah satu faktor yang
menentukan besar kecilnya fluks adalah pori membran. Komposisi kitosan dan silika yang
berbeda akan menghasilkan ukuran pori yang berbeda.
Nilai rasio J/Jw pada keempat membran cenderung fluktuatif seiring dengan bertambahnya
waktu karena masing-masing membran memunyai nilai J dan Jw yang variatif sehingga faktor
pembagi J/Jw tidak sama. Nilai rasio fluks yang variatif ini menunjukkan bahwa komposisi
kitosan dan biosilika sangat mempengaruhi karakteristik membran. Membran B mempunyai
rasio J/Jw paling tinggi sedangkan pada membran C nilai rasio fluksnya paling kecil, karena
membran B mempunyai ukuran pori paling besar yaitu 2,58 𝜇𝑚 dan membran C memunyai
ukuran pori paling kecil yaitu 0,12 𝜇𝑚. Ukuran pori sangat mempengaruhi nilai fluks, semakin
besar pori membran maka jumlah permeat yang dilewatkan dalam satu waktu tertentu semakin
besar sehingga nilai fluksnya semakin tinggi dan begitu juga sebaliknya jika ukuran pori semakin
kecil.

Gambar 1 Perbandingan nilai fluks membran limbah dan air pada keempat membran.

18
BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Pencemaran lingkungan oleh limbah industry pelapisan logam dapat diatasi dengan teknologi
membran. Kitosan dan silika adalah material yang sudah banyak digunakan dalam proses
pengolahan limbah dan juga mudah dibentuk menjadi membran. Tujuan dari penelitian ini
adalan menganalisa karakteristik fluks membran, yang merupakan salah satu indikator kualitas
kinerja membran. Membran yang digunakan dalam proses filtrasi dibuat dari kitosan dan silika
sekam padi (biosilika) dengan teknik inversa fasa.
Karakteristik membran kitosan-silika pada berbagai konsentrasi kitosan antara lain: pada uji
swelling dihasilkan bahwa semakin tinggi konsentrasi kitosan dalam membran maka kemampuan
mengembang semakin kecil. Membran kitosan-silika dapat disintesis dengan menggunakan
kitosan dan silika abu sekam padi sebagai sumber silika. Penambahan silika abu sekam padi
dapat meningkatkan kapasitas penyerapan air, permeabilitas, dan meningkatkan situs aktif
membran kitosan.
Mekanisme penurunan fluks membran dalam proses filtrasi dapat disebakan oleh penutupan
sejumlah pori membran. Fluks membrane akan menurun secara eksponensial seiring dengan
bertambahnya waktu operasi membran. Membran B dengan rasio massa kitosan dan massa
biosilika 1,5 mempunyai karakteristik fluks yang lebih baik dibandingkan dengan yang lainnya
karena fluks rata-rata pada filtrasi limbah elektroplating paling besar dibandingkan yang lainnya
yaitu 19115,62 L/m2jam dengan nilai porsitas paling tinggi yaitu 87,79 %. Koefisien penutupan
pori membrane B pada saat filtrasi limbah electroplating juga cukup rendah yaitu 0,294 dengan
koefisien determinasi (R2) sebesar 93 %.

19
B. SARAN

Demikian yang dapat penulis paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan
dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, kerena terbatasnya
pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan judul
makalah ini.

Penulis banyak berharap para pembaca yang budiman memberikan kritik dan saran yang
membangun demi sempurnanya makalah ini dan penulisan makalah di kesempatan-
kesempatan berikutnya. Semoga makalah ini berguna bagi penulis pada khususnya juga para
pembaca yang budiman pada umumnya.

20
DAFTAR PUSTAKA

Mulder M. 1996. Basic and Principles of Membrane Technology. London: Kluwer.

Kabsch, Korbutowicz MK. 2008. Ultrafiltration as a Method of Separation of Natural Organic


Matter from Water. Materials Science-Poland. 26 (2)

Nisa K. 2005. Karakterisasi Fluks Membran Kitosan Termodifikasi Poli(Vinil Alkohol) dengan
Variasi Poli(Etilena Glikol) sebagai Porogen. Skripsi. Bogor: Institut Pertanian Bogor

Ardiansyah dan Kusomo, A.B. 2013. Karakteristik penurunan fluks pada filtrasi larutan humic
acid dengan membran mikrofiltrasi. Jurnal Teknologi Kimia dan Industri. 2(2): 267-274.

21

Anda mungkin juga menyukai