Disusun Oleh:
Kelompok V Teknik Kimia (A1)
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala
limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan
penyusunan makalah ini.
Kami telah menyusun makalah ini dengan sebaik-baiknya dan
semaksimal mungkin. Namun tentunya sebagai manusia biasa tidak akan
luput dari kesalahan dan kekurangan. Harapan kami, semoga bisa menjadi
koreksi di masa mendatang agar lebih baik dari sebelumnya. Tak lupa kami
ucapkan terimakasih kepada teman-teman sehingga dapat menyusun dan
menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya dan insyaAllah sesuai
dengan yang diharapkan. Pada dasarnya makalah ini kami sajikan untuk
membahas tentang “aplikasi pembentukan silica dalam industri kaca”. Untuk
lebih jelas simak pembahasan dalam makalah ini.
Mudah-mudahan makalah ini bisa memberikan pengetahuan yang
mendalam kepada kita semua. Makalah ini masih banyak memiliki
kekurangan. Tak ada gading yang tak retak. Oleh karena itu, kami
mengharapkan kritik dan saran dari teman-teman untuk memperbaiki
makalah kami selanjutnya. Sebelum dan sesudahnya kami ucapkan
terimakasih.
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB III
Bahan-bahan pembuatan kaca
3.1 Bahan pembuatan kaca …………………………………………..
3.1.1 Pasir (SIO2) ………………………………………………….
3.1.2 Dolomite(CaO.MgO.H2O) …………………………………..
3.1.3 Soda abu (Na2CO3) ………………………………………….
3.1.4 Cullet ………………………………………………………….
3.1.5 Feldspar ………………………………………………………
3.1.6 Borax …………………………………………………………...
3.2 Pengolahan limbah industry kaca…………………………………..
BAB IV
Proses pembentukan kaca
4.1 Proses pembentukankaca di insdustri …………………………..
4.1.1 proses pencampuran bahan baku……………………………..
4.1.2 proses peleburan (melting) …………………………………….
4.1.3 proses pembentukan kaca (drawing) …………………………
4.1.4 proses pemotongan dan pengekapan ……………………….
4.2 Industri kaca yang ada di Indonesia ……………………………...
4.2.1 PT Ashimas Glass ……………………………………………..
4.2.2 PT Mulia Gas ……………………………………………………
4.2.3 PT Tossa Sakti ………………………………………………….
BAB V
Kesimpulan …………………………………………………………………………
BAB I
PENDAHULUAN
1.3. Tujuan
a. Untuk memahami pengertian kaca
b. Untuk mengetahui sifat-sifat dari kaca
c. Untuk mengetahui jenis-jenis kaca
d. Untuk mengetahui Standar Manajemen Produksi yang dipakai pada
industri kaca.
e. Untuk mengetahui bahan-bahan pembuatan kaca
f. Untuk memahami pembuatan kaca pada industry
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
5. Kaca Patri.
Kaca ini dirakit dengan timah atau kuningan yang membentuk
sebuah desain dengan sistem patrian. Kaca Patri atau Stained Glass banyak
menghiasi rumah ibadah seperti masjid dan gereja, juga rumah pribadi.
Permukaan kaca ini tampak seperti dilukis warna-warni, hingga membiaskan
warna ke dalam ruangan bila diterpa sinar mentari keindahannya juga akan
tampak pada malam hari dengan pantulan sinar lampu dari dalam bangunan
atau rumah.
6. Kaca Raindown.
Populer untuk menghiasi interior properti komersial, jenis kaca ini
seperti dialiri air pada permukaannya, seolah menghadirkan ekosistem air di
dalam ruangan, Bersifat tidak tembus pandang, kaca inibisa menjadi partisi
atau penghias di ruangan.
Sifat pasir ini adalah dapat tembus cahaya, sehingga lebih banyak
digunakan untuk pembuatan alat-alat optik. Oleh karena itu lokasi pabrik kaca
biasanya ditentukan oleh lokasi endapan pasir kaca, kandungan besinya
tidak boleh melebihi 0,45 % untuk barang gelas pecah belah atau 0,015 %
untuk kaca optik, sebab kandungan besi ini bersifat merusak warna kaca
pada umumnya. Ukuran partikel silika sand sangat berpengaruh pada
temperatur di furnace. Jika ukuran partikel besar maka membutuhkan banyak
waktu untuk melebur silika sand maka sebelum diolah silika sand harus
diayak sehingga didapat butiran partikel yang lebih halus.
Pasir ini berguna untuk membentuk cairan gelas yang sangat kental
yang memiliki ketahanan terhadap perubahan temperatur yang mendadak.
Pasir kuarsa ini terdapat di beberapa tempat di Indonesia, di antaranya:
Aceh, Sumatera Utara, Bengkulu, pulau Bangka dan Belitung, pulau Jawa,
Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, dan Papua.
2. Dolomite ( CaO.MgO.H2O)
Dolomite merupakan variasi batu gamping yang mengandung <50 %
karbonat. Dolomite mempunyai struktur kristal rhombohedral yang
mempunyai komposisi kimia CaMg(CaCO3)2 atau manganodolomit dan
berkomposisi MgFe(CaCO3)2 atau ferrodolomit. Dolomite ini biasanya
berupa mineral tambang berwarna putih keabu-abuan atau kebiru-biruan.
kekerasan 3,5 – 4, berifat pejal, berat jenis 2,8 – 2,9, berbutir halus-kasar,
mudah menyerap air, mudah dihancurkan. Penggunaan dolomite sangat
penting karena dapat mempermudah peleburan (menurunkan temperatur
peleburan) serta mempercepat proses pendinginan kaca. Pemanasan
dolomite menghasilkan CaO dan MgO. Fungsi dari MgO adalah untuk
menurunkan viskositas kaca pada temperatur tinggi
CaCO3 <=> CaO + CO2
MgCO3 <=> MgO + CO2
Gambar: Dolomite (mineral)
3. Soda Abu (Na2CO3) dan Soda (Na2O)
Soda ash (Na2CO3) digunakan karena kita memerlukan kaca yang
bebas dari ion chlor dan sejenis (golongan halogen) sedangkan sumber
natriumnya mayoritas berasal dari garam NaCl. Soda ash dipakai dalam kaca
akan membentuk oksidaNa2O dan K2O dimana total Na2O dan K2O disebut
R2O. Soda ash merupakan material yang memiliki sifat garam. Soda
mengandung sodium atau natrium, yang merupakan golongan alkali, yang
memiliki 1 ion +. Soda merupakan pereaksi kuat, sangat kuat bereaksi
dengan ion lain. Sifat soda akan melembekkan material atau softening.
Secara umum, penggunaan soda ash adalah mempercepat pembakaran,
menurunkan titik lebur, mempermudah pembersihan gelembung dan
mengoksidasi besi.
4. Cullet
Cullet merupakan sisa-sisa dari pecahan kaca yang dapat digunakan
sebagai bahan baku utama dari produksi kaca. Tujuan dari penggunaan
cullet ini adalah mengurangi bahan utama lainnya sehingga biaya produksi
dapat semakin kecil, selain itu cullet ini dapat memperkecil melting point dari
pembuatan kaca, sehingga dapat menghemat penggunaan bahan bakar.
Cullet yang diumpankan sebanyak 25% dari total bahan baku.
Gambar: cullet
5. Feldspar
Feldspar mempunyai rumus umum R2O. Al2O3.6SiO2, dimana R2O
dapat berupa Na2O atau K2O atau campuran keduanya. Feldspar ditemukan
pada batuan beku, batuan erupsi dan metamorfosa, baik bersifat asam
maupun basa. Feldspar mempunyai nilai kekesaran 6 – 6,5 skala Mosh, berat
jenis 2,4 – 2,8, warna dari putih keabu-abuan, merah jambu, coklat, kuning
dan hijau.
6. Borax
Borax adalah bahan campuran yang menambahkan Na 2O dan boron
oksida kepada kaca. Walaupun jarang dipakai dalam kaca jendela atau kaca
lembaran, boraks sekarang banyak digunakan didalam berbagai jenis kaca
pengemas. Ada pula kaca borax berindeks tinggi yang mempunyai nilai
dispersi lebih rendah dan indeks refraksi lebih tinggi dari semua kaca yang
telah dikenal. Kaca ini banyak digunakan sebagai kaca optik. Disamping daya
fluksnya yang kuat, boraks tidak saja bersifat menurunkan koefisien ekspansi
tetapi juga menungkatkan ketahanannya terhadap aksi kimia.
Asam borat digunakan dalam tumpak yang memerlukan hanya sedikit
alkali. Selain bahan utama, terdapat pula bahan penunjang lainnya, yaitu
bahan stabilizer, refining agent (penghilang gelembung), penghilang warna,
pewarna, dan opacifiers. Bahan stabilizer merupakan bahan yang mampu
menurunkan kelarutan di dalam air, tahan terhadap serangan bahan kimia
lain termasuk materi-materi lain yang terdapat di atmosfer. Contoh bahan
stabiliser yang biasa dipakai di industri gelas adalah:
1. Kalsium Karbonat atau Limestone, membuat produk akhir menjadi tidak
larut di dalam air.
2. Barium Karbonat, meningkatkan berat spesifik dan indeks bias.
3. Timbal Oksida, membuat produk menjadi transparan, mengkilat, dan
memiliki indeks bias yang tinggi.
4. Seng Oksida, membuat gelas tahan terhadap panas yang mendadak,
memperbaiki sifat-sifat fisik dan mekanik, dan meningkatkan indeks bias
5. Aluminium oksida adalah sebuah senyawa kimia dari aluminium dan
oksigen, dengan rumus kimia Al2O3 dan nama mineralnya adalah alumina.
Disini alumunium oksida berfungsi untuk meningkatkan viskositas gelas,
kekuatan fisik dan ketahanan terhadap bahan kimia.
6. Salt cake yang mengandung 99% Na2SO4 berfungsi sebagai fining
agent, bahan pemurni kaca dari bubble. Salt cake berbentuk serbuk halus
dan merupakan sumber Na2O dan SO2. Sulfat ini harus dipakai bersama
karbon agar tereduksi menjadi sulfite.
7. Arsen trioksida dapat pula ditambahkan untuk menghilangkan
gelombang-gelombang dalam kaca.
8. Nitrat, baik dari natrium maupun kalium digunakan untuk mengoksidasi
besi sehingga tidak terlalu kelihatan pada kaca produk. Kalium nitrat atau
karbonat digunakan pada berbagai jenis kaca meja, kaca dekorasi, dan kaca
optik. Sodium Nitrate adalah sumber Na2 dan mencegah terbentuknya NiS
pada kaca. Adanya NiS pada kaca akan menyebabkan kaca pecah secara
tiba-tiba
9. Blok refraktori untuk industri kaca dikembangkan khusus berhubung
dengan kondisi yang hebat yang harus dialami dalam penggunaannya.
Zirkon, alumina, mulit (mullite), mulit aluminasinter dan zirkonia alumina-
silika, alumina, krom-alumina elektrokast banyak digunakan sebagai refraktor
pada tangki kaca.
10. Mangan dioksida (MnO2), logam Selenium (Se), atau nikel oksida (NiO)
merupakan bahan penghilang warna (decolorant) yang dapat menghilangkan
warna karena kehadiran senyawa besi oksida yang masuk bersama bahan
baku.
11. Bahan pewarna dalam kaca / gelas adalah oksida dari unsur transisi,
terutama golongan pertama Tc, V, Ca, Mn, Fe, Co, Ni, dan Cu. Warnanya
dihasilkan dari absorbsi cahaya frekuensi tertentu. Contoh NiO akan
memberikan warna coklat pada larutan natrium-timbal, dan menghasilkan
heliotrope dalam kaca potas. Krom oksida akan memberikan warna yang
berkisar dari hijau sampai jingga.
BAB IV
Proses Pembentukan Kaca
4.1. Proses Pembentukan Kaca di Industri
Pada proses pembuatan kaca dilakukan dengan beberapa tahapan.
Urutan pembuatan kaca sebagai berikut:
1. Proses pencampuran bahan baku
Proses pencampuran bahan baku dibagi menjadi dua tahapan, yaitu:
a. Pencampuran antara materal menjadi mixed batch
Material antara lain silika sand, dolomite, soda ash, lime stone, feld spar,salt
cake, colorant dan lain-lain sesuai dengan kaca yang akan diproduksi
dicampur dengan menggunakan mixer berbentuk turbin. Secara garis besar
maka skema prosesnya adalah
Proses mixing berlangsung selama 4 menit yang dibagi menjadi 2 tahap,
mixing basah dan mixing kering. Proses mixing kering terjadi pada 1 menit
pertama kemudian dilanjutkan mixing basah dengan penambahan air untuk
memperoleh moisture sesuai dengan yang diharapkan yaitu 4,5-5,5%.
Sebagian besar alat transportassi material adalah belt conveyer dan bucket
elevator
b. Pencampuran antara mixed batch dengan cullet
Setelah campuran batch keluar dari mixer, batch tersebut diangkut dengan
belt conveyer dan dibawa oleh bucket elevator masuk ke mixed batch tank.
Bersamaan dengan itu cullet yang berasal dari circulating cullet dan foreign
cullet juga ditimbang dalam hopper scale. Setelah itu batch dan cullet
diangkut dengan belt conveyer dan bucket elevator masuk ke dalam batch
dan cullet tank. Selanjutnya dibawa ke blanket feeder sebelum masuk
kedalam melter. Namun apabila terjadi kesalahan proses batch yang dapat
disebabkan oleh kesalahan scale atau kesalahan operasi maka mixed batch
tank harus dikuras dan hasilnya disebut miss batch. Miss batch ini disimpan
kemudian diidentifikasi komposisinya melalui laboratorium. Pemakaian miss
batch dilakukan secara bertahap dengan berdasarkan kesamaan jenis
produk dan kualitasnya.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam operasi batch house antara
lain:
a. Berat material
Berat target harus sesuai dengan berat material di lapangan, dari
batch calculation dapat diketahui berat target material dalam keadaan dry,
sedangkan untuk bahan-bahan yang berasal dari tambang pasti memiliki
kadar moisture tertentu.
b. Prosentase kandungan air material
Material yang berasal dari hasil tambang pasti memiliki kadar air
tertentu. Kadar air ini harus dikontrol dan di cek secara manual dan
automatik. Kadar air material harus sesuai dengan standar yang ditentukan,
yaitu:
1) Kadar air silika sand ≤ 5%
2) Kadar air dolomite ≤ 12%
3) Kadar air feldspar ≤ 5%
4) Kadar air lime stone ≤ 3%
5) Kadar air batch from mixer 3,5-5,5%
Moisture dicek secara manual dan auto moisture check yang terdapat pada
setiap ujung scle feeder dari material yang tercantum di atas. Tidak semua
material diperiksa moisturenya, karena beberapa material tidak memiliki sifat
menyerap air atau tidak memiliki sifat hidroskopis.
Pada temperatur diatas 800ºC silika akan bereaksi dengan alkali kaya
karbonat (melt) menjadi sodium silikat melt. Na 2CO3 + n SiO2 -> Na2SiO2+
CO2 (T>800ºC).
d. Ascessoris pendukung.
1) De-drossing pocket (DDP) adalah bagian dari bath yang disetting
secara permanen dan memiliki design khusus dengan bath yang fungsinya
untuk menarik dross dari area exit dan dapat dipisahkan dengan mudah.
2) Jaringan SO2. SO2 berfungsi untuk meningkatkan ketahanan kaca saat
melalui lehr.SO2 bereaksi dengan kaca dan akan menghasilkan film Na2SO4
tipis di bawah kaca dari film ini menambah kekuatan kaca. Kaca akan lebih
tahan gores dan tidak mudah pecah.
3) Bath sealing
e. Proses Float
Proses ini adalah proses pengambangan kaca di atas timah cair, untuk
memperoleh kerataan kaca yang datar, sehingga kaca memiliki kemampuan
tranmisi optic yang baik (tanpa distorsi). Timah dipilih sebagai media
pengambang karena sifat timah
1) Tidak menempel di kaca
2) Lebih berat daripada kaca, sehingga kaca akan mengambang di atas
timah.
Ribbon secara alamiah akan mengalami pelebaran saat turun ke tin
bath, kemudian akan mengecil seiring dengan pengaruh tarikan lehr speed.
A-rool akan membantu melebarkan ribbon, sehingga kaca akan dapat
disesuaikan ketebalan dan lebarnya. Hot cooler dan exit cooler digunakan
untuk membantu pendinginan temperatur kaca. Bath heater digunakan untuk
memanaskan temperatur kaca agar mudah dibentuk. Dari kondisi ribbon, ada
5 region di dalam metal bath, antara lain:
Region I
Pada region ini, kaca secara alamiah akan membesar, setelah turun dari
atas spout lip. Kaca akan mengarah ke tebal kesetimbangan (+/- 6,7 mm).
Gaya yang bekerja pada ribbon ke arah luar dan tengah mengalami
perlambatan.Temperatur kaca masih tinggi (+/- 1050ºC) dan kaca masih
dalam bentuk cair, sehingga kaca masih memiliki kemampuan untuk
menstabilkan penyebaran massa kaca ke semua arah.
Region II
Bagian ini dinamakan initial forming area atau fire polishing area. Pada
region II kaca sudah melewati tebal kesetimbangannya, namun kaca seakan
ditahan oleh A-roll no. 1 sehingga kaca akan membesar. Pada region ini,
gaya akibat efek lehr speed mulai terasa dan mulai menarik ribbon ke
downstream,dalam hal ini masih ada pelebaran dari ribbon. Gaya pelebaran
kaca semakin mengecil dan sampai pada titik dimana gaya pelebaran
tersebut nol, titik ini dinamakan titik kritis, karena ribbon mulai akan mengecil.
Titik kritis ini merupakan batas akhir dari Region II, temperatur kaca masih
relative panas dan pada area ini kaca memiliki kemampuan menstabilkan
distribusi massanya. Semakin lama kaca tinggal di region ini, semakin baik
kualitas distorsinya.
Region III
Pada region ini, ribbon mulai mengalami pengecilan yang besar, akibat
tarikan lehr speed, sehingga pada area ini A-roll ditempatkan. A-roll akan
menahan ribbon dan membuat ribbon menjadi lebar dan tipis. Pada region ini
ribbon juga akan dingin akibat kehadiran A-roll yang nip on, sehingga banyak
konsumsi heater di daerah ini, untuk menjaga ribbon dalam kondisi yang
cukup elastic saat dibentuk dan A-roll tidak mengalami ribbon slip. Pada
region ini, ribbon juga akan dingin akibat kehadiran A-roll yang nipon,
sehingga banyak konsumsi heater di daerah ini untuk menjaga ribbon dalam
kondisi yang cukup elastic saat dibentuk dan A-roll tidak mengalami ribbon
slip.
Region IV
Pada daerah ini, A-roll sudah tidak ada lagi dan ribbon mengalami
pengecilan alamiah. Pada area ini kaca sudah mencapai hardening point
atau titik temperatur kaku, dimana kaca sudah tidak elastis lagi, sehingga
gross dan tebal sudah tidak dapat dibetuk lagi. Pada area ini rawan terbentuk
lipatan-lipatan pada ribbon, karena temperatur kaca yang masih
memungkinkan untuk elastis namun hampir kaku. Di daerah ini, kaca masuk
ke area shoulder.
Region V
Diregion ini, kaca sudah kaku dan mulai didinginkan agar temperatur tidak
terlalu panas saat memasuki lehr annealing dan cooling, Diarea ini metal bath
berakhir.
2. PT Mulia Glass
PT Mulia Glass adalah cabang dari PT Mulia Industrindo yang berdiri
pada 5 November 1986. Sedangkan PT Mulia Glass berdiri pada 1989 yang
membuat beberapa jenis kaca diantaranya safety glas, block glass, float
glass,dan container glass.
3. PT Tossa Sakti
PT Tossa Shakti berdiri pada 1984. PT ini membuat kaca berwarna
hijau, biru dan kuning sebanyak 70 metrik ton/hari dan kaca bening sebanyak
900 metrik ton/hari. Kapasitas tanur pada perusahaan ini telah mencapai 70
ton/ hari.
BAB V
KESIMPULAN