Anda di halaman 1dari 19

GLASS

MATERIAL KERAMIK DAN GELASS


By : KELOMPOK SAMARINDA

21
LAPORAN MATERIAL KERAMIK
DAN GELAS
“Glass”

Disusun Oleh :

Dikki Perdana Bangun 06161019


Jordan Hawali Zulti 06161032
Deampos Paris 06171025
Ahmadio Maulana Supriadi 06181006
Kilat 06181046
Wahyu Sapaedwin 06181082

INSTITUT TEKNOLOGI KALIMANTAN

BALIKPAPAN

2021

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan anugerah-
Nya, sehingga laporan ini dapat diselesaikan sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan.
Laporan ini merupakan salah satu persyaratan yang dipenuhi untuk mata kuliah Material
Keramik dan Gelas. Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada
1. Kedua orang tua dan teman-teman yang telah memberikan segala dukungan
baik moril maupun materi.
2. Ibu Muthia Putri Darsini Lubis, S.T., M.T. selaku dosen pengampu mata
kuliah Material Keramik dan Gelas Kelas B.
3. Ibu Gusti Umindya Nur Tajalla, S.T., M.T selaku pembimbing yang telah
memberi pengetahuannya kepada tim penulis.
Dalam penyusunan laporan ini tentunya masih jauh dari sempurna baik menyangkut
isi maupun bahasa yang digunakan sehingga tidak menutup kemungkinan untuk
menerima kritik maupun saran yang membangun demi menjadikan laporan ini lebih
baik. Akhir kata, semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, semoga
laporan ini dapat menambah ilmu pengetahuan dan membuka wawasan bagi yang
bagi yang membacanya.

Balikpapan, 5 Juni 2021

Penulis

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................................. 2
DAFTAR ISI .......................................................................................................................... 3
BAB 1 PENDAHULUAN ........................................................................................................ 4
1.1 Latar Belakang....................................................................................................... 4
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................. 4
1.3 Tujuan ......................................................................................................................... 4
BAB 2 TINJAUN PUSTAKA .................................................................................................. 6
2.1 Material Glass ......................................................................................................... 6
2.2 Struktur Material Gelas ........................................................................................... 6
2.3 Sifat Material Glass ................................................................................................. 7
2.4 Bahan Baku Material Glass (Dalam Memberikan Warna) ....................................... 8
2.5 Pengaruh Pemberian Warna Pada Material Glass .................................................. 8
2.6 Sejarah Botol Kaca ................................................................................................. 9
2.7 Prosedur daur ulang botol glass dan ketentuannya................................................. 9
2.7.1 Daur Ulang Menjadi Kaca Lain ...................................................................... 10
BAB 3 PEMBAHASAN ........................................................................................................ 12
3.1 Reagen ................................................................................................................. 12
3.2 Perawatan Reagen ............................................................................................... 12
3.2.1 Penyimpanan Reagen ................................................................................... 12
3.2.2 Pewadahan Reagen ...................................................................................... 13
3.3 Cara Meningkatkan Umur Pakai Reagen .............................................................. 14
3.4 Pengaruh Warna Botol Kaca Terhadap Sifat Kimia Reagen ................................. 15
3.5 Apa Yang Terjadi Jika Reagen Tidak Disimpan Dalam Botol Kaca Berwarna ....... 15
BAB 4 KESIMPULAN .......................................................................................................... 17
.4.1 Kesimpulan ........................................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................ 18

3
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perkembangan teknologi kaca yang semakin berkembang, menuntut parailmuwan
yang bergerak dalam bidang glass material science terus melakukan penelitian berkaitan
dengan peningkatan sifat-sifat yang ada pada kaca. Kaca sama seperti material pada
umumnya mempunyai banyak sekali sifat yang menentukan aplikasi dari kaca tersebut. Sifat
listrik, sifat magnetik, sifat optis,sifat termal, dan sifat mekanik merupakan beberapa contoh
sifat yang seringdicari nilai dan parameternya untuk dikembangkan lebih lanjut dalam
berbagai bidang aplikasi.
Akan tetapi, bila kaca ingin dikembangkan untuk maksud atau tujuan lain,misalkan
digunakan untuk bidang komerisal (seperti: kaca jendela, kaca pada perabot rumah tangga)
maka diperlukan kaca yang memiliki ketahanan fisik yang kuat, dan mampu digunakan
dalam jangka waktu yang lama. Sehingga dalam aplikasi ini, sifat mekanik mempunyai peran
yang sangat penting. Kaca juga digunakan sebagai tempat penyimpanan zat atau senyawa
kimia. Dalam hal ini kaca pada botol yang digunakan sebagai penyimpanan zat kimia
mempunyai pengaruh yang besar dalam menjaga zat atau senyawa yang ada didalam botol
kaca tersebut agar tidak terjadi kontaminasi antara zat dan senyawa dengan botol kaca serta
dapat memperpanjang waktu penggunaan zat kimia tersebut. Oleh karena itu studi kasus
glass ini dilakukan.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah pada studi “glass” ini, yaitu sebagai berikut :
1. Bagaimana solusi agar umur pakai dari reagen dapat meningkatkan?
2. Bagaimana pengaruh warna coklat pada botol yang digunakan sebagai wadah
terhadap sifat kimia reagen?
3. Apa yang terjadi jika reagen tidak disimpan dalam botol berwarna ?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan pada studi “glass” ini, yaitu sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui solusi agar umur pakai dari reagen dapat meningkatkan.

4
2. Untuk mengetahui pengaruh warna coklat pada botol yang digunakan sebagai wadah
terhadap sifat kimia reagen.
3. Untuk mengetahui apa yang terjadi jika reagen tidak disimpan dalam botol berwarna.

5
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Material Glass


Gelas atau kaca adalah amorf (non crystallin) material padat yang bening dan
transparan (tembus pandang), biasanya rapuh (brittle). Jenis yang paling banyak digunakan
selama berabad abad adalah jendela dan gelas minum. Kaca dibuat dari campuran 75% Silika
dioksida (SiO2) plus Na2O, CaO, dan beberapa zat tambahan. Saat ini kaca merupakan
material yang banyak digunakan pada desain bangunan dan juga pada produk interior hiasan
rumah hingga pada perabotan dapur (Callister,2007).

2.2 Struktur Material Gelas


Struktur suatu material sangat berpengaruh terhadap sifat dan performa sautu
material, khususnya sifat mekaniknya. Soda-lime glass berwujud padat, namun struktur
kristalnya seperti pada zat cair, yaitu amorf. Struktur amorf pada soda-lime glass memberikan
sifat transparant dan translucent yang menjadi nilai lebih dari soda-lime glass. Struktur suatu
material akan dipengaruhi pemrosesan dan bahan baku penyusunnya. Bahan baku pembuatan
soda-lime glass sangat beragam, seperti natrium karbonat, kapur, dolomit, silikon oksida,
alumunium oksida, dan sejumlah kecil zat-zat halus seperti natrium sulfat dan natrium
klorida. Keberagaman komposisi penyusun bergantung pada industri pembuat dan tujuan
aplikasinya. Namun, terdapat tiga komposisi utama yang secara umum menjadi komposisi
soda-lime glass, yaitu Sand (SiO2), Lime stone (CaCO3), dan soda ash (Na2CO3)
(Shelby,2005).

6
Gambar 2.1 Struktur kristal soda-lime glass
2.3 Sifat Material Glass
Sifat kaca yang penting untuk dipahami adalah sifat pada saat kaca berbentuk fasa
cair dan fasa padatnya. Sifat fasa cair dari kaca digunakan dalam proses pengambangan
(floating) dan pembentukan kaca, sedangkan untuk sifat fasa padat dari kaca digunakan di
dalam pemakaiannya (kegunaannya). Beberapa sifat fisik dan kimia yang penting dari kaca
antara lain :

1. Sifat mekanik

Tension strength atau daya tarik adalah sifat mekanik utama dari kaca.Tensile
strength merupakan tegangan maksimum yang dialami oleh kaca sebelum terpisahnya
kaca akibat adanya tarikan (fracture). Sumber fracture ini dapat muncul jika kaca
mempunyai cacat di permukaan, sehingga tegangan akan terkonsentrasi pada cacat
tersebut. Kekuatan dari kaca akan bertambah jika cacat di permukaan dapat
dihilangkan.

2. Densitas dan Viskositas

Densitas adalah perbandingan antara massa suatu bahan dibagi dengan


volumenya. Nilai densitas dari kaca adalah sekitar 2,49 g/cm3. Densitas dari kaca
akan menurun seiring dengan kenaikan temperatur. Sedangkan, viskositas
merupakansifat kekentalan dari suatu cairan yang diukur pada rentang temperatur
tertentu. Viskositas dari kaca sekitar 4,5 x 107 poise. Harga viskositas dari kaca
merupakan fungsi dari suhu dengan kurva eksponensial.

3. Sifat termal

Konduktivitas panas dan panas ekspansi merupakan sifat thermal yang penting
dari kaca. Kedua sifat ini digunakan untuk menghitung besarnya perpindahan panas
yang diterima oleh cairan kaca tersebut. Nilai dari tahanan kaca sekitar 1020 – 1 Ω
cm13.

4. Optical properties

7
Refractive properties yaitu kaca mempunyai sifat memantulkan cahaya yang
jatuh pada permukaan kaca tersebut. Sebagian sinar dari kaca yang jatuh itu akan
diserap dan sisanya akan diteruskan. Apabila cahaya dari udara melewati medium
padat seperti kaca, maka kecepatan cahaya saat melewati kaca menurun.
Perbandingan antara kecepatan cahaya di udara dengan kecepatan cahaya yang lewat
gelas ini disebut dengan indeks bias. Nilai indeks bias untuk kaca adalah ± 1,52.
Absorptive properties adalah intensitas cahaya yang masuk ke dalam akan berkurang
karena adanya penyerapan sepanjang tebal kaca tersebut. Jika kaca semakin tebal,
maka energi cahaya yang diserap akan semakin banyak sedangkan intensitas cahaya
yang masuk melalui kaca akan semakin rendah.
5. Stabilitas kimia
Stabilitas kimia adalah ketahanan suatu bahan terhadap pengaruh zat kimia.
Stabilitas kimia banyak dipengaruhi oleh bahan – bahan pembentuk kaca (Shelby,
2005)

2.4 Bahan Baku Material Glass (Dalam Memberikan Warna)


Kaca terdiri dari silika yang dicampur oleh oksida logam yang akan mengurangi
temperatur leburnya. Terdapat 2 jenis kaca komersil, soda lime dan borosilikat
1. Soda lime
Pada umumnya, kaca soda lime terdiri dari 70 wt% SiO2, 10 wt% CaO, 15
wt% Na2O dan beberapa oksida lainnya. Kaca ini biasanya digunakan untuk produk
seperti kaca jendela, botol, dan toples.
2. Borosilikat
Pada umumnya, kaca borosilikat terdiri dari 80 wt% SiO2, 15 wt% B2O3, 5
wt% Na2O dan sedikit Al2O3. Koefisien pemuaian termal pada kaca ini hanya ⅓ dari
soda lime, sehingga kaca ini baik digunakan sebagai alat masak dan botol penyimpan
zat kimia. (Martin,2006)
Kaca anorganik biasanya diwarnai dengan menggabungkan ion transisi atau ion tanah jarang
ketika kaca masih dalam kondisi cair. Ion warna yang digunakan biasanya seperti Cu2+ (biru-
hijau), Co2+ (biru-violet), Cr3+ (hijau), Mn2+ (kuning), dan Mn3+ (ungu) (Callister,2007).

2.5 Pengaruh Pemberian Warna Pada Material Glass


Komponen penyusun kaca yang berperan dalam pewarnaan suatu kaca dinamakan
colorants. Colorants merupakan komponen penyusun kaca yang digunakan dalam jumlah
8
sedikit. Colorants digunakan untuk mengendalikan warna pada kaca dalam pada bentuk
akhirnya. Dalam kebanyakan kasus, colorants merupakan oksida, logam transisi 3d, dan
golongan tanah jarang 4d. Emas dan perak juga digunakan untuk menghasilkan warna dengan
susunan koloid dalam kaca. Oksida logam, yang juga merupakan pengotor dalam pasir
digunakan untuk menghasilkan kaca silika komersil, berperan sebagai colorant secara tidak
disengaja (Fausta, 2012).

2.6 Sejarah Botol Kaca


Botol adalah tempat penyimpanan dengan bagian leher yang lebih sempit dari pada
badan dan "mulut"-nya. Botol umumnya terbuat dari gelas, plastik, atau aluminium, dan
digunakan untuk menyimpan cairan seperti air, susu, minuman
ringan, bir, anggur, obat, sabun cair, tinta, dan lain-lain. Botol gelas dan botol kaca di setiap
rumah tangga di seluruh dunia. Kaca pertama kali muncul sekitar 7000 SM Manik yang
terbuat dari kaca alami seperti obsidian, batu kristal, batu akik, atau onyx. Botol gelas
pertama diproduksi sekitar 1500 SM. Botol kaca Amerika dan industri kaca jar lahir pada
tahun 1600-an ketika pemukim di Jamestown membangun tungku peleburan kaca pertama.
Botol kaca yang mahal sebagai industri mengandalkan peniupan kaca individu. Penemuan
mesin botol peniup kaca otomatis pada tahun 1903 berubah menjadi produk komoditas itu
yang digunakan sampai hari ini. Sekarang sudah mungkin untuk memproduksi botol kaca
secara massal dan botol kaca yang merupakan ketinggian seragam, berat, dan kapasitas. Pada
tahun 1914, di Belgia di kembangkan proses fourcault yang menarik kaca plat secara
kontinyu. Selama 50 tahun berikutnya, para insinyur dan ilmuwan telah berhasil berbagai
modifikasi terhadap proses penarikan kaca dengan tujuan untuk memperkecil distorsi optik
kaca lembaran (kaca jendela) dan menurunkan biaya pembuatan kaca lembaran gosok dan
poles.

2.7 Prosedur daur ulang botol glass dan ketentuannya


Daur ulang kaca adalah proses daur ulang dari limbah kaca menjadi produk lain yang
bisa digunakan. Limbah kaca dihancurkan sampai pada bentuk yang bisa dialih rupa dan
dinamakan sebagai cullet Terdapat 2 tipe cullet yakni internal dan eksternal. Cullet internal
merupakan produk yang tidak rilis selama proses produksi produk kaca. Seperti halnya kain
perca pada produksi tekstil, demikian pula dengan internal cullet ini.
Sedangkan cullet eksternal adalah limbah kaca yang memang dikumpulkan dengan tujuan
9
untuk daur ulang. Jadi, kalau dibilang limbah kaca, sebenarnya mengacu
pada cullet eksternal, kecuali dinyatakan lain. Untuk dapat didaur ulang, limbah kaca harus
dimurnikan dan dibersihkan dari kontaminasi. Kemudian, tergantung dari produk akhir yang
diinginkan maupun kemampuan produksi, ada kemungkinan dilakukan pemisahan pada
warna-warna yang berbeda. Seperti diketahui banyak warna kemasan kaca, dengan yang
paling populer adalah hijau dan amber. Warna amber merupakan warna yang penting
terutama bagi produk obat untuk meningkatkan kualitas dari suatu produk mengingat sifat
dari beberapa obat yang cenderung tidak tahan cahaya. Pemisahan warna umumnya
dilakukan pada daur ulang kaca untuk produk kaca kembali, atau dari botol jadi botol lagi.
Jika tidak, maka pemisahan warna tidaklah terlalu diperlukan. Patut dicatat juga bahwa ada
kaca tahan panas, yang di laboratorium dikenal dengan kaca borosilikat atau merk Pyrex,
tidak dapat digabungkan dalam pengolahan kembali karena dapat merusak proses daur ulang
mengingat ketahanan yang berbeda. Pada akhir 1970-an, daur ulang kaca belum menarik
minat publik, namun belakangan sudah mulai meningkat seiring meningkatnya kepedulian
sebagian kalangan pada pencemaran lingkungan. Pemrosesan Cullet Pertama-tama,
diperlukan pemisahan kontaminasi kaca, antara lain:
· Organik: kertas, plastik, tutup botol
· Inorganik: batu, keramik, porselen
· Metal: bahan-bahan besi yang terkait
· Kaca Tahan Panas
Beberapa benda seperti batu atau keramik akan lebur pada titik yang lebih tinggi
dibandingkan gelas, sehingga sebelum nantinya menjadi campur baur dan merusak kualitas
kaca daur ulang yang akan dibentuk, jadi sebaiknya memang disingkirkan saja. Pada fasilitas
modern, sistem pengering dan mesin sortasi optik sering digunakan. Masukan material
dengan ukuran yang mirip dan sudah bersih menjadi penting untuk efisiensi dari mesin
sortasi otomatis (Doremus,1994).

2.7.1 Daur Ulang Menjadi Kaca Lain


Ada alasan utama bahwa daur ulang kaca lebih disukai oleh industri, yakni karena
lebih hemat energi. Energi yang dibutuhkan untuk melelehkan material kaca daur ulang lebih
kecil daripada harus membuat kaca baru dari silika (SiO2), natrium bikarbonat (Na2CO3)
dan kalsium karbonat (CaCO3). Diperlukan 2.671 Giga Joule/ton untuk pembuatan kaca
baru dengan daur ulang kaca hanya butuh 1.886 Giga Joule/ton. Aturan umumnya, setiap 10
persen penggunaan cullet pada proses, maka energi yang dihemat sampai 2-3 persen dengan
10
maksimal potensi energi yang dihemat secara teoritis mencapai 30%. Setiap 1
ton limbah kaca yang didaur ulang dapat mengurangi hingga 315 kilogram karbon
dioksida yang dilepaskan ke atmosfer dalam proses pembuatan kaca baru. Selain itu, kaca
hasil daur ulang cenderung tidak memiliki perbedaan kualitas dengan kaca yang dibuat baru.
Sehingga di tengah peningkatan kepedulian lingkungan, produk kaca kembali dilirik karena
faktor ini (Doremus, 1994).

11
BAB 3
PEMBAHASAHAN

3.1 Reagen
Reagen adalah bahan-bahan pereaksi yang berperan dalam pemeriksaan laboratorium.
Banah-bahan yang dipakai tersebut kebanyakan mengandung bahaya. Oleh karena itu, di sini
dikenalkan bahan-bahan berbahaya tersebut, cara pembuatannya serta penggunaannya dalam
laboratorium. Bahan yang berbahaya adalah bahan-bahan yang selama pembuatannya,
pengolahannya, pengangkutannya, penyimpanannya dan penggunaanya mungkin
menimbulkan atau membebaskan debu-debu, kabut, uap-uap, gas, serat atau radiasi mengion
yang mungkin menimbulkan iritasi, kebakaran, ledakan,dan korosif. Berdasarkan jenisnya,
reagensia terbagi menjadi 2 kelompok, yaitu:
1. Reagensia kualiatif yaitu Reagen yang dalam pembuatan nya tidak memerlukan
ketelitian yang tinggi, pengukuran volume dan beratnya tidak harus menggunakan
neraca analitik, tidakmenuntut digunakan bahan kimia yang murni ataupun
menggunakan alat-alat gelas tertentu.
2. Reagensia kuantitatif yaitu reagen yang dalam pembuatannya memerlukan
ketelitian yang tinggi, penimbangannya harus menggunakan neraca analitik dan
pengukurannya harus dengan alat ukur kuantitatif.
Reagen memiliki banyak kegunaan yang sebagian besar melibatkan menyelamatkan
aplikasi.Zat atau dua zat membuat ,mengukur,atau membangun keberadaan reaksi kimia dan
bantuan reagen.Kimia organik mungkin juga menetapkan reagen sebagai campuran atau zat-
zat yang berbeda yang akan membuat perubahan pada substrat pada kondisi tertentu.

3.2 Perawatan Reagen


3.2.1 Penyimpanan Reagen
Bagaimana reagen-reagen tersebut tersimpan dengan baik dan benar, ada beberapa hal
yang harus diperhatikan, yaitu :
1. Hal umum yang harus menjadi perhatian di dalam penyimpanan dan penataan
bahan kimia diantaranya meliputi aspek pemisahan (segregation), tingkat resiko
bahaya (multiple hazards), pelabelan (labeling), fasilitas penyimpanan (storage
facilities), wadah sekunder (secondary containment), bahan kadaluarsa (outdate

12
chemicals), inventarisasi (inventory), dan informasi resiko bahaya (hazard
information).
2. Pisahkan antara sediaan liquid dan solid dan klasifikasikan berdasarkan sifatnya:
flammable, mudah meledak, toxic, oksidator, korosif, infeksi, dll.
3. Disimpan dalam suatu lemari hindari bahan dari kayu
4. Kondisi ruangan harus dingin/berpendingin udara atau dengan dilengkapi exhaust
fan, lampu ruangan pilih yang fireproof. Bila ruangan tidak dilengkapi dengan AC,
ruangan harus memiliki sirkulasi udara yg baik, karena ada beberapa reagen
memerlukan ruang penyimpanan di bawah suhu 250 C, atau suhu ruangan
maksimal 300 C.
5. Tempat penyimpanan harus bersih, kering dan jauh dari sumber panas atau kena
sengatan sinar matahari. Di samping itu, tempat penyimpanan harus dilengkapi
dengan ventilasi yang menuju ruang asap atau ke luar ruangan. Pada penataan
bahan kimia pun diperlukan sumber literatur untuk mengetahui spesifikasi
masing-masing bahan kimia tersebut. Spesifikasi bahan kimia akan dijumpai pada
buku katalog bahan.
6. Jika terjadi tumpahan, yang paling baik mengatasinya dengan pasir atau dengan
air kran.
7. Salah satu informasi penting yang harus selalu disertakan adalah lembar data
keselamatan data (Material Safety Data Sheet – MSDS)
Informasi MSDS disamping harus tercantum pada produksi, juga harus muncul pada
dokumen pengangkutan, penyimpanan, pengedaran dan juga pada kemasan bahan tersebut
(Mardiana, 2017).

3.2.2 Pewadahan Reagen


Pewadahan dilakukan untuk menjaga kualitas dari reagen. Berikut adalah hal-hal yang
harus diperhatikan dalam pewadahan reagen (Mardiana, 2017).
a. Kriteria wadah reagen yang baik antara lain :
1. Botol yang gelap / berwarna coklat, hal ini dilakukan agar dapat terhindar
dari sinar matahari.
2. Wadah reagen tidak bocor.
3. Wadah reagen harus bermulut kecil, dan tertutup rapat.
4. Wadah reagen harus berbahan dasar dari kaca.
5. Wadah reagen harus steril..
13
6. Tidak bereaksi dengan bahan kimia dari reagen yang diwadahkan.
b. Untuk reagen cair diwadahkan pada botol yang memenuhi kriteria seperti di
atas. Reagen yang bervolume kecil, diwadahkan pada botol berukuran kecil.
Sedangkan pada reagen yang bervolume besar, diwadahkan pada botol ukuran
besar atau jerigen yang besar
c. Untuk reagen serbuk jika berisi banyak, dapat diwadahkan pada botol dengan
mulut agak lebar, hal ini bertujuan agar mudah dalam waktu pengambilan
reagen pada waktu penimbangan.
d. Hal penting yang harus selalu diingat pada saat pewadahan reagen pemberian
label yang berisi, nama reagen, tanggal pembuatan, paraf pembuatan reagen,
tanggal penerimaan, konsentrasi dan pelarut pada botol/wadah reagen.
Alangkah baiknya jika tempat penyimpanan masing-masing kelompok bahan tersebut diberi
label dengan warna berbeda. Misalnya warna merah untuk bahan flammable, kuning untuk
bahan oksidator, biru untuk bahan toksik, putih untuk bahan korosif, dan hijau untuk bahan
yang bahayanya rendah. label bahan flammable label,bahan oksidator label, bahan toksik
label, bahan korosif label, bahan dengan tingkat bahaya rendah (Mardiana, 2017).

3.3 Cara Meningkatkan Umur Pakai Reagen


Kontrol kualitas pengujian dan tingkat kontrol kualitas diperlukan dimulai dengan
sumber dan persiapan yang akurat dari reagen dan serum kontrol yang digunakan dalam
prosedur. Kualitas reagen yang digunakan dalam langkah-langkah tertentu dari prosedur
immunoassay seringkali lebih kritis daripada kualitas yang digunakan untuk langkah-langkah
pemblokiran dan pencucian. Karena beberapa reagen yang berbeda dapat digunakan dalam
melakukan immunoassay, beberapa pemeriksaan di laboratorium adalah wajib, dan kadang-
kadang penting bahkan untuk kit immunoassay komersial. Kualitas reagen yang digunakan
dalam langkah-langkah tertentu dari prosedur immunoassay seringkali lebih kritis daripada
kualitas yang digunakan untuk langkah-langkah pemblokiran dan pencucian. Karena
beberapa reagen yang berbeda dapat digunakan dalam melakukan immunoassay, beberapa
pemeriksaan di laboratorium adalah wajib, dan kadang-kadang penting bahkan untuk kit
immunoassay komersial (Martin,1994).
Reagen yang disertakan dengan kit komersial juga perlu dilarutkan dengan hati-hati.
Penting untuk mengikuti instruksi di sisipan paket. Hal ini terutama berlaku untuk
rekonstitusi preparat beku-kering. Karena botol-botol tersebut berada pada tekanan negatif,
mereka harus dibuka dengan hati-hati, memungkinkan udara masuk perlahan-lahan untuk
14
menghindari bahan dipaksa keluar oleh aliran udara yang masuk. Rekonstitusi harus
dilakukan dengan menggunakan pipet yang dikalibrasi dengan pelarut yang benar pada suhu
yang disarankan (Martin,1994).
Pencampuran larutan juga harus dilakukan dengan hati-hati untuk menghindari
pembusaan dan denaturasi reagen protein berikutnya. Demikian pula, kontak yang lama
antara larutan dan sumbat botol sebaiknya dihindari, karena kadang-kadang zat pada sumbat
karet dapat bocor ke dalam larutan dan mengganggu pengujian. Hal ini dapat terjadi dengan
kontrol komersial, di mana pabrikan kontrol tidak dapat menguji efek stopper pada semua
pengujian dengan kontrol yang dapat digunakan. Saat menyimpan reagen dan sediaan
kontrol, penting untuk mematuhi instruksi pabrik (Martin 1994). Beberapa cara untuk
menjaga mutu reagen yaitu (Martin 1994) :

1. Reagen cair dan kering beku harus disimpan pada 2-8°C.


2. Reagen yang diangkut dalam es kering harus disimpan pada suhu -20°e.
3. Setelah rekonstitusi, reagen beku-kering harus disimpan pada 2-8°C untuk waktu
yang singkat, atau sebagai aliquot dalam freezer untuk waktu yang lebih lama.
4. Reagen yang dicairkan tidak boleh dibekukan kembali.

3.4 Pengaruh Warna Botol Kaca Terhadap Sifat Kimia Reagen


Warna dari kaca sendiri muncul ketika sinar diserap, dihamburkan, atau dipantulkan.
Pewarnaan pada botol penyimpanan zat kimia sangatlah penting karena melindungi zat kimia
dari pancaran radiasi sinar matahari. zat kimia sendiri sangatlah rentan terhadap temperatur,
cahaya, tingkat keasaman , dan lain-lain, salah satu perlindungan dari cahaya adalah dengan
memasukkannya ke dalam botol kaca yang dapat membiaskan cahaya yang melindunginya
dari cahaya ultraviolet, dalam zat kimia reagen terbagi menjadi 2 yaitu yang reaktif terhadap
cahaya dan yang tidak, reagen yang reaktif terhadap cahaya akan mengalami proses
penguraian secara kimia akibat foton yang berasal dari cahaya matahari proses ini disebut
fotodegradasi yang bisa menyebabkan kerusakan/penguraian senyawa (organik) yang
membuat nya tidak dapat digunakan kembali (Fausta,2012).

3.5 Apa Yang Terjadi Jika Reagen Tidak Disimpan Dalam Botol Kaca Berwarna
Zat kimia Reagen sendiri merupakan salah satu zat kimia yang sering digunakan
dalam suatu reaksi untuk mendeteksi, mengukur , memeriksa, dan menghasilkan zat kimia

15
lain. Reagen sendiri muncul dalam berbagai jenis karakteristik kimia nya sendiri ada yang
disimpan pada temperatur dingin ada yang di temperatur ruang jika terjadi kesalahan dalam
proses penyimpanan maka zat kimia didalamnya akan rusak , Reagen sendiri biasa disimpan
dalam botol kaca ada yang berwarna hitam/coklat dan berwarna bening, botol berwarna
hitam/coklat ada lapisan pelindung di dalamnya untuk mencegah masuk nya cahaya karena
sinar ultraviolet dapat memicu terjadinya oksidasi pada senyawa reagen tertentu fenomena
rusaknya zat kimia ini disebut sebagai fotodegradasi , sedangkan botol yang berwarna bening
biasa digunakan untuk zat kimia reagen yang tidak bereaksi dengan cahaya
(Dwiningsih,2018).
Fotodegradasi sendiri adalah proses peruraian suatu senyawa (biasa organik) dengan
bantuan energi foton proses ini memerlukan suatu foto katalis yang biasanya bahan
semikonduktor. Prinsip dasar dari Fotodegradasi adalah loncatan elektron dari pita valensi ke
pita konduksi pada bahan semikonduktor jika terkena energi foton loncatan elektron ini
menyebabkan timbulnya hole(lubang elektron) yang dapat bereaksi dengan pelarut (air)
membuat radikal yang bersifat aktif dan dapat mengurai senyawa organik (Dwiningsih,2018).

16
BAB 4
KESIMPULAN

4.1 Kesimpulan
1. Solusi dari cara meningkatkan umur pemakaian reagen yaitu: reagen cair dan kering
beku harus disimpan pada 2-8°C, kemudian reagen yang diangkut dalam es kering
harus disimpan pada suhu -20°e, setelah rekonstitusi, reagen beku-kering harus
disimpan pada 2-8°C untuk waktu yang singkat, atau sebagai aliquot dalam freezer
untuk waktu yang lebih lama, terakhir reagen yang dicairkan tidak boleh dibekukan
kembali.
2. Pengaruh warna coklat pada botol wadah kaca yang digunakan sebagai tempat
penyimpanan zat kimia reagen adalah sebagai pelindung zat kimia dari radiadi sinar
matahari atau sinar ultraviolet.
3. Jika reagen tidak disimpan pada botol yang berwarna maka, reagen tersebut akan
mudahh terkena sinar matahari atau sinar ultraviolet yang mengakibatkan terjadinya
fotodegradasi, yaitu proses peruraian suatu senyawa dengan bantuan energi foton
(cahaya) yang mengakibatkan terjadi nya kerusakan pada reagen.

4.2 Saran
Perlu adanya metode penelitian lebih lanjut tentang material glass dikarenakan masih
banyak hal lainnya yang belum diketahui tentang material glass serta belum adanya
pengalaman secara langsung dalam melakukan penelitian ini.

17
DAFTAR PUSTAKA

Adryanta. 2008. Kaca Sebagai Struktur Pada Bangunan. Skripsi. Universitas Indonesia.
Depok.
Anggraini, Nolis Febry, dkk. 2015. “LARUTAN dan REAGEN DASAR”. Tanjung Pinang :
Universitas Maritim Raja Ali Haji.
Callister, William D. 2007. “Material Science and Engineering An Introduction”. New
York: John Wiley and Sons, Inc
Doremus, R.H. (1994). Glass Science Second Edition. Canada: John Wiley & Sons. Inc.
Dwiningsih. 2018. "PERBEDAAN KADAR KREATININ DARAH BERDASARKAN
PENYIMPANAN REAGEN PADA SUHU 40 C DAN SUHU KAMAR" Semarang :
Universitas Muhammadiyah Semarang
Fausta, Devara Ega. 2012 ."Glass Colorants" Surabaya : Universitas Sebelas Maret
Hartanto, Bayu Akbar. 2012. "Makalah Bahan Konstruksi Kimia GELAS DAN KACA".
Palembang : POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA PALEMBANG
Mardiana, Rahayu Ira G. 2017. “Pengantar Laboratorium Medik”. Jakarta : Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia.
Shelby, J. E. (2005). Introduction to glass science and technology: 2nd edition. Cornwall: TJ
International Ltd.

18

Anda mungkin juga menyukai