Anda di halaman 1dari 32

INDUSTRI GELAS

MAKALAH
(Disusun untuk memenuhi salah satu tugas Kimia Industri)
Dosen Pengampu: Eko Prabowo H., M.PKim.
Dosen Pengampu: Adi Mulyana S., S.Pd., M.T.

Disusun Oleh:
KELOMPOK 3
Hasna Khoirunnisa 1177040032
Irpan Maulana 1177040037
Nina Nurhayati 1177040052
Rafa Mufidah 1177040059
KIMIA VI-B

JURUSAN KIMIA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2020/1442 H
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT. Atas rahmat dan karunianya
penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Industri Gelas”. Shalawat serta
salam tak lupa penulis panjatkan kepada Nabi Muhammad SAW., beserta keluarga dan
para sahabatnya yang telah membimbing kita dari kegelapan menuju jalan yang terang
benderang.

Selama pembuatan makalah ini, penulis mendapat banyak dukungan dan juga
bantuan dari berbagai pihak, maka dari itu penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Eko Prabowo Hadisantoso, M.PKim. selaku dosen pengampu mata


kuliah Kimia Industri yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat dalam
penulisan makalah ini.
2. Bapak Adi Mulyana S., S.Pd., M.T. selaku dosen pengampu mata kuliah
Kimia Industri yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat dalam
penulisan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih memiliki kekurangan dan jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun demi perbaikan penyusunan makalah selanjutnya. Besar harapan penulis
kiranya makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada
umumnya.

Bandung, 31 Maret 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR...........................................................................................................................iii
DAFTAR TABEL...............................................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................................................1
1.1. Latar Belakang.......................................................................................................................1

1.2. Tujuan....................................................................................................................................3

1.3. Rumusan Masalah..................................................................................................................3

BAB II ISI............................................................................................................................................5
2.1 Pengertian Industri Gelas.......................................................................................................5

2.2 Sejarah Industri Kaca atau Gelas...........................................................................................5

2.3 Manfaat Industri Gelas...........................................................................................................8

2.4 Bahan Baku Gelas..................................................................................................................8

2.5 Proses Pembuatan Gelas di Industri.....................................................................................14

2.6 Pe nanganan Produk.............................................................................................................17

2.7 Limbah Industri Gelas.........................................................................................................18

2.8 Pengolahan Limbah Pada Industri Gelas..............................................................................19

BAB III PENUTUP...........................................................................................................................24


3.1 Kesimpulan..........................................................................................................................24

3.2 Saran....................................................................................................................................25

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................26

ii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Proses Peleburan Gelas Zaman Romawi...................................................................7


Gambar 2. Proses Fourcoult dan Colburn (Libbey-Owens).....................................................15
Gambar 3. Proses Pilkington....................................................................................................16
Gambar 4 Proses Danner dan Vello.........................................................................................17
Gambar 5.Wet Scrubber (J.M.K.C, 2020).............................................................................20
Gambar 6. Fabric Filters (Anonym, 2020)...............................................................................21
Gambar 7. Rawa Buatan..........................................................................................................23

iii
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Komposisi Kimia dan Fisika Feldspar.......................................................................11


Tabel 2. Baku Mutu Limbah Cair Industri Gelas.....................................................................21

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Gelas adalah suatu bahan berupa cairan yang diiolah sedemikian rupa yang
diperoleh dari beberapa mekanisme pengolahan secara kimia, fisika maupun
biologi yang menghasilkan produk akhir berupa padatan. Adapun pengertian lain
dari gelas, yaitu gelas merupakan bahan dengan sifat yang tembus pandang
terhadap cahaya (lutsinar), transparan (bening), kuat, lembab dan secara biologi
merupakan bahan yang tidak aktif yang boleh dibentuk menjadi permukaan yang
tahan serta licin, dan mempunyai daya guna yang sangat fungsional dalam
kehidupan sehari-hari, begitu pula limbahnya. Sifat lutsinar pada gelas ini
dikarenakan gelas terdiri atas bahan yang tidak memiliki keadaan perubahan
garisan atomik dalam tenaga cahaya dan pada tahap gelombang yang lebih besar
daripada cahaya, hal ini yang membuat kaca bersifat lutsinar atau transparan
sehingga gelas dapat terbiaskan, menghalang pemancaran imej. Sifat-sifat tersebut
yang menjadikan gelas sebagai bahan yang sangat fungsional.

Gelas merupakan salah satu produk yang diproduksi oleh industri yang
banyak manfaatnya, diantaranya yaitu untuk peralatan rumah tangga, properti
rumah, industri kendaraan bermotor (misal: mobil, bus), pesawat, elektronik dan
untuk keperluan maupun kebutuhan dalam kehidupan sehari-hari lainnya. Saat ini,
perkembangan industri gelas berkembang pesat dengan adanya perkembangan
teknologi yang mumpuni pula. Selain banyak manfaat dan kegunaan, ada
puladampak negatif dari produksi gelas diantaranya akan banyak menghasilkan
limbah yang dapat merusak lingkungan sekitar jika tidak ditangani dengan serius,
namun limbah gelas dapat kita manfaatkan menjadi bahan tambahan dari produksi
gelas di industri, gelas daur ulang dan berbagai produk gelas lainnya yang lebih
kreatif.

Massa jenis gelas dalam bentuk kristal lebih besar daripada massa jenis
kaca oksida. Massa jenis gelas bergantung pada bahan pembentuknya dan
komposisi dari gelas tersebut. Dalam proses pembuatan gelas di industri,

1
memerlukan bahan-bahan dasar yang berguna dalam pembuatan produk ini,
diantaranya ada bahan umum atau bahan utama namun ada juga yang berperan
sebagai bahan penunjang untuk melengkapi kekurangan bahan utamanya. Gelas
terbuat dengan komponen utama yaitu silika yang terkandung didalam pasir kuarsa
(atau dalam bentuk polihabrulan, pasir) dan/atau bahan yang mengandung silikon
dioksida (SiO2), dengan nama IUPAC silikon dioksida ialah silikon(IV) oksida.
Adapula bahan lain yang dicampurkan pada produksi gelas diantaranya yaitu
natrium karbonat (Na2CO3) dan kalsium oksida (CaO). Silika memiliki titik lebur
pada suhu 2000oC sedangkan natrium karbonat dapat menurunkan titik lebur silika
sekitar suhu 1000oC, dimana fungsi penambahan natrium karbonat atau disebut
dengan soda dapat menjadikan gelas larut. Perananan kalsium oksida dalam
produksi pembuatan gelas agar produk yang dihasilkan tidak larut kembali.
Silikon(IV) oksida merupakan suatu molekul kovalen besar dengan setiap atom
silikon diikat secara kovalen pada 4 atom oksigen (O) dalam bentuk tetrahedron
dengan sudut antara ikatan 109,5. Unit tersebut diulangi secara tak terhingga
dengan setiap atom oksigen terikat pada 2 atom silikon untuk membentuk molekul
kovalen besar seperti struktur pada berlian. Silikon(IV) oksida memerlukan banyak
energi untuk mengatasi setiap ikatan kovalen antara atom dalam struktur yang
besar. Maka, silikon(IV) oksida memiliki titik lebur sebesar 1710oC.

Industri gelas di Indonesia sendiri dibangun pada awal tahun 1970-an dan
merupakan industri gelas yang menghasilkan produk setengah jadi. Pada tahun
1980 industri gelas mulai menjalankan proses produksi. Namun, industri gelas
terus-menerus mengalami peningkatan jumlah yang sangat signifikan, sebagian
besar merupakan industri hilir yang menghasilkan produk siap jadi. Hasil produk
dari pengolahan gelas ini meliputi kaca cermin, kaca lembaran, serat kaca, kaca
untuk pengaman, dan berbagai produk lainnya.

Industri gelas merupakan salah satu perusahaan yang penting dan menjadi
perusahaan industri yang diperhitungkan di Indonesia. Meskipun tidak terlalu
cenderung baik namun industri gelas terlihat peningkatan selama 2 tahun terakhir.
Saat terjadi krisis Internasional pun produksi dan kapasitas industri gelas tetap eksis
ditengah terjadinya krisis tersebut. Namun hal ini menunjukkan bahwa Industri ini
juga mendapatkan masalah. Salah satunya yaitu kenaikan tarif listrik, gempuran

2
produk impor, cadangan gas yang belum terjamin dalam jangka waktu yang
panjang, yang di proteksi di pasar ekspor merupakan sejumlah problematika yang
turut menjadi penghambat dalam perkembangan industri gelas di Indonesia.

Kebijakan yang diberikan oleh badan standarisasi nasional (SNI) yang


diberikan oleh pemerintah dalam negeri mendorong produksi kaca lembaran dalam
negeri lebih aman dari serangan produk impor serta dari produk yang tidak
distandarisasi oleh badan standarisasi nasional. Persaingan dalam industri gelas
menyebabkan perusahaan terus berupaya memenuhi permintaan konsumen,
Sehingga para pelaku pasar terus melakukan perbaikan dan konsistensi terhadap
produk yang dihasilkan secara berkala guna untuk mengontrol kualitas produk
secara intens. Pada tahun sekitar 3000 sebelum Masehi di Mespotamina dan Egypt
orang-orang sudah mengetahui dan mengenal pembuatan gelase. Pada zaman itu
orang-orang sudah menggunakan bahan-bahan mentah seperti silika, oksida,
natrium oksida,batu kapur yang dapat diperoleh dari pasir laut dan karang laut
dalam pembuatan kaca tersebut.

1.2. Tujuan
Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini diantaranya sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui definisi industri gelas.


2. Untuk mengetahui perkembangan industri gelas yang berkembang pesat di
Indonesia, dengan menggunakan metode review dan deskriptif kualitatif.
3. Untuk mengetahui manfaat dari industri gelas.
4. Untuk mengetahui bahan dasar dan bahan baku pembuatan gelas.
5. Untuk mengetahui proses pembuatan gelas dalam indutsri gelas.
6. Untuk mengetahui bagaimana pengolahan limbah gelas.

1.3. Rumusan Masalah


1. Apa definisi industri gelas?
2. Bagaimana sejarah industri gelas di dunia dan Indonesia?
3. Apa manfaat dari adanya idustri gelas?
4. Apa bahan baku dari industri gelas?

3
5. Bagaimna proses indutstri dari industri gelas ini sehingga menghasilkan
produk yang bermanfaat?
6. Bagaimana penanganan limbah yang dihasilkan dari produksi industri gelas?

4
BAB II
ISI

2.1 Pengertian Industri Gelas


Industri adalah suatu proses pengelolahan bahan produksi baik itu bahan mentah
dan setengah jadi menajadi suatu barang atau produk yang utuh (sempurna) yang
memiliki nilai jual supaya mencapai keuntungan. (Akerlof)
UU Perindustrian No 5 Tahun 1984 mengatakan bahwa “ industri adalah kegiatan
ekonomi yang mengelola bahan mentah, bahan baku, barang setengah jadi, dan atau
barang jadi menjadi barang dengan nilai yang lebih tinggi untuk penggunaanya
termasuk kegiatan rancangan bangun dan perekayasaan industri.” [ CITATION Sum81
\l 14345 ].
Gelas merupakan suatu benda tranparan terbuat dari kaca yang tidak terlalu kuat
dan tidak bereaksi baik secara kimia dan secara biologi yang terbentuk atas permukaan
yang halus dan kedap air sehingga gelas ini banyak digunakan dalam kehidupan.
Namun disamping itu gelas juga dapat membahayakan penggunanya karena jika gelas
tersebut pecah dan pecahanya dapat melukai penggunanya jika tidak diberlakukan
dengan hati hati. [ CITATION Pul99 \l 14345 ].
Kaca merupakan suatu bahan yang bersifat cair denga kepadatan tinggi dengan
struktur amorf yang memiliki sifat rapuh dan mudah pecah. Kaca dibuat dari bahan
silicon dioksida yang berupa campuran batu pasir dengan fluks yang menghasilkan
kekentalan dan titik leleh yang tidak terlalu tinggi yang selanjutnya dicampur dengan
bahan stabilisator agar kuat sehingga menghasilkan suatu produk kaca yang dikenal
sekarang ini.[ CITATION Pul99 \l 14345 ].
Sehingga indutri kaca merupakan suatu usaha yang bersumber dari bahan dasar
kaca yang diolah menjadi suatu barang produksi yang bermanfaat dan meningkatkan
nilai jual industri.[ CITATION Pul99 \l 14345 ].

2.2 Sejarah Industri Kaca atau Gelas


Kemasan gelas telah berkembang dan popular sejak 3000 SM dan dianggap
sebagai bahan pengemas tertua. Kemasan gelas ini telah dimanfaatkan oleh bangsa

5
mesir kuno. Pliny menyatakan pada abad permulaan pelarut vanesia yang berlabuh di
pulau tertentu yang diharuskanya membuat tungku perapian yang digunakan untuk
mengantisipasi kedinginan dan gelapnya malam. Tungku ini dibuat di atas pasir
pantai menggunakan bongkahan soda abu yang didapatkan dari muatan kapal mereka
kemudian keesokan harinya sisa pembakaran tersebut ditemukan gumpalan bening.
Gumpalan ini diketahui bahwa soda dan pasir pantai pada suhu tinggi akan melebur
membentuk gelas.[ CITATION RSy89 \l 14345 ].
Dari hasil penelitian tersebut diketahui bahwa kandung senyawa dalam
gumpalan tersebut belupa silikan oksida, kalsium oksida dan natrium oksida.
Prosesnya melibatkan pasir putih yang banyak mengandung kulit kerang dan
bongkahan soda abu, sehingga dapat diketahui bahwa dalam membuat gelas dapat
dibuat dengan mereaksikan bahan campuran pasir pantai yang bertindak sebagai silika
dan kulit kerang bertindak sebagai kapur (kalsium oksida) serta kayu atau soda abu
sebagai sumber natrium (Na2O). [ CITATION RSy89 \l 14345 ].
Berdasarkan eksperimen tersebut, bangsa vanesia dan mesir kuno membuat
gelas dari pasir pantai, kulit kerang dan arang kayu. Tetapi gelas yang dihasilkan
ternyata sangat kental dan kaku sehingga susah dibentuk dengan cara ditiup. Oleh
karena bangsa tersebut membuat manik manik dari gelas yang dijadikan sebagai
perhiasan. Hal ini kemudian membuka pemikiran para ahli disana dalam meneliti lagi
agar didaptakan gelas yang maksimal. Akhirnya didapatkan bahwa arang kayu yang
mereka gunakan terkandung senyawa kalium oksida dan bukan natrium oksida.
[ CITATION RSy89 \l 14345 ].
Dengan begitu bangsa vanesia mencari bahan narium oksida untuk
menggantikan kalium dioksida tersebut menjadi natrium oksida, yang didapatkan
berupa arang rumput laut yang dijadikan sebagai sumber natrium oksida. Sehingga
gelas yang dihasilkan lebih emcer dan dapat dibentuk maupun ditiup. Oleh karena
bangsa vanesia dan mesir kuno dapat membuat gelas tersebut untuk membantu
keperluan sehari hari dan menciptakan karya seni yang indah.[ CITATION RSy89 \l
14345 ].
Gelas pada zaman itu masih berwarna hijau dan coklat, hal itu disebabkan
karena tingginya kadar besi da nada pewarna lain dalam pembuatannya. Proses
perkembangan peleburan ini sangat pesat terbukti dengan penggunaan metode lain

6
berupa penggunaan suhu yang lebih tinggi, karena ditemukannya bahan tahan api
untuk bejana peleburan gelas tersebut. [ CITATION RSy89 \l 14345 ].

Gambar 1 Proses Peleburan Gelas Zaman Romawi

Perkembangan gelas ini telah sampai ke romawi, kota yang terkenal dengan
produksi gelas ini yaitu Alexandria, Tyre dan Sidon yang berada pada pemerintahan
Julius Caesaer Romawi. Pada abad XVI perdagangan glass blower yang berupa alat
untuk membuat perkakas gelas secara tradisional sangat berkembang pesat, gelas yang
dihasilkan berupa flint glass yaitu gelas dari silika murni hasil karya pengrajin vanezia
yang digunakan sebagai bahan alat di laboratorium dan kerajinan terbatas di
laboratorium atau industri kerajinan. [ CITATION RSy89 \l 14345 ].
Dalam perkembangan jenis gelas bentuk botol dikenalkan oleh seorang dokter
pada tahun 1984yang dijadikan sebagai system distirbusi susu segar yang bersih dan
aman. Pada tahun 1892 wadah wadah berbahan gelas ini terus berkembang sampai
saat ini seperti bejana bejana sederhana hingga berbagai bentuk yang menari.
[ CITATION RSy89 \l 14345 ].
Teknologi di Indonesia sendiri berkembang sekitar tahun 50-an yang masih
terbatas pada industry gelas primer, terutama sheet glass, kemasan botol, gelas minum,
dan alat alat rumah tangga lainnya. Namun dengan perkembangan zaman indutri gelas
ini telah berada keberadaannya di Indonesia dan menghasilkan produk gelas yang
tidak kalah jika bersaing dengan industry gelas luar negeri lainnya. [ CITATION RSy89 \l
14345 ] .
Dalam penggunaan gelas ini, terdapat kelebihan dan kekuranganya,
diantaranya sebagai berikut :

7
a. Kelebihan
1. kedap terhadap air, gas, bau dan mikroorganisme lainnya.
2. Inert.
3. Sesuai untuk produk yang mengalami pemanasan dan penutupan secara
hermetis.
4. Mudah didaur ulang.
5. Dapat ditutup setelah dibuka.
6. Tranparan.
7. Dapat dibentuk sesuai keinginan.
8. Bersifat kau, kuat dan dapat ditumpuk tanpa menagalami kerusakan.
9. Menambahn nilai tambah produk.
b. Kekurangan
1. Biaya produksi mahal
2. Mudah pecah.
3. Berpotensi menimbulkan bahaya berupa pecahan kaca.

2.3 Manfaat Industri Gelas


Dengan adanya industri gelas ini maka kehidupan manusia pun akan terbantu
juga, karena industri gelas ini banyak memberikan manfaatnya diantaranya : Sebagai
tempat penyimpanan makanan atau minuman dan sebagai barang hiasan di rumah,
sebagai bahan diagnostic medis, elektronik dan insulasi bangunan. Selain itu juga
gelas atau kaca ini bisa digunakan dalam aplikasi berbagai ilmu, seperti pada ilmu
kimia yang bermanfaat dalam pembuatan bahan peralatan kimia yang menunjang
dalam melakukan percobaan atau penelitian.[ CITATION RSy89 \l 14345 ].

2.4 Bahan Baku Gelas


Dalam pembuatan gelas/kaca di industri terdapat bahan baku atau bahan utama
serta adanya bahan maupun komponen lain sebagai bahan pendukung. Setiap produk
gelas yang diproduksi memiliki komposisi bahan yang berbeda-beda.

Bahan utama

8
Bahan-bahan dasar dari pembuatan kaca diantaranya yaitu :

1. Pasir kuarsa (SiO2)


Pasir atau dikenal dengan istilah quartz, merupakan salah satu dari
banyaknya bahan-bahan penyusun kaca dalam produksi di industri. Pasir ini
merupakan bahan hasil galian industri yang tersusun atas mineral-mineral silika,
pasir ini berwarna putih yang dihasilkan dari banyaknya komposisi SiO 2. Di
indonesia pasir kuarsa melimpah banyak yang dapat ditemukan di daerah
Sumatera, Aceh, Belitung, Pulau Jawa, Kalimantann dan Papua.
Pasir yang digunakan dalam komponen kaca juga bukan merupakan pasir
yang sembarang, melainkan pasir kuarsa murni yang mengandung kadar besi yang
tidak lebih dari ± 0,015% dalam pembuatan kaca optik dan ± 0,45% dalam
pembuatan barang gelas di industri. Pasir kuarsa atau dapat disebut dengan pasir
silika dengan rumus senyawa SiO 2 merupakan bahan utama dalam proses
pembuatan kaca didalam industri. Pasir kuarsa juga merupakan bentuk lain dari
batuan silika yang kemurniannya 100%. Pada pasir kuarsa ini mengandung silika
sebesar 99,5% dan komponen sisanya dari kalsium karbonat atau krom.
Komposisi yang terkandung dalam pasir kuarsa ini akan menentukan kualitas
terhadap produk kaca yang dihasilkan.
Pasir kuarsa memiliki bentuk kristal heksagonal dengan berat jenis sebesar
2,65 g/cm3 dan kekerasan sebesar 7 (skala mosh). Dengan titik lebur 1715 oC dan
konduktivitas panasnya 12-100oC tergantung ukuran partikel silika. Untuk partikel
silika harus diperhatikan pada saat pembuatan kaca karena akan berpengaruh pada
suhu saat proses furnace. Semakin besar ukuran partikel pasir kuarsa maka
diperlukan waktu yang cukup banyak pula pada saat pengolahan menjadi kaca.
Selain itu, pasir kuarsa mengandung senyawa pengotor yang terbawa selama
proses. Untuk mendapatkan kuarsa/silika yang sesuai dengan standar, diperlukan
proses pengayakan dan diolah agar didapatkan partikel yang lebih halus untuk
proses pembuatan kaca.
2. Soda ash (Na2O)
Bahan utama dalam pembuatan kaca selanjutnya yaitu soda yang
merupakan bahan yang dipasok dalam berbagai soda abu yang diantaranya yaitu
Na2O (soda abu padat) dan Na2CO3 yang didapatkan dari hasil Na2CO3 hasil

9
pembakaran pada suhu yang sangat tinggi yang berfungsi untuk menurunkan titik
lebur dari bahan baku lainnya pada saat proses peleburan produksi kaca,
mempercepat proses pembakaran, mempermudah pembersihan gelembung dan
mengoksidasi besi. Adapun sumber soda lainnya adalah dari NaHCO 3
(bikarbonat), salt cake (kerak garam), dan NaNO3, yang dapat berfungsi untuk
fluks terhadap silika yang dapat menurunkan titik lebur pada proses pembuatan
kaca.
3. Kalsium karbonat (CaCO3) atau limestone
Batu kapur atau disebut dengan istilah limestone, mengandung kalsium
karbonat dengan rumus senyawa CaCO3 dan magnesium, dimana jika pada
produksi gelas atau kaca akan membentuk senyawa CaO dan MgO. Kalsium
karbonat yang terkandung pada batu kapur ini untuk mempercepat proses
pendinginan, peleburan pada saat produksi, dan dapat membuat produk akhir
menjadi tidak larut dalam air serta agar tidak terjadi devitrifikasi atau proses
hilangnya sifat tembus cahaya dari kaca pada produk gelas.
4. Feldspar
Feldspar atau disebut dengan tanah liat yang memiliki rumus umum
sebagai berikut P2.Al2O3.6SiO2, dimana R2O berupa natrium monoksida (Na2O)
atau kalium monoksida (K2O) dalam bentuk campurannya. Komponen pendukung
ini memiliki rumus senyawa umum yang diantaranya yaitu R 2O (dimana R2O
dapat berupa campuran dari abu Na2O dan abu K2O), Al2O3, dan SiO2. Feldspar
merupakan kelompok mineral pada kerak bumi yang jumlahnya cukup banyak
yang membentuk sekitar 60% batuan terrestial dan merupakan salah satu
kelompok mineral yang berasal dari batuan karang yang digerus menghasilkan
fluks sekitar ±25% kemudian akan menghasilkan leburan gelas setelah melalui
proses pemanasan. Feldspar ini tersedia dalam bentuk kalium feldspar, natrium
feldspar atau campuran feldspar.
Tanah liat merupakan sumber terbesar Al2O3, alumina yang terkandung
didalamnya berfungsi untuk memperlambat devitrifikasi atau proses hilangnya
sifat tembus cahaya dari kaca pada produk gelas dan dapat menurunkan titik didih
pada produk kaca dengan cara memperluas suhu daerah kerja. Tanah liat ini
memiliki keunggulan dari produk lainnya dan merupakan bahan utama yang

10
cukup murah dan mudah dilebur. Feldsapr mengandung alumina, silika, dan fluks
yang dapat berfungsu sebagai gelasir pada suhu tinggi.

Tabel 1. Komposisi Kimia dan Fisika Feldspar

Jenis Komposisi Kimia Secara Teoritis


Rumus
feldspar Na2O CaO SiO2 K2O
Ortoklas K2O.Al2O3.6SiO2     18,4 16,9
Albit Na2O.Al2O8.6SiO2 11,8   19,4  
Anortito CaO.Al2O8.2SiO2   20,1 36,62  

Bahan pendukung

1. Boraks
Boraks merupakan campuran garam mineral dengan konsentrasi yang
tinggi, berupa campuran dari natrium oksida (Na2O) dan boron oksida (B2O2)
yang digunakan pada proses pembuatan produksi kaca pengemas untuk kaca
lembaran dan kaca jendela maupun digunakan sebagai kaca optik. Boraks
memiliki kandungan fluks yang sangat kuat, sehingga dapat sifat yang tahan
terhadap bahan kimia. Adapun kegunaan dari boraks ini yaitu untuk menurunkan
koefisien ekspansi, mempercepat proses peleburan dan dapat meningkatkan
ketahanan terhadap reaksi kimia.
2. Kerak garam
Salt cake (kerak garam) digunakan dalam kombinasi abu soda sebagai
sumber natrium dan akselerator leleh yang telah digunakan telah lama sebagai
campuran pada pembuatan kaca. Demikian juga pada beberapa sulfat lain seperti
ammonium sulfat ((NH4)2SO4) dan barium sulfat (BaSO4). Kerak garam juga
dapat membersihkan furnace dari gelembung gas yang mengganggu.
3. Cullet atau kulet
Cullet merupakan sebagian dari produk kaca yang tidak lolos pada saat
quality control yang berupa pecahan-pecahan kaca atau merupakan pecahan kaca
yang tidak terpakai dari produk gelas yang gagal/rusak atau kaca yang tidak
digunakan kembali yang dikumpulkan dari pecahan-pecahan kaca maupun limbah
kaca. Pecahan kaca ini dijadikan komponen pendukung dalam pembuatan kaca di
industri sebanyak 25% dari total bahan baku ataupun dapat digunakan sebanyak

11
10-80% dari bahan baku utama. Cullet digunakan sebagai bahan pencairan dalam
pengolahan kaca. Penggunaan cullet pada produksi kaca bertujuan untuk
menurunkan biaya produksi kaca dikarenakan cullet dapat berfungsi untuk
mengurangi penggunaan bahan baku utama, memperkecil titik didih dalam proses
pemanasan pembuatan kaca sehingga dapat menghemat pengunaan bahan bakar
pada saat proses produksi.

Bahan stabilizer

Selain dari bahan utama yang digunakan pada produksi kaca, terdapat bahan-
bahan penunjang diantaranya yaitu bahan stabilizer pada proses pembuatan kaca.
Adapun kegunaan dari penambahan bahan stabilizer ini untuk membantu menurunkan
kelarutan dalam air, ketahanan terhadap gangguan-gangguan dari bahan-bahan
pengotor maupun bahan kimia lainnya serta dari materi yang dapat mengganggu.
Berikut merupakan bahan-bahan stabilizer yang digunakan pada proses produksi kaca,
diantaranya yaitu :

1. Barium karbonat
Barium karbonat atau dengan rumus senyawa BaCO3 merupakan oksida
yang bersifat amfoter atau zat yang dapat bereaksi dengan asam maupun basa, hal
ini dapat terjadi dikarenakan barium karbonat memiliki dua gugus asam dan basa
sekaligus dan memiliki kemampuan seperti itu. Pada proses pembuatan kaca di
industri bertujuan untuk meningkatkan berat spesifik dan indeks bias pada produk
kaca.
2. Timbal oksida (PbO)
Timbal oksida yang digunakan pada produksi kaca yaitu senyawa PbO yang
berguna agar produk kaca yang dihasilkan menjadi mengkilat, transparan dan
memiliki indeks bias yang tinggi. Kegunaan lain dari timbal oksida, dalam
industri kaca juga untuk menurunkan viskositas kaca, meningkatkan kemampuan
kaca untuk menyerap sinar-X, meningkatkan resistivitas listrik (kemampuan
untuk menghantarkan arus listrik yang bergantung terhadap besarnya medan
listrik dan kerapatan listrik) dari produk kaca yang dihasilkan dari proses
pembuatan kaca dan agar dapat membuat bahan-bahan lebih bersifat inert secara
elektrik maupun magnetis.

12
3. Seng oksida
Kegunaan dari penambahan seng oksida (ZnO) pada proses pembuatan kaca
agar produk kaca tahan terhadap suhu yang sangat tinggi, tahan terhadap panas
yang mendadak dan untuk meningkatkan indeks bias dengan sifat-sifat fisika dan
kimia yang khas pada produk kaca.
4. Alumunium oksida
Aluminium oksida dengan rumus senyawa Al2O3 pada produksi kaca
berfungsi untuk meningkatkan sifat viskositas kaca, kekuatan fisik dan ketahanan
terhadap bahan-bahan kimia yang terdapat di atmosfer.
5. Salt cake
Bahan pemurni kaca yang terbuat dari bubble (gelembung udara).
6. Arsen trioksida
Pada proses pembuatan kaca arsen trioksida digunakan untuk
menghilangkan gelembung-gelembung pada produk kaca.
7. Nitrat
Ditambahkan pada proses pembuatan kaca yang berguna untuk
mengoksidasi besi yang terdapat dalam produk kaca sehingga produk tidak terlalu
tampak pada produk akhir kaca.

Adapun bahan-bahan untuk menghilangkan warna (decolorant) pada produk


kaca yang disebabkan adanya senyawa besi oksida yang ditambahkan pada proses
pembuatan kaca. Bahan-bahan tersebut diantaranya yaitu mangan oksida, nikel
oksida, dan logam selenium.

Kemudian bahan-bahan yang dapat memberikan warna tertentu terhadap


produk kaca yang dihasilkan, hal ini diakibatkan akan terjadinya proses adsorbs
cahaya yang menghasilkan warna-warna tertentu tergantung penambahan unsur yang
dimasukan kedalam produk kaca. Digunakan unsur-unsur transisi, terutama unsur dari
kelompok golongan pertama antara lain teknesium, kalsium, mangan, besi, vanadium,
kobalt, nikel, dan tembaga.

2.5 Proses Pembuatan Gelas di Industri


1. Penyiapan bahan baku (batching)

13
Bahan baku akan mempengaruhi kualitas produk yang dibuat. Pada tahap
ini bahan baku digiling, diayak dan dipisahkan dari zat zat pengotor. Bahan baku
tersebut ditimbang dan ditambahkan zat aditif seperi pewarna dan bahan bahan
lain yang diperlukan untuk membuat gelas dengan sifat sifat yang diinginkan.
Sebelum masuk ketahap pencairan, bahan bahan tersebut diaduk dalam sebuah
mixer supaya homogen. Bahan yang digunakan harus mempunyai kadar besi
rendah (kurang dari 0,5%) agar gelas yang dibuat  bening dan cerah.

2. Peleburan/Pelelehan (melting)
Bahan baku yang dihasilkan dari tahap batching diayak kembali kemudian
dikalsinasi (di furnace) pada suhu 1500°C sehingga dihasilkan lelehan atau
leburan gelas. Bahan baku dimasukkan ke dalam tungku dengan laju yang lambat
dan terkontrol oleh sistem pemrosesan. Tungku ini berbahan bakar gas alam atau
bahan bakar minyak, dan beroperasi pada suhu hingga 1.575°C [ CITATION
BHW89 \l 1057 ].
Jenis jenis Furnace :
1) Pot furnace.  
2) Tank furnace
3) Regenerative furnace.
Reaksi kimia yang terjadi pada saat pelelehan :
Na2SO3  → Na2O + CO2  ….. (1)
CaCO3  → CaO + CO2 ….. (2)
Na2SO4 → Na2O + SO2 ….. (3)
MgCO3.CaCO3→ MgO + CaO + 2CO2 ….. (4)
Reaksi antara SiO2 dengan Na2CO3 pada suhu 630 – 780° C
Na2CO3 +aSiO2 →  Na2O.aSiO2 + CO2 ….. (5)
Reaksi antara SiO2 dengan CaCO3 pada suhu 600° C
CaCO3 +bSiO2 → CaO.bSiO2 + CO2 ….. (6)
Reaksi antara CaCO3 dengan Na2CO3 pada suhu di bawah 600° C
CaCO3 + Na2CO3 →  Na2Ca(CO3)2 ….. (7)
Reaksi antara Na2SO4 dengan SiO2 pada suhu 884° C
Na2SO4 + nSiO2 → NaO.nSiO2 + SO2 + 0.5O2 ….. (8)

14
Reaksi utama
aSiO2 + bNa2O + cCaO + dMgO→ aSiO2.bNa2O.cCaO.dMgO.....(9)

3. Pembentukan (forming/shaping)
Pada tahap ini dilakukan pembentukan gelas sesuai dengan bentuk yang
diinginkan. Bahan gelas yang sudah melalui tahap pelelehan dialirkan ke dalam
alat-alat yang berfungsi membentuk kaca. Adapun jenis jenis proses
pembentukkan kaca, di antaranya :
1. Kaca datar
a. Proses Fourcault., bahan cair dialirkan secara vertikal ke atas melalui sebuah
bagian yang dinamakan "debiteuse". Bagian ini terapung di permukaan gelas
cair yang mempunyai celah sesuai dengan ketebalangelas yang diinginkan. Di
atas debiteuse terdapat sirkulasi air yang berfungsi mendinginkan kaca hingga
suhu 650° C – 670° C. Pada suhu tersebut gelas menjadi pelat padat dan akan
ditarik ke atas oleh roda pemutar (roller). Seperti pada gambar 2.
b. Proses Colburn (Libbey-Owens) pada proses Colburn gelas akan bergerak
secara vertikal kemudian bergerak secara horizontal setelah melewati roda-
roda penjepit yang membentuk leburan gelas menjadi lembaran-lembaran.

Gambar 2. Proses Fourcoult dan Colburn (Libbey-Owens)

c. Proses Pilkington (float process), Bahan cair dialirkan ke dalam kolam berisi
timah (Sn) cair panas. Ketebalan gelas ditentukan oleh kecepatan alirannya.
Gelas akan mengapung di atas cairan timah karena perbedaan densitas di
antara keduanya. Supaya kedua sisi gelas rata maka dilakukan pengontrolan
suhu. Bahan yang biasanya digunakan untuk keperluan ini adalah gas

15
nitrogen (under preasure nitrogen). Selanjutnya, aliran gelas melewati daerah
pendinginan dan keluar dalam bentuk gelas lembaran bersuhu ±600° C.

Gambar 3. Proses Pilkington

2. Kaca berongga (tabung)


Tabung gelas terutama barang berongga silinder yang dibentuk dari berbagai
jenis kaca (seperti borosilikat , batu , aluminosilikat , soda kapur, timah atau
kaca kuarsa), menjadikannya memiliki banyak aplikasi.  Misalnya  gelas
laboratorium , aplikasi penerangan, sistem panas matahari dan pengemasan
farmasi yang terbesar (Boltres, 2015).
a. Proses Danner, lelehan atau cairan gelas memgalir mengelilingi saluran
hollow putar mandrel yang cenderung miring kebawah, berbarengan
dengan itu udara ditiupkan. Pada proses pengerasan tabung kaca yang
terbentuk ditunjang oleh roller yang banyak. Seperti pada Gambar 4,
diameter gelas yang dihasilkan pada metode ini adalah 2 sampai 60 mm.
Contoh produk yang dihasilkan adalah gelas gelas laboratorium,
termometer dan lain lain.
b. Proses vello, lelehan atau cairan gelas dialirkan melalui slot berbentuk
lingkaran dari bagian bawah pengumpan. Slot ini terbentuk antara nozzle
outlet bundar dari pengumpan dan jarum berlubang yang dapat
disesuaikan tingginya. Di sini, tabung dipompa dengan udara
terkompresi. Tabung kaca yang awalnya muncul dalam arah vertikal
kemudian dibelokkan ke posisi horizontal. Seperti pada Gambar 4,
diameter gelas yang dihasilkan adalah 1,5 sampai 70 mm.

16
Gambar 4 Proses Danner dan Vello

4. Annealing
Tahap annealing berfungsi untuk mencegah timbulnya tegangan-tegangan
antar molekul pada kaca yang tidak merata sehingga dapat menimbulkan kaca
pecah. Proses annealing, yaitu :
1) Menahan kaca diatas suhu kritik tertentu untuk menurunkan regangan
internal,
2) Mendinginkan kaca sampai suhu ruang secara perlahan-lahan untuk menahan
regangan sampai titik maksimumnya. Proses ini berlangsung di dalam
"annealing lehr".

5. Finishing dan pengendalian kualitas (Quality Control)


Beberapa proses penyelesaian akhir pada industri gelas adalah cleaning and
polishing, cutting, dan grading. Pada tahap ini kaca dibersihkan dan dipoles
sesuian dengan keinginan. Kaca yang tidak memenuhui standar seperti retak atau
pun terdapat bagian yang tidak sempurna akan dihancurkan dan dijadikan bahan
baku pembuatan kaca (cullet) kembali.

2.6 Penanganan Produk


Setelah melalui tahap quality control produk gelas atau kaca memasuki proses
pengepakan (packing). Proses ini bertujuan mengemas produk kaca atau gelas di
dalam box atau pallet dan menjaga kualitas produk sampai tujuan.

Fungsi bagian pengepakkan (packing)


1) Perencanaan dan persiapan packing material

17
2) Preparation wooden box yang meliputi box lokal dan ekspor
3) Control ware house balance yang dikoordinasikan dengan cutting balance
4) Servise glass packing  yang  meliputi standar ekspor dan standar pallet
Sistem pengepakkan, diantaranya:
1) Unpacked yaitu pengepakan tanpa menggunakan peti. Dilakukan untuk
pengiriman barang antar kota dalam satu pulau
2) Packed yaitu pengepakkan menggunakan peti. Digunakan untuk pengiriman
barang antar pulau ataupun untuk keperluan ekspor.
Bahan bahan yang digunakan untuk pengepakkan (packing) adalah:
1. Kertas (paper inserted) berfungsi sebagai pelapis antar gelas atau kaca
supaya tidak terjadi keusakan yang diakibatkan oleh gesekan dan benturan.
Salah satu jenis kertas yang biasa dipakai dalam proses pengepakkan adalah
sheinkasi dan AP (eksport) kraft (domestik).
2. Styrofoam berfungsi sebagai penahan guncangan antara peti kemas dan
gelas atau kaca.
3. Karton sebagai pelapis antara gelas atau kaca, dengan ketebalan kaca 15-19
mm. Karton yang digunakan adalah jenis karton single wave.
4. Softboard dipasang dibagian bawah peti yang berfungsi melindungi gelas
atau kaca dari goncangan dan benturan suapaya tidak pecah.
5. Steelband adalah pita baja yang berfungsi mengikat susunan kaca didalam
box. Klein seng digunakan untuk mengeratkan ikatan steelband
6. Paku dan baut berfungsi menguatkan kelembaban dalam tumpukan kaca.
7.  Plastik digunakan untuk mencegah uap air masuk kedalam box.
8. Silica gel digunakan untuk mengurangi kelembaban dan menyerap air dalam
tumpukkan kaca.

2.7 Limbah Industri Gelas


Dari berbagai proses produksi gelas, terdapat banyak reaksi samping yang
dihasilkan, reaksi samping tersebut lebih dikenal dengan nama limbah. Menurut
BATNEEC [ CITATION BAT96 \l 1057 ], setiap proses produksi gelas menghasilkan
limbah yang beragam, diantaranya:

18
1. Partikulat yang muncul pada proses penimbangan dan pengisian adalah silika,
alumina, magnesium oksida, kalsium oksida, natrium dan kalium oksida, cullet,
timbal, arsen, kalium karbonat dan boraks yang dapat mencemari udara
2. Emisi yang dihasilkan pada proses pembakaran (furnace) adalah sulfur oksida,
natrium oksida, karbon dioksida yang dapat mencemari udara
3. Partikulat dari proses pemotongan, penggilingan dan pelapisan gelas adalah
limbah gelas yang berupa debu dan dapat mencemari udara
4. Asap dari asam yang dihasilkan pada proses pembentukkan dan pembersihan
gelas adalah asap asam florida dan asam sulfat yang dapat mencemari udara
5. Kebocoran dari proses pembentukan dan pembersihan gelas menghasilkan
limbah sulfat, logam(timbal), florida dan gelas yg dapat mencemari air
6. Kebocoran dari sistem wet scrubbers yang menghasilkan florida dan sulfat
yang dapat mencemari air
7. Kebocoran dari proses pemotongan, penggilingan dan pelapisan gelas yang
menghasilkan limbah gelas yang dapat mencemari air
8. Drums, pengepakan dan APD yang terkontaminasi menghasilkan limbah silika,
alumina, magnesium oksida, kalsium oksida, cullet, timbal, kalium karbonat,
florida, clorida, boraks dan sulfat.

2.8 Pengolahan Limbah Pada Industri Gelas


Industri gelas yang menggunakan banyak bahan kimia pasti menghasilkan
reaksi samping berupa limbah. Industri ini menghasilkan berbagai macam limbah
antara lain adalah limbah gas, limbah cair dan juga limbah padat. Pengolahan limbah
harus dilakukan sebelum limbah dibuang ke lingkungan, hal ini dilakukan dengan
tujuan agar limbah yang dibuang tidak melebihi baku mutu limbah yang sudah
ditetapkan dan tidak menyebabkan kerusakan pada lingkungan. Pengolahan limbah
yang dilakukan tentunya bervariasi, namun ada beberapa cara pengolahan limbah dari
industri gelas yang dapat dilakukan.

a. Limbah Gas
Industri gelas menghasilkan limbah gas yang dihasilkan dari proses
pemanasan ataupun pembakaran bahan baku gelas yang dilakukan selama proses
produksi dan memerlukan suhu yang cukup tinggi. Limbah gas yang dihasilkan

19
dari proses pembakaran tersebut berupa gas CO2, NO dan NO2, selain gas tersebut
limbah gas yang terbentuk berupa debu dan juga emisi lainnya. Menurut
BATNEEC (Best Available Technology Not Entailing Excessive Costs) [ CITATION
BAT96 \l 1057 ] pengolahan limbah yang dapat dilakukan sebelum membuangnya
ke lingkungan adalah dengan cara menggunakan wet scrubber dan fabric filters.
Wet scrubber merupakan sebuah alat yang digunakan untuk menghilangkan
polutan atau emisi yang berbahaya dari gas buangan sebelum gas buangan
tersebut dibuang ke lingkungan. Wet scrubber bekerja dengan cara
mengkontakkan emisi dari gas buangan dengan air sehingga polutan yang
berbahaya dapat terbawa oleh air yang ada sehingga gas buangan lebih aman.
[ CITATION Ton13 \l 1057 ]

Gambar 5.Wet Scrubber [CITATION Don20 \l 1057 ]

Fabric Filters merupakan metode yang efektif untuk menghilangkan debu


dari gas buangan industri dengan cara mengumpulkan debu di wadah filter. Bisa
juga digunakan untuk menghilangkan gas asam dengan menggunakan senyawa
basa dan juga dapat juga mengadsorpsi polutan yang terdapat dalam gas buangan.
[ CITATION Hoc20 \l 1057 ]

20
Gambar 6. Fabric Filters[ CITATION Ano20 \l 1057 ]

b. Limbah Cair
Industri gelas menghasilkan banyak limbah cair yang berasal dari berbagai
proses produksi seperti proses pencuncian, proses pendinginan, proses pemisahan
cullet dan proses grinding. Partikel silika bisa terkandung didalam limbah cair
sehingga mempengaruhi kekeruhan dari limbah tersebut. Limbah cair yang
dihasilkan oleh indusri gelas dapat pula mengandung minyak atau pelumas yang
digunakan pada proses pemotongan. Sebelum limbah cair ini dibuang ke
lingkungan, perlu dilakukan pengolahan terlebih dahulu sehingga limbah yang
dibuang sudah memenuhi baku mutu. Industri gelas yang berada di Indonesia
harus memenuhi baku mutu limbah cair yang sesuai dengan Peraturan Gubernur
Prov. DKI Jakarta Nomor 69 Tahun 2013 tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi
Kegiatan dan/atau Usaha. [ CITATION Usa13 \l 1057 ]
Tabel 2. Baku Mutu Limbah Cair Industri Gelas

Parameter Satuan Kadar Maksimum


pH - 6-9
TSS mg/L 100
Arsen (As) mg/L 0,1
Timbal (Pb) mg/L 0,1
Fluor (F) mg/L 5
Zat Organik mg/L 60
(KmnO4)

Untuk memenuhi baku mutu, air limbah yang dihasilkan dari industri harus
dilakukan pengolahan terlebih dahulu, menurut BANTEEC (Best Available
Technology Not Entailing Excessive Costs) [ CITATION BAT96 \l 1057 ] terdapat

21
beberapa cara untuk mengolah limbah cair yang dihasilkan dari industri gelas,
diantaranya adalah dengan cara netralisasi, koagulasi/flokulasi/presipitasi,
sedimentasi/filtrasi/flosasi dan sentrifugasi.
a. Proses netralisasi dilakukan untuk membuat pH air limbah memenuhi baku
mutu dan juga dengan proses netralisasi ini dapat pula menangani emisi dari
limbah air seperti partikulat terlarut, senyawa logam, flor, urea, fenol dan lain
sebagainya.
b. Proses koagulasi/flokulasi/presipitasi dilakukan untuk menangani emisi pada
limbah air seperti padatan terlarut yang terdapat pada limbah air sehingga
mempengaruhi kejernihan dari air tersebut dapat pula menangani emisi lain
dari limbah air seperti senyawa flor atau senyawa fenol.
c. Proses sedimentasi/filtrasi/flolasi dilakukan untuk menangani emisi dari
limbah air seperti senyawa logam, partikulat terlarut, ataupun senyawa flor.
d. Proses sentrifugasi dilakukan untuk menangani emisi pada limbah air seperti
partikulat terlarut yang terkandung didalam limbah air tersebut.

Selain dengan cara-cara diatas, penanganan air limbah dari industri gelas
sudah dikembangkan, salah satunya adalah dengan menggunakan rawa buatan
yang memiliki keuntungan seperti biaya maintenance yang murah, operasi yang
mudah, tidak memerlukan energi yang besar, tidak menggunakan bahan kimia dan
juga tidak memerlukan peralatan yang besar. Rawa buatan ini dibuat dengan
menggunakan HFCW (Horizontal subsurface Flow Constructed Wetland) dengan
ditanami Cortaderia Selloana, tumbuhan yang dikenal dengan produksi fitolit
yang tinggi dan kapasitasnya menyerap partikel silika terlarut di jaringan
tumbuhan. [ CITATION Ami20 \l 1057 ]

22
Gambar 7. Rawa Buatan

c. Limbah Padat
Industri gelas menghasilkan limbah padat yang dihasilkan dari sisa
pemotongan produk gelas yang dibuat atau dari gelas yang tidak lolos uji kualitas.
Limbah padat tersebut disebut limbah gelas. Limbah gelas yang dihasilkan dapat
dijadikan bahan baku untuk proses produksi gelas selanjutnya. Namun sebelum
limbah gelas itu dicampurkan pada bahan-bahan yang lainnya, limbah gelas
haruslah terlebih dahulu diubah menjadi cullet. Cullet merupakan limbah gelas
yang sudah dihancurkan. Setelah limbah gelas dijadikan cullet, kemudian cullet
tersebut dapat dilelehkan dan dijadikan bahan baku untuk produksi gelas yang
baru. Limbah padat yang dihasilkan dari industri gelas tidak membahayakan
lingkungan karena dapat didaur ulang dan dijadikan produk gelas yang baru.

23
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari bahasan yang sudah penulis kemukakan diatas, maka dapat diambil
kesimpulan bahwa:

1. Gelas adalah suatu bahan cair yang diolah sedemikian rupa didapatkan dari
beberapa proses kimia, fisika, dan biologi yang produknya berupa padatan dengan
bahan lutsinar, kuat, tahan hakis, lengai, dan secara biologi merupakan bahan yang
tidak aktif, yang boleh dibentuk menjadi permukaan yang tahan dan licin. Industri
gelas di Indonesia dibangun pada awal tahun 1950-an dan merupakan industri gelas
yang menghasilkan produk setengah jadi (industri hulu). Namun industri gelas
terus-menerus mengalami jumlah yang signifikan, sebagian besar merupakan
industri hilir yang menghasilkan produk siap jadi/akhir.
2. Pembuatan kaca dimulai pada sejak 300 SM yang dipopulerkan oleh bangsa Mesir
kuno. Dengan adanya penemuan gelas tersebut maka seiring berkembangnya
zaman, industri gelas ini semakin berkembang terbukti di Indonesia perkembangan
industri ini dimulai pada sekitar 1950-an sampai sekarang.
3. Industri gelas bermanfaat karena dapat dijadikan sebagai perlengkapan kebutuhan
manusia, kebutuhan penelitian, serta dijadikan sebagai pusat seni.
4. Dalam pembuatan gelas di industri terdapat bahan baku atau bahan utama serta
adanya bahan maupun komponen lain sebagai bahan pendukung. Setiap produk
gelas yang diproduksi memiliki komposisi bahan yang berbeda-beda. Bahan baku
utama pembuatan kaca diantaranya yaitu pasir kuarsa (SiO2), soda ash (Na2O),
kalsium karbonat (CaCO3) atau limestone, feldspar. Sedangkan bahan pendukung
pada pembuatan gelas yaitu borakas, salt cake, cullet, barium karbonat, timbal
oksida, seng oksida, aluminium oksida, arsen trioksida, nitrat. Adapun bahan-bahan
untuk menghilangkan warna (decolorant) diantaranya yaitu mangan oksida, nikel
oksida, dan logam selenium.
5. Proses pembuatan gelas terdiri dari tahap batching yaitu penyiapan bahan baku,
tahap melting yaitu pelelehan bahan baku gelas, tahap shaping yaitu pembentukan

24
gelas sesuai bentuk yang diinginkan, tahap anealing yaitu pendinginan gelas yang
telah terbentuk secara perlahan, tahap quality control untuk menjamin kualitas
gelas. Gelas yang tidak memenuhi standar akan dihancurkan dan dijadikan bahan
baku gelas kembali (cullet)
6. Gelas yang telah memenuhi standar selanjutnya memasuki tahap pengepakan
(packing). Bahan bahan yang dipakai dalam packing gelas adalah kertas,
styrofoam, karton, softbord, steelband, plastik, dan silca gel. Semua bahan tersebut
digunakan untuk menjaga kualitas gelas.
7. Limbah yang dihasilkan dari industri gelas berupa limbah gas, cair dan padat.
Pengolahan limbah sangat diperlukan agar tidak merusak lingkungan sekitar
industri. Pengolahan limbah yang dapa dilakukan diantaranya adalah wet scrubbing
dan fabric filter untuk limbah gas, netralisasi, koagulasi/flokulasi/presipitasi,
sedimentasi/filtrasi/flolasi, sentrifugasi dan rawa buatan untuk limbah cair, serta
pengubahan limbah padat menjadi cullet.

3.2 Saran
Dengan adanya dibuatnya makalah ini, penulis berharap pembaca dapat
mengkaji dan mencari tahu lebih lanjut tentang industri gelas, sehingga dapat
membuka wawasan yang lebih luas tentang industri gelas. Selain itu, sebaiknya
industri gelas yang sudah banyak berjalan bisa lebih mempertimbangkan lagi bahan
baku yang digunakan dalam proses pembuatan gelas dan proses pengolahan limbah
yang dihasilkan sehingga dapat mengurangi pencemaran dan kerusakan lingkungan.

25
DAFTAR PUSTAKA

B.H.W.S.de Jong. (1989). Glass in Ullmann's Encyclopedia of Industrial Chemistry 5 th


edition. 365-432.

Anonym. (2020, March 31). Neundorfer. Diambil kembali dari Introduction to


Baghouse/Fabric Filters: https://www.neundorfer.com/knowledgebase-posts/fabric-
filters/

Atkins, T., & Escudier, M. (2013). Oxford A Dictionary of Mechanical Engineering. Great
Britain: Clays Ltd, St Ives plc.

BATNEEC. (1996). Glass Industry. USA: Environmental Protection Agency.

Gholipur, A., Zahabi, H., & Stefanakis, A. L. (2020). A Novel Pilot and Full-Scale
Constructed Wetland Study For Glass Industry Wastewater Treatment.
Chemosphere, 1-10.

Hochhauser, M., & Betterton, R. (2020, March 31). The Effect of Air Pollutant and
Control Device Characteristics on Emission Rates. Diambil kembali dari
Environmental Protection Agency:
https://www3.epa.gov/ttnchie1/conference/ei11/stationarysource/hochhauser.pdf

J.M.K.C, D. (2020, March 31). Wet Scrubber. Diambil kembali dari Energy Education:
https://energyeducation.ca/encyclopedia/Wet_scrubber

Pulker, H. (1999). Coatings on glass . Amsterdam: Elsevier Science B.V.

R Syarief, S. S. (1989). Teknologi Pengemasan Pangan Laboratorium Rekayasa Prosess


Pangan . Bogor: PAU Pangan dan Gizi, IPB.

Sumaatmadja, N. (1981). Studi Geografi : Suatu Pendekatan dan analisa keruangan.

Usaha, P. G. (2013). Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Paten No. 69.

26
27

Anda mungkin juga menyukai