Anda di halaman 1dari 31

PROPOSAL PENELITIAN

“PENGARUH WAKTU PERLAKUAN ALKALI TERHADAP SIFAT


BENDING KOMPOSIT POLYESTER BERPENGUAT SERAT BUAH
PATOLA”

OLEH

FRIDOLIN D. BIMA
NIM: 1406020029

PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN


FAKULTAS SAINS DAN TEKNIK
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
KUPANG
2020
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan
rahmatnya sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal penelitian ini dengan baik.
Penulis menyusun proposal penelitian ini sebagai pertanggung jawaban karya tulis
untuk salah satu syarat memperoleh gelar sarjana Teknik dari Universitas Nusa
Cendana.
Dalam proses penulisan proposal penelitian, penulis mendapat dukungan dan
bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis
meyampaikan terimah kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam
menyelesaikan proposal penelitian ini. Ucapan terimah kasih ini penulis sampaikan
kepada:
1. Bapak Drs. Heri L. Sianturi, M.Si selaku dekan fakultas sains dan teknik
2. Bapak Dr. Jefri S. Bale, S.T.,M.Eng selaku ketua program studi teknik mesin.
3. Bapak Wenseslaus Bunganen, S.T., M.T selaku dosen pembimbing I tugas akhir.
4. Bapak Kristomus Boimau, S.T., M.T selaku dosen pembimbing II tugas akhir
5. Seluruh teman-teman program studi teknik mesin UNDANA angkatan 2014
(MAGNET 14).
Jika ada kekurangan dalam proposal penelitian ini, penulis sangat
mengharapkan usul dan saran dari pembaca demi penyempurnaan proposal penelitian
ini.
Akhir kata, semoga penulisan proposal penelitian ini dapat bermanfaat bagi
mahasiswa Teknik Mesin yang membacanya.

Kupang, September 2020


Penulis

Fridolin D. Bima

ii
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL ................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ................................................................................................ ii
DAFTAR ISI .............................................................................................................. iii
DAFTAR TABEL ...................................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................. vi
BAB 1 PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang ............................................................................................. 1
I.2. Payung Penelitian ......................................................................................... 2
I.3. Rumusan Masalah ........................................................................................ 3
I.4. BatasanMasalah ............................................................................................ 3
I.5. Tujuan Penelitian.......................................................................................... 4
I.6. Manfaat Penelitian........................................................................................ 4
I.7. Kerangka Pikir Penelitian............................................................................. 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
II.1. Penelitian Terdahulu ................................................................................... 6
II.2. Pengertian Bahan Komposit ....................................................................... 9
II.3. Klasifikasi Komposit ................................................................................ 10
II.4. Perlakuan Alkali ....................................................................................... 14
II.5. Karakteristik Material Komposit .............................................................. 15
II.6. Kekuatan Bending Komposit ................................................................... 16
BAB III METODE PENELITIAN
III.1. Tempat dn Waktu Penelitian ................................................................... 19
III.2. Alat dan Bahan ........................................................................................ 19
III.3. Spesimen Uji ........................................................................................... 21
III.4. Prosedur Penelitian .................................................................................. 21
III.5. Prosedur Pengujian Bending ................................................................... 22
III.6. Diagram Alur Penelitian .......................................................................... 23

iii
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................24

iv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel I.1 Payung Penelitian .......................................................................................... 3
Tabel I. 2 Kerangka Pikir ............................................................................................. 5
Tabel III.1. Jadwal kegiatan penelitian ...................................................................... 19

v
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar II.1. Serat buah patola(luffa) ......................................................................... 9
Gambar II.2. Komposit Laminat ................................................................................ 11
Gambar II.3. Resin polyester dan katalis ................................................................... 13
Gambar II.4. Struktur Komposit ................................................................................ 14
Gambar II.5. Skema uji bending 3 titik (Three Point Bending) ................................. 18
Gambar III.1. Standar ASTM D-790 uji bending ...................................................... 21
Gambar III.2. Diaram alur penelitian ......................................................................... 23

vi
BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Pada perkembangan zaman yang modern pada saat ini, perkembangan
teknologi semakin berkembang pesat. Salah satu yang sedang dikembangkan adalah
bahan material. Di kehidupan sehari-hari kita sudah mengenal bahan material logam
dan non logam. Komponen material yang digunakan sangat berpengaruh terhadap
pengembangan dan kemajuan teknologi saat ini. Dengan didukung dengan alat-alat
yang modern manusia berusaha mengembangkan material-material yang baru.
Komposit merupakan material yang terbuat dari proses penggabungan dua
atau lebih komponen. Tujuan membuat komposit adalah untuk mendapatkan bahan
yang lebih baik dari bahan lain. Kita telah mengetahui komposit merupakan sifat
gabungan yaitu antara bahan pengikat dan bahan pengisi. Dalam beberapa
pengaplikasian bahan komposit lebih efektif sebagai bahan teknis. Keunggulan bahan
komposit dibandingkan dengan bahan logam antara lain memiliki bobot yang lebih
ringan, mempunyai kekuatan dan kekakuan yang lebih baik, dan tahan terhadap
korosi.
Bahan komposit, selain memiliki kelebihan juga memiliki kelemahan.
Kelemahan pada material berbahan komposit antara lain, banya bahan komposit yang
tidak aman terhadap zat-zat atau larutan tertentu, harga bahan komposit yang masih
relatif mahal, peroses pembetukan komposit memerlukan waktu relatif lama dan
memerlukan biaya lebih.
Berdasarkan penjelasan di atas maka serat buah patola dapat dieksplorasi
menjadi bahan baku komposit, karena jenis serat ini tergolong baru dan merupakan
tanaman tropis yang banyak tumbuh di Indonesia bagian Timur seperti NTT. Secara
secara umum buah patola dibedakan dalam 2 jenis yaitu buah patola lokal yang belum
dilakukan perkawinan silang dan buah patola yang sudah dilakukan perkawinan
silang. Selama ini buah patola yang masih muda dimanfaatkan masyarakat sebagai
sayuran sedangkan buah patola yang sudah tua digunakan seratnya sebagai alat

1
mencuci piring mengantikan spons cuci. Serat buah patola ini dapat ditemukan di
pasar tradisional dan juga di supermarket.
Ketertarikan penulis dengan salah satu spesies tanaman lokal ini lebih pada
bagaimana mengetahui nilai lebih yang dapat diperoleh dari pemanfaatan buah patola
kering yang memiliki kadar serat yang tinggi. Penelitian ini bertujuan agar serat buah
patola dapat dimanfaatkan sebagai salah satu serat alam yang dapat digunakan
sebagai komposit polimer. Hal ini tentunya akan mempunyai nilai tambah jika serat
buah patola tersebut dimanfaatkan untuk menggantikan serat sintentis (fiber glass)
yang selama ini masih diimport sebagai penguat komposit polimer. Oleh karena itu,
penulis berinisiatif melakukan penelitian dengan judul "Pengaruh Waktu
Perlakuan Alkali Terhadap Sifat Bending Komposit Polyester Berpenguat Serat
Buah Patola". Dalam penelitian ini serat buah patola diharapkan dapat menjadi
bahan baku alternatif sebagai serat penguat komposit alam, karena buah patola sangat
bermanfaat serta mempunyai populasi yang cukup banyak serta mudah dibudidaya.
I.2 Payung Penelitian
Topik penelitian ini berada dalam payung peta jalan penelitian di Universitas
Nusa Cendana Kupang terkait rekayasa material dengan prioritas material komposit
berbasis alami, yang bermanfaat sebagai bahan penguat material komposit yang dapat
meningkatkan nilai ekonomi serat alam di bidang industri.
Ilustrasi keterkaitan usulan penelitian dengan peta jalan penelitian di Universitas
Nusa Cendana Kupang dapat dilihat pada gambar berikut ini.

2
USULAN PENELITIAN

Obyek Tema
Pemanfaatan tanaman tropis (serat Rekayasa Material
buah patola) sebagai penguat
komposit.

PETA JALAN PENELITIAN UNDANA

Tujuan Payung penelitian


Mengembangkan IPTEK di bidang Pemanfaatan serat alam sebagai penguat
rekayasa material komposit komposit di bidang rekayasa material.
berbasis serat alam (serat patola)

Sasaran Wilayah Komponen / Topik


Penemuan material baru sebagai Penelitian rekayasa Penelitian rekayasa
alternatif material di dunia material yang bermanfaat material yang mengarah
otomotif. bagi pengembangan pada penemuan material
material industri. baru di bidang industri

Tabel I.1. Payung Penelitian


I.3 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah
bagaimana Pengaruh waktu Perlakuan Alkali Terhadap Sifat Bending Komposit
Polyester Berpenguat Serat Buah Patola.
I.4 Batasan Masalah
Penelitian ini hanya dibatasi pada:
1. Serat yang digunakan adalah serat buah patola, yang diambil dari daerah
Flores, Nusa Tenggara Timur.
2. Sifat mekanik komposit yang diteliti adalah kekuatan Bending dengan
standar pengujian ASTM D790.
3. Resin yang digunakan yaitu resin polyester.

3
4. Arah orientasi serat adalah acak.
5. Faksi volum.
6. Serat yang diberi perlakuan alkali 5 %, 10 %, dan 15 %, selama 5, 10, 15
jam.
I.5 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Pengaruh Waktu
Perlakuan Alkali Terhadap Sifat Bending Komposit Polyester Berpenguat Serat Buah
Patola.
I.6 Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapakan dapat memberi manfaat antara lain :
1. Menemukan alternatif material teknik yang baru yaitu komposit serat
buah patola polyester.
2. Memanfaatkan potensi daerah, dimana tanaman patola selama ini hanya
dianggap sebagai sayur tradisional.
3. Dapat mendatangkan pendapatan daerah jika tanaman ini berhasil
dibudidayakan pada masa yang akan datang.
4. Bagi mahasiswa Universitaas Nusa Cendana diharapkan hasil penelitian
ini dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan dibidang teknik dan
dibidang pengetahuan khususnya di Jurusan Teknik Mesin Universitas
Nusa Cendana.

4
I.7 Kerangka Pikir Penelitian

Alur penelitian
Penguat material komposit
Kerangka pikir

Matriks Penguat

( Resin ) ( Serat )

Polyester Epoxy Serat Alam Serat Sintetis

Gewang Widur Patola Serat Karbon Gelas Serat lainnya


i Buah lontar

Komposit Patola - poliester

Tabel I.2. Kerangka Pikir Penelitian

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II.1. Penelitian Terdahulu.


II.1.1. Penelitian Tentang Pengaruh Waktu Perlakuan Alkali Terhadap Sifat
Bending Komposit polyester.
Penggunaan alkali sebagai pembersih serat alam telah dilakukan oleh banyak
peneliti. Berdasarkan hasil pengujian pemanfaatan Luffa Cylindrica (Blustru) Sebagai
Bahan Alternatif Insulator Panas. Hasilnya disimpulkan bahwa material luffa
cylindrica dapat diperoses bersama low-melt polyester dengan metode thermal
bonding untuk dijadikan insulator panas. Produk nir-tenun dengan arah silang
memiliki nilai area density yang lebih tinggi dibandingkan dengan produk nir-tenun
dengan arah serat tegak lurus dan sejajar dengan sumbu buah. Produk nir-tenun
berbahan dasar buah blustru-poliester memiliki kemampuan menahan udara panas
dan dingin yang lebih baik dibandingkan dengan glass woll. Hasil pengujian kekuatan
tarik menunjukkan bahwa produk nir-tenun dengan variasi serat searahdengan sumbu
buah memiliki nilai paling tinggi yaitu sebesar 125.401,33 gf.[2]
Pada peneliti ini melakukan penelitian tentang Karakteristik Alkali
Berpenguat Serat Rami Pada Komposit Bermatrik Poliester Terhadap Kekuatan
Bending. Komposit terdiri dari serat rami acak. Fraksi volume serat komposit adalah
40%. Perlakuan alkali (NaOH) 5% dengan variasi lama perendaman 2, 4, 6, 8 jam.
Spesimen dan prosedur pengujian bending mengacu pada standart ASTM D 790.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penambahan waktu perlakuan alkali
(NaOH) 5% menurunkan kekuatan bending secara signifikan pada komposit.
Mekanisme patahan terjadi patah getas akibat kekuatan bending, diawali oleh
tahapan pola kegagalan tarik pada komposit sisi bawah dan kegagalan tekan pada
komposit sisi atas, kegagalan fiber pull out. [3]
Pada tahun berikutnya [4], dilakukan kajian tentang Studi Perlakuan Alkali
Terhadap Sifat Mekanik Bahan Komposit Berpenguat Serat Padi. Pada penelitian ini,
sekam padi direndam dalam larutan NaOH. Metode penelitian dilakukan dengan

6
pengujian sifat mekanik pada komposit sekam padi dan matrik urea formaldehide
dengan variasi perlakuan perbandingan sekam padi Vf = 30% ,40%, 50% dan 60%
sedangkan urea formaldehide Vm = 70%, 60%, 50%, 40% dan perlakuan alkalisasi
pada sekam padi masing-masing direndam dalam larutan alkali selama 4 jam. Dari
pengujian komposit sekam padi dengan perlakuan alkali selama 4 jam diperoleh hasil
di bawah ini: Kekuatan bending rata-rata tertinggi diperoleh pada komposit dengan
fraksi volume sekam padi 40% dengan tebal spesimen 5 mm sebesar sebesar 3,1123
MPa dan nilai terendah adalah sampel dengan fraksi volume 60% dan ketebalan
15mm sebesar 1,3750 MPa (ketebalan 15mm dan fraksi volume 60%).
Ada juga penelitian tentang Pengaruh Waktu Perlakuan Alkali Terhadap
Kekuatan Mekanik Komposit rHDPE Serat Pelepah Salak.sifat komposit yang diteliti
adalah kekuatan bending dan impak. Material komposit yang diteliti terdiri atas
serbuk rHDPE sebagai matrik dan serat pelepah salak sebagai penguat. Variasi
perlakuan alkali menggunakan NaOH 5% dari 1 jam hingga 5 jam. Spesimen dicetak
dengan metode cetak tekan hot press pada tekanan 50 bar, temperatur 150 °C dan
waktu penahanan 25 menit. Sifat mekanik komposit diketahui dengan melakukan uji
bending dan impak berturut-turut menurut ASTM D-790 dan ASTM D-5941. Hasil
penelitian komposit rHDPE-serat pelepah salak menunjukkan kekuatan bending dan
kekuatan impak mengalami peningkatan pada perlakuan alkali serat pelepa salak pada
perendaman 1 jam, 2 jam, dan 3 jam lalu mengalami penurunan pada 4 jam dan 5
jam. Kekuatan bending dan kekuatan impak tertinggi dimiliki komposit dengan
perlakuan alkali serat pelepah salak 3 jam masing-masing sebesar 33,62 MPa dan
38.295,1 J/m2.[5]
Para peneliti ini melakukan penelitian tentang Pengaruh Perlakuan Alkali
terhadap Kekuatan Bending Komposit Berpenguat Serat Rami dengan Matrik
Polyester. Hasil pengujian menunjukkan bahwa semakin lama waktu perawatan alkali
semakin rendah tegangan dan regangan lentur, tetapi semakin tinggi modulus lentur.
Komposit tanpa perlakuan alkali berhubungan kembali dalam tegangan lentur 70,39
MPa, regangan kegagalan lentur 1,85%, dan modulus lentur 3,85 GPa, sedangkan
perlakuan alkali 6 jam menghasilkan tegangan lentur 51,70 MPa, regangan

7
keruntuhan bendung 1,27%, dan modulus lentur 4,13 GPa. Komposit dengan serat
alkali yang diolah tidak menunjukkan serat yang keluar, dan juga mengalami
debonding karena gaya geser tidak mampu dipertahankan oleh resin.[6]
II.1.2. Serat Alam (Serat Buah Patola)
Serat alami dari daun, biji atau kulit pohon termasuk sabut, sisal, rami, spons
labu (Luffa cylindrica), nanas dan lainnya. Bahan-bahan ini semuanya tersusun dari
serat-serat yang digabungkan secara alami dalam jaringan tanaman.
Serat ini ramah lingkungan, dan berbiaya rendah memiliki kekakuan tinggi
terhadap rasio kerapatan. Tanaman buah patola ini adalah anggota dari kelompok
generik dari delapan spesies yang dikenal sebagai ‘spons sayur’, yang merupakan
tanaman yang menghasilkan buah-buahan.
Dibandingkan dengan serat sintetik, berat jenisnya lebih kecil, dan pada
beberapa jenis serat alam mempunyai rasio berat-modulus lebih baik dari serat glass,
selain itu komposisi serat alam juga mempunyai daya redam akustik lebih tinggi
dibanding komposit serat glass dan serat karbon, serta serat alam lebih ekonomis
dibanding serat glass dan serat karbon. Penggunaan serat alam sebagai penguat
material komposit polimer, memberikan beberapa keuntungan karena serat alam
memiliki massa jenis yang rendah, mampu terbiodegrasi, mudah di daur ulang,
murah, memiliki sifat mekanik yang baik dan dapat diperbaharui karena berasal dari
alam.
Salah satu serat alam yang dapat dimanfaatkan sebagai penguat komposit
polimer adalah serat buah patola. Pohon patola (Luffa cyllindica) merupakan salah
satu jenis tumbuhan berakar tunggal dan merayap yang banyak tumbuh saat musim
hujan. Buah patola merupakan hasil alam yang buahnya mempunyai banyak serat
hampir 60 % - 80 %.

8
Gambar. II.1. Serat buah patola (luffa )
II.2. Pengertian Bahan Komposit.
I.2.2. Komposit
Komposit adalah suatu material yang terbentuk dari penggabungan dua atau
lebih material kedalam satu unit struktur, secara mikro maupun makro yang tidak
mampu saling larut dengan komposisi kimia dan ukuran yang berbeda. Komposit
tersusun dari dua phase, yaitu pengikat (matriks) dan bahan penguat (rein forcing)
yang bisa berbentuk serat, partikel maupun lempengan-lempengan tipis (flake) yang
tersebar didalam matriks dengan orientasi tertentu. Fungsi matriks selain sebagai
pengikat serat dan mendistribusikan beban kepada tetapi juga untuk melindungi serat
dari pengaruh lingkungan.[11]
II.2.2. Polimer
polimer merupakan molekul besar yang terbentuk dari unit-unit berulang
sederhana. Namun ini diturunkan dari bahasa yunani, yaitu: “poly” yang berarti
“banyak”, dan “mer” yang berarti “bagian”. Polimer juga merupakan bahan yang
penting dalam pembuatan komposit. Polimer berfungsi untuk mengikat pengguat
yang digunakan pada komposit.
Beberapa contoh bahan polimer yaitu resin phenolformaldehyde, ureaformal
dehyde, poleyester, epoksi dan lainnya. Pada umunya polimer memiliki sifat yang
menguntungkan karena massa jenisnya kecil, mudah dibentuk dan tahan karat. Akan
teapi polimer memiliki kekurangan seperti kekauan dan kekuatan rendah oleh karena

9
itu agar diperoleh komposisi yang lebih baik, maka polimer tersebut dipadukan
dengan bahan yang lain berfungsi sebagai bahan penguat seperti serat (fiber), partikel
(particulate), lapisan (lamina), dan serpihan (flakes).
II.3. Klarifikasi Komposit
I.3.1. Jenis Komposit
Klarifikasi bahan komposit dapat dilihat dari sifat dan strukturnya. Bahan
komposit dapat di klarifikasikan kedalam beberapa jenis. Secara komposisi yang
sering digunakan antara lain seperti:
1. Menurut kombinasi utama, seperti metal - organic atau metal – anorganic.
2. Menurut karakteristik bult – from, seperti matriks atau laminate.
3. Menurut distribusi unsure pokok, seperti continous dan discontinuous.
4. Menurut fungsinya, seperti elektrikal atau structural.
5. Menurut komposit serat (fiber matrik composite) dibedakan menjadi beberapa
macam antara lain:
1. Komposit serat (fiber composite).
Merupakan jenis komposit yang hanya terdiri dari satu laminate atau
satu lapisan yang menggunakan penguat berupa serat/fiber. Fiber yang
digunakan bisa berupa glass fibers, carbon fibers, aramid
fibers(polyaramide), dan sebagainya. Fiber ini bisa digunakan secara acak
maupun orientasi tertentu bahkan bisa juga dalam bentuk yang lebih kompleks
seperti anyaman.
2. Komposit Partikel (particulate composite).
Komposite yang menggunakan penguat berupa partikel didalam
sebuah komposit yang menggunakan partikel/serbuk sebagai penguatnya dan
terdistribusi secara merata dalam matriksnya. Komposit partikelmerupakan
produk yang dihasilkan dengan menempatkan partikel-partikel dan sekaligus
mengikatnya dengan suatu matriks bersama-sama dengan satu atau lebih
unsur-unsur perlakuan seperti panas, tekanan, kelembaban, katalisator, dan
lain-lain. Komposit partikel ini berbeda dengan jenis serat acak sehingga
bersifat isotropis. Kekuatan komposit serat dipengaruhi oleh tegangan

10
koheren diantara fase partikel dua matriks yang menunjukan sambungan yang
baik.
3. Komposite lamina (laminated composite)
Merupakan jenis komposit yang terdiri dari dua lapis atau lebih yang
digabungkan menjadi satu dan setiap lapisannya memiliki karakteristik sifat
sendiri. Komposit laminat ini terdiri dari empat jenis yaitu komposit serat
kontiniu, komposit serat anyam, komposit serat acak, dan komposit serat
hibrid.
Material komposit mempunyai beberapa keuntungan antara lain:
1. Mempunyai bobot yang ringan
2. Memiliki kekuaan an kekauan yang baik
3. Tahan terhadap korosi
4. Biaya produksi yang relaif murah

Gambar II.2. Komposit Laminat


4. Komposit Serpihan (flake composite)
Komposit serpihan terdiri atas serpihan-serpihan yang saling menahan
dengan mengikat permukaan atau dimasukkan kedalam matriks. Perngertian
serpihan adalah partikel kecil yang telah ditentukan sebelumnya yang
dihasilkan dalam peralatan yang khusus dengan orientasi serat sejajar
permukaanya. Sifat-sifat khusus yang dapat diperoleh dari serpihan adalah
bentuknya besar dan datar sehingga dapat disusun dengan rapat untuk

11
menghasilkan suatu bahan penguat yang tinggi untuk luas penampang lintang
tertentu. Pada umumnya serpihan-serpihan saling tumpang tindih pada suatu
komposit sehingga dapat membentuk lintasan fluida ataupun uap yang dapat
mengurangi kerusakan mekanis karena penetrasi atau perembesan.
II.3.1. Struktur Utama Pada Bahan komposit
Pada umumnya bahan material komposi terdiri dari dua bahan utama yaitu:
1. Matriks (resin)
Matriks berfungsi unuk menjaga rainforcement agae tetap pada
tempatnya didalam struktur, membanu distribusi beban, melndungi filamen
didalam struktur, mengendalikan sifat elektrik dan kimia dari komposit, serta
membawa regangan inerlaminer.
Ada beberapajenis matriks yan digunakan sebaggai pengisi pada baha
komposit, salah satunya adalah resin. Resin adalah suatu material yang
berbentuk cairan pada suhu ruang, atau dapat pula berupa material padata
yang dapat meleleh pada suhu di atas 200ºC. Pada dasarnya resin adalah
matriks, sehingga memiliki fungsi yang sama dengan matriks. Resin dapat
dibagi menjadi dua bagian besar, yaitu:
a. ResinTermoplastik
Resintermoplastik adalah resinyang melunak jika dipanaskan dan akan
mengeras jika didinginkan, atau dapat dikatakan bahwa proses pengerasannya
bersifat reversible (dapat diubah). Resin termoplastik memberikan sifat-sifat
yang lebih unggul dari pada resin termoset, karena memiliki kekuatan lentur
yang lebih baik, ketahanan terhadap cracking yang lebih tinggi, dan lebih
mudah dibentuk tanpa katalis. Namun resin tipe ini sulit dikombinasikan
dengan reinforcement karena viskositas dan kekuatannya yang tinggi.
Beberapa contoh resin termoplastik antara lain: polyvinylcloride (PVC),
polyethylene, polypropylene dan lain-lain.
b. Resin Termoset
Resintermmoset adalah resin yang akan mengeras jika dipanaskan,
namun jika dipanaskan lebih lanjut tidak akan melunak, atau dengan kata lain

12
proses pengerasannya irreversible (tidak dapat diubah). Beberapa contoh resin
termoset antara lain: resin phenolic, polimer melamin, resin epoksi, polyester,
silikon dan polyamide.

Gambar II.3. resin polyester dan katalis


[Sumber:https://goo.gl/images/Zepwct]
2. Penguat (reinforcement)
Reinforcement berfungsi sebagai kerangka dari suatu komposit.
Biasanya penguat ini berupa serat atau logam, yang memiliki fase
ddiskontinyu.
Pengua dalam bahan komposit mempunyai beberapa fungsi yaitu:
1. Sebagai unsur utama pada komposit.
2. Menentukan karakteristik bahan komposit, seperti kekuatan, kekauan
dan sifat mekanik lainnya.
3. Menahan sebagian besar gaya yang bekerja pada material komposit.
Jenis serat yang sudah sampai pada tahap penggunaan antara lain dari
kelompok serat sinestis seperti serat kaca, serat karbon sera aramid, serat nilon
dan lain-lain. Selain itu ada banyak juga kelompok serat alam seperti serat
rami, serat sabut kelapa, serat buah lontar, serat nenas, serat gewang, serat
buah patola, dan lain sebagainya.

13
Gambar II.4. Struktur Komposit.
II.4. Perlakuan Alkali
Natrium Hidrosikda (NaOH) atau sering disebut alkali. Alkali digunakan
untuk menghilang kotoran pada serat dengan sifat alami adalah hyrophilic, yaitu suka
terhadap air. Pengaruh perlakuan alkali terhadap sifat permukaan serat alam selulosa
telah diteliti dimana kandungan optimum air mampu direduksi sehingga sifat alami
hydrophilic serat dapat memberikan ikatan interfacial dengan matrik secara optimal.
Untuk mendapatkan komposit dengan karakeristik yang baik dari bahan
penguat serat alam, hal yang perlu diperhatikan adalah memperbaiki ikatan antara
muka serat alam dengan resin. Sifat alami serat alam adalah hidrophylic, yaitu suka
terhadap air berbeda dari polimer yang hidrophobic yaitu menolak air. Adanya
perbedaan sifat tersebut dapat menurunkan kemampuan resin untuk mengikat serat.
Pengaruh perlakuan alkali (NaOH) terhadap sifat permukaan serat alam selulosa telah
diteliti dimana kandungan optimum air mampu direduksi sehingga sifat alami
hidrophylic serat dapat memberikan ikatan interfacial dengan matriks secara optimal
(Bismark, dkk. 2002).
Selama perlakuan alkali pada serat alam, sebagian unsur penyusun serat apat
larut dalam larutan alkali tersebut. Lignin dan polyester adalah resin thermoset yang
berbentuk cair dengan viskositas yang relatif rendah. Dengan penambahan katalis,
polyester mengeras pada suhu kamar. Resin polyester banyak mengandung monomer
stiren sehingga suhu deformasi termal lebih rendah dari pada resin thermoset lainnya
dan ketahanan panas jangka panjang adalah kira-kira 110-140ºC. Ketahanan dingin
resin ini relatif baik.

14
II.5. Karakteristik Material Komposit
Salah satu faktor yang sangat penting dalam menentukan karakterikstik
material komposit adalah kandungan atau persentase antara matriks dan serat.
Sebelum melakukan proses pencetakan komposit, terlebih dahulu dilakukan
penghitungan mengenai fraksi volume serat(Vf), dan massa serat (mserat ).
Perhitungan karakteristik material komposit dapat dihitung dengan
menggunakan persamaan-persamaan berikut:
a. Fraksi Volume Serat (Vf )
𝑣𝑓
𝑉𝑓 = … … … … … … … … … . . (1)
𝑣𝑐

Dimana :
Vf= Fraksi volume serat (%)
vs= Volume serat (cm3)
vc= Volume komposit (cm3)
b. Fraksi Volume Matriks (Vm)
𝑣𝑚
𝑉𝑚 = … … … … … … … … … . . (2)
𝑣𝑐

Dimana :
Vm = Fraksi volume matriks (%)
Vm = 1-Vf
Karena,
Vc = Vf + Vm
c. Massa jenis atau densitas Serat (ρs)
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎
𝝆= … … … … … … … … . (3)
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒

Dimana :
ρs = Massa jenis serat (gram/cm3)
ms= Massa serat (gram)

15
vs = Volume serat (cm3)
II.6. Kekuatan Bending Komposit
Uji lengkung (bending test) merupakan salah satu bentuk pengujian untuk
menentukan mutu suatu material secara visual. Selain itu uji bending digunakan
untuk mengukur kekuatan material akibat pembebanan dan kekenyalan. Unttuk
mengetahui kekuatan bending satu komposit dapat dilakukan dengan pengujian
bending terhadap material komposit tersebut. Kekuatan bending atau kekakuan
lengkung adalah tegangan bending terbesar yang dapat diterima akibat pembebanan
luar tanpa mengalami deformasi atau kegagalan. Besar kekuatan bending tergantung
pada jenis material dan pembebanan. Akibat pengujian bending, bagian atas spesimen
mengalami tekanan, sedangkan bagian bawah akan mengalami tegangan tarik. Dalam
material komposit kekuatan tekannya lebih tinggi dari pada kekuatan tariknya.
Karena tidak mampu menahan tegangan tarik yang diterima, spesimen tersebut akan
patah, hal tersebut mengakibatkan kegagalan pada material komposit. Kekuatan
bending pada bagian sisi bagian atas sama nilai dengan kekuatan bending pada sisi
bagian bawah. Pengujian yang akan dilakukan yaitu dengan metode three point
bending sehingga kekuatan bending dapat dirumuskan sebagai berikut: (Ronald F.
Gibson, 1994).
➢ Untuk mencari nilai tegangan bending komposit menggunakan rumus :
PL 1
× 𝑑
1𝑏 = 4 2 … … … … … … … … … … … … … … (4)
1
b × d 12
12.P.L.d
1b = ...........................................................(5)
8.b.d³

3.P.L
1𝑏 = ..............................................................(6)
2.b.𝑑²

Pada perhitungan kekuatan bending ini, digunakan persamaan yang ada


pada standar ASTM D790. Sama seperti pada persamaan diatas yaitu:

16
3. P. L
1𝑏 = … … … … … … … … … … … … … … … . (7)
2. b. 𝑑 2
Dimana:
d = Tebal spesimen ( mm)
P = Beban Bending ( N )
L = Panjang Span ( mm)
B = Lebar Spesimen ( mm )
➢ Untuk mencari nilai modulus elastisitas menggunakan rumus:
Pada umumnya, material komposit mempunyai nilai modulus elasisitas
bending yang berbeda dengan nilai modulus elastisitas tarik. Modulus
elastisitas adalah ukuran kekuatan suatu bahan, makin besar modulus, makin
kecil regangan elastisitas yang dihasilkan akibat pemberian tegangan. Akibat
dari pengujian bending, maka pada bagian atas spesimen mengalami tekanan,
dan bagian bawah mengalami tarikan. Hal itu mengakibatkan kegagalan yang
terjadi pada spesimen, karena spesimen mengalami patah pada bagian bawah
karena tidak mampu menahan tegangan tarik. Karena itu modulus elastisitas
diperlukan untuk perhitungan lenturan batang dan anggota struktur yang lain.
L³ .m
Eb = 4 .𝑏 .𝑑³ … … … … … … … … … … … … … … … … (8)

➢ Perhitungan rata-rata modulus elastisitas bending komposit.


𝐸 1 +𝐸 2 +𝐸 3
Eb𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 = 3

Untuk mencari nilai momen bending menggunakan rumus:


1
M = 4 P . L … … … … … … … … … … … … … … . … (9)

Dimana: M = Momen bending (Nmm)


P = Beban maksimum (N)
L = Panjang Tumpuan/Span (mm)

17
Gambar II.5. Skema uji bending 3 titik (Three Point Bending)
Analisis teoritis tentang karakteristik mekanik komposit biasanya didasarkan
pada asumsi bahwa ikatan antara serat dan matriks terjadi secara sempurna.
Walaupun dalam kenyataan tidak demikian, karena pergeseran antara muka
deformasi pasti terjadi dalam komposit. Akibat diberi pembebanan maka akan terjadi
pergeseran antara serat dan matriks akibat lunaknya ikatan interfacial serat-matriks.
➢ Rumus momen bending diturunkan dari :
A. Momen Bending
Perhitungan rata-rata momen bending komposit:
𝑀₁ + 𝑀₂ + 𝑀₃
M𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 = ……………………(10)
3

18
BAB III
METODE PENILITIAN

III.1 Tempat dan Waktu Penelitian


III.1.1 Tempat
Penelitianini merupakan eksperimen sehingga sebagian besar aktivitas
penelitian berlangsung di laboratorium Teknik Mesin Universitas Nusa Cendana
Kupang, sedangkan pengujiannya dilakukan di Laboratorium Material Jurusan
Teknik Mesin Politeknik Negeri Kupang.
III.1.2 Waktu
Pelaksanaan Penelitian direncanakan selama 3 (tiga) bulan
Tabel III.1. Jadwal kegiatan penelitian dapat dilihat pada tabel di bawah ini
Bulan
No Pelaksanaan 1 2 3
I II III IV I II III IV I II III IV

1 Proposal

2 Persiapan Alat Dan Bahan

Pembuatan Komposit Dan


3
Spesimen

4 Pengujian Bending

5 Analisis Data Dan Pembahasan

6 Seminar Hasil

III.2 Alat Dan Bahan Penelitian


III.2.1 Alat
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Timbangan digital dipakai untuk mengukur berat serat

19
2. Pisau Cutter digunakan untuk memisahkan serat tulang dari patola
3. Gunting untuk membelah buah patola
4. Jarum dan benang untuk menjahit sambungan serat yang pendek
5. Gelas ukur untuk mengukur volume resin dan katalis
6. Cetakan komposit dari kayu untuk pencetakan spesimen
7. Jangka sorong
8. Amplas untuk merapikan spesimen yang sudah selesai di cetak
9. Mesin uji bending
10. Kamera digital digunakan sebagai media pengambilan gambar spesimen
11. Gelas aqua
12. Mesin hidrolik press untuk hand lay up (cetakan)
13. Mesin uji bending
14. Peralatan pendukung lainnya
III.2.2. Bahan
Bahan yang digunakan pada penelitian ini terdiri dari:
1. Resin Poliyester dan Katalis produksi dari Bratako Chemika
2. Serat alam (biofiber) yang digunakan adalah serat buah patola
3. NaOH
4. Wax Miror Glass yang digunakan sebagai pelican permukan cetakan

20
III.3. Spesimen Uji
Pengujian bending ini dilakukan untuk mengetahui besarnya kekuatan tekan
dari bahan komposit. Spesimen pengujian kekuatan bending matrik dan komposit
memakai standar (American standard testing of materials) ASTM D-790 dengan
dimensi specimen uji panjang 127 cm, lebar 12,7 cm dan tebal yang bervariasi seperti
yang terlihat gambar dibawah ini.

Gambar III.1.Standar ASTM D-790 uji bending


Ukuran spesimen :
Panjang : 127 mm
Lebar : 12,7 mm
Tebal : 3,2 mm

III.4. Prosedur Penelitian


Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen.
Sebagai variabel penting yang akan digunakan untuk mengetahui fraksi berat serat
maka pada awal penelitian ini uji densitas.
Adapun langkah-langkah prosedur penelitian sebagai berikut:
a. Persiapan Serat
1. Buah patola yang sudah kering
2. Pemisahan serat dari buah patola
3. Perendaman serat dalam larutan NaOH dengan konsentrasi 5%, 10%, dan
15% selama 5, 10, 15 jam
4. Pengeringan serat pada temperature ruang
b. Pembuatan Komposit
1. Persiapan Alat dan Bahan

21
2. Menimbang serat patola sesuai fraksi berat
3. Menimbang resin sesuai fraksi berat
4. Oleskan wax pada cetakan
5. Masukan resin dan serat kedalam cetakan secara acak sampai memenuhi
cetakan
6. Menutup bagian atas cetakan ditekan dengan cara hand lay up.
7. Cetakan dibiarkan mongering selama 24 jam
8. Melepaskan plat komposit dari cetakan
9. Plat komposit siap dibentuk menjadi spesimen skin
c. Pembuatan Spesimen
1. Memotong spesimen menjadi komposit sesuai standar ASTM D-790
2. Spesimen yang sudah dibentuk diberi pengkodean
3. Spesimen siap untuk diuji
III.5. Prosedur Pengujian Bending
Langkah-langkah pengujian Bending dalam penelitian adalah sebagai berikut:
1. Ukur dimensi spesimen sebelum meliputi panjang lebar dan tebal
sebelum diuji.
2. Menentukan titik tumpuan dan titik tengah benda uji dengan memberi
tanda garis
3. Mengeset tumpuan tepat pada tengah-tengah indentor.
4. Pemasangan spesimen uji pada tumpuan.
5. Meletakan specimen pada meja mesin pengujian bending
dengan jarak tumpuan dan titik tengah yang telah ditentukan.
6. Putar handle sampai beban menyentuh benda uji dan manometer
indicator rmenunjukkan angka nol.
7. Tentukan putaran jarum penentu waktu untuk pencatatan
beban selanjutnya.
8. Catat hasil pengujian bending setiap putaran jarum penentu yang telah
ditentukan.

22
III.6. Diagram
III.6. DiagramAlur
AlurPenelitian
Penelitian

Mulai

Studi Pustaka

Persiapan Serat Buah PembuatannCetakan


Persiapan Resin dan Katalis
Patola

Perlakuan alkali 5%, 10, dan 15% Selama 5,10,15 Jam

Pencetakan Komposit

Pembuatan Spesimen

Pengujian Bending

Foto makro

Pengelolaan data

Analisis dan pembahasan

kesimpulan

Selesai

Gambar III.2. Diagram Alur Penelitian

23
DAFTAR PUSTAKA

[1] Schwartsz. M., H., 1994. “Composite Material Hanbook Mcgraw Hill, New
York. MacMilan, MacMilan Publishing Company, New, Use”.
[2] Martiningsih , Asril Senoaji Soekoco. “Pemanfaatan Luffa Cylindrica
(Blustru) sebagai Bahan Alternatif Insultor Panas”.
[3] Totok Suwanda, Muhamad Budi Nur Rahman 2010, Pengaruh Perlakuan
Alkali Terhadapa Kekuatan Bending Komposit Berpenguat Serat Rami
Dengan Matrik Polyester. Jurnal Ilmiah Semesta Teknika, Vol 13, No
2,November 2010.
[4] Sefry Adithya. Wijang W, Raharjo. Teguh Triyono. 2015, PENGARUH
FRAKSI BERAT SERAT TERHADAP KEKUATAN BENDING
KOMPOSIT rHDPE-CANTULA. Jurrnal Mekanika, Volume 13. No. 2,
Maret 2015.
[5] Agus Hariyanto 2015, KARAKTERISTIK ALKALI BERPENGUAT SERAT
RAMI PADA KOMPOSIT BERMATRIK POLIESTER TERHADAP
KEKUATAN BENDING. Jurnal Ilmiah Teknik Mesin, Vol. 16. No.2, Juli
2015, ISSN 1411-4348
[6] Sri Endah Susilowati. 2017, STUDI PERLAKUAN ALKALI TERHADAP
SIFAT MEKANIK BAHAN KOMPOSIT BERPENGUAT SEKAM PADI.
Jurnal Kajian Teknik Mesin, Vol 2. No. 1 April 2017
[7] Syarif Hidayatulloh, Dody Ariawan, Eko Surojo, Joko Triyono 2017,
PENGARUH WAKTU PERLAKUAN ALKALI TERHADAP KEKUATAN
MEKANIK KOMPOSIT rHDPE – SERAT PELEPAH SALAK. Jurnal
Pengaruh Waktu Perlakuan Alkali, ISBN 987-602-99334-7-5.
[8] Melsiani Saduk. Fransisko Piri Niron. 2017. ANALISIS KEKUATAN
BENDING DAN IMPACT KOMPOSIT EPOXY DIPERKUAT SERAT
PELEPAH LONTAR. Jurnal Rekayasa Mesin, Vol 8. No. 3 Tahun 2017,
ISSN 2477-6041.

24
[9] Ari Rianto, Leo Dedy Anjiu 2018, Kekuatan Mekanika Komposit
Berpenguat Serat Kulit Terap Kontinu Sebagai Pengembangan Material
Teknik Ramah Lingkungan, Jurnal POSITRON, Vol. 8, No.1, 2018
[10] Hendra Wibowo 2018, PENGARUH VARIASI ARAH SERAT PADA
SUSUNAN LAMINA KOMPOSIT SERAT GLASS DENGAN MATRIK
POLYESTER TERHADAP SIFAT MEKANIK HASIL PENGUJIAN
BENDING. Jurnal Pendidikan Teknik Mesin, Vol. 7, No. 3, Tahun 2018
[11] Gibson F. Ronald., 1994. Principle Of Composite Material Mechanics.
McGraw - Hill Inc, New York.

25

Anda mungkin juga menyukai