JAMES CANTIARA
3334190002
LEMBAR PENGESAHAN
Disetujui oleh Koordinator Seminar Proposal
ii
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan seminar
proposal skripsi ini. Penyusunan proposal ini dilaksanakan guna memenuhi
persyaratan mata kuliah wajib di jurusan Teknik Metalurgi Universitas Sultan
Ageng Tirtayasa. Penulis sangat amat menyadari, bahwasanya tanpa adanya
bantuan dari berbagai pihak sangatlah sulit bagi penulis untuk menyelesaikan
seminar proposal skripsi ini dengan baik dan benar.
Pada kesempatan kali ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada
berbagai pihak-pihak yang telah membantu, memberikan semangat kepada penulis,
antara lain:
1. Bapak Adhitya Trenggono, S.T., M.Sc. selaku Kepala Jurusan
sekaligus Koordinator Skripsi Jurusan Teknik Metalurgi FT. Untirta.
2. Ibu Tri Partuti, S.Si., M.Si. selaku Koordinator Seminar Jurusan Teknik
Metalurgi FT. Untirta.
3. Bapak Adhitya Trenggono, S.T., M.Sc. selaku Dosen Pembimbing I
Penelitian.
4. Kedua orang tua saya, yang selalu mendukung, memberi saran,
motivasi dan doa selama menjalani perkuliahan
5. Rekan-rekan teknik metalurgi 2019, yang selalu mendukung saya.
Sekian dari Penulis, semoga proposal skripsi ini dapat bermanfaat bagi
pembaca, khususnya di bidang penelitian pengelasan.
James Cantiara
iii
iv
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR JUDUL .................................................................................................. i
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................. ii
KATA PENGANTAR .......................................................................................... iii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iv
DAFTAR TABEL ................................................................................................ vi
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... vii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ...............................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ..........................................................................5
1.3 Tujuan Penelitian ...........................................................................6
1.4 Manfaat Penelitian .........................................................................6
1.5 Batasan Masalah ............................................................................7
iv
v
2.10.4 Curing...............................................................................30
v
vi
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
Tabel 2.1 Penggunaan Jenis Plastik Dalam Kehidupan Sehari-hari ......................11
Tabel 2.2 Contoh dari jenis-jenis polimer alam .....................................................14
Tabel 2.3 Perbedaan Polimer Termoplastik dan Termoseting ...............................15
Tabel 2.4 Sifat Mekanik dan Termal PET .............................................................17
Tabel 2.5 Konsentrasi Monomer BHET Pada Efek Katalis Seleksi ......................21
Tabel 2.6 Klasifikasi Polyurethane Foams ............................................................23
vi
vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
Gambar 2.1 Kode jenis-jenis plastik ......................................................................10
Gambar 2.2 Struktur Kimia PET............................................................................16
Gambar 2.3 Reaksi Kimia Asam Tereftalat dan Etilen Glikol dalam Pembentukan
PET plastik ............................................................................................................17
Gambar 2.4 Reaksi Depolimerisasi PET dengan Berbagai Pelarut yang Berbeda
Struktur Kimia PET ...............................................................................................19
Gambar 2.5 Mekanisme Depolimerisasi PET oleh DEG ........................................19
Gambar 2.6 Reaksi PET Dengan DEG dan Penambahan Katalis ..........................20
Gambar 2.7 Struktur Sel (a) Terbuka (b) Tertutup.................................................22
Gambar 2.8 Reaksi Pembuatan Poliuretan .............................................................23
Gambar 2.9 Struktur Toluena Diisosianat (TDI) ...................................................24
Gambar 2.10 Struktur Metilen Difenil Diisosianat (MDI).....................................25
Gambar 2.11 Reaksi Isonianat dengan Air ............................................................25
Gambar 2.12 Struktur Surfaktan Silikon pada Busa Poliuretan .............................26
Gambar 2.13 Struktur Zinc Acetate .......................................................................27
Gambar 2.14 Gelembung Udara Pada Proses Nucleation ......................................28
Gambar 2.15 Proses Expansion..............................................................................29
Gambar 2.16 Proses Curing ...................................................................................30
Gambar 3.1 Diagram Alir Metode Glikolisis .........................................................31
Gambar 3.2 Diagram Alir Pembuatan Polyurethane foam ....................................32
vii
1
BAB I
PENDAHULUAN
tinggal akibat penumpukan sampah yang tidak terkelola dengan baik, penurunan
kualitas infrastruktur seperti saluran drainase, irigasi dan jalan akibat masuknya
sampah ke dalam saluran, terganggunya aktivitas ekonomi akibat gangguan polusi
udara berupa bau yang tidak sedap akibat pengelolaan sampah yang kurang baik
(Mahyudin, 2014). Sebagian besar sampah yang dihasilkan oleh masyarakat ialah
sampah anorganik berjenis sampah plastik sebesar 17,07% (Indonesia, 2022)
Plastik menjadi material yang penting dalam kehidupan sehari-hari. Hampir
semua aspek kehidupan manusia menggunakan material plastik, hal ini dikarenakan
material plastik memiliki sifat yang ringan, tahan air, anti-karat, isolator panas dan
listrik, serta harganya murah. Keunggulan sifat tersebut menjadikan produksi
plastik di seluruh dunia naik mencapai 130 juta ton per tahun (Nasution, 2015).
Kenaikan jumlah produksi tersebut sebanding dengan kenaikan jumlah
konsumsinya, konsumsi plastik tertinggi terletak pada plastik untuk produk
kemasan, yaitu sekitar 40% dari material plastik di seluruh dunia (Siddiqui &
Pandey, 2013). Sampah plastik sendiri terbagi menjadi berbagai jenis PET
(Polyethylene Terephthalate), HDPE (High Density Polyethylen), PVC (Polivinil
Cloride), LDPE (Low Density Polyethylene), PP (Polipropilena), PS (Polistirena),
dan lain sebagainya. Plastik untuk produk kemasan yang sering dijumpai di
lingkungan sekitar adalah botol plastik. Botol plastik yang paling banyak dihasilkan
industri yaitu botol plastik jenis polyethylene terephthalate (PET). Sampah plastik
jenis PET merupakan poliester termoplastik yang banyak digunakan dalam
pembuatan serat berkekuatan tinggi, film fotografi, dan botol minuman ringan
(Ghaderian, et al., 2015).
Pengolahan sampah dapat dilakukan dengan cara 3R yaitu menggunakan
kembali (Reuse), mengurangi (Reduce), dan mendaur ulang (Recycle). Umumnya
sampah plastik ini dapat dilakukan dengan cara recycle atau daur ulang (Mahyudin,
2014). Metode untuk mendaur ulang limbah plastik terutama PET ini terbagi
menjadi 5 cara yaitu glikolisis, metanolisis, hidrolisis, ammonolisis, dan aminolisis
(Benyathiar, et al., 2022). Glikolisis PET pertama kali ditemukan pada pertengahan
tahun 1960-an, glikolisis itu sendiri merupakan proses depolismerisasi. Metoda
glikolisis merupakan metoda yang paling banyak digunakan. Metode ini dianggap
2
3
3
4
4
5
5
6
6
7
7
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Polimer
Polimer merupakan molekul raksasa atau makromolekul yang terbentuk dari
susunan ulang molekul kecil yang saling terikat melalui ikatan kimia, yang disebut
sebagai polimer (poly = banyak; mer = bagian). Pembentukan suatu polimer terjadi
ketika seratus atau seribu unit molekul kecil, yang disebut monomer, saling
berikatan membentuk suatu rantai. Monomer dalam suatu polimer dapat memiliki
jenis yang sama atau berbeda. Sifat-sifat polimer berbeda dari monomer-monomer
yang membentuknya. Polimer adalah molekul besar yang terbentuk dari unit-unit
berulang sederhana, yang ekuivalen atau hampir ekuivalen dengan monomer.
Proses pembentukan polimer dari monomer disebut polimerisasi (Surono, 2013).
Polimer memiliki sifat unik yang membuatnya penting dalam berbagai aplikasi
industri dan bahan konstruksi.
Polimer memiliki massa molekul relatif yang sangat besar, sekitar 500
hingga 10.000 kali berat molekul unit ulangnya. Unit ulang ini pada polimer
biasanya setara dengan monomer, yaitu bahan dasar pembentuk polimer tersebut.
Apabila polimer yang dihasilkan berasal dari lebih dari satu jenis monomer, maka
produknya disebut kopolimer, dan proses pembentukannya dinamakan
kopolimerisasi. Berdasarkan jenis monomernya, polimer terbagi menjadi dua jenis
(Siahaan & Windarti, 2007).
a. Homopolimer merupakan polimer yang terdiri atau tersusun dari unit
monomer tunggal atau sejenis, seperti -A-A-A-A-A-A-A-A-A-.
b. Kopolimer adalah polimer yang terdiri atau tersusun dari lebih dari satu unit
monomer yang berbeda. Terdapat empat jenis kopolimer, yaitu:
• Kopolimer acak, yang tersusun dari monomer-monomer yang acak
atau tidak teratur, misalnya -A-A-A-B-A-B-B-A-B-A-
8
9
10
11
(Surono, 2013). Polimer memiliki peran penting dalam berbagai aplikasi industri
dan konstruksi, dengan sifat-sifat uniknya yang membuatnya sangat serbaguna.
kayu , protein terdapat dalam daging dan karet alam diperoleh dari getah
atau lateks pohon karet, protein, DNA, kitin pada kerangka luar serangga,
wool, jaring laba-laba, sutera dan kepompong ngengat, adalah polimer-
polimer yang disintesis secara alami. Serat- serat selulosa yang kuat
menyebabkan batang pohon menjadi kuat dan tegar untuktumbuh dengan
tinggi seratus kaki dibentuk dari monomer-monomer glukosa, yang berupa
padatan kristalin yang berasa manis. Polimer alam dapat dilihat pada Tabel
2.2 sebagai berikut (Siahaan & Windarti, 2007).
Tabel 2.2 Contoh dari jenis-jenis polimer alam (Siahaan & Windarti, 2007)
Polimer Monomer Polimerisasi Contoh
Pati/amilum Glukosa Kondensasi Biji-bijian, akar
umbi
Selulosa Glukosa Kondensasi Sayur, Kayu,
Kapas
Protein Asam amino Kondensasi Susu, daging,
telur, wol,
sutera
Asam nukleat Nukleotida Kondensasi Molekul DNA
dan RNA (sel)
Karet alam Isoprena Adisi Getah pohon
karet
bahan dasar plastik untuk berbagai keperluan, baik dalam kehidupan sehari-
hari, industri, maupun pembuatan mainan anak-anak. Plastik yang terbuat
dari polimer sintetis menawarkan fleksibilitas, kekuatan, dan kemampuan
untuk dibentuk menjadi berbagai bentuk yang membuatnya sangat
serbaguna dalam berbagai aplikasi. Perkembangan dan penerapan polimer
sintetis telah membawa dampak besar pada industri dan gaya hidup modern.
Polimer sintetis pertama yang dikenal adalah bakelit, hasil dari
kondensasi fenol dengan formaldehida, yang ditemukan oleh kimiawan
kelahiran Belgia Leo Baekeland pada tahun 1907. Bakelit merupakan salah
satu jenis produk konsumsi yang digunakan secara luas. Pabrik
memproduksi berbagai contoh polimer, termasuk nylon, polyester, kantong
plastik, botol, pita karet, dan berbagai produk lain yang mendominasi
kehidupan sehari-hari. Dalam konteks respons terhadap panas, polimer
dapat dibagi menjadi dua kategori utama: polimer termoplastik (tidak tahan
panas, seperti plastik) dan polimer termosetting (tahan panas, seperti
melamin). Klasifikasi ini mempermudah pemahaman sifat dan aplikasi
berbagai jenis polimer.
a. Polimer termoplastik adalah polimer yang mempunyai sifat tidak tahan
terhadap panas. Jika polimer jenis ini dipanaskan, maka akan menjadi
lunak dan dinginkan kan mengeras. Proses tersebut dapat terjadi
berulang kali, sehingga dapat dibentuk ulang dalam berbagai bentuk
melalui cetakan yang berbeda untuk mendapatkan produk polimer yang
baru. Polimer yang termasuk polimer termoplastik adalah jenis polimer
plastik. Jenis plastik ini tidak memiliki ikatan silang antar rantai
polimernya, melainkan dengan struktur molekul linear atau bercabang.
(Koltzenburg, et al., 2016) Polimer termoplastik memiliki sifat-sifat
khusus yang membedakannya dari jenis polimer lainnya. Beberapa
karakteristik utama polimer termoplastik, seperti yang dijelaskan oleh
Koltzenburg, et al. (2016), antara lain:
14
15
16
17
Gambar 2.3 Reaksi Kimia Asam Tereftalat dan Etilen Glikol dalam
Pembentukan PET (Forrest, 2016)
Reaksi pembetukan PET dapat dilihat pada Gambar 2.3. Plastik PET
banyak digunakan untuk botol minuman, botol minyak goreng, gelas plastik,
dan lain sebagainya. Kinerja plastik dapat dilihat dari sifat permeabilitas dan
mekanis berdasarkan nilai laju transmisi uap air(Water Vapor Transmission
Rate (WVTR)), laju transmisi gas oksigen (Oxygen Transmission Rate
(OTR)), kekuatan tarik (tensile strength) dan aroma barrier. Aroma barrier
itu sendiri adalah proteksi akan kehilangan aroma atau pencemaran aroma dari
luar, jika semakin banyak jumlah bintangsemakin tinggi sifat perlindungan
terhadap aromanya (Coles, et al., 2003). Untuk melihat melihat sifat
permeabilitas dan mekanis dari PET dapat dilihatpada Tabel 2.1. PET sendiri
memiliki densitas sebesar 1,39 g/cm3, selain itu PET memiliki sifat mekanik,
dan sifat termal yang dapat dilihat pada Tabel 2.4.
Sifat Mekanik
18
19
Hardness 195
Sifat Termal
69 oC
Heat deflection temperature
75-79 oC
Softening temperature
Melting temperature 244 oC
19
20
21
22
Sodium
12 15 16 20 29 36 24
Bicarbonat
Zinc
22 28 38 47 - - 25
Chloride
Zinc Acetate 42 52 64 80 73 92 75
Titanium
8 11 13 16 - - 9
(IV) Okside
pelapis anti bahan kimia, bahan perekat, dan penyekat, serta elastomers. Foam
didefinisikan sebagai substansi yang dibentuk dengan menjebak gelembung gas di
dalam cairan atau padatan.
Polyurethane foam diklasifikasikan ke dalam 3 tipe, yaitu flexible foam,
rigid foam, dan semi-rigid foam. Perbedaan sifat fisik dari 3 tipe polyurethane foam
tersebut berdasarkan pada perbedaan berat molekul, fungsionalitas poliol, dan
fungsionalitas isocyanate. Berdasarkan struktur selnya, foam dibedakan menjadi
dua, yaitu closed cell (sel tertutup) dan opened cell (sel terbuka). Polyurethane foam
secara umum dapat dibuat baik dengan sel tertutup maupun terbuka, bahkan dapat
juga dibuat dengan sel campuran. Pada sel tertutup menghasilkan foam yang
memiliki sifat isolasi panas baik, sedangkan pada sel terbuka akan menghasilkan
foam yang sangat baik dan memiliki daya penyerapan air yang tinggi. Umumnya
foam yang terbuat dari sel tertutup ialah foam berjenis rigid foam, sedangkan foam
yang terbuat dari sel terbuka ialah foam berjenis flexible foam. Untuk melihat
perbedaan struktur sel terbuka dan tertutup secara visual dapat dilihat pada Gambar
2.7 (IFA, et al., 2018).
(a) (b)
Gambar 2.7 Struktur Sel (a) Terbuka (b) Tertutup (Ifa, et al., 2018)
Polyurethane foams dapat disebut sebagai busa uretana, busa ini dapat
diklasifikasikan menjadi tiga kategori yaitu flexible foams, semirigid foam,
dan rigid foams. Sebenarnya PUF ini diklasifikasikan menjadi dua yaitu
flexible foams dan rigid foams, hal ini dikarenakan semirigid foam, yang
memiliki kekakuan tinggi, ketahanan rendah, dan recovery sempurna setelah
dilakukan deep compression, dapat diklasifikasikan sebagai rigid foams.
Sebaliknya, semirigid foam, yang memiliki recovery tidak lengkap,
diklasifikasikan sebagai flexible foams. Pembuatan PUF ini terdiri dari poliol
23
24
Compressive Strength
0,08-1,2 0,08-0,15 0,005-0,08
(MPa)
24
25
2.5 Isosianat
Isosianat adalah bahan kimia yang sangat reaktif yang digunakan dalam
pembuatan produk poliuretan, misalnya busa yang fleksibel dan kaku, serat,
pelapis, cat, pernis dan pernis, busa yang mengembang dan lem. Isosianat tersedia
dalam berbagai bentuk kimia, yang paling umum digunakan adalah metilen difenil
diisosianat (MDI), toluena diisosianat (TDI), dan heksametilena diisosianat (HDI);
TDI lebih berbahaya karena lebih mudah menguap dan uapnya dapat terhirup.
Senyawa isosianat merupakan salah satu bahan baku dalam reaksi kondensasi
membentuk poliuretan, suatu termoplastik polimer. Jenis isosianat yang sering
digunakan dalam sintesis poliuretan adalah toluen diisosianat (TDI), dan metilen
difenil diisosianat (MDI) (Dieterich, 1994). Isosianat akan bereaksi dengan
hidrogen aktif, isosianat akan bereaksi dengan air menghasilkan urea dan gas CO2
yang juga akan bereaksi dengan polietilamin membentuk poliurea. Isosianat
aromatik lebih reaktif dibanding Polietilen Tereftalat (PET) Benzil Alkohol
Dibenzil Tereftalat (DBT) isosianat alifatik. Struktur kedua jenis ini menentukan
kekakuan (rigiditas) dari molekul poliuretan. Isosianat alifatik membuat poliuretan
lebih fleksibel, sedangkan isosianat aromatik membuat poliuretan lebih rigid.
Isosianat alifatik biasanya digunakan untuk produk akhir, misalnya untuk
elastomer. TDI biasanya merupakan campuran 80% isomer 2,4 dan 20% isomer
2,6, TDI biasanya dipilih untuk busa flexibel, sedangkan busa rigid biasanya
dipakai metilen difenil diisosianat (MDI). Rigid foam dengan menggunakan MDI
memberikan stabilitas termal dan resisten terhadap pembakaran yang lebih baik
dibandingkan dengan TDI. (Dieterich,1994).
25
26
Gambar 2.12 Struktur Surfaktan Silikon pada Busa Poliuretan ( Lim H, 2008)
27
28
28
29
2.10.1 Mixing
Pada proses ini bahan-bahan yang digunakan dicampur secara
berurutan dengan menggunakan mixing head. Campuran cairan yang
homogen merupakan hasil yang sangat penting pada proses ini.campuran
yang homogen ini dapat menghasilkan busa berkualitas baik dengan struktur
sel yang halus. Proses mixing yang baik sangat membutuhkan surfaktan
silikon, hal ini dikarenakan surfaktan silikon dapat menurunkan tegangan
permukaan poliol, sehingga membuat cairan dapat tercampur dengan
homogen (Defonseka, 2013).
2.10.2 Nucleation
Selama proses mixing terdapat gelembung udara, hal ini dapat
bertindak sebagai titik nukleasi untuk gas yang mengembang seperti pada
Gambar 2.13. Saat membuat busa menggunakan metode pencetakan
menggunakan box dan dengan peralatan sederhana, tidak selalu mungkin
untuk mengontrol jumlah gelembung atau ukuran sel yang diinginkan.
Namun, pada metode dengan menggunakan mesin slabstock kontinu, ada
beberapa cara untuk memastikan bahwa ada titik awal pembentukan busa
yang cukup untuk mencapai ukuran sel yang terkontrol dan seragam seperti
yang diinginkan. Setelah 10 detik, gas peniup karbon dioksida dan bahan
peniup tambahan berdifusi ke dalam gelembung udara kecil dan kemudian
memperbesarnya, memberikan campuran cairan penampilan yang disebut
sebagai creamy. Waktu dari pencampuran awal hingga perubahan
penampilan ini disebut sebagai cream time (Defonseka, 2013).
29
30
2.10.3 Expansion
Semakin banyak gas yang dihasilkan, gelembung
mengembang dan busa mulai mengembang yang dapat dilihat pada
Gambar 2.14. Ketika busa naik dengan jumlah gelembung yang
konstan, surfaktan silikon dapat menstabilkan gelembung dan
mencegahnya menyatu, apabila tidak menggunakan surfaktan, maka
busa runtuh. Pada saat gelembung mengembang, reaksi polimerisasi
terjadi setelah pencampuran dan reaksi gasberhenti. Pada tahap ini,
massa busa akan menempati sekitar 30-50 kali volume cairan asli.
Bagian polimer dari busa sudah mulai membentuk gel dalam bentuk
sel berisi gas dengan dinding tipis dan tebal yang disebut sebagai
struts pada bagian tepinya (Defonseka, 2013).
30
31
31
32
BAB III
METODE PENELITIAN
Mulai
Pembuatan larutan poliol dari limbah plastik PET dengan metode glikolisis
(40 gr plastik PET + 0,2 gr zinc acetat + 44,20 gr dietilen glikol) pemanasan
di dalam muffle furnace pada temperatur 275ᶿ C selama 1 jam 30 menit
Pembuatan larutan poliol dari limbah plastik limbah plastik LDPE, HDPE,
LLDPE dan PP dengan metode glikolisis (16 gr plastik LDPE, HDPE, LLDPE
dan PP + 0,08 gr zinc acetat + 100 mL dietilen glikol + SnO2 0,16 gr)
pemanasan di dalam labu elemeyer kondensor pada temperatur 250ᶿ - 300ᶿ C
selama 6 jam
32
33
Pencampuran poliol dari limbah plastik PET dengan surfaktan silikon dan
wax setelah itu dilakukan pengadukan hingga homogen
Penambahan MDI
(Methylene Diphenyl Diisocyanate)
Pengadukan
Bahan
diphenyl
Mengembang
diisocyanate
Curing
)
Data Pengamatan
Pembahasan Literatur
Kesimpulan
1. Cetakan
2. Gunting
3. Gelas Beaker
4. Mata Gergaji
5. Labu Elemeyer dan Kondensornya
6. Muffle Furnace
7. Pipet Tetes
8. Plastik Sampel
9. Spatula Metal
10. Timbangan Digital
3.2.2 Bahan-bahan
Berikut bahan-bahan yang digunakan pada penelitian kali ini, yaitu:
1. Diethylene glycol
2. MDI (Methylene Diphenyl Diisocyanate)
3. Sampah Plastik PET, HDPE, LLDPE, LDPE dan PP
4. Surfaktan Silikon
5. Wakes
6. Zink Asetat
34
35
hasilkan. Tapi bila terlalu viskos maka kurang bagus juga karena saat proses
pengadukan terjadi akan sulit untuk di aduk.
36
37
WH
Ec = ...........................................................(3.1)
AD
Dimana
Ec = Modulus Young (Pa)
W = Beban Penekanan (N)
H = Tinggi Sampel (m)
A = Luas Penampang Sampel (m2)
D = Deformasi Sampel (m)
Destructive test adalah jenis pengujian yang dilakukan pada suatu
material atau sampel hingga mengalami kerusakan. Tujuan utama dari
pengujian ini adalah untuk memahami performa material yang
bersangkutan, khususnya dalam menghadapi beban eksternal dengan
37
38
38
39
39
40
sampel dan bahan referensi dipantau terhadap waktu atau suhu sambil
memprogram suhu sampel di atmosfer tertentu. Selama analisis ini, sampel
dan referensi ditempatkan secara simetris di dalam tungku, kemudian
tungku dikontrol di bawah program suhu dan suhu sampel dan referensi
diubah. Selama proses ini, termokopel diferensial dipasang untuk
mendeteksi perbedaan suhu antara sampel dan referensi. Perangkat yang
disebut termokopel memungkinkan pengukuran antara minus 200oC dan
plus 2320oC. Suhu sampel ditentukan dengan perangkat ini. Bahan yang
tidak berubah dalam rentang suhu pengukuran digunakan sebagai acuan.
Aplikasi penting pertama dari metode analisis termal diferensial
(DTA) adalah studi diagram fasa dan suhu transisi, dan analisis kualitatif
logam, oksida, garam, keramik, gelas, mineral, dan tanah. Untuk banyak
masalah, adalah menguntungkan untuk menggunakan metode analisis
termal diferensial (DTA) dan metode analisis termogravimetri (TGA).
Analisis termal adalah analisis perubahan properti sampel yang terkait
dengan perubahan suhu yang dikenakan. Sampel biasanya dalam keadaan
padat dan perubahan pemanasan meliputi peleburan, transisi fase,
sublimasi, dan pemisahan. Analisis perubahan massa sampel selama
pemanasan dikenal sebagai analisis termogravimetri. Dalam analisis ini,
perubahan massa material di bawah atmosfer yang terkendali diukur sebagai
fungsi suhu (atau waktu). Kegunaan utamanya adalah untuk mengukur
stabilitas termal dan komposisi suatu material. Analisis ini paling berguna
untuk proses dehidrasi, dekomposisi, desorpsi, dan oksidasi (Hidayat,
2019).
40
41
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Indra Sutrisno., dan Marpaung, Devi Siti Hamzah. 2021. Observasi
Penanganan dan Pengurangan Sampah di Universitas Singaperbangsa
Karawang. Jurnal Ilmu Hukum dan Humaniora, vol.8 ,no.4
Annur, C. M. Timbulan Sampah Indonesia Mayoritas Berasal dari Rumah Tangga,
diakses pada tanggal 12 juni 2023, dari https://databoks.katadata.co.id, 2023.
Ashida, K., 2007. Polyurethane and Related Foams. London: CRC Press.
Badan Pusat Statistik, 2022. Jumlah dan Distribusi Penduduk. [Online] Available
at:https://sensus.bps.go.id/main/index/sp2020#:~:text=Jumlah%20dan%20D
istribusi %20Penduduk,adalah%20sebanyak%20270.203.917%20jiwa.
[Accessed 9 April 2023].
Baliga, S. & Wong, W. T., 1989. Depolymerization of Poly(ethylene Terephthalate)
Recycled from Post-Consumer Soft-Drink Bottles. Journal of Polymer
Science: Part A: Polymer Chemistry, Volume 27, pp. 2071-2082.
Benyathiar, P. et al., 2022. Polyethylene Terephthalate (PET) Bottle-to Bottle
Recycling for the Beverage Industry: A Review. Polymers, Volume 14, pp.
1-29.
Bisioni, A. B. D. M. D., Hamzah, M. S. and Sam, A. (2019) ‘Sifat Kuat Tekan Dan
Impak Komposit Abu Sekam Padi/Alumina’, Jurnal Mekanikal, 10(1), pp.
955–969.
Callister, William D. & David G. Rethwisch. 2009. Material Science and
Engineering An Introduction. USA: John Willey and Sons.
Carosio, F., & Fina, A. (2019). Three Organic/Inorganic Nanolayers on Flexible
Foam Allow Retaining Superior Flame Retardancy Performance Upon
Mechanical Compression Cycles. Frontiers in Materials, 6.
doi:10.3389/fmats.2019.00020
Cheremisinoff, N.F. 1989. Handbook of Engineering Polymeric Materials. Society
of the Plastics Ind., New York.
Defonseka, C., 2013. Practical Guide to Flexible Polyurethane Foams. 1st
ed.Shawbury: Smithers Rapra Technology Ltd.
Forrest, M., 2016. Recycling of Polyethylene Terephthalate. 1st ed. Shawbury:
Smithers Information Ltd.
George, C.W.; Susott, R.A. (April 2011). "Effects of Ammonium Phosphate and
Sulfate on the Pyrolysis and Combustion of Cellulose".
Ghaderian, A. et al., 2015. Characterization of Rigid Polyurethane Foam Prepared
from Recycling of PET Waste. Periodica Polytechnica Chemical
Engineering, 4(59), pp. 296-305.
Hafshah, M., & Kartin T. 2021. Degradasi Polietilen Tereftalat Dengan Radiasi
Sinar Matahari dan Metanolisis. Program Studi Kimia Fakultas Sains dan
Teknologi UIN Walisongo Semarang: Jurnal Kimia dan Kemasan, 43(2),
103-109.
41
42
Hartono, R., Penanganan dan Pengolahan Sampah, Penebar Swadaya, hal 1- 59,
2008. Jakarta : ; ISBN 979 002 191 7
Hidayat, W. (2019) ‘Klasifikasi Dan Sifat Material Teknik Serta Pengujian
Material’, Material Teknik, pp. 1–19. doi: 10.31227/osf.io/6bmfu.
Ifa, L., Nurdjannah, Sabara, Z. & Jaya, F., 2018. Pembuatan Bahan Polimer dari
Minyak Sawit. 1st ed. Makassar: Penerbit Nas Media Pustaka.
Ismail, B., Sc, F. B., & Yassin, E. E. (2010). Management of PET Plastic Bottles
Waste Through Recycling In Khartoum State. Sudan Academy of Science,
90.
Ivdre, Aiga., Abolins, Arnis., Sesvastyanova, Irina., Kirpluks, Mikelis., Cabulis,
Ugis., and Merijis-Meri, Remo. 2020. Rigid Polyurethane Foams with
Various Isocyanate Indices Based on Polyols from Rapeseed Oil and Waste
PET. Article MDPI.
Jiulong Xie, Xianglin Zhai. 2015 Polyols from Microwave Liquefied Bagasse and
Its Application to Rigid Polyurethane Foam. Materials 2015, 8, 8496–8509
Kattiyaboot, T., and Thongpin, C.2016. Effect of natural Oil Based Polyols on the
Properties of Flexible Polyurethane Foams Blown by Distilled Water.
Elsevier; Energery Procedia, vol.89, pp 177-185.
Kim, Roland Y., Ball, Christopher J., Burnham, Theodore A., and Kishbaugh, Levi
A. 2014. Blowing Agent Introduction in Polymer Foam Processing. United
States Patent Application Publication.
Koltzenburg, S., Maskos, M. & Nuyken, O., 2016. Polymer Chemistry. Jerman:
Springer.
Kraitape, N dan C. Thongpin. 2016. Influence of recycled polyurethane polyol on
the properties of flexible polyurethane foams. Energy Procedia 89:186 – 197
Lim, H. 2008. Effects of silicon surfactant in rigid polyurethane foams.
2008.eXPRESS Polymer Letters 2(3):194-200. DOI:
10.3144/expresspolymlett.2008.24
Ivdre, A., Fridrihsone-Girone, A., Abolins, A., & Cabulis, U. (2018). Effect of
different concentration of rapeseed oil and recycled poly (ethylene
terephthalate) in polyols for rigid polyurethane foams. Journal of Cellular
Plastics, 54(2), 161-177.
Mahyudin, R. P., 2014. Strategi Pengolahan Sampah Berkelanjutan.
EnviroScienteae, Volume 10, pp. 33-40.
Martinez, M. 2010. Sebuah Pemahaman Dasar Scanning Electron Microscopy
(SEM) and Mikroskop Elektron (SEM) dan Energy Dispersive X-ray
Detection (EDX)
Mohd Darus, A. (2013). Chemical recycling of waste pet into polyester polyol for
the production of semi-rigid pu foams (Doctoral dissertation, University of
Malaya).
Nasution, R. S. 2015. Berbagai Cara Penanggulangan Limbah Plastik. Journal of
Islamic Science and Technology, 1(1), pp. 97–104.
Pham, Chi T., Nguyen, Binh T., Nguyen, Hien T.T., Kang, Soo-Jung., Kim,
Jinhwan., Lee, Pyoung-Chan., and Hoang, DongQuy. 2020. Comprenhesive
Investigation of Behavior of Polyurethane Foams Based on Conventional
Polyol and Oligo-Ester-Ether-Diol from Waste Poly(Ethylene terephathate):
42
43
43
44
44