Disusun oleh:
Oleh:
Eunike Vanesa Dewi 121170097
Ninis Yudhiana 121170098
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala
rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan penelitian
dengan judul “Pengambilan Minyak Atsiri dari Serai Dapur (Cymbopogon citratus)
dengan Metode Hydrodistillation” dengan baik.
Laporan ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas akademis pada Program
Studi S-1 Teknik Kimia, Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik Industri, UPN
“Veteran” Yogyakarta. Dengan disusunnya laporan ini penyusun mengucapkan
terima kasih kepada:
1. Dra. Sri Wahyu Murni, M.T. sebagai dosen pembimbing yang telah
memberikan bimbingannya dengan baik.
2. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam proses pembuatan laporan
penelitian.
Penulis menyadari dalam penulisan laporan ini masih ada kekurangan. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diperlukan. Akhir kata,
semoga laporan ini bermanfaat bagi pembaca.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
iv
4.2. Pengaruh Waktu Pretreatment Microwave terhadap
Rendemen Serai Dapur ................................................................. 24
4.3. Pengaruh Daya Microwave terhadap Rendemen Serai
Dapur ............................................................................................ 26
4.4. Analisis Sifat Fisiko Kimia Minyak Atsiri Serai Dapur ............... 28
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................... 33
5.1. Kesimpulan ................................................................................... 33
5.2. Saran ............................................................................................. 33
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 34
LAMPIRAN ...................................................................................................... 36
v
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1. Produktivitas minyak atsiri tahun 2014 menurut DAI .................... 1
Tabel 1.2. Ekspor minyak atsiri di Indonesia pada tahun 2012-2019 .............. 2
Tabel 2.1. Komposisi minyak serai dapur ........................................................ 6
Tabel 2.2. Sifat fisiko kimia minyak serai dapur ............................................. 6
Tabel 2.3. Hasil penelitian sebelumnya mengenai microwave
pretreatment dan pengaruh SF ratio ............................................... 16
Tabel 3.1. Spesifikasi Teknis Microwave Aqua AEM-S2612S ........................ 19
Tabel 4.1. Hubungan Rasio Volume Akuades dengan Massa Serai
Dapur terhadap Rendemen pada berbagai Rasio.............................. 23
Tabel 4.2. Pengaruh Waktu Pretreatment Microwave terhadap
Rendemen Minyak Atsiri Serai Dapur pada berbagai Waktu
Pretreatment Microwave ................................................................. 25
Tabel 4.3. Pengaruh Waktu Pretreatment Microwave terhadap
Rendemen Minyak Atsiri Serai Dapur ............................................ 27
Tabel 4.4. Sifat Fisiko Kimia Minyak Atsiri Serai Dapur Hasil
Distilasi dengan Metode Hydrodistillation ..................................... 29
Tabel 4.5. Kromatogram minyak astiri serai dapur tanpa pretreatment
microwave ....................................................................................... 29
Tabel 4.6. Kromatogram minyak atsiri serai dapur dengan
pretreatment microwave daya 400 watt .......................................... 30
Tabel 4.7. Kromatogram minyak atsiri serai dapur dengan
pretreatment microwave daya 160 watt ....................................... 31
Tabel 4.8. Komposisi minyak atsiri serai dapur hasil hydrodistillation
tanpa pretreatment dan dengan pretreatment menggunakan
microwave ....................................................................................... 31
vii
INTISARI
viii
Laporan Penelitian
Pengambilan Minyak Atsiri dari Serai Dapur (Cymbopogon
citratus) dengan Metode Hydrodistillation
BAB I
PENDAHULUAN
140.000
130.000
120.000
Berat bersih (ton)
110.000
100.000
90.000
80.000
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
Tahun
Gambar 1.1. Ekspor minyak atsiri di Indonesia menurut BPS tahun 2012-2019
Sumber: bps.go.id
Penyulingan minyak atsiri serai dapur dapat menggunakan tiga metode yaitu
hydrodistillation, steam-hydrodistillation, dan steam distillation. Pada penelitian
ini digunakan metode hydrodistillation dengan perlakuan awal atau pretreatment
berupa pemanasan serai dapur pada microwave. Penggunaan microwave sebagai
pretreatment dapat meningkatkan hasil dan mempercepat proses distilasi karena
dapat memperbesar pori-pori dinding sel sehingga memudahkan minyak atsiri
untuk ditembus uap air. Kelebihan dari metode hydrodistillation adalah prosesnya
yang sederhana dan praktis karena sama halnya merebus tanaman secara langsung.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
lebih sering disepanjang tahun tetapi minyak yang dihasilkan berkadar sitral
lebih rendah.
Mutu tanah berpengaruh terhadap hasil rumpun dan mutu minyak. Rumpun
paling cocok tumbuh di atas tanah berpasir yang berdrainase baik dan akan
menghasilkan rendemen minyak yang relatif lebih besar dengan kadar sitral lebih
tinggi daripada tanaman yang tumbuh di atas tanah yang kurang subur.
Pemanfaatan serai dapur pada umumnya adalah sebagai bumbu dapur
maupun obat tradisional. Bagian tanaman yang sering dimanfaatkan sebagai
bumbu dapur adalah bagian batangnya, dapat dilihat pada Gambar 2.2. Selain itu,
serai dapur juga dapat diekstrak sehingga dapat diperoleh minyak atsiri.
yang merupakan konstituen utama dari minyak tersebut. Sitral merupakan bahan
baku untuk pembuatan ionon. Alfa-ionon digunakan dalam pewangi karena baunya
yang mirip dengan bunga violet. Beta-ionon digunakan dalam sintesis vitamin A.
Produk ionon lain adalah H-ionon yang memiliki bau mirip alfa-ionon dan beta-
ionon. Minyak atsiri serai dapur dinamakan lemongrass oil karena kandungan sitral
tinggi sehingga menghasilkan bau lemon yang kuat. Struktur alfa-ionon, beta-
ionon, dan H-ionon ditunjukkan pada Gambar 2.3.
1 2 3
Gambar 2.3. (1) alfa-ionon, (2) beta-ionon, (3) H-ionon
Sumber: pubchem.ncbi.nlm.nih.gov
1 2 3
Dalam perdagangan dikenal dua tipe minyak serai dapur, yaitu minyak serai
dapur India Timur dan India Barat. Komponen utama penyusun minyak serai India
Barat adalah sitral dan mirsen, sedangkan minyak serai India Timur hanya sitral
yang strukturnya dapat dilihat pada Gambar 2.4. Sitral merupakan campuran
terpenoid yang dibagi menjadi dua jenis, yaitu sitral a (geranial) dan sitral b (neral).
Kedua tipe minyak ini mengandung 75-85% aldehid (terutama sitral), tetapi sedikit
berbeda dalam hal kelarutan, karena biasanya minyak India Barat bersifat kurang
larut dalam alkohol 70% dibanding dengan minyak India Timur. Kelarutan minyak
India Barat yang lebih rendah, terutama terjadi setelah penyimpanan, karena
3. Putaran optik
Putaran optik merupakan derajat rotasi yang terbentuk pada bidang
polarisasi ketika cahaya terpolarisasi melewatinya. Hasil dinyatakan dengan
dextrorotatori (+) bila searah jarum jam dan levorotatori (-) bila berlawanan arah
dengan jarum jam. Putaran optik dapat diketahui dengan menggunakan alat
polarimeter.
4. Bilangan asam
Bilangan asam adalah jumlah asam lemak bebas yang terkandung dalam
minyak atsiri. Senyawa asam dapat terbentuk ketika minyak atsiri berkontak dengan
udara pada kondisi lembab sehingga menyebabkan oksidasi yang dikatalisasi oleh
cahaya.
5. Kelarutan dalam alkohol
Kelarutan minyak atsiri dalam alkohol ditentukan oleh komponen kimia yang
terkandung di dalamnya. Pada umumnya minyak atsiri yang mengandung senyawa
terpen teroksigenasi lebih mudah larut dibandingkan minyak atsiri yang
mengandung terpen. Semakin kecil kelarutan minyak atsiri dalam alkohol maka
kualitasnya semakin baik.
uap tidak dapat menembusnya. Hydrodistillation ini sama halnya bahan tanaman
direbus secara langsung (Sastrohamidjojo, 2004). Rangkaian alat hydrodistillation
dapat dilihat pada Gambar 2.5.
Kekurangan:
1. Sejumlah besar uap akan mengembun dalam tumpukan bahan sehingga
bahan bertambah basah, mengalami aglutinasi, dan menghasilkan minyak
dalam waktu yang lama.
2. Membutuhkan jumlah uap yang cukup besar.
2.4.3. Steam Distillation
Steam distillation atau penyulingan uap langsung memiliki perangkat yang
mirip dengan alat penyulingan sebelumnya yaitu Steam-hydrodistillation, hanya
saja tidak ada air di bagian bawah alat. Uap yang digunakan lazim memiliki tekanan
yang lebih besar daripada tekanan atmosfer dan dihasilkan dari penguapan air yang
berasal dari suatu pembangkit uap. Uap air yang dihasilkan kemudian dimasukkan
ke dalam alat penyulingan (Sastrohamidjojo, 2004). Rangkaian alat steam
distillation dapat dilihat pada Gambar 2.7.
Gelombang pada frekuensi 2.500 MHz diserap oleh air, lemak, dan gula. Saat
diserap, atom akan tereksitasi dan menghasilkan panas. Proses ini tidak
memerlukan konduksi panas seperti oven biasa. Oleh karena itu, prosesnya bisa
dilakukan dengan cepat. Gelombang mikro pada frekuensi ini tidak diserap oleh
bahan-bahan gelas, keramik, dan sebagian jenis plastik. Bahan logam bahkan
memantulkan gelombang ini. Microwave oven memancarkan energi gelombang
elektromagnetik yang langsung menembus media dalam makanan tanpa
memanaskan tempat atau bagian luarnya sehingga tidak ada energi yang terbuang
untuk memanaskan tempat makanan (Mahfud, 2018).
muatan (m / z) ion fase gas dan memberikan ukuran masing-masing spesies ionik.
Pengukuran dikalibrasi terhadap ion-ion yang diketahui m / z. Semua spektrometer
massa beroperasi dengan memisahkan ion fase gas dalam lingkungan tekanan
rendah dengan interaksi medan magnet atau listrik pada partikel bermuatan.
Interface dalam GC-MS adalah perangkat untuk mengangkut aliran dari
kromatografi gas ke spektrometer massa. Hal ini harus dilakukan sehingga analit
tidak mengembun di interface atau terurai sebelum memasuki sumber ion
spektrometer massa. Selain itu, beban gas yang memasuki sumber ion harus berada
dalam kapasitas pemompaan spektrometer massa (Kitson et al., 1996).
2.7. Landasan Teori
Cymbopogon citratus merupakan jenis serai dapur yang banyak ditemukan di
Indonesia serta mempunyai potensi untuk dikembangkan sebagai bahan baku
industri. Bagian tubuhnya dapat disuling untuk menghasilkan minyak atsiri.
Minyak atsiri serai dapur memiliki kandungan utama sitral sehingga memiliki
aroma khas seperti lemon.
Tanaman serai dapur mempunyai tingkat ketebalan yang cukup besar,
teksturnya agak keras, dan berat jenisnya juga besar. Oleh karena itu, dengan
pemanfaatan metode hydrodistillation diharapkan bahan dapat tercelup dan
bergerak bebas di dalam air mendidih serta air mampu menembus ke dalam bahan
tersebut.
Menurut Sastrohamidjojo (2004), minyak atsiri terdapat dalam kelenjar
minyak atau bulu-bulu kelenjar. Lepasnya minyak dalam kelenjar minyak terjadi
karena hidrodifusi atau penembusan air pada jaringan tanaman. Pemotongan
menjadi kecil atau kominusi dapat meningkatkan difusi sehingga mempercepat
penguapan dan penyulingan karena mempermudah kelenjar minyak ditembus air.
Namun, setelah pemotongan tanaman harus segera disuling karena memungkinkan
sejumlah minyak menguap ke udara sehingga rendemen minyak berkurang, serta
komposisinya dapat berubah.
Menurut Guenther (1990) penyulingan serai dengan metode hydrodistillation
menghasilkan rendemen, berat jenis, dan kadar sitral yang lebih tinggi daripada
metode steam distillation. Secara teori hal ini disebabkan penyulingan dengan air
mendidih membuat sebagian sitral akan berpolimerisasi.
terjadi overheat yang menyebabkan serai dapur menjadi hangus dan kemungkinan
minyak yang diperoleh akan rendah. Reaksi antara ester pada minyak atsiri dengan
air pada suhu tinggi dapat menghasilkan asam dan alkohol. Jika air yang digunakan
berlebihan maka asam dan alkohol yang terbentuk juga akan semakin banyak
sehingga yield minyak atsiri yang dihasilkan dapat berkurang (Guenther, 2006).
Berdasarkan penelitian sebelumnya, (Taharuddin, 2020) penggunaan
microwave sebagai pretreatment dapat meningkatkan hasil dan mempercepat
proses distilasi. Energi langsung diterima oleh bahan melalui interaksi molekuler
dengan medan elektromagnetik sehingga panas yang dihasilkan lebih merata pada
bahan. Daya microwave mengontrol besarnya energi yang diterima bahan, untuk
kemudian diubah menjadi energi panas. Microwave dapat memanaskan moisture
content dalam sel tumbuhan yang kemudian memproduksi uap dan tekanan
terhadap dinding sel. Tekanan tersebut akan membuat sel mengembang dan
memperbesar pori-pori dinding sel sehingga memudahkan minyak atsiri untuk
ditembus uap air. Tabel 2.3. menunjukkan hasil penelitian sebelumnya mengenai
microwave pretreatment dan pengaruh SF ratio.
2.9. Hipotesis
1. Semakin besar rasio volume akuades dengan massa serai dapur yang
digunakan akan diperoleh rendemen minyak atsiri yang lebih banyak.
2. Rendemen minyak atsiri serai dapur dari bahan baku yang mendapat
pretreatment dengan microwave lebih banyak daripada bahan baku
segar.
3. Semakin besar daya yang digunakan akan diperoleh rendemen minyak atsiri
serai dapur yang lebih banyak.
BAB III
PELAKSANAAN PENELITIAN
3.1. Bahan
1. Serai dapur
2. Akuades
3.2. Alat
1. Gelas beker
2. Microwave
3. Gelas ukur
4. Timbangan analitik
5. Alat suntik
6. Kompor gas
2
1
3 5
4
Gambar 3.1. Rangkaian Alat Hydrodistillation
6
Keterangan:
1. Ketel
2. Pendingin balik
3. Gelas beker
4. Kompor
5. Statif
Penimbangan
Pelayuan t = 24 jam
Penimbangan
Pemotongan ukuran ±1 cm
pretreatment microwave
Serai dapur t =1 menit, P = 400 watt
Pengulangan
t = 2, 3, 4 menit
Pengulangan
P = 320 watt, 240 watt, dan 160 watt
Hydrodistillation
Serai dapur
t = 210 menit
Akuades SF ratio 4:1, 6:1, dan 8:1
Pemisahan Air
Analisis
Minyak atsiri
hasil
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Pengaruh Rasio Volume Akuades dengan Massa Serai Dapur Terhadap
Rendemen Minyak Atsiri Serai Dapur
Percobaan dilakukan dengan metode hydrodistillation menggunakan pelarut
akuades. Variabel tetap yang digunakan yaitu waktu distilasi selama 210 menit,
massa serai dapur sebesar 1,250 kg dan waktu pelayuan selama 24 jam. Variabel
bebas yang digunakan adalah SF ratio yang merupakan perbandingan massa serai
dapur dengan volume akuades. Variasi SF ratio yang digunakan adalah 4:1, 6:1,
dan 8:1. Pengaruh rasio volume akuades dengan massa serai dapur terhadap
rendemen minyak atsiri serai dapur dapat dilihat pada Tabel 4.1. dan Gambar 4.1.
Tabel 4.1. Pengaruh Rasio Volume Akuades dengan Massa Serai Dapur terhadap
Rendemen pada berbagai Rasio
Rasio Rendemen (%)
4:1 0,102
6:1 0,114
8:1 0,189
0,21
0,18
0,15
Rasio
Rendemen (%)
0,12 4:1
6:1
0,09
8:1
0,06
0,03
0
0 30 60 90 120 150 180 210
Waktu (menit)
Gambar 4.1. Hubungan Rasio Volume Akuades dengan Massa Serai Dapur
terhadap Rendemen pada berbagai Rasio
Dari Tabel 4.1. dan Gambar 4.1. dapat disimpulkan bahwa rendemen terbesar
yaitu 0,189% diperoleh pada rasio 8:1, sedangkan rendemen terkecil yaitu 0,102%
pada rasio 4:1. Berdasarkan teori, apabila digunakan pelarut dalam jumlah yang
sedikit akan menyebabkan terjadinya overheat sehingga serai dapur menjadi hangus
dan kemungkinan minyak yang diperoleh akan rendah. Berdasarkan hasil yang
didapat, rasio 8:1 digunakan sebagai acuan untuk percobaan selanjutnya karena
menghasilkan rendemen yang paling banyak.
Pada percobaan sebelumnya yang dilakukan Fitriana Djafar (2010)
diperoleh hasil bahwa rendemen minyak meningkat seiring bertambahnya SF
Ratio. Penambahan jumlah pelarut akan meningkatkan kemampuan pelarut
dalam mengekstrak komponen minyak atsiri, tetapi pada SF ratio tertentu
komponen minyak atsiri akan mengelami kejenuhan sehingga tidak terjadi
proses difusi antara bahan dan pelarut. Selain itu, reaksi antara ester pada
minyak atsiri dengan air pada suhu tinggi dapat menghasilkan asam dan alkohol
sehingga jika air yang digunakan berlebihan maka asam dan alkohol yang
terbentuk juga akan semakin banyak serta rendemen minyak atsiri yang
dihasilkan dapat berkurang.
4.2. Pengaruh Waktu Pretreatment Microwave terhadap Rendemen
Minyak Atsiri Serai Dapur
Percobaan dilakukan dengan menggunakan serai dapur sebanyak 1,250 kg.
Model microwave yang digunakan adalah Aqua AEM-S2612S. Variabel tetap
yang digunakan yaitu SF ratio 8:1, waktu distilasi 210 menit, daya microwave
sebesar 400 Watt, dan tegangan 220 V. Variabel bebas yang digunakan adalah
waktu pretreatment dengan menggunakan microwave selama 1, 2, 3, dan 4
menit. Data hasil percobaan pengaruh waktu pretreatment microwave terhadap
rendemen dapat dilihat pada Tabel 4.2. dan Gambar 4.2.
Dari Tabel 4.2. dan Gambar 4.2. dapat disimpulkan bahwa waktu
pretreatment microwave yang optimum diperoleh pada waktu 3 menit karena
menghasilkan rendemen yang paling besar yaitu 0,2929% kemudian mengalami
penurunan pada saat 4 menit dengan rendemen 0,2053%. Hal ini disebabkan
0,33
0,3
0,27
0,24
waktu
Rendemen (%)
0,21
pretreatment
0,18 1 menit
0,15 2 menit
0,12 3 menit
0,09 4 menit
0,06
0,03
0
0 30 60 90 120 150 180 210 240
Waktu (menit)
Gambar 4.2. Pengaruh Waktu Pretreatment Microwave terhadap Rendemen
Minyak Atsiri Serai Dapur pada berbagai Waktu Pretreatment Microwave
Seperti pada penelitian sebelumnya (Kasim, 2020) menyatakan bahwa
rendemen minyak gaharu yang terekstrak akan semakin banyak setelah
dilakukan pretreatment menggunakan microwave pada bahan sebelum
dilakukan penyulingan dengan metode hydrodistillation. Selain itu, semakin
lama waktu pretreatment maka semakin besar pula rendemen minyak gaharu
yang dihasilkan. Pada percobaan ini waktu pretreatment 3 menit dapat
meningkatkan rendemen minyak gaharu sebanyak 3 kali lipat dari percobaan
tanpa pretreatment. Hal ini dapat dikaitkan dengan microwave yang dapat
memanaskan moisture content dalam sel tumbuhan yang kemudian
memproduksi uap dan tekanan terhadap dinding sel. Tekanan tersebut akan
membuat sel mengembang dan memperbesar pori-pori dinding sel sehingga
memudahkan minyak atsiri untuk ditembus uap air.
4.3. Pengaruh Daya Microwave terhadap Rendemen Minyak Atsiri Serai
Dapur
Percobaan dilakukan dengan menggunakan serai dapur segar sebanyak
1,250 kg. Model microwave yang digunakan adalah Aqua AEM-S2612S dengan
daya keluaran sebesar 400 watt. Variabel tetap yang digunakan adalah waktu
pretreatment dengan microwave selama 3 menit, waktu distilasi selama 210
menit, dan rasio sebesar 8:1. Variabel bebas yang digunakan adalah daya
microwave yaitu 400 watt, 320 watt, 240 watt, dan 160 watt. Data hasil
percobaan pengaruh hasil hydrodistillation dapat dilihat pada Tabel 4.3. dan
Gambar 4.3.
Dari Tabel 4.3. dan Gambar 4.3. diketahui rendemen minyak atsiri serai
dapur cenderung mengalami peningkatan seiring dengan bertambahnya daya
microwave. Rendemen paling tinggi diperoleh pada daya 400 watt sebesar
0,292% dan rendemen terendah diperoleh pada daya 160 watt sebesar 0,213%.
Sehingga daya yang optimum untuk memperoleh rendemen terbesar adalah pada
daya 400 watt. Hal ini disebabkan daya mengontrol energi yang akan diterima
oleh bahan untuk diubah menjadi energi panas. Energi panas ini akan membantu
proses keluarnya minyak atsiri dari tanaman serai dapur. Maka semakin besar
energi yang diberikan oleh microwave akan semakin banyak juga rendemen
minyak yang diperoleh, begitupun sebaliknya.
0,4
0,36
0,32
0,28
Daya (watt)
Rendemen (%)
0,24
160
0,2 240
0,16 320
0,12 400
0,08
0,04
0
0 30 60 90 120 150 180 210 240
Waktu (menit)
Gambar 4.3. Pengaruh Daya Microwave terhadap Rendemen Minyak
Atsiri Serai Dapur pada berbagai Daya Microwave
Pada percobaan sebelumnya yang dilakukan oleh Susdianto (2017)
diketahui bahwa daya microwave yang paling efektif menghasilkan rendemen
minyak atsiri serai dapur dengan metode Microwave-Assisted Hydrodistillation
(MAHD) tertinggi yaitu pada daya 420 watt. Kecenderungan naiknya rendemen
ini dikarenakan besarnya massa bahan serai dapur sehingga kandungan air yang
terdapat di dalam bahan juga semakin banyak dan mengakibatkan bahan tetap
bisa diekstrak dengan adanya penambahan daya tersebut. Namun, pada
penggunaan daya 560 watt perolehan rendemen minyak atsiri mengalami
penurunan. Penggunaan daya yang terlalu besar dapat menurunkan perolehan
minyak karena apabila daya yang diberikan terlalu besar maka laju penguapan
semakin cepat. Selain itu, daya yang terlalu besar juga dapat menyebabkan
terjadinya degradasi bahan yang justru bisa menurunkan perolehan rendemen
karena rusaknya susunan minyak atsiri yang ingin diambil.
Gambar 4.4. Minyak serai dapur hasil hydrodistillation: (a) tanpa pretreatment
awal, (b) pretreatment microwave 3 menit daya 400 watt
Berdasarkan hasil analisis fisik dari minyak atsiri serai dapur, diperoleh berat
jenis minyak lebih besar dari standar EOA. Hal ini dapat disebabkan pada saat
pemisahan ada sebagian air yang ikut terambil sehingga memengaruhi berat jenis.
Semakin besar fraksi berat yang terkandung dalam minyak atsiri, maka semakin
besar juga nilai densitasnya. Keberadaan air dalam minyak atsiri juga berakibat
pada indeks bias yang lebih kecil dari standar EOA, hal ini disebabkan air mudah
untuk membiaskan cahaya yang datang. Semakin banyak kandungan airnya, maka
akan semakin kecil indeks bias minyak atsiri. Berdasarkan analisis kimia minyak
atsiri serai dapur, kadar sitral yang diperoleh pada percobaan ini tidak kurang dari
75% sehingga bisa dikatakan sudah sesuai dengan standar EOA. Sitral terdiri dari
sitral a yang merupakan geranial dan sitral b yang merupakan neral.
Tabel 4.4. Sifat fisiko kimia minyak serai dapur hasil distilasi dengan metode
hydrodistillation
Tanpa Waktu Pretreatment
Sifat Fisiko kimia Standar EOA
Pretreatment 3 menit, daya 400 w
Warna Kuning muda - Kuning muda Kuning muda
coklat muda
Aroma Lemon Lemon Lemon
Rendemen 0,2-0,4% 0,1886% 0,2929%
o
Berat jenis (25 C) 0,869-0,894 0.9617 0.989
Indeks bias 1,4830 -1,4890 1,4658 1,4617
Kadar sitral > 75% 98,47% 97,85%
Hasil analisis GC-MS pada minyak atsiri serai dapur di Lab Terpadu UII
dengan spesifikasi alat GC-MS model QP2010 SE dengan kolom RTX 5 MS,
panjang 30 m, ID 0,25 mm, dan film 0,25 mm. Pada percobaan tanpa pretreatment
menunjukkan 5 komponen, dengan waktu pretreatment 3 menit dan daya 400
watt menunjukkan 6 komponen, serta waktu pretreatment 3 menit dengan daya
160 watt menunjukkan 10 komponen yang dapat dilihat pada Gambar 4.5. dan
Tabel 4.5., Gambar 4.6. dan Tabel 4.6., Gambar 4.7. dan Tabel 4.7.
Ketinggian
Gambar 4.5. Kromatogram minyak astiri serai dapur tanpa pretreatment microwave
Tabel 4.5. Kromatogram minyak astiri serai dapur tanpa pretreatment microwave
Rumus Waktu retensi
No. Komponen Ketinggian
kimia (menit)
1. Neral C10H16O 8,639 545.306
2. Geranial C10H16O 9,088 3.279.771
3. 2-Methylundecane C12H26 13.389 9.506
4. 2-Methyldecane C11H24 13,486 5.595
5. n-Tetradecane C14H30 13,948 34.790
Ketinggian
Tabel 4.6. Kromatogram minyak atsiri serai dapur dengan pretreatment microwave
daya 400 watt
Rumus Waktu retensi
No. Komponen Ketinggian
kimia (menit)
1. Neral C10H16O 8,641 1.828.083
2. Geranial C10H16O 9,091 4.182.978
3. 2-Methylundecane C12H26 10,775 63.248
4. 2-Methyldecane C11H24 12,115 47.790
5. n-Tetradecane C14H30 13,350 32.037
6. Limonene dioksida C10H16O2 13,942 21.028
Ketinggian
Tabel 4.7. Kromatogram minyak atsiri serai dapur dengan pretreatment microwave
daya 160 watt
Rumus Waktu retensi
No. Komponen Ketinggian
kimia (menit)
1. Beta-mirsen C10H16 4,913 124.520
2. 7-methyl-3,4- C9 H16 7,420 15.045
Octadiene
3. 3-Undecyne C11H20 7,684 27.170
4. Neral/citral b C10H16O 12,54 4.078.390
5. Nerol C10 H18O 8,791 16.959
6. Geranial/citral a C10H16O 9,095 6.274.114
7. Geranil asetat C12H20O2 10,569 14.060
8. Tetradekana C14H30 12,109 10.670
9. Undekana C12H26 13,383 28.196
10. Globulol C15H26O 13,944 48.518
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
1. Semakin besar rasio antara volume akuades dengan massa serai dapur, maka
diperoleh rendemen minyak atsiri yang lebih banyak yaitu pada rasio 8:1
dengan rendemen sebesar 0,1886%.
2. Semakin lama waktu pretreatment dengan microwave rendemen minyak
atsiri serai dapur akan semakin meningkat hingga waktu tertentu yaitu 3
menit dengan rendemen 0,2929%.
3. Semakin besar daya yang digunakan akan diperoleh rendemen minyak atsiri
serai dapur yang lebih banyak yaitu pada daya 400 watt dengan rendemen
0,2929%.
5.2. Saran
1. Menyimpan minyak atsiri pada botol kaca berwarna gelap untuk
melindunginya dari cahaya agar komponen tidak rusak.
2. Melakukan percobaan dengan variabel yang berbeda, seperti
membandingkan rendemen pada setiap bagian tanaman serai dapur.
Bagian tanaman yang digunakan misalnya daun.
3. Melakukan percobaan dengan metode yang berbeda, misalnya
Microwave-Assisted Hydro-Distillation (MAHD).
Akhila, Anand. 2009. Essential Oil- Bearing Grasses The genus Cymbopogon.
CRC Press: New York.
Armando, Rochim. 2009. Memproduksi Minyak Asiri Berkualitas. Penebar
Swadaya: Jakarta.
Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Barat. 2019. Ekspor Minyak Atsiri
Menurut Negara Tujuan, 2006-2017. diakses pada 16 Desember 2019
https://sumbar.bps.go.id/statictable/2016/12/16/413/ekspor-minyak-
atsiri-menurut-negara-tujuan-2006-2017.html
Drozd, J. 1981. Chemical Derivatization in Gas Chromatography, Journal of
Chromatography Library. 19. Elsevier Scientific Publishing Company:
New York.
Fitriana Djafar, M. D. 2010. Pengaruh Ukuran Partikel, SF Rasio, dan Waktu Proses
Terhadap Rendemen Pada Hidrodistilasi Minyak Jahe. Hasil Penelitian
Industri, 47-54.
Guenther, Ernest. 1990. Minyak Atsiri Jilid I. IV A. diterjemahkan oleh Ketaren.
Universitas Indonesia Press: Jakarta.
Guenther, Ernest. 2006. Minyak Atsiri Jilid I. I. diterjemahkan oleh Ketaren.
Universitas Indonesia Press: Jakarta.
Haris, Ruslan. 1993. Tanaman Minyak Atsiri. Penebar Swadaya: Jakarta.
Kasim, N. C. 2020. Effect of Microwave Pretreatment on Gaharu Essential Oil
Using Hydrodistillation Method. Indones. J. Chem., 960-966.
Kitson, F. G., Larsen, B. S, McEwen, C. N. 1996. Gas chromatography and mass
spectrometry: a practical guide. Academic Press: San Diego.
Mahfud. 2018. Biodiesel: Perkembangan Bahan Baku dan Teknologi. Putra Media
Nusantara: Surabaya.
Predrag Miletić, Radoslav Grujić-Željka, Marjanović-Balaban. 2009. The
Application Of Microwaves In Essential Oil Hydrodistillation Processes.
Chemical Industry & Chemical Engineering Quarterly. 15 (1). 37−39.
PubChem United State National Library of Medicine. 2020. Ionon. diakses pada 22
Januari 2020. pubchem.ncbi.nlm.nih.gov
Santoso, H. B. (1992). Sereh Wangi, Bertanam dan Penyulingan. Kanisius:
Yogyakarta.
Sastrohamidjojo, H. 1985. Kromatografi. Gajah Mada University Press:
Yogyakarta.
Sastrohamidjojo, H. 2004. Kimia Minyak Atsiri. Gajah Mada University Press:
Yogyakarta.
34
Skaria, B. P., P. P. Joy, G. Mathew, S. Mathew and A. Joseph. 2012. Handbook of
Herbs and Spices, Lemongrass, 18, 348-370. Woodhead Publishing
Limited: India.
Sodeif Azadmard-Damirchi, Fatemeh Habibi-Nodeh, Javad Hesari, Mahbob
Nemati, Bahram Fathi Achachlouei. 2010. Effect of pretreatment with
microwaves on oxidative stability and nutraceuticals content of oil from
rapeseed. Food Chemistry. 121. 1211–1215.
Sulaswatty, Anny. 2019. Penerapan Teknologi Nonkonvensional dalam Ekstraksi
Komponen Utama Atsiri dan Produk Turunannya di Indonesia. Lembaga
Ilmu Pengetahuan Indonesia: Jakarta.
Susditianto, Vico Kurniawan dan Purwantoro, Hafidin Wahyu. 2017. Ekstraksi
Minyak Atsiri Serai Dapur (Cymbopogon Citratus) Dengan Metode
Microwave-Assisted Hydrodistillation (MAHD). Institut Teknologi
Sepuluh Nopember: Surabaya.
Taharuddin, Yusuf M, Dewi Kiki Fatmala. 2020. Pengaruh Penggunaan Microwave
Sebagai Pretreatment Daging Buah Pala Pada Penyulingan Minyak Atsiri
Dengan Metode Distilasi Uap Air. Universitas Lampung: Lampung.
Thostenson, E. T. and Chou T. W. 1999. “Microwave Processing: Fundamentals
and Application.” J. Compos. Part A Appl. Sci.Manuf. vol. 30. pp. 1055–
1071.
Vollmer, M. (2004). Physics of the microwave oven. IOPscience, 74-81.
35
LAMPIRAN GAMBAR
36
Pemberian autosealer pada tutup ketel Gelas ukur berisi minyak atsiri serai
dapur
37
LAMPIRAN PERTANYAAN
38
moisture content dalam sel tumbuhan yang kemudian memproduksi uap
dan tekanan terhadap dinding sel. Tekanan tersebut akan membuat sel
mengembang dan memperbesar pori-pori dinding sel sehingga
memudahkan minyak atsiri untuk ditembus uap air.
39