OLEH
D111 21 1065
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
GOWA
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita ucapkan kepada Tuhan yang Maha Esa, karena atas limpahan
dapat menyelesaikan laporan praktikum petrologi umum ini dengan tepat waktu.
untuk itu penyusun berterima kasih kepada bapak Dr. Ir. Sufriadin, MT. dan bapak
Dr.Ir. Irzal Nur, MT. selaku dosen mata kuliah petrologi umum, Asisten Laboratorium
Analisis dan Pengolahan Bahan Galian, teman-teman angkatan 2021 departemen Teknik
pertambangan Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin serta seluruh pihak yang telah
Penyusun menyadari bahwa laporan ini tentu masih jauh dari kata sempurna,
oleh karena itu penyusun mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat
membangun. Akhir kata, mohon maaf atas segala kekurangan yang ada dalam laporan
ini serta semoga Allah SWT selalu meridhoi usaha kita semua.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
Halaman
SAMPUL ............................................................................................................ i
KATA PENGANTAR............................................................................................ ii
iii
4.2 Stasiun 2................................................................................................. 22
5.2 Saran...................................................................................................... 28
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.8 Rhyolite........................................................................................................ 13
v
4.5 Batuan Beku Andesit ...................................................................................... 24
vi
BAB I
PENDAHULUAN
1. 1 Latar Belakang
Petrologi berasal dari kata Yunani petra yang berarti batu, dan logos yang berarti
pengetahuan, adalah studi tentang batuan dan kondisi di mana mereka terbentuk. Ini
termasuk petrologi beku, metamorf, dan sedimen. Petrologi batuan beku dan metamorf
biasanya diajarkan bersama karena kedua disiplin ilmu bergantung pada penggunaan
kimia dan diagram fase. Sebaliknya, petrologi sedimen sering digabungkan dengan
stratigrafi karena kedua ilmu ini bergantung pada berdiri proses fisik yang menyertai
pengendapan sedimen. Petrologi batuan beku dan metamorf memiliki dasar yang sama
mengontrol kristalisasi dari berbagai mineral. Namun, ada perbedaan penting antara
disiplin ilmu. Dalam petrologi beku, sebagian besar komposisi batuan penting karena
tidak begitu peduli dengan kimia massal batuan seperti penggunaan kumpulan mineral
untuk menentukan kondisi di mana batuan mengkristal. Karena batuan beku nantinya
Batuan beku atau batuan igneous (dari Bahasa Latin ignis, api) adalah jenis
batuan yang terbentuk dari magma yang mendingin dan mengeras, dengan atau tanpa
proses kristalisasi, baik di bawah permukaan sebagai batuan intrusif (plutonik) maupun
di atas permukaan sebagai batuan ekstrusif (vulkanik). Magma ini dapat berasal dari
batuan setengah cair ataupun batuan yang sudah ada, baik di mantel ataupun kerak
bumi. Umumnya, proses pelelehan terjadi oleh salah satu dari proses-proses berikut
kenaikan temperatur, penurunan tekanan, atau perubahan komposisi. Lebih dari 700
7
tipe batuan beku telah berhasil dideskripsikan, sebagian besar terbentuk di bawah
memahami mengenai batuan-batuan yang ada di bumi khususnya batuan beku serta
dahulu hingga sekarang, namun karena tidak adanya kesepakatan antara ahli petrologi
dasar yang berbeda-beda. Klasifikasi batuan beku terdiri atas beberapa klasifikasi yaitu
1. 2 Tujuan Praktikum
Tujuan yang ingin dicapai pada praktikum batuan beku adalah sebagai berikut:
1. Mempelajari dan memahami tentang batuan beku mafik dan ultramafik serta
2. Menentukan nama batuan beku mafik dan ultramafik serta komposisi mineralnya
Praktikum yang dilaksanakan pada hari Sabtu, 24 September 2022 pukul 07.00
Fakultas Teknik, Universitas Hasanuddin. Materi yang akan dibahas adalah batuan beku.
Kegiatan praktikum akan melakukan identifikasi mengenai sampel batuan beku mafik
dan ultramafik, mendeskripsikan batuan beku ,mafik dan ultramafik serta komposisi
8
1. 4 Manfaat Praktikum
9
BAB II
BATUAN BEKU
Batuan beku adalah jenis batuan yang terbentuk dari magma yang mendingin
dan mengeras dengan atau tanpa proses kritalisasi baik di bawah permukaan sebagai
batuan instrusif maupun di atas permukaan bumi sebagai ekstrutif. Batuan beku dalam
bahasa latin dinamakan igneous yang artinya api. Berdasarkan teksturnya batuan beku
ini bisa dibedakan lagi menjadi batuan beku plutonik dan vulkanik. Batuan beku plutonik
umumnya terbentuk dari pembekuan magma yang relatif lebih lambat sehingga mineral-
mineral penyusunnya relatif besar. Contoh batuan beku plutonik ini seperti gabro, diorit,
dan granit (yang sering dijadikan hiasan rumah), sedangkan batuan beku vulkanik
umumnya terbentuk dari pembekuan magma yang sangat cepat (misalnya akibat letusan
gunung api) sehingga mineral penyusunnya lebih kecil. Contohnya adalah basalt, andesit
(yang sering dijadikan pondasi rumah), dan dasit. Batuan beku insteusif atau instrusi
atau plutonik adalah batuan beku yang telah menjadi kristal dari sebuah magma yang
Karakteristik yang menentukan dari batuan beku adalah bahwa pada suatu waktu
mereka cair dan merupakan bagian dari magma atau lava. Magma adalah tubuh batuan
cair yang terjadi di bawah permukaan bumi. Ketika magma naik di sepanjang patahan
yang dalam dan mengalir ke permukaan bumi, itu disebut lava. Material ini kemudian
mendingin membentuk berbagai batuan beku intrusif dan ekstrusif. Batuan ekstrusif
mengkristal dari magma cair yang mencapai permukaan dan umumnya dibuang sebagai
lava vulkanik. Batuan intrusif mengkristal dari magma yang tidak mencapai permukaan
tetapi bergerak ke atas ke dalam retakan dan rongga jauh di dalam kerak (Crawford,
1998).
10
Magma yang membeku di bawah tanah sebelum mereka mencapai permukaan
bumi disebut dengan nama pluton. Nama Pluto diambil dari nama Dewa Romawi dunia
bawah tanah. Batuan dari jenis ini juga disebut sebagai batuan beku plutonik atau
batuan beku intrusif. Sedangkan batuan beku ekstrusif adalah batuan beku yang terjadi
karena keluarnya magma ke permukaan bumi dan menjadi lava atau meledak secara
dahsyat di atmosfer dan jatuh kembali ke bumi sebagai batuan (Reineck, 1973).
Batuan beku terbentuk karena proses pendinginan magma yang dapat terdiri atas
berbagai jenis batuan tergantung pada komposisi mineralnya. Komposisi magma terdiri
dari delapan unsur utama yaitu O, Si, Al, Fe, Ca, Mg, Na, K dan juga mengandung
senyawa H2O dan CO2 serta beberapa komponen gas H2S, HCl, CH4 dan CO. Pada
membentuk berbagai asosiasi mineral berupa berbagai jenis batuan beku. Pada saat
magma mengalami pendinginan akan terjadi kristalisasi dari berbagai mineral utama
yang mengikuti suatu urutan yang dikenal sebagai Seri Reaksi Bowen atau Bowen’s
Reaction Series.
Pada seri reaksi Bowen terjadi dua deret kristalisasi mineral yaitu reaksi menerus
dan reaksi tidak menerus. Seri reaksi menerus pada plagioklas artinya kristalisasi
plagioklas Ca yang pertama (anortite) menerus bereaksi dengan sisa larutan selama
pendinginan berlangsung, dan berubah komposisinya kearah plagioklas Na, disini terjadi
subtitusi sodium (Na) terhadap kalsium (Ca). Seri reaksi menerus pada plagioklas
merupakan deret larutan padat (solid solution) yang menerus. Seri reaksi tidak menerus
adalah olivin. Hasil reaksi selanjutnya antara olivin dan sisa larutannya membentuk
11
piroksin. Proses ini berlanjut hingga terbentuk biotit. Seri reaksi tidak menerus bersifat
Mineral-mineral yang terbentuk pada seri reaksi Bowen dapat dibagi menjadi dua
dan silika yang tinggi, misalnya plagioklas, k-felspar, muskovit dan kuarsa.
dan silika yang rendah, misalnya olivine, piroksen, hornblende dan biotit.
Magma merupakan cairan yang panas, maka ion-ion penyusunnya akan bergerak
bebas tak beraturan. Sebaliknya pada saat magma mengalami pendinginan, pergerakan
ion-ion yang tidak beraturan ini akan menurun dan ion-ion tersebut akan mulai mengatur
dirinya menyusun bentuk yang teratur. Ion-ion tersebut akan membentuk ikatan kimia
dan membentuk kristal yang teratur. Proses ini disebut kristalisasi. Kecepatan
12
pada ukuran kristal. Apabila pendinginan magma berlangsung dengan lambat maka ion-
bentuk kristal yang besar. Sebaliknya apabila pendinginan berlangsung cepat maka ion-
ion tersebut tidak memiliki kesempatan untuk mengembangkan dirinya sehingga akan
membentuk kristal yang kecil. Apabila pendinginan berlangsung sangat cepat maka tidak
ada kesempatan bagi ion-ion untuk membentuk kristal, sehingga hasil pembekuannya
akan menghasilkan atom yang tidak beraturan (hablur), yang dinamakan dengan mineral
gelas. Pada saat magma mengalami pendinginan, atom-atom oksigen dan silikon akan
tetrahedral-tetrahedral oksigen silikon tersebut akan saling bergabung dan dengan ion-
ion lainnya akan membentuk inti kristal dari bermacam mineral silikat. Tiap inti kristal
akan tumbuh dan membentuk jaringan kristalin yang tidak berubah. Mineral yang
menyusun magma tidak terbentuk pada waktu yang bersamaan atau pada kondisi yang
sama. Mineral tertentu akan mengkristal pada temperatur yang lebih tinggi dari mineral
dikelilingi oleh material yang masih cair. Komposisi dari magma dan jumlah kandungan
bahan folatil juga mempengaruhi proses kristalisasi. Magma dibedakan dari faktor-faktor
tersebut, maka kenampakan fisik dan komposisi mineral batuan beku sangat bervariasi
(Noor,2012).
berbeda. Tekstur pada batuan beku umumnya ditentukan oleh tiga hal utama, yaitu
13
kritalinitas, granularitas, dan bentuk kristal (Graha, 1987):
1. Kristalinitas
Kristalinitas merupakan derajat kristalisasi dari suatu batuan beku pada waktu
menunjukkan berapa banyak yang berbentuk kristal dan yang tidak berbentuk
halus, akan tetapi jika pendinginannya berlangsung dengan cepat sekali maka
kristalisasi, yaitu:
b. Hipokristalin, adalah apabila sebagian batuan terdiri dari massa gelas dan
14
Gambar 2.3 Hipokristalin (Verhoogen, 1960).
c. Holohialin, adalah batuan beku yang semuanya tersusun dari massa gelas.
2. Granularitas
Granularitas dapat diartikan sebagai besar butir (ukuran) pada batuan beku, pada
a. Fanerik, adalah besar kristal-kristal dari golongan ini dapat dibedakan satu
15
2) Sedang (medium), apabila ukuran diameter butir antara 1–5 mm.
4) Sangat kasar (very coarse), apabila ukuran diameter butir lebih dari 30 mm.
b. Afanitik, besar kristal-kristal dari golongan ini tidak bisa dibedakan dengan
tekstur afanitik dapat tersusun oleh kristal, gelas atau keduanya. Dalam
3. Bentuk Kristal
Bentuk kristal merupakan sifat dari suatu kristal dalam batuan, jadi bukan sifat
batuan secara keseluruhan. Ditinjau dari pandangan dua dimensi dikenal tiga
Hubungan antar kristal atau disebut juga relasi diartikan sebagai hubungan
antara kristal atau mineral yang satu dengan yang lain dalam suatu batuan.
Hubungan antar kristal dapat dibagi menjadi beberapa jenis antara lain sebagai
berikut:
16
a. Equigranular, yaitu jika secara relatif ukuran kristalnya membentuk batuan
tidak sama besar. Mineral yang besar disebut fenokris dan yang lain disebut
massa dasar atau matrik yang bisa berupa mineral atau gelas.
Struktur Batuan beku adalah pembagian batuan beku berdasarkan bentuk batuan
beku dan proses kejadiannya, yang terbagi menjadi :
1. Masif, apabila tidak menunjukkan adanya fragmen batuan lain yang tertanam
dalam tubuhnya.
2. Lava bantal, merupakan struktur yang dinyatakan pada batuan ekstrusitertentu,
yang dicirikan oleh masa berbentuk bantal dimana ukuran dari bentuk ini adalah
umumnya 30-60 cm dan jaraknya bedekatan pada columnar joint, struktur yang
ditandai oleh kekar-kekar yang tertanam secara tegak lurus arah aliran.
3. Vesikuler, merupakan struktur batuan beku ekstrusi yang ditandai dengan
lubang-lubang sebagai akibat pelepasan gas selama pendinginan.
4. Skoria, adalah struktur batuan yang sangat vesikuler (banyak lubang gasnnya).
5. Amigdaloidal, struktur dimana lubang-lubang keluar gas terisi oleh mineral-
mineral sekunder seperti Zeolit, Karbonat, dan bermacam Silika.
6. Xenolith, struktur yang memperlihatkan adanya suatu fragmen batuan yang
masuk atau tertanam ke dalam batuan beku. Struktur ini terbentuk sebagai akibat
peleburan tidak sempurna dari suatu batuan samping di dalam magma yang
menerobos.
7. Autobreccia, struktur pada lava yang memperlihatkan fragmen-fragmen dari lava
itu sendiri.
Retakan-retakan pada batuan yang memotong secara sejajar dengan permukaan
bumi dapat menghasilkan struktur perlapisan, sedangkan retakan yang memotong
secara tegak lurus dengan permukaan bumi akan menghasilkan struktur bongkah
(Graha, 1987).
17
2.5 Klasifikasi Batuan Beku
Berdasarkan tempat membekunya magma, batuan beku terbagi atas dua jenis
yaitu batuan beku dalam (intrusif atau plutonik) dan batuan beku luar (ekstrusif atau
1. Batuan Intrusif
Batuan intrusif atau plutonik terbentuk karena magma yang membeku di bawah
permukaan, dengan proses pendinginannya yang sangat lambat (bisa sampai jutaan
sempurna, menjadi tubuh batuan intrusif. Tubuh batuan beku dalam mempunyai
bentuk ukuran yang beragam, karena magma dapat menguak batuan sekitarnya atau
(diskordan) adalah batolik, stok, dike (korok), dan jenjang vulkanik. Sedangkan
bentuk yang sejajar dengan struktur batuan sekitarnya (konkordan) sill, lakolit, dan
2. Batuan Ekstrusif
Batuan ekstrusif atau vulkanik yaitu dimana magma yang mencapai permukaan
bumi melalui rekahan atau lubang kepundan gunung api sebagai erupsi, mendingin
dengan cepat dan membeku menjadi batuan beku. Keluarnya magma di permukaan
bumi melalui rekahan dinamakan erupsi linear atau fissure eruption. Pada umumnya
rekahan, menjadi hamparan lava basalt atau plateu basalt (Susanto, 2008).
bumi disebut dengan nama Pluton. Kata Pluto diambil dari nama Dewa Romawi dunia
bawah tanah. Batuan dari jenis ini juga disebut sebagai batuan beku plutonik atau
batuan beku intrusif. Sedangkan batuan belum ekstrusif adalah batuan beku yang
18
terjadi karena keluarnya magma ke permukaan bumi dan menjadi lava atau meledak
secara dahsyat di atmosfer dan jatuh kembali ke bumi sebagai batuan (Reineck,
1973).
Magma didefinisikan atau diartikan sebagai cairan silikat kental pijar yang
terbentuk secara alami, memiliki temperatur yang sangat tinggi yaitu antara 1.500-
2.500OC serta memiliki sifat yang dapat bergerak dan terletak di kerak bumi bagian
bawah. Magma terdapat bahan-bahan yang terlarut di dalamnya yang bersifat volatile
atau gas (antara lain air, CO2, Klorin, Florin, Besi, Sulfur, dan bahan lainnya) yang
magma dapat bergerak, dan non-volatil atau non gas yang merupakan pembentuk
mineral yang umumnya terdapat pada batuan beku. Dalam perjalanan menuju bumi
1960).
(Ahmad, 2006):
1. Batuan beku ultrabasa adalah batuan beku yang kandungan silikanya rendah
<45%, kandungan MgO >18%, tinggi akan kandungan FeO, rendah akan
kandungan Kalium dan umumnya kandungan mineral mafiknya lebih dari 90%.
Mineral seperti olivin, piroksin, hornblende, biotit dan plagioklas ditemukan pada
batuan jenis ini pada batuan beku ultrabasa hampir tidak dapat ditemukan
mineral Kuarsa.
2. Batuan beku basa adalah batuan beku yang secara kimia mengandung 45%-52%
mineral-mineral gelap (mafic). Batuan beku basa dapat terbentuk secara plutonik
maupun vulkanik. Mineral pada batuan beku basa ini adalah Olivin, Piroksin,
19
3. Batuan beku intermediet adalah batuan beku dengan kandungan SiO2 52%-65%.
pada batuan beku intermediet adalah Piroksin, Hornblende, Biotit, Plagioklas dan
basa.
4. Batuan beku asam adalah batuan beku dengan kandungan SiO2 mencapai >65%.
Batuan beku asam dapat dicirikan dengan warna cerah yang kaya Silika dan
Alumina. Mineral yang terkadung pada batuan beku asam ini adalah Kuarsa,
Batuan beku mafik adalah batuan beku yang memiliki sekitar 50% silika dan
kaya akan zat besi, magnesium, kalsium serta berwarna gelap. Batuan mafik juga
beku mafikyaitu Olivin, Piroksen, Amfibol, dan Biotit (Crawford, 1998). Batuan beku
basa adalah batuan beku yang komposisi silikatnya antara (45 –52%). Kaya akan
1988).
maka batuannya disebut norit. Kadar kuarsa kurang dari 10%, hornblende,
biotit. Minor accessory yaitu apatit, iron ore, spinel, rutil, zircon dan kromit,
2. Diabase, batuan beku yang sering disebut dolerit. Tekstur opitik berbutir
20
sedang lebih halus dari pada gabro. Komposisi hampir sama dengan gabro.
holohyalin atau porfiro – afanitik. Komposisi mineral sama atau hampir sama
Batuan beku basa dapat terbentuk secara plutonik maupun vulkanik. Batuan
yang terbentuk secara plutonik pada umumnya adalah batuan berasal dari kerak
samudra yang terbentuk dari jalur tektonik divergen, sedangkan batuan yang
terbentuk secara vulkanik adalah batuan yang berasal dari gunung api atau intrusian
yang mempunyai ketebalan kerak buminya tidak terlalu tebal. Kehadiran mineral-
mineralnya seperti Olivin, Piroksin, Hornblende, Biotit, Plagiolas dan sedikit Kuarsa.
Warna pada batuan beku basa ini pada umumnya berwarna gelap karena
kandungan mineralnya yang dominan gelap. Warna pada batuan beku basa ini juga
Batuan beku basa merupakan batuan beku yang memiliki kandungan silika
antara 45% - 52%. Kenampakan batuan ini memperlihatkan warna yang gelap
Mempunyai ukuran butir mineral dari halus juga kasar. Bentuk intrusi dari batuan
beku basa kebanyakan adalah dyke, sill, apopyhyse dan lelehan. Bentuk intrusi
sehingga mudah untuk memasuki celah-celah sempit atau dapat berupa lelahan yang
luas dipermukaan. Pada daerah permukaan dari batuan beku ini umum dijumpai
vesikulasi sebagai kesan bahan volatile. Tidak jarang juga ditemukan bentuk yang
basa sekitra 1000ºC, dimana dapat terjadi proses asimilasi dengan baik apabila wall
rocknya bersifat lebih asam. Ciri khas batuan beku basa yakni warna gelap, hitan
21
atau buram, kaya akan mineral mafic dan mineral Ca-Plagioklas. Contohnya Gabro,
Batuan beku ultramafik adalah batuan beku yang secara kimia mengandung
(magnesium). Batuan beku ultrmafik juga mempunyai ciri warna yang gelap. Batuan
beku ultramafik juga hanya dapat terbentuk secara plutonik, dikarenakan materi
magma asalnya yang merupakan magma induk (parent magma) yang berasal dari
sedikit plagioklas (Murray, 1981). Batuan beku ultramafik sebagian besar terdiri dari
mineral feromagnesium dan tidak memiliki feldspar atau kuarsa. Batuan beku
ultramafik mengandung kurang dari 45% silika, dan diyakini berasal dari mantel
bumi. Komatit adalah salah satu batuan ultrabasa yang memiliki olivin, piroksen, dan
batuan beku ultramafik memiliki struktur yang kompak dan tahan terhadap
pelapukan yang disebabkan oleh air, oleh karena itu jenis batuan ultramafik
(Noor, 2009).
22
biasanya butuh ribuan tahun. Namun, yang dilakukan tim peneliti adalah
hasil reaksi mineral kalsium atau magnesium silikatdalam batuan dengan gas
karbon dioksida itu juga coba ditangkap untuk mempercepat lagi proses
mineralisasi.
yang dilakukan Krevor tersebut sebagai bagian dari disertasi PhD. Ia dibantu
di Badan Survei Geologis (USGS), yakni Bradley van Gosen dan Anne
Menurut peta itu, Amerika Serikat memiliki batuan tersebut seluas 6.000 mil
timur. Seluruh batu itu cukup untuk menyimpan emisi CO2 domestik
23
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1.1 Alat
2. Lup
22
3. Kamera
3.1.2 Bahan
Adapun bahan yang digunakan pada praktikum batuan beku adalah sebagai
berikut:
1. Sampel batuan
beku.
23
2. Lembar deskripsi
Lembar deskripsi berfungsi untuk mencatat deskripsi batuan beku yang diamati
secara rinci.
3. Kertas HVS
24
3.2. Metode Praktikum
25
3. Mengulangi langkah 1 – 2 pada sampel berikutnya.
26
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Stasiun 1
Pada stasiun ini ditemui batuan dengan nomor sampel BB-26. Batuan ini memiliki
warna segar abu-abu dan warna lapuk cokelat, memiliki tekstur kristanilitas berupa
holokristalin dan granularitas berupa porfiritik. Fabrik batuan ini terdiri atas bentuk
subhedral dan memiliki relasi inequigranular. Batuan ini tersusun atas. Olivine, piroksen
dan amfibol. Batuan ini terbentuk dari pembekuan magma yang cenderung cepat
sehingga mineral penyusunnya terlihat lebih kecil. Batuan ini biasanya dimanfaatkan
sebagai bahan baku industri. Berdasarkan hasil deskripsinya dapat disimpulkan nama
dari batuan ini adalah Basalt Porfiri.
4.2 Stasiun 2
Pada stasiun 2 dijumpai batuan dengan nomor sampel BB-25. Batuan ini memiliki
warna segar abu-abu dan warna lapuk cokelat, memiliki tekstur kristanilitas berupa
holokristalin dan granularitas berupa porfiritik. Fabrik batuan ini terdiri atas bentuk
subhedral dan memiliki relasi inequigranular. Batuan ini tersusun atas. Olivine, piroksen
dan amfibol. Berdasarkan deskripsi yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa
nama dari batuan ini adalah basalt porfiri.
27
Gambar 4.2 Batuan Beku Basalt Porfiri
4.3 Stasiun 3
Pada stasiun 3 dijumpai batuan dengan nomor sampel BB-29. Batuan ini memiliki
warna segar abu-abu dan warna lapuk coklat, memiliki tekstur kristanilitas berupa
holokristalin dan granularitas berupa porfiritik. Fabrik batuan ini terdiri atas bentuk
subhedral dan memiliki relasi inequigranular. Berdasarkan hasil deskripsinya dapat
disimpulkan nama dari batuan ini adalah .
28
4.4 Stasiun 4
Pada stasiun 4 dijumpai batuan dengan nomor sampel BB-18. Batuan ini memiliki
warna segar putih keabu-abuan dan warna lapuk coklat, memiliki tekstur kristanilitas
berupa hipokristalin dan granularitas berupa faneritik. Fabrik batuan ini terdiri atas
bentuk euhedral dan memiliki relasi equigranular. Mineralnya terdiri dari Plagioklas,
Olivin dan Augit. Berdasarkan hasil deskripsinya dapat disimpulkan nama dari batuan
ini adalah Gabro.
4.5 Stasiun 5
Pada stasiun 5 dijumpai batuan dengan nomor sampel BB-32. Batuan ini memiliki
warna segar hijau dan warna lapuk coklat, memiliki tekstur kristanilitas berupa
hipokristalin dan granularitas berupa porfiritik. Fabrik batuan ini terdiri atas bentuk
anhedral dan memiliki relasi inequigranular. Mineralnya terdiri dari Plagioklas, Olivin dan
serpentin. Berdasarkan hasil deskripsinya dapat disimpulkan nama dari batuan ini adalah
Dunit.
29
Gambar 4.5 Batuan Beku Dunit.
4.6 Stasiun 6
Pada stasiun 6 dijumpai batuan dengan nomor sampel BB-27. Batuan ini memiliki
warna segar abu-abu dan warna lapuk coklat, memiliki tekstur kristanilitas berupa
holokristalin dan granularitas berupa afanitik. Fabrik batuan ini terdiri atas bentuk
anhedral dan memiliki relasi equigranular. Mineralnya terdiri dari Plagioklas, Olivin,
piroksin, dan amfibol. Berdasarkan hasil deskripsinya dapat disimpulkan nama dari
batuan ini adalah Basalt.
30
4.7 Stasiun 7
Pada stasiun 7 dijumpai batuan dengan nomor sampel BB-20. Batuan ini memiliki
warna segar hitam kehijauan dan warna lapuk coklat, memiliki tekstur kristanilitas
berupa hipokristalin dan granularitas berupa porfiritik. Fabrik batuan ini terdiri atas
bentuk subhedral dan memiliki relasi equigranular. Berdasarkan hasil deskripsinya dapat
disimpulkan nama dari batuan ini adalah
4.8 Stasiun 8
Pada stasiun 8 dijumpai batuan dengan nomor sampel BB-17. Batuan ini memiliki
warna segar putih keabu-abuan dan warna lapuk coklat, memiliki tekstur kristanilitas
berupa hipokristalin dan granularitas berupa faneritik. Fabrik batuan ini terdiri atas
bentuk euhedral dan memiliki relasi equigranular. Mineralnya terdiri dari Plagioklas,
Olivin dan Augit. Berdasarkan hasil deskripsinya dapat disimpulkan nama dari batuan
ini adalah Gabro
31
Gambar 4.8 Batuan Beku Gabro.
4.9 Stasiun 9
Pada stasiun 9 dijumpai batuan dengan nomor sampel BB-23. Batuan ini memiliki
warna segar abu-abu dan warna lapuk coklat, memiliki tekstur kristanilitas berupa
hipokristalin dan granularitas berupa porfiritik. Fabrik batuan ini terdiri atas bentuk
subhedral dan memiliki relasi equigranular. Mineralnya terdiri dari Plagioklas, Olivin dan
Amfibol. Berdasarkan hasil deskripsinya dapat disimpulkan nama dari batuan ini adalah
Basalt
32
4.10 Stasiun 10
Pada stasiun 10 dijumpai batuan dengan nomor sampel BB-24. Batuan ini
memiliki warna segar hijau dan warna lapuk coklat, memiliki tekstur kristanilitas berupa
hipokristalin dan granularitas berupa porfiritik. Fabrik batuan ini terdiri atas bentuk
subhedral dan memiliki relasi inequigranular. Mineralnya terdiri dari Olivin dan serpentin.
Berdasarkan hasil deskripsinya dapat disimpulkan nama dari batuan ini adalah Peridotit.
4.11 Stasiun 11
Pada stasiun 11 dijumpai batuan dengan nomor sampel BB-28. Batuan ini
memiliki warna segar abu-abu dan warna lapuk coklat, memiliki tekstur kristanilitas
berupa hipokristalin dan granularitas berupa faneritik. Fabrik batuan ini terdiri atas
bentuk euhedral dan memiliki relasi equigranular. Berdasarkan hasil deskripsinya dapat
disimpulkan nama dari batuan ini adalah Piroksinit.
33
Gambar 4.11 Batuan Beku Piroksinit.
4.12 Stasiun 12
Pada stasiun 12 dijumpai batuan dengan nomor sampel BB-19. Batuan ini
memiliki warna segar hijau dan warna lapuk coklat, memiliki tekstur kristanilitas berupa
hipokristalin dan granularitas berupa porfiritik. Fabrik batuan ini terdiri atas bentuk
subhedral dan memiliki relasi inequigranular. Mineralnya terdiri dari AMfibol, Olivin.
Berdasarkan hasil deskripsinya dapat disimpulkan nama dari batuan ini adalah
34
4.13 Stasiun 13
Pada stasiun 13 dijumpai batuan dengan nomor sampel BB-31. Batuan ini
memiliki warna segar hijau dan warna lapuk coklat, memiliki tekstur kristanilitas berupa
hipokristalin dan granularitas berupa porfiritik. Fabrik batuan ini terdiri atas bentuk
anhedral dan memiliki relasi inequigranular. Mineralnya terdiri dari Olivin. Berdasarkan
hasil deskripsinya dapat disimpulkan nama dari batuan ini adalah Dunit.
4.14 Stasiun 14
Pada stasiun 14 dijumpai batuan dengan nomor sampel BB-30. Batuan ini
memiliki warna segar hitam dan warna lapuk coklat, memiliki tekstur kristanilitas berupa
hipokristalin dan granularitas berupa porfiritik. Fabrik batuan ini terdiri atas bentuk
subhedral dan memiliki relasi equigranular. Berdasarkan hasil deskripsinya dapat
disimpulkan nama dari batuan ini adalah Gabro
35
Gambar 4.8 Batuan Beku
36
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari kegiatan praktikum petrologi pada kali ini adalah sebagai
berikut:
1. Kristanilitas yang diperoleh pada sampel batuan beku yaitu holokristalin pada
sampel BB-03 dan 13 dan hipokristalin pada sampel BB- (01, 05, 07, 09, 11, 13
dan 15). Granularitas yang diperoleh yaitu faneritik pada sampel BB-(03, 05, 07
dan 15) dan afanitik pada sampel BB-(01, dan 11). Fabrik yang diperoleh pada
sampel BB-07 yaitu bentuk euhedral dan relasinya inequgranular, sedangkan
bentuk subhedral dan relasi inequigranular terdapat pada sampel BB-(01, 03,
07, 09 dan 11 dan 13) dan bentuk anhedral serta relasi equigranular terdapat
pada sampel BB-05 dan 15.
2. Sampel BB-01 dan 11 adalah batuan beku trakit komposisi mineral plagioklas
10%, hornblende 25%, kuarsa 5%, piroksen 40%. Sampel BB-03 adalah batuan
beku dasit komposisi mineral kuarsa 15%, plagioklas 33%, opak 5%, hornblende
27%. Sampel BB-05 dan BB-15 adalah batuan beku granit komposisi mineral
kuarsa 20%, plagioklas 55%, biotit 115% dan hornblende 10%. Sampel BB-07
adalah batuan beku diorit komposisi mineral plagioklas 65%, dan biotit 35%.
Sampel BB-09 adalah batuan andesit, dan sampel BB- 13 adalah batuan beku
granodiorit komposisi mineral kuarsa 35%, biotit 20%, hornblende 5%.
5.2 Saran
Saran pada kegiatan praktikum petrologi acara batuan beku adalah sebagai
berikut:
1. Saran saya terhadap laboratorium yaitu mohon disiapkan hand sanitizer pada
pintu masuk laboratorium.
2. saran terhadap asisten yaitu semoga tetap menjaga sikap profesionalitas sebagai
asisten didalam laboratorium saat sedang mendampingi praktikan dan
memberikan waktu respon sesuai pertanyaan agar para praktikan juga dapat
memaksimalkan jawabannya.
37
DAFTAR PUSTAKA
Dey, Joy, All. 2017. Implications For Petrogenesis. Jurnal Geochemical Characteristics of
Mafic and Ultramafic Rocks From the Naga Hills Ophiolite, India.
Frost, B.R. 2014. Igneous and Metamorphic Petrology. New York: Cambridge University
Press.
Noor, Djauhari. 2012. Edisi kedua Pengantar Geologi. Bogor: Universitas Pakuan.
Singh, I.B. and Reineck, H.E. 1973. Depositional Sedimentary Environments. Volume 11,
Springer, Berlin, 433 pp.
Turner, F.J. and Verhoogen, J. (1960). Igneous and Metamorphic Petrology. 2nd Edition,
McGraw-Hill, New York, 694 p.
Wilson, J. R. 2010. Minerals And Rocks. J Richard Wilson & Ventus Publishing ApS,
Denmark.
Zuhdi, M. 2019. Buku Ajar Pengantar Geologi. Duta Pustaka Ilmu: Mataram.
28
29