D111221042
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
GOWA
2022
KATA PENGANTAR
Puji dan rasa syukur kita hanturkan kehadirat Allah Yang Maha Esa, yang
memberikan segala nikmat kepada kita yang tak terbatas. Baik itu nikmat iman, nikmat
semua pihak yang sudah membantu dalam kegiatan praktikum ini. Saya ucapkan
terimakasih banyak kepada semua pihak yang terlibat langsung. Secara khusus saya
ucapkan kepada Bapak Dr. Ir. Irzal Nur, MT., Dosen Mata Kuliah Geologi Fisik, juga
kepada semua asisten dan teknisi laboratorium yang dengan ikhlas membimbing kami
selama praktikum. Tak lupa juga saya ucapkan terima kasih kepada orang tua kami
yang untuk doa dan dukungan mereka sehingga praktikum kami berjalan dengan
lancar, dan kepada semua anggota kelompok 2 kelas B Teknik Pertambangan 2022,
yang selalu berdampingan dan saling dukung sehingga dapat menyelesaikan praktikum
ini.
ii
DAFTAR ISI
Halaman
SAMPUL..............................................................................................................i
KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI......................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................v
DAFTAR TABEL................................................................................................vii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................1
2.1 Batuan......................................................................................................3
4.1 Hasil.......................................................................................................38
iii
4.1 Pembahasan...........................................................................................50
BAB V PENUTUP..............................................................................................61
5.1 Kesimpulan.............................................................................................61
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar ...................................................................................................Halaman
2.1 Batuan...........................................................................................................4
3.1 Paku............................................................................................................29
3.4 Kaca............................................................................................................31
3.5 Penggaris.....................................................................................................31
3.7 Pembanding.................................................................................................32
3.9 Lup..............................................................................................................33
v
3.10 Cairan HCl..................................................................................................34
3.11 Tissue........................................................................................................34
4.1 Granit..........................................................................................................50
4.2 Basalt..........................................................................................................51
4.3 Dasalt..........................................................................................................52
4.4 Serpentin.....................................................................................................53
4.6 Batubara......................................................................................................55
4.8 Gneiss..........................................................................................................57
4.9 Filit..............................................................................................................57
4.12 Sekis..........................................................................................................60
vi
DAFTAR TABEL
Tabel......................................................................................................Halaman
vii
BAB I
PENDAHULUAN
Kata Geologi berasal dari bahasa Yunani yaitu “ ge” yang berarti "bumi" dan
“logos” yang artinya "alasan" atau ilmu. Geologi adalah Ilmu (sains) yang mempelajari
komposisi bumi, struktur, sifat-sifat fisik, sejarah, dan proses pembentukannya (Zuhdi,
2019). Geologi adalah suatu bidang Ilmu Pengetahuan Kebumian yang mempelajari
segala sesuatu mengenai planet Bumi beserta isinya yang pernah ada, kelompok ilmu
yang membahas tentang sifat-sifat dan bahan-bahan yang membentuk bumi, struktur,
kedudukannya di Alam Semesta serta sejarah perkembangannya sejak bumi ini lahir di
alam semesta hingga sekarang. Geologi dapat digolongkan sebagai suatu ilmu
namun juga merupakan suatu bidang ilmu pengetahuan yang menarik untuk dipelajari.
Ilmu ini mempelajari dari benda-benda sekecil atom hingga ukuran benua, samudra,
menjadi 2 (dua) kelompok, yaitu Geologi Fisik dan Geologi Dinamis. Geologi Fisik atau
Physical Geology, adalah suatu studi yang mengkhususkan mempelajari sifat-sifat fisik
dari bumi, seperti susunan dan komposisi dari pada bahan-bahan yang membentuk
bumi, selaput udara yang mengitari bumi, khususnya bagian yang melekat dan
berinteraksi dengan bumi, kemudian selaput air atau hidrosfer, serta proses-proses
yang bekerja di atas permukaan bumi yang dipicu oleh energi matahari dan tarikan
viii
gaya berat bumi. Proses-proses yang dimaksud itu, dapat dijabarkan sebagai
gabungan dari dua mineral atau lebih. Mineral adalah suatu zat anorganik yang
mempunyai komposisi kimia dan struktur atom tertentu. Jumlah mineral sangat banyak
dengan judul acara kedua yaitu “Pengenalan Batuan” pada hari senin tanggal 19
September 2022. Praktikum Geologi Fisik dengan judul acara “Pengenalan Batuan”
yang dilakukan yaitu dengan melakukan pendeskripsian batuan dan bimbingan dari
Asisten Praktikum Geologi Fisik. Adapun Batasan dari praktikum ini kami
ix
mendeskripsikan batuan dengan melihat struktur dan tekstur dari batuan yang
diidentifikasi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Batuan
bagaimana hingga batuan itu sekarang menempati bagian dari pegunungan, dataran-
anda menoleh, maka anda selalu akan bertemu dengan benda yang dinamakan batu
atau batuan. Sebut saja kerikil di halaman rumah, kemudian di jalan yang landasannya
atau bagian tepinya dibuat dari batu. Di dasar atau tebing sungai, bahkan menengok
bagian dari rumah anda mungkin sebagian besar terbuat dari batu. Batu atau batuan
yang anda lihat dimana-mana itu, ada yang sama warna dan jenisnya, tetapi juga
banyak yang berbeda. Tidak mengherankan apabila batuan merupakan bagian utama
dapat mengelompokkannya menjadi tiga kelompok besar, yaitu batuan beku, batuan
oleh para ahli Geologi terhadap batuan, menyimpulkan bahwa antara ketiga kelompok
tersebut terdapat hubungan yang erat satu dengan lainnya, dan batuan beku
dianggap sebagai “nenek moyang” dari batuan lainnya. Dari sejarah pembentukan
Bumi, diperoleh gambaran bahwa pada awalnya seluruh bagian luar dari Bumi ini
x
terdiri dari batuan beku. Dengan perjalanan waktu serta perubahan keadaan, maka
kelompok batuan yang lainnya. Proses perubahan dari satu kelompok batuan ke
kelompok lainnya, merupakan suatu siklus yang dinamakan “Daur Batuan” (Noor,
2012).
Melalui daur batuan ini, juga dapat dirunut proses-proses geologi yang bekerja
dan mengubah kelompok batuan yang satu ke lainnya. Konsep daur batuan ini
merupakan landasan utama dari Geologi Fisik yang diutarakan oleh James Hutton.
Dalam daur tersebut, batuan beku terbentuk sebagai akibat dari pendinginan dan
pembekuan magma. Pendinginan magma yang berupa lelehan silikat, akan diikuti oleh
proses penghabluran yang dapat berlangsung di bawah atau di atas permukaan Bumi
dipindahkan/digerakkan dari tempatnya terkumpul oleh gaya berat, air yang mengalir
di atas dan di bawah permukaan, angin yang bertiup, gelombang dipantai dan gletser
xi
sebagai alat pengikis, yang dalam bekerjanya berupaya untuk meratakan permukaan
Bumi. Bahan-bahan yang diangkutnya baik itu berupa fragmen-fragmen atau bahan
(Noor, 2012).
Proses berikutnya adalah terjadinya ubahan dari sedimen yang bersifat lepas,
menjadi batuan yang keras, melalui pembebanan dan perekatan oleh senyawa mineral
dalam larutan, dan kemudian disebut batuan sedimen. Apabila terhadap batuan
sedimen ini terjadi peningkatan tekanan dan suhu sebagai akibat dari penimbunan dan
atau terlibat dalam proses pembentukan pegunungan, maka batuan sedimen tersebut
akan mengalami ubahan untuk menyesuaikan dengan lingkungan yang baru, dan
terbentuk batuan malihan atau batuan metamorfis. Apabila batuan metamorfis ini
masih mengalami peningkatan tekanan dan suhu, maka ia akan kembali leleh dan
siklus dapat terganggu dengan adanya jalan-jalan pintas yang dapat ditempuh, seperti
dari batuan beku menjadi batuan metamorfis, atau batuan metamorfis menjadi
sedimen tanpa melalui pembentukan magma dan batuan beku. Batuan sedimen dilain
pihak dapat kembali menjadi sedimen akibat tersingkap ke permukaan dan mengalami
xii
Gambar 2.2 Daur Batuan (Siklus Batuan)
Batuan beku atau batuan igneous (dari Bahasa Latin: ignis, “api”) termasuk
jenis batuan yang terbentuk dari magma. Magma akan mendingin dan mengalami
pengerasan. Proses pengerasan ini dilalui dengan atau tanpa kristalisasi, baik di dalam
lapisan bumi sebagai batuan intrusif (plutonik) maupun di atas permukaan sebagai
Batuan beku ini terbentuk karena adanya magma yang mengeras atau
mengalami pembekuan. Magma ini berasal dari batuan setengah cair ataupun oleh
batuan yang sudah ada sebelumnya, baik yang berada di mantel maupun di kerak
bumi. Secara umum, proses pelelehan tersebut terjadi pada salah satu proses dari
untuk proses pembentukan batuan beku ini juga terkadang tergantung pada jenis
batuan bekunya masing-masing (Zikri, 2018). Beberapa jenis batuan beku dan proses
xiii
Untuk ilustrasi Plutonik atau Intrusif bisa dilihat pada Gambar 2.3.
perut bumi dalam kondisi tekanan tinggi (Zikri, 2018). Bentuk intrusif secara
(Zikri, 2018).
B. Gang (Korok)
xiv
Gambar 2.4 Proses Pembentukan Batuan Beku Korok (Gang)
Penyebaran dan bentuk batuan gang dapat disamakan dengan helai kertas
Untuk ilustrasi Batuan Beku Vulkanik atau Intrusif bisa dilihat pada Gambar
2.5.
xv
Gambar 2.5 Proses Pembentukan Batuan Beku Vulkanik atau Ekstrusif.
Batuan Beku Vulkanik atau Ekstrusif adalah batuan beku yang proses
yaitu lava yang memiliki berbagai struktur yang memberi petunjuk mengenai
proses yang terjadi pada saat pembekuan lava tersebut (Noor, 2012). Adapun
ilustrasi tentang Batuan Beku berdasarkan Bowen’s Reaction Series bisa dilihat
xvi
Gambar 2.6 Bowen’s Reaction Series
temperatur, perubahan tekanan dan perubahan dalam komposisi, larutan magma ini
Ketika batuan beku membeku pada keadaan temperatur dan tekanan yang tinggi di
penyusunnya memiliki waktu untuk membentuk sistem kristal tertentu dengan ukuran
mineral yang relatif besar. Sedangkan pada kondisi pembekuan dengan temperatur
dan tekanan permukaan yang rendah, mineral-mineral penyusun batuan beku tidak
yang tidak memiliki sistem kristal, dan mineral yang terbentuk biasanya berukuran
relatif kecil (Noor, 2012). Berdasarkan hal di atas tekstur batuan beku dapat
dibedakan berdasarkan:
1. Tingkat Kristalisasi
kristal.
B. Hipokristalin, yaitu batuan beku yang tersusun oleh kristal dan gelas.
C. Holohialin, yaitu batuan beku yang hampir seluruhnya tersusun oleh gelas.
2. Ukuran Butir
xvii
A. Phaneritic, yaitu batuan beku yang hampir seluruhnya tersusun oleh
B. Aphanitic, yaitu batuan beku yang hampir seluruhnya tersusun oleh mineral
3. Bentuk Kristal
mengisi ruang yang ada sehingga bentuknya tidak sempurna (Noor, 2012).
Tekstur Batuan Beku berdasarkan keseragaman antar butirnya terbagi atas dua
2012).
xviii
B. Inequigranular, yaitu ukuran butir penyusun batuannya tidak sama (Noor,
2012).
Batuan Beku dibedakan menjadi Batuan Beku Intrusive dan Extrusive. Hal ini pada
ketampakan dari batuan beku yang tersingkap merupakan hal pertama yang harus
kita perhatikan. Ketampakan inilah yang disebut sebagai Struktur Batuan Beku (Noor,
2012). Adapun pembagian Struktur Batuan Beku antara lain sebagai berikut:
Struktur Batuan Beku Ekstrusif terbagi atas beberapa poin (Noor, 2012), yaitu
sebagai berikut:
terlihat seragam.
B. Sheeting joint, yaitu struktur batuan beku yang terlihat sebagai lapisan.
gumpal. Hal ini diakibatkan proses pembekuan terjadi pada lingkungan air.
beku. Lubang ini terbentuk akibat pelepasan gas pada saat pembekuan.
xix
Berdasarkan kedudukannya terhadap pelapisan batuan yang diterobosnya
struktur tubuh batuan beku intrusif terbagi menjadi dua yaitu konkordan dan
A. Kondkordan
pelapisan disekitarnya (Noor, 2012), jenis-jenis dari tubuh batuan ini yaitu:
1) Sill, tubuh batuan yang berupa lembaran dan sejajar dengan pelapisan
batuan di sekitarnya.
ribuan meter.
diameter yang lebih besar dari laccolith, yaitu puluhan sampai ratusan
4) Paccolith, tubuh batuan beku yang menempati sinklin atau antiklin yang
B. Diskordan
xx
2) Batolith, yaitu tubuh batuan yang memiliki ukuran yang sangat besar
yaitu > 100 km bujur sangkar dan membeku pada kedalaman yang
besar.
3) Stock, yaitu tubuh batuan yang mirip dengan Batolith tetapi ukurannya
lebih kecil.
Sedimen adalah setiap partikel yang dapat ditranspor oleh aliran fluida yang
dipindahkan oleh air (proses fluvial), oleh angin (proses aeolian) dan oleh es (glacier).
Endapan pasir pantai dan endapan pada saluran sungai adalah contoh-contoh dari
pada aliran yang sangat lambat atau pada air yang relatif diam seperti di danau atau
di lautan. Endapan “sand dunes” dan endapan “loess” yang terdapat di gurun
merupakan contoh dari pengangkutan dan pengendapan yang disebabkan oleh proses
angin, sedangkan endapan “moraine” yang terdapat di daerah yang beriklim dingin
merupakan contoh dari pengangkutan dan pengendapan proses gletser (Noor, 2012).
Sedimen merupakan bahan atau partikel yang terdapat di permukaan bumi (di
dari satu tempat (kawasan) ke tempat lainnya. Sedimen ini apabila mengeras
(membatu) akan menjadi batuan sedimen. Ilmu yang mempelajari batuan sedimen
adalah iklim, topografi, vegetasi dan juga susunan yang ada dari batuan. Sedangkan
faktor yang mengontrol pengangkutan sedimen adalah air, angin, dan juga gaya
gravitasi. Sedimen dapat terangkut baik oleh air, angin, dan bahkan salju/gletser.
Mekanisme pengangkutan sedimen oleh air dan angin sangatlah berbeda. Pertama,
xxi
karena berat jenis angin relatif lebih kecil dari air maka angin sangat susah
mengangkut sedimen yang ukurannya sangat besar. Besar maksimum dari ukuran
sedimen yang mampu terangkut oleh angin umumnya sebesar ukuran pasir. Kedua,
karena sistem yang ada pada angin bukanlah sistem yang terbatasi ( confined) seperti
layaknya channel atau sungai maka sedimen cenderung tersebar di daerah yang
sangat luas bahkan sampai menuju atmosfer (Noor, 2012). Adapun ilustrasi dari
batuan beku. Pengikisan ini dapat disebabkan karena pergerakan air, angin, es atau
aktivitas makhluk hidup. Partikel-partikel yang terkikis akan bergerak mengikuti media
pengikutnya. Kemudian pada suatu titik akan berhenti dan terkumpul di suatu tempat.
dapat terjadi di daratan, garis pantai ataupun di dasar laut. Setelah mengendap,
(Zikri, 2018). Adapun ciri-ciri dan Karakter Batuan Sedimen adalah sebagai berikut:
xxii
Kebanyakan Batuan Sedimen yang dijumpai berwarna terang, seperti putih,
kuning, atau abu-abu terang. Tetapi ada juga yang dijumpai berwarna gelap
seperti hitam, merah dan coklat. Warna dari Batuan Sedimen sangat bervariasi
Proses ini dapat terjadi pada suhu dan tekanan normal hingga suhu 300
E. Padu (indurated), pada tingkat ini konsolidasi material terjadi pada kondisi
F. Agak kompak (padat), pada tingkat ini masih ada butiran/fragmen yang
xxiii
Berdasarkan perbandingan dimensi Tinggi, Panjang dan Lebarnya, terdapat 4
A. Oblate, bila ukuran tinggi sama dengan panjangnya tetapi tidak sama
dengan lebarnya.
D. Prolate, bila ukuran panjang dan lebarnya sama, tetapi ukuran tingginya
berbeda.
Butir lanau dan lempung tidak dapat diamati dan diukur secara megaskopik.
Ukuran butir lanau dapat diketahui jika material itu diraba dengan tangan
masih terasa ada butir seperti pasir tetapi sangat halus. Ukuran butir lempung
akan terasa sangat halus dan lembut di tangan, tidak terasa ada gesekan
butiran seperti pada lanau, dan bila diberi air akan terasa sangat licin (Zikri,
2018).
xxiv
Umumnya penilaian Ukuran Butir Batuan Sedimen mengikuti Skala Wentworth
Pada hakikatnya, tekstur adalah hubungan antar butir / mineral yang terdapat
di dalam batuan. Tekstur yang terdapat dalam batuan sedimen terdiri dari fragmen
batuan / mineral dan matriks (massa dasar). Adapun yang termasuk dalam tekstur
pada batuan sedimen klastik terdiri dari: Besar butir ( grain size), Bentuk butir (grain
xxv
1. Besar Butir (Grain Size) adalah ukuran butir dari material penyusun batuan
2. Bentuk butir (Grain shape) pada sedimen klastik dibagi menjadi: Rounded
diangkut menjadi berkurang ukurannya oleh akibat abrasi. Abrasi yang bersifat
acak akan menghasilkan kebundaran yang teratur pada bagian tepi butiran.
Terbuka, yaitu hubungan antara masa dasar dan fragmen butiran yang
batuan. Kemas tertutup, yaitu hubungan antar fragmen butiran yang relatif
xxvi
menjadi terpilah atas dasar densitasnya (berat jenisnya), karena energi dari
partikel yang lebih besar juga akan menjadi besar, sehingga pemilahan akan
5. Sementasi adalah bahan pengikat antar butir dari fragmen penyusun batuan.
yang ada pada batuan. Jenis porositas pada batuan sedimen adalah Porositas
7. Kelulusan (Permeability) adalah sifat yang dimiliki oleh batuan untuk dapat
Struktur Batuan Sedimen terbagi atas beberapa jenis (Zikri, 2018), yaitu:
Struktur di dalam batuan terbagi atas beberapa poin yaitu sebagai berikut:
xxvii
b) Struktur perlapisan silang-siur (cross bedding / cross lamination).
kasar.
Struktur permukaan terbagi lagi atas beberapa poin yaitu sebagai berikut:
Struktur erosi terbagi lagi atas beberapa poin yaitu sebagai berikut:
xxviii
Gambar 2.9 Penampakan Batuan Metamorf di Alam
“meta” yang artinya “berubah” dan “morph” yang artinya “bentuk”. Dengan demikian
kelompok mineral dan tekstur batuan yang terjadi dalam suatu batuan yang
mengalami tekanan dan temperatur yang berbeda dengan tekanan dan temperatur
saat batuan tersebut pertama kalinya terbentuk. Sebagai catatan bahwa istilah
“diagenesa” juga mengandung arti perubahan yang terjadi pada batuan sedimen.
Hanya saja proses diagenesa terjadi pada temperatur dibawah 200° C dan tekanan
dibawah 300 MPa (MPa = Mega Pascal) atau setara dengan tekanan sebesar 3000
“diagenesa”. Batuan yang dapat mengalami tekanan dan temperatur diatas 300 Mpa
dan 200° C umumnya berada pada kedalaman tertentu dan biasanya berasosiasi
dengan proses tektonik, terutama di daerah tumbukan lempeng atau zona subduksi.
Batas atas antara proses metamorfosa dan pelelehan batuan masih menjadi
pertanyaan hingga saat ini. Sekali batuan mulai mencair, maka proses perubahan
merupakan proses pembentukan batuan beku. Batuan metamorf adalah batuan yang
xxix
terbentuk dari batuan asal (Batuan Beku, Sedimen, dan Metamorf) yang mengalami
perubahan Temperatur (T), Tekanan (P), atau Temperatur (T) dan Tekanan (P) secara
batuan yang baru (Noor, 2012). Adapun Metamorfosa terbagi atas beberapa poin yaitu
sebagai berikut:
mekanis, seperti yang terjadi pada dua blok batuan yang mengalami
pergeseran satu dan lainnya disepajang suatu zona sesar / patahan. Panas
yang ditimbulkan oleh gesekan yang terjadi disepanjang zona patahan inilah
mineral baru akan berkembang, akan tetapi batuan tampak seperti tidak
beku dan merupakan hasil dari kenaikan temperatur yang tinggi dan
disekeliling intrusi yang terpanaskan oleh magma dan bagian kontak ini
ke segala arah kearah luar dari tubuh intrusi. Metamorfosa kontak biasanya
xxx
dikenal sebagai metamorfosa yang bertekanan rendah dan temperatur tinggi
dan batuan yang dihasilkan seringkali batuan berbutir halus tanpa foliasi dan
sangat luas dimana tingkat deformasi yang tinggi dibawah tekanan diferensial.
tingkat foliasi yang sangat kuat, seperti Slate, Schists, dan Gneisses. Tekanan
tekanan (kompresi), dan tekanan ini umumnya berasal dari dua massa benua
dikatakan bahwa batuan metamorfosa regional terjadi pada inti dari rangkaian
kompresi pada batuan yang terlipat dan adanya penebalan kerak dapat
mendorong batuan kearah bagian bawah sehingga menjadi lebih dalam yang
susunan butir mineral batuan tersebut (Zikri, 2018). Tekstur umum yang paling sering
dijumpai adalah:
Tekstur Sisa adalah tekstur batuan metamorf yang masih menunjukan sisa
xxxi
Blastoporfiritik. Penamaan lainnya dengan memberi awalan ” meta”, misalnya
2. Tekstur Kristaloblastik
metamorf yang memperlihatkan tekstur mirip porfiritik pada batuan beku, tapi
1. Ber-Foliasi
Contoh batuan metamorf dengan stuktur ber-foliasi bisa dilihat pada Gambar
2.10.
xxxii
Adapun pembagiannya secara lebih lanjut yaitu:
A. Slaty cleavage. Struktur foliasi planar yang dijumpai pada bidang belah
batu sabak/slate, mineral mika mulai hadir, batuannya disebut slate (batu
tulis).
mengkilap daripada batu sabak (mulai banyak mineral mika), mulai terjadi
2. Non-Foliasi
2.11.
xxxiii
Non-Foliasi merupakan batuan metamorf yang tidak memiliki lapisan-lapisan
batuannya disebut
Phyllonite (Filonit).
Batuan menjadi bahan dasar yang paling banyak digunakan oleh manusia
telah dikenali tiga jenis batuan yang berbeda. Tentu ketiganya memiliki karakteristik
baik itu dari segi tekstur maupun struktur yang berbeda. Sehingga dalam
xxxiv
memiliki peran penting untuk digunakan atau dimanfaatkan pada industri
(Anasari, 2013):
1. Batuan Beku
Batuan beku memiliki karakteristik yang keras dan beberapa jenisnya memiliki
yang kuat untuk bangunan adalah jenis dari batuan beku, bangunan yang
2. Batuan Sedimen
Sama halnya dengan jenis batuan beku, batuan sedimen juga erat kaitannya
dengan pemanfaatan di sektor bangunan, di area pertambangan. Seperti
contoh pada gambar di bawah ini.
xxxv
Gambar 2.13 Pemanfaatan Batuan Sedimen
3. Batuan Metamorf
maupun kimiawi yang disebabkan karena adanya suhu tinggi dan tekanan
yang
disebabkan karena adanya suhu tinggi dan tekanan yang kuat dalam waktu
pembangunan yang tentunya sama halnya dengan batuan beku dan batuan
tangga hingga aksesoris. Seperti yang ditunjukkan oleh gambar di bawah ini
berkembang dan bervariasi. Perkembangan ini tentu tidak dapat dipisahkan dengan
riset dalam pengembangan instrumen (peralatan) dan teknologi yang mendukung. Hal
xxxvi
tanaman untuk eksplorasi) dan inderaja untuk eksplorasi batuan dan mineral (Hakim,
2019).
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
Adapun alat dan bahan yang digunakan selama praktikum Geologi Fisik Acara
3.1.1 Alat
Alat adalah benda yang tidak habis digunakan Ketika melakukan kegiatan atau
1. Paku
Paku pada saat praktikum berguna sebagai penguji tingkat kekerasan pada
mineral. Dimana paku sendiri memiliki kekerasan yaitu 6-6,5. Berikut adalah
gambar paku.
xxxvii
Gambar 3.1 Paku
2. Kikir Baja
Kikir baja adalah salah satu alat uji kekerasan yang memiliki skala kekerasan
yaitu 6,5-7 cara menggunakannya dengan cara menggesek bagian yang kasar
dari kikir dengan mineral yang diidentifikasi. Berikut adalah gambar dari kikir
baja.
xxxviii
3. Kawat tembaga
Kawat tembaga memiliki skala kekerasan yaitu 3, yang dapat digunakan untuk
tembaga.
4. Kaca
5. Penggaris
xxxix
Penggaris pada saat praktikum digunakan untuk mengukur lebar, Panjang dan
juga tinggi dari batuan yang dideskripsi. Berikut adalah Gambar dari penggaris.
Alat tulis dan pensil warna berfungsi dalam pencatatan data-data dan sketsa
dari mineral yang diobservasi Ketika praktikum. Berikut adalah Gambar alat
tulis.
xl
Gambar 3.6 Alat tulis dan pensil warna
7. Pembanding
Buku Rocks and Mineral digunakan sebagai pedoman pada saat praktikum
untuk mengidentifikasi jenis mineral. Berikut adalah Gambar buku Rocks and
Mineral.
xli
Gambar 3.8 Buku Rocks and Mineral
9. Lup
Lup digunakan untuk melihat partikel kecil dari hasil ceratan batuan, sehingga
3.1.2 Bahan
Bahan adalah benda yang habis dipakai Ketika melakukan praktikum. Berikut
xlii
1. Cairan HCl
Berfungsi untuk mengetahui reaksi asam pada mineral. Berikut Gambar HCl.
2. Tissue
3. Lembar Patron
Berfungsi untuk media menulis dan menjawab soal respon. Berikut adalah
xliii
Gambar 3.12 Lembar Patron
4. Lembar Deskripsi
Berfungsi untuk mencatat data-data sifat fisik mineral yang didapatkan saat
5. Kamera Handphone
Digunakan untuk memotret sampel batuan yang diidentifikasi pada saat proses
praktikum.
xliv
Gambar 3.14 Kamera Handphone
xlv
3.2 Prosedur Praktikum
disediakan.
46
BAB IV
4.1 Hasil
1. Stasiun 01
Hasil yang kami dapatkan pada saat melakukan deskripsi sampel batuan pada
TEKSTUR
KRISTALINITAS : Holokristalin
GRANULARITAS : Fanerik
RELASI : Inequigranular
STRUKTUR : Xenolith
KOMPOSISI MINERAL
FENOKRIS : Kuarsa
47
2 Stasiun 02
Hasil yang kami dapatkan pada saat melakukan deskripsi sampel batuan pada
TEKSTUR : Hipokristalin
KRISTALINITAS : Aphanitik
GRANULARITAS : Subhedral
RELASI : Xenolith
STRUKTUR : Masif
KOMPOSISI MINERAL
FENOKRIS : Labraorit
48
3. Stasiun 03
Hasil yang kami dapatkan pada saat melakukan deskripsi sampel batuan pada
TEKSTUR
KRISTALINITAS : Holokristalin
GRANULARITAS : Feneritik
RELASI : Inequigranular
STRUKTUR : Xenolith
KOMPOSISI MINERAL
FENOKRIS : Ortopiroksin
49
4. Stasiun 04
Hasil yang kami dapatkan pada saat melakukan deskripsi sampel batuan pada
WARNA
TEKSTUR : Kristaloblastik
50
5. Stasiun 05
Hasil yang kami dapatkan pada saat melakukan deskripsi sampel batuan pada
TEKSTUR : Klastik
STRUKTUR : Bedding
KOMPOSISI KIMIA :
FRAGMEN
MATRIKS
SEMEN
SORTASI : Baik
KEMAS : Tertutup
51
6. Stasiun 06
Hasil yang kami dapatkan pada saat melakukan deskripsi sampel batuan pada
TEKSTUR : Non-Klastik
STRUKTUR : Amorf
KOMPOSISI KIMIA :
FRAGMEN
MATRIKS
SEMEN
SORTASI :-
KEMAS :-
52
7. Stasiun 07
Hasil yang kami dapatkan pada saat melakukan deskripsi sampel batuan pada
TEKSTUR : Klastik
FRAGMEN
MATRIKS
SEMEN
SORTASI : Buruk
KEMAS : Terbuka
53
8. Stasiun 08
Hasil yang kami dapatkan pada saat melakukan deskripsi sampel batuan pada
WARNA
TEKSTUR : Palimsest
54
9. Stasiun 09
Hasil yang kami dapatkan pada saat melakukan deskripsi sampel batuan pada
WARNA
TEKSTUR : Granoblastik
STRUKTUR : Phylitik
55
10. Stasiun 10
Hasil yang kami dapatkan pada saat melakukan deskripsi sampel batuan pada
WARNA
TEKSTUR : Kristaloblastik
56
11. Stasiun 11
Hasil yang kami dapatkan pada saat melakukan deskripsi sampel batuan pada
TEKSTUR : Klastik
STRUKTUR : Xenolit
KOMPOSISI KIMIA :
FRAGMEN
MATRIKS
SEMEN
SORTASI : Buruk
KEMAS : Tertutup
57
12. Stasiun 12
Hasil yang kami dapatkan pada saat melakukan deskripsi sampel batuan pada
WARNA
TEKSTUR : Kristaloblastik
STRUKTUR : Schistosa
58
4.2 Pembahasan
Stasiun 1 Granit
Batuan granit yang kita amati memiliki warna cerah, butirannya kasar, tersusun
dari mineral dominan berupa kuarsa dan feldspar, serta sedikit mineral mika dan
amfibol. Berdasarkan deskripsi pada stasiun pertama, kami mendapati bahwa warna
segar dari Granit yakni putih, dan berwarna lapuk hitam. Dari segi tekstur, batuan
xenolith, memiliki fenokris atau mineral berukuran besar Kuarsa dengan massa dasar
atau mineral pengikat Biotit. Keterdapatan dari batuan Granit di alam banyak dijumpai
di daerah sekitar pegunungan. Batuan ini sangat masif (padat) dengan kepadatan
rata-rata 2,75 gram per centimeter kubik dan kekuatan tekanan lebih dari 200 Mpa.
59
Stasiun 2 Basalt
Batuan Basalt yang kita amati ini berwarna segar hitam, berwarna abu-abu
ketika lapuk. tekstur dari mineral ini adalah hipokristalin, belahan sempurna, pecahan
kasar dan tidak jelas, sistem kristal heksagonal, kristalinitas aphanitik, granularitas
struktur massive dengan komposisi mineral fenokris atau mineral dengan butiran besar
atau kasat mata pada batuan ini yaitu mineral Labraorit dan massa dasar atau mineral
pengikatnya yaitu Klinopioksin. Basalt adalah batuan beku ekstrusif aphanitic yang
terbentuk dari pendinginan cepat lava dengan viskositas rendah yang kaya akan
magnesium dan besi (lava mafik) yang terpapar pada atau sangat dekat permukaan
planet atau bulan berbatu. Lebih dari 90% dari semua batuan vulkanik di Bumi adalah
basalt.
60
Stasiun 3 Dasit
Batuan Dasit yang kita amati berwarna segar abu-abu, berwarna cokelat ketika
lapuk. tekstur kristalinitas dari batuan ini adalah holokristalin, granularitas feneritik
xenolith dengan komposisi mineral fenokris atau mineral dengan butiran besar atau
kasat mata pada batuan ini yaitu mineral Ortopiroksin dan massa dasar atau mineral
pengikatnya yaitu Klinopiroksin Dasit adalah batuan beku yang tersusun antara batu
granit hingga batu Gabro atau batu basalt. Dasit ini sendiri lebih banyak dimanfaat
Stasiun 4 Serpentin
Batuan metamorf yang kita amati pada stasiun ini memiliki warna segar abu-
abu, berwarna kuning ketika lapuk. tekstur kristalinitas dari batuan ini adalah
61
kristaloblastik, struktur foliasi (slatycleavage) dengan nama batuannya yaitu Serpentin.
Batuan serpentin adalah salah satu batuan metamorf berjenis foliated (foliasi) yang
mempunyai kesan penjajaran atau garis-garis yang disebut bands dan lensa yang
tersusun dari berbagai macam mineral. Garis-garis yang ada pada batuan serpentin
biasanya terdiri dari mineral yang mempunyai tekstur granular dan garis-garis pada
batuan ini biasanya mempunyai orientasi memanjang. Batu serpentin merupakan salah
satu batuan matemorf yang memiliki kristal-kristal kasar, biasanya berbentuk seperti
membentuk foliasi sekunder yang kasar pula oleh karena itu batuan ini sering
Batuan sedimen yang kita amati di stasiun ini memiliki warna segar abu-abu,
berwarna putih ketika lapuk. tekstur dari batuan ini adalah klastik, dengan struktur
62
bedding. Batu Pasir adalah batuan sedimen klastik yang terdiri dari butiran mineral
berukuran pasir atau bahan organik. Di dalam batu pasir terdapat semen yang
mengikat butiran-butiran pasir dan biasanya terdiri dari partikel matriks lanau maupun
lempung yang menempati ruang antar butiran pasir. Batu pasir adalah salah satu jenis
batuan sedimen yang paling umum dan banyak ditemukan dalam cekungan sedimen
sebagai contoh batu pasir arenit dan batu gamping wacke. Penamaan batu pasir
berdasarkan komposisi butiran penyusunnya sebagai contoh batu pasir arkose dan
batu pasir litik. Banyak klasifikasi batu pasir yang dibuat oleh para ahli, sebagai contoh
Stasiun 6 Batubara
Batuan sedimen yang kita amati di stasiun ini memiliki warna segar hitam,
berwarna cokelat ketika lapuk. tekstur dari batuan ini adalah non klastik, dengan
struktur amorf. Batubara adalah jenis batuan sedimen, dengan kandungan karbon
sebagai mineral utama dan juga hidrogen, belerang serta oksigen dalam mineral
sekundernya. Tingginya kandungan senyawa ini membuat batu bara mudah terbakar.
63
Batubara sangat berlimpah di Indonesia dan menjadi salah satu hasil tambang non-
Batuan sedimen yang kita amati pada stasiun ini memiliki warna segar putih,
berwarna abu-abu kehijauan ketika lapuk. tekstur dari batuan ini adalah klastik,
dengan struktur load cast, sortasi buruk, kemas terbuka, batuannya adalah Batu
Gamping. Batu gamping adalah jenis batu kapur, batuan ini merupakan sedimen yang
terdiri dari calcite atau kalsium carbonate. Karenanya, batu gamping dipakai untuk
yang kuat dengan bersumber bahan yang berkualitas. Salah satunya adalah batu
gamping..
64
Gambar 4.7 Batu Gamping
Stasiun 8 Gneiss
Pada stasiun ini kita mengamati batuan metamorf. Batuan ini memiliki warna
segar abu-abu, berwarna kuning ketika lapuk. tekstur kristalinitas dari batuan ini
Gneiss. Batuan gneiss atau batu genes adalah salah satu batuan metamorf berjenis
foliated (foliasi) yang mempunyai kesan penjajaran atau garis-garis yang disebut
bands dan lensa yang tersusun dari berbagai macam mineral. Garis-garis yang ada
pada batuan genes biasanya terdiri dari mineral yang mempunyai tekstur granular dan
garis-garis pada batuan ini biasanya mempunyai orientasi memanjang. Batu genes
memiliki kristal-kristal kasar, biasanya berbentuk seperti lapisan yang diakibatkan oleh
kasar pula oleh karena itu batuan ini sering dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari
65
Gambar 4.8 Gneiss
Stasiun 9 Filit
Batuan yang kita amati di stasiun 9 ini memiliki warna segar abu-abu,
berwarna kuning ketika lapuk. tekstur kristalinitas dari batuan ini adalah granoblastik,
struktur foliasi (slatycleavage) dengan nama batuannya yaitu Filit. Batuan Filit atau
batu adalah salah satu batuan metamorf berjenis foliated (foliasi) yang mempunyai
kesan penjajaran atau garis-garis yang disebut bands dan lensa yang tersusun dari
berbagai macam mineral. Garis-garis yang ada pada batuan Filit biasanya terdiri dari
mineral yang mempunyai tekstur granular dan garis-garis pada batuan ini biasanya
66
Stasiun 10 Batu Marmer
Batuan yang kita amati di stasiun ini termasuk batuan metamorf. Batuan
memiliki warna segar putih, berwarna kuning ketika lapuk. tekstur kristalinitas dari
batuannya yaitu Marmer. Batuan Marmer adalah salah satu batuan metamorf berjenis
foliated (foliasi) Batuan ini memiliki corak yang indah sehingga sering dimanfaatkan
dalam kehidupan sehari-hari seperti sebagai bahan bangunan seperti lantai, dinding,
dll.
Batuan yang kita amati di stasiun 11 yaitu batu lumpur. Batuan ini memiliki
warna segar abu-abu, berwarna kekuningan ketika lapuk. tekstur dari batuan ini non
klastik, dengan struktur xenolit. Pengertian batu lumpur yaitu batuan yang memiliki
struktur padat dengan susunan mineral yang lebih banyak dari batu lanau. Selain itu,
batu lumpur juga dapat diartikan sebagai salah satu jenis batuan sedimen yang
bersifat liat atau plastis, tersusun dari hidrous aluminium silikat (mineral lumpur) yang
ukuran butirannya halus. Ukuran butiran batu lumpur sangatlah halus, yakni tidak lebih
67
dari 0,002 mm. selain keramik, tanah liat dari batu lumpur juga dimanfaatkan untuk
membuat semen, batu bata dan agregat ringan lainnya. Batu lumpur yang terbuat dari
abu vulkanik juga dapat dimanfaatkan sebagai lumpur yang membantu pengeboran.
Stasiun 12 Sekis
Batuan Sekis ini memiliki warna segar cokelat, berwarna abu-abu ketika lapuk.
tekstur kristalinitas dari batuan ini adalah kristaloblastik, struktur foliasi ( schistosa)
dengan nama batuannya yaitu Sekis. Batuan Sekis adalah batuan metamorphic yang
seperti mika, yang dibariskan pada satu arah, memperlihatkan struktur foliasi yang
tidak teratur. Terbentuk pada temperature (> 400C) dan tekanan yang cukup tinggi
mengalami proses metamorfisme sangat jauh sehingga bentuknya sudah jauh berbeda
dibanding dengan Slate atau phyllite. menjadi lebih raksasa (massive) dan secara
keseluruhan lebih micaceous dibanding phyllite. Batuan ini merupakan salah satu
68
Gambar 4.12 Sekis
69
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
menyimpulkan:
1. Batuan Beku adalah jenis batuan yang terbentuk dari magma yang mendingin
dan mengeras, dengan atau tanpa proses kristalisasi, baik di bawah permukaan
ekstrusif (vulkanik).
2. Batuan sedimen berasal dari batuan yang lebih dahulu terbentuk, yang
3. Batuan Metamorf adalah salah satu kelompok utama batuan yang merupakan
hasil transformasi atau ubahan dari suatu tipe batuan yang telah ada
Kami berharap Asisten Lab lebih sabar lagi kedepannya untuk membimbing
70
DAFTAR PUSTAKA
Noor, D., 2012. Pengantar Geologi. Kedua penyunt. Bogor: Pakuan University Press.
Zuhdi, M., 2019. Pengantar Geologi. Mataram(Nusa Tenggara Barat): Duta Pustaka
Ilmu.
71
LAMPIRAN
72