OLEH:
MUHAMMAD SANUSI
NIM. 1606136704
1
USUL PENELITIAN
OLEH:
MUHAMMAD SANUSI
NIM. 1606136704
ii
iii
KATA PENGANTAR
judul “Karakteristik briket arang ampas tebu dengan penambahan arang cangkang
buah kelapa sawit”. Shalawat beserta salam tidak lupa penulis hadiahkan kepada
Terima kasih saya ucapkan kepada Ir. Noviar Harun, M.S sebagai dosen
pembimbing I dan Angga Pramana, SP., M.Sc sebagai dosen pembimbing II yang
selesainya usul penelitian ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada
Penulis menyadari, bahwa usul penelitian ini jauh dari kesempurnaan dan
Muhammad Sanusi
iv
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL..................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN....................................................................... iii
KATA PENGANTAR................................................................................... iv
DAFTAR ISI.................................................................................................. v
DAFTAR TABEL........................................................................................ vii
DAFTAR GAMBAR..................................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................. ix
I. PENDAHULUAN................................................................................ 1
I.1 Latar Belakang................................................................................ 1
I.2 Tujuan Penelitian............................................................................ 3
I.3 Hipotesis......................................................................................... 3
III. METODOLOGI................................................................................... 15
III.1........................................................................Tempat dan Waktu
....................................................................................................15
III.2..............................................................................Bahan dan Alat
.............................................................................................. 15
III.3..........................................................................Metode Penelitian
............................................................................................. 15
III.4..................................................................Pelaksanaan Penelitian
............................................................................................. 17
III.4.1 Pemilihan Bahan.................................................................. 17
III.4.2 Proses karbonisasi ampas tebu............................................. 17
III.4.3 Proses karbonisasi cangkang buah kelapa sawit.................. 17
III.4.4 Persiapan perekat................................................................. 17
III.4.5 Proses pembuatan briket...................................................... 18
III.5....................................................................................Pengamatan
............................................................................................ 18
III.5.1 Kerapatan ............................................................................ 18
v
III.5.2 Kadar air............................................................................... 19
III.5.3 Kadar zat menguap.............................................................. 19
III.5.4 Kadar abu............................................................................. 20
III.5.5 Kadar karbon terikat............................................................ 21
III.5.6 Nilai kalor............................................................................ 21
3.5.7 Analisis Data........................................................................ 22
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................... 23
LAMPIRAN .................................................................................................. 26
vi
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Komposisi ampas tebu dalam 100 g bahan.............................................. 7
2. Komposisi cangkang kelapa sawit dalam 100 g bahan............................ 10
3. Komposisi kimia tepung tapioka dalam 100 g bahan.............................. 12
4. Standar kualitas briket arang kayu SNI 01-6235-2000............................ 14
5. Formulasi Perlakuan................................................................................ 16
6. Standar kualitas briket arang kayu SNI 01-6235-2000............................ 13
7. Formulasi perlakuan................................................................................. 17
vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Tanaman tebu........................................................................................... 5
2. Tempurung kelapa.................................................................................... 6
3. Kelapa sawit............................................................................................. 8
4. Cangkang kelapa sawit............................................................................. 9
viii
I PENDAHULUAN
Nomor 05 tahun 2006 tentang Kebijakan Energi Nasional pada pasal 1 ayat 2
disebutkan bahwa sumber energi daya alam antara lain berupa minyak dan gas
bumi, batubara, air, panas bumi, gambut, biomassa dan sebagainya, baik secara
minyak bumi semakin menipis. Sumber energi terbarukan menjadi salah satu cara
alternatif untuk mengurangi pemakaian bahan bakar berasal dari fosil. Beberapa
jenis sumber energi yang dapat dikembangkan antara lain energi matahari, energi
Tebu adalah tanaman penghasil gula yang menjadi salah satu sumber
bahanpemanis berasal dari tebu sedangkan sisanya berasal dari bit gula. Ampas
tebu merupakan limbah hasil pengolahan tebu yang sudah diambil cairannya.
Penjual es tebu dapat menghasilkan ampas tebu sekitar 35%-40% dari berat tebu
yang digiling. Pemilihan bahan ini karena ampas tebu dari hasil UMKM
banyak dan belum dimanfaatkan secara optimal. Menurut Samsuri et al. (2007),
ampas tebu memiliki selulosa sekitar 52,7% dan lignin sebesar 20%, sehingga
1
berpotensi untuk dijadikan bahan bakar alternatif. Ampas tebu akan memberikan
nilai tambah tersendiri bila diberi perlakuan lebih lanjut seperti pembuatan briket.
Menurut Rohim (2019), briket ampas tebu memiliki nilai kalor sebesar 2.385,55
kal/g dan belum memenuhi kriteria SNI yaitu >5000. Nilai kalor ampas tebu yang
belum memenuhi SNI maka dibutuhkan bahan baku lain untuk memaksimalkan
limbah padat berupa cangkang kelapa sawit. Menurut Ojahan (2019), cangkang
kelapa sawit merupakan salah satu limbah hasil pengolahan minyak kelapa sawit
yang jumlahnya 60% dari produksi minyak inti. Cangkang kelapa sawit
merupakan bagian terdalam pada buah kelapa sawit yang menyelimuti inti kelapa
sawit. Cangkang kelapa sawit hanya menjadi limbah buangan pabrik karena tidak
dapat dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan PKO (Palm Kernel Oil). Menurut
Bani et al. (2008), cangkang kelapa sawit memiliki selulosa sebesar 26,16% dan
lignin sebesar 53,85% sehingga dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku briket
Menurut Sucipto (2021), briket cangkang kelapa sawit memiliki nilai kalor
sebesar 6.397,70 kal/g dan telah memenuhi SNI. Arang cangkang kelapa sawit
Penelitian terkait briket arang ampas tebu serta arang cangkang kelapa sawit
telah dilakukan oleh Mustain et al. (2021), Pembuatan Briket Campuran Arang
mendapatkan kombinasi terbaik yaitu 30% arang ampas tebu dan 70% arang
tempurung kelapa dengan nilai kalor 5.995 kal/g, kadar air 6,93%, kadar abu
2
3,50%, kadar zat menguap 24,75%, karbon terikat 64,82%. Wicaksono et al.
(2018), Variasi Komposisi Bahan pada Pembuatan Briket Cangkang Sawit (Elaeis
guineensis) dan Limbah Biji Kelor (Moringa oleifera) kombinasi 50% arang
cangkang sawit dan 50% arang biji kelor didapatkan nilai kalor 4851,4 kal/g,
kadar air 0,83%, kadar abu 1,96%, kadar zat menguap 34,55% . Berdasarkan
Kelapa Sawit.
1.2 Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan rasio terbaik antara
1.3 Hipotesis
Hipotesis dari penelitian ini adalah rasio arang ampas tebu dan arang
3
II TINJAUAN PUSTAKA
Tebu berasal dari Papua dan mulai dibudidayakan sejak 8.000 SM. Tanaman
ini menyebar seiring dengan migrasi manusia. Tebu menyebar, mulai dari Papua
terbesar terdapat di Pulau Jawa, Pulau Sumatera Bagian Selatan, Sumatera Barat,
Lampung, dan Nusa Tenggara. Tanaman tebu merupakan tanaman penghasil gula.
Selain itu daun-daunnya juga dapat digunakan untuk pakan ternak. Tanaman tebu
dapat tumbuh optimal pada daerah dataran rendah yangkering dengan ketinggian
kurang dari 500 mdpl dan iklim panas yang lembab pada suhu 25-28 ºC. Tanaman
tebu mengandung kadar gula yang tinggi, harus diperhatikan musim tanamnya.
Saat masih muda, tanaman tebu memerlukanbanyak air, sedangkan saat mulai tua
memerlukan musim kemarau yang panjang,yaitu curah hujan kurang dari 2.000
mm per tahun. Selain itu, tebu cocok ditanampada tanah yang tidak terlalu masam
hanya tumbuh di daerah yang memiliki iklim tropis. Pada penggilingan batang
tebu menjadi gula menghasilkan beberapa limbah padat diantaranya bagas dan
blotong. Bagas atau ampas tebu merupakan sisa penggilingan dan pemerahan tebu
berupa serpihan lembut serabut batang tebu yang diperoleh dalam jumlah besar.
4
Rendemen bagas mencapai sekitar 30-40% dari jumlah bobot tebu yang masuk ke
jumlah sekitar 3,8% dari bobot tebu. Hingga saat ini ampas tebu banyak
digunakan untuk bahan bakar utama ketel uap saat musim giling, pembuatan
pupuk organik, pulp, papan partikel, bahan makanan ternak, dan kanvas rem.
(Ismayana dan Ariyanto, 2012). Tanaman tebu dapat dilihat pada Gambar 1.
Tanaman tebu dapat tumbuh optimal pada daerah dataran rendah yang kering
dengan ketinggian kurang dari 500 mdpl dan iklim panas yang lembab pada suhu
25-28ºC. Agar tanaman tebu mengandung kadar gula yang tinggi, harus
banyak air, sedangkan saat mulai tua memerlukan musim kemarau yang panjang,
yaitu curah hujan kurang dari 2.000 mm/tahun. Tebu cocok ditanam pada tanah
yang tidak terlalu asam dengan pH di atas 6,4 (Indrawanto et al., 2012).
Ampas tebu adalah suatu residu atau limbah dari proses penggilingan
5
pada industri pembuatan gula, limbah berserat yang biasa disebut sebagai ampas
tebu (bagasse). Pada proses penggilingan tebu, terdapat lima kali proses
Menurut data FAO (Food and Agricultural Organization) tahun 2006 tentang
produksi per tahun sekitar 25.500 ton, dimana 35% dari produksi tersebut
merupakan ampas tebu. Ampas tebu yang berlimpah tersebut telah dimanfaatkan
sebagai bahan bakar pada ketel uap dimana energi yang di hasilkan dimanfaatkan
sebagai pembangkit listrik tenaga uap, bahan bakar pada tungku produksi dan
bahan baku pada pembuatan kertas (Purnawan, 2012). Ampas tebu dapat dilihat
pada Gambar 2.
Ampas tebu mengandung air 48-52%, gula 3,3%, dan serat 47,7%. Serat
ampas tebu sebagian besar terdiri dari selulosa, hemiselulosa dan lignin dan tidak
dapat larut dalam air. Menurut Lavarack et al. (2002), minimal 50% serat bagasse
diperlukan sebagai bahan bakar boiler, sedangkan 50% sisanya hanya ditimbun
sebagai buangan yang memiliki nilai ekonomi rendah. Potensi ampas tebu di
6
Indonesia sangat melimpah khususnya luar pulau jawa. Menurut Pusat Penelitian
Perkebunan Gula Indonesia (P3GI) tahun 2008, komposisi rata-rata hasil samping
industri gula di Indonesia terdiri dari limbah cair 52,9%, blotong 3,5%, ampas
tebu (bagasse) 32,0%, tetes tebu (molasses) 4,5%, dan gula 7,05% serta abu 0,1%
(Purnawan, 2012). Komposisi kimia ampas tebu dapat dilihat pada Tabel 1.
penghasil minyak nabati lainnya. Tanaman kelapa sawit menjadi populer setelah
revolusi industri pada akhir abad ke-19 yang menyebabkan permintaan minyak
nabati untuk bahan pangan dan industri sabun menjadi tinggi. Kelapa sawit
termasuk tanaman keras tahunan yang mulai menghasilkan pada umur 3 tahun
dengan usia produktif 25–30 tahun dan tingginya dapat mencapai 24 meter.
Produk utama kelapa sawit adalah CPO dan PKO, yang selanjutnya menjadi
7
Gambar 3. Kelapa sawit (Budi, 2009)
Kelapa sawit memiliki tiga bagian utama yaitu inti buah yang bergerombol
pada tandan, serat buah dan cangkang sawit. Luas lahan perkebunan kelapa sawit
di Indonesia tahun 2018 mencapai 12,76 juta hektar dan dapat menghasilkan
kelapa sawit sekitar 36,59 juta ton, sedangkan peningkatan produksi kelapa sawit
(2002), proses pengolahan minyak kelapa sawit akan dihasilkan limbah padat
berupa tempurung atau cangkang yang jumlahnya 60% dari produksi minyak inti
sawit atau PKO (Palm Kernel Oil). Limbah padat tersebut saat ini belum
pembangkit tenaga uap dan pengeras jalan dilingkungan perkebunan kelapa sawit
(Diputra, 2010).
Cangkang kelapa sawit adalah bagian paling keras pada komponen yang
terdapat pada kelapa sawit dan merupakan bahan bakar padat yang dapat
diperbarui untuk pembakaran. Setelah dikaji lebih dalam cangkang kelapa sawit
berat jenis yang lebih tinggi dari pada kayu yang mencapai 1,4 g/cm 3, dimana
semakin besar berat jenis bahan baku maka daya serat arang aktif yang dihasilkan
8
akan semakin besar, karakteristik ini memungkinkan bahan tersebut untuk
mencapai 60% dari produksi minyak inti. Limbah cangkang kelapa sawit
bewarna hitam keabuan, berbentuk tidak beraturan, dan memiliki kekerasan cukup
tinggi. Cangkang kelapa sawit dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi dengan
dijadikan sebagai sumber energi alternatif salah satunya briket (Purwanto, 2011).
2008). Di bawah ini adalah komposisi kimia cangkang kelapa sawit dilampirkan
pada Tabel 2.
9
Tabel 2. Komposisi cangkang kelapa sawit dalam 100 g bahan
Komposisi Satuan (%)
Selulosa 26,16
Hemiselulosa 6,92
Lignin 53,85
Sumber : Bani et al.(2018)
2.5 Karbonisasi
arang, pada proses karbonisasi juga dihasilkan karbon monoksida (CO), metana
dan air. Menurut Manocha (2003), karbonisasi atau pengarangan adalah proses
ruang tertutup dengan udara yang terbatas atau seminimal mungkin. Proses
bahan masih membara, bahan tersebut akan menjadi arang yang berwarna
1. Pada suhu 100 – 120ᵒC terjadi penguapan air dan sampai suhu 270ºC mulai
2. Pada suhu 270 – 310ᵒC reaksi eksoterm berlangsung dimana terjadi peruraian
selulosa secara intensif menjadi larutan pirolignat gas kayu dan sedikit tar.
10
Asam merupakan asam organik dengan titik didih rendah seperti asam cuka
3. Pada suhu 310 – 500ᵒC terjadi peruraian lignin, dihasilkan lebih banyak tar
4. Pada suhu 500 – 1000ᵒC merupakan tahapan dari pemurnian arang atau kadar
Perekat yang sering digunakan pada pembuatan briket antara lain tapioka,
sagu, tanah liat, semen, natrium silikat dan tetes tebu. Penelitian sebelumnya
dengan perekat tetes tebu dan dihasilkan briket yang optimum yaitu briket yang
menggunakan bahan perekat tapioka karena memiliki kuat tekan dan nilai kalor
yang lebih tinggi. Penelitian lain dilakukan oleh Lestari et al. (2010), yang
membandingkan antara perekat sagu dan perekat tapioka. Penelitian tersebut juga
dihasilkan perekat yang lebih baik yaitu perekat tapioka karena memiliki
kandungan air dan abu yang rendah dan karbon yang lebih tinggi dibandingkan
Mutu briket juga dipengaruhi oleh keberadaan perekat dalam briket baik
jumlah maupun jenis perekat serta cara pengujian yang digunakan. Berdasarkan
latar belakang di atas maka pada penelitian ini akan ditentukan mutu briket arang
tempurung kelapa ditinjau dari kadar tapioka. Komposisi kimia tepung tapioka
11
Tabel 3. Komposisi kimia tepung tapioka dalam 100 g bahan
Komposisi Kadar
Kalori 363 kkal
Air 9,1%
Protein 1,1%
Karbohidrat 88,2%
Lemak 0,5%
Kalsium 84 mg
Besi 1.0 mg
Sumber : Soemarno (2007)
2.7 Briket
Briket adalah sebuah blok bahan yang dapat dibakar yang digunakan sebagai
bahan bakar untuk memulai dan mempertahankan nyala api. Briket yang paling
umum digunakan adalah briket batu bara, briket arang, briket gambut, dan briket
biomassa. Bahan baku briket diketahui dekat dengan masyarakat pertanian karena
blok yang keras. Bahan yang digunakan untuk pembuatan briket sebaiknya yang
memiliki kadar air rendah untuk mencapai nilai kalor yang tinggi. Keberadaan
bahan volatil juga mempengaruhi seberapa cepat laju pembakaran, bahan yang
memiliki bahan volatil tinggi akan lebih cepat habis terbakar (Fachry et al., 2010).
12
1. Ukuran partikel
Salah satu faktor yang mempengaruhi pada proses pembakaran bahan bakar
padat adalah ukuran partikel bahan bakar padat yang kecil. Partikel yang lebih
kecil ukurannya, maka suatu bahan bakar padat akan lebih cepat terbakar.
Laju pembakaran akan naik dengan adanya kenaikan kecepatan aliran udara
tersebut antara lain kandungan zat-zat yang mudah menguap dan kandungan air.
Semakin banyak kandungan zat menguap pada suatu bahan bakar padat maka
akan semakin mudah bahan bakar padat tersebut untuk terbakar dan menyala
sedangkan semakin banyak kandungan air maka bahan bakar pada tersebut akan
tinggi. Suhu pembakaran yang lebih tinggi dapat menaikkan laju reaksi dan
sebagai acuan briket yang ada. Standar kualitas briket arang dapat dilihat pada
Tabel 4.
13
Tabel 4. Standar kualitas briket arang kayu SNI 01-6235-2000
Sifat Briket Arang Nilai SNI
Kerapatan (g/cm3) -
Kadar air (%) <8
Kadar zat menguap (%) < 15
Kadar Abu (%) <8
Kadar karbon terikat (%) > 77
Nilai kalor (kal/g) > 5000
Sumber: Badan Standar Nasional, (2000)
menggunakan tungku yang relatif kecil dibandingkan dengan tungku yang lainnya
(Ndraha, 2009). Standar kualitas briket bertujuan untuk menjaga konsistensi mutu
14
III METODOLOGI
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah ampas tebu dan cangkang
buah kelapa sawit sebagai bahan baku yang diperoleh dari kebun warga di desa
Suka Sari, Kecamatan Tambusai, Kabupaten Rokan Hulu. Tepung tapioka sebagai
bahan perekat merek (Rose Brand) yang dibeli di Pasar Simpang Baru, Kota
Pekanbaru.
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah ayakan 60 mesh sendok,
nampan, alat pengaduk, alu, cetakan berbentuk silinder, press manual, drum
oxygen bomb kalorimeter, micro mire, benang katun, alat tulis, dan kamera.
menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) yang terdiri dari 5 perlakuan dan 3
kali ulangan. Perlakuan pada penelitian ini mengacu Maulidya (2019), yang
menggunakan arang ampas tebu dan arang tempurung kelapa. Berikut perlakuan
15
P1 = arang ampas tebu dan arang cangkang buah kelapa sawit (90:10)
P2 = arang ampas tebu dan arang cangkang buah kelapa sawit (80:20)
P3 = arang ampas tebu dan arang cangkang buah kelapa sawit (70:30)
P4 = arang ampas tebu dan arang cangkang buah kelapa sawit (60:40)
P5 = arang ampas tebu dan arang cangkang buah kelapa sawit (50:50)
Berdasarkan rasio arang ampas tembu dan arang cangkang buah kelapa sawit
dengan 10% perekat tapioka dari total bahan baku. Formulasi perlakuan dapat
Yij = µ + Ʈi + ∑ij
Keterangan:
Parameter yang akan diamati pada briket dengan rasio arang ampas tebu dan
arang cangkang buah kelapa sawit yaitu: kerapatan, kadar air, kadar zat menguap,
15
kadar abu, kadar karbon terikat, dan nilai kalor sesuai pada SNI 01-6235-2000
Bahan baku penelitian yang digunakan adalah ampas tebu dan cangkang buah
kelapa sawit serta bahan perekat yaitu tepung tapioka. Ampas tebu diambil dari
bekas pemipilan tebu, sedangkan cangkang buah kelapa sawit yang diambil
setelah pemisahan cangkang dengan biji. Ampas tebu dan cangkang buah kelapa
sawit lalu dibersihkan dari kotoran. Bahan perekat briket berupa tepung tapioka
serbuk arang. Pembuatan arang ampas tebu dapat dilihat pada Lampiran 1.
Arang cangkang buah kelapa sawit yang dihaluskan dengan alu, selanjutnya
Pembuatan arang cangkang buah kelapa sawit dapat dilihat pada Lampiran 2.
15
3.4.4 Persiapan perekat
hingga merata dan membentuk gel diperoleh perekat tapioka yang siap digunakan.
Proses pembuatan briket mengacu pada Saputra, (2018). Ampas tebu dan
cangkang buah kelapa sawit yang telah halus dicampur sesuai rasio perlakuan dan
dikempa. Briket yang sudah dicetak kemudian dikeringkan dengan tujuan agar
briket yang dihasilkan mudah dibakar dan siap pakai. Pengeringan dilakukan
dalam oven dengan suhu 60ᵒC selama 24 jam. Diagram alir pembuatan briket
3.5 Pengamatan
Parameter yang diamati pada penelitian ini yaitu: kerapatan, kadar air, kadar
zat menguap, kadar abu, kadar karbon terikat, dan nilai kalor.
3.5.1 Kerapatan
15
menimbang sampel, mengukur volume sampel lalu menghitung kerapatan briket.
m
ρ=
V
Keterangan :
ρ = Kerapatan (g/cm3)
v = volume (cm3)
Penetapan kadar air mengacu Sudarmadji et al. (1997), cawan porselen yang
sudah bersih dilakukan pengeringan di dalam oven pada suhu 100ᵒC selama 10
cawan porselen dan dikeringkan dalam oven pada suhu 105 ᵒC selama 2 jam.
berat konstan (selisih penimbangan sebelum dan setelah ± 0,02 g). Kadar air
W 1−W 2
M= x 100%
W1
Keterangan:
15
Penetapan kadar zat menguap mengacu ASTM (2004), cawan berisi sampel
dari penetapan kadar air dimasukan ke dalam tanur pada suhu 950ºC selama 6
X1−X2
V= x 100%
W
Keterangan :
Penetapan kadar abu mengacu Sudarmadji et al. (1997), cawan porselen yang
sudah bersih dilakukan pengeringan di dalam oven pada suhu 100oC selama 10
cawan porselen, kemudian dibakar dalam tanur pengabuan pada suhu 600 ᵒC
Z2
A= x 100%
Z1
Keterangan:
15
A=Kadar abu (%)
mengkalkulasikan hasil dari kadar air, kadar zat menguap dan kadar abu yang
didapatkan dari setiap sampel sesuai rumus kadar karbon terikat. Kadar karbon
Keterangan:
dan dimasukkan ke dalam cawan crucible. Water jacket vessel disiapkan dan diisi
2 liter aquades. Micro mire sepanjang 6 cm diletakan pada kedua lengan bomb
vessel dan ditengah Micro mire diikat 10 cm benang katun. Sampel kemudian
diletakkan ke dalam bomb vessel hingga benang katun menyentuh sampel. Bom
vessel diisi oksigen murni dengan tekanan 25 bar, lalu dimasukkan ke dalam
meter vessel. Bomb calori meter siap digunakan dengan menekan switch on.
15
Bomb calorimeter dilakukan kalibrasi dengan set 0, kemudian ditekan fire. Layar
( ∈ × θ )−Qign−Qfuse
Q 14=
mf
Keterangan:
θ = Kenaikan temperatur : K
ragam (ANOVA). Apabila data menunjukkan F hitung ≥ FTabel maka dilakukan uji
lanjut dengan uji Duncan New Multiple Range Test (DNMRT) pada taraf 5%
pada analisis data yaitu aplikasi IBM SPSS Statistics 25 for Windows.
15
DAFTAR PUSTAKA
America Standard Test Method D 5142. 2004. Standard Test Methods for
Proximate Analysis of The Analysis Sample of Coal and Coke by
Instrumental Procedures. ASTM International. USA.
America Standard Test Method D 5865. 2010. Standard Test Method for Gross
Calorific Value of Coal and Coke. ASTM International. USA.
Badan Standar Nasional, 2000. Briket Arang Kayu SNI 01-6235-2000. Badan
Standarisasi Nasional Indonesia. Jakarta Pusat.
Bani. O., Iriany., Taslim., C. Novita, dan C. Carnella, 2018. Pembuatan Biobriket
dari Pelepah dan Cangkang Kelapa Sawit Pengaruh Komposisi Bahan Baku
dan Ukuran Partikel. Jurnal Teknik Kimia. 7(1):28-33.
Fauzi, Y., Widyastuti, Y. E., Satyawibawa, I., Hartono, R. 2002. Kelapa Sawit:
Budidaya, Pemanfaatan Hasil dan Limbah, Analisis Usaha dan Pemasaran.
Penebar Swadaya. Jakarta.
Fitri, N. 2017. Pembuatan Briket dari Campuran Kulit Kopi (Coffea Arabica) dan
Serbuk Gergaji dengan menggunakan getah Pinus (Pinus merkusii) sebagai
Perekat. Skripsi. UIN Alauddin. Makassar.
Ismayana A., M. R. Afriyanto. 2011 Pengaruh Jenis dan Kadar Bahan Perekat
Pada Pembuatan Briket Blotong Sebagai Bahan Bakar Alternatif,” Jurnal
Teknologi Pertanian 21(3):186-193.
Lavarack, B.P., G.J. Griffin, and D. Rodman, 2002, The acid hydrolysis of
sugarcane bagas hemicellulose to produce xylose, arabinose, glucose &
other products, Biomass Bioenergy. 23:367-380.
23
Lestari, L., Aripin., Yanti, Zainudin, Sukmawati, Marlia. 2010. Analisis kualitas
briket arang tongkol jagung YANG menggunakan bahan perekat sagu dan
kanji. Jurnal Aplikasi Fisika. 6(2):93-96.
Maulidya, R.D., Setiawan A. Dan Setiani. V. 2019. Analisis Nilai Kalor dari
Briket Ampas Tebu dan Tempurung Kelapa. National Conference
Proceeding on Waste Treatment Technology. 2(1):73-76.
Mustain , A., Sindhuwa C., Wibowo A. R., Estelita A. S dan Rohmah. N.L. 2021.
Pembuatan briket campuran arang ampas tebu dan tempurung kelapa
sebagai bahan bakar alternatif. Jurnal Teknik Kimia. 5(2):100-106.
Saputra, N. 2018. Karakteristik Briket Tongkol Jagung dan Serbuk Gergaji Kayu
dengan Perekat Tapioka. Skripsi. Universitas Riau, Pekanbaru
Samsuri, M., Gozan, G., Mardias, R., Baiqun, M., Hermansyah,H., Wijanarko, A.,
Prasetya, B., dan Nasikin, M. (2007).Pemanfaatan Sellulosa Bagas untuk
Produksi Ethanolmelalui Sakarifikasi dan Fermentasi Serentak dengan
Enzim Xylanase. Makara Teknologi.
24
Sucipto, A. 2021. Karakteristik Briket Arang Dari Cangkang Kelapa Sawit Dan
Beberapa Konsentrasi Perekat Tapioka. Skripsi. Universitas Riau.
Purnawan, C., Hilmiyana, D., Wantini dan Fatmawati E., 2012. Pemanfaatan
Limbah Ampas Tebu Untuk Pembuatan Kertas Dekorasi dengan Metode
Organosolv. Jurnal EkoSains. 4.(2):1-6.
Purwanto. D.,2010. Briket Bahan Bakar Dari Limbah Tempurung Kelapa Sawit
(Elaeis guineesis Jacq). Jurnal Riset Hasil Hutan. 2(1) : 27-34.
Ramadiah. 2016. Uji Kualitas Briket Dari Limbah kelapa sawit. Skripsi. UIN
Alauddin. Makasar.
Sudarmadji, S., Haryono. dan B. Suhardi. 1997. Analisa Bahan Makanan dan
Pertanian. Liberty Yogyakarta, Yogyakarta.
Sudrajat, R. dan S. Soleh. 1994. Petunjuk Teknis Pembuatan Arang Aktif. Badan
Peneliti dan Pengembangan Kehutanan. Bogor.
Sutiyono. 2002. Pembuatan Briket Arang dari Tempurung Kelapa dengan Bahan
Pengikat Tetes Tebu dan Tapioka. Skripsi. Universitas Pembangunan
Nasional Veteran. Surabaya.
25
LAMPIRAN
26
Lampiran 1. Diagram alir pembuatan arang Ampas Tebu
Ampas tebu
Dilakukan karbonisasi
27
Lampiran 2. Diagram alir pembuatan arang Cangkang Buah Kelapa Sawit
Dilakukan karbonisasi
28
Lampiran 3. Diagram alir pembuatan perekat tapioka
Tepung tapioka
Perekat tapioka
29
Lampiran 4. Diagram alir pembuatan briket
Dicetak
Dikempa
Briket
Analisis data
30