Oleh:
ANI HARFILIA HAFIDAH
NIM 101810301002
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS JEMBER
2013
Oleh:
ANI HARFILIA HAFIDAH
NIM 101810301002
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS JEMBER
2013
LEMBAR PENGESAHAN
Jurusan Kimia Fakultas MIPA
Universitas Jember
Laporan Kuliah Kerja Magang
Tahun 2013
1. Judul Kegiatan
Pemurnian
Nira
Mentah
NIM
: 101810301002
Jurusan
: Kimia
Alamat
Bidang Ilmu
: Kimia
: PG. ASSEMBAGOES
Kerja Magang
b. Alamat
: Jl Raya Situbondo-Banyuwangi 17
ASEMBAGUS 68373
5. Tanggal Pelaksanaan
Mengetahui,
Dosen Pembimbing Internal
Dwi Indarti, S.Si, M.Si
NIP 197409012000032004
Pelaksana
Ani Harfilia Hafidah
NIM 101810301002
Menyetujui,
Ketua Jurusan Kimia
Dr. Bambang
Piluharto, S.Si., M.Si
LEMBAR
PENGESAHAN
NIP.197107031997021001
ii
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTEK KERJA MAGANG
PENGARUH BAHAN TAMBAHAN PADA PROSES PEMURNIAN NIRA
MENTAH TERHADAP KUALITAS GULA
DI PG. ASSEMBAGOES
Disusun oleh :
Nama
NIM
: 101810301002
Jurusan
: Kimia
Fakultas
Kepala Pabrikasi
Pembimbing Lapang
Abdul Salam
Administratur PG. Assembagoes
Ir. H. Suhardi
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas limpahan
rahmat dan hidayah-Nya dapat melaksanakan Kuliah Kerja Magang di PG.
Assembagoes dan menyelesaikan laporan Kuliah Kerja Magang ini dengan baik.
Pelaksanaan Kuliah Kerja Magang dan laporan ini ditujukan untuk memenuhi
matakuliah KKM (Kuliah Kerja Magang) di Jurusan Kimia FMIPA UNEJ.
Penyajian laporan ini merupakan bahasan mengenai salah satu tahap
proses produksi gula di PG. Assembagoes, yaitu Pengaruh Bahan Tambahan pada
Proses Pemurnian Nira Mentah terhadap Kualitas Gula di PG. Assembagoes. Pada
kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada pihak yang telah
membantu, baik di lapangan maupun dalam penyusunan laporan ini sampai
selesai, diantaranya kepada :
1.
2.
3.
4.
banyak kekurangan, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik sehingga
laporan ini dapat lebih sempurna dan dapat bermanfaat bagi pembaca.
Situbondo, November 2013
Penulis
iv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN
ii
KATA PENGANTAR
iv
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vii
DAFTAR LAMPIRAN
viii
BAB I. PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
1.2
Permasalahan
1.3
3.1
3.2
10
3.3
3.4
Pemanasan Nira
22
3.5
22
Kualitas Gula
BAB IV. PENUTUP
25
4.1 Kesimpulan
25
4.2 Saran
25
DAFTAR PUSTAKA
26
LAMPIRAN
27
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Syarat mutu Gula Kristal Putih (SNI 3140.3-2010)
vi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Struktur -D-glukopiranosil-(12)--D-fruktofuranosida
12
13
15
19
21
vii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Data hasil kegiatan
27
32
viii
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Seiring dengan berkembangnya
kemajuan
IPTEK
serta industri,
terpisahkan pada penyaringan), koloid (protein, getah/ gum dan pektin), serta
bahan terlarut bukan sukrosa (ion-ion mineral, sisa asam organik dan gula
reduksi). Hal ini dikarenakan komponen nira mentah hasil penggilingan tidak
murni sukrosa melainkan berupa air, kotoran bukan gula (BG) terlarut, BG tak
terlarut dan melayang-layang (koloid), kotoran kasar (ampas halus dan pasir),
serta berbagai macam senyawa organik maupun anorganik.
Proses pemurnian nira mentah biasanya dilakukan secara kimia, fisika dan
kimia-fisika. Pemurnian nira mentah yang dilakukan di PG. Assembagoes
meliputi penambahan bahan tambahan berupa asam fosfat, susu kapur, gas SO2
dan flokulan serta dilakukan pemanasan pendahuluan 1, 2 dan 3 yang masingmasing pada suhu 75oC dan 105oC.
1.2 Permasalahan
1.
2.
3.
4.
Penyimpanan alat dan bahan kimia tidak sesuai dengan sifat fisik dan
kimianya
2.4.2 Pemecahan
Menyimpan alat dan bahan sesuai sifat kimia dan fisik agar tidak cepat
rusak dan menimbulkan bahaya.
Parameter Uji
Satuan
Persyaratan
GKP 1
GKP 2
Warna
1
Warna kristal
CT
4,0-7,5
7,6-10
Warna Larutan
IU
81-200
201-300
mm
0,8-1,2
0,8-1,2
(ICUMSA)
2
Maks 0,1
Maks 0,1
Min 99,6
Min 99,5
Maks 0,10
Maks 0,15
mg/ kg
Maks 30
Maks 30
Timbal (Pb)
mg/ kg
Maks 2
Maks 2
Tembaga (Pb)
mg/ kg
Maks 2
Maks 2
Arsen (As)
mg/ kg
Maks 1
Maks 1
Salah satu cara untuk mendapatkan gula yang memenuhi standar mutu SNI
3140.3-2010 ialah dilakukannya proses pemurnian nira mentah. Hal ini
dikarenakan komponen nira mentah hasil penggilingan bersifat asam, sangat
keruh, tidak murni sukrosa melainkan berupa air, mengandung kotoran bukan gula
(BG) terlarut, BG tak terlarut dan melayang-layang (koloid), kotoran kasar (ampas
halus dan pasir), serta berbagai macam senyawa organik maupun anorganik.
Sehingga tujuan dari proses pemurnian/ penjernihan adalah untuk menghilangkan
berbagai senyawa bukan gula dalam nira mentah, seperti kotoran-kotoran
anorganik, organik dan sisa ampas tebu yang ikut terbawa oleh nira. Kotorankotoran yang terkandung dalam nira antara lain :
-
Suspensi zat padat yang terdiri dari tanah, ampas dan sebagainya
Koloid, diantaranya protein, lemak, zat lilin, gum, zat pati dan fosfat
Keterangan
Rumus molekul
C12H22O11
Massa molar
342.30 g/mol
Penampilan
padatan putih
Densitas
Titik lebur
186 C decomp.
Monoklinik
C2
OH
O
O
OH
HO
C1
HO
OH
OH
Hidrolisis
Hidrolisis adalah reaksi kimia yang memecah molekul air (H2O) menjadi kation
hidrogen (H+) dan anion hidroksida (OH) melalui suatu proses kimia. Sukrosa
pada larutan yang mengandung asam mengalami hidrolisis menghasilkan D
Glukosa dan DFruktosa. Sukrosa murni memutar bidang polarisasi ke kanan (+),
Dekomposisi termal
Sukrosa dalam bentuk kristal mengalami dekomposisi yang cepat pada
suhu diatas titik lelehnya (200C). Pada suhu ini akan terbentuk campuran
senyawa berwarna coklat yang larut dalam air yang disebut senyawa caramel.
Dekomposisi termal dari sukrosa dapat dikurangi dengan melakukan pemanasan
nira mentah pada suhu dibawah titik lelehnya (Fennema, 1996).
oleh mikroba. Salah satunya adalah enzim invertase yang menghidrolisis sukrosa
menjadi glukosa dan fruktosa. Larutan sukrosa yang encer (nira) merupakan
media yang disukai oleh mikroba untuk tumbuh dan berkembang. Salah satu
mikroba yang terdapat pada nira dengan kualitas tebu yang rendah (nira yang
secara fisik berwarna gelap dan coklat yang ditimbulkan oleh senyawa melanoidin
akibat sukrosa yang terdekomposisi oleh asam dan basa kuat atau oleh
dekomposisi termal ataupun oleh dekomposisi mikroba) adalah Leuconostoc
mesentroides atau bakteri pembentuk dekstran. Bakteri tersebut selain memakan
sukrosa dalam nira juga memproduksi dekstran. Dekstran adalah polisakarida
10
yang terbentuk dari molekul D-glukosa. Dekstran yang mempunyai berat molekul
tinggi sangat merugikan bagi proses di pabrik gula. Kerugian tersebut terjadi
karena dekstran menyebabkan gangguan di berbagai bagian proses di pabrik gula.
Diantaranya adalah proses pengendapan terganggu, masakan viskositasnya tinggi,
proses pemutaran berat, tetes banyak mengandung gula, dll (Fennema, 1996).
3.2 Pemurnian Nira Mentah
Pemurnian nira mentah merupakan suatu proses yang bertujuan untuk
meningkatkan kemurnian nira tebu, mencegah terjadinya inverse dan memisahkan
gula dari kotoran bukan gula yang terikut dalam nira sehingga menghasilkan nira
yang jernih serta bersih. Proses pemurnian nira mentah biasanya dilakukan secara
kimia, fisika dan kimia-fisika. Pemurnian atau penjernihan nira mentah ini sangat
berkaitan dengan mutu gula produk yang dihasilkan. Proses - proses pemurnian
dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu :
1. Secara kimia
Pemurnian secara kimia dilakukan dengan menggunakan suatu zat yang
dapat bereaksi dengan niranya. Nira yang bersifat asam harus dinetralkan dengan
suatu basa yang dapat menimbulkan efek pemurnian yang baik. Produk yang
terbentuk dari reaksi penetralan tersebut diharapkan berupa suatu bahan yang
tidak larut di dalam nira (mengendap), sehingga komponen bukan gula yang
terdapat dalam nira dapat mengendap. Yang berarti terjadi pemurnian terhadap
komponen tersebut dari nira (Ajron, 2008).
Proses ini ditujukan untuk BG yang terlarut, seperti garam-garam
anorganik (K, Na, Ca, dll) maupun asam-asam yang terkandung dalam nira.
Reaksi kimia yang berlangsung ialah sebagai berikut :
A
(asam)
B
(basa)
AB
(garam yang mengendap)
2. Secara fisika
Pemurnian secara fisika digolongkan beberapa cara seperti pengendapan,
penyaringan dan pengapungan. Dalam proses pemurnian secara fisika, dapat
11
proses
pemurnian secara kimia dan fisika. Proses penghilangan kotoran cara kimia fisika
peristiwanya bersumber dari cara kimia. Suatu peristiwa yang disebut absorbsi
yaitu kemampuan suatu bahan untuk dapat menarik benda-benda lain disekitarnya
ke permukaan benda tersebut. Dalam cara kimia tadi dimana terbentuk endapan.
Endapan ini dapat menyerap partikel-partikel kecil dari sekitarnya ke permukaan
endapan sehingga turut terbawa mengendap. Dengan demikian terjadi
penghilangan kotoran lembut dari nira sehingga nira menjadi jernih.
Pemurnian secara kimia-fisika ini ditujukan untuk menghilangkan BG
yang melayang seperti koloid, protein dan lain-lain. Karena saat protein
dipanaskan akan terdenaturasi yang selanjutnya diikuti koagulasi. Koagulasi
adalah penggumpalan partikel koloid dan membentuk endapan. Dengan terjadinya
koagulasi, berarti zat terdispersi tidak lagi membentuk koloid. Koagulasi dapat
terjadi secara fisik seperti pemanasan, pendinginan dan pengadukan atau secara
kimia seperti penambahan elektrolit, pencampuran koloid yang berbeda muatan.
Selain dengan pemanasan, koloid dapat juga diendapkan dengan perubahan pH
(Ajron, 2008).
Proses pemurnian nira mentah di PG. Assembagoes diawali dengan
masuknya nira mentah pada bak nira mentah melewati flow meter. Laju alir nira
mentah yang masuk pada bak nira mentah akan terukur pada flow meter, lalu
terjadi penambahan asam phosfat pada bak nira mentah sesuai dengan laju alir
nira mentah tersebut. Nira mentah yang telah ditambah asam phosfat selanjutnya
dipanaskan pada suhu 75C yang bertujuan untuk mempercepat reaksi sehingga
memperoleh endapan defekasi dan sulfitasi semaksimal mungkin dengan inversi
sesedikit mungkin. Selanjutnya nira mentah tersebut diberi susu kapur pada
defekator 1, 2 dan 3 sampai pH tertentu dan ditambah gas SO2 pada sulfitasi tower
sampai pH 7,2. Nira mentah yang telah diberi bahan tambahan tersebut
dipanaskan kembali pada suhu 105C, lalu dialirkan ke Single Tray Clarifier
12
Flow meter
Asam phosphat
PP 1 (75oC)
Susu kapur
Susu kapur
Susu kapur
Gas SO2
PP 2 (105oC)
Flokulan
Nira Encer
Nira
Kotor
RVF
Blotong
PP 3 (110oC)
Penguapan
Gambar 2. Diagram Alir Stasiun Pemurnian PG. Assembagoes
Nira
Tapis
13
pembantu
pada
proses
pemurnian
diberikan
untuk
meningkatkan kemurnian nira dan juga untuk mencegah terjadinya inversi sukrosa
dengan menjaga besarnya pH sampai titik netral, karena nira mentah yang
dihasilkan dari stasiun gilingan merupakan campuran kompleks dari susunan
batang tebu. Adapun bahan-bahan pembantu yang ditambahkan ini adalah sebagai
berikut :
3.3.1 Asam fosfat
Penambahan bahan pembantu berupa asam fosfat pada proses pemurnian
biasa disebut dengan fosfatasi. Fosfatasi adalah proses pemberian asam fosfat
hingga pada konsentrasi ppm tertentu, fungsi dari pemberian asam fosfat disini
adalah membantu menjernihkan nira mentah dengan cara membentuk flok flok
yang dinamakan mikrofilik. Asam fosfat yang ditambahkan akan terhidrolisis
menjadi ion-ionnya dan akan mengikat kotoran-kotoran dalam nira mentah. Dan
saat proses defekasi/ penambahan susu kapur anion PO43- akan berikatan dengan
kation Ca2+ membentuk tricalsium fosfat (gambar 3) dengan reaksi sebagai
berikut :
H3PO4 H+ + H2PO4H2PO4- H+ + HPO42HPO42- H+ + PO433 Ca2+ + 2PO43- Ca3(PO4)2
14
1 buah.
15
35 mL aquades
Ditambahkan 1 mL sample
Didinginkan
Hasil
Gambar 4. Skema kerja analisa kadar phosfat
Rumus Kadar phosphat = Absorbansi 0,05 x 5,48 x 100
dimana : 0,05 merupakan absorbansi blanko
5,48 merupakan faktor phosphat
100 merupakan volume pengenceran nira menggunakan labu takar 100
mL
Berdasarkan analisa yang telah dilakukan dan teori, kenaikan kadar
phosphat pada sampel secara berurutan ialah NE < NM < NM + phosphat. Hal ini
dikarenakan ion phosphat (PO43-) dalam nira encer (NE) telah berikatan dengan
Ca2+ pada proses defekasi membentuk Ca3(PO4)2 yang akan berikatan dengan
kotoran dalam nira. Kadar phosphat pada nira mentah (NM) merupakan
kandungan phosphat asli dalam tebu tersebut yang telah mengalami pengenceran
pada proses gilingan, sedangkan kadar phosphat pada NM + phosphat merupakan
jumlah total dari kandungan phosphat asli dalam tebu dan phosphat yang
ditambahkan. Kadar phospat pada nira mentah harus sebanyak 300-350 ppm, jika
16
kurang dari 300 ppm maka perlu dilakukan penambahan phosphat pada nira
mentah tersebut karena akan mengakibatkan garam phosphat atau tricalcium
phosphat yang terbentuk sedikit, sehingga kotoran dalam nira mentah akan sedikit
yang terikat dan jika lebih kadar phosphat lebih dari 350 ppm perlu dilakukan
pengurangan debit phosphat saat penambahan di nira mentah, karena kadar
phosphat yang berlebih dalam nira mentah akan mengakibatkan nira mentah
tersebut jenuh, sehingga asam phosphat tidak dapat terhidrolisis menjadi ionionnya untuk mengikat kotoran dalam nira mentah. Penambahan phosphat
idealnya sama dengan debit nira mentah yang terukur pada flow meter.
3.3.2 Susu kapur
Proses pemurnian dengan penambahan bahan pembantu susu kapur biasa
disebut dengan defekasi. Defekasi merupakan cara pemurnian dengan
memberikan susu kapur dan panas. Prinsip defekasi adalah memberikan susu
kapur dan pemanasan pada nira mentah secara bertahap hingga nira bersifat basa
lemah dengan pH nira semula 5,6 naik menjadi 9,5 - 10. Kapur pada pemurnian
nira mentah diberikan dalam bentuk susu kapur yang dibuat dari penguraian batu
kapur menjadi kapur tohor dengan memanaskan sampai suhu 1200oC, reaksinya :
CaCO3
CaO + CO2
pada reaksi diatas CO2 dibebaskan dan yang tertinggal adalah CaO. CaO
kemudian dipadamkan untuk mendapatkan susu kapur atau calcium hydroxide
Ca(OH)2 yang berguna untuk proses pemurnian di pabrik gula. Dalam
pemadaman ini, kapur tohor (CaO) dipadamkan dengan air panas dan selanjutnya
diencerkan dengan air dingin hingga konsentrasi yang dikehendaki (di PG.
Assembagoes hingga 6oBeume). Pemadaman air panas bertujuan agar diperoleh
slurry yang lembut sehingga memiliki luas permukaan yang besar dan bermanfaat
dalam proses disosiasi. Pengenceran digunakan air dingin karena proses
penguraian atau dissosiasi butiran slurry Ca(OH)2 menjadi ion Ca2+ akan
berlangsung baik jika larutan encer dan suhu dingin, reaksinya :
CaO + H2O
Ca(OH)2 + panas
17
Ada empat jenis defekasi, yaitu defekasi dingin (Cold Liming), defekasi
panas (Hot Liming), defekasi terputus-putus (Intermittent Liming), defekasi
fraksional dan pemanasan ganda (Fractional Liming and Double Heating). Jenis
defekasi yang dilakukan di PG. Assembagoes ialah defekasi panas. Dalam
defekasi panas nira mentah terlebih dahulu dipanaskan sampai temperatur 75 oC,
kemudian ditambahkan susu kapur sampai pH 9,5 10 dan selanjutnya diikuti
pengendapan.
Defekasi di PG. Assembagoes ada 3 unit, yaitu :
a. Defekator I, bertujuan untuk menaikkan pH nira mentah yang semula 5
menjadi 7,2-7,5 yang dilakukan dengan cara menambahkan susu kapur
b. Defekator II, bertujuan menaikkan pH nira mentah sampai pH 8-8,5 untuk
mengendapkan bukan gula organik/ inorganik termasuk pengendapan
koloid yang dilakukan dengan cara menambahkan susu kapur 6oBe
c. Defekator III, diberikan penambahan susu kapur 6oBe sampai dengan pH
nira 9-10. Bertujuan untuk melanjutkan reaksi defekasi dan menyiapkan
reaksi sulfitasi.
Fungsi pemberian susu kapur dalam proses pemurnian ialah :
a. Menghambat pertumbuhan jasad renik, karena telah diketahui bahwa jasad
renik berkembang baik dengan baik pada suasana asam.
b. Mengurangi derajat keasaman pada nira tebu.
c. Memberi keuntungan terhadap umur kerja mesin atau peralatan yang tidak
tahan asam.
d. Membentuk gumpalan garam calsium. Gumpalan ini akan bertindak
sebagai inti dari pembesaran kotoran yang mengendap, sehingga
memudahkan proses filtrasi, reaksinya :
Ca(OH)2
Ca(OH)+
Ca(H2PO4)2
Ca(HPO4)
Ca3(PO4)2
18
Fe(OH)3
Al3+ + 3OH-
Al(OH)3
Si
3+
+ 3OH
Si(OH)3
Buih dan gumpalan yang massa jenisnya lebih ringan dari nira akan
mengapung di atas (disebut scum). Sedangkan endapan yang lebih berat
massa jenisnya dari nira, seperti endapan Fe(OH)3 dan serat yang lolos
pada penyaringan sebelum pemurnian akan mengendap dibawah (mud/
lumpur).
e. Menaikkan pH nira untuk mencegah inversi
Kenaikan disebabkan bertambahnya muatan negatif karena adanya
penambahan Ca(OH)2 sehingga akan mengabsorbsi muatan positif dari
koloidal yang nantinya akan terbentuk flok/ endapan karena pengaruh
gaya gravitasi.
Kadar kapur dalam nira encer harus 800 ppm. Jika kadar kapur dalam
nira encer jauh di bawah 800 ppm maka kotoran yang dipisahkan sedikit. Jika
kadar kapur dalam nira encer jauh diatas 800 ppm maka kotoran yang terpisahkan
semakin banyak, namun kadar kapur akan banyak mengendap pada pan
penguapan akan menghasilkan kerak. Analisa yang dilakukan untuk mengetahui
seberapa banyak kadar kapur yang ditambahkan ialah seperti dibawah ini :
3.3.2.1 Analisa Kadar Kapur (CaO)
Peralatan yang digunakan dalam analisa kadar kapur, diantaranya : labu
ukur 50 mL 1 buah, cawan porselin 1 buah, piper mohr 5 mL 1 buah, batang
pengaduk 1 buah.
Bahan-bahan yang diperlukan diantaranya : sample yang terdiri dari : NPP
(Nira Perahan Pertama), NM (Nira Mentah) dan NE (Nira Encer); aquadest;
larutan buffer amonia; larutan KCN; indikator EBT dan larutan EDTA. Analisa
kadar kapur yang dilakukan akan dijabarkan dengan skema kerja pada gambar 5.
19
45 mL Aquadest
Ditambah 5 mL sample
Ditambah 2 mL KCN
Hasil
Gambar 5. Skema kerja analisa kadar kapur
Rumus Kadar kapur = Volume EDTA x 200 x 0,9615
Berdasarkan analisa yang telah dilakukan urutan kenaikan kadar Cao pada ketiga
sample ialah NM < NPP < NE. Hal ini dikarenakan NM sudah mengalami
pengenceran pada proses gilingan, sedangkan NPP lebih besar karena kandungan
kapur dalam tebu itu sendiri belum mengalami pengenceran dan terbesar pada NE
karena terjadi penambahan susu kapur pada proses pemurnian.
Berdasarkan pertimbangan potensi kebutuhan belerang untuk pemurnian,
waktu reaksi yang cukup lama dan kecenderungan pembentukan warna pada pH
alkalis maka sakarat dapat diaplikasikan sebagai pengganti susu kapur. Sakarat
merupakan senyawa ikatan semu antara sukrosa dengan senyawa ion logam,
sakarat yang umum digunakan di pabrik gula adalah kalsium-sakarat. Senyawa ini
mudah larut dan terionisasi dalam air. Senyawa ini merupakan rantai ikatan semu
antara ion sukrosa ([C12H21O11]-, [C12H20O11]-2, dll) dan ion Ca2+. Rumus
molekulnya [S-Ca-S-Ca-.]. Sifat ionisasi sakarat yang mudah dibanding susu
kapur ini memberikan alternatif penggunaan sakarat sebagai pengganti susu kapur
dan menurunkan pemakaian belerang karena pH nira defekasi yang lebih rendah
dibanding menggunakan susu kapur secara langsung. Jenis sakarat menurut
bahan pembuatnya dibedakan menjadi beberapa jenis sakarat, yaitu :
sakarat nira mentah dibuat dengan mencampur susu kapur dengan nira
mentah
20
sakarat nira encer dibuat dengan mencampur susu kapur dengan nira encer
sakarat nira kental dibuat dengan mencampur susu kapur dengan nira
kental
Dalam pembuatan sakarat penggunaan nira kental lebih baik daripada nira mentah
karena kadar sukrosa lebih tinggi dan kotoran lebih sedikit, namun kerugiannya
ialah adanya nira kental yang ditarik kedepan, sehingga nira kental yang telah siap
dimasak untuk menjadi gula akan kembali lagi ke proses pemurnian untuk dibuat
sakarat.
3.3.3 Gas SO2
Penambahan gas SO2 pada proses pemurnian nira biasa disebut dengan
istilah sulfitasi. Sulfitasi merupakan penambahan gas SO2 (kadar 10%) sampai
dengan pH nira 7,2. Gas SO2 diperoleh dari pembakaran belerang pada suhu
360oC (250 460oC) dengan api berwarna biru, reaksinya :
S(g)
S(l)
S(s)
S(g) + O2(g)
SO2(g)
Gas SO2 yang dihasilkan akan menetralkan kelebihan susu kapur dengan
cara bereaksi dengan kation Ca2+ dari susu kapur dan membentuk endapan CaSO3,
reaksinya :
SO2 + H2O
H2SO3
H2SO3
2H + SO32-
Ca(OH)+
Ca2+ + SO322OH- + 2H+
Ca2+ + OHCaSO3
2H2O
21
dalam nira yaitu garam ferri akan tereduksi menjadi komponen ferro yang
warnanya lebih muda, reaksinya :
Fe3+
+ e-
Fe2+
3.3.4 Flokulan
Flokulan disebut juga dengan presipitator. Flokulan merupakan zat yang
mudah larut dalam air yang berfungsi sebagai pembantu destabilisasi dan
pengendap koloid. Dengan adanya flokulan partikel-partikel kecil dalam koloid
akan terkoagulasi membentuk partikel yang besar yang akhirnya akan
menggumpal membentuk flok dan mengendap akibat pengaruh gaya grafitasi
(gambar 6). Fungsi flokulan dalam hal ini adalah untuk mempercepat
pengendapan dan memperbaiki struktur endapan (agar padat dan volumenya
kecil).
Flokulan dalam pabrik gula khususnya dalam hal ini PG. Assembagoes
lazimnya jenis polimer bertipe anionik dengan berat molekul 5 10 juta flokulan.
Anion sangat berperan dalam meningkatkan effisiensi pemurnian nira dan
memperbaiki mutu nira. Dosis dari flokulan dalam penelitian yang sudah
dilakukan berkisar antara 2 3 mg/l
22
Pelarutan bubuk flokulan harus dilakukan dengan benar, jika tidak dilakukan
dengan benar akan berbentuk gumpalan-gumpalan. Flokulan yang tidak larut
dapat menyumbat saringan valve/ pipa flokulan. Air untuk pembuatan flokulan
adalah air bersih; kesadahan rendah pH 8,0 9,5; suhu 50oC idealnya seperti
kondensat. Larutan flokulan tidak tahan dengan pengadukan berlebih, karena
dapat menyebabkan rantai flokulan terputus.
3.4
Pemanasan Nira
Proses pemurnian nira membutuhkan pemanasan untuk mempercepat
23
proses pemurnian, dan begitu juga sebaliknya. Mutu proses pemurnian dinilai
dari:
kenaikan HK nira mentah nira encer kurang dari 2 poin, maka nira encer
tersebut masih mengandung banyak pengotor, sedangkan jika kenaikan HK nira
mentah-nira encer lebih dari 2 point maka nira tersebut telah bersih dari pengotor
dan sesuai dengan mutu proses pemurnian dan kualitas gula yang dihasilkan akan
baik.
Turbiditi ( 60 ppm SiO2), jika turbiditi nira encer kurang jauh dari 60
ppm maka warna gula yang dihasilkan akan sangat pucat, sedangkan
jika turbidity nira encer sangat lebih dari 60 ppm maka warna gula
yang dihasilkan merah
Kadar kapur ( 800 ppm), kadar kapur yang kurang dari 800ppm akan
menyebabkan masih tersisanya pengotor karena kurangnya bahan
pembantu untuk menarik pengotor. Sedangkan jika lebih besar dari
800ppm maka kelebihan kapur tersebut akan mengendap di pan
penguapan dan menyebabkan kerak pada alat.
Pol blotong( 2 %)
Pol adalah kadar gula (karbohidrat), utamanya sukrosa dalam nira
tebu yang mampu memutar bidang polarisasi kekanan. Pol tidak
mencerminkan secara tepat kadar sukrosa dalam nira tebu, karena ada
karbohidrat lain dalam nira tebu yang juga dapat memutar bidang
polarisasi kekanan, misalnya dekstran. Meskipun demikian, kadar pol
diharapkan mampu mendekati kadar sukrosa nyata dalam nira tebu.
Blotong merupakan limbah padat dari proses produksi gula yang
dihasilkan dari tapisan nira kotor yang ditambahkan air siraman pada
stasium pemurnian. Jika pol blotong kurang dari 2% maka gula yang
hilang sedikit, dan jika pol blotong lebih besar dari 2% maka gula yang
hilang banyak sehingga gula akhir yang dihasilkan semakin berkurang.
24
25
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
26
DAFTAR PUSTAKA
Ajron, Hasan.2008. Laporan Magang Kursus Peningkatan Kompetensi Chemiker.
Probolinggo: PG.Gending
Fennema, O. R. 1996. Food Chemistry. Third Edition. New York: University of
Wiscorsin Madison
Soeyardi. 2003. Dasar dasar Teknologi Gula. Yogyakarta : Lembaga
Pendidikan Perkebunan Yogyakarta.
Suparmo, A dan Sudarminto. 1991. Bahan Tambahan Makanan (Food Additive).
Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada
27
LAMPIRAN
Lampiran 1. Data hasil kegiatan
1.
Waktu
2 Juli 2013
2.
Sampel
% Pol
HK
12,18
75,7
6,09
62,14
3,03
51,35
1,52
38,97
1,83
38,94
Nira Mentah
10,18
74,4
11,64
78,65
4,84
59,02
32,01
52,47
1,93
44,88
1,95
44,32
Nira Mentah
9,79
7,85
Analisa Nira Kotor, Nira Encer, Nira Kental dan Nira Sulfitir pada 3 Juli
2013
Sampel
% Pol
HK
Nira Kotor
56,40
68,4
Nira Encer
9,30
74,1
Nira Kental
45,79
78,54
Nira Sulfitir
44,64
77,90
28
3.
Analisa Kadar Gula Reduksi Nira Perahan Pertama, Nira Mentah dan Nira
Encer pada 4 Juli 2013
4.
Sampel
1,56
Nira Mentah
1,35
Nira Encer
0,92
Analisa D1, D2, Gula C, Stroop C, Masakan, Tetes, A1 dan A2 pada 8 Juli
2013
5.
Sampel
% Pol
HK
D1
83,57
93,89
D2
87,08
95,17
Gula C
93,21
96,59
Stroop C
45,49
55,47
Masakan
49,90
65,66
Tetes
35,42
37,36
A1
47,89
63,01
A2
67,40
92,33
Analisa Ampas
Tanggal
Waktu
% Pol ampas
9 Juli 2013
Pukul 07.00
3,074
45,2
Pukul 07.00
3,029
45,0
Pukul 09.00
3,167
45,0
Pukul 11.00
3,470
44,0
10 Juli 2013
29
6.
Sampel
15 Juli 2013
NM
200,02
NM+
303,592
NE
10,412
NM
212,624
NM+
300,852
NE
12,604
NM
121
NM+
171
NE
76
NM
153
NM+
315
NE
10
NM
164
NM+
301,4
NE
11
NM
243
NM+
302
NE
13
NM
198
NM+
322
NE
15
NM
277
NM+
328
NE
14
NM
259
NM+
319
NE
13
NM
225
16 Juli 2013
17 Juli 2013
18 Juli 2013
19 Juli 2013
20 Juli 2013
22 Juli 2013
23 Juli 2013
24 Juli 2013
25 Juli 2013
30
NM+
313
NE
14
NM
269
NM+
306
NE
14
Tanggal
Sampel
15 Juli 2013
NPP
419
NM
388
NE
825
NPP
423
NM
398
NE
962
NPP
367
NM
273
NE
731
NPP
499
NM
230
NE
785
NPP
546
NM
346
NE
952
NPP
544
NM
442
NE
962
NPP
431
NM
275
NE
942
NPP
644
26 Juli 2013
7.
16 Juli 2013
17 Juli 2013
18 Juli 2013
19 Juli 2013
20 Juli 2013
22 Juli 2013
23 Juli 2013
31
24 Juli 2013
25 Juli 2013
26 Juli 2013
NM
575
NE
909
NPP
443
NM
404
NE
962
NPP
396
NM
365
NE
759
NPP
461
NM
308
NE
952
32
Pemanasan sampel
Pendinginan sampel
33
Sampel + EBT
34
Pengontrol pH
Defekator
Sulfitasi tower
35
Unit Pemanas
Tong Flokulan