Anda di halaman 1dari 17

BAB I

DIFUSI MOLEKULER DALAM GAS

1.1 Pengantar difusi molekuler

Difusi molekuler (molecular diffusion)

Didefinisikan sebagai perpindahan molekul-molekul secara individu melalui


suatu fluida secara random.

Karena molekul bergerak pada jalur yang acak (random), maka difusi ini sering
disebut random – walk process.

Difusi molekuler pada bulk fluida yang stasioner muncul akibat adanya perbedaan
konsentrasi, dan laju diffusinya dirumuskan dalam Hukum Fick, yang untuk
campuran A dan B sebagai berikut :
dX A
JAZ = -C DAB
dz
 mol A 
JAZ : fluks molar A ke arah Z  2 
 m s 
 kmol (A  B) 
C : konsentrasi total A dan B  
 m3 
XA : fraksi mol A dalam campuran A dan B
m2 
DAB : difusivitas molekuler A dalam B  
 s 
z : jarak pada arah difusi [m]

Jika C konstan, maka :


CdXA = d [C XA] = dCA

sehingga Hukum Fick di atas dapat dituliskan sebagai :

I-1
dC A
JAZ = - DAB
dz

Koefisien perpindahan massa konveksi

Jika suatu fluida mengalir di luar permukaan padatan (secara paksa). Maka laju
perpindahan massa konveksi dari permukaan padatan ke fluida (atau sebaliknya)
dapat dituliskan sebagai berikut :
NA” = kc [CL1 – CLi ]
kc : koefisien perpindahan massa konveksi (m/s)
CL1 : konsentrasi A di bulk fluida [kmol A/m3]
CLi : konsentrasi A di interface fasa fluida [kmol A/m3]

1.2 Jenis-jenis difusi molekuler dalam gas

1.2.1 Equimolar counter diffusion

Campuran gas A dan B berada dalam dua ruangan yang sangat besar dengan
tekanan total sama sebesar P. Kedua ruangan tersebut dihubungkan dengan
menggunakan pipa.

Gambar 1.1 : Equimolar counter diffusion gas A dan B

PA1 > PA2 dan PB2 > PB1

I-2
Pengadukan : untuk menyeragamkan konsentrasi di masing-masing ruangan.
A berdifusi ke kanan
B berdifusi ke kiri

Untuk mempertahankan tekanan total tetap, maka jumlah mol A yang berdifusi ke
kanan harus sama dengan jumlah mol B yang berdifusi ke kiri. Difusi yang
demikian disebut ‘equimolar counter diffusion’

Dan sesuai Hukum Fick, berlaku :

JA = - JB
dC A
JA = - DAB
dz
dC B
JB = - DBA
dz
P = pA + pB
C = C A + CB
dCA = - dCB
jadi :
dC A dC B
- DAB = - [-DBA]
dz dz

- DAB
dC A
= - DBA
 dC B 
dz dz
kesimpulan :  DAB = DBA

1.2.2 Difusi gas (A dan B) + konveksi

Untuk difusi pada fluida stasioner, maka laju perpindahan A melewati suatu titik
tetap akan sama dengan :

 kmol A 
JA  2 
 s.m 

I-3
Laju difusi A dapat diperoleh dari hubungan dengan fluks JA, yaitu :

JA = VAd . CA
J
VAd = A
CA

VAd = laju difusi A

Jika bulk A juga bergerak ke arah yang sama dengan arah difusi A, dengan laju VM
m
  , maka laju difusi A terhadap titik tetap, VA adalah
s

VA = VAd + VM

dan dapat digambar sebagai berikut :

sehingga didapat hubungan :

CA VA = CA VAd + CA VM

CA VA adalah fluks A terhadap titik tetap, dan dituliskan sebagai NA” jadi :

NA” = JA + CA VM

Jika N” menyatakan total fluks relatif terhadap titik tetap, maka :

N” = C VM = NA” + NB”

NA " NB"
VM =
C

sehingga di dapat :

NA” = JA +
CA
N A "  N B "
C

I-4
+ A N A "  N B "
dX A C
NA” = -C DAB
dz C

dengan cara yang sama untuk komponen B :

+ B N A "  N B "
dX B C
NB” = -C DBA
dz C

Kedua persamaan terakhir berlaku untuk difusi baik di gas, cair maupun padatan.

Untuk equimolar counter diffusion maka :

NA” = - NB”

sehingga :
NA” = JA +
CA
N A "  N B "
C
NA” = JA + A - N B "  N B "
C
C

NA” = JA

dX A
NA” = -DAB C
dz

demikian juga NB” = JB

1.2.3 Difusi A melalui medium stagnant (non-diffusing) B

Contoh kasus :

Penguapan benzen (A) dari dasar sebuah tabung yang sempit, dimana udara (B)
dalam jumlah yang sangat banyak mengalir melewati ujung tabung. Dalam hal ini
udara (B) sebagai medium stagnant, karena udara dianggap tidak dapat larut pada
benzen (A).

I-5
Gambar 1.2 : Difusi A (benzene) melalui stagnan B (udara)

Boundery (batas) pada titik 1, yaitu permukaan cairan benzen (fasa gas yang kontak
dengan permukaan benzen cair), berperan sebagai lapisan yang impermeable (tidak
dapat ditembus) oleh udara, karena udara tidak dapat larut dalam benzen cair (NB”
= 0). Pada titik 2, tekanan parsial benzen (pA) = 0, karena jumlah udara yang
mengalir sangat banyak.

Contoh kasus lain :

Absorbsi NH3 [A] dalam udara [B] dengan menggunakan air. Permukaan air
impermeable terhadap udara, karena kelarutan udara dalam air dianggap kecil [NB”
= 0]

Gambar 1.3 : Amonia (A) di udara diserap oleh air (B)

I-6
sehingga jenis difusi-nya adalah difusi dalam medium stagnant (NB”= 0). Maka :

+ A N A "  0
dX A C
NA” = - DAB C
dz C

Untuk tekanan total [P] konstan, dan gas dianggap ideal maka berlaku :

PV = n R T

P = CRT
P
C =
RT

pA = XAP

CA p
 A
C P

sehingga :

 P  d(p A / P) p A
NA” = - DAB    N A"
 RT  dz P

D AB dp A p
NA” = - + A N A"
RT dz P

pA D dp A
NA” [1- ] = - AB
P RT dz

Z2 pA 2
D dp A
NA”  dz   AB 
Z1
RT p
pA1 (1 - A )
P

A2 p
D AB dp A
NA” = - 
RT [z 2  z1 ] p A1 1 [ P  p ]
A
P

D AB P P  p A2
NA” = ln
RT[z 2  z1 ] P  p A1

I-7
D AB P P  p A 2 ( P  p A 2 )  ( P  p A1 )
NA” = { ln }
RT[z 2  z1 ] P  p A1 ( P  p A 2 )  ( P  p A1 )

D AB P p ( p  p A2 )
NA” = { ln B 2 } A1
RT[z 2  z1 ] pB1 ( pB 2  pB1 )

D AB P ( p A1  p A 2 )
NA” =
RT (z 2  z1 ) pBM

dimana :
p B 2  p B1
pBM =
p
ln B 2
p B1

1.2.4 Difusi melalui berbagai bentuk penampang

Yang perlu diingat :

NA
NA” =
A

NA = NA” . A

dimana :
NA= laju difusi [kmol A/s]
NA” = fluks difusi [kmol A/(m2.s)]

1. Difusi pada bola (sphere)

Gambar 1.4 : Difusi dari bola ke lingkungan

I-8
Bola jari-jari r1, berada dalam medium gas yang sangat besar, sehingga pA2 = 0

A berdifusi dari permukaan bola (pA1), ke lingkungan yang berupa stagnant B,


dimana pA2 = 0

Diasumsikan difusi berlangsung secara steady state. Fluks NA” pada jarak r dari
pusat bola dapat dituliskan sebagai berikut :
NA
NA” =
4 r 2
dX A C A
NA” = - DAB C  NA"
dr C
p
d A
NA” = - DAB 
P  P  pA N "
 A
 RT  dr P
p D dp
NA” (1- A ) = - AB A
P RT dr

D AB dp A
NA” dr = -
RT p
(1 - A )
P

r2 p A2
D AB P dp A
 N A"dr 
r1
RT 
p A1
(P - p A )

r2 p A2
N D AB P dp A
r 4 Ar 2 dr   RT 
p A1
(P  pA )
1

NA  1 1  D AB P P  p A2
   = ln
4  r1 r2  RT P  p A1

1
karena r2 >>> r1  0
r2
NA 1 D .P P  p A 2 ( P  p A 2 )  ( P  p A1 )
( ) = { AB ln }
4  r1 RT P  p A1 ( P  p A 2 )  ( P  p A1 )

NA 1 D .P ( p A1  p A 2 )
( ) = AB
4  r1 RT pBM

I-9
NA D P ( p A1  p A 2 )
= NA 1" = AB.
4  r12
RT r1 pBM

Jika konsentrasi A di gas rendah (encer) maka ; pA1 <<< P dan pBM  P
pA p
Substitusi harga 2r1 = D1, X A  , dan CA = A didapat :
P RT

2 D AB P ( p A1  p A 2 )
NA1” =
D1RT pBM

2 D AB
NA1” = C [xA1 – xA2]
D1

2 D AB
NA1” = [CA1 – CA2]
D1

2. Difusi melalui penampang yang berubah

Gambar 1.5 : Difusi melalui penampang yang berubah

Pada gambar tersebut komponen A berdifusi ke arah z melalui medium stagnant B.

Akan berlaku :

NA dX A C A
NA” = = - D AB C  [ N A "0]
 r2 dz C

I-10
pA
d()
D P P  pA N "
NA” = - AB A
RT dz P
1
D AB P ( )
p P dp A
NA” (1- A ) = -
P RT dz

D ABdp A
NA”dz = -
RT p
(1 - A )
P
D P dp A
NA” dz = - AB
RT (P - p A )

Z2 pA2
NA D AB P d(P - p A )
Z  r 2 dz  RT 
p A1
(P  p A )
1

dari gambar didapat , r = f(z) sebagai berikut :

 (r  r ) 
r =  2 1  z  r1
 ( z 2  z1 ) 

sehingga :

z2 pA2
NA dz D P d(P - p A )
 z r2  r1 = AB
RT  (P  p A )
1 [( ) z  r1 ] 2 p A1
z 2  z1

1.3 Koefisien Difusi Untuk Gas

1. Penentuan Koefisien difusi dari percobaan

Difusi molekuler untuk sistem gas biner dapat ditentukan dengan menguapkan
cairan murni dalam tabung yang sempit dan dengan mengalirkan gas melewati tutup
tabung.

I-11
Gambar 1.6 : Percoban untuk menentukan koefisien
difusi dalam gas

Koefisien difusi (difusivitas) A dalam B, DAB dapat ditentukan dengan mencatat


turunnya permukaan cairan terhadap waktu.

Ketinggian cairan diukur dari titik 2.

pada saat : 0  z0
tz
tF  z F

Pada saat t tertentu akan berlaku :

D AB .P ( p A1  p A 2 )
NA” =
RT (z 2  z1 ) PBM

D AB .P ( p A1  p A 2 )
NA” =
RT.z PBM

Neraca massa pada cairan (A = 1 m2)

massa masuk (0) – massa keluar + generasi massa (0) = akumulasi

d (  AV ) / M A
- NA” . A =
dt

 A dV
- NA” . A =
M A dt

I-12
A A dz
- NA” . A = .
MA dt

D AB P ( p A1  p A 2 )  A dz

RT.z p BM M A dt

D AB .P ( p A1  p A 2 ) F 
t zF

RT p BM 
0
dt  A
MA  zdz
zo

 A [ z F2  z 02 ) RT p BM
tF =
M A 2 D AB P ( p A1  p A 2 )

A = densitas cairan murni


MA = berat molekul zat A

Dengan mengukur tF, zF, zo, pA1, pA2 maka DAB dapat ditentukan dari persamaan di
atas.

I-13
2. DAB untuk beberapa sistem ada di tabel berikut :

Tabel 1.1 : Koefisien difusi beberapa gas pada 101,32 kPa

3. Perkiraan [prediksi] DAB . Gas

Persamaan empiris yang mudah dan cocok untuk digunakan adalah persamaan
Fuller, yaitu :

I-14
1
1.00 x 10 7 T 1.75 [ 1 1 ]2
DAB = MA MB
2
 1 1

P  (  A )  (  B ) 3 
3

 
persamaan tersebut khususnya untuk gas non polar atau campuran polar–non polar.

 A = jumlah volume increment struktur ( Tabel 1.2)

dari persamaan diatas didapat :


T 1.75
DAB ~
P
berarti :
1, 75 / p1
D AB,1 T1
= 1, 75 / p 2
 perubahan DAB terhadap perubahan T dan p
D AB,2 T2

Tabel 1.2 : Incremen volume untuk digunakan


di persamaan Fuller

Persamaan lain yang dapat digunakan adalah persamaan WILKE – LEE, yaitu
untuk campuran gas non-polar dengan non polar, sebagai berikut :

10  4 1.084  0,249 1 1  T 32 1 1
 MA MB  MA MB
DAB =
Pt [rAB ] f [kT /  AB ]
2

I-15
DAB : difusivitas [m2/s]
T : suhu absolut [k]
MA, MB : berat molekul A, B [kg/ kmol]
Pt : tekanan absolut [N/m2]
rAB : [rA + rB]/2 (nm), (Tabel 1.3)

AB : energy atraksi molekuler =  A B


k : konstanta Boltman
f [kT /  AB ] : fungsi kolosi (Gb. 1.8)

harga r dan  dapat diperoleh dari persamaan berikut :

r = 1,18 1/3

= 1,21 Tb
k

 : volume molal cairan pada titik didih normal (m3 / kmol)


(diperkirakan dari Tabel 1.4, )
Tb : titik didih normal [K]

Lihat Illustration 2.3 (Treybal, R.E. : Mass Transfer Operations, 3rd edition )
Estimate the diffusivity of ethanol vapor, C2H5OH (A) through air (B) at 1 atm
pressure and 0oC.

I-16
Gambar 1.8 : Collision function untuk difusi

Tabel 1.3 : Konstanta gas

Tabel 1.4 : Volume atom dan molekul

I-17

Anda mungkin juga menyukai