Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA

DISUSUN OLEH :

NAMA : SAID WIGO ARDIYATNO


NIM : 011600456
KELOMPOK : I (SATU)
REKAN KERJA : 1. HENRY ARKA RAMADHAN
2. IGNATIUS Y P WELERUBUN
3. RAHMA ANISAH PUTERI
4. TIARA ASWULAN P
PROGRAM STUDI : D-IV TEKNOKIMIA NUKLIR
JURUSAN : TEKNOKIMIA NUKLIR
ACARA : PENGADUKAN
ASISTEN PEMBIMBING : ARIF BUDIMAN
TANGGAL PENGUMPULAN : 30 DESEMBER 2017

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NUKLIR


BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL
YOGYAKARTA
2017
I. ACARA : PENGADUKAN

II. TUJUAN
1. Mengetahui pengaruh waktu terhadap kecepatan pelarutan.
2. Mengetahui pengaruh kecepatan pengadukan terhadap kecepatan
pelarutan.
3. Mengetahui pengaruh kecepatan pengadukan terhadap daya
pengadukan.
4. Menentukan kriteria desain tangki pengadukan berdasarkan ketetapan.

III. WAKTU PELAKSANAAN


1. Tanggal Pelaksanaan : 7 November 2017
2. Tempat Pelaksanaan : Laboratorium Kimia Radiasi STTN-BATAN
Yogyakarta

IV. LANDASAN TEORI


Pengadukan (mixing) merupakan suatu aktivitas operasi pencampuran
dua atau lebih zat agar diperoleh hasil campuran yang homogen.
Pengadukan (agitation) berbeda dengan pencampuran (mixing).
Pengadukan menunjukkan gerakan yang terinduksi menurut cara tertentu
pada suatu bahan di dalam bejana dengan gerakan berpola sirkulasi.
Pengadukan dan pencampuran merupakan operasi yang penting dalam
industri kimia. Pencampuran (mixing) merupakan proses yang dilakukan
untuk mengurangi ketidakseragaman suatu sistem seperti konsentrasi,
viskositas, temperatur dan lain-lain. Pencampuran dilakukan dengan
mendistribusikan secara acak dua fasa atau lebih yang mula-mula heterogen
sehingga menjadi campuran homogen.
Tujuan dari proses pengadukan antara lain :
1. Membuat suspensi partikel zat padat
2. Mencampur dua cairan yang saling larut
3. Melarutkan zat padat ke dalam cairan
4. Mendispersikan gas dalam cairan
5. Mempercepat perpindahan panas antara zat cair dengan kumparan atau
mantel pemanas
Alat pengadukan biasanya terdiri dari :
1. Tangki atau bejana, biasanya berbentuk silinder dengan sumbu
terpasang vertical dan ujung bawah tangki dibuat melingkar agar tidak
terlalu banyak daerah yang sulit ditembus arus zat cair.
2. Impeler. Ada dua macam impeler pengaduk, yaitu impeler dengan untuk
membangkitkan arus sejajar dengan sumbu poros impeler, dan impeler
untuk membangkitkan arus pada arah tangensial atau radial.
3. Propeler, adalah impeler dengan aliran aksial berkecepatan tinggi untuk
zat cair dengan viskositas rendah.
4. Dayung. Untuk keperluan sederhana, alat pengendapan yang terdiri dari
satu dayung datar yang berputar pada poros vertikal merupakan
pengaduk yang cukup efektif. Dayung ini berputar di tengah bejana
dengan kecepatan rendah sampai sedang, dan mendorong zat cair secara
radial dan tangensial, hampir tanpa adanya gerakan vertikal pada
impeler kecuali bila daunnya dibuat agak miring.

Gambar 1 Proses Pengadukan Pada Suatu Tangki Industri


Berdasarkan prosesnya reaktor dibagi menjadi 3 macam :
1. Reaktor Batch

Gambar 2 Model Reaktor Batch

2. Reaktor Alir (Continous Flow)


a. RATB (Reaktor Alir Tangki Berpengaduk)

Gambar 3 Model RATB

b. RAP

Gambar 4 Model RAP

3. Reaktor semi batch

Gambar 5 Model Reaktor semibatch

V. METODE PERCOBAAN
a. Alat
1. Mesin/Alat pengaduk
2. Tangki pengaduk
3. Batang pengaduk (impeller)
4. Piknometer 5 ml
5. Stopwatch
6. Neraca analitik
7. Gelas beker 1000 ml
8. Kaca arloji
9. Gelas ukur 1000 ml
10. Sendok sungu
11. Seperangkat mortar
12. Batang pengaduk
b. Bahan
1. Garam
2. Air kran

Keterangan :

1. Statif
2. Motor pengaduk
3. Impeller
4. Tangki pengadukan
5. Baffle

Gambar 6 Rangkaian Alat Praktikum Pengadukan Aliran baatch

Keterangan :
6. Wadah penampung air
7. Pompa penyedot air
8. Wadah/ember tempat air

Gambar 7 Rangkaian Alat Aliran Kontinyu


c. Langkah Kerja
1. Menghitung densitas larutan untuk kurva standard
a. Ditimbang piknometer kosong 5 ml
b. Ditimbang piknometer 5 ml dengan isian aquades sebagai
larutan standard untuk kalibrasi volume piknometer dan sebagai
konsentrasi larutan 0%
c. Dimasukkan larutan garam dengan konsentrasi 2%, 5%, 10%
dan 20% dalam piknometer 5 ml tersebut dan ditimbang secara
bergantian
d. Dicatat hasilnya dan dilakukan perhitungan
2. Hubungan waktu pengadukan dengan kecepatan pelarutan (aliran
kontinyu)
a. Ditimbang garam sebanyak 50 gram
b. Dimasukkan garam kedalam tangki yang sudah dialirkan dan
sudah diputar impeller-nya dengan kecepatan yang digunakan
adalah 100 rpm
c. Diambil larutan dari pipa keluar setiap 30 detik sekali hingga 2
menit
d. Dihitung densitas tiap larutan yang keluar dalam selang waktu
tersebut
3. Hubungan kecepatan pengadukan dengan kecepatan pelarutan (aliran
batch)
a. Ditimbang sebanyak 50 gram garam
b. Dimasukkan garam kedalam tangki yang sudah dialirkan dan
sudah diputar impeller-nya dengan kecepatan 43 rpm
c. Diaduk dan dibiarkan dialirkan selama 60 detik
d. Setelah 60 detik diambil sampel larutan dari pipa keluar dan
diukur densitasnya.
e. Diulangi langkah b-e dengan variasi kecepatan 144 rpm, 288
rpm dan 576 rpm
VI. HASIL PENGAMATAN
1. Dimensi Alat
a. Baffle
- Lebar : 0.3 cm
- Panjang : 8.8 cm
- Tinggi : 0.3 cm
b. Reaktor
- Diameter (dReaktor) : 12 cm
- Tinggi air didalam pipa (hAir) : 11.5 cm
- Tinggi Reaktor : 14 cm

c. Impeller
- Lebar : 1.2 cm
- Panjang : 1.8 cm
- Tinggi : 0.2 cm
- Diameter Turbin (dTurbin) : 4.7 cm
- Jarak Impeller dengan dasar Reaktor : 5 cm

2. Densitas larutan untuk kurva standard


a. Volume piknometer : 5 ml
b. Massa piknometer : 26.2347 gram
c. Suhu aquadest : 30˚C
d. Volume piknometer kalibrasi : 5.59
Tabel 1 Tabel konsentrasi dan densitas kurva standard
Kadar / Konsentrasi Massa Piknometer + Larutan Massa Jenis
(%) (g) (g/ml)
0 16.91 0.99564
2 17.07 1.025
5 17.18 1.045
10 17.35 1.075
20 17.70 1.137
3. Hubungan waktu pengadukan dengan kecepatan pelarutan
a. Massa garam : 50 g
b. Debit : 16.8 ml/s
c. RPM : 100
Tabel 2 Hubungan konsentrasi dengan massa jenis larutan
Waktu (sekon) Densitas (g/ml)
30 1.03935
60 1.0322
90 1.0268
120 1.02326

4. Hubungan RPM dengan kecepatan pelarutan


a. Massa garam : 50 g
b. Volume air : 900 ml
c. Waktu pengadukan : 60 sekon

Tabel 3 Hubungan RPM dengan massa jenis larutan


RPM Alat RPM Sebenarnya Densitas (g/ml)
0 43 1.02147
50 144 1.02862
100 288 1.03936
200 576 1.0483
VII. PERHITUNGAN DAN ANALISIS DATA
1. Menghitung Densitas larutan untuk kurva standard
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎
Rumus Densitas = 𝜌 = 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒

Densitas aquadest pada suhu 30oC = 0.99564 g/ml (Larutan garam 0%)
Volume piknometer sebenarnya =
(𝑚.𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟+𝑎𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠𝑡)−𝑚.𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝑘𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠 𝑎𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠𝑡 𝑇=30℃
5.57 g
= 0.99564 g/ml

= 5.59 ml
Densitas larutan 2 % =
(𝑚.𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟+𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛)−𝑚.𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝑘𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝑠𝑒𝑏𝑒𝑛𝑎𝑟𝑛𝑦𝑎
5.73 𝑔
= 5.59 𝑚𝑙

= 1.025 g/ml
Dengan persamaan yang sama diperoleh densitas larutan seperti dalam
Tabel densitas kurva standard

Kurva Standard
1.16
1.137
1.14 y = 0.0067x + 1.0059
R² = 0.9844
1.12
Massa jenis (g/ml)

1.1
1.075
1.08
1.06 1.045
1.04 1.025
1.02
0.99564
1
0.98
0 5 10 15 20 25
Konsentrasi larutan (%)

Gambar 8 Kurva standard hubungan konsentrasi dengan massa jenis


Dengan perhitungan statistik hubungan antara konsentrasi larutan vs massa
jenis.
Tebel 4 Data kurva standard
x y
0 0.99564
0.02 1.025
0.05 1.045
0.1 1.075
0.2 1.137

Diperoleh : A = 1.0059 B = 0.6702 R = 0.99215


Sehingga : 1.0059 + 0.6702 X = Y
𝑌−1.0059
X= 0.6702

2. Hubungan waktu dengan kecepatan pelarutan


𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎
Rumus Densitas = 𝜌 = 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒
(𝑚.𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟+𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛)−𝑚.𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝑘𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔
Densitas untuk t :30 sekon = 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝑠𝑒𝑏𝑒𝑛𝑎𝑟𝑛𝑦𝑎

= 1.03935 g/ml
Dengan cara yang sama diperoleh seperti pada Tabel variasi waktu dan
densitas
𝑌−1.0059
Dengan persamaan X = dapat dicari konsentrasi (x)
0.6702

Tabel 5 Perhitungan hubungan waktu pengadukan dengan konsentrasi


larutan
Waktu (sekon) Densitas (g/ml) Konsentrasi (%)
30 1.03935 4.9
60 1.0322 3.9
90 1.0268 3.1
120 1.02326 2.59
Hubungan Waktu dan Kecepatan Pelarutan
6
4.9
5
3.9
Konsentrasi (%)
4
3.1
3 2.59

0
0 20 40 60 80 100 120 140
Waktu Pengadukan (sekon)

Gambar 9 Grafik hubungan waktu pengadukan dengan konsentrasi larutan

3. Hubungan RPM dengan kecepatan pelarutan


𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎
Rumus Densitas = 𝜌 = 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒
(𝑚.𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟+𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛)−𝑚.𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝑘𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔
Densitas untuk RPM : 43 = 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝑠𝑒𝑏𝑒𝑛𝑎𝑟𝑛𝑦𝑎

= 1.02147 g/ml
Dengan cara yang sama diperoleh seperti pada Tabel variasi RPM dan
densitas
𝑌−1.0059
Dengan persamaan X = dapat dicari konsentrasi (x)
0.6702

Tabel 6 Perhitungan hubungan kecepatan pelarutan dengan konsentrasi


larutan
RPM Densitas Konsentrasi
RPM Alat
Sebenarnya (g/ml) (%)
0 43 1.02147 2.32
50 144 1.02862 3.39
100 288 1.03936 4.99
200 576 1.0483 6.32
Hubungan RPM dan Konsentrasi
7 6.32
y = 0.0074x + 2.3093
6
4.99 R² = 0.9505
5
Konsentrasi (%)

4 3.39

3 2.32

0
0 100 200 300 400 500 600 700
RPM

Gambar 10 Grafik hubungan kecepatan pelarutan dengan konsentrasi larutan

4. Kriteria Design tangki pengaduk

RAW 2

A C
RAW 1 MIXING PRODUK

Kasus :
Dimisalkan larutan komponen selain garam masuk dari A kedalam
sistem pencampuran, arus fluida bahan total yang masuk pada A
sebanyak 120L/jam, kadar garam di A 0%. Air yang keluar bersama
produk sebanyak 55% dimana volume produk yang dihasilkan sebesar
220L/jam. Kandungan NaCl yang ada didalam produk sebesar 10%.
Pada B asuk larutan Garam.
Penyelesaian:
Neraca Massa Total;
Input – Output = Accumulation
Input – Output = 0
Input = Output
A+B=C
L.komponen lain + L.Garam = Produk
120 – L.Garam = 220
L.Garam = 100 L/jam

Neraca Massa Komponen Garam;


Input = Output
(Kadar Garam x L.Zat lain) + (Kadar Garam x L.Garam) = Kadar Garam x Produk

0% x 120L/jam + Konsen.Garam x 100L/jam = 10% x 220L/jam


22 𝐿/𝑗𝑎𝑚
Kadar Garam = 1𝑜𝑜 𝐿/𝑗𝑎𝑚

Kadar Garam pada L.garam = 0,22 = 22%

Sehingga diketahui kadar air yang masuk pada B sebesar 78%

Neraca Massa komponen Lain;


Komponen pada produk terdiri dari 55% air dan 10% garam,
sehingga kadar komponen lain yang terkandung sebesar 35%.
Input = Output
(C.komponen x L.Komponen) + (C.komponen x L.Garam) = C.komponen x Produk

(C.komponen x 120 L/jam) + (0% x 100L/jam) = 35% x 220L/jam


35
𝑥 220 𝐿/𝑗𝑎𝑚
100
C.kom pada L.Komponen = 120 𝐿/𝑗𝑎𝑚

C.Kom pada L.Komponen = 0,64 = 64%


Pada Input A, komponen yang masuk hanya berupa komponen lain
dan air tanpa garam sehingga kadar air pada A sebanyak 36%.

Pembuktian Neraca Massa Komponen Air;


Input = Otput
(C.air x L.Komponen) + (C.air x L.Garam) = C.air x Produk
(36% x 120 L/jam) + (78% x 100L/jam) = 55% x 220 L/jam
43,2 + 78 = 121
121,2 = 121
VIII. PEMBAHASAN
Pada Praktikum Mekanika Fluida kali ini dilakukan percobaan
Pengadukan dengan tujuan mengetahui pengaruh waktu terhadap kecepatan
pelarutan, mengetahui pengaruh kecepatan pengadukan terhadap kecepatan
pelarutan, mengetahui pengaruh kecepatan pengadukan terhadap daya
pengadukan dan menentukan kriteria desain tangki pengadukan
berdasarkan ketetapan.
Percobaan dibagi menjadi empat tahapan, yaitu pengamatan dimensi
alat, pengukuran untuk kurva standard, pengukuran hubungan waktu
pengadukan dengan kecepatan pelarutan, dan pengukuran hubungan RPM
pengadukan dengan kecepatan pelarutan. Selain itu, dari tahapan tersebut
dilakukan pembuatan kriteria design tangki untuk skala produksi yang lebih
tinggi.
Pada percobaan ini digunakan garam krosok sebagai bahan baku
untuk pelarutan. Untuk kurva standard larutan dibuat dengan 5
kadar/konsentrasi yang berbeda, yaitu 0%, 2%, 5%, 10% dan 20%. Larutan
tersebut dibuat dengan cara melarutkan garam krosok yang telah ditimbang
sesuai dengan perhitungan dengan aquadest. Larutan yang telah dibuat
diukur massa jenisnya menggunakan piknometer yang terkalibrasi.
Berdasarkan perhitungan, massa jenis larutan dari 0-20% antara lain
0.99564, 1.025, 1.045, 1.075 dan 1.137 g/ml. Semakin pekat konsentrasi
ternyata massa jenis yang didapat akan semakin tinggi. Dari massa jenis
tersebut dibuat grafik kurva standard hubungan antara konsentrasi vs
densitas larutan. Dengan menggunakan metode statistika diperoleh
persamaan Y = 1.0059 + 0.6702 X dimana Y merupakan densitas dan X
merupakan konsentrasi. Sehingga untuk mencari konsentrasi larutan dapat
𝑌−1.0059
menggunakan persamaan X = .
0.6702

Langkah selanjutnya yaitu mencari pengaruh waktu terhadap


kecepatan pelarutan. Pada percobaan ini dilakukan dengan pelarutan massa
garam 50 g dengan kecepatan pengadukan 100 rpm dan untuk aliran
kontinyu dengan debit 16.8 ml/s. Untuk reaktor kontinyu berpengaduk
memiliki keuntungan volume reactor besar, maka waktu tinggal juga besar,
berarti zat pereaksi lebih lama bereaksi di reactor. Variasi waktu yang
digunakan yaitu 30, 60, 90 dan 120 sekon. Setiap 30 detik sekali air diambil
beberapa ml kemudian diukur densitasnya. Untuk 4 variasi tersebut
diperoleh densitas yang semakin menurun seiring lamanya waktu
pengadukan. Dengan persamaan dari kurva standard konsentrasi untuk 4
variasi tersebut dapat dihitung dan didapat 4.9% , 3.9% , 3.1% dan 2.59%.
Data ini menunjukkan bahwa garam yang semakin lama diaduk
konsentrasinya akan semakin turun. Hal tersebut dapat terjadi karena dalam
aliran kontinyu garam dapat terbawa oleh aliran meskipun belum
sepenuhnya larut. Garam akan terbawa oleh aliran yang terus-menerus
mengalir sehingga konsentrasinya akan menurun seiring mengalirnya air.
Kemudian dilakukan pengadukan garam dengan variasi rpm yang
berbeda dan dengan waktu tetap yaitu 60 detik untuk massa garam 50 g.
Kecepatan rpm yang tertera pada alat sebelumnya dilakukan kalibrasi
dahulu sebelum/setelah pengadukan untuk hasil yang lebih teliti. Kecepatan
rpm yang digunakan yaitu 43 rpm, 144 rpm, 288 rpm dan 576 rpm.
Pengadukan ini menggunakan sistem batch sehingga setiap 50 g garam
digunakan untuk satu kali pengadukan dengan satu jenis rpm. Setelah 60
detik larutan dari tangki diambil beberapa ml untuk ditimbang dan dicari
densitasnya. Densitas yang didiperoleh kemudian dengan persamaan pada
kurva standard dapat dicari konsentrasinya. Untuk 4 variasi rpm tersebut
berdasarkan perhitungan diperoleh konsentrasinya 2.32%, 3.39%, 4.99%
dan 6.32%. Data tersebut menunjukkan bahwa konsentrasi akan semakin
meningkat seiring peningkatan rpm untuk reactor batch. Keuntungan
reaktor batch adalah mudah operasi dan pengontrolannya namun
membutuhkan rpm tinggi / waktu yang lama.
Dalam percobaan ini data yang didapat memiliki sedikit / beberapa
kesalahan. Kesalahan dalam praktikum ini khususnya berupa ketelitian
dalam pembacaan skala pada alat. Selain itu, juga dapat berupa kebersihan
peralatan dan human error lainnya. Kesalahan yang paling terlihat yaitu saat
kalibrasi rpm yang seharusnya dilakukan ssebelum/setelah pengadukan
setiap larutan, tetapi dilakukan setelah semua pengadukan selesai. Namun
secara perhitungan statistika, regresi yang diperoleh untuk kurva standard
yaitu sebesar 0.99215. Sehingga data yang tersaji dalam percobaan ini
cukup dapat dipercaya meskipun tidak 100%. Regresi yang semakin
mendekati nilai 1 kepercayaan data akan semakin tinggi.
Dari percobaan ini dapat diaplikasikan untuk pedoman dalam skala
yang lebih tinggi. Seperti pada percobaan yang telah dilakukan reaktor yang
digunakan dapat menggunakan sistem batch maupun kontinyu dengan
keunggulan dan kelemahan masing-masing. Untuk reaktor kontinyu
konsentrasi larutan semakin lama akan semakin kecil. Sehingga untuk
aplikasi industri yang perlu diubah adalah debit aliran. Debit aliran dapat
dibuat lebih kecil sehingga kemungkinan garam akan larut dengan lebih
merata. Karena jika debit aliran besar garam dapat terbawa aliran sebelum
larut. Selain itu rpm pengadukan dibuat konstan, dengan kecepatan yang
tidak terlalu lambat dan tidak terlalu cepat.
Sementara jika dibuat dengan menggunakan reaktor batch,
berdasarkan percobaan konsentrasi akan semakin tinggi seiring tinggi rpm.
Untuk aplikasi industry jika menggunakan rpm tinggi maka waktu dapat
dipercepat. Sedangkan, jika menggunakan rpm rendah waktu dapat
diperlama agar hasil yang merata. Sehingga pelarutan akan lebih efektif.
Untuk kasus seperti yang dimisalkan untuk didapat hasil/produk garam
220L/jam maka laju garam seharusnya 100L/jam. Dengan konsentrasi
larutan garam di B 22% dan komponen lain di B 78%. Sementara komponen
lain di C 64%.
IX. KESIMPULAN
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan diperoleh bahwa :
1. Dengan menggunakan reaktor kontinyu waktu pengadukan
berbanding terbalik dengan konsentrasi. Semakin lama waktu
pelarutan, konsentrasi yang diperoleh akan semakin kecil dan
sebaliknya
2. Untuk reaktor batch kecepatan pengadukan berbanding lurus terhadap
kecepatan pelarutan. Semakin tinggi kecepatan pengadukan maka
konsentrasi yang diperoleh juga akan semakin tinggi dan sebaliknya.
3. Aplikasi dari percobaan ini untuk desain tangki dapat dengan
mengurangi debit dan mempercepat rpm untuk reaktor kontinyu dan
untuk reaktor batch dapat dengan memperlama waktu maupun
mempercepat rpm.
X. DAFTAR PUSTAKA
Putra, Sugili. 2017. Petunjuk Praktikum Pengadukan. Yogyakarta :
STTN-BATAN.
Widodo, Edi. 2015. Pengaruh Konsentrasi Garam Terhadap Karakteristik
Aliran Dua Fase Gas dan Air. Sidoarjo : Universitas
Muhammadiyah
Irfani, Ahmad. 2007. Reaktor.
https://achmadirfani.files.wordpress.com/2007/11/reaktor.doc
(diaskses pada 11 November 2017)
Universitas Sumatera Utara. 2011. Chapter II.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/51472/Ch
apter%20II.pdf;jsessionid=FD71B034C6FC48E8A3727FE20378
6C86?sequence=4 (diakses pada 11 November 2017)
Bhupakala. 2010. Pengadukan.
https://bhupalaka.files.wordpress.com/2010/12/pengadukan.pdf
(diakses pada 11 November 2017)

Yogyakarta, 30 Desember 2017

Asisten Praktikan

( Arif Budiman ) ( Said Wigo Ardiyatno )

Anda mungkin juga menyukai