Fluida merupakan substansi yang dapat mengalir dan memiliki bentuk sesuai wadah yang
ditempatinya. Berdasarkan sifat kompresibilitas, fluida dikelompokkan menjadi dua yaitu fluida
kompresibel dan tak kompresibel. Fluida kompresibel adalah fluida yang dapat ditekan hingga volum
tertentu tanpa memberikan ‘perlawanan’ terhadap gaya eksternal. Artinya, massa jenis fluida kompresibel
bergantung pada tekanan kondisi fluida tersebut berada. Berbeda dengan fluida kompresibel, fluida tak
kompresibel akan memberikan perlawanan jika tekanan wadahnya diperbesar. Contoh fluida kompresibel
adalah gas, sedangkan fluida tak kompresibel adalah cairan.
Oleh sebab sifatnya yang mudah mengalir, ada berbagai alat ukur laju alir fluida yang bisa
ditemui dalam kehidupan sehari-hari. Prinsip pengukuran laju alir fluida adalah beda tekan/hilang
tekan (pressure lost) dari fluida yang melewati alat ukur tersebut. Oleh sebab itu, di setiap alat ukur laju
alir fluida, terdapat pressure tap yang terhubung ke manometer (dalam praktikum kali ini, yang dipakai
adalah manometer digital yang langsung memunculkan informasi ketinggian) untuk mengukur beda tekan
antara dua posisi aliran. Berikut ini adalah penjelasan alat ukur yang dimaksud.
A. Orificemeter
Orificemeter merupakan alat ukur yang terdiri dari sebuah plat datar melingkar dengan lubang kecil
di bagian tengah plat tersebut. Lubang kecil tersebut akan menyebabkan aliran fluida menyempit ketika
fluida melewatinya. Akibatnya, akan terbentuk vena contracta ketika fluida melewati lubang orifice.
Berikut adalah ilustrasi aliran fluida melalui orificemeter.
1−
Gambar 3. Vena contracta.
Sumber: www.google.com (13/10/2013)
B. Pipa Venturi
Venturimeter cukup berbeda dari orificemeter. Alat ukur jenis ini memanfaatkan dua bagian pipa
dengan ukuran berbeda dan dipasang pressure tap di pipa tersebut untuk mengukur beda tekan. Sama
seperti orificemeter, venturimeter dapat menentukan laju alir rata-rata dalam suatu aliran.
Dengan menggunakan neraca energi
berdasarkan persamaan Bernoulli dan prinsip
kontinuitas, akan diperoleh hubungan berikut:
2( − )
=
1−
Gambar 4. Venturimeter.
Sumber: www.google.com (13/10/2013)
C. Tabung Pitot
Berbeda dengan pipa venturi dan orificemeter, tabung pitot digunakan untuk mengukur laju alir
lokal pada suatu titik dalam aliran fluida. Oleh sebab terdapat stagnation point (titik di mulut tabung pitot
yang menyebabkan laju alir fluida menjadi nol), maka
dengan persamaan Bernoulli akan diperoleh hubungan:
2( − )
=
Teknis Praktikum
Tujuan: Praktikum ini bertujuan untuk menentukan koefisien pelepasan alat ukur laju alir fluida dan rejim
aliran dalam pipa.
A. Penentuan Viskositas Air dari Sump Tank
Prosedur:
1. Catat suhu dan tekanan laboratorium
2. Gunakan TABEL DENSITAS dan TABEL VISKOSITAS air murni untuk menentukan
densitas dan viskositas aqua dm pada kondisi tersebut. Kedua tabel dapat di-fotocopy dari
Lampiran A.2-3 dan A.2-4 buku tulisan Geankoplis berjudul Transport Processes AND
Separation Process Principles 4th ed., dan dibawa ketika praktikum.
3. Misalkan diperoleh viskositas air murni pada kondisi tersebut adalah μ1. Ambil aqua dm. Ukur
waktu alir oleh gaya berat dengan viskometer Ostwald. (Cara menggunakan viskometer
dijelaskan kemudian), misalkan diperoleh t1.
4. Lakukan hal yang sama dengan mengukur waktu alir air sump tank, misalkan tercatat waktu t2.
5. Hitung viskositas air sump tank dengan hubungan:
=
Cara menggunakan viskometer:
1. Masukkan fluida yang ingin diukur viskositasnya ke viscometer melalui pipa berdiamater lebih besar.
2. Gunakan filler untuk menyedot fluida agar naik hingga melebihi tanda batas.
3. Filler dilepas, fluida akan turun dengan sendiri. Siapkan stopwatch! Ketika meniskus fluida
menyentuh batas atas, nyalakan stopwatch!
4. Ketika meniskus fluida menyentuh batas atas, hentikan stopwatch! Catat waktunya!
Ilustrasi:
5. Buang aqua dm dari dalam piknometer. Masukkan air dari sump tank ke dalam piknometer dan
timbang massanya, misal diperoleh mberisi(2).
6. Hitung densitas air dari sump tank dengan hubungan:
( )−
=
Semua data yang sudah diperoleh disimpan untuk diolah lebih lanjut.
ρ: Densitas air sump tank (kg/m3) ; μ: Viskositas air sump tank (Pa.s); D: Diamater pipa aliran (m); dan
v: Laju linier aliran (m/s)
Frequently Mistake: Jangan salah dalam memasukkan nilai viskositas! Perhatikan dengan seksama
bagaimana cara membaca tabel viskositas di lembar yang dibawa.
Contoh: Pada temperatur 273.15 K, diperoleh viskositas yang terbaca adalah 1.7921.
Dalam olah data, viskositas air pada suhu 273.15 K tersebut adalah:
= 1,7921 × 10 .
Oleh sebab itu, berhati-hatilah dalam memasukkan data yang akan diolah. Pengaruh kesalahan ini dalam
praktikum ini adalah akan banyak ditemukan bahwa rejim aliran dalam pipa adalah LAMINER,
mengingat telah melencengnya nilai viskositas menjadi jauh lebih besar dari yang seharusnya.
Konsekuensinya yaitu bilangan Reynold yang diperoleh menjadi jauh lebih kecil dari yang seharusnya.